Di Susun Oleh :
Kelompok 1
MITA ALFAUZIAH (1202010079)
MUAMAR KUSUMAH (1202010080)
MUHAMAD HARIRI (1202010081)
Segala puji dan syukur sudah sepantasnya kita panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi yang
hingga saat ini masih berkenan memberikan kepercayaan-Nya kepada kita semua untuk
menikmati segala karunia-Nya, Dan hanya dengan qudrat dan iradat-Nyalah penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini yang membahas tentang Konsep Iman dan Kufur.
Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Tauhid. Semoga
dengan penyusunan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman diri penyusun
tentang mata kuliah ini. Demi kesempurnaannya, penyusun selalu mengharapkan adanya saran
dan masukan dari berbagai pihak.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Ilmu tauhid
dan kepada semua pihak yang telah mendukung hingga terselesaikannya makalah ini. Harapan
penyusun semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penyusun sendiri dan
umumnya bagi siapa saja yang membacanya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar belakang......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
2.1 Konsep Iman dan Kufur......................................................................................................3
2.1.1 Pengertian Iman.............................................................................................................3
2.1.2 Rukun rukun iman.........................................................................................................6
2.1.3 Ciri-ciri iman yang benar menurut al-qur’an...........................................................12
2.1.4 Fluktuasi Keimanan.....................................................................................................14
2.1.5 Urgensi Iman dalam mempelajari Ilmu Tauhid.......................................................16
2.1.6 Implementasi beriman dalam kehidupan sehari hari..............................................17
2.1.7 Peranan Iman Dalam Kehidupan sehari hari...........................................................18
2.2 Kufur...................................................................................................................................21
2.2.1 Pengertian Kufur.........................................................................................................21
2.2.2 Macam-Macam Kufur.................................................................................................24
2.2.3 Berikut ini jenis-jenis kafir.........................................................................................27
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................33
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................33
3.2 Saran....................................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................34
ii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Hakikat manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah semata-mata untuk ta’abbudi yaitu
penghambaan yang penuh dengan cara beribadah hanya karena Allah SWT. Beribadah tanpa
ilmu tiada guna dan akan sia-sia. Ada tiga komponen yang saling berkaitan satu sama lain
dan sangat urgen untuk dijaga dan diamalkan oleh seorang hamba. Tiga komponen dasar
yang menjadikan sempurnanya predikat hamba disisi tuhannya. Tiga komponen tersebut
adalah Iman, Islam, dan Ihsan.
Seseorang dikatakan beriman jikalau mereka meyakini dan membenarkan adanya Allah
ta’ala tuhan yang maha Esa, adanya Malaikat Allah, adanya Rasul, Kitab-kitab samawi, hari
Kiamat serta adanya Qadla’ dan Qadar. Sedangkan seseorang dikatakan muslim ketika ia
melaksanakan kewajiban dan meninggalkan larangan agama dan dikatakan muhsin ketika
seseorang dapat merasakan manisnya beribadah serta selalu merasa diawasi oleh Allah
SWT, pada ujungnya segala yang diperbuat lillahita’ala hanya karena-Nya.
Maka dari itu, mengingat betapa pentingnya tiga komponen tersebut, makalah ini dibuat
untuk terlebih dahulu mengetahui apa itu iman, islam dan ihsan, mengetahui rukun-rukun
iman dan islam, mengetahui tingkatan-tingkatan dalam iman maupun islam, serta korelasi
antarketiga komponen tersebut.
1
1.3 Tujuan Masalah
Agar mengetahui pengertian Iman
Agar Mengetahui Rukun Iman
Agar mengetahui ciri orang beriman
Agar mengetahui Fluktuasi iman
2
BAB II
PEMBAHASAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Iman dan Kufur
3
2.1.1 Pengertian Iman
Iman menurut Bahasa adalah percaya sedangkan menurut istilah adalah membenarkan
dengan hati, diucapkan dengan lisan dan di amalkan dengan perbuatan.
“1Hai orang orang yang beriman,yakinlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada
kitab yang dituurunkan-Nya kepada Rasul-Nya,dan kepada kitab kitabnya yang di
turunkan-Nya terdahulu. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, Malikat-Maikat-
Nya,Kitabb-Kitab-Nya,Rasul-Rasul-Nya,dan hari kemudia, maka sesungguhnya orang
itu telah tersesat jalan sejauh-jauhnya(QS.4:136))
Iman menurut kata iman berasal dari tiga huruf dasar a-m-n (hamzah-mim-nun)
mengandung makna tentram,tenang,jujur dapat dipercaya dan tidak khianat.Adapun
iman menurut kata nominal dari kata dasar amana-yu’minu,yaitu perubahan bentuk kata
dasar a-m-n yang ditambah huruf hamzah pada bagian fa’fi’ilya (tsulatsi mazid bi harf
wahid ) yang berarti memiliki rasa aman (sara za amm ) atau menjadikannya aman
( ja’alahu ya’man) (Anis, 1972,p.28)
Kata dasar iman ini mempunyai dua asal makna saling berdekatan, yaitu amanah
sebagai lawan dari khiyanah yang berarti ketenangan hati (sukun al-qalb) dan at-tasdiq
yang bermakna ( membenarkan ) lawan dari kufr ( pengingkaran ) (Zakariyya,1994,p.89)
2
Iman dalam Bahasa Arab disebut dengan iman merupakan inti dari ajaran semua
agama dalam teologi islam diskursus tentang iman ditemukan pada ajaran dasarnya (usul
al-din). Kata ini dipakai dalam Bahasa Arab secara leksial dengan arti “percaya”sejalan
3
dengan makna ini, maka orang yang percaya disebut mu’min ( Ind.mukmin).
1
Al-Quranul Karim
2
Journal.iainkudus.ac.id
3
Jurnal.uinsu.ac.id
4
Menurut Al-Jurjani (wafatpada 816 H) dalam At-Takrifat,secara Bahasa iaman adalah
membenarkan dengan hati sementara menurut syariat, iman adalah meyakini dengan hati
dan mengikrarkan dengan lisan.
Menurut Ibnu Hazm Al-Andalusia Al-Qurtubi( Wafat tahun 456 H ) dalam 4 Al-Fashlu
fil milal iman adalah keyakinan hati dan pengakuan dengan lisan berlangsung secara
bersamaan
Menurut Imam Ahmad bin Hanbal iaman adalah perkataan dan amalan, bisa
bertambah dan berkurang ( diriwayatkan oleh anaknya “Abdullah dalam As sunnah,
1:207)
Menurut Imam Bukhari beliau berkata dalam kitab shohih nya , Iman itu perkataan
dan perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang sampai beliau berkata cinta karena
Allah dan benci karena Allah adalah bagian dari iman.”(Shohih Al Bukhari dalam Kitab
Al iman)
Devinisi iman bukan hanya terbatas pada perkataan ulama diatas saja ,Bahkan para
sahabat dan ulama ahli sunnah waljamaah telah sepakat mengenai pengertian iman
seperti itu.
5
Ibnu Abdil Barr dalam kitab beliau At Tamhid berkata iman menurut ulama ahli
sunnah walzamaah dimana mereka Ahlul Atsar dari ulama fikih dan hadist mereka telah
sepakat iman itu perkataan dan perbuaatan dan tidak ada amalan kecuali dengan niat.
Iman menurut ahli sunnah bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena maksiat
segala ketaatan termasuk bagian dari iman.
4
Ibnu Hazm Al-Andalusia Al Qurtubi dalam kitab (Al-Fashlu fil milal )
5
Ibnu Abdil Barr dalam kitab (At-Tamhid )
5
Ibnu Katsir berkata,”Iman menurut pengertian syar’I tidaklah bisa terwujud kecuali
dengan adanya keyakinan (i’tiqod) perkataan dan perbuaatan. Demikian definisi yang
disampaikan oleh kebanyakan ulama. Bahkan Imam Syafi’I dan Imam Ahmad bin
Hanbal serta Abu Ubaid juga ulama lainnya bersepakat bahwa iman adalah perkataan
dan perbuatan.Bisa bertambah dan bisa berkurang.”(Tafsir Ibnu Katsir pada surat Al
Baqarah ayat : 2).
6
Imam Al Baghawi dalam Syarhus sunnah berkata,Para sahabat dan tabi’in serta ulama
ahli sunnah sesudahnya sepakat bahwa amalan termasuk bagian dari iman. Mereka
berkata iman adalah perkataan, perbuatan dan Aqidah(keyakinan).”(Syarhus
Sunnah,1:38) tidak ada pendapat ulama Ahli Sunnah yang menyelisihi pendapat yang
telah di sebutkan diatas.
Jika ada ulama yang mendefinisikan iman dengan perkataan dan amalan maka mereka
sudah memasukan perkataan lisan dan hati, jika ada yang menambahkan I’tiqod
(keyakinan) maksud mereka adalah supaya tiddak salah sangka bahwa I’tiqod
(keyakinan) bukan termasuk qoulul qolb(perkataan hati). Sehingga Sebagian mereka
berkata iaman adalah perkataan,amalan,dan niat.
Ulama lainnya menambahkan dalam definisi iman “ittiba’us sunnah” yaitu mengikuti
sunnah Nabi SAW. Maksud mereka bahwa perkataan dan amalan tidaklah dicintai oleh
Allah SWT melainkan dengan ittiba yaitu mengikuti tuntunan Nabi shallahu’alaihi wa
sallah.
Sahl At Tusturiy pernah ditanya tentang iman, ap aitu iman? Sahl menjawab, iman
adalah perkataan, niat dan mengikuti ajaran Nabi SAW,karena perkataan dan amalan
tanpa didasari dengan niat, maka itu termasuk kemunafikan. Jika perkataan,amalan, dan
niat tanpa disertai tuntunan Nabi SAW, maka itu adalah Bid’ah.” 7(Majmu Fatawa karya
Ibnu Taimiyyah, 7:171).
6
Imam Al-Bghawi dala Syarhus sunnah
7
Majmu Fatawa karya Ibnu Taimiyyah 7:171)
6
2.1.2 Rukun rukun iman
8
َبْيَنَم ا َنْح ُن ُج ُلْو ٌس ِع ْنَد َر ُسْو ِل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َذ اَت َي ْو ٍم ِإْذ َطَل َع َع َلْيَن ا َر ُج ٌل َش ِد ْيُد: َع ْن ُع َم َر َر ِض َي ُهللا َع ْنُه َأْيضًا َقاَل
َح َّتى َج َلَس ِإَلى الَّنِبِّي صلى هللا عليه وسلم َفَأْس َنَد، َو َال َيْع ِرُفُه ِم َّنا َأَح ٌد، َال ُيَر ى َع َلْيِه َأَثُر الَّس َفِر،َبَياِض الِّثَياِب َش ِد ْيُد َس َو اِد الَّش ْع ِر
ْاِإل ِس َالُم: َفَقاَل َر ُسْو ُل ِهللا صلى هللا عليه وسلم، َيا ُمَحَّم د َأْخ ِبْر ِني َع ِن ْاِإل ْس َالِم: ُر ْك َبَتْيِه ِإَلى ُر ْك َبَتْيِه َو َو َضَع َك َّفْيِه َع َلى َفِخ َذ ْيِه َو َقاَل
َأْن َتْش َهَد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا َو َأَّن ُمَحَّم ًدا َر ُسْو ُل ِهللا َو ُتِقْيَم الَّص َالَة َو ُت ْؤ ِتَي الَّز كَاَة َو َتُص ْو َم َر َم َض اَن َو َتُحَّج اْلَبْيَت ِإِن اْس َتَطْعَت ِإَلْي ِه
َأْن ُت ْؤ ِم َن ِباِهلل َو َم َالِئَك ِت ِه َو ُكُتِب ِه َو ُرُس ِلِه َو اْلَي ْو ِم: َف َأْخ ِبْر ِني َع ِن ْاِإل ْيَم اِن َق اَل: َقاَل، َفَع ِج ْبَنا َلُه َيْس َأُلُه َو ُيَص ِّد ُقُه، َص َد ْقَت: َس ِبْيًال َقاَل
َأْن َتْع ُبَد َهللا َك َأَّنَك َتَر اُه َفِإْن َلْم َتُك ْن َتَر اُه َفِإَّنُه َيَر اَك: َقاَل، َقاَل َفَأْخ ِبْر ِني َع ِن ْاِإل ْح َس اِن، َقاَل َص َد ْقَت.اآلِخ ِر َو ُتْؤ ِم َن ِباْلَقَد ِر َخْيِر ِه َو َش ِّر ِه
َق اَل َأْن َتِل َد ْاَألَم ُة َر َّبَتَه ا َو َأْن، َقاَل َف َأْخ ِبْر ِني َع ْن َأَم اَر اِتَه ا. َم ا اْلَم ْسُؤ ْو ُل َع ْنَها ِبَأْعَلَم ِم َن الَّساِئِل: َقاَل، َفَأْخ ِبْر ِني َع ِن الَّساَع ِة: َقاَل.
ُهللا: َيا ُع َم َر َأَت ْد ِر ي َمِن الَّس اِئِل ؟ ُقْلُت: ُثَّم َقاَل، ُثَّم اْنَطَلَق َفَلِبْثُت َم ِلًّيا، َتَر ى اْلُح َفاَة اْلُع َر اَة اْلَع اَلَة ِر َعاَء الَّش اِء َيَتَطاَو ُلْو َن ِفي اْلُبْنَياِن
َقاَل َفِإَّنُه ِج ْبِرْيُل َأتَـاُك ْم ُيَع ِّلُم ُك ْم ِد ْيَنُك ْم. َو َر ُسْو ُلُه َأْعَلَم.
[]رواه مسلم
Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata: Ketika kami duduk-duduk disisi
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang
mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya
bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya.
Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada
kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: Ya Muhammad,
beritahukan aku tentang Islam?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam :
“Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan
bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat,
puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami
semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “
Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman
kepada takdir yang baik maupun yang buruk kemudian dia berkata: “ anda benar“.
Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan
adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak
melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang
hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang
bertanya “. Dia berkata: “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda: “ Jika
8
Kitab Arbain An-nawawi
7
seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan
dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan
bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau
(Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan
Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada
kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “.
Maknanya yakni kita meyakini bahwa tiada tuhan yang layak di sembah kecuali Allah
SWT,meyakini atau iman kepada Allah juga bisa diwujudkan dengan melaksanakan perintah-
Nya serta menjauhi larangan-Nya, firman Allah SWT dalam surat (Al-Baqarah ayat :3),yaitu
mereka beriman kepada yang ghaib…’(QS.2:3).
9
Imam Abu ja’far ar-Razi menuturkan dari Abdullah, ia berkata:”Iman itu adalah tasdiq
(pengakuan dan pembenaran).
Ali bin Abi Thalhah dan juga yang lainnya menuturkan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata:” mereka
yang beriman (pada ayat diatas adalah) mereka yang membenarkan.” Sedangkan Ma’mar
mengatakan dari Az-Zuhri,ia berkata, “Iman itu adalah amal perbuatan.” Menurut Ibnu
jarir,penafsiran yang tepatbagi ayat ini adalah orang orang yang disifati dengan iman kepada
yang ghaib baik melalui ucapan maupun perbuatan,dan iman itu sendiri merupakan pernyataan
membenarkan (meyakini) Allah,kitab-kitab-Nya,Rasul-Rasul-Nya, yang dibuktikan melalui amal
perbuatannya,
Artinya : “Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk
menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-
hentinya.
Dalil naqli yang menjelaskan tentang beriman kepada malaikat adalah firman Allah yan terdapat
dalam surah ( an nisa ayat ke 136).
ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا ٰا ِم ُنْو ا ِباِهّٰلل َو َر ُسْو ِلٖه َو اْلِكٰت ِب اَّلِذ ْي َنَّز َل َع ٰل ى َر ُسْو ِلٖه َو اْلِكٰت ِب اَّلِذ ْٓي َاْنَز َل ِم ْن َقْبُلۗ َو َم ْن َّيْكُفْر
ٰۤل10
َو َم ِٕىَك ِتٖه َو ُكُتِبٖه َو ُرُس ِلٖه َو اْلَيْو ِم اٰاْل ِخ ِر َفَقْد َض َّل َض ٰل اًل ۢ َبِع ْيًدا ِباِهّٰلل
Artinya: (hai orang-orang yang beriman,berimanlah kamu)artinya tetaplah beriman (kepada
Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan-Nya kepada Rasul-Nya,) yakni Al-
qur’an,( serta kitab yang diturunkan-Nya sebelumnya). Maksudnya kitab-kitab yang diturunkan-
Nya kepada para Rasaul menurut satu qiraat kedua kata kerjanya dalam bentuk pasif.(Dan
Barangsiapa yang ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-
Nya, dan hari yang akhir, maka sungguh, ia telah sesat sejauh-jauhnya),dari kebenaran.
Makna dari iman kepada Kitab -Kitab Allah SWT adalah, kita harus meyakini jika
seluruh kitab yang diturubkan kepada Nabi SAW datangnya dari Allah SWT,terutama Al-
qu’an,sebagai umat islam kita juga berpedoman pada Kitab suci Al-qur’an,
10
Tafsir Jalalain surat (An-nisa ayat 136) karangan Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Iamam Jalaluddin As-Syuyuti
9
Barangsiapa yang ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-
Nya, dan hari yang akhir, maka sungguh, ia telah sesat sejauh-jauhnya),dari kebenaran.
Makna dari rukun iman ini adalah kita meyakini bahwa Rasul adalah manusia utusan Allah SWT, yang
diperintahkan untuk menyampaikan kabar gemberi dan ancaman di muka bumi ,beriman kepada Rasul
artinya mempercayai segala ajarannya baik dari lisan maupun mengikuti jejak suri tauladan Nabi dan Rasul.
11
Dalil tentang iman kepada rasul dalam Al qur'an : surah al baqarah ayat 285,
ٰۤل
ٰا َم َن الَّرُسْو ُل ِبَم ٓا ُاْنِز َل ِاَلْيِه ِم ْن َّرِّبٖه َو اْلُم ْؤ ِم ُنْو َۗن ُك ٌّل ٰا َم َن ِباِهّٰلل َو َم ِٕىَك ِت ٖه َو ُكُتِب ٖه َو ُرُس ِلٖۗه اَل ُنَف ِّر ُق َبْيَن َاَح ٍد ِّم ْن ُّر ُس ِلٖه ۗ َو َق اُلْو ا
َسِم ْعَنا َو َاَطْعَنا ُغ ْفَر اَنَك َر َّبَنا َو ِاَلْيَك اْلَم ِص ْيُر
Dalil tentang iman kepada rasul dalam hadist : Hadist riwayat Imam Muslim
َفَأْخ ِبْر ِني َع ِن اِإل ْيَم اِن َقاَل َأْن ُتْؤ ِم َن ِباِهلل َو َم َالِئَك ِتِه َو ُكُتِبِه َو ُرُس ِلِه َو الَيْو ِم اآلِخ ِر َو ُتْؤ ِم َن ِبالَقَد ِر َخْيِر ِه َو َش ِّر ِه
Tejemahan hadist
11
Tafsir Jalalain surat( Al-Baqarah ayat 285) karangan Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Iamam Jalaluddin As-
Syuyuti
10
“Beritahukan kepadaku tentang Iman.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-
Nya, kepada para Rasul-Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun
yang buruk.” Orang tadi berkata, “Engkau benar.”
Iman kepada hari kiamat adalah mempercayai jika hari akhir benar-benar ada, kiamat merupakan
hari dimana seluruh alam semesta dihancurkan dan dimusnahkan,iman kepada hari kiamat berarti
meyakini dan mempercayai tanda-tanda akhir zaman seperti munculnya Dadjal,turunnya Nabi
Isa,terbitnya matahari hari barat semakin banyaknya kejahatan,serta banyaknya amanah tidak
lagi dijalankan, selain itu beriman kepada hari akhir adalah percaya bahwa kehidupan setelah
kematian diman kehidupan yang kekal sesungguhnya ada di akhirat,
Dalil iman kepada hari akhir salah satunya merupakan Al qur'an. Berikut beberapa ayat yang menjelaskan
tentang iman kepada hari akhir .
ٰۤل
ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا ٰا ِم ُنْو ا ِباِهّٰلل َو َرُسْو ِلٖه َو اْلِكٰت ِب اَّلِذ ْي َنَّز َل َع ٰل ى َر ُسْو ِلٖه َو اْلِكٰت ِب اَّلِذ ْٓي َاْنَز َل ِم ْن َقْبُلۗ َوَم ْن َّيْكُفْر ِباِهّٰلل َو َم ِٕىَك ِتٖه َو ُكُتِبٖه َو ُرُس ِلٖه َو اْلَيْو ِم
اٰاْل ِخ ِر َفَقْد َض َّل َض ٰل اًل ۢ َبِع ْيًدا
11
Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari yang akhir, maka sungguh, ia telah sesat
sejauh-jauhnya),dari kebenaran.
Makna beriman kepada qada dan qadar artinya ialah kita mengimani bahwa apapun yang terjadi
di muka bumi juga kepada diri kita sendiri sebagai manusia baik maupun buruk merupakan
kehendak dari Allah SWT, Allah SWT menciptakan mudharat pastilah ada maslahat, disetiap
keburukan terdapat makna yang mendalam baik itu diketahui oleh manusia maupun tidak
diketahui oleh manusia,
Dalil tentang beriman kepada qada dan qadar Allah SWT dalam surat( Al-Ahzad ayat:38)
“…Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.” [Al-Ahzab ayat :38]
َقاَلِت ٱَأْلْع َر اُب َء اَم َّناۖ ُقل َّلْم ُتْؤ ِم ُنو۟ا َو َٰل ِكن ُقوُلٓو ۟ا َأْس َلْم َنا َو َلَّم ا َيْدُخ ِل ٱِإْل يَٰم ُن ِفى ُقُلوِبُك ْم ۖ َو ِإن ُتِط يُعو۟ا ٱَهَّلل َو َر ُسوَل ۥُه اَل َيِلْتُك م ِّم ْن َأْعَٰم ِلُك ْم َش ْئًـاۚ ِإَّن ٱَهَّلل
َغ ُفوٌر َّر ِح يٌم:
Melaksanakan sholat
Menunaikan zakat
12
Dan berpuasa
اَّلِذ ْيَن ُيْؤ ِم ُنْو َن ِباْلَغْيِب َو ُيـِقْيُم ْو َن الَّص ٰل وَة َو ِمَّم ا َر َز ْقٰن ُھْم ُيْنِفُقْو َن
(orang-orang yang beriman), yang membenarkan (kepada yang ghaib) yaitu yang
tidak kelihatan oleh mereka seperti kebangkitan,surge dan neraka (dan mendirikan
sholat) artinya melakukannya sebagaimana mestinya,(dan Sebagian dari Kami berikan
kepada mereka)yang Kami anugrahkan kepada mereka sebagai rezeki (mereka
menafkahkan) mereka belanjakan untuk jalan mentaati Allah SWT.
Di jelaskan juga dalam kitab tafsir Ibnu Katsir mengenai surat Al-Baqarah ayat:2,
Imam Abu ja’far ar-Razi menuturkan dari Abdullah, ia berkata:”Iman itu adalah tasdiq
(pengakuan dan pembenaran).
Ali bin Abi Thalhah dan juga yang lainnya menuturkan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata:” mereka
yang beriman (pada ayat diatas adalah) mereka yang membenarkan.” Sedangkan Ma’mar
mengatakan dari Az-Zuhri,ia berkata, “Iman itu adalah amal perbuatan.” Menurut Ibnu
jarir,penafsiran yang tepatbagi ayat ini adalah orang orang yang disifati dengan iman kepada
yang ghaib baik melalui ucapan maupun perbuatan,dan iman itu sendiri merupakan pernyataan
membenarkan (meyakini) Allah,kitab-kitab-Nya,Rasul-Rasul-Nya, yang dibuktikan melalui amal
perbuatannya,
Demikian pula maknanya Ketika kata iman itu dipergunakan beriringan dengan
amal sholih misalnya pada firman Allah ِإاَّل ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا َو َع ِم ُلو۟ا ٱلَّٰص ِلَٰح ِت َو َتَو اَص ْو ۟ا ِبٱْلَح ِّق َو َتَو اَص ْو ۟ا
ِبٱلَّص ْبِرArtinya Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran. (QS,Al-Ashr:3)
Adapun dalam jika kata itu disebutkan secara mutlak (bukan dalam kontek
kebahasaan ) maka menurut syariat iman tiddak mungkin ada kecuali yang diwujudkan
melalui keyakinan,ucapan dan amal perbuatan. Demikian pendapat mayoritas ulama,
bahkan Imam Syafi’I Imam Ahmad bin Hanbal Abu Ubaidah dan yang lainnya
13
mengatakan (dalam konteks ijma) bahwa iman itu terdiri dari ucapan dan amal perbuatan
dan ia bisa bertambah dan berkurang.
Maqatil bin Hayyan mengatakan:” mendirikan sholat yaitu menjaga untuk selalu
mengerjakannya pada waktunya ,menyempurnakan wudhu,ruku,sujud,bacaan
Qur’an,tasyahhud,serta membaca sholawat kepada Rasulallah SAW,itulah yang di
maksud mendirikan sholat.Adapun menafkahkan Sebagian rezeki yang kami anugrahkan
kepada mereka ,” Ali bin Abi Thalhah dan yang lainnya menuturkan dari Ibnu Abbas ,ia
berkata ,maksudnya mengeluarkan zakat dari harta kekayaan yang di milikinya.
Sebagai asas atau fondasi, maka imân seyogiaya tidak bersifat fluktuatif sebab ia
merupakan dasar keyakinan yang harus stabil. Inilah yang dipahami oleh Murji`ah, yakni
imân tidak menerima ihwal naik-turun, tetapi harus permanen. Dalam pada itu, dasar-
dasar keyakinan selalu memiliki implikasi yang “hitam-putih”, yaitu antara imân dan
kâfir (kafir). Ketika imân berkurang maka yang muncul adalah kufr (kekafiran) dan
tatkala imân muncul maka kekafiran akan sirna. Secara historis, pemahaman ini kerap
12
KBBI
14
dinisbahkan kepada Abu Hanifah Nu„mân ibn Tsâbit (w. 150 H. /767 M.), sehingga
dikenal dengan sebutan Murji`ah al-Fuqaha`. Ia mengajukan argumentasi, “Bagaimana
hal ini [imân bisa bertambah dan berkurang] dapat terjadi dalam diri seseorang: Imân dan
kufr menyatu pada dirinya, padahal keduanya saling kontradiksi.”
Sunah menjelaskan lain, imân adalah sesuatu yang fluktuatif, dapat bertambah
dan berkurang. Imân akan bertambah karena taat kepada Allah dan berkurang disebabkan
maksiat kepada-Nya.10 Al-Bukhâri (w. 256 H./870 M.) memberikan bab khusus di dalam
kitab shahîhnya tentang dasar fluktuatif keyakinan tersebut. Dalam korelasi ini, terlihat
bahwa imân bukan hanya kepercayaan semata tetapi juga mencakup aspek amaliah
(perbuatan) dari anggota tubuh.13
Iman itu dapat bertambah dan berkurang disebabkan karena salah satunya yaitu :
Wasilahnya kuat atau lemahnya dalil (bukti) ; Diri pribadi seseorang, kemampuan
menyerap dalil pengamalan terhadap ajaran Agama. Agar keimanan kita selalu menanjak
maka kita harus memelihara dari hal-hal yang merusak Iman dengan cara mengerjakan
semua perintah dan menjauhi semua larangan Allah.
Keimanan seseorang kepada Allah dapat dibagi menjadi dua macam yaitu : Iman
secara ijmali artinya beriman secara global tanpa mengetahui dalil-dalinya, dan Iman
secara tafsili artinya beriman secara terperinci dan mengetahui dalil-dalinya. 14
Keimanan dan keislaman seseorang dapat naik dan turun bahkan dapat jatuh
ketitik yang paling bawah. Ketika keimanan seseorang naik maka akan naik pula
keislaman seseorang, karena keimanan merupakan fondasi dari keislaman, pemeliharan
keimanan seseorang mau tidak mau harus diupayakan demi menjaga keislaman.
Dalam hal fluktuatifnya keimanan perlu diketahui bahwa ada beberapa cara
mengukur keimanan melalui prespektif psikologi. Konstruksi keimanan mencakup dua
dimensi pokok, yaitu dimensi batin dan dimensi lahir.
13
Analytica Islamica, Vol. 4, No. 1, 2015: 55
14
Mat Jalil FALSAFAH HAKIKAT IMAN ISLAM DAN KUFUR, IAIN Metro
15
Dimensi batiniah (internal act) adalah kondisi dan perbuatan batin atau kejiwaan
yang melibatkan ranah kognisi, afeksi, dan konasi secara bersama-sama. Dimensi
ini terdiri dari:
b) dimensi sikap, yaitu sikap batin dalam menerima keadaan dan sekaligus adanya
keinginan yang kuat di dalam hati untuk menjalani kehidupan sesuai dengan
perintah dan aturan Allah swt.
Dimensi lahir (external act) adalah perilaku atau tindakan anggota badan yang
bersifat empirik, baik berupa perkataan lisan maupun perbuatan anggota badan
lainnya. Perilaku lahiriah (external act) ini merupakan manifestasi dari kondisi
dan perbuatan batin (internal act).15
Menurut Zainuddin, Tauhid berasal dari kata “wahid”) ( واحدyang artinya “satu”.
Dalam istilah Agama Islam, tauhid ialah keyakinan tentang satu atau Esanya Allah,
maka segala pikiran dan teori berikut argumentasinya yang mengarah kepada kesimpulan
bahwa Tuhan itu satu disebut dengan Ilmu Tauhid. Ada istilah lain yang semakna atau
hampir sama dengan tauhid yakni :
Senada dengan ini Imam Abu Hanifah mengatakn bahwa iman hanyalah ‘itiqad. Sedangkan amal
adalah bukti iman. Namun tidak dinamai iman. Ulama Salaf di antaranya Imam Ahmad, Malik,
dan Syafi‟i, iman adalah :
15
Jurnal Pendidikan Islam, iain walisongo- Vol. 8, Nomor 1, April 2014
16
اعتقاد بالجىان ووطق باللسان وعمل باالركان
“Iman adalah sesuatu yang diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan
dengan anggota tubuh.”16
Maka dari itu, sejalan dengan dengan pernyataan di atas, iman mempunyai urgensi dalam
mempelajari Ilmu Tauhid. Urgensi tersebut diantaranya adalah pentingnya keyakinan/iman
sebagai landasan bertauhid, karena dilihat dari pengertian nya sendiri menurut Zainuddin ialah
keyakinan tentang satu atau Esanya Allah, dari hal tersebut dapat kita beranjak bahwa keyakinan
tersebut termasuk kedalam bagian iman.
Bahkan istilah iman hampir sama dengan tauhid serta dikuatkan oleh ulama salaf,bahwa
konsep kesatuan iman tersebut tidak bisa dilepaskan dari 3 satuan pokok yaitu hati,lisan,dan
anggota tubuh.
Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila
memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang
keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan,
maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur
keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan17
Iman dapat dikatakan sudah diimplementasikan apabila telah melaksanakan tanda tanda
atau cii ciri beriman sesuai dengan Al – Qur’an yang telah dijelaskan dalam pembahasan di atas.
Maka apabila ketika ciri ciri iman tersebut iman telah di implementasikan, diantaranya :
1. Jika disebut nama Allah, hatinya akan bergetar dan berusaha ilmu Allahtidak lepas
dari syaraf memorinya (al-anfal : 2)
2. Senantiasa tawakal, yaitu bekeja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah. (Ali imran :
120, Al maidah: 12, al-anfal : 2, at-taubah: 52, Ibrahim:11)
16
Konsep tauhid, digilib.uinsby.ac.id
17
Materi ilmu akhlak,Part: 3 Taat Terhadap Perintah Allah SWT: Beriman, Bertaqwa, dan Ikhlas 91
17
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakn perintah-Nya. (al-anfal: 3,
Al-mu’minun: 2, 7)
Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah.Kalau
Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu
kekuatanpunyang dapat mencegahnya.
Pegangan orang yang beriman adalah firman Allah surat Al Fatihah ayat 1-
7
18
https://www.academia.edu/29551339/MAKALAH_AGAMA_IMPLEMENTASI_IMAN_DAN_TAQWA_DALAM_KEHIDUPAN_MODERN
18
b. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
Dimana saja kamu berada, kematian akan datang mendapatkan kamu kendati
pun kamu di benteng yang tinggi lagi kokoh.( An Nisa 4: 78)
Dan tidak ada satu binatang melatapun dibumi melainkan Allah-lah yang membe
ri rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang dan tempat penyimpananny
a. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (lauhul mahfud)(Hud, 11:6)
Acapkali manusia dilanda resah dan duka cita, serta digoncang olehkeraguan dan
kebimbangan. Orang yang beriman mempunyai keseimbangan ,hatinya tentram(mutmain
ah), dan jiwanya tenang(sakinah), seperti dijelaskanfirman Allah:
Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalumelakukan keb
aikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskandalam firman Allah :
Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh baik lakilaki maupun perempuan dal
am keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikankepadanya kehidupan yang
19
baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasankepada mereka dengan pahal yang lebih
baik dari apa yang mereka kerjakan. (An Nahl, 16:97)
Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar karena
Allahmembimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan
demikianorang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini
sesuaidengan firman Allah:
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, danmerekalah
orang-orang yang beruntung (Al-Baqarah, 2:5)
Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis
tubuh manusia mukmin dipengaruhi oleh iman. Jika seseorang jauh dari prinsip-
prinsip iman, tidak mengacuhkan azasmoral dan ahlak, merobek-robek nilai
kemanusiaan dalam setiap perbuatannya,tidak pernah ingat kepada
Allah, maka orang yang seperti ini hidupnya akandikuasai oleh kepanikan dan
ketakutan.Hal itu akan menyebabkan tingginya hormon adrenalin dan
persenyawaankimia lainnya. Selanjutnya akan menimbulkan pengaruh yang
negatif terhadap biologi tubuh serta lapisan otak bagian atas.
20
Pada waktu itulah timbullah gejala penyakit, rasa sedih, danketegangan psikologis,
serta hidupnya selalu dibayangi oleh kematian.
2.2 Kufur
2.2.1 Pengertian Kufur
Secara bahasa kata kufur berasal dari kata kafara, yakfuru, kufran, wa kufuran wa
kufranan berarti menutupi sesuatu, menyembunyikan kebaikan yang telah diterima atau
tidak berterima kasih. Jamak kafir adalah ka>firu>n, kuffa>r. Secara istilah, kafur adalah
adalah orang-orang yang ingkar terhadap kebenaran islam dan keluar dari agama islam.
Sedangkan kufur nikmat adalah lawan kata syukur nikmat. Kafur disini maksudnya
mengingkari nikmat. Mengkufuri nikmat Allah berarti mengingkari dan menutupi nikmat
Allah. Orang kafur adalah orang yang tertutup karena hatinya tertutup dari nikmat Allah.
19
https://www.academia.edu/29551339/MAKALAH_AGAMA_IMPLEMENTASI_IMAN_DAN_TAQWA_DALAM_KEHIDUPAN_MODERN
21
Adapun pengertian kufur yang diambil dari Ensiklopedia islam, yaitu : Al-
Kufr (tertutup) atau tersembuny, mengalami perluasan makna menjadi ingkar atau
tidak percaya, ketidak percayaan kepada tuhan. Kata kafir mengisyaratkan usaha
keras untuk menolak bukti-bukti kebenaran Tuhan, yakni sebuah kehendak untuk
mwngingkari Tuhan, sengaja tidak mensyukuri kehidupan dan mengingkari
wahyu.
1. Paradigma Khawarij
Khawarij ialah kelompok yang keluar dari golongan Ali pada peristiwa tahkim.
Pandangan teologis mereka khususnya yang berkaitan dengan iman dan kufur lebih
mementingkan politisi ketimbang ilmiah-teoritis. Hal ini dibuktikan, karena
khawarij mula-mula mempermasalahkan persoalan teologi seputar masalah Ali dan
Muawiyah melakukan tahkim kepada manusia. Yang mereka permasalahkan ialah
“Apakah Ali dan pendukungnya adalah kafir atau masih mu’min?” “Apakah
Mu’awiyah dan pendukungnya telah kafir atau masih mu’min?” Jawaban dari
pertanyaan pertanyaan inilah yang menjado dasar pijakan pemahaman teologi
mereka. Mereka beranggapan Ali dan Mu’awiyah beserta pendukungna telah
melakukan dosa besar karena melakukan tahkim terhadap manusia. Menurut
mereka (kecuali khawarij Najdah) pelaku dosa besar adalah kafir dan akan disiksa
selama-lamanya. Khawarij Azariqah malah menggunakan istilah yang lebih
mengerikan, mereka beranggapan setiap orang yang tidak ikut bergabung pada
mereka adalah musyrik. Dan pelaku dosa besar telah emnjadi kafir milah (agama)
yaitu telah keluar dari agama islam, dan akan kekal di neraka bersama orang-orang
kafir lainnya.
2. Paradigma Mu’tajilah
22
menempatkan pelaku dosa besar sebagai kafir. Sedangkan mu’tazilah tidak
menempatkan pelaku dosa besar tetap mu’min atau telah kafir. Akan tetapi diantara
keduanya, atau bisa mereka menyebutnya dengan istilah”manzilah baina
manzilatain”.
3. Paradigma Asy’ariyyah
4. Mur’jiah
b. Kelomok kedua ini beranggapan: kufur itu merupakan banyak hal yang
berkenaan dengan hati ataupun selainnya, seperti tidak tidak mengenal (jahl)
terhadap Allah SWT, membenci dan sombong atasnya-Nya, mendustakan
Allah dan rasul-Nya, menyepelekan Allah dan rasul-Nya, tidak mengakui
Allah itu aesa dan menganggap-Nya lebih dari satu. Karena itu mereka
23
menganggap bisa saja terjadi kekufuran tersebut, baik dengan hati ataupun
lisan, tetapi bukan dengan perbuatan, dan begitupun iman. Mereka
beranggapan bahwa seseorang yang membunuh ataupun hanya menyakiti
nabi dengan tidak karena mengingkarinya, tetapi hanya karena membunuh
ataupun menyakiti itu semata, niscaya dia tidaklah disebut kufur.
f. Kelompok keenam ini ialah para pengikut Abu Syamr, dimana anggapan-
anggapan mereka tentang kufur ini telah dikemukakan dalam uraian yang
terdahulu, yang menyangkut anggapannya tentang tauhid dan qadar.
g. Kelompok ketujuh ini ialah para pengikut Muhammad ibn Syabib dimana
anggapan-anggapan mereka tentang kufur ini pun telah dikemukakan dalam
uraian yang terdahulu, yang menyangkut anggapannya tentang iman.
24
Adapun kebanyakan pengikut aliran Mur’jiah tidak mengkufurkan seseorang yang
mentakwilkan Al-Qur’an, bahkan tidak pula mengkufurkan siapapun selain yang
kekufurannya disepakati
Menurut jenisnya kufur ada dua jenis yaitu : Kufur Besar dan Kufur Kecil. Perbedaan
antara kedua kufur tersebut adalah :
1) Kufur Akbar mengeluarkan pelakunya dari islam dan meruntuhkan semua amal
shaleh. Sedangkan kufur ashgar tidak mengeluarkan pelakunya dari islam dan tidak
perlu meruntuhkan seluruh amal, tetapi akan mengurangi amal seseorang dan
menjadikan pelakunya terancam.
3) Kufur akbar menjadilan darah dan harta pelakunya halal, sedangkan kufur ashgar
tidak menghalalkan darah dan harta pelakunya.
4) Kufur Akbar diberikan al-bara’ sesuai kadar ketaatannya, dan juga diberikan bara’
sekedar perbuatan maksiatnya.
5) Kufur besar atau juga disebut kufur aqidah, yaitu kufur yang bisa mengeluarkan
seseorang dari agama islam.
25
kebenaran datang kepadanya? Bukankan dalam neraka jahannam ada tempat bagi
orang-orang yang kafir?”(QS. Al-Ankabut:68)
Contohnya adalah kekufuran iblis. Dia percaya bahwa Allah itu Maha Esa,
bahakan iblis pernah berdialog langsung dengan Allah. Namun, iblis tidak mau
tunduk kepada Allah karena bersikap sombong. Dalilnya adalah firman Allah, yang
artinya,”Dan (ingatlah) ketika kami berfirman kepada malaikat,’ Tundukalah kamu
kepada Adam’. Lalu, mereka tunduk kecuali iblis, ia enggan dan congkak, dan ia
termasuk orang-orang kafir.” (QS.Al-Baqarah)
Misalnya: Jika ada orang yang ragu, apakah Al-qur’an itu wahyu dari Allah
ataukah buatan manusia, atau orang tersebut ragu tentang akhirat, berarti dia telah
terjerumus ke kufuran yang akbar. Dalil bahwa perbuatan ini termasuk kekufuran
adalah firman Allah, yang artinya,”Dan ia memasuki kebunnya, sedang ia bersikap
aniaya terhadap dirinya sendiri. Ia berkata,’ AKu kira kebun ini tidak binasa selama-
lamanya, dan aku tidak mengira bahwa hari kiamat itu akan datang, serta sekiranya
aku dikembalikan kepada Rab-ku, niscaya akan kudapati tempat kembali yang baik.’
Temannya (yang mukmin) berkata kepadanya’ Apakah engkau kafir kepada (Rab)
yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, kemudian Dia
menjadikan kamu seorang laki-laki? Akan tetapi, aku (percaya bahwa) Dialah Allah
Eab-ku, dan aku tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.”(QS.Al-Kahfi:35-38)
Maksudnya adalah berpaling dari agama islam, dia tida mau tahu tentang
agamanya, sama sekali tidak peduli dengan islam,tidak pernah ibadah, tidak
mengenal islam, dan lain sebagainya. Dalil bahwa perbuatan ini termasuk kekufuran
adalah firmna Allah, yang artinya,”Dan orang-orang itu berpaling dari peringatan
yang disampaikan kepada mereka.”(QS.Al-Ahqaf;3)
26
5. Kufur Karena Nifaq
Kufur kecil atau juga disebut Kufur Amaliyah,yaitu kufur yang tidak menjadikan
pelakunya keluar dari agama islam, dan ia adalah kufur amali. Kufur amali ialah ddosa-
dosa yang disebutkan di dalam AL-Qur’an dan As-Sunnah sebagai dosa-dosa kufur,
tetapi tidak mencapai derajat kufur besar, seperti kufur nikmat.
a) Kufur akidah, yaitu mengingkari akan apa yang wajib diimani, seperti iman kepada
Allah, Para Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Para rasul-Nya, Hari Akhir dan yakin
dengan Qodha dan Qadar baik dan buruknya .
b) Kufur amaliyah, yaitu tidak mensyukuri apa yang telah Allah berikan kepada-Nya.
Kafir yang mengenal Allah SWT dengan hati dan mengakui-Nya dengan lidah,
tetapi tidak mau menjadikannya sebagai suatu keyakinan karena adanya rasa
permusuhan, dengki dan semacamnya. Kafir ‘inad dinyatakan dalam Alquran sebagai
salah satu sifat orang-orang kafir yang mengingkari Allah, tanda-tanda kekuasaan
Allah, mendurhakai rasul-rasul Allah, dan menuruti perintah semua penguasa yang
sewenang-wenang menentang kebenaran, mengingkari keberadaan Allah SWT.
2. Kafir Ingkar
Kafir yang mengingkari Allah SWT secara lahir dan batin, rasul-Nya dan ajaran
yang dibawanya, serta hari kemudian. Mereka menolak hal-hal yang bersifat gaib dan
27
mengingkari eksistensi atau keberadaan Allah SWT sebagai Dhat Pencipta,
Pemelihara dan Pengatur alam ini. Jenis kafir semacam ini dapat dikategorikan sebagai
penganut ateisme (paham yang mengingkari keberadaan Allah SWT). Mereka hanya
percaya kepada benda-benda yang dapat dijangkau oleh indra manusia. Tujuan dan
orientasi hidup mereka adalah dunia semata dengan kecenderungan terhadap hal-hal
yang bersifat lezat, nikmat dan menyenangkan. Seluruh waktu, tenaga, pikiran dan
umur dihabiskan untuk mencari kenikmatan duniawi. Kehidupan dunia dijadikan
indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang
yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di
hari kiamat. dan Allah memberi rizki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa
batas. Menurut keyakinan mereka, proses kehidupan di dunia ini berlangsung secara
alamiah dan murni tanpa kendali dari luar, yang menghidupkan dan mematikan
hanyalah masa. Dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu,
mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja. Mereka berwatak angkuh, sombong
dan arogan, suka bertindak sewenang-wenang, menghalangi orang lain ke jalan Allah
SWT, dan menjadikan nafsu sebagai penuntun, bahkan sebagai Tuhan yang harus
ditaati. Salah satu ciri khas kafir ingkar yang paling dominan adalah pendustaan
terhadap ayat-ayat Allah SWT, baik ayat-ayat qauliyah (ayat-ayat dalam bentuk
firman-firman Allah SWT yang diturunkan kepada manusia melalui rasul-rasul-Nya
yang termaktub dalam Alquran) maupun ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda Allah SWT
di alam ini dalam bentuk ciptaan-Nya yang sangat sempurna dan mempunyai hikmah-
hikmah).
3. Kafir Juhud
Kafir yang membenarkan dengan hati adanya Allah SWT dan rasul-Nya serta
ajaran yang dibawanya, tetapi tidak mau mengikrarkan kebenaran yang diakuinya itu
dengan lidah. Dengan kata lain, mengingkari kebenaran itu secara lahir. Muhammad
Husin T}abat}aba’i seorang ahli tafsir kontemporer dari Iran, membagi kafir Juhud
atas dua macam, yaitu:
28
a. Juhud terhadap Allah SWT, yaitu tidak percaya adanya Allah SWT, surga,
neraka dan lainnya. Penganutnya disebut zindik atau ad-dahriyyin (ateis).
b. Juhud terhadap ajaran Allah SWT dalam keadaan mengetahui bahwa apa yang
diingkarinya itu adalah kebenaran yang berasal dari Allah SWT.47
4. Kafir Nifaq
Kafir yang secara lahiriyah tampak beriman, tetapi batinnya mengingkari Allah
SWT. Orang-orang seperti ini disebut dengan orang munafik, yaitu orang kafir yang
memakai ‚baju mukmin. Watak dasar mereka adalah khianat, ingkar janji, dusta,
egois, dan riya’. Menurut abat}aba’i, munafik dalam istilah Alquran adalah
menampakkan iman dan menyembunyikan kekafiran. Perbuatan penuh pamrih
pribadi, jauh dari keikhlasan, mengharapkan sanjungan. Tidak pernah berkorban
untuk kepentingan orang lain. Ketiga betuk kafir di atas, menurut kesepakatan ulama
tafsir, mutakalimin, dan ulama fikih dinyatakan sebagai perbuatan yang dapat
mengeluarkan dari Islam. Untuk itu mereka wajib di ajak untuk bertobat.
5. Kafir Nikmat
Kafir nikmat merupakan salah satu kafir yang tidak menyebabkan seseorang
keluar dari Islam, namun kekafiran semacam ini mendapat ancaman siksa yang amat
pedih dari Allah SWT. Kafir nikmat adalah penyalahgunaan nikmat-nikmat Allah
SWT, tidak mendayagunakan nikmat-Nya pada hal-hal yang diridlai dan tidak
berterima kasih atas nikmat yang diperoleh dalam hidup ini. Mereka tidak menyadari
sepenuhnya bahwa kenikmatan, harta dan kebahagiaan yang mereka terima adalah
datang dari Allah SWT.Terhadap orang yang kufur nikmat, Imam Al-Ghazali
mengatakan bahwa tidak ada yang memalingkan manusia dari mensyukuri nikmat,
kecuali karena kebodohan dan kelalaiannya. Penghalang mereka disebabkan karena
kebodohan dari mengetahui nikmat itu sendiri. Tidak pernah terbayangkan dalam
hatinya dan tidak ada niat untuk mensyukuri nikmat. Apabila mendapatkan nikmat,
mereka mengira bahwa syukur itu cukup melalui lisan yaitu dengan mengucapkan
Alhamdulilla>h wa syuku>rilah. Mereka tidak memahami bahwa makna syukur
29
adalah menggunakan nikmat untuk menyempurnakan hikmah dengan apa yang
dikehendaki oleh Allah, yaitu dengan beramal taat.
6. Kafir Syirik
Kafir syirik merupakan jenis kekafiran yang menodai sifat yang paling esensial
bagi Allah SWT, yakni keesaan yang berarti merusak kemahasempurnaan-Nya.
Meskipun mereka tidak mengingkari eksistensi Allah SWT sebagai pencipta alam ini,
mereka mempercayai banyak tuhan dan menggantungkan nasibnya pada tuhan-tuhan
itu. Mereka percaya bahwa di samping Allah SWT ada sesuatu di alam ini, yang
mampu mendatangkan manfaat dan mudlarat terhadap diri manusia dan alam. Dosa
syirik merupakan dosa yang maha besar dan tidak terampuni. Sesungguhnya Allah
tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain
dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. Praktik-
praktik syirik berbentuk amalan qalb (hati) atau amalan batin, yaitu dengan
mempercayai dan meyakini keagungan sesuatu selain Allah SWT. Misalnya,
mendewakan seseorang atau makhluk Allah lainnya. Selain amalan juga melalui
perbuatan, seperti melakukan ibadah melalui perantara yang tidak disyariatkan Islam,
seperti beribadah kepada Allah SWT melalui arwah seseorang, kuburan seseorang
yang dikeramatkan dan berhala sebagaimana yang dilakukan oleh masyarakat
Jahiliyah. Kedua bentuk praktik ini hukumnya sama, yaitu termasuk dosa besar yang
tidak diampuni Allah SWT.
7. Kafir Harbi
Kaum harbi adalah kaum kafir yang memusuhi Islam. Negara yang bermusuhan
dengan Negara Islam (Darul Islam) disebut dengan Darul Harbi.Mereka senantiasa
ingin memecah-belah orang-orang mukmin dengan bekerjasama dengan orang-orang
yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Orang yang telah
memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahul Orang yang telah memerangi Allah dan
Rasul-Nya Sejak dahulu ialah seorang pendeta Nasrani bernama Abu Amir, yang
mereka tunggu-tunggu kedatangannya dari Syiria untuk bersembah di masjid yang
mereka dirikan dengan membawa tentara Romawi yang akan memerangi kaum
30
muslimin.Tetapi kedatangan Abu Amir ini tidak jadi karena ia mati di Syiria. Masjid
yang didirikan kaum munafik itu diruntuhkan atas perintah Rasulullah SAW
berkenaan dengan wahyu yang diterimanya sesudah kembali dari perang Tabuk.
Apabila kafir harbi berada dalam negara Islam, mereka harus diperlakukan lebih
keras dibandingkan dengan orang-orang kafir zimi. Hal ini disebabkan oleh sifat khas
mereka yang selalu membuat kerusuhan di muka bumi, terutama pelanggaran yang
paling serius terhadap kemahaagungan dan kemahasempurnaan Allah. Kafir harbi
tidak dapat hidup bersama dengan orang Islam. Mereka tidak berhak mendapatkan
perlindungan dari pemerintahan Islam, kecuali jika mereka berada dan tunduk di
bawah peraturan pemerintahan Islam. Jika seorang kafir harbi melarikan diri ke Darul
Islam dan menyatakan dirinya akan tinggal di Darul Islam dengan tunduk dan patuh
terhadap seluruh peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di Darul Islam,
maka status orang tersebut berubah menjadi kafir zimi. Ketika itu, ia harus dilindungi
dan memiliki kebebasan bergerak serta beragama di Darul Islam. Selama berada di
Darul Islam, kedudukan mereka di depan hukum sama dengan kedudukan muslim.
Jika melakukan tindak pidana hudud, terhadap mereka diberlakukan hukuman hudud.
Akan tetapi, menurut ulama fikih, jika suatu saat mereka melakukan pelanggaran
terhadap kepentingan umum, maka harus dikeluarkan dari Darul Islam dan statusnya
berubah kembali menjadi kafir harbi.
8. Kafir Kitabi
Kafir Kitabi adalah orang kafir yang memiliki kitab samawi, yaitu kitab suci yang
diturunkan Allah SWT. Kafir Kitabi memiliki ciri khas tersendiri karena mereka pada
dasarnya mengimani beberapa kepercayaan pokok yang dianut Islam. Tetapi,
kepercayaannya tidak utuh, penuh cacat dan parsial. Membuat diskriminasi terhadap
rasul-rasul Allah dan kitab-kitab suci Nya, terutama terhadap Nabi Muhammad dan
Alquran. Ulama fikih sepakat bahwa umat Yahudi dan Nasrani adalah dua agama
yang disebut ahlul kitab.
9. Kafir Mu’ahid
31
Kafir mu’ahid adalah kafir harbi dari Darul Harbi yang telah menandatangani
perjanjian damai dengan pemerintah Islam (Darul Islam). Hak dan kewajiban mereka
ditentukan menurut Alquran, sunah Rasulullah SAW dan perjanjian yang disepakati
bersama. Oleh karena itu, mereka harus dilindungi hak-hak dan kewajibannya selama
mereka tidak melanggar perjanjian yang telah ditandatangani. Menurut kesepakatan
ulama fikih, perjanjian dengan Darul Harbi hanya dapat dilakukan apabila Darul
Islam dalam keadaan lemah, dan bahwa perdamaian itu dapat memberikan
kemaslahatan yang besar bagi Darul Islam. Perjanjian ini akan batal dengan
sendirinya apabila pihak musuh melakukan sesuatu yang bertentangan dengan isi
perjanjian.
Kafir yang berdamai dengan orang Islam, tinggal di Darul Islam dan mematuhi
seluruh hukum dan perundang-undangan yang berlaku di Darul Islam. Mereka bebas
melakukan berbagai aktivitas duniawi dan keagamaan selama tidak mengganggu
kemaslahatan umum yang ada di Darul Islam. Sebagai jaminan keamanan bagi diri
mereka di Darul Islam, mereka diwajibkan membayar pajak Jizyah ialah pajak per
orang yang dipungut oleh pemerintah Islam dari orang-orang yang bukan Islam,
sebagai imbalan bagi keamanan diri mereka.
32
Orang Islam yang menyatakan dirinya keluar dari agama Islam, baik dinyatakan
ketika ia berada di Darul Islam maupun berada di Darul Harbi.Seorang muslim
dinyatakan murtad apabila ia memberi pengakuan secara sadar dan bebas (tanpa
tekanan dan paksaan) bahwa ia keluar dari Islam atau meyakini suatu keyakinan
(agama) yang bertentangan dengan ajaran dasar akidah dan syariat Islam. Kafir riddah
merupakan indikasi lemahnya iman dan tidak kemantapan akidah seseorang sehingga
ia melepaskan agamanya. Mereka yang kembali kepada kekafiran setelah beriman
(murtad) akan sia-sia amalnya di dunia ini dan mereka diancam sebagai penghuni
neraka selama-lamanya.
33
BAB III
PENUTUP
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari banyaknya pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, iman
merupakan Iman menurut Bahasa adalah percaya sedangkan menurut istilah adalah
membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan dan di amalkan dengan perbuatan.
Dalam hal iman didukung oleh beberapa penjelasan diantaranya adanya rukun
iman,tanda tanda beriman,fluktuasi beriman, implementasi iman dan banyak lain
sebagainya.
Orang orang tidak semuanya beriman sehingga ada bahasan kufur yaitu ingkar
terhadap apa yang perlu diimani, sehingga ada beberapa pembagian pembagian kufur,
Kufur akidah, yaitu mengingkari akan apa yang wajib diimani, seperti iman kepada
Allah, Para Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Para rasul-Nya, Hari Akhir dan yakin dengan
Qodha dan Qadar baik dan buruknya . Kufur amaliyah, yaitu tidak mensyukuri apa yang
telah Allah berikan kepada-Nya.
3.2 Saran
Saran dari penulis untuk semua yang membaca, diharapkan untuk mempelajari dan
memahami mengenai materi konsep iman dan kufur.
Diharapkan juga semua yang membaca, memberikan kritik yang membangun untuk
bisa memperbaiki penulisan kami.
34
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quranul Karim
Journal.iainkudus.ac.id
Jurnal.uinsu.ac.id
Ibnu Hazm Al-Andalusia Al Qurtubi dalam kitab (Al-Fashlu fil milal )
Tafsir Ibnu katsir jilid satu halaman 47 tentang iman kepada yang ghaib
Tafsir Jalalain surat (An-nisa ayat 136) karangan Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Iamam
Jalaluddin As-Syuyuti
KBBI
Analytica Islamica, Vol. 4, No. 1, 2015: 55
Mat Jalil FALSAFAH HAKIKAT IMAN ISLAM DAN KUFUR, IAIN Metro
Materi ilmu akhlak,Part: 3 Taat Terhadap Perintah Allah SWT: Beriman, Bertaqwa, dan Ikhlas
https://www.academia.edu/29551339/
MAKALAH_AGAMA_IMPLEMENTASI_IMAN_DAN_TAQWA_DALAM_KEHIDUPAN_MODERN
35