Diajukan untuk Memenuhi Tugas Semester Satu Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam yang
diampu oleh Bapak Hasan Abidin, M. Pd.I.
Disusun oleh:
Abdurrahman Juret 200601164
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah Swt karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hal-hal
yang berdampak negatif bagi keimanan seseorang” tepat pada waktunya. Dalam
makalah ini dibahas mengenai Hal-hal yang berdampak negatif bagi keimanan
seseorang. Adapun maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Bapak Hasan Abidin, M.Pd.I. dalam mata kuliah Pendidikan Agama Islam
prodi Teknik Industri. Kami berharap semoga makalah tentang Hal-hal yang
berdampak negatif bagi keimanan seseorang ini dapat memberikan manfaat serta
memberi informasi terhadap pembaca.
Dengan selesainnya makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Hasan Abidin, M.Pd.I. selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan
Agama Islam dalam program studi Teknik Industri, Universitas
Muhammadiyah Gresik
2. Teman-teman mahasiswa program studi Teknik Industri semester satu,
Universitas Muhammadiyah Gresik
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan senang hati kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Makalah...........................................................................................2
D. Manfaat Makalah.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................3
A. Pengertian Iman ...........................................................................................3
B. Unsur-unsur Iman ...……………………………………………………..7
C. Hal-hal yang berdampak negatif bagi keimanan seseorang.......................13
D. Solusi agar keimanan dapat tetap terjaga...................................................22
BAB III PENUTUP..............................................................................................23
A. Kesimpulan................................................................................................23
B. Saran ..........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Iman yang dalam bahasa Arab disebut dengan iman merupakan inti ajaran
semua agama. Dalam teologi Islam, diskursus tentang iman ditemukan pada
ajaran dasarnya (ushul al-din). Kata ini dipakai dalam Bahasa Arab secara
leksikal dengan arti “percaya.” Sejalan dengan makna ini, maka orang yang
percaya disebut mu'min . Ketika Rasulullah saw. menjawab pertanyaan seorang
laki-laki berbaju putih yang datang menghampirinya ia bersabda, “Iman adalah
percaya kepada Allah” Karena kata kuncinya adalah percaya, maka kedudukan
imân selalu diposisikan –pada ajaran teologis- berada di dalam hati (qalb), yaitu
sesuatu yang menjadi unsur batin (esoteris) manusia. Unsur batin tersebut sukar
atau tidak bias untuk diukur eksistensinya tanpa melihat ekspresi lahiriah dari
iman seorang yang beriman (mu'min). Keimanan sering disalahpahami dengan
'percaya', keimanan dalam Islam diawali dengan usaha-usaha memahami
kejadian dan kondisi alam sehingga timbul dari sana pengetahuan akan adanya
Yang Mengatur alam semesta ini, dari pengetahuan tersebut kemudian akal akan
berusaha memahami esensi dari pengetahuan yang didapatkan. Keimanan dalam
ajaran Islam tidak sama dengan dogma atau persangkaan tetapi harus melalui
ilmu dan pemahaman. Itu sendi dan kepercayaan diri seorangnya Implementasi
dari sebuah keimanan seseorang adalah ia mampu berakhlak terpuji. Allah sangat
menyukai hambanya yang mempunyai akhlak terpuji. Akhlak terpuji dalam islam
disebut sebagai akhlak mahmudah.Beberapa contoh akhlak terpuji antara lain
adalah bersikap jujur, bertanggung jawab, amanah, baik hati, tawadhu, istiqomah
dll. Sebagai umat islam kita mempunyai suri tauladan yang perlu untuk dicontoh
atau diikuti yaitu nabi Muhammad SAW. Ia adalah sebaik-baik manusia yang
berakhlak sempurna. Ketika Aisyah ditanya bagaimana akhlak rosul, maka ia
menjawab bahwa akhlak rosul adalah Al-quran. Artinya rosul merupakan
manusia yang menggambarkan akhlak seperti yang tertera di dalam Al-quran. Di
1
jaman era modern saat ini keimanan sudah semakin melemah atau bahkan
dilupakan. Dimana manusia di era zaman sekarang memprioritaskan duniawinya
saja, tanpa mengenal batasan agama. Maka dengan ini penulis ingin memberikan
pemahaman kembali mengenai keimanan. Dengan menggunakan referensi dari
ayat alquran dan hadits, serta dari pemahaman pemahaman para ahli, sang
penulis bertujuan untuk mengembalikan pemahaman keimanan. Metode
Penelitian Dalam membuat jurnal keimanan ini penulis akan mengunakan dengan
metode historis. Tujuan Penelitian historis adalah mempelajari dan menggali
fakta-fakta dan menyusun kesimpulan mengenai peristiwa masa lampau. Dengan
menggunakan Analisis deskriptif hanya bersifat memaparkan. Dengan begitu
para pembaca bisa dengan mudah memahami apa apa yag akan di jabarkan oleh
penulis yang tak lupa penjabaran sesuai dengan fakta fakta, baik yang bersumber
dari alquran, hadits, maupun teori teori dari para ahli/ para tokoh.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian Iman?
2. Apa saja unsur-unsur Iman?
3. Hal-hal yang berdampak negatif bagi keimanan seseorang?
4. Solusi agar keimanan dapat tetap terjaga?
C. Tujuan Makalah
1. Agar dapat mengetahui pengertian dan unsur-unsur Iman
2. Agar dapat memahami dan mengetahui pengaruh negatif pada Iman
D. Manfaat Makalah
1. Secara teoritis, makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbang asih
dalam mengimplementasikan ilmu pengetahuan, khususnya Ilmu Agama
Islam.
2. Secara praktis, makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan serta
referensi bagi penelitian agama Islam, khususnya tentang khodam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN IMAN
iman berasal dari Bahasa Arab dari kata dasar amana yu’minu-imanan. Artinya
beriman atau percaya. Percaya dalam Bahasa Indonesia artinya meyakini atau yakin
bahwa sesuatu (yang dipercaya) itu memang benar atau nyata adanya. 1 Iman dapat
dimaknai iktiraf, membenarkan, mengakui, pembenaran yang bersifat khusus.2
Menurut WJS. Poerwadarminta iman adalah kepercayaan, keyakinan, ketetapan hati
atau keteguhan hati.3 Abul ‘Ala al-Mahmudi menterjemahkan iman dalam Bahasa
inggris Faith, yaitu to know, to believe, to be convinced beyond the last shadow of
doubt yang artinya, mengetahui, mempercayai, meyakini yang didalamnya tidak
terdapat keraguan apapun.
4
HAR Gibb dan JH Krammers memberikan pengertian iman ialah percaya kepada
Allah, percaa kepada utusan-Nya, dan percaya kepada amanat atau apa yang
dibawa/berita yang dibawa oleh utusannya.5 Bila kita perhatikan penggunaan kata
Iman dalam Al Qur’an, akan mendapatinya dalam dua pengertian dasar, 6yaitu: 1. Iman
dengan pengertian membenarkan (( التصديقadalah membenarkan berita yang datangnya
dari Allah dan Rasul Nya. Dalam salah satu hadist shahih diceritakan bahwa
Rasulullah ketika menjawab pertanyaan Jibril tentang Iman yang artinya bahwa yang
dikatakan Iman itu adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, Rasul rasul-Nya, hari kiamat dan engkau beriman bahwa Qadar baik dan buruk
adalah dari Allah SWT.
Kaelany HD, Iman, Ilmu dan Amal Saleh, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, hlm. 58.
1
Dr.Abdul Rahman Abdul Khalid, Garis Pemisah antara Kufur dan Iman, Jakarta, Bumi
2
Aksara,1996
3
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2000, hlm.
18.
4
Abu A'la Al-Maududi, Toward Understanding, Comiti Riyadh: Islamic Dakwah, 1985, hlm.
18.
5
HAR. Gibb and JH Krammers, Shorter Encyclopaedia of islam, E.J. Brill, Leiden, 1974,
hlm 167
6
Op.Cit. Garis Pemisah antara Kufur dan Iman. Hlm 1
3
2. Iman dengan pengertian amal atau ber-iltizam dengan amal : segala perbuatan
kebajikan yang tidak bertentangan dengan hukum yang telah digariskan oleh syara’.
Dalam sebuah ayat Allah :
۟ وا َو ٰ َج َهد
ِ ُُوا بِأ َ ْم ٰ َولِ ِه ْم َوأَنف
س ِه ْم فِى ۟ ُسولِ ِهۦ ثُ َّم لَ ْم يَ ْرتَاب ۟ ُإِنَّ َما ٱ ْل ُمؤْ ِمنُونَ ٱلَّ ِذينَ َءا َمن
ُ وا بِٱهَّلل ِ َو َر
ٓ
َص ِدقُونَّ ٰ يل ٱهَّلل ِ ۚ أُ ۟و ٰلَئِ َك ُه ُم ٱل
ِ ِ سب
َ
Dari ayat tersebut, dapat dikatakan bahwa Iman adalah membenarkan Allah dan
RasulNya tanpa keraguan, berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa. Pada akhir
ayat tersebut “mereka Itulah orang-orang yang benar” merupakan indikasi bahwa
pada waktu itu ada golongan yang mengaku beriman tanpa bukti, golongan ini
sungguh telah berdusta dan mereka tidak dapat memahami hakikat iman dengan
sebenarnya. Mereka menganggap bahwa iman itu hanya pengucapan yang dilakukan
oleh bibir, tanpa pembuktian apapun.7
Pengertian iman secara istilah ialah kepercayaan yang meresap ke dalam hati,
dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak (ragu), serta memberi pengaruh bagi
pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari. Jadi, iman itu bukanlah
semata-mata ucapan lidah, bukan sekedar perbuatan dan bukan pula merupakan
pengetahuan tentang rukun iman.
7
Op.Cit, hlm.7
4
Sesungguhnya iman itu bukanlah semata-mata pernyataan seseorang dengan lidahnya,
bahwa dia orang beriman (mukmin), karena banyak pula orang-orang munafik
(beriman palsu) yang mengaku beriman dengan lidahnya, sedang hatinya tidak
percaya.8 Iman itu membentuk jiwa dan watak manusia menjadi kuat dan positif, yang
akan mengejawantah dan diwujudkan dalam bentuk perbuatan dan tingkah laku akhlak
menusia sehari-hari adalah didasari/ diwarnai oleh apa yang dipercayainya. Kalau
kepercayaannya benar dan baik pula perbuatannya, dan begitu pula sebaliknya. Oleh
karena itu Husain bin Muhammad Al-Jisr mengatakan bahwa setiap orang mukmin
adalah muslim, dan setiap orang muslim adalah mukmin.9 Memang antara percaya
kepada Tuhan dan menyerahkan diri dengan ikhlas kepada Tuhan tidak dapat
dipisahkan, karena keduanya mempunyai hubungan yang erat, yang satu mendasari
dan yang lain melengkapi, menyempurnakan dan memperkuatnya.
Keimanan kepada keesaan Allah itu merupakan hubungan yang semulia-
mulianya antara manusia dengan penciptanya. Oleh karena itu, mendapatkan petunjuk
sehingga menjadi orang yang beriman, adalah kenikmatan terbesar yang dimiliki oleh
seseorang. Keimanan itu bukanlah semata-mata ucapan yang keluar dari bibir dan
lidah saja atau semacam keyakinan dalam hati saja. Tetapi keimanan yang sebenar-
benarnya adalah merupakan suatu akidah atau kepercayaan yang memenuhi seluruh isi
hati nurani, dari situ timbul bekas-bekas atau kesan-kesannya, seperti cahaya yang
disorotkan oleh matahari.
Iman bukan sekedar ucapan lisan seseorang bahwa dirinya adalah orang mukmin.
Sebab orang-orang munafik pun dengan lisannya menyatakan hal yang sama, namun
hatiya mengingkari apa yang dinyatakan itu.
Sebagai mana disebutkan dalam firman Tuhan:
8
Yusuf Al-Qardhawy, Iman Dan Kehidupan, (Jakarta: Bulan Bintang), hlm. 25
9
Husain bin Muhammad Al-Jisr, Husunul Hamidiyah, Salim bin Nabhan, Surabaya,
1953, hlm 8
5
َس َمن يَقُو ُل َءا َمنَّا بِٱهَّلل ِ َوبِٱ ْليَ ْو ِم ٱ ْل َءا ِخ ِر َو َما هُم بِ ُمؤْ ِمنِين ِ َو ِمنَ ٱلنَّا
ش ُع ُرون َ ُوا َو َما يَ ْخ َدعُونَ إِٓاَّل أَنف
ْ َس ُه ْم َو َما ي ۟ ُٰ َخ ِدعُونَ ٱهَّلل َ َوٱلَّ ِذينَ َءا َمن
Iman juga bukan sekedar amal perbuatan ansih yang secara lahiriyah merupakan
ciri khas perbuatan orang-orang beriman. Sebab orang-orang munafik pun tak sedikit
yang secara lahiriyah mengerjakan amal ibadah dan berbuat baik, sementara hati
mereka bertolak belakang dengan perbuatan lahirnya, apa yang dikerjakan bukan
didasari keikhlasan mencari Ridha Allah. 10Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Menuturkan
bahwa iman adalah membenarkan dan meyakini allah sebagai tuhan yang memiliki
dan yang disembah. Iman sebenarnya merupakan jalan untuk memuyakan akal
pikiran manusia, dengan cara menerima semua ketentuan Allah pada setiap sesuatu,
baik yang kelihatan atau tidak kelihatan, yang di tetapkan maupun yang di naikan.
Iman juga menuntut aktif menggapai hidayah, mendekatkan diri kepada-Nya, dan
beraktifitas selayaknya aktifitas para kekasih-Nya (hambanya yang saleh).11
B. UNSUR-UNSUR IMAN
10
Yusuf Qardhawi, Merasakan Kehadiran Tuhan, (Yogakarta: Pustaka Pelajar Offset,
2005), hlm. 27-28
11
Abu Bkar Jabir al-Jazairi, Aqidatu Mu’min, Maktabah Kulliyah al-Azhariyah, 1978,
hlm 31
6
Unsur-unsur iman atau disebut juga sebagai rukun iman. Rukun iman itu ada
enam, yaitu: iman kepada Allah, malaikat malaikat Allah, kitab-kitab Allah, Rasul-
Rasul Allah, hari kiamat dan takdir baik buruk itu dari Allah.
1. Iman kepada Allah
Yang dimaksud iman kepada Alah adalah membenarkan adanya Allah swt,
dengan cara meyakini dan mengetahui bahwa Allah swt wajib adanya karena
dzatnya sendiri (Wajib Al-wujud li Dzathi), Tunggal dan Esa, Raja yang Maha
kuasa, yang hidup dan berdiri sendiri, yang Qadim dan Azali untuk selamanya. Dia
Maha mengetahui dan Maha kuasa terhadap segala sesuatu, berbuat apa yang ia
kehendaki, menentukan apa yang ia inginkan, tiada sesuatupun yang sama dengan-
Nya, dan dia Maha mengetahui.12 Berdasarkan firman Allah;
ٓ ب ٱلَّ ِذ
ى ِ َسولِ ِهۦ َوٱ ْل ِك ٰت
ُ ب ٱلَّ ِذى نَ َّز َل َعلَ ٰى َر ِ َسولِ ِهۦ َوٱ ْل ِك ٰتُ وا بِٱهَّلل ِ َو َر ۟ ُٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ۟ا َءا ِمن
ضلَٰاًۢل ٓ
َ ض َّل َ اخ ِر فَقَ ْد ُ أَن َز َل ِمن قَ ْب ُل ۚ َو َمن يَ ْكفُ ْر بِٱهَّلل ِ َو َم ٰلَئِ َكتِ ِهۦ َو ُكتُبِ ِهۦ َو ُر
ِ سلِ ِهۦ َوٱ ْليَ ْو ِم ٱ ْل َء
بَ ِعي ًدا
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada
Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa
yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab Nya,
rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu
telah sesat sejauh-jauhnya. (QS. An-Nisa’; 136 )
Jadi iman kepada Allah adalah mempercayai adanya Allah swt beserta seluruh ke
Agungan Allah swt dengan bukti-bukti yang nyata kita lihat, yaitu dengan
diciptakannya dunia ini beserta isinya.
2. Iman kepada Para Malaikat
12
Habib Zain bin Ibrahim bin Sumarth, Hidayatuth Thalibin Fi Bayan Muhimmatid Din,
Terj. Afif Muhammad, Mengenal Mudah Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Ikhsan secara Terpadu,
(A. Bayan, 1998), hlm. 113.
7
Syaikh Hafizh bin Ahmad Hakami mengatakan, yang di maksud iman
kepada malaikat adalah meyakini adanya malaikat, sebagai hamba Allah yang
selalu tunduk dan beribadah.13 Allah Ta’ala berfirman:
سبِقُونَهۥُ بِٱ ْلقَ ْو ِل َوهُم بِأ َ ْم ِر ِهۦ
ْ َاَل ي
َيَ ْع َملُون
}ُ }س} ُك} ْم} َ}و} أَ} ْه} لِ} ي} ُك} ْم} نَ} ا} ًر} ا} َ}و} قُ} و} ُد} َه} ا} ا}ل}نَّ} ا
}س} َ}و} ا} ْل} ِح} َ}ج} ا} َ}ر} ةُ} َع} لَ} ْي} َه} ا َ }ُيَ} ا} أَ} ُّي} َه} ا} ا}لَّ} ِذ} ي} َ}ن} آ} َم} نُ} و}ا} قُ} و}ا} أَ} ْن} ف
}ص} و} َ}ن} هَّللا َ} َم} ا} أَ} َم} َ}ر} ُه} ْم} َ}و} يَ} ْف} َع} لُ} و} َ}ن} َم} ا} يُ} ْ}ؤ} َم} ُ}ر} و} َن }ُ }ش} َد} ا} ٌد} اَل يَ} ْع }ِ }ٌَم} اَل ئِ} َك} ةٌ} ِغ} اَل ظ
Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, mengatakan dalam bukunya: malaikat adalah
makhluk agung, jumlahnya banyak dan tak terbilang, tidak ada yang bisa
menghitungnya selain Allah semata. Allah meciptakan mereka dari cahaya,
menciptaka mereka dengan tabiat baik, tidak mengenal kejahatan, dan mereka tidak
dperintahkan atapun melakukan itu. Karena itu mereka taat kepada Rabb, tidak
mendurhkai apapun yang diperintahkan, dan melakukan perintah yang disampaikan.
Mereka bertasbih memaha sucikan Allah siang dan malam tanpa kenal lelah, tidak
14
jemu untuk beribadah kepada Allah ataupun sombong. Beriman dengan para
malaikat adalah salah satu rukun iman. Mereka adalah sejenis makhluk Allah yang
13
Syaikh Hafidz bn Ahmad Hakami, 222Kunci Aqidah yang Lurus, Jak-Sel, Mustaqim, 2001,
hlm. 81
14
Syakh abu bakar jabir al-jazairi, Aqidatu Mu’min kupas tuntas aqidah seorang mu’min,
Solo, Daar An-Naba’,2014, hlm 212
8
selalu taat kepada-nya, tidak akan menentang perintahnya dan tidak makan atau
minum. Mereka juga senantiasa jaga dan tidak pernah tidur sekejapun, baik siang
maupun malam.
Artinya: Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atas (karena
kebesaran Tuhan) dan malaikat-malaikat bertasbih serta memuji
Tuhan-nya dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di
bumi. Ingatlah, bahwa Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha
Pengampun lagi Penyayang. (Q.s Asy-syuara: 5)
Iman kepada Para Malaikat adalah percaya bahwa malaikat adalah makhluk
ciptaan Allah swt yang tidak pernah membangkang perintah-Nya, juga makhluk gaib
yang menjadi perantara-perantara Allah swt dengan Para Rasul. Kita percaya bahwa
malaikat merupakan makhlk pilihan Allah, mereka tidak berbuat dosa, tidak melawan
kepada-Nya, pekerjaannya semata-mmata menjunjung tinggi tugas yang diberikan
kepada mereka masing-masing.15
Makna beriman kepada kitab-kitab ilahi yang merupakan bagian dari akidah
mukmin ialah membenarkan secara pasti kalam khusus Allah yang Dia Wahyukan
kepada Rasul pilihan-Nya, kemudian disatukan dan disusun menjadi lembaran-
lembaran atau kitab-kitab suci. Lembaran-lembaran dan kitab-kitab yang dketahui
wajib diimani secara rinci, dan yang tidak diketahui wajib diimani secara garis besar.
Satu-satunya referensi yang menjadi sumber untuk mengetahui kitab-kitab Ilahi
secara rinci adalah Al-Qur’an, karena Al-Qur’an dalah kitab yang terjaga
15
Op.Cit, Iman, Ilmu dan Amal Saleh. H 76
9
sedemikian rupa, tidak ada penambahan ataupun pengurangan, tidak ada
pendistorsian, tidak ada perubahan ataupun penggantian sama sekali di dalamnya.
Al-Qur’an akan terus terjaga dengan penjagaan Allah hingga mendekati ambang
batas akhir kehdupan dunia ini. Firman Allah QS. Al-Hijr; 9
ِّ إِنَّا نَ ْحنُ نَ َّز ْلنَا
ٱلذ ْك َر
َوإِنَّا لَهۥُ لَ ٰ َحفِظُون
Beriman kepada kitab-kitab wajib secara syar’i maupun logika. Adapun ia wajib
secara syar’i, karena Allah memerintahkannya secara pasti dan tidak menunjukkan
apa pun selain harus taat kepada-Nya dalam hal ini, melarang durhaka kepada-Nya,
melalui firman terkait perintah untuk beriman. Yang dimaksud dengan iman kepada
kitab-kitab Allah adalah membenarkan bahwa kitab-kitab tersebut telah diturunkan
oleh Allah. Kitab tersebut diturunkan melalui firman-firman-Nya. Ada yang
disampaikan secara langsung kepaa para Rasul tanpa perantara, ada yang disampaikan
melalui perantara malaikat, dan ada yang dia tulis sendiri.16
ِ ُسواًل فَي
وح َى ِ ب أَ ْو يُ ْر
ُ س َل َر ِ ش ٍر أَن يُ َكلِّ َمهُ ٱهَّلل ُ إِاَّل َو ْحيًا أَ ْو ِمن َو َر
ٍ ٓائ ِح َجا َ ََو َما َكانَ لِب
ٌعلِ ٌّى َح ِكيم َ ُ ِ ُ بِإ ِ ْذنِ ِهۦ َما يَش
ۥ
ه َّ نإ ۚ ءَٓا
16
Syaikh Hafidz bn Ahmad Hakami, 222Kunci Aqidah yang Lurus, Opcit. Hlm 85
10
apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi
Maha Bijaksana. (Q.S. As- Syuura : 51)
Iman kepada kitab-kitab Allah swt ialah meyakini bahwa kitab-kitab tersebut
datang dari sisi Allah swt yang diturunkan kepada sebagian Rasulnya. Dan bahwasanya
kitab- kitab itu merupakan firman Allah swt yang Qadim, dan segala segala yang
termuat didalamnya merupakan kebenaran. Dan kita tahu kitab-kitab yang diturunkan
kepada Rasul itu ada empat yaitu kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, Injil
kepada Nabi Isa, Zabur kepada Nabi Daud dan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad
SAW.
4. Iman kepada Para Rasul
Iman kepada Rasul adalah percaya dan yakin bahwa Allah swt telah mengutus para
Rasul kepada manusi untuk memberi petunjuk kepada manusia, dan Nabi yang wajib
kita percayai itu ada dua puluh lima.
5. Iman kepada Hari Akhir
11
Hari akhir ialah Hari kiamat, termasuk kebangkitan (alba’ts), yaitu keluarnya
manusia dari kubur mereka dalam keadaan hidup, sesudah jasad mereka dikembalikan
dengan seluruh bagiannya seperti dulu kala di dunia.17
Iman kepada Qadha dan Qadhar adalah percaya bahwa segala hak, keputusan,
perintah, ciptaan Allah swt yang berlaku pada makhluknya termasuk dari kita
(manusia) tidaklah terlepas (selalu berlandaskan pada) kadar, ukuran, aturan dan
kekuasaan Allah swt.18
Sebagai manusia biasa yang lemah kita harus percaya bahwa segala sesuatu yang
terjadi pada diri kita atas izin Allah swt, jadi berserah dirilah kepada Allah swt, dengan
cara berusaha, berdoa dan berikhtiar kepada Allah. Karena Allah swt memberi cobaan
itu pasti sesuai dengan posisi kita masing-masing, tidak ada yang kurang atau lebih.
Artinya manusia hanya bias berusaha dan sesungguhnya Allah swt yang akan
menentukan.
Jadi sebagai seorang mu’min kita wajib percaya kepada rukun-rukun iman yang
akan menjadi benteng yang kokoh dalam kehidupan kita di sunia. Dan kita memang
harus yakin bahwa Alah swt lah Tuhan kita, Islam sebagai agama, Muhammad sebagai
Rasul,al-Qur’an sebagai kitabullah dan petunjuk, serta kita berpegang teguh kepada
agama islam, beriman kepada semua yang telah diciptakan Allah swt.
17
Op.Cit, Mengenal Mudah Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Ikhsan secara Terpadu. h.
201
18
Jujun S. Suriasumarti, Ilmu dalam Perspektif, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001),
hlm. 4.
12
C. HAL-HAL YANG BERDAMPAK NEGATIF BAGI KEIMANAN
SESEORANG
Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya mengemukakan bahwa tidak seperti Nabi
dan Rosul yang imannya selalu naik, iman seseorang itu kadang akan naik, kadang
turun. Atau bahkan akan turun terus sehingga akhirnya lenyap dan hatinya pun akan
gersang tanpa memiliki iman. Padahal orang yang seperti inilah yang akan menghuni
neraka. Oleh karena itu, kita haruslah tetap waspada dan hati-hati dalam menjaga
iman, sehingga iman kita akan terhindari hal-hal yang merusak.
ش ِركْ ِبٱهَّلل ِ َف َق ِد َ ش َر َك ِبهِۦ َو َي ْغفِ ُر َما دُونَ ٰ َذلِ َك لِ َمن َي
ْ شٓا ُء ۚ َو َمن ُي ْ إِنَّ ٱهَّلل َ اَل َي ْغفِ ُر أَن ُي
ٓ ٰ ٱ ْف َت َر
ى إِ ْث ًما َعظِ ي ًما
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Rasul bersabda;
13
menuduh zina terhadap wanita-wanita merdeka yang menjaga kehormatan,
yang beriman, dan yang bersih dari zina”. (HR al-Bukhari, no. 2615, 6465;
Muslim, no. 89).
1. Syirik
Syirik adalah segala keyakinan dan amalan yang semestinya hanya untuk Allah
tetapi dilakukan untuk selain Allah. Syirik akbar (syirik besar) yaitu menyekutukan
Allah dengan mahluknya seperti keyakinan adanya kekuatan selain Allah. Misalnya
menyembah berhala. Syirik yang seperti ini disebut dengan syirik I’tiqody, artinya
syirik karena keyakinan yang salah, dan juga disebut syirik jali artinya syirik yang
nyata dan dikategorikan sebagai dosa besar. Tidak ada yang bisa menghapus dosa ini
selain bertaubat selagi masih hidup dan menggantinya dengan bertauhid kepada Allah
SWT. Di dalam surat Al-Maidah ayat 72 dijelaskan bahaya syirik
۟ س ٰ َٓر ِءي َل ٱ ْعبُد
ُوا ٱهَّلل َ َربِّى ْ ِيح ٰ َيبَنِ ٓى إ
ُ سِ يح ٱبْنُ َم ْريَ َم ۖ َوقَا َل ٱ ْل َم
ُ س ِ لَقَ ْد َكفَ َر ٱلَّ ِذينَ قَالُ ٓو ۟ا إِنَّ ٱهَّلل َ ُه َو ٱ ْل َم
ٰ
َ َش ِركْ بِٱهَّلل ِ فَقَ ْد َح َّر َم ٱهَّلل ُ َعلَ ْي ِه ٱ ْل َجنَّةَ َو َمأْ َو ٰىهُ ٱلنَّا ُر ۖ َو َما لِلظَّلِ ِمينَ ِمنْ أ
نصا ٍر ْ َُو َربَّ ُك ْم ۖ إِنَّهۥُ َمن ي
14
Syirik asghor (syirik kecil), syirik kecil juga disebut syirik amali karena
perbuatan-perbuatan yang mempunyai tendensi selain Allah atau disebut juga
syirik khofi artinya syirik yang tersembunyi. Nabi Muhammad SAW Bersabda:
ِ سو َل هَّللاُ ث عَنْ َي ِزي َد يَ ْعنِي ابْنَ ا ْل َها ِد عَنْ َع ْم ٍرو عَنْ َم ْح ُمو ِد ْب ِن لَبِي ٍد أَنَّ َر ٌ س َح َّدثَنَا لَ ْي ُ َُح َّدثَنَا يُون
ص َغ ُر يَا ْ َ ص َغ ُر قَالُوا َو َما الش ِّْر ُك اأْل
ْ َ سلَّ َم قَا َل إِنَّ أَ ْخ َوفَ َما أَ َخافُ َعلَ ْي ُك ْم الش ِّْر ُك اأْل
َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو
َ
اس بِأ َ ْع َمالِ ِه ْم ْاذ َهبُوا إِلَى َ سو َل هَّللا ِ قَا َل ال ِّريَا ُء يَقُو ُل هَّللا ُ َع َّز َو َج َّل لَ ُه ْم يَ ْو َم ا ْلقِيَا َم ِة إِ َذا ُج ِز
ُ َّي الن ُ َر
س َح َّدثَنَاِ الَّ ِذينَ ُك ْنتُ ْم تُ َراءُونَ فِي ال ُّد ْنيَا فَا ْنظُ ُروا َه ْل ت َِجدُونَ ِع ْن َد ُه ْم َج َزا ًء َح َّدثَنَا إِ ْب َرا ِهي ُم بْنُ أَبِي ا ْل َعبَّا
ي عَنْ َم ْح ُمو ِد ْب ِن ِّ َاص ِم ْب ِن ُع َم َر الظَّفَ ِرِ َع ْب ُد ال َّر ْح َم ِن بْنُ أَبِي ال ِّزنَا ِد عَنْ َع ْم ِرو ْب ِن أَبِي َع ْم ٍرو عَنْ ع
ُسلَّ َم قَا َل إِنَّ أَ ْخ َوفَ َما أَ َخافُ َعلَ ْي ُك ْم فَ َذ َك َر َم ْعنَاه
َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو ُ لَبِي ٍد أَنَّ َر
َ ِ سو َل هَّللا
15
Larangan syirik ashgor termaktub dalam surat Al Kahfi ayat 110 :
۟ وح ٰ ٓى إِلَ َّى أَنَّ َمٓا إِ ٰلَ ُه ُك ْم إِ ٰلَهٌ ٰ َو ِح ٌد ۖ فَ َمن َكانَ يَ ْر ُج
وا لِقَٓا َء َربِّ ِهۦ فَ ْليَ ْع َم ْل َ َقُل إِنَّ َمٓا أَنَ ۠ا ب
َ ُش ٌر ِّم ْثلُ ُك ْم ي
ۢصلِ ًحا َواَل يُشْرِكْ ِب ِعبَا َد ِة َربِّ ِٓۦه أَ َح ًدا َ ٰ َع َماًل
Bahaya syirik ashgor diterangkan dalam dalil-dalil naqli surat Al-Furqan ayat 23 :
۟ َُوقَ ِد ْمنَٓا إِلَ ٰى َما َع ِمل
وا ِمنْ َع َم ٍل
فَ َج َع ْل ٰنَهُ َهبَٓا ًء َّمنثُو ًرا
Artinya: Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu
kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan” (QS Al-
Furqan 23)
2. Melakukan sihir
Sihir yang dimaksud dalam bahasan ini adalah tata cara yang bertujuan merusak
rumah tangga orang lain atau menghancurkan orang lain dengan jalan meminta
bantuan kepada setan. Hal ini termasuk perbuatan terlarang dan dosa besar. Firman
Allah SWT :
16
Artinya: Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan syaitan
pada masa kerajaan sulaiman) dan mereka mengatakan bahwa
sulaiman iti mengerjakan sihir), padahal sulaiman tidak kafir (tidak
mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitanlah yang kafir
(mengerjakan sihir). Merek mengajarkan sihir kepada manusia dan
apa yang diturunkan kepada apa yang diturunkan kepada malaikat di
negri babil yaitu harut dan marut, sedangkan keduanya tidak
mengerjakan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan :
“sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah
kamu kafir “ maka kami mempelajari dari kedua malaikat itu apa
yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang
(suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi
mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin
Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi
manfaat. Demi sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang
siapa yang telah menukarnay (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah
bginya keuntungan diakhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka
menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui”
(QS Al-Baqarah :102)
Tidak diragukan lagi bahwa sihir termasuk dosa besar dan hukumnyapun sangat
berat, yakni dipenggal dengan pedang. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang
diriwayatkan oleh turmudzi :
ٌض ْربَة
َ سا ِح ِر
َّ َح ُّد ال
ف
ِ س ْي
َّ بِال
17
Menurut hadits yang diriwayatkan secara marfu’ oleh ibnu mas’ud, perbuatan
yang temasuk sihir adalah memohon kekuatan pada alam, mempercayai bahwa benda-
benda tertentu dapat menolak dari gangguan pada diri, dan juga memalingkan hati
perempuan agar menyukainya.
Sihir dikatakan merusak, sebab sasaran sihir antara lain :
a. Mempengaruhi hati dan badan seseorang, untuk di sakiti atau di bunuh.
b. Memusnahkan harta benda seseorang.
c. Memutuskan ikatan kasih sayang seseorang dengan suami istri atau anak atau
dengan anggota keluarga lainnya. 3. Memakan harta riba
Riba menurut bahasa berasal dari kata “ rabaa yarbuu” yang artinya tambahan,
sedangkan mengenai definisi riba menurut syara’ para ulama berbeda pendapat. Akan
tetapi secara umum riba diartikan sebagai utang piutang atau pinjam meminjam atau
barang yang disertai dengan tambahan bunga. Agama islam dengan tegas melarang
umatnya memakan riba, sebagaimana firman Allah SWT:
۟ ُض َعفَةً ۖ َوٱتَّق
َوا ٱهَّلل َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُحون ْ َوا ٱل ِّربَ ٰ ٓو ۟ا أ
َ ٰ ض ٰ َعفًا ُّم ۟ ُٰ َيٓأَيُّ َها ٱلَّ ِذينَ َءا َمن
۟ ُوا اَل تَأْ ُكل
Hadis Nabi riwayat Muslim dari Abu Sa'id al-Khudri, Nabi SAW bersabda:
18
َ َوال،ضٍ ض َها َعلَى بَ ْع ِ ُب إِالَّ ِم ْثالً بِ ِم ْث ٍل َوالَ ت
َ شفُّ ْوا بَ ْع َّ َِب ب
ِ الذ َه َ الذهَّ الَ تَبِ ْي ُعوا
َ شفُّوا بَ ْع
ٍ ض َها َعلَى بَ ْع
َ َوال،ض ْ ْ
ِ ُق إِالَّ ِمثالً ِب ِمث ٍل َوالَ ت ِ ق ِبا ْل َو ِر َ تَبِ ْي ُعوا ا ْل َو ِر
.تَبِ ْي ُعوا ِم ْن َها َغائِبًا بِنَا ِج ٍز
ِ َو َمن يَ ْقتُ ْل ُمؤْ ِمنًا ُّمتَ َع ِّمدًا فَ َج َزٓا ُؤهۥُ َج َهنَّ ُم ٰ َخلِدًا فِي َها َو َغ
ض َب ٱهَّلل ُ َعلَ ْي ِه َولَ َعنَ ۥهُ َوأَ َع َّد لَهۥُ َع َذابًا
َع ِظي ًما
َ سى قَا َل أَ ْخبَ َرنَا ثَ ْو ُر بْنُ يَ ِزي َد عَنْ أَبِي ع َْو ٍن عَنْ أَبِي إِ ْد ِر
َ يس قَا َل
َ ُس ِمعْت َ َّدثَنَا
َ ص ْف َوانُ بْنُ ِعي
ُ صلَّى هَّللا
َ ِ سو َل هَّللا َ سلَّ َم قَا َل
ُ س ِمعْتُ َر َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو
َ ِ سو ِل هَّللا ِ ُم َعا ِويَةَ َو َكانَ قَلِي َل ا ْل َح ِدي
ُ ث عَنْ َر
19
سى هَّللا ُ أَنْ يَ ْغفِ َرهُ إِاَّل ال َّر ُج ُل يَ ُموتُ َكافِ ًرا أَ ْو ال َّر ُج ُل يَ ْقتُ ُل ُمؤْ ِمنًا ٍ سلَّ َم َو ُه َو يَقُو ُل ُك ُّل َذ ْن
َ ب َع َ َعلَ ْي ِه َو
ًُمتَ َع ِّمدا
kami Tsaurbin Yazid dari Abu Aun dari Abu Idris berkata; saya
mendengar Mu'awiyah -dan dia jarang menyampaikan hadis dari
Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam Berkata saya Artinya: Telah
menceritakan kepada kami Shafwan bin Isa berkata; telah
Mengabarkan kepada mendengar
RasulullahShallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Semua dosa akan
diampuni oleh Allah kecuali seorang laki-laki yang meninggal dalam
keadaan kafir atau seorang laki-laki yang membunuh mukmin
lainnya dengan sengaja." (AHMAD - 16302)
Anak yatim adalah anak yang ditinggal mati oleh ayahnya atau ia masih kecil atau
dengan kata lain ditingggal mati oleh orang yang menanggung nafkahnya. Memakan
harta anak yatim dilarang apabila dilakukan secara dzalim. Sepeti firman Allah
SWT :
صلَ ْونَ َس ِعي ًرا َ إِنَّ ٱلَّ ِذينَ يَأْ ُكلُونَ أَ ْم ٰ َو َل ٱ ْليَ ٰتَ َم ٰى ظُ ْل ًما إِنَّ َما يَأْ ُكلُونَ فِى بُطُونِ ِه ْم نَا ًرا ۖ َو
ْ َ سي
Dengan demikian apabila dilakukan dengan cara yang patut (baik) orang yang
memelihara anak yatim boleh mengambil sedikit harta anak tersebut.
20
Kata al-jihad secara bahasa berasal dari kata jahadtu jihadan, artinya saya telah
berjuang keras. Adapun secara istilah jihad adalah berjuang dengan mengeluarkan
seluruh daya dan upaya memerangi kaum kafir dan pemberontak. Islam mewajibkan
kepada umatnya untuk memelihara, menjaga, membela agamanya, serta
mempertahankan agamanya. Jika islam diperangi musuh, umat islam wajib
berperang
Orang yang lari dari perang atau jihad telah menipu dirinya sendiri dan telah
berkhianat kepada Allah SWT dan dia dianggap tidak meyakini kemahakuasaan
Allah SWT yang senantiasa menolong setiap hamba-NYA yang berjuang
menegakkan agama Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT :
ُب ِّمنَ ٱهَّلل ِ َو َمأْ َو ٰىه َ َو َمن يُ َولِّ ِه ْم يَ ْو َمئِ ٍذ ُدبُ َر ٓۥهُ إِاَّل ُمت ََح ِّرفًا لِّقِتَا ٍل أَ ْو ُمت ََحيِّزًا إِلَ ٰى فِئَ ٍة فَقَ ْد بَٓا َء بِ َغ
ٍ ض
ِ ْس ٱ ْل َم
صي ُر َ َج َهنَّ ُم ۖ َوبِئ
21
penuduhnya wajib didera delapan puluh kali dan kesaksiannya tidak boleh diterima
selama-lamanya. Allah SWT berfirman :
۟ ُٱجلِدُو ُه ْم ثَ ٰ َمنِينَ َج ْل َدةً َواَل تَ ْقبَل
وا لَ ُه ْم ُ ُوا بِأ َ ْربَ َع ِة
ْ َش َهدَٓا َء ف ِ َص ٰن
۟ ت ثُ َّم لَ ْم يَأْت َ َوٱلَّ ِذينَ يَ ْر ُمونَ ٱ ْل ُم ْح
َسقُون َِ ش ٰ َه َدةً أَبَدًا ۚ َوأُ ۟و ٰلَٓ ِئ َك ُه ُم ٱ ْلف
ٰ َ
A.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis memberikan penjelasan keimanan seperti di atas, dapat
disimpulkan bahwasanya iman merupakan inti ajaran semua agama.
Keimanan bukan semata hanya percaya. Akan tetapi keimanan harus
dilandaskan dengan perbuatan seperti apa apa rasulullah ajarkan atau contoh
contoh di atas. Iman tidak sempurna bila diartikan sebagai pembenaran dalam
hati saja, tanpa amal perbuatan. Pemaknaan iman dan Islam semacam itu
didukung oleh riwayat lain. Sebuah hadit Nabi Saw. Menyatakan: “ Orang
muslim adalah seorang yang bisa melindungi keselamatan orang lain dari
ucapan maupun perbuatannya ”. Selain itu, ketika Nabi Saw ditanya
mengenai Islam yang baik, Nabi Saw mengaitkannya dengan aktifitas
lahiriyah. Beliau mengatakan: “ Islam (yang sempurna) adalah memberi
makanan (kepada kerabat)”. Dengan demikian, berpijak pada keterangan
hadits-hadits di muka maka pengertian objektif kata iman dan Islam
dibedakan. Islam adalah aktifitas lahir, dan iman aktifitas batin. Namun, hal
ini tidak dapat dijadikan sebuah kesimpulan akhir. Karena jika diteliti lebih
lanjut, ternyata ada hadits lain yang menyamakan kedudukan iman dan Islam.
Misalnya hadits riwayat Umar ibn’ Abasah. Ia berkata: “ Ada seorang laki-
laki menemui Nabi Saw, lalu bertanya: “ Wahai Rasul, apa sebenarnya Islam
itu”. Nabi menjawab, Islam adalah berserah diri kepada Allah dalam hati dan
menjamin ketenangan kaum muslimin dari ucapan maupun perbuatannya..
B. Saran
Keimanan sebagai sesuatu yang esoteris berkaitan dengan hal-hal
yang bersifat ukhrawi. Sementara sesuatu yang nampak adalah standar
penilaian keislaman seseorang di dunia. Dimana tanpa adanya keimanan kita
sebagai umat yang beragama, tentulah kita akan menjadi manusia yang jauh
dari rahmat Allah. Sudah sepatutnya pula, kita harus meningkatkan keimanan
kita, Dengan cara seperti penjabaran di atas.s.a.w yang tentunya harus
23
didampingi para Ulama’ ahlinya sebagai guru dan pembimbing, sambil
memohon petunjuk dan taufiq kepada Allah s.w.t agar kita semua terjaga dari
segala tipudaya kehidupan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Kaelany HD, Iman, Ilmu dan Amal Saleh, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Dr.Abdul Rahman Abdul Khalid, Garis Pemisah antara Kufur dan Iman, Jakarta, Bumi Aksara,1996
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2000.
Abu A'la Al-Maududi, Toward Understanding, Comiti Riyadh: Islamic Dakwah, 1985.
HAR. Gibb and JH Krammers, Shorter Encyclopaedia of islam, E.J. Brill, Leiden, 1974.
Husain bin Muhammad Al-Jisr, Husunul Hamidiyah, Salim bin Nabhan, Surabaya, 1953.
Yusuf Qardhawi, Merasakan Kehadiran Tuhan, (Yogakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2005).
Abu Bkar Jabir al-Jazairi, Aqidatu Mu’min, Maktabah Kulliyah al-Azhariyah, 1978.
Habib Zain bin Ibrahim bin Sumarth, Hidayatuth Thalibin Fi Bayan Muhimmatid Din, Terj. Afif
Muhammad, Mengenal Mudah Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Ikhsan secara Terpadu, (A. Bayan,
1998).
Syaikh Hafidz bn Ahmad Hakami, 222Kunci Aqidah yang Lurus, Jak-Sel, Mustaqim, 2001.
Syakh abu bakar jabir al-jazairi, Aqidatu Mu’min kupas tuntas aqidah seorang mu’min, Solo, Daar
An-Naba’,2014.
Jujun S. Suriasumarti, Ilmu dalam Perspektif, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001).
25