Anda di halaman 1dari 4

1.

Lahirnya Organisasi Ahmadiyah


Berdirinya Ahmadiyah tidak bisa terlepas dari Mirza Ghulam Ahmad. Ghulam Ahmad
kecil lahir di Qadian India pada Jumat 13 Februari 1835 dari pasangan Mirza Ghulam
Murtadza dan Charagh Bibi. Sebagai keturunan darah biru dari Dinasti Mughal, Ghulam
Ahmad sudah diajarkan ilmu Alquran dan beberapa buku-buku agama berbahasa Persi dari
seorang guru Fazal Ilahi, dan dilanjutkan untuk belajar ilmu bahasa dari Fazal
Ahmad.Menginjak dewasa, ketertarian Ghulam Ahmad terhadap ilmu-ilmu agama membuat
dirinya mendalami Alquran dan beberapa kita suci lainnya, seperti Injil dan Weda. Serta
banyak menghabiskan waktu luangnya di perpustakaan ayahnya untuk memperdalam ilmu
agama Islam.
Munculnya aliran Ahmadiyah di India adalah bagian dari rentetan sejarah Islam di India.
Sejarah mencatat bahwa India dikenal dengan anak Benua Asia setidaknya pernah dikuasai
sebelas dinasti Islam, tetapi kejayaan Islam di India pada masa Mughal tidak menyadarkan
umat Islam untuk berpikiran terbuka. Kemunduran umat Islam disebabkan adanya
peperangan dalam merebut kekuasaan. Hal tersebut diperparah dengan perdebatan dan
perselisihan keras masalah khilafiah yang terjadi dalam beberapa aliran Islam, yaitu antar
aliran, madzah dan golongan. Peristiwa tersebut mengingatkan kembali pada sejarah panjang
pertumbuhan sekte pada masa Islam awal, seperti Syi’ah, Khawarij, Sunni, Mu’tazilah dan
lainnya. Perselisihan dan perbedaan antar kelompok keagamaan yang terjadi adalah bagian
dari sejarah Islam dan pada akhirnya melahirkan sekte baru. Lahirnya aliran baru dalam
Islam adalah respon atas problem social agama yang terjadi di tengah umat Islam, sebagai
solusi supaya tidak terjebak dalam lingkaran konflik dalam internal umat Islam, dibutuhkan
inovasi dalam menafsiran ajaran Islam. Beberapa faktor yang menyebabkan lahirnya sekte
dalam Islam ialah adanya perebutan kekuasaan, perbedaan interpretasi dan perbedaan
interpretasi dan fanatisme. Beberapa hal di atas menyebabkan kemunduran umat Islam,
seperti yang terjadi di India pada masa terakhir kerajaan Mughal. Di mana umat Islam
cenderung statis, eksklusif, rigit dan berperilaku konservatif, sehingga tidak peduli atas
realitas social fenomena tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh Inggris yang berkoloni
dengan India.

2. Perkembangan Organisasi Ahmadiyah


Eksklusifvisme yang menjadi karakter, membuat umat Islam terisolasi, karena sikap yang
antipati atas keragaman yang ada di India. Sehingga menambah keyakinan Inggris bahwa
umat Islam adalah aktor dari pemberontakan yang terjadi. Puncaknya setelah terjadinya
pemberontakan Mutiny, dan posisi umat Islam sangat dalam garis kemiskinan, taasshub,
percaya tahayyul dan mencampuradukan ajaran agama dan budaya.Fenomena di atas
memberikan catatan bahwa, lahirnya Ahmadiyah secara umun tidak lepas dari tiga faktor,
yaitu keagamaan, sosial dan politik. Faktor keagamaan adalah faktor internal umat Islam,
yaitu pemurnian dan sikap pengakuan (taassub) yang menyelimuti umat Islam menjadi salah
satu faktor stagnasi pemikiran dan peradaban Islam. Realitas demikian menyebabkan
perselisihan antar umat Islam dan menjadi sumber terjadinya konflik internal agama. Sejarah
mencatat, bahwa konflik yang terjadi dalam tubuh umat Islam banyak disebabkan
kepentingan kekuasaan yang dibalut dengan agama. Oleh sebab itu, ketika Inggris berupaya
mendiskreditkan umat Islam dalam kancah sosial. Isu agama dihembuskan untuk
melemahkan posisi umat Islam.
Pada wilayah berbeda, problem sosial seperti kemiskinan, kelaparan, dan sikap
konservatisme yang melekat pada umat Islam menjadi salah satu faktor yang melatar
belakangi lahirnya Ahmadiyah di India. Kemiskinan yang melanda umat Islam menjadi pintu
masuk bagi non muslim (misionaris dan pendakwah) dalam mempengaruhi umat Islam untuk
berpindah keyakinan. Oleh sebab itu, Ghulam Ahmad membuat seruan untuk menghidupkan
kembali ajaran agama. Rentetan peristiwa tersebut adalah faktor lahirnya aliran Ahmadiyah
di India. Menurut Gibb, Ahmadiyah adalah satu-satunya sekte Islam yang lahir di India yang
berawal dari gerakan pembaharuan dengan karakter liberal dan cinta damai yang bertujuan
untuk menarik perhatian orang-orang yang telah hilang kepercayaan terhadap model
pemahaman Islam lama. Hadirnya Ghulam Ahmad dengan pemahaman agama progresif
menjadi jawab atas problem umat Islam India dalam beberapa bidang, seperti agama, politik,
ekonomi dan sosial. Ajaran toleransi, cinta damai dan kasih sayang yang menjadi karakter
Ahmadiyah tidak hanya berpengaruh dan menarik perhatian umat Islam tetapi kelompok non
muslim, seperti Kristen dan Hindu. Hal ini disebabkan ajaran yang diyakini jemaat
Ahmadiyah bahwa Ghulam Ahmad adalah reinkarnasi dari masing-masing tokoh dalam
agama tersebut seperti Nabi Muhammad, Isa dan Krishna. Oleh sebab itu, ajaran Ahmadiyah
lebih mudah diterima oleh beberapa kelompok keagamaan India.

3. Peran organisasi Ahmadiah Terhadap Pergerakan Nasional Indonesia

96 tahun keberadannya di Indonesia, Jemaah Ahmadiyah masih menjadi kelompok yang


rentan tersasar fitnah. Tidak hanya soal aqidah, bahkan loyalitasnya pada NKRI yang belum
banyak orang ketahui tak jarang dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang membenci. Mln. Harpan
Ahmad dalam kanal youtube Ahmadi Talk memberikan klarifikasi bagi fitnah dan persepsi
negative terhadap Ahmadiyah tentang kesetiaannya pada NKRI dan peranannya dalam
kemerdekaan Indonesia. Ia menyatakan bahwa Ahmadiyah sudah sejak lama berada di Indonesia
sehingga memiliki kedekatan dengan sejarah dan perjuangan bangsa Indonesia itu sendiri.
Jemaah Ahmadiyah ada di Indonesia sejak tahun 1925, saat dimana ketika itu bangsa yang besar
itu masih berada dibawah kekuasaan kolonial Belanda. Sebagai organisasi yang lebih dahulu ada,
Jemaah Ahmadiyah tentu memiliki ikatan yang kuat dengan sejarah Indonesia dan
perjuangannya dalam meraih kemerdekaan, ungkapnya.
Perihal dengan masih banyaknya yang menyangsikan nasionalisme Jemaah Ahmadiyah. Ia
menjelaskan beberapa hal yang menjadi bukti keterlibatan Ahmadiyah dalam perjuangan
kemerdekaan itu sendiri. Pertama, semenjak keberadaannya di nusantara, Jemaah Ahmadiyah
atas bimbingan khalifahnya senantiasa berupaya untuk memberikan manfaat kepada masyarakat
Indonesia baik secara perorangan baik sebagai bangsa Indonesia yang memiliki cita-cita yang
agung yakni merdeka dari penjajahan, jelasnya. Hal itu dibuktikan dengan perintah dari sang
Khalifah saat itu yang memberikan ajakan kepada banyak negara untuk menyerukan
kemerdekaan Indonesia. Hazrat Mirza Bassyiruddin Mahmud Ahmad, Khalifah Ahmadiyah pada
saat itu menyatakan bahwa jika bangsa Indonesia mendapatkan kemerdekaan seratus persen
tentu hal ini akan berfaedah besar bagi dunia Islam. Oleh karena itu, negara-negara Islam ada
baiknya memperdengarkan dukungannya terhadap kemerdekaan Indonesia dan juga meminta
kepada negara-negara lain untuk mengakuinya, tambahnya.
Selain itu, menurutnya pula sang Khilafah juga menyerukan kepada para Ahmadi diseluruh dunia
untuk lebih bersimpati dan melakukan hal baik guna mencapai kemerdekaan tersebut. Pernyataan
dari beliau ini merupakan bentuk solidaritas yang tinggi yang kemudian beliau tunjukkan melalui
satu tindakan nyata. Menyerukan kepada seluruh mubaligh Ahmadiyah yang tersebar diseluruh
belahan dunia mulai dari Timur Tengah, Afrika, Eropa dan juga Amerika untuk
memperdengarkan dan juga menulis dalam artikel di surat kabar dan juga majalah di negara-
negaranya tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia, jelasnya lagi. Lebih jauh, bentuk
kontribusi ini juga terdokumentasikan dengan baik sekaligus menjadi bukti keterlibatan dari
Ahmadiyah tersebut serta ajakan kepada Ahmadi untuk senantiasa berdoa untuk Indonesia.
Al-fadhl edisi sepuluh, Desember 1946 mendokumentasikan seruan dari Khalifah Ahmadiyah
ini secara jelas dan bahkan untuk mensukseskan misi ini beliau juga menghimbau kepada seluruh
warga Ahmadiyah untuk melaksanakan puasa nafal selama bulan September sampai bulan
Oktober 1946. Dan beliau juga menghimbau untuk senantiasa berdoa kepada Allah SWT agar
menolong perjuangan bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan, terangnya.
Selain melalu ajakan dan himbauan langsung dari sang Khilafah. Peran dan atau kontribusi
dalam kemerdekaan juga dilakukan oleh seorang tokoh ahmadi di Indonesia yang aktif terus
terlibat dalam upaya-upaya mencapai kemerdekaan. Kedua, Sayyid Shah Muhammad Al-Jailani
salah seorang tokoh Ahmadiyah yang punya banyak sekali peran dalam perjuangan
kemerdekaan. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya piagam penghargaan yang beliau
terima dari pemerintahan RI. Bebernya. Karena keaktifannya itu pula membuatnya dipercaya
dalam peran-peran strategis yang semakin menjadi bukti baik Ahmadi kala itu.

Beliau merupakan salah seorang panitia pemulihan pemerintahan RI pusat yaitu lembaga yang
dibentuk pasca resolusi dewan keamanan mengenai perundingan RI dan Belanda yang diketuai
oleh Ki Hajar Dewantara,. Bahkan ketika Belanda menyerahkan kedaulatannya kepada
pemerintahan RI yang kemudian mengharuskan Bung Karno pindah dari Yogyakarta ke Jakarta.
Sayyid Shah Muhammad mendapatkan kehormatan terpilih dalam 12 rombongan pengantar
presiden, jelasnya lagi. Selain Sayyid Shah Muhammad Al-Jailani, adapula tokoh lain yang tak
kalah dalam perjuangan mencapai kemerdekaan Indonesia pula. Ia adalah R. Moehammad
Moehyidin. Ketiga, dalam perjuangan meraih kemerdekaan itu tidak sedikit dari anggota Jemaah
Ahmadiyah yang bahkan rela mengorbankan nyawanya seperti ketua pengurus besar Jemah
Ahmadiyah Indonesia kala itu, R. Moehammad Moehyidin seorang pegawai tinggi RI yang
demikian aktif mempertahankan kedaulatan RI di Jakarta,.ujar Mln. Harpan Ahmad. Sayangnya,
R. Moehammad Moehyidin harus diculik dan menghilang serta diyakini syahid setelah diculik
oleh Belanda.
Pada saat akan diadakan HUT RI pertama, beliau diangkat sebagai sekretaris panitia dan
bahkan beliau ditunjuk sebagai pimpinan barisan yang akan membawa bendera sang saka merah
putih. Namun naas, delapan hari sebelum HUT RI pertama diselenggarkan beliau diculik oleh
Belanda dan hingga saat ini tidak diketahui keberadannya. Menurut Suwiryo dan juga Yusuf
Yahya, wali kota dan wakil wali kota Jakarta kala itu mengatakan bahwa R. Moehammad
Moehyidin diculik oleh serdadu-serdadu Belanda dan dibawa kesuatu daerah di Depok kemudian
disyahidkan disana, tambah Harpan lagi. Keterlibatan para Ahmadi dalam kemerdekaan juga
dibuktikan dengan keaktifannya tergabung dalam organisasi-organisasi pergerkan kala itu.
Banyak anggota Jemaah Ahmadiyah yang juga tidak kalah patriotiknya dalam memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia dengan menyertakan diri bersama rekan-rekan sebangsanya kedalam
pergerakan-pergerakan rakyat ketika itu. Mulai dari BKR, TKR, tergabung dalam KOWANI
ataupun KNI.
Singkatnya, banyak sekali peran dari Jemaah Ahmadiyah dan juga anggotanya dalam
perjuangan bangsa ini meraih kemerdekaannya,” katanya menambahkan lagi.
Segala hal yang dilakukan para Ahmadi dalam tercapainya kemerdekaan merupakan bentuk
pengamalan bela negara sehingga salah apabila dikatakan Ahmadiyah tidak nasionalis dan tidak
cinta tanah air. Dari fakta-fakta sejarah tadi menunjukkan bahwa peran Jemaah Ahmadiyah
demikian signifikan dalam perjuangan meraih kemerdekaan Indonesia, dan jika kita amati peran
yang diambil oleh para Ahmadi itu bukanlah suatu tindakan yang spontan. Itu merupakan
pengamalan bela negara yang diinstruksikan demikian jelas oleh Khalifah Ahmadiyah pada saat
itu. Memang merupakan suatu jalan Tuhan yang menyertakan Ahmadiyah dalam perjuagan
Indonesia, terangnya. Didalam Ahmadiyah sendiri menurut Harpan, terdapat sebuah ilham yang
dapat dikorelasikan dalam peranan Ahmadiyah dan juga kemerdekaan Indonesia. Salah satu
ilham yang diterima oleh pendiri Ahmadiyah yang artinya dan diberikan berkat-berkat kepadamu
sehingga para raja akan mengambil berkat dari pakaian-pakaian engkau. Jika kita gunakan ilham
ini sebagai sudut pandang untuk melihat korelasi antara instruksi dari Khalifah Ahmadiyah dan
juga peran besar yang sudah diambil oleh para Ahmadi di Indonesia maka dapat pula kita
simpulkan bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan hadiah ataupun berkah dari Ahmadiyah,
jelasnya lagi. Lebih jelas, bentuk dari nilai dan juga kontribusi Ahmadi terhadap negara adalah
melalui terciptanya lagu kebangsaan yang dibanggakan hingga kini. Terlebih jika kemudian kita
menyadari bahwa lagu kebangsaan Indonesia Raya yang demikian dibanggakan itu merupakan
buah karya dari seorang Ahmadi yaitu W.R Supratman.

Anda mungkin juga menyukai