Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

EKSTREMISME DALAM BERAGAMA


Disusun Untuk Menyelesaikan Tugas
Mata Kuliah : Aswaja 2
Dosen Pengampu : Ahmad Rifqi Azmi, S. Ag

Disusun oleh :
Fitriya Nila Mustika 210301014
Ayu Lestari 210301024
Mustautin Rosyidah 210301026
Tanti Pratiwi 220302001

FAKULTAS TARBIYAH
PRODI S1 PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI
BOJONEGORO
TAHUN 2023
i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta
inayah-NyA sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tentang “Ekstremisme
dalam beragama”.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya
kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini tentang ekstremisme dalam
beragama ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Bojonegoro, 16 September 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................................................1
1.3 TUJUAN PENULISAN MAKALAH.........................................................................................1
BAB II............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
2.1 PENGERTIAN IMAN, ISLAM, DAN KAFIR............................................................................2
2.2. KONSEP IMAN, ISLAM DAN KAFIR....................................................................................5
2.3 GHULUW DALAM BERAGAMA.........................................................................................10
BAB III.........................................................................................................................................14
PENUTUP....................................................................................................................................14
3.1 KESIMPULAN....................................................................................................................14
3.2 SARAN..............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian Iman, Islam, Kafir


2. Konsep Iman, Islam, dan Kafir
3.

1.3 TUJUAN PENULISAN MAKALAH

Pembuatan makalah ini ditujukan untuk :


1) Menyelesaikan tugas mata kuliah Aswaja 2
2) Berbagi wawasan kepada pembaca
3) Berbagi informasi tentang Ekstremisme dalam beragama

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN IMAN, ISLAM, DAN KAFIR

A. IMAN
Kata Iman berasal dari Bahasa Arab yaitu bentuk masdar dari kata kerja (fi’il). ‫ يؤمن‬-‫امن‬
‫ – ايمانا‬yang mengandung beberapa arti yaitu percaya, tunduk, tentram dan tenang.1
Imam al-Ghazali mengartikannya dengan ‫ التصديق‬yaitu “pembenaran”. Menurut Syekh
Muhammad Amin al-Kurdi :

‫ “االيمان فهو التصديق با لقل‬Iman ialah pembenaran dengan hati”.

Menurut Imam Ab Hanifah:

‫االيمان هو االقرار و التصديق‬

“ Iman ialah mengikrarkan (dengan lidah ) dan membenarkan (dengan hati)”.

Menurut Hasbi As-Shiddiqy ;

‫القول باللسان والتصد يق بالجنان والعمل بااالركان‬

“ Iman ialah mengucapkan dengan lidah, membenarkan dengan hati dan mengerjakan
dengan anggota tubuh”.

Menurut Imam Ahmad bin Hanbal mendefinisikannya dgn:

‫قول و عمل و نية و ثمسك بالسنة‬

“Ucapan diiringi dgn ketulusan niat dan dilandasi dgn berpegang teguh kepada
Sunnah”.2

Jadi bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Iman adalah Membenarkan segala
sesuatu baik berupa perkataan,hati,maupun perbuatan. Sesuai dengan hadits Rasulullah
saw diatas sudah jelas bahwasanya ada enam rukun iman yang harus diyakini untk
menjadi seorang islam yang sempurna dan menjadi seorang hamba Allah yang ihsan
nantinya.

Keenam Rukun Iman tersebut adalah:

1. Beriman kepada Allah Swt


1
Louis Ma’luf, Kamus al-Munjid, Beirt : al-Maktabah al-Katulikiyah, T.th, hlm.16
2
Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, (Terjemahan) H. Firdaus, Jakarta : Bulan Bintang, 1976, hlm.257
2
Yakni beriman kepada Rububiyyah Allah Swt, Uluhiyyah Allah Swt, dan beriman
kepada Asma wa shifat Allah SWT yang sempurna serta agung sesuai yang ada dalam
Al-quran dan Sunnah Rasul-Nya.

2. Beriman kepada Malaikat

Malaikat adalah hamba Allah yang mulia, mereka diciptakan oleh Allah untuk
beribadah kepada-Nya, serta tunduk dan patuh menta’ati-Nya, Allah telah
membebankan kepada mereka berbagai tugas.Jadi kita dituntut untuk beriman dan
mempercayai adanya Malaikat Allah SWT.

3.Beriman kepada Kitab-kitab

Allah yang Maha Agung dan Mulia telah menurunkan kepada para Rasul-Nya kitab-
kitab, mengandung petunjuk dan kebaikan. Diantaranya: kitab taurat diturunkan kepada
Nabi Musa, Injil diturunkan kepada Nabi Isa, Zabur diturunkan kepada Nabi Daud,
Shuhuf Nabi Ibrahim dan Nabi Musa, Al-quran diturunkan Allah Swt kepada Nabi
Muhammad Saw.

4. Beriman kepada para Rasul

Allah telah mengutus kepada maakhluk-Nya para rasul, rasul pertama adalah Nuh dan
yang terakhir adalah Muhammad Saw, dan semua itu adalah manusia biasa, tidak
memiliki sedikitpun sifat ketuhanan, mereka adalah hamba-hamba Allah yang
dimuliakan dengan kerasulan. Dan Allah telah mengakhiri semua syari’at dengan
syari’at yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw,yang diutus untuk seluruh manusia ,
maka tidak ada nabi sesudahnya.

5. Beriman kepada Hari Akhirat

Yaitu hari kiamat, tidak ada hari lagi setelahnya, ketika Allah membangkitkan manusia
dalam keadaan hidup untuk kekal ditempat yang penuh kenikmatan atau ditempat
siksaan yang amat pedih. Beriman kepada hari akhir meliputi beriman kepada semua
yang akan terjadi setelah itu, seperti kebangkitan dan hisab, kemudian surga atau
neraka.

6. Beriman kepada (Taqdir) Ketentuan Allah

Taqdir artinya: beriman bahwasanya Allah telah mentaqdirkan semua yang ada dan
menciptakan seluruh mahluk sesuai dengan ilmu-Nya yang terdahalu, dan menurut
kebijaksanaan-Nya, Maka segala sesuatu telah diketahui oleh Allah, serta telah pula
tertulis disisi-Nya, dan Dialah yang telah menghendaki dan menciptakannya.

B. ISLAM
3
Kata Islam berasal dari Bahasa Arab adalah bentuk masdar dari kata kerja

‫ اسلم – يسلم – اسالما‬Yang secara etimologi mengandung makna : Sejahtera, tidak cacat,
selamat. Seterusnya kata salm dan silm, mengandung arti : kedamaian, kepatuhan,
dan penyerahan diri.3 Dari kata-kata ini, dibentuk kata salam sebagai istilah dengan
pengertian : Sejahtera, tidak tercela, selamat, damai, patuh dan berserah diri. Dari
uraian kata-kata itu pengertian islam dapat dirumuskan taat atau patuh dan berserah
diri kepada Allah.4

Secara istilah kata Islam dapat dikemukan oleh beberapa pendapat :

1. Imam Nawawi dalam Syarh Muslim :


‫االسالم وهو االستسالم واالنقياد الظاهر‬

“Islam berarti menyerah dan patuh yang dilihat secara zahir”.

2. Ab A’la al-Maudud berpendapat bahwa Islam adalah damai. Maksudnya seseorang


akan memperoleh kesehatan jiwa dan raga dalam arti sesungguhnya, hanya melalui
patuh dan taat kepada Allah.

3. Menurut Hammudah Abdalati Islam adalah menyerahkan diri kepada Allah


SWT.Maksudnya patuh kepada kemauan Tuhan dan taat kepada Hukum-Nya.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Islam itu
ialah tunduk dan taat kepada perintah Allah dan kepada larangannya. Islam di bangun
diatas lima rukun,sebagaimana dijelaskan dalam Hadits:

:‫حدثنا عبيد هللا بن موسى قال اخبرنا حنظلة بن أبي سفيان عن عكرمة بن خالد عن ابن عمر رضي هللا عنهما قال‬
‫قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم ( بني اإلسالم على خمس شهادة أن ال إله إال هللا وأن محمدا رسول هللا وإقام‬
) ‫الصالة وإيتاء الزكاة والحج وصوم رمضان‬

“Abdulloh bin musa telah bercerita kepada kita, dia berkata ; handlolah bin abi sufyan
telah memberi kabar kepada kita d ari ikrimah bin kholid dari abi umar ra. Berkata :
rasul saw. Bersabda : islam dibangun atas lima perkara : persaksian sesungguhnya
tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya nabi Muhammad adalah utusannya,
mendirikan sholat, memberikan zakat, hajji dan puasa ramadlan”.5

Jadi,Rukun Islam itu ada Lima,yaitu:

1. Syahadat
2. Shalat
3. Zakat
4. Puasa
5. Haji
C. KAFIR

3
Ibid hal.48
4
Asmaran AS, Pengantar Study Tauhid, Jakarta : Rajawali Prees, 1992, hlm.84
5
Ibid hal.75
4
Dalam Islam, kafir (bahasa Arab: ‫كافر‬, kāfir; jamak: ‫كّفار‬, kuffār) adalah istilah
yang merujuk kepada orang-orang yang tidak percaya pada perkataan Muhammad
sebagai Nabi dan Rasul penutup.6

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,7 kafir adalah orang yang ingkar dan
tidak beriman kepada Allah dan rasul-Nya. Ada kafir muahid yaitu orang kafir yang
telah mengadakan perjanjian dengan umat Islam bahwa mereka tidak akan menyerang
atau bermusuhan dengan umat Islam selama perjanjian berlaku, dan ada kafir zimi yaitu
orang kafir yang tunduk kepada pemerintahan Islam dengan kewajiban membayar pajak
bagi yang mampu.

2.2. KONSEP IMAN, ISLAM DAN KAFIR

A. KONSEP IMAN
Para Mutakallimin secara umum merumuskan unsur-unsur iman terdiri dari al-
tasdiq bi al-qalb; al-iqrar bi al-lisan; dan al-‘amal bi al-jawarih. Ada yang berpendapat
unsur ketiga dengan istilah yang lain: al-‘amal bi al-arkan yang membawa maksud
melaksanakan rukun-rukun Islam.8 Perbezaan dan persamaan pendapat para
mutakallimin dalam konsep iman nampaknya berkisar di sekitar unsur tersebut. Bagi
Khawarij antaranya mengatakan pengertian iman itu ialah, beriktikad dalam hati dan
berikrar dengan lidah serta menjauhkan diri dari segala dosa.9 Pengertian yang diberikan
oleh Khawarij di atas, sama dengan Mu’tazilah pada unsur yang pertama dan yang
kedua, tetapi berbeza pada unsur yang ketiga di dalam hal menjauhkan diri dari segala
dosa, bagi Khawarij termasuk dosa kecil. Sedangkan bagi Mu’tazilah hanya
menjauhkan diri dari dosa besar sahaja.10 Bagi Murjiah pula, menurut al-Bazdawi
majoriti mereka berpendapat bahawa iman itu hanyalah ma’rifah kepada Allah semata-
mata.11Sedangkan bagi Asy’ariyyah, iman ialah membenarkan dengan hati, dan itulah
iktikad. Di sini terdapat persaman antara konsep Murjiah dan Asy’ariyyah yang
menekankan tugas hati bagi iman atas pengakuan. Cuma Murjiah menggunakan

6
"Qurans position regarding Christians and Jews - Islamweb - Fatwas". www.islamweb.net.
7
Kamus Besar Bahasa Indonesia, © Balai Pustaka 1997
8
Jalal Abd. Hamid Musa, 1975, Nasy’ah al-Asy’ariyyah wa tatawwaruha, Lebanon: Dar al-Kitab, hal.
265
9
Al-Bazdawi, Kitab Usuluddin, Kahirah: Dr. Hans Piter Linss (Et. Al), Dar Haya’, hal. 265
10
Ibid
11
Ibid
5
perkataan ma’rifah, sementara Asy’ariyyah menggunakan al-tasdiq. Selanjutnya konsep
Maturidiyyah secara umumnya sama dengan konsep Asy’ariyyah
dari ahli al-sunnah wa al-jama’ah, cuma sedikit perbezaan, iaitu bagi Maturidiyyah
tasdiq dengan hati mesti satu kesatuan beriqrar dengan lidah. Sedangkan bagi
Asy’ariyyah hanya memadai dengan pengakuan hati untuk membuktikan keimanan,
taqrir dengan lisan tidak diperlukan, kerana taqrir dengan lisan dan mengerjakan rukun-
rukun Islam adalah merupakan cabang dari iman.12 Pendapat Ahli al-Sunnah wa al-
Jama’ah golongan Asy’ariyyah yang agak lebih lengkap tentang iman seperti yang
diberikan oleh al-Baghdadi yang dikutip oleh Harun Nasution, ia menerangkan bahawa
ada tiga bahagian.
a. Iman yang membuat orang keluar dari golongan kafir dan tidak kekal dalam
neraka, iaitu: Mengakui Tuhan, kitab, para Rasul, qadar baik dan jahat,
sifat-sifat Tuhan dan segala keyakinan lain yang diakui dalam syari’at.
b. Iman yang mewajibkan adanya keadilan dan melenyapkan nama fasiq dari
seseorang serta yang melepaskan dari neraka, iaitu mengerjakan segala yang
wajib dan menjauhi segala dosa besar
C. Iman yang menjadikan seseorang itu memperolehi prioriti untuk langsung masuk
ke syurga tanpa perhitungan, iaitu mengerjakan segala yang wajib serta yang sunat dan
menjauhi segala dosa.13Dari huraian di atas, dapat dibuat kesimpulan bahawa konsep
iman dari aliran yang lima ini, secara umum dapat dibahagi kepada dua:

Pertama: Konsep yang menerima unsur-unsur iman itu secara mantap ketiga-tiganya,
iaitu, al-tasdiq bi al-qalb; al-iqrar bi al-lisan, al-‘amal bi al-jawarih atau al-‘amal bi al-
arkan.
Kedua: Konsep yang menekankan kepada unsur pertama sahaja dari ketiga-tiga unsur
tersebut. Unsur-unsur kedua dan ketiga bagi golongan ini hanya merupakan cabang-
cabang sahaja dari iman. Pendapat yang kedua ini terdapat pada golongan yang
berpendapat erti iman sebagai ma’rifah dan tasdiq. Golongan ini termasuk Murjiah,
Asy’ariyyah dan Maturidiyyah

B. KONSEP ISLAM
Islam berasal dari kata Arab Aslama-Yuslimu-Islaman

12
Harun Nasution, op. cit. hal. 28
13
Ibid., hal. 29
6
yang secara kebahasaan berarti 'Menyelamatkan'. beberapa istilah terpenting dalam
pemahamanmengenai keislaman, yaitu Islam dan Muslim. Kesemuanya berakar dari
kata Salam yang berarti kedamaian. Kata Islam lebih spesifik lagi didapat dari bahasa
Arab Aslama, yang bermakna "untuk menerima, menyerah atau tunduk". Boleh juga
dikatakan bahwasanya islam mempunyai dua pengertian:
Pertama,
mengaku dengan lidah, yang dengan pengakuan itu, terpeliharalah darahwalaupun hati
tidak membenarkan.
Kedua,
mengaku dengan lidah, membenarkan dengan hati, mengerjakan dengananggota,
menyerahkan diri kepada allah ,serta menerima ketetapan-ketetapan-Nyadengan ridla
dan suka hati. Inilah ma’na yang benar -benar dimaksudkan.

(“ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah


Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Illah
(Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusanAllah,
engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika
mampu “). (HR. Muslim)

C. KONSEP KAFIR
7
Dalam Islam, orang-orang yang berada di luarnya (non-Muslim) disebut kāfir.
Kāfir (bahasa Arab: Kāfir; Jamak Kuffār) merupakan asal kata kufur yang berarti
ingkar, menolak atau menutup. Kafir merupakan istilah yang diambil dari al-Qur’an.
Secara bahasa (etimologi) berasal kata kafara-yakfuru-kufran, wa kāfiran, yang mana
memiliki beberapa arti, antara lain: ‘menutupi’ (QS. Ibrāhim, 14:7), ‘melepas diri’
(Ibrāhim, 14:22), ‘para petani atau kuffar (AlHadīd, 57:20), ‘mengapus’ (Al-Baqarah, 2:
271, Al-Anfāl, 8:29), ‘denda’ (kaffārah) karena melanggar sesuatu ketentuan Allah,
‘(Al-Māidah, 5: 89 dan 95), ‘kelopak mata yang menutupi buah’, tetapi ada arti lain
‘mata air yang bening’, harum, dan gurih di surga (Al-Insān, 76:5). Jika ditinjau dari
segi bahasa, maka kata kafir tidak selamanya berarti non-Muslim, karena hanya
bermakna inkar saja, tidak sampai mengeluarkan seseorang dari agamanya.14Namun
secara istilah (terminologi) atau syara’ istilah kafir adalah orang yang tidak beriman
kepada Allah dan Rasulnya, baik dengan mendustakannya maupun tidak
mendustaksannya.15 Dengan kata lain, orang-orang yang berada di luar Islam (non
muslim) disebut “kāfir”, karena kafir secara syara’ adalah orang yang menentang atau
menolak kebenaran dari Allah SWT yang disampaikan oleh Rasulnya (orang orang
yang di luar kepercayaan agama Islam).16 Secara singkatnya kafirialah kebalikan dari
iman.17 Selain itu, term kafir atau kufr merupakan salah satu konsep teologis yang
sangat penting dalam al-Qur’an. Kepentingan ini terlihat bahwa al-Qur’an menyebut
kata ini dengan derivasinya mencapai ratusan kali hingga mencapai 527 kali.18Sehingga,
dengan jumlah yang banyak ini istilah atau term kāfir merupakan indikasi akan
pentingnya hal ini. Dengan demikian, dengan jumlah yang banyak ini al-Qur’an seolah
memberikan peringatan agar orang-orang berhati-hati dengannya. Syaikh Shalih bin
Fauzan bin ‘Abdillah al-Fauzan membagi Kufur menjadi 2 macam/bagian, yaitu; kufur
akbar (besar) dan kufur Asgar (kecil). Menurutnya, tidak setiap ucapan dan perbuatan
yang disifatkan Nas} kekufuran merupakan kekafiran yang besar karena sesungguhnya
kekafiran itu ada dua macam kekafiran yang besar (kufur akbar) dan kekafiran yang
kecil (As}gar).19 Kufur Akbar adalah kekafiran yang menafikan keimanan dan
menyebabkan seseorang keluar dari Islam, sedangkan kufur as}gar ialah kekafiran yang
tidak menafikan keimanan, akan tetapi hal yang bisa mengurangi dan melemahkan
14
Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata, (LH&LPY, 2017), hal 415.
15
Bukhari al-Tunisi, Konsep Teologi Ibn Taimiyah, (CV Budi Utama: Yogyakrta, 2017) hal 346
16
Bukhari al-Tunisi, Konsep …, hal 353
17
Muhammad Murtādo al-Zubaidy, Tāju al-Urusy min Jawāhiri al-Qamus, Ed., Abdu al-Halīm at-
Thāhawiy, Juz 14 (1394 H), 51-53
18
Awalu al-Dīn Yahya, Āyātu al-Kufri fī al-Islām, (Malaysia: Jāmi’atu al-Madīnah, 1434 H), 39
19
Saifu al-Nasri Ali ‘Isa, } Al-guluwwu fi al-Takfīr: al-Mazāhir, al-Asbāb, al-‘Ilāj, } (Mesir:
Jamā’atu al-Ans}āru al-Sunnah al-Muhammadiyah, 2003), 143
8
keimanan serta tidak menyebabkan seseorang keluar dari Islam. Jadi, kekufuran terbagi
menjadi 2 yaitu, kufur akbar, yang menyebabkan seseorang dianggap keluar dari agama
Islam dan kufur asgar, } yang tidak menyebabkan pelakunya sampai keluar dari Islam
akan tetapi dapat mengurangi dan membuat lemah keimanannya. Kufur Akbar adalah
kekafiran yang menyebabkan pelakunya keluar dari Islam, kekafiran seperti ini banyak
macamnya. Antara lain:20
(1) Kufur Takdzīb yakni tidak membenarkan atau membohongi apa-apa yang
didatangkan (diajarkan) oleh Rasul secara lahir atau bātin, maka pelaku disebut kafir
(Al-‘Ankabūt: 68)
(2) Kufur al-Iba & al-Istikbār yakni, mengakui kebenaran tetapi tidak tunduk pada
kebenaran tersebut, seperti kekufuran yang dilakukan oleh iblis (al-Baqarah:34)
(3) Kufur al-syāk (Ragu) dan zan } (prasangka) yakni kekufuran karena ragu akan
kebenaran Rasul (al-Kahfi 35- 38)
(4) Kufur al-i’rād atau (menentang/berpaling) yakni, berpaling atau menolak secara
totalitas dari ajaran-ajaran Islam (tidak mempercayainya) yang diajarkan oleh Rasul
SAW (QS. Al-Ahqāf: 3) Dan yang terakhir
(5) Kufur al-Nifāq yaitu, memperlihakan keislaman hanya sebatas dalam perkataan,
tidak dalam hati dan tingkah lakunya, bahkan dalam hatinya menentang, (QS. Al-
Munāfiqūn: 3). Sehingga segala bentuk kekufuran-kekufuran di atas dapat
mengakibatkan pelakunya dianggap keluar dari Islam. Sedangkan kufur Asgar (kecil)
ialah kekufuran yang tidak menyebabkan pelakunya keluar dari Islam, akan tetapi, dapat
membuat lemah dan kurangnya iman. Mayoritas ‘Ulama seperti Tawuth ibnu al-Kaisān
menyebutnya “kufrun dūna kufrin” (kufur yang tidak menyebabkan kekafiran) atau
kekufuran kecil yang mana menyebabkan pelakunya terjatuh dalam dosa, Allah akan
murka bila pelakunya tidak segera bertaubat. Kufur kecil merupakan segala bentuk
kemaksiatan dan perbuatan dosa yang tidak memberikan konsekuensi terhadap
pelakunya dianggap keluar dari Islam, akan tetapi, pelakunya akan mendapatkan adzab
dan mengharuskan kepada pelaku untuk bertaubat dan hal ini termasuk dosa besar.
Misalnya, “kufur nikmat”, yang mana tidak bersyukur atas rizki yang
ٌ‫ و دَ ِ َأب هِ َ ذَ هِ يد بَ ن َأْ ن تُّ ُ َ ا َأظَ َ ال مِ قِ هْ س فَ ِ نـ‬،‫ً ةَ ِ مَ ائَ قَ ة ن الساعُّ ُ َ ا َأظ مَ ً ا‬:34.‫سورة البقرة‬
‫)وَ َ كَ ق لَ ِ ي خْ َ تِ بَّلذَ رُ َأَ كف هُ َ ِ اورَ ُ يُ وَ هُ و هُ ِ بَ احُ صَ َ ال‬83 َ‫لِ َ الَ ظُ وَ هُ وَ ه تَّ نـَ َ جَ لَ خ د‬
‫َ دِ َأحّ َ بِ رَ ال‬:‫ سورة الكهف‬.(.‫ قَ بَ ل قْ نـُ َ ا م هْ ِ نـً ا م رْ َ يـَ َّ ن خِ دِ ألجّ َ بَِ ل رْ ُ ت إِ د دُ ْ رِ ن َلئَ وً ا‬،‫َلهً ا‬
.(‫ِ رُ ضَ ون‬35-. ‫ َلكَ جَ َ واك رَّ سٍ ُ ثَ ةْ فُ طْ نِ نَّ مَ ٍ ابُ ث رُ ْ تـِ ن م‬،‫ُأْ ِش ُرك بِ وّ َ بُ رَ َّ اللُ وِ نا هُ ً ل‬
85 ‫)و‬84 َ‫ْ عُ ُ وا مِ رْ ذَ ما ُأنُ وا عَ رَ َ كفِ ين اَّلذ‬3. :‫سورة األحقاف‬
20
Muhammad bin Riyad} al-Ahmad, Us}ūl al-I’tiqād, (Beirut: Daaru al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1971), 186
9
Sikap bermuka dua yang diperlihatkan oleh orang-orang kafir. Secara lahir, mereka
mengaku beriman tetapi mereka tidak beriman, bahkan berupaya menghancurkan Islam
dan umatnya. Lihat: Harifuddin Cawidu, Konsep Kufr Dalam Al-Qur’an
. ُ َ َ‫َ هْ ق فَ ْ ال يـُ م هَ ْ فـِِ مُ وب لُ َ ى قـ لَ َ عِ عُ بَ طُ وا فَ رَّ َ كفُ ُ وا ث نَ ْ آمُ مَّ ه‬:3.‫ سورة املنافقون‬.(‫ون‬
‫نـَ كِ ب َ )ذل‬
Kekufuran yang tidak sama seperti kafirnya orang-orang terhadap Allah, malaikat, kitab
dan rasulnya. Dia juga mengatakan kufrun duna kufrin adalah kekufuran yang tidak
menyebabkan pelakunya keluar dari Islam. Lihat: Saifu al-Nas}ri Ali ‘Isa, Al-guluwwu
…, 142. Setiap orang yang melakukan kufur kecil maka imannya akan berkurang,
demukian seterusnya sampai iman habis jika tidak bertaubat dan mengimbanginya
dengan amal saleh. Dan kufur ini berpotensi menjadi kufur besar jika terus dilakukan
dan diberikan Allah (QS. Ibrahim: 14/An-Nahl: 83), atau “kufur ‘amaliy’ di mana Kufur
jenis ini merupakan asal semua bentuk kemaksiatan. Orang yang melakukannya disebut
“fāsiq” tetapi masih dianggap beriman. Dengan demikian kufur Asgar merupakan
kekufuran yang memiliki batasan (had) yang tidak sampai menyamai kepada kekufuran
yang besar (akbar) yang dapat membuat seseorang keluar dari Islam.

2.3 GHULUW DALAM BERAGAMA

Ektrem menurut Kamus Besar Bahas Indonesia berarti, 1. Paling ujung, paling
tinggi, paling keras; 2. Sangat keras, sangat teguh, fanatik. Ekstremitas adalah hal
(tindakan, perbuatan) yang melewati batas.21 Dalam terminologi syariat, sikap ektrim
sering juga disebut ghuluw yang bermakna berlebih-lebihan dalam suatu perkara. Atau
bersikap ekstrem pada satu masalah dengan melampaui batas yang telah disyariatkan.22
Adapun ghuluw secara istilah adalah model atau tipe keberagamaan yang
mengakibatkan seseorang melenceng dari agama tersebut.23 Disamping itu, ada istilah
al-tatarruf dalam bahasa Arab modern yang menunjuk pada kata ektrim. Altatarruf,
menurut etimologis bahasa Arab bermakna berdiri di tepi, jauh dari tengah. Dalam
bahasa Arab awalnya digunakan untuk hal yang materil, misalnya dalamberdiri, duduk
atau berjalan. Lalu kemudian digunakan juga pada yang abstrak seperti sikap menepi
dalam beragama, pikiran atau kelakuan. Beberapa istilah lain yang berkonotasi serupa
dengan ghuluw antara lain tanattu’ (sikap yang keras), ifrat} (mempersempit),

21
Tim Penyusun Kamus Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 3 (Jakarta: Balai Pustaka, 2002),
292.
22
Ibnu Hajar Asqalani, Fath}ul Ba>ri>, vol.12 (Kairo: Darul Rayyan Lil Turats, 1988).
23
Ibnu Manz}ur, Lisanul ‘Arab, vol. 15 (Bairut: Daral- Ih}ya Turath al-'Arabi, 1985), 131.
10
tashaddud (menyusah sesuatu) atau takalluf (memaksakan diri). Dalam lintas sejarah,
sikap ekstrem atau ghuluw seringkali terjadi dalam pengamalan ajaran agama. Secara
garis besar sikap ekstrem terbagi menjadi dua macam.
Pertama, ekstrem atau ghuluw dalam aspek akidah, seperti ghuluw orang-orang
Nashrani dengan keyakinan Trinitasnya. Begitu besar pengagungan mereka terhadap
Nabi Isa As. sampai kemudian mereka mentahbiskannya sebagai tuhan. Para penganut
Syiah Rafidhah bersikap ghuluw dengan cara meninggikan derajat Ali sampai sebagian
diantaranya menganggapnya lebih baik dari Abu Bakar, Umar dan Utsman. Sebagian
lagi bahkan menganggapnya lebih baik dari Rasulullah Saw. Lebih dari itu, sebagian
orang Syi'ah bahkan menganggap Ali sebagai titisan Allah. Contoh lainnya adalah
ghuluw-nya orang-orang Sufi yang menganggap suci para pemimpinnya yang dianggap
tak mungkin keliru. Juga sikap berlebih-lebihan dalam mengkafirkan kelompok lain
dengan landasan yang samar dan meragukan.
Kedua, Sikap ekstrem dalam praktik/amalan agama, contohnya berlebih-lebihan
dalam masalah ibadah shalat sepanjang malam tanpa tidur, puasa terus menerus tanpa
jeda hari. Termasuk juga pandangan kelompok tertentu yang menjadikan perkara yang
tidak wajib atau pun Sunah, menjadi wajib atau diSunahkan. Terkadang juga dalam
bentuk menjadikan perkara yang mubah menjadi makruh ataupun haram. Menganggap
diri mereka sebagai pemegang kebenaran. Meremehkan para ulama yang tidak sefaham
dengan mereka dan menjauhinya.
Dalam kaitan ini Yusuf Qardhawi menyatakan bahwa kelompok-kelompok
ekstrem mempunyai beberapa ciri. Di antaranya adalah:

1. Fanatik terhadap salah satu pandangan.


Sikap fanatik berlebihan ini mengakibatkan seorang akan menutup diri dari pendapat
kelompok lain dan menyatakan bahwa pandangannyalah yang paling benar. Pandangan
yang berbeda adalah salah. Padahal para salaf shaleh bersepakat menyatakan, bahwa
setiap orang diambil dan ditinggalkan pandangannya kecuali Rasulullah Saw.

2. Cenderung mempersulit.
Secara pribadi boleh saja seseorang beribadah tidak menggunakan keringanan padahal
itu dibolehkan. Akan tetapi kurang bijak apabila ia mengharuskan orang lain
mengikutinya. Padahal kondisi dan situasi oarng lain berbeda atau tidak memungkinkan.
Rasulullah Secara pribadi adalah orang yang sangat kuat beribadah, namun manakala ia
mengimami shalat di masjid maka beliau memperhatikan kondisi jamaah dengan
11
memperpendek bacaan.Berprasangka buruk kepada orang lain. Sikap ini muncul karena
ia merasa paling benar dan menjadikan ia berprasangka buruk kepada orang lain.
Seakan-akan tidak ada kebaikan kepada orang lain. Sebagai contoh, ada seorang khatib
tidak memegang tongkat saat berkhutbah, atau ada orang yang makan tidak di lantai.
Maka kemudian ia dituduh sebagai orang yang tidak mengikuti Sunah atau mencintai
Rasul. Sikap ini lahir dari rasa ujub atau merasa dirinyalah yang paling benar dan ujub
itulah sebenarnya merupakan benih dari kebinasaan seseorang.

3. Suka mengkafirkan orang lain.


Sikap ghuluw yang paling berbahaya tatkala sampai ke tingkat mengkafirkan orang lain,
bahkan menghalalkan darahnya. Ini yang pernah terjadi pada kelompok khawarij.
Pandangan ghuluw ini pula yang mengakibatkan terbunuhnya dua orang khalifah;
Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Apa yang dulu dilakukan kelompok Khawarij
saat ini juga banyak ditemukan yaitu dengan mengkafirkan para penguasa di negara-
negara muslim dengan alasan tidak menerapkan hukum Tuhan. Bahkan mereka
mengkafirkan para ulama yang enggan mengkafirkan para penguasa tersebut. Padahal
sesuai ajaran Rasulullah Saw, seseorang tidak boleh dengan mudah mengkafirkan orang
lain, sebab berimplikasi hukum yang panjang seperti halal darahnya, dipisah dari
istrinya, tidak saling mewarisi dan sebagainya.24

Adapun batasan-batasan suatu pemahaman maupun sikap dapat dikatagorikan


sebagai bentuk ekstrem, di antaranya;
1. Pembatasan pengertian ghuluw harus didasarkan kepada Alquran dan sunah. Dalam
artian, untuk menghukumi sebuah sikap merupakan ghuluw hendaklah berdasarkan dalil
dari Alquran dan Sunah bukan berdasarkan hawa nafsu, prasangka apalagi kepentingan
musuh-musuh agama.

2. Ghuluw dalam kehidupan kontemporer merupakan realitas yang tidak perlu


dipungkiri. Hal ini dapat disebabkan oleh fanatisme buta dan sempitnya wawasan. Oleh
sebab itu, setiap sesuatu haruslah dipandang secara integral dan berdasarkan ilmu agar
menghasilkan pandangan yang tengah seimbang dan moderat. Tidak terjerumus dalam
ifrat} (menyempitkan) maupun sebaliknya tafrit} (meremehkan).

24
Yusuf Qardhawi, Al-Khasa’is al-'Am (Kairo: Maktabah Wahbah, 1996), 43.
12
3. Kondisi agama seseorang dan masyarakat sekitarnya, kuat dan lemahnya kondisi
tersebut mempunyai pengaruh untuk menghukumi seseorang sebagai palaku ghuluw,
setengah ghuluw atau sama sekali tidak. Sebab, barang siapa yang berpegang teguh
terhadap agama dan hidup ditengah masyarakat yang memiliki komitmen tinggi
terhadap agama, maka perasaannya langsung bangkit jika mendapati sebuah
kemungkaran atau pengabaian dalam penegakkan hukum-hukum syariat. Sementara
orang yang tidak ambil pusing dan hidup ditengah masyarakat yang acuh tak acuh
terhadap agama, maka perasaannya menjadi kebal, tidak melihat suatu dosa sebagai
sebuah kesalahan namun disisi lain ia melihat komitmen seseorang terhadap agamanya
sebagai sebuah ghuluw atau sikap ekstrem.

4. Menghukumi sesuatu sebagai ghuluw terhadap seseorang atau penafiannya berbeda-


beda menurut kondisi dan lingkungan. Melawan penguasa zhalim yang memusuhi Islam
mungkin dianggap jihad. Hal ini terjadi jika penguasa yang diperangi itu melakukan
kekufuran yang nyata, lengkap dengan bukti-buktinya. Tapi memungkinkan juga
disebut ghuluw jika penguasa yang hendak diperagi itu tidak melakukan kekufuran dan
juga tidak ada bukti atas kekufurannya. Semua ini tergantung kepada perbedaan kondisi
dan situasi.25

25
Yusuf Qardhawi, S}ah}wah Al-Islamiyyah Bayna Al-Jumud Wa Al-Tat}arruf (Kairo: Dar el Shorouk, 2001)
13
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

3.2 SARAN

Meskipun kita menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini,


akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang kita perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus
menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

14
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Harun. 2016. Teologi Islam. Jakarta : UI Press

Al-Bazdawi. Kitab Usuluddin. Kahirah: Dr. Hans Piter Lins (Et. Al), Dar Haya’

Harun Nasution. 1983. Akal dan Wahyu dalam Islam. Jakarta: UI-Press.

Jalal Abd. Hamid Musa. 1975. Nasy’ah al-‘Asy’ariyyah wa tatawwaruha. Lebanon: Dar
al-Kitab.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1997© Balai Pustaka

Asmaran AS.1992 Pengantar Study Tauhid, Jakarta : Rajawali Prees

Louis Ma’luf, Kamus al-Munjid, Beirt : al-Maktabah al-Katulikiyah, T.th

Risalah Tauhid, Muhammad Abduh.1967. (Terjemahan) H. Firdaus, Jakarta : Bulan


Bintang,

Al-Tunisi, Bukhari. 2017. Konsep Teologi Ibn Taimiyah. CV Budi Utama: Yogyakrta.

Al-Zubaidy, Muhammad Murtad}o. 1394. Tāju al-Urusy min Jawāhiri al-Qāmush. Juz
14, Ed., Abdul al-Halīm al-Thahawiy

Riyād al-Ahmad, Muhammad. 1971. Us}ūl al-I’tiqād. Beirut: Dār al Kutub al-‘Ilmiyya

Manz}ur, Ibnu. Lisa>nul ‘Arab. Vol. 15. Beirut: Darul Ihya Turats al Arabi, 1985.

Qardhawi, Yusuf. Al-Khas}a>’is Al-Am. Kairo: Maktabah Wahbah, 1996

15

Anda mungkin juga menyukai