PROPOSAL SKRIPSI
OLEH
BANJARMASIN
2023/1444 H
1
DAFTAR ISI
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu subsektor pada sektor pertanian adalah subsektor tanaman pangan.
Tanaman pangan merupakan sektor penting untuk pembangunan Indonesia
dengan ditetapkannya sasaran utama dari penguatan pasokan pangan dan
diversifikasi konsumsi pangan. Untuk mendorong hal tersebut dilakukan
peningkatan ketersediaan pangan untuk komoditas barang pokok, seperti padi,
jagung, dan kedelai yang bersumber dari dalam negeri. Sasaran utama
pembangunan padi adalah meningkatkan jumlah surplus dari produksi dalam
negeri. Sasaran utama kedelai adalah meningkatkan produksi terutama untuk
mencukupi kebutuhan konsumsi tahu dan tempe. Sasaran utama jagung adalah
meningkatkan produksi dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak
dan industri kecil.
1
menjadi barang kebutuhan pokok, sedangkan benih padi, jagung, dan kedelai
ditetapkan menjadi barang penting berdasarkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 71 Tahun 2015. Barang kebutuhan pokok adalah barang yang
menyangkut hidup orang banyak dengan skala pemenuhan kebutuhan yang tinggi
sedangkan barang penting adalah barang strategis yang berperan penting dalam
menentukan kelancaran pembangunan nasional.
Semakin cepat pertumbuhan ekonomi akan semakin banyak barang sumber daya
yang diperlukan dalam proses produksi yang pada gilirannya akan mengurangi
ketersediaan sumberdaya alam sebagai bahan baku yang tersimpan pada
sumberdaya alam yang ada. Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan
tanpa memperhatikan aspek pelestariannya dapat menurunkan kualitas lingkungan
hidup yang akan mengancam swasembada atau ketahanan pangan seluruh
penduduk di negara-negara berkembang. Degradasi lingkungan hidup yang
semakin parah diberbagai tempat akibat tekanan lonjakan pertumbuhan penduduk
terhadap lahan yang ada, telah menurunkan produktivitas lahan pertanian produksi
pangan per kapita. Bagi penduduk miskin, pengelolaan dan pengolahan lahan
pertanian merupakan sumber nafkah utama, maka kerusakan lingkungan hidup
akan sangat berdampak baginya. (Utari, 2020).
2
pembangunan harus berwawasan lingkungan, sehingga pembangunan itu dapat
bersifat berkelanjutan (sustainable development). Pembangunan berkelanjutan
diartikan sebagai pembangunan dengan pengelolaan sumberdaya alam
sedemikian rupa sehingga ketersediaan dan kualitasnya terjamin untuk generasi
mendatang (Callan, 2002). Indikator pembangunan juga semestinya diubah, tidak
lagi menggunakan PDB yang dihitung atas dasar System of National Account
(SNA), tetapi didasarkan pada PDB Hijau (Green Gross Domestic Product atau
Green GDP) yang dihitung atas dasar konsep sistem penghitungan terpadu
antara ekonomi dan lingkungan.
Tabel 1.1
Tahun PDRB Sub Sektor PDRB Kab. Barito Kuala Kontribusi (%)
Tanaman Pangan (Milyar Rp)
3
(Milyar Rp)
Untuk memperoleh nilai PDRB yang baru, nilai PDRB harus dikembangkan
dengan memasukan nilai deplesi dan degradasi lingkungan. Perlu dilakukan
penghitungan PDRB yang disesuaikan agar nilai-nilai yang tercantum dalam
PDRB mencerminkan nilai kesejahteraan yang sesungguhnya dari kegiatan
perekonomian atau pembangunan suatu daerah yang disebut juga PDRB Hijau
atau PDRB yang ramah lingkungan. PDRB Hijau menampilkan nilai deplesi dan
degradasi lingkungan sehingga struktur perekonomian dapat dilihat secara lebih
realistis. PDRB Hijau dapat dimanfaatkan sebagai perangkat perencanaan
pembangunan sektoral dan regional agar lebih baik atau lebih riil karena
menampilkan hasil atau kinerja perekonomian setiap tahunnya secara lebih
lengkap dengan dimasukkannya aspek lingkungan secara terintegrasi. Penggunaan
PDRB ramah lingkungan sebagai perangkat perencanaan pembangunan,
diharapkan pembangunan khususnya subsektor tanaman pangan dapat
direncanakan secara lebih terarah dan akurat serta direncakan berdasarkan kinerja
perekonomian yang sebenarnya. (Utama, 2007)
4
Kerusakan Lingkungan Hidup yang disebut juga PDB dan PDRB LH. PDB dan
PDRB LH merupakan alternatif untuk memperhitungkan penyusutan sumber daya
alam dan kerusakan lingkungan hidup dari Produk Domestik Bruto dan Produk
Domestik Regional Bruto.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis merasa penting dan tertarik untuk
mengkaji lebih jauh dalam penelitian dengan judul “INTEGRASI ASPEK
EKONOMI DAN LINGKUNGAN DALAM PERHITUNGAN PDRB HIJAU
SUBSEKTOR TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN BARITO KUALA”.
Sesuai dengan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
5
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat Praktis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah terjadinya perubahan
pemikiran bagi para pengelola subsektor tanaman pangan maupun bagi para
pelaksana pemerintahan, bahwa subsektor tanaman pangan memiliki peranan yang
sangat penting dan mendasar bagi perekonomian suatu daerah karena jasa
lingkungan yang mereka miliki tidak ternilai. Selain itu, kegunaan dari
pengelolaan sumberdaya pangan mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan
khususnya di daerah Kabupaten Barito Kuala. Penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan daya kritis dalam melihat lingkungan sekitar kita.
Secara garis besar penulisan penelitian ini terdiri dari VI (enam) bab. Masing-
masing bab memiliki sub-bab yang akan memberikan penjelasan secara terperinci
dan sistematis serta berkesinambungan agar bisa dipahami dengan jelas. Adapun
sistematika penelitian ini adalah sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ketiga berisi metode penelitian yang menjelaskan ruang lingkup penelitian,
jenis penelitian, tempat/lokasi penelitian, unit analisis, variabel dan definisi
operasional sampel, teknik pengumpulan data dan analisis data
6
BAB III
METODE PENELITIAN
Ruang lingkup penelitian ini menghitung nilai deplesi, degradasi dan depresiasi sektor
pertanian subsektor tanaman pangan di Kabupaten Barito kuala pada tahun 2016, 2017, 2018,
dan 2019. Peneliti juga menghitung nilai PDRB hijau subsektor tanaman pangan di
Kabupaten Barito kuala.
Jenis penelitian ini berupa penelitian deskriptif, menggunakan jenis data berupa data
kuantitatif yang mana memasukkan perhitungan dengan menggunakan konsep PDRB hijau.
Data yang digunakan adalah data sekunder.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian subsektor tanaman pangan di daerah
Kabupaten Barito Kuala.
Unit analisis pada penelitian ini ialah Perhitungan PDRB Hijau Subsektor Tanaman Pangan
di Kabupaten Barito Kuala.
Variabel dan Definisi Operasional Variabel yang digunakan pada penelitian ini sebagai
berikut :
7
konvensional atau PDRB coklat atas dasar harga berlaku. Nilai PDRB
tersebut diperoleh dari publikasi BPS Kabupaten Barito Kuala.
c. PDRB Semi Hijau nilainya diperoleh dari PDRB coklat (jutaan rupiah)
dikurangi dengan nilai deplesi (jutaan rupiah) dari subsektor tanaman
pangan.
e. Depresiasi alam adalah jumlah suatu aset alam yang tersusut selama
umur pemanfaatannya. Untuk menghitung depresiasi alam ialah
dengan menjumlahkan antara deplesi sumber daya alam dengan
degradasi lingkungan.
8
Teknik pengumpulan data sekunder menggunakan dokumentasi dari Badan Pusat Statistik
Kabupaten Barito Kuala, Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan, Badan Pusat
Statistik Indonesia dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Barito
Kuala.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode perhitungan PDRB Hijau
yang telah dipublikasikan oleh Suparmoko (2006). Formulasi yang digunakan dalam
perhitungan dan analisis data adalah :
Nilai deplesi diperoleh sumber daya pertanian dari hasil perkalian antara unit rent dikalikan
dengan luas panen.
Deplesi atau Di = Ri x Vi
Li = Laba layak per unit (yang diasumsikan dengan suku bunga Kredit Usaha Rakyat)
(Rp/Ha)
9
Degradasi sumber daya tanah ini tercermin pada menurunnya kualitas tanah atau kesuburan
tanah. Oleh karena itu nilai degradasi diperoleh dari hasil perkalian antara luas lahan dengan
biaya pupuk pertanian tanaman pangan.
Δ = Perubahan
Depresiasi :
PDRB Hijau :
(PDRB Coklat Subsektor Tanaman Pangan) – (Deplesi Sumber Daya Pertanian) – (Degradasi
Sumber Daya Tanah)
10