Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ILMU KALAM

DISUSUN OLEH

EZRA PRAMUDYA

MUHAMMAD SAFRI HIDAYAT SYAH

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulilahi robbil Alamin, puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Dengan
limpahan rahmat dan hidayahnya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan semaksimal
mungkin. Sholawat serta salam tetap tercurah limpahkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW.

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Ilmu Kalam. Dan kami juga berharap makalah ini bermanfaat bagi kami, teman-teman dan
juga para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan.

Dalam pembuatan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu saya
ucapkan terimakasih kepada Pak Dr. Didin Komarudin, M.Ag selaku dosen pengampu. Serta
pihak-pihak lain terutama teman-teman saya yang turut membantu memberikan referensi
buku.

Tidak ada manusia yang terluput dari kesalahan, oleh karena itu kami berharap
pemberian maaf yang sebesar-besarnya. Atas kekurangan, baik yang di sengaja maupun yang
tidak disengaja. Saran dan kritik sangat kami harapkan, agar kami dapat memperbaiki
makalah- makalah selanjutnya.

penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULIAN ........................................................................................1

A. Latar Belakang ................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...........................................................................................2

C. Tujuan..............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3

A. Konsep Iman dan Kufur ..................................................................................3

B. Pendapat beberapa aliran teologi tentang iman dan kufur................………..4

BAB III PENUTUP................................................................................................8

KESIMPULAN.....................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertempuran Siffin antara Ali bin Abi Tholib dan Mu’awiyyah, yang akhirnya tentara

Ali dapat mendesak tentara Mu’awiyah sehingga yang tersebut terakhir bersedia untuk lari.

‘Amr ibn al-‘As yang terkenal sebagai orang licik, minta berdamai dengan mengangkat al-
Qur’an ke atas. Pihak Ali diwakili oleh Abu Musa al-Asy’ari. Pihak Ali kalah setelah
mengadakan arbitrase. Sebagian tentara Ali, mereka berpendapat bahwa hal serupa itu tidak
dapat diputuskan oleh arbitrase manusia, tetapi harus datang dari Allah dengan kembali
kepada hukum-hukum yang ada dalam al-Qur’an.

Golongan yang memisahkan diri atau meninggalkan Ali bin Abi Thalib disebut
golongan Khawarij, karena mereka memandang Ali bersalah dan berdosa besar. Ali
sekarang menghadapi dua musuh, yaitu golongan Mu’awiyah dan golongan Khawarij.
Persoalan- persoalan yang terjadi dalam dunia politik itu akhirnya membawa kepada
persoalan teologi. Dengan menekankan kepentingan sejarah terhadap masalah
“kepercayaan” iman, Ibnu Taymiyyah, teolog dari Mazhab Hanbali, menyatakan bahwa
penelitian atas dua makna kata tersebut merupakan penelitian intern pertama yang terjadi
diantara orang-orang Islam, karena masalah inilah maka masyarakat muslim terpecah ke
dalam beberapa selok dan golongan, yang berbeda-beda dalam (menafsirkan) kitab suci dan
sunnah sehingga satu sama lain saling menyebut kafir. Dan kelompok yang mula-mula
masuk ke gelanggang ini adalah kelompok kharijiyyah atau Khawarij. Maka timbullah
persoalan siapakah yang mukmin dan siapa yang kafir? Antara golongan yang satu dengan
yang lainnya saling kafir mengkafirkan.

Dari persoalan di atas menimbulkan beberapa aliran teologi dalam Islam. Mulai dari
aliran Khawarij, Murji’ah dan Mu’tazilah dan masih ada lagi yang lainnya seperti Jabariyah

1
dan Qodariyah.1 Antara aliran teologi yang satu dengan yang lainnya sangatlah berbeda
tentang pandangan mereka terhadap konsep iman dan kufur. Dalam makalah ini penulis
akan mencoba mendeskripsikan atau menggambarkan dan memaparkan tentang konsep
iman dan kufur adalah dua hal yang saling berkebalikan.

2
B. Rumusan masalah

Untuk lebih terarahnya dalam pembahasan, maka penulis membatasi permasalahan


ini. Pembahasan yang akan dibatasi adalah:

1. Apa pengertian Iman?

2. Apa pengertian Kufur?

3. Bagaimana pendapat dari beberapa aliran teologi Islam tentang Iman dan Kufur?

C. Tujuan

1. Memahami pengertian Iman.

2. Memahami pengertian Kufur.

3. Mengetahui pendapat dari berbagai aliran teologi Islam tentang Iman dan Kufur

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP IMAN DAN KUFUR

1. Pengertian iman

Dalam Al-Qur’an iman itu selalu berkaitan dengan amal perbuatan baik berupa
pelaksanaan rukun-rukun Islam, akan menyebabkan manusia hidup berbahagia di dunia dan
di akhiratnya.2 Iman dari segi lughat, kata iman berarti : pembenaran ( ‫ ) قـي دـصتلا‬inilah makna
yang dimaksud dengan kata ( ‫ ) نـم ؤم‬dalam surat Yusuf 12, 17 yanga rtinya “Dan kamu
sekali- kali tidak akan membenarkan kami (‫ ) اـَنـ ـل نم ؤم‬walaupun kami orang-orang yang
benar”. Dari ayat di atas, makna mukmin yakni orang yang membenarkan. Adapun makna
iman dari segi istilah ialah pembenaran atau pengakuan hati dengan penuh yakin tanpa ragu-
ragu akan segala apa yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW yang diketahui dengan jelas
sebagai ajaran agama yang berasal dari wahyu Allah.1

Dalam sebuah hais di definisikan tentang iman :

“iman adalah meyakini dengan hati, menetapkan dengan lidah dan melaksanakan dengan
anggota”. (H.R Al-Bukhari)

2. Pengertian Kufur

Kufur adalah kebalikan daripada iman. Dari segi lughat “kufur” artinya menutupi.
Orang yang bersikap ‘kufur’ disebut kafir, yaitu orang yang menutupi hatinya dari hidayah
Allah.

Firman Allah dalam surat an-Nisa / 4 : 136

4
)631 : ‫ءاسنلا( اديعب لالاض لض دقف رخلآا مويلاو هلسرو هبتكو هتكئآلمو ه لاب رفكي نمو‬

“Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-


Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.”

Adapun pengertian kufur yang diambil dari Ensiklopedi Islam, yaitu : Al-Kufr

(tertutup) atau tersembunyi, mengalami perluasan makna menjadi “ingkar” atau tidak

percaya, ketidakpercayaan kepada Tuhan. Kata kafir mengisyaratkan usaha keras untuk

1
Harun Nasution, Teologi Islam, Jakarta : UI Press, 2016. hlm 147.

5
menolak bukti-bukti kebenaran Tuhan, yakni sebuah kehendak untuk mengingkari Tuhan,
sengaja tidak mensyukuri kehidupan dan mengingkari wahyu.2

Kufur menurut bahasa adalah menutup. Bila orang yang menyangkal dan musyrik
disebut kafir karena orang itu menutupi dirinya dari nikmat allah dan menutup jalan untuk
mengenal Allah. Orang yang berdosa besar adalah kafir karena dia selalu menutupi dirinya
dengan dosa.3

B. PENDAPAT BEBERAPA ALIRAN TEOLOGI TENTANG IMAN DAN KUFUR

Agenda persoalan yang pertama timbul dalam teologi Islam masalah iman dan kufur.
Persoalan itu dimunculkan pertamakali oleh kaum Khawarij yang mengecap kafir sejumlah
tokoh sahabat Nabi SAW. Yang dipandang telah melakukan dosa besar, yaitu Ali bin Abi
Thalib, Mu’awiyah bin Abu sufyan, Abu Musa Al-Asy’ari, Amr bin Al-Ash, Thalhah bin
Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Aisyah istri Rasulullah SAW.4

1. Aliran Khawarij

Kaum Khawarij adalah kaum pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar dari barisan
Ali, karena tidak setuju dengan kebijaksanaan Ali bin Abi Thalib yang menerima tahkim /
arbitrase judge between parties to a dispute.

Dari persoalan politik, kemudian kaum khawarij memasuki juga persoalan teologi Islam.
Menurut golongan Khawarij al-Muhakkimah, Ali, Mu’awiyah, kedua pengantara Amr ibn
al-

‘As dan Abu Musa al-‘Asy’ari adalah kafir.

Iman menurut kaum Khawarij bukan merupakan pengakuan dalam hati dan ucapan
dengan lisan saja, akan tetapi amal ibadah menjadi rukun iman saja. Dan menurut kaum
Khawarij, orang yang tidak melakukan shalat, puasa, zakat, dan lain sebagainya yang

6
diwajibkan oleh Islam, maka termasuk kafir. Jadi apabila sekarang mukmin melakukan dosa
besar mapun kecil, maka orang itu termasuk kafir dan wajib diperangi serta boleh di bunuh.

Harta bendanya boleh dirampas menjadi harta ghonimah.

2
Harun Nasution, Teologi Islam, Jakarta : UI Press, 2016. hlm 147.

3
Ibn.Rusyd, Afrizal M. Perdebatan Ulama Dalam Teologi Islam. Gelora Aksara Pratama. hlm 42.

4
Rosihon Anwar. 2000. Ilmu Kalam. Bandung: CV Pustaka Setia. Hlm 136.

7
2. Aliran Murji’ah

Iman menurut Murji’ah adalah terletak pada tashdiq qolbu, adapun ucapan dan

perbuatan tiadak selamanya menggambarkan apa yang ada dalam qolbu.

Menurut sub sekte murji’ah yang ekstrim adalah mereka yang berpandangan bahwa
keimanan terletak di dalam kalbu. Oleh karena itu, segala ucapan dan perbuatan seseorang
yangmenyimpang dari kaidah agama tidak berarti menggeser atau merusak keimanannya,
bahkan keimanannya masih sempurnadalam pandangan Tuhan.Sementara yang dimaksud
murji’ah moderat adalah mereka yang berpendapat bahwa pelaku dosa besar tidaklah
menjadi kafir. Meskipun disiksa di neraka, ia tidak kekal didalamnya bergantung pada dosa
yang dilakukannya. Dalam menetapkan kafir dan dosa besar, kalau paham Khawarij
mengatakan bahwa orang mukmin yang melakukan dosa besar dia sudah dianggap kafir,
sedangkan paham murji’ah lebih bersikap positif. Artinya, sesuai dengan sebutan nama
mereka arja’a, mereka lebih cenderung menyerahkan saja kepada Tuhan soal pelaku dosa
besar.

3. Aliran Muta’zilah

Menurut paham mu’tazilah Iman adalah tashdiq di dalam hati, iktar dengan lisan dan
dibuktikan dengan perbuatan konsep ini mengaitkan perbuatan manusia dengan iman,
karena itu, keimanan seseorang ditentukan pula oleh amal perbuatannya. Konsep ini dianut
pula olah Khawarij. Menurut mereka iman adalah pelaksanaan kewajiban-kewajiban kepada
Tuhan. Jadi, orang yang membenarkan (tashdiq) tidak ada Tuhan selain Allah dan
Muhammad rasul- Nya, tetapi tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban itu tidak dikatakan
mukmin. Tegasnya iman adalah amal. Iman tidak berarti pasif, menerima apa yang
dikatakan orang lain, iman mesti aktif karena akal mampu mengetahui kewajiban-
kewajiban kepada Tuhan.

8
Kaum Mu’tazilah juga berpendapat bahwa orang mukmin yang mengerjakan dosa
besar dan mati sebelum tobat, tidak lagi mukmin dan tidak pula kafir, tetapi dihukumi
sebagai orang fasiq.

4. Aliran Asy’ariyah

Menurut aliran ini, dijelaskan oleh syahrastani, iman secara esensial adalah tasdiq
bil al janan (membenarkan dengan kalbu). Sedangkan qaul dengan lisan dan melakukan
berbagai kewajiban utama (amal bil arkan) hanya merupakan furu’(cabang-cabang) iman.
Oleh sebab itu, siapa pun yang membenarkan ke-Esaan Allah dengan kalbunya dan juga
membenarkan utusan-utusan nya beserta apa yang mereka bawa dari-Nya, iman secara ini
merupakan sahih.

9
Dan keimanan seseorang tidak akan hilang kecuali ia mengingkari salah satudari hal-hal
tersebut.

Kaum Asy’ariyah – yang muncul sebagai reaksi terhadap kekerasan Mu’tazilah


memaksakan paham khalq al-Quran – banyak membicarakan persoalan iman dan kufur.
Asy’ariyah berpendapat bahwa akal manusia tidak bisa merupakan ma’rifah dan amal.
Manusia dapat bahwa akal manusia tidak bisa merupakan ma’rifah dan amal. Manusia dapat
mengetahui kewajiban hanya melalui wahyu bahwa ia berkewajiban mengetahui Tuhan dan
manusia harus menerimanya sebagai suatu kebenaran. Oleh karena itu, iman bagi mereka
adalah tashdiq. Pendapat ini berbeda dengan kaum Khawarij dan Mu’tajilah tapi dekat
dengan kaum Jabariyah. Tasdiq menurut Asy’ariyah merupakan pengakuan dalam hati yang
mengandung ma’rifah terhadap Allah

5. Aliran Maturidiyah

Dalam aliran Maturidiyah terdiri atas dua kelompok, yaitu kelompok Samarkhand,
dan kelompok Bukhara.

a) Maturidiyah golongan Samarkand

Dalam masalah iman, aliran Matur idiyah Samarkand berpendapat bahwa iman
adalah tashdiq bi al-qalb, bukan semata-mata iqrar bi al-lisan.Apa yang diucapkan oleh lidah
dalam bentuk pernyataan iman, menjadi batal bila hati tidak mengakui ucapan lidah. Al-
Maturidi tidak berhenti sampai di situ. Menurutnya,tas hdiq, seperti yang dipahami di atas,
harus diperoleh dari ma’rifah. Tashdiq hasil darim a’r ifah ini didapatkan melalui penalaran
akal, bukan sekedar berdasarkan wahyu. Lebih lanjut, Al-Maturidi mendasari pandangannya
pada dalil naqli surat Al-Baqarah ayat 260. Pada surat Al-Baqarah tersebut dijelaskan bahwa
Nabi Ibrahim meminta kepada Tuhan untuk memperlihatkan bukti dengan Nabi Ibrahim
meminta kepada Tuhan untuk memperlihatkan bukti dengan menghidupkan orang yang
sudah mati.5

Permintaan Ibrahim tersebut, lanjut Al-maturidi, tidaklah berarti bahwa Ibrahim belum

1
0
beriman. Akan tetapi, Ibrahim mengharapkan agar iman yang telah dimilikinya dapat
meningkat menjadi iman hasil ma’rifah. Jadi, menurut Al-Maturidi, iman adalah tas hdiq yang
berdasarkan ma’r ifah. Meskipun demikian,ma’r ifah menurutnya sama sekali bukan esensi

iman, melainkan faktor penyebab kehadiran iman.

5
Drs. Alkhendra, M.Ag. pemikiran kalam. 2000. Bandung. Hlm 128.

1
1
b) Maturidiyah golongan Bukhara

Adapun pengertian iman menurut Maturidiyah Bukhara, seperti yang dijelaskan oleh
Al-Bazdawi, adalah tashdiq bi al qalb dan tashdiq bi al-lisan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
tashdiq bi al-qalb adalah meyakini dan membenarkan dalam hati tentang keesaan Allah dan
rasul-rasul yang diutus-Nya beserta risalah yang dibawanya. Adapun yang dimaksud demgan
tashdiq al-lisan adalah mengakui kebenaran seluruh pokok ajaran Islam secara verbal.
Pendapat ini tampaknya tidak banyak berbeda dengan As y’ar iyah, yaitu sama-sama
menempatkan

tashdiq sebagai unsur esensial dari keimanan walaupun dengan pengungkapan yang berbeda. 6

1
2
6
Harun,Nasution.1972.Teologi Islam. Jakarta : Yayasan Penerbit Universitas

Indonesia. Hlm 148.

1
3
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari beberpa pemaparan diatas, serta segala penjelasan-penjelasan, yang kami dapat
mengambil kesimpulan, yaitu iman merupakan suatu bentuk urusan hati yang mendorong
seseorang untuk melakukan amaliah-amaliah serta iman merupakan dasar atau pondasi
seseorang untuk dapat dekat dengan Allah. Dan sebaliknya kufur adalah merupakan sesuatu
yang sangat dimurkai oleh Allah. Kufur juga merupakan ketidak percayaan terhadap Allah
SWT beserta segala Kekuasaan-Nya. Sehingga kufur merupakan suatu bentuk urusan hati
yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tercela.

Berdasarkan perbandingan yang telah dikemukakan, nampak jelas bagaimana konsep


iman dan kufur menurut perspektif aliran dalam teologi.

1
4
DAFTAR
PUSTAKA

Nasution, Harun. 2016. Teologi Islam. Jakarta : UI Press

Rusyd, Ibn. M, Afrizal. 2006. Perdebatan Ulama Dalam Teologi Islam. Gelora Aksara
Pratama

Anwar, Rosihon. 2012. Ilmu Kalam. Bandung: CV Pustaka Setia.

Drs. Alkhendra, M.Ag. 2000. Pemikiran kal

1
5

Anda mungkin juga menyukai