Anda di halaman 1dari 15

KONSEP IMAN DAN KUFUR

Dosen pengampu : Muhammad Afief Budiman

Disusun oleh :

NAUFAL MAHFUUZH (220105010202)


MUHAMMAD OMEIR (220105010151)

LOKAL C
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulilahi robbil Alamin, puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT.
Dengan limpahan rahmat dan hidayahnya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
semaksimal mungkin. Sholawat serta salam tetap tercurah limpahkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Tauhid. Dan kami juga berharap makalah ini bermanfaat bagi kami, teman-teman dan juga
para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Dalam pembuatan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu saya
ucapkan terimakasih kepada Pak Muhammad Afief Budiman selaku dosen pengampu. Serta
pihak-pihak lain terutama teman-teman saya yang turut membantu memberikan referensi
buku.
Tidak ada manusia yang terluput dari kesalahan, oleh karena itu kami berharap
pemberian maaf yang sebesar-besarnya. Atas kekurangan, baik yang di sengaja maupun yang
tidak disengaja. Saran dan kritik sangat kami harapkan, agar kami dapat memperbaiki
makalah-makalah selanjutnya.

penyusun
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULIAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................2

C. Tujuan...................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3

A. Konsep Iman dan Kufur..................................................................................................3


B. Pendapat beberapa aliran teologi tentang iman dan kufur..................………..4

BAB III PENUTUP...................................................................................................................8

KESIMPULAN........................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................9
ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertempuran Siffin antara Ali bin Abi Tholib dan Mu’awiyyah, yang akhirnya
tentara Ali dapat mendesak tentara Mu’awiyah sehingga yang tersebut terakhir bersedia
untuk lari. ‘Amr ibn al-‘As yang terkenal sebagai orang licik, minta berdamai dengan
mengangkat al-Qur’an ke atas. Pihak Ali diwakili oleh Abu Musa al-Asy’ari. Pihak Ali
kalah setelah mengadakan arbitrase. Sebagian tentara Ali, mereka berpendapat bahwa hal
serupa itu tidak dapat diputuskan oleh arbitrase manusia, tetapi harus datang dari Allah
dengan kembali kepada hukum-hukum yang ada dalam al-Qur’an.
Golongan yang memisahkan diri atau meninggalkan Ali bin Abi Thalib
disebut
golongan Khawarij, karena mereka memandang Ali bersalah dan berdosa besar. Ali
sekarang menghadapi dua musuh, yaitu golongan Mu’awiyah dan golongan Khawarij.
Persoalan-persoalan yang terjadi dalam dunia politik itu akhirnya membawa kepada
persoalan teologi.

Dengan menekankan kepentingan sejarah terhadap masalah “kepercayaan” iman, Ibnu


Taymiyyah, teolog dari Mazhab Hanbali, menyatakan bahwa penelitian atas dua makna
kata tersebut merupakan penelitian intern pertama yang terjadi diantara orang-orang Islam,
karena masalah inilah maka masyarakat muslim terpecah ke dalam beberapa selok dan
golongan, yang berbeda-beda dalam (menafsirkan) kitab suci dan sunnah sehingga satu
sama lain saling menyebut kafir. Dan kelompok yang mula-mula masuk ke gelanggang ini
adalah kelompok kharijiyyah atau Khawarij. Maka timbullah persoalan siapakah yang
mukmin dan siapa yang kafir? Antara golongan yang satu dengan yang lainnya saling kafir
mengkafirkan.
Dari persoalan di atas menimbulkan beberapa aliran teologi dalam Islam. Mulai dari
aliran Khawarij, Murji’ah dan Mu’tazilah dan masih ada lagi yang lainnya seperti
Jabariyah
dan Qodariyah.1 Antara aliran teologi yang satu dengan yang lainnya sangatlah berbeda
tentang pandangan mereka terhadap konsep iman dan kufur. Dalam makalah ini penulis
akan mencoba mendeskripsikan atau menggambarkan dan memaparkan tentang konsep
iman dan kufur adalah dua hal yang saling berkebalikan.

1
B. Rumusan masalah
Untuk lebih terarahnya dalam pembahasan, maka penulis membatasi permasalahan ini.
Pembahasan yang akan dibatasi adalah:
1. Apa pengertian Iman?
2. Apa pengertian Kufur?
3. Bagaimana pendapat dari beberapa aliran teologi Islam tentang Iman dan Kufur?

C. Tujuan
1. Memahami pengertian Iman.
2. Memahami pengertian Kufur.
3. Mengetahui pendapat dari berbagai aliran teologi Islam tentang Iman dan Kufur
2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP IMAN DAN KUFUR

Persoalan ini dimunculkan pertama kali oleh kaum Khawarij yang menganggap kafir
sejumlah tokoh sahabat Nabi Muhammad saw. yang dipandang telah berbuat dosa besar.
Dalam perkembangan Khawarij, setelah mereka pecah menjadi beberapa sekte, maka konsep
kafir turut pula mengalami perubahan. Yang dianggap kafir bukan hanya orang yang tidak
menentukan hukum berdasarkan al-Qur’an, melainkan juga orang yang berbuat dosa
(murtakib al-kabair).
Aliran-aliran pemikiran dalam Islam berbeda pendapat apakah iman itu pengetahuan atau
pembenaran dalam hati saja, atau disertai dengan perbuatan. Aliran yang memandang iman
itu hanya tasdiq tanpa amal membawa pengertian bahwa iman itu tidak bertambah dan tidak
berkurang. Sementara itu, aliran yang memasukkan perbuatan ke dalam iman membawa
pengertian bahwa iman itu dapat bertambah dan berkurang.
konsep iman dan kufur, menurut Hasan Hanafi, dapat dilihat dari istilah kunci yang
biasanya dipergunakan oleh para teologi Muslim, yaitu amal (perbuatan baik atau patuh),
ikrar (pengakuan dengan lisan), dan tasdiq (membenarkan dengan hati), termasuk didalamnya
ma’rifah bi al-qalb (mengetahui dengan hati). (Ada footnote di mklhnya)

1. Pengertian Iman

Dalam Al-Qur’an iman itu selalu berkaitan dengan amal perbuatan baik berupa
pelaksanaan rukun-rukun Islam, akan menyebabkan manusia hidup berbahagia di dunia dan
di akhiratnya. Iman dari segi lughat, kata iman berarti : pembenaran ( ‫ ) ْقـي ِْد ـَّصتال‬inilah makna
yang dimaksud dengan kata
( ‫ ) ن ِم ْ ؤم‬dalam surat Yusuf 12, 17 yanga artinya “Dan kamu sekali-kali tidak akan
membenarkan kami walaupun kami orang- orang yang benar”. Dari ayat di atas, makna
mukmin yakni orang yang membenarkan. Adapun makna iman dari segi istilah ialah
pembenaran atau pengakuan hati dengan penuh yakin tanpa ragu-ragu akan segala apa yang
di bawa oleh Nabi Muhammad SAW yang diketahui dengan jelas sebagai ajaran agama yang
berasal dari wahyu Allah1.
Dalam sebuah hadis di definisikan tentang iman :

“iman adalah meyakini dengan hati, menetapkan dengan lidah dan melaksanakan dengan
anggota”. (H.R Al-Bukhari)
Keimanan itu bukanlah semata-mata ucapan yang keluar dari bibir dan lidah ataupun
hanya semacam keyakinan dalam hati, tetapi keimanan yang sebenarnya “Merupakan suatu
akidah atau kepercayaan yang memenuhi seluruh isi hati nurani, dari situ akan muncul bekas-
bekas atau kesan-kesanya, sebagaimana munculnya cahaya yang disorotkan oleh mataharti
dan sebagai mana semerbak bau harum bunga mawar.2 Kata iman diartikan sebagai amal atau
iltizam dengan amal. Amal yang dikehendaki di sini adalah amal iman, yakni segala
perbuatan kebajikan yang tidak bertentangan dengan hukum yang telah digariskan oleh
syarat.3
iman adalah tasdiq (pembenaran) yang disertai dengan amal. Tasdiq yang dimaksudkan di
sini meliputi seluruh masalah gaib yang diberitakan oleh Allah Swt. dan Rasulullah saw.
barangsiapa mendustakan dari apa yang telah diberitakan Allah dan Rasul-Nya, berarti
imannya telah berkurang.4
Persoalan iktikad ini juga akan menjadi jelas dalam pembahasan masalah maksiat, karena hal
utama yang wajib atas seorang muslim dalam hal maksiat adalah meng-iktikadkan bahwa
maksiat itu haram. Mengiktikadkan ha-ramnya zina adalah wajib. Barangsiapa tidak
membenarkan atau tidak percaya kepada Allah dalam perkara maksiat, bersifat takabur, dan
menghalalkan sesuatu yang telah diharamkan Allah, berarti dia telah kufur. Pembenaran dan
kepercayaan in akan melahirkan perasaan waspada dan takut terhadap dosa dan melakukan
maksiat. Seandainya syahwat, naluri, dan nafsu lebih dominan pada seorang mukmin, maka
ia telah terjatuh dalam lubang kemaksiatan. Kita tidak mengatakan dia telah kufur, namun dia
berhak disiksa karena durhaka dan telah menyediakan dirinya kepada kemurkaan Allah.
Jika benar-benar beriman, dia akan menysal dan takut atas keterlanjurannya itu. Seandainya
tidak ada rasa sesal dan takut terhadap azab Allah, dia sebenarnya telah kufur. 5
iman adalah suatu hakikat yang bersifat menyeluruh yang tidak dapat dipisah-pisahkan, dan
di bawahnya ter-dapat beberapa cabang. Mengingkari satu cabang dari urus-an iman itu
berarti menolak cabang iman yang lain. (Al-baqarah:85) 6
1
Harun Nasution, Teologi Islam, Jakarta : UI Press, 2016. hlm 147
2
Sayid Sabiq, Aqidah Islamiah, Penerbit CV Diponegoro Bandung, 1992, 123
3
3
Abdurrahman Abdul Khalid, Garis Pemisah antara Kufur dan Iman (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm.
4
Abdurrahman Abdul Khalid, Garis Pemisah antara Kufur dan Iman (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 14
5
Abdurrahman Abdul Khalid, Garis Pemisah antara Kufur dan Iman (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 25
6
Abdurrahman Abdul Khalid, Garis Pemisah antara Kufur dan Iman (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 33
Seperti telah kita ketahui bahwa mengingkari satu ca-bang dari masalah akidah berarti
mengingkari akidah secara keseluruhan. Sebagai contoh, barangsiapa yang beriktikad bahwa
Allah bersifat bijaksana lagi maha mengetahui, itu artinya dia telah beriman. Apabila dia
menyangka bahwa ada perbuatan Allah yang tidak mempunyai faedah atau lahir dari
kejahilan Allah, berarti dia telah kufur. Orang yang beriktikad bahwa Allah bersifat pemurah
lagi amat mengasihani, berarti dia telah beriman, tetapi seandainya dia menyangka bahwa
Allah menyiksa seseorang tapa hak atau Allah menzalimi seseorang, gugurlah imannya yang
telah ferdahulu, yaitu iman yang mengakui bahwa Allah bersifat pemurah lagi mengasihani.

2. Pengertian Kufur

Kufur adalah kebalikan daripada iman. Dari segi lughat “kufur” artinya menutupi. Orang

yang bersikap ‘kufur’ disebut kafir, yaitu orang yang menutupi hatinya dari hidayah Allah.

Firman Allah dalam surat an-Nisa / 4 : 136 :

‫َٰٓيَأُّي َٰٓلَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنٓو ۟ا َء اِم ُنو۟ا ِبٱِهَّلل َو َر ُسوِلِهۦ َو ٱْلِكَٰت ِب ٱَّلِذ ى َنَّز َل َع َلٰى َر ُسوِلِهۦ َو ٱْلِكَٰت ِب ٱَّلِذٓى َأنَز َل ِم ن َقْبُلۚ َو َم ن َيْكُفْر ِبٱِهَّلل‬
‫َو َم ِئَك ِتِهۦ َو ُكُتِبِهۦ َو ُرُس ِلِهۦ َو ٱْلَيْو ِم ٱْل َء اِخ ِر َفَقْد َض َّل َض َٰل اًۢل َبِع يًدا‬
“Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-
rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.”
Kufur menurut bahasa adalah menutup. Bila orang yang menyangkal dan musyrik
disebut kafir karena orang itu menutupi dirinya dari nikmat allah dan menutup jalan untuk
mengenal Allah. Orang yang berdosa besar adalah kafir karena dia selalu menutupi dirinya
dengan dosa.7
Ulama mutakallimin, membagi Kufr menjadi: Kufr Ingkar, Kufr Juhud, Kufr Nifaq, Kufr
Ni’mah, dan Kufr Syirik.
a. Kufr ‘Ingkara adalah Kufr yang mengingkari secara lahir dan batin, Rasul-rasul-nya
serta ajaran yang dibawanya (Rasulullah saw.). Mereka menolak hal-hal yang bersifat
gaib dan mengingkari eksistensi Allah sebagai zat pencipta, pemelihara, dan pengatur
alam ini. Ciri yang sangat menonjol dari orang-orang Kufr jenis ini adalah orientasi
mereka yang hanya terfokus pada dunia saja. Seluruh waktu, tenaga, fikiran, dan umur
mereka dihabiskan untuk mencari kenikmatan dunia.
b. Kufr Juhud adalah Kufr yang membenarkan dengan hati akan adanya Allah dan
Rasul-rasul-Nya serta ajaran yang dibawanya, tetapi tidak mau mengikrarkan
kebenaran yang diakuinya itu dengan lisan. Ciri yang sangat menonjol dari orang
Kufr jenis ini adalah penolakan itu semata-mata berlandaskan atas kesombongan,
keangkuhan, kedengkian dan semacamnya, meskipun dalam hati si pengikar, hal ini
diingkari dan ditolaknya itu dia yakni atau, paling tidak dia ketahui akan
kebenarannya

4
7
Ibn.Rusyd, Afrizal M. Perdebatan Ulama Dalam Teologi Islam. Gelora Aksara Pratama. hlm 42
c. Kufr Nifaq adalah Kufr yang secara lahiriah tampaknya beriman, tetapi batinnya
mengingkari Allah, orang-orang ini disebut munafik. Di antar ciriciri orang munafik
adalah berkepribadian goyah dan tidak memiliki pendirian tetap, khususnya dalam
bidang akidah. Meraka adalah orangorang yang hidup dalam suasana kebimbangan,
ketidak pastian, dan kegelisahan.
d. Kufr Ni’mah adalah salah satu jenis Kufr yang tidak menyebabkan seseorang keluar
dari Islam, namun keKufran semacam ini pun mendapat ancaman siksaan yang sangat
pedih dari Allah. Kufr ni’mah merupakan penyalagunaan nikmat-nikmat Allah yang
telah diberikan kepada mereka.
e. Kufr Syirik adalah jenis kekufran yang menodai sifat yang paling esensial bagi Allah,
yakni keesaan, yang merusak kemahasempurnaan Allah. Meskipun mereka tidak
mengingkari eksistensi Allah sebagai pencipta alam ini, mereka mempercayai banyak
tuhan dan menggantungkan nasibnya kepada tuhan-tuhan itu. Praktek syi>ri>k bisa
berbentuk amalan qalb bisa juga berupa perbuatan anggota badan8

menolak bukti-bukti kebenaran Tuhan, yakni sebuah kehendak untuk mengingkari Tuhan,
sengaja tidak mensyukuri kehidupan dan mengingkari wahyu.9

Adapun bebarapa contoh tentang perbandiangan iman dan Kufr:


1. Rubbubiyyah adalah sifat mentauhidkan Allah swt. dan beri’tikad bahwa Allah swt.
adalah Tuhan yang menciptakan alam, memilikinya, segalagalanya di bawah pengetahuan,
kehendak dan kebijaksanaan-Nya yang tak terhingga. Dengan mengingkari bahwa
makhluk itu ciptaan Allah swt., menganggap Allah tidak tahu terhadap makhluk setelah
dijadikan-Nya, menganggap adanya rezeki yang bukan dari Allah swt., dan menganggap
sifat itu dipunyai juga oleh yang lain dari pada Allah swt. seperti yang dilakukan oleh
fir’aun maka adalah orang-orang yang Kufr.
2. Iman kepada Asma’ Allah san sifat-sifat-Nya yaitu mempercayai Asma’ Allah dan sifat-
sifat-Nya seperti apa yang telah dinyatakan oleh Rasulullah. Sedangkan Kufr adalah
menafikan Asma’ Allah dan sifat-sifatNya. Adapun mengKufrkan sifat-sifat Allah dan
Asma’Nya itu dengan dua cara, Yaitu Kufr Nafi dan Ithbat. Setiap I’tikad, perkataan yang
mengingkari dan mencela peribadi dan kerasulan Rasulullah serta apa yang
disampaikannya mereka ini adalah termasuk orang-orang Kufr. Sedangkan orang-orang
yang beriman selalu berbuat mengikuti apa yang sesuai dengan disampaikan oleh
Rasulullah swt.10
Faktor-faktor menjadi Beriman dan Kufr

8
M. Ishom el-saha, Sketsa al-Qur’an, Cet.I, (t.t.PT.Lista fariska Putra, 2005 ), h.344-345
9
Harun Nasution, Teologi Islam, Jakarta : UI Press, 2016. hlm 147
5
10
Marhaeni Saleh. Konsep Iman dan Kufur menurut al-Gazali dan ibn Rusyd. (Cet. I, Makassar: Alauddin
University Press, 2011), h. 17-21
Faktor Pilihan menjadi Beriman
 Bersabar
 Terhindar dari tipu daya dunia
 Memperkenankan panggilan jiwa

faktor terjadinya ke Kufuran antara lain


Faktor Internal Yang dimaksud dengan faktor internal di sini ialah adanya sifat-sifat negative
pada diri manusia, sekaligus merupakan kelemahan-kelemahan, yang menyebabkan ia hanyut
dalam keKufran. Sifat-sifat itu adalah sebagai berikut:
 Kepicikan dan Kebodohan
 Kesombongan dan keangkuhan
 Keputusasaan dalam Hidup
 Mengikuti Hawa Nafsu

B. PENDAPAT BEBERAPA ALIRAN TEOLOGI TENTANG IMAN DAN KUFUR

Agenda persoalan yang pertama timbul dalam teologi Islam masalah iman dan
kufur. Persoalan itu dimunculkan pertamakali oleh kaum Khawarij yang mengecap kafir
sejumlah tokoh sahabat Nabi SAW. Yang dipandang telah melakukan dosa besar, yaitu
Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abu sufyan, Abu Musa Al-Asy’ari, Amr bin Al-Ash,
Thalhah bin
Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Aisyah istri Rasulullah SAW.11
1. Macam Macam Pendapat Aliran Teologi

 Aliran Khawarij

Kaum Khawarij adalah kaum pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar dari barisan
Ali, karena tidak setuju dengan kebijaksanaan Ali bin Abi Thalib yang menerima tahkim /
arbitrase judge between parties to a dispute.

Dari persoalan politik, kemudian kaum khawarij memasuki juga persoalan teologi Islam.
Menurut golongan Khawarij al-Muhakkimah, Ali, Mu’awiyah, kedua pengantara Amr ibn
al-‘As dan Abu Musa al-‘Asy’ari adalah kafir.

Iman menurut kaum Khawarij bukan merupakan pengakuan dalam hati dan ucapan
dengan lisan saja, akan tetapi amal ibadah menjadi rukun iman saja. Dan menurut kaum
Khawarij, orang yang tidak melakukan shalat, puasa, zakat, dan lain sebagainya yang

11
Rosihon Anwar. 2000. Ilmu Kalam. Bandung: CV Pustaka Setia. Hlm 136

6
diwajibkan oleh Islam, maka termasuk kafir. Jadi apabila sekarang mukmin melakukan
dosa besar mapun kecil, maka orang itu termasuk kafir dan wajib diperangi serta boleh di
bunuh. Harta bendanya boleh dirampas menjadi harta ghonimah.
 Aliran Murji’ah

Iman menurut Murji’ah adalah terletak pada tashdiq qolbu, adapun ucapan dan
perbuatan tiadak selamanya menggambarkan apa yang ada dalam qolbu.

Menurut sub sekte murji’ah yang ekstrim adalah mereka yang berpandangan bahwa

keimanan terletak di dalam kalbu. Oleh karena itu, segala ucapan dan perbuatan seseorang
yangmenyimpang dari kaidah agama tidak berarti menggeser atau merusak keimanannya,
bahkan keimanannya masih sempurnadalam pandangan Tuhan.Sementara yang dimaksud
murji’ah moderat adalah mereka yang berpendapat bahwa pelaku dosa besar tidaklah
menjadi kafir. Meskipun disiksa di neraka, ia tidak kekal didalamnya bergantung pada dosa
yang dilakukannya. Dalam menetapkan kafir dan dosa besar, kalau paham Khawarij
mengatakan bahwa orang mukmin yang melakukan dosa besar dia sudah dianggap kafir,
sedangkan paham
murji’ah lebih bersikap positif. Artinya, sesuai dengan sebutan nama mereka arja’a, mereka
lebih cenderung menyerahkan saja kepada Tuhan soal pelaku dosa besar.

 Aliran Muta’zilah

Menurut paham mu’tazilah Iman adalah tashdiq di dalam hati, iktar dengan lisan dan
dibuktikan dengan perbuatan konsep ini mengaitkan perbuatan manusia dengan iman,
karena itu, keimanan seseorang ditentukan pula oleh amal perbuatannya. Konsep ini dianut
pula olah Khawarij. Menurut mereka iman adalah pelaksanaan kewajiban-kewajiban kepada
Tuhan.

7
Jadi, orang yang membenarkan (tashdiq)tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad rasul-
Nya, tetapi tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban itu tidak dikatakan mukmin. Tegasnya
iman adalah amal. Iman tidak berarti pasif, menerima apa yang dikatakan orang lain, iman
mesti aktif karena akal mampu mengetahui kewajiban-kewajiban kepada Tuhan.

Kaum Mu’tazilah juga berpendapat bahwa orang mukmin yang mengerjakan dosa
besar dan mati sebelum tobat, tidak lagi mukmin dan tidak pula kafir, tetapi dihukumi
sebagai orang fasiq.

 Aliran Asy’ariyah

Menurut aliran ini, dijelaskan oleh syahrastani, iman secara esensial adalah tasdiq
bil
al janan (membenarkan dengan kalbu).

Sedangkan qaul dengan lisan dan melakukan berbagai kewajiban utama (amal bil arkan)
hanya merupakan furu’(cabang-cabang) iman.
Oleh sebab itu, siapa pun yang membenarkan ke-Esaan Allah dengan kalbunya dan juga
membenarkan utusan-utusan nya beserta apa yang mereka bawa dari-Nya, iman secara ini
merupakan sahih. Dan keimanan seseorang tidak akan hilang kecuali ia mengingkari salah
satudari hal-hal tersebut.

Kaum Asy’ariyah – yang muncul sebagai reaksi terhadap kekerasan Mu’tazilah


memaksakan paham khalq al-Quran – banyak membicarakan persoalan iman dan kufur.
Asy’ariyah berpendapat bahwa akal manusia tidak bisa merupakan ma’rifah dan amal.

Manusia dapat bahwa akal manusia tidak bisa merupakan ma’rifah dan amal. Manusia

dapat
mengetahui kewajiban hanya melalui wahyu bahwa ia berkewajiban mengetahui Tuhan dan
manusia harus menerimanya sebagai suatu kebenaran. Oleh karena itu, iman bagi mereka
adalah tashdiq. Pendapat ini berbeda dengan kaum Khawarij dan Mu’tajilah tapi dekat
dengan kaum Jabariyah. Tasdiq menurut Asy’ariyah merupakan pengakuan dalam hati yang
mengandung ma’rifah terhadap Allah

 Aliran Maturidiyah

Dalam aliran Maturidiyah terdiri atas dua kelompok, yaitu kelompok Samarkhand,
dan kelompok Bukhara.

8
a) Maturidiyah golongan Samarkand
Dalam masalah iman, aliran Matur idiyah Samarkand berpendapat bahwa iman
adalah tashdiq bi al-qalb, bukan semata-mata iqrar bi al-lisan.Apa yang diucapkan oleh lidah
dalam bentuk pernyataan iman, menjadi batal bila hati tidak mengakui ucapan lidah. Al-
Maturidi tidak berhenti sampai di situ. Menurutnya,tas hdiq, seperti yang dipahami di atas,
harus
diperoleh dari ma’rifah. Tashdiq hasil darim a’r ifah ini didapatkan melalui penalaran akal,

bukan sekedar berdasarkan wahyu. Lebih lanjut, Al-Maturidi mendasari pandangannya pada
dalil naqli surat Al-Baqarah ayat 260. Pada surat Al-Baqarah tersebut dijelaskan bahwa Nabi
Ibrahim meminta kepada Tuhan untuk memperlihatkan bukti dengan Nabi Ibrahim meminta
kepada Tuhan untuk memperlihatkan bukti dengan menghidupkan orang yang sudah mati. 12
Permintaan Ibrahim tersebut, lanjut Al-maturidi, tidaklah berarti bahwa Ibrahim belum
beriman. Akan tetapi, Ibrahim mengharapkan agar iman yang telah dimilikinya dapat
meningkat menjadi iman hasil ma’rifah. Jadi, menurut Al-Maturidi, iman adalah tas hdiq
yang berdasarkan ma’r ifah. Meskipun demikian,ma’r ifah menurutnya sama sekali bukan
esensi
iman, melainkan faktor penyebab kehadiran iman.

b) Maturidiyah golongan Bukhara

Adapun pengertian iman menurut Maturidiyah Bukhara, seperti yang dijelaskan oleh
Al-Bazdawi, adalah tashdiq bi al qalb dan tashdiq bi al-lisan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
tashdiq bi al-qalb adalah meyakini dan membenarkan dalam hati tentang keesaan Allah dan
rasul-rasul yang diutus-Nya beserta risalah yang dibawanya. Adapun yang dimaksud demgan
tashdiq al-lisan adalah mengakui kebenaran seluruh pokok ajaran Islam secara verbal.
Pendapat ini tampaknya tidak banyak berbeda dengan As y’ar iyah, yaitu sama-sama
menempatkan tashdiq sebagai unsur esensial dari keimanan walaupun dengan pengungkapan
yang berbeda.13

12
Drs. Alkhendra, M.Ag. pemikiran kalam. 2000. Bandung. Hlm 128.
13
Harun,Nasution.1972.Teologi Islam. Jakarta : Yayasan Penerbit Universitas Indonesia. Hlm 148

9
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari beberpa pemaparan diatas, serta segala penjelasan-penjelasan, yang kami


dapat mengambil kesimpulan, yaitu iman merupakan suatu bentuk urusan hati yang
mendorong seseorang untuk melakukan amaliah-amaliah serta iman merupakan dasar atau
pondasi seseorang untuk dapat dekat dengan Allah. Dan sebaliknya kufur adalah
merupakan sesuatu yang sangat dimurkai oleh Allah. Kufur juga merupakan ketidak
percayaan terhadap Allah SWT beserta segala Kekuasaan-Nya. Sehingga kufur merupakan
suatu bentuk urusan hati yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan-
perbuatan yang tercela.

Berdasarkan perbandingan yang telah dikemukakan, nampak jelas bagaimana


konsep iman dan kufur menurut perspektif aliran dalam teologi.

10

DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Harun. 2016. Teologi Islam. Jakarta : UI Press

Rusyd, Ibn. M, Afrizal. 2006. Perdebatan Ulama Dalam Teologi Islam. Gelora Aksara

Pratama Anwar, Rosihon. 2012. Ilmu Kalam. Bandung: CV Pustaka Setia.

Drs. Alkhendra, M.Ag. 2000. Pemikiran kalam. Bandung: CV Pustaka Setia

Marhaeni Saleh, 2011. Konsep Iman dan Kufur menurut al-Gazali dan ibn Rusyd. (Cet. I,
Makassar: Alauddin University Press
Abdurrahman Abdul Khalid, 1996.Garis Pemisah antara Kufur dan Iman (Jakarta: Bumi
Aksara,),
Sayid Sabiq, 1992,Aqidah Islamiah, Penerbit CV Diponegoro Bandung,

11

Anda mungkin juga menyukai