Anda di halaman 1dari 46

PARTISIPASI DAN PERSEPSI PETANI DALAM USAHATANI

PADI ORGANIK PADA KELOMPOK TANI SULEK RAYA 13


DESA SULEK KECAMATAN
TLOGOSARI KABUPATEN
BONDOWOSO

SKRIPSI

Oleh
M. TAUFIK HIDAYATULLAH
NIM. 161510601116

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
i
PARTISIPASI DAN PERSEPSI PETANI DALAM USAHATANI
PADI ORGANIKPADA KELOMPOK TANI SULEK RAYA 13
DESA SULEK KECAMATAN
TLOGOSARI KABUPATEN
BONDOWOSO

SKRIPSI

diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Studi Agribisnis (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Pertanian

Oleh:
M. TAUFIK HIDAYATULLAH
NIM. 161510601116

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020

i
DAFTAR ISI

JUDUL......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1Latar Belakang...............................................................................................1
1.2Rumusan Masalah..........................................................................................7
1.3Tujuan dan manfaat.......................................................................................8
1.3.1.........................................................................................................Tujuan
8
1.3.2.......................................................................................................Manfaat
8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................9
2.1Penelitian Terdahulu......................................................................................9
2.2Landasan Teori.............................................................................................11
2.2.1............................................................................Komoditas Padi organik
11
2.2.2.........................................................................................Teori Partisipasi
15
2.2.3.............................................................................................Teori Persepsi
20
2.2.4..................................................................................................Teori sikap
24
2.3Kerangka Pemikiran....................................................................................28
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN.............................................................33
3.1Metode Penentuan Daerah Penelitian........................................................33
3.2Metode Penelitian.........................................................................................33
3.3Metode Penentuan Informan......................................................................34
3.4 Metode Pengumpulan Data........................................................................35
3.5Metode Analisis Data...................................................................................36
3.6Uji Keabsahan Data.....................................................................................38
3.6 Terminologi.................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................40
ii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor pertanian yang terbagi menjadi beberapa subsektor hampir
keseluruhannya memberikan sumbangsih yang cukup signifikan terhadap
kesejahteraan masyarakat, ermasuk subsector pangan. Pangan adalah segala
sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang
tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi
manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain
yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan
makanan atau minuman (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun
2004). Pangan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Mayoritas
masyarakat mengkonsumsi nasi yang berasal dari tanaman padi. Tingginya
pertumbuhan penduduk di Indonesia berbanding terbalik dengan peningkatan
jumlah produksi pangan, hal ini dikarenakan banyaknya lahan pertanian yang
dijadikan lahan perumahan maupun pabrik sehingga mengurangi jumlah lahan.
Sedangkan jumlqah produksi yang dihasilakan menurun, penurunan tersebut salah
satunya adalah penurunan dari jumlah bahan dan kandungan yang ada di dalam
lahan. (Suratih, 2015).
Menurut Martodireso dan suryanto (2007) Penurunan produksi juga
disebabkan oleh menurunnya kandungan bahan organik tanah dari musim ke
musim yang tak bisa digantikan perannya oleh pupuk anorganik NPK . Kondisi
tersebut mengakibatkan kebutuhan masukan teknologi tinggi berupa pupuk
maupun pestisida semakin meningkat yang akan lebih besar dari sekarang. Adanya
peningkatan kebutuhan masukan energi yang tinggi, maka biaya produksi yang
diperlukan semakin besar. Peningkatan biaya produksi tersebut tidak menjadi
penghalang bagi petani untuk membeli pupuk maupun pestisida karena petani
selalu berusaha untuk meningkatkan produksi yang akan berpengaruh terhadap
pendapatan yang mereka terima.
Kebiasaan petani terhadap penggunaan pestisida dan pupuk kimia
memiliki dampak negatif terhadap keberlanjutan di bidang pertanian. Penggunaan

1
2

pupuk anorganik selalu diikuti dengan masalah lingkungan, baik terhadap


kesuburan biologis maupun kondisi fisik tanah serta dampak pada konsumen
Pertanian organik merupakan solusi untuk mengatasi masalah tersebut, hal ini
dikarenakan pertanian organik tidak menggunakan pupuk kimia, pestisida kimia
dan bahan-bahan kimia lainnya dalam proses budidaya. Hal tersebut sesuai
dengan program pemerintah Go Organic 2010 untuk mempercepat terwujudnya
pembangunan agribisnis berwawasan lingkungan. Program Go Organic 2010
memiliki visi mewujudkan Indonesia sebagai salah satu produsen dan pengekspor
pangan organik terbesar di dunia tahun 2010. Pengembangan pertanian organik
diharapkan akan meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat serta
lestarinya lingkungan alam Indonesia. (Dewanto, dkk. 2013).
Sistem Pertanian Organik adalah sistem manajemen produksi yang holistik
untuk meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agroekosistem, termasuk
keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah. Pertanian organik
menekankan penerapan praktek-praktek manajemen yang lebih mengutamakan
penggunaan input dari limbah kegiatan budidaya di lahan, dengan
mempertimbangkan daya adaptasi terhadap keadaan/kondisi setempat (Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 64/Permentan/OT.140/5 tahun 2013). Berikut
merupakan luas pertanian organik Indonesia tahun 2012-2015.
Tabel 1.1 Luas Pertanian Organik Indonesia Tahun 2012-2015
Tahun Luas Lahan (ha) Perubahan (%)
2012 213.768,17
2013 221.209,59 3,36
2014 216.383,65 -2,23
2015 261.383,65 17,22
Sumber : Statistik Pertanian Organik Indonesia (2017)
Berdasarkan Tabel 1.1, dapat diketahui bahwa luas lahan pertanian organik
di Indonesia dari tahun 2012- 2015 mengalami fluktuasi. Penurunan terjadi pada
tahun 2014 sebesar 2,23 %, menjadi 216.383,65 ha yang dikarenakan beberapa
produsen yang sertifikasi organiknya dibekukan atau dicabut dengan berbagai
alasan terutama karena sudah tidak mengikuti kaidah-kaidah organik yang diacu
oleh lembaga sertifikasi. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2015 yaitu
sebesar 17,22 % menjadi ha 261.383,65. Jumlah luas lahan pertanian organik
tahun 2015 tersebut merupakan luas area pertanian organik yang terdiri dari area
yang telah disertifikasi pihak ketiga sebesar 79.833,83 ha, dalam proses sertifikasi
31.381,44 ha, penjamin PAMOR (Penjamin Mutu Organik) 36,00 ha, dan tanpa
sertifikasi 149.896,03 ha.
Tanaman padi merupakan salah satu tanaman pangan yang bisa diusahakan
untuk kegiatan pertanian organic. Penanaman padi secara organik merupakan
salah satu cara untuk menjaga kesuburan tanah secara berkelanjutan. Bahan
organik tanah berfungsi sebagai penyuplai hara dan menjaga kehidupan biologis di
dalam tanah. Budidaya padi organik pada dasarnya tidak berbeda dengan bertanam
padi secara konvensional, perbedaannya hanyalah pada penggunaan pupuk dasar
dan pemilihan varietas. Pupuk dasar merupakan pupuk yang diberikan di awal
penanaman, pupuk dasar yang digunakan untuk pertanian organik biasanya
menggunakan pupuk kandang. Penggunaan varietas padi tidak semuanya cocok
untuk dibudidayakan secara organik, hanya biji padi yang berasal dari budidaya
organik yang dapat dijadikan benih. Padi hibrida kurang cocok ditanam secara
organik karena diperoleh melalui proses pemuliaan yang dilakukan di
laboratorium (Subakti dan Kurniawan, 2015).
Berikut merupakan provinsi yang menjadi sentra tanaman padi di Indonesia.
Tabel 1.2 Luas panen, produksi, dan produktivitas padi di beberapa provinsi di
Indonesia tahun 2015
Provinsi Luas Panen Produksi (ton) Produktivitas
(ha) (ton/ha)
Jawa Timur 2.152.070 13.154.967 6,113
Jawa Barat 1.857.612 11.373.144 6,122
Jawa Tengah 1.875.793 11.301.422 6,025
Sulawesi 1.044.030 5.471.806 5,241
Selatan
Sumatera 872.737 4.247.922 4,867
Selatan
Sumber: Badan Pusat Statistik, (2015)
Berdasarkan Tabel 1.2, dapat diketahui bahwa provinsi Jawa Timur
merupakan salah satu provinsi yang termasuk sentra padi di Indonesia. Jawa
Timur menempati urutan pertama dibandingkan provinsi lainnya jika dilihat dari
luas panen dan produksi, sedangkan untuk produktivitas tertinggi yaitu di Provinsi
Jawa Barat. Jawa Timur memiliki produksi padi terbesar pada tahun 2015 yaitu
13.154.967 ton, luas panen 2.152.070 ha dan produktivitas sebesar 6,113 ton/ha.
Jawa Timur sebagai produsen padi organik dan sudah memiliki sertifikasi
beras organic dan memiliki banyak kabupaten yang sudah tersertifikasi organik
Adanya sertifikasi bagi produk organik sebagai penjamin bagi konsumen. Menurut
Djazuli (2014) ada beberapa manfaat dari program sertifikasi yaitu memberi
jaminan terhadap produk PO yang tersertifikasi dan memenuhi persyaratan sistem
PO nasional (SNI 6729:2013) dan internasional (Codex & IFOAM) dengan
kewajiban memasang logo Organik Indonesia yang pada setiap kemasan produk
organik., melindungi konsumen dan produsen dari manipulasi atau penipuan
produk PO yang tercela dan memiliki ancaman tindak pidana bagi pemalsu produk
organik, menjamin praktek perdagangan yang etis dan adil baik bagi produsen
maupun konsumen produk organik, memberikan nilai tambah pada produk
organik dan mendorong meraih akses pasar baik di dalam maupun di luar negeri,
mendukung Program Go Organik Indonesia yang telah diluncurkan sejak tahun
2010 yang lalu mendukung Indonesia sebagai produsen pertanian organik utama
dunia. Berikut merupakan beberapa kabupaten yang memiliki gapoktan maupun
kelompok tani yang sudah terdaftar sebagai produsen padi organik yaitu
Kabupaten Mojokerto, Malang, Jember, Banyuwangi, Ngawi, Bondowoso,
Probolinggo, Pasuruan, Trenggalek, Tulungagung, Jombang, dan Kediri (Statistik
Pertanian Organik Indonesia, 2017).
Kabupaten Bondowoso merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur
yang menerapkan pertanian padi organik. Program Kabupaten Bondowoso menuju
pertanian organik atau Botanik dimulai pada tahun 2008 dan baru terealisasikan
pada tahun 2010 di Desa Lombok Kulon Kecamatan Wonosari. Tahun 2013
Kabupaten Bondowoso sudah dapat menghasilkan produk pertanian padi organik.
Pertanian organik pada tahun 2008 hanya diterapkan di Desa Lombok Kulon
Kecamatan Wonosari dengan lahan seluas 25 ha dan pada tahun 2013 sudah
mendapatkan sertifikasi padi organik. Tahun 2017 luas lahan pertanian padi
organik di Desa Lombok Kulon sudah mencapai 105 ha dan masih ada 25 ha yang
sedang dalam masa konversi menuju pertanian organik yang ada di Desa Lombok
Kulon. Desa lain yang menerapkan pertanian padi organik yaitu Desa Taal
Kecamatan Tapen dan sudah mendapatkan sertifikasi pada tahun 2014.
Pemerintah Kabupaten Bondowoso terus mengembangkan sektor pertanian
organik yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani setempat. Kepala
Dinas Pertanian dan Kehutanan Bondowoso mengatakan bahwa akan terus
mengembangkan program pertanian padi organik. Dinas telah melakukan studi
kelayakan lahan pertanian di Desa Sulek Kecamatan Tlogosari dan Desa
Sumbermalang Kecamatan Wringin. Menurut Dinas Pertanian Bondowoso
permintaan pasar bisa mencapai 1.000 ton pertahun sedangkan jumlah beras
organik yang di tawarkan hanya 350 ton pertahun yang dihasilkan oleh lahan di
Kabupaten Bondowoso (Kalia, 2016).
Desa Sulek merupakan desa pengembangan pertanian padi organik terluas
dari pada Desa Sumbermalang yaitu sekitar 20,728 ha pada tahun 2017. Desa
sulek kecamatan tlogosari pada tahun 2018 sudah mendapatkan sertifikasi organic
dari lembaga sertifikasi, sehingga desa sulek merupakan salah satu desa yang
sudah menerapkan pertanian secara organic dan diakui oleh lembaga sertifikasi.
Sertifikasi organic tersebut dimulai sejak pada tahun 2016 sudah mulai tahap
perencanaan untuk melakukan kegiatan pertanian organic. Ketua Gabungan
Kelompok Tani “Sulek Raya” langsung menawarkan pada petani yang lahannya
berada di bawah sumber air jika ada program pertanian padi organik. Lahan petani
yang tidak berada di bawah sumber air yang ingin menerapkan padi organik akan
dibuatkan kolam filterisasi untuk meminimalisir air yang masuk ke lahan
terkontaminasi oleh bahan-bahan kimia. Kolam filterisasi tersebut juga harus
ditanami tanaman seperti tanaman eceng gondok atau tanaman sejenis lainnya
yang mampu menyerap bahan-bahan berbahaya. (Kalia, 2016).
Petani yang ingin menerapkan usahatani padi organik akan mengikuti
SLPPO (Sekolah Lapang Pertanian Padi Organik) yang bertujuan untuk memberi
pengetahuan kepada petani terkait budidaya padi organik seperti pembuatan
pestisida nabati, pupuk organik maupun lainnya. Bahan baku untuk pembuatan
pestisida maupun pupuk organik didapat dari lingkungan sekitar Desa Sulek.
Petani juga akan mendapatkan bantuan sarana produksi seperti benih, dekomposer
berupa mobilin merah dan mobilin hijau dalam kegiatan usahatani padi organik.
Mobilin merah tersebut digunakan untuk pengurai residu yang ada di dalam tanah,
sedangkan mobilin hijau digunakan sebagai dekomposer pembuatan pupuk
organik cair. Awalnya petani pada kelompok tani “Sulek Raya 13” menerapkan
usahatani padi anorganik, namun dengan adanya program dari pemerintah tersebut
ada beberapa petani yang beralih untuk melakukan usahatani padi organik.
Adanya peralihan dari anorganik menjadi organik tersebut harus melalui beberapa
proses yang membutuhkan waktu yang lama, hal ini dikarenakan petani harus
menggunakan sarana produksi serba organik seperti benih, pupuk maupun
pestisida organik. Proses menuju pertanian organik harus melalui beberapa
tahapan diantaranya yaitu tahap konvensional (semi organik), tahap konversi
(murni menggunakan bahan-bahan organik) setelah kedua tahap tersebut selesai
dilalui maka ICS (Internal Control System) akan mengajukan sertifikasi ke LSO
(Lembaga Sertifikasi Organik) sampai mendapatkan sertifikat padi organic
(Martodireso, S. Dan W. A. Suryanto. 2007)
Masa Konversi diperlukan untuk membentuk kesuburan tanah dalam
menunjang sistem pertanian organik, serta menurunkan kontaminasi pada lahan.
Tanaman semusim diperlukan masa konversi minimal dua tahun sedangkan untuk
tanaman tahunan diperlukan masa konversi minimal tiga tahun. Otoritas kompeten
atau lembaga sertifikasi dapat memutuskan penambahan atau pengurangan masa
konversi tersebut, tetapi masa konversi tersebut paling sedikit harus 12 bulan
untuk tanaman semusim dan 18 bulan untuk tanaman tahunan (Kardinan, 2016).
Petani yang menerapkan pertanian organik di Desa Sulek hanya sekitar 41
orang saja yang terdiri dari kelompok tani “ Sulek Raya” 7,10 dan 13. Lahan yang
paling berpotensi untuk dijadikan lahan pertanian organik yaitu lahan kelompok
tani “Sulek Raya 13” seluas 33,646 ha karena langsung berada di bawah aliran
sumber mata air. Lahan di kelompok tani “Sulek Raya 7” dan “Sulek Raya 10”
merupakan lahan padi organik yang pengairannya berasal dari kolam filterisasi.
Walaupun lahan kelompok tani “Sulek Raya 13” merupakan lahan yang cocok
untuk dijadikan lahan organik, namun pada kenyataannya hanya sebagian kecil
saja petani yang mau menerapkan usahatani padi organik yaitu sekitar 25,7 % saja.
Banyaknya nilai keuntungan yang ditawarkan pada usahatani padi organik
ternyata masih belum bisa meningkatkan minat petani untuk beralih dari anorganik
menuju organik. Proses transisi dari padi anorganik menuju padi organik pada
kelompok tani “Sulek Raya 13”, petani akan menghadapi adanya penurunan
produksi yang akan berdampak pada pendapatan yang diperoleh petani. Adanya
resiko yang akan ditanggung oleh petani membuat petani untuk berpikir ulang
ketika harus melakukan kegiatan tersebut, tetapi ada pula yang sudah menerapkan
kegiatan usahatani hingga proses sertifikasi organic di kelompok tani sulek raya
13 sehingga dalam kegiatan sertifikasi yang sudah dilakukan itu apakah minat dan
juga partisipasi petani terhadap organic akan meningkat, sehingga lokasi usahatani
padi organic akan meningkat dan juga menimbulkan persepsi baik kepada petani
tentang pertanian organik.(Nugroho, 2013)
Partisipasi pasca dilakukannya sertifikasi organik pada tahun 2018 tersebut
apakah akan meningkat dan juga menumbuhkan semnagat kepada petani untuk
lebih meningkatkan produksi padi organic yang mereka usahakan. Terlebih lahan
yang sudah disertifikan membutuhkan waktu yang lama dalam proses sertifikasi
organic. Partisipasi tersebut menumbuhkan sikap petani dalam pertanian organik,
dan juga akan mempengaruhi petani yang belum melakukan sertifikasi pertanian
organic. Sehingga perlu adanya penelitian tentang partisipasi dan persepsi petani
terhadap pertanian organic yang ada di kelompok tani sulek raya 13 Desa Sulek
Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana partisipasi petani terhadap pertanian organic pada kelompok
tani Sulek Raya 13 Desa Sulek Kecamatan Tlogosari Kabupaten
Bondowoso
2. Bagaimana persepsi petani terhadap pertanian organic pada kelompok tani
Sulek Raya 13 Desa Sulek Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso
3. Bagaimana sikap petani terhadap pertanian organic pada kelompok tani
Sulek Raya 13 Desa Sulek Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso.
1.3 Tujuan dan manfaat
1.3.1 Tujuan
1. Mengetahui tentang partisipasi petani terhadap pertanian organic pada
kelompok tani Sulek Raya 13 Desa Sulek Kecamatan Tlogosari Kabupaten
Bondowoso
2. Mengetahui tentang persepsi petani terhadap pertanian organic pada
kelompok tani Sulek Raya 13 Desa Sulek Kecamatan Tlogosari Kabupaten
Bondowoso
3. Mengetahui tentang sikap petani terhadap pertanian organic pada
kelompok tani Sulek Raya 13 Desa Sulek Kecamatan Tlogosari Kabupaten
Bondowoso

1.3.2 Manfaat
1. Bagi pemerintah dapat digunakan sebagai bahan evaluasi terkait pertanian
organic pada kelompok tani Sulek Raya 13 Desa Sulek Kecamatan
Tlogosari Kabupaten Bondowoso
2. Bagi masyarakat nelayan dapat digunakan sebagai bahan bacaan
terkait pertanian organic pada kelompok tani Sulek Raya 13 Desa Sulek
Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso.
3. Bagi peneliti digunakan sebagai referensi bagi penelitian
selanjutnya.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Menurut penelitian Sitopu et al , (2014) dengan penelitian yang berjudul
partisipasi petani dalam penerapan usahatani padi organic menunjukan bahwa
Perkembangan penerapan usahatani padi organik di Desa Lubuk Bayas dapat dilihat
dari segi jumlah penjualan beras organik yang berkembang dari tahun 2008-2012
yaitu sebesar 566.67% dengan . Tingkat partisipasi petani dalam penerapan usahatani
padi organik di Desa Lubuk Bayas adalah sedang, dengan skor tingkat partisipasi
petani adalah 17,533. 3. Karakteristik sosial ekonomi petani yang berhubungan secara
nyata dengan tingkat partisipasi petani adalah pengalaman bertani, umur, dan
frekuensi mengikuti penyuluhan.
Menurut skripsi Triana R. S et al, (2017) dengan judul penelitian yaitu
Partisipasi Petani Dalam Program Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung,
Dan Kedelai (Up2pjk) Di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah
menunjukan bahwa tingkat partisipasi petani dalam program UP2PJK berada pada
klasifikasi tinggi, 2) faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi petani
dalam program UP2PJK adalah tingkat pengetahuan tentang program, frekuensi
mengikuti kegiatan penyuluhan, tingkat motivasi petani, dan tingkat kekosmopolitan,
terdapat perbedaan produktivitas usahatani padi sawah setelah mengikuti program
Upsus peningkatan produksi padi sawah UP2PJK, dan tidak terdapat hubungan antara
tingkat partisipasi petani dan produktivitas usahatani padi dalam program UP2PJK di
Kecamatan Seputih Raman
Menurut skripsi Penelitian juliantika, (2018) yang berjudul Persepsi Petani
Terhadap Sistem Pertanian Organik Dan Anorganik Dalam Budidaya Padi Sawah Di
Kecamatan Pringsewu Dan Kecamatan Pardasuka Kabupaten Pringsewu
menunjukan bahwa keragaan sistem pertanian organik dan anorganik di Desa
Pajaresuk dan Desa Pujodadi cukup baik, persepsi petani padi terhadap usahatani padi

9
10

organik dan anorganik cukup baik, faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi
petani adalah interaksi sosial, dukungan masyarakat, dan minat petani, tidak terdapat
perbedaaan yang signifikan antara persepsi petani organik dengan persepsi petani
padi anorganik, kendala yang dihadapi dalam penerapan sistem pertanian organik
adalah kesulitan dalam penerapan budidaya, sedangkan dalam penerapan sistem
pertanian anorganik adalah petani membutuhkan biaya yang cukup besar, namun
harga jual relatif rendah.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hadi et al, (2019) dengan judul Peran
Kelompok Tani dan Persepsi Petani terhadap Penerapan Budidaya Padi Organik di
Kabupaten Jember menunjukan bahwa peran kelompok tani cukup berhasil dalam
mendorong anggotanya untuk menerapkan sistem pertanian organik dengan
argumentasi sebagai berikut: Kurangnya pengetahuan dan peran kelompok tani dalam
memberi informasi terkait organic farming (44%) Rendahnya tingkat kesadaran
petani, kurang sabar dan tidak mau ruwet (12%), Minimnya informasi terkait sistem
pertanian organik dari PPL setempat (24%) , dan Jaminan pasar produk organik
belum meyakintan para petani (20%). Adapun faktor persepsi petani terhadap
jaminan harga produk berpengaruh nyata terhadap tingkat partisipasi petani dalam
penerapan budidaya padi organic.
Menurut Penelitian Suyudi dan Hendar N, (2017) dengan judul penelitian
persepsi petani terhadap penggunaan pupuk organic pada usahatani mending
menunjukan hasil yaitu karakteristik internal petani, dukungan iklim usaha serta
persepsi petani terhadap pemupukan organik pada usahatani mendong termasuk
dalam kategori sedang dan perilaku komunikasi termasuk dalam katagori rendah.
Secara simultan terdapat hubungan antara karakteristik internal petani, perilaku
komunikasi dan dukungan iklim usaha dengan persepsi petani terhadap penggunaan
pupuk organik dengan tingkat keeratan hubungan sangat erat. Secara parsial yang
mempunyai hubungan dengan persepsi penggunaan pupuk organik adalah perilaku
komunikasi dan dukungan iklim usaha. Pembinaan terhadap petani baik secara
individu maupun kelembagaan masih perlu dilakukan untuk mendorong petani
menggunakan pupuk organik pada usahatani mendong.
Menurut Sam. U.S, (2018) dengan judul penelitian yaitu Persepsi Petani
Terhadap Pertanian Lada Organik Dan Non-Organik: Studi Kasus Di Desa Swatani,
Kecamatan Rilau Ale, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Bahwa
Petani memiliki persepsi positif terhadap sistem pertanian lada organik, yaitu pada
tahapan pengolahan tanah, pembibitan, pemeliharaan tanaman, pemanenan dan
pemasaran. Usia dan pendidikan memiliki hubungan yang sangat kuat dengan
persepsi petani organik, sedangkan luas lahan dan jumlah tanggungan keluarga
memiliki hubungan yang sedang dengan persepsi petani lada organik. Pendapatan
petani lada organik lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan petani lada non
organik.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Komoditas Padi organik
Menurut Purnomo dan Heni (2007), padi merupakan tanaman rumput-
rumputan. Tanaman padi cocok dibudidayakan di daearah tropis seperti di Indonesia.
Sistem pembudidayaan tanaman padi di Indonesia secara garis besar dikelompokkan
menjadi dua, yaitu padi sawah dan padi gogo (padi huma, padi ladang). Padi gogo
ditanam di lahan kering, sedangkan padi sawah ditanam di sawah yang selalu
tergenang air. Klasifikasi tanaman padi meliputi:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae,
Ordo : Poales,
Famili : Graminae
Genus : Oryza Linn
Species : Oryza sativa L.
Menurut Utama (2015), tanaman padi memiliki batang cylendris, agak pipih
atau bersegi, berlubang atau masif, pada buku selalu masif dan sering membesar,
berbentuk herba. Batang padi umumnya berwarna hijau tua dan ketika memasuki fase
generatif warna batang berubah menjadi kuning. Tanaman padi memiliki daun
tunggal, 2 baris, terkadang-kadang seolah berbaris banyak. Panjang helain dun sangat
bervasi, umumnya antara 100-150 cm. Warna daun hijau tua dan akan berubah
kuning setelah tanaman memasuki masa panen. Bunga padi secara keseluruhan
disebut malai yang merupakan bungan majemuk. Bunga tanaman padi tersusun dalam
bulir, yang terdiri dari 2 atau lebih glumae (daun) serupa sisik yang duduknya
berseling dalam dua baris berhadapan.
Padi merupakan komoditas pangan yang banyak dibudidakan oleh petani
secara organik maupun anorganik. Pangan Organik adalah pangan yang berasal dari
suatu lahan pertanian organik yang menerapkan praktek pengelolaan yang bertujuan
untuk memelihara ekosistem dalam mencapai produktivitas yang berkelanjutan,
melakukan pengendalian gulma, hama, dan penyakit, melalui beberapa cara seperti
daur ulang sisa tumbuhan dan ternak, seleksi dan pergiliran tanaman, pengelolaan air,
pengolahan lahan, dan penanaman serta penggunaan bahan hayati (pangan). Organik
merupakan istilah pelabelan yang menyatakan bahwa produk telah diproduksi sesuai
dengan standar produksi dan disertifikasi lembaga sertifikasi resmi (Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 64/Permentan/OT.140/5 tahun 2013).
Menurut Andoko (2002), tidak semua varietas padi cocok untuk
dibudidayakan secara organik. Padi hibrida kurang cocok ditanam secara organik
karena diperoleh melalui proses pemuliaan di laboratorium. Varietas padi yang cocok
ditanam secara organik hanyalah jenis atau varietas alami. Padi varietas alami yang
dapat dipilih untuk ditanam secara organik anatara lain adalah rojolele, mentik,
pandan dan lestari. Berikut merupakan tahapan budidaya padi organik:
1.Pembenihan
Benih yang dipilih merupakan benih yang bermutu, hal ini bertujuan untuk
mendapatkan hasil panen yang maksimal. Benih yang sudah terseleksi selanjutnya
dikecambahkan dahulu sebelum disebar di persemaian. Benih yang sudah
berkecambah disebarkan secara hati-hati ke permukaan tanah persemaian. Bagian
sawah yang akan diunakan untuk pemebnihan dicangkul merata kira-kira 30 cm.
Lahan sawah dapat ditambahkan pupuk kandang yang sudah matang sebanyak 40 kg
setiap 35 m2 dengan cara ditebar merata sambil diinjak-injak sampai menyatu dengan
tanah. Benih yang disebar harus tersebar merata dan tidak tumpang tindih.
2.Persiapan lahan
Penyiapan lahan pada dasarnya adalah pengolahan tanah sawah hingga siap untuk
ditanami. Langkah awal pengolahan tanah adalah memperbaiki pematang sawah.
Lahan harus tergenang air selama seminggu sebelum pengolahan tanah selanjutnya.
Pembajakan sawah dapat menggunakan traktor atau dengan tenaga hewan.
Pembajakan sawah menggunakan cara tradisional lebih disarankan untuk pertanian
organik karena dapat memberikan hasil yang lebih baik. Tanah yang sudah dibajak
kemudian dibiarkan selama seminggu dalam keadaan tergenang air. Seminggu
kemudian tanah dibajak kembali agar bongkahan tanah menjadi makin kecil.
Pembajakan kedua ini dilakukan dengan menggunakan cangkul. Pemberian pupuk
dasar berupa pupuk kandang matang sebanyak 5 ton/ha swah dapat dilakukan pada
pembajakan kedua. Pemupukan harus dilakukan secara merata lalu dibiarkan selama
empat hari. Empat hari kemudian tanah dibajak agar menyatu dengan pupuk kandang.
Lahan yang sudah dibajak kemudian dibiarkan selama empat hari, kemudian setelah
itu lahan digaru. Empat hari setelah digaru tanah sudah siap untuk dilakukan
penanaman.
3.Penanaman
Syarat bibit yang baik untuk dipindahkan ke lahan penanaman adalah tinggi sekitar
25 cm, memiliki 5-6 helai daun, batang bawah besar dan keras, bebas dari hama
penyakit, serta jenisnya beragam. Umur bibir dan jarak tanam berpengaruh terhadap
produktivitas. Jarak tanam yang paling banyak digunakan petani di Indonesia adalah
25 cm x 25 cm dan 30 cm x 30 cm. Jumlah bibit yang dimasukkan ke dalam rumpun
adalah 2- 4, tergantung kondisi bibit dan varietas. Bibit ditanam sedalam 5 cm atau
sekitar dua buku jari tangan.
4.Pemeliharaan
Pemeliharaan terdiri dari penyulaman, penyiangan, pemupukan dan pengendalian
hama dan penyakit. Penyulaman sebaiknya dilakukan maksimal dua minggu setelah
tanam. Apabila lebih lama, masaknya padi tidak akan serentak. Penyiangan pada
pertanian konvensional biasanya diatasi dengan penggunaan herbisida. Penyiangan
gulma untuk pertanian organik tidak disarankan menggunakan herbisida sintetis tau
kimia. Penyiangan hanya dilakukan dengan cara mencabut gulma. Penyiangan
dilakukan sebanyak tiga kali dalam satu kali musim tanam yaitu pada minggu
keempat, umur 35 dan umur 55 hari.
Pemupukan susulan dilakukan sebanyak tiga kali selama satu musim tanam.
Pemupukan pertama dilakukan pada umur 15 hari dengan pupuk kandang matang
sebanyak 1ton/ha atau kompos sebanyak 0,5 ton/ha. Pemupukan susulan kedua
dilakukan pada saat tanaman padi berumur 25-60 hari dengan frekuensi seminggu
sekali. Jenis pupuk yang diberikan yaitu pupuk organik cair buatan sendiri dengan
kandungan unsur N-nya tinggi. Pemberian pupuk dilakukan dengan mencamppurkan
1 liter pupuk dengan 17 liter air kemudian disemprotkan ke tanaman. Pemupukan
susulan ketiga dilakukan pada saat tanaman memasuki fase generatif yaitu setelah
tanaman umur 60 hari. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk cair organik yang
mengandung unsur P dan K tinggi. Dosisnya yaitu 2-3 sendok makan pupuk P
organik dicampur 15 liter kemudian disemprotkan pada tanaman.
Hama yang menyerang tanaman padi diantaranya yaitu wereng, walang
sangit, penggerek batang, ganjur, tikus, dan burung. Pengendalian hama tersebut
dapat dilakukan dengan cara rotasi tanaman, menggunakan predator alami,
menggunakan perangkap, tanam serentak, dan pestisida organik untuk hama wereng.
Penyakit yang menyerang tanaman padi diantaranya yaitu bercak coklat, blast, dan
tungro. Pengendalian penyakit bercak coklat dapat dilakukan dengan cara
memperbaiki kesuburan tanah yaitu dengan memberikan pupuk kandang atau
kompos. Pengendalian hama ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida
organik. Pengendalian penyakit blast yaitu dengan menghindari penggunaan pupuk
berkadar N terlalu tinggi dan juga dapat menggunakan fungisida organik.
Pengendalian penyakit tungro yaitu dengan cara memberantas berbagai jenis rumput
liar yang merupakan sumber infeksi penyakit ini. Pengendalian juga dapat dilakukan
dengan menggunakan serangan vektor.
5. Panen dan pascapanen
Tanaman padi siapa dipanen bila butur gabah yang menguning sudah mencapai
sekitar 80 % dan tangkainya sudah merunduk. Pemanenan dapat mengunakan sabit
supaya lebih cepat. Tanaman padi yang sudah dipanen kemudian di lakukan
perontokan dari malainya. Perontokan dapat dilakukan dengan menggunakan mesin
atau tenaga manusia, tahap selanjutnya yaitu pengeringan untuk dapat digiling.
Apabila cuaca cerah dan matahari bersinar penuh sepanjang hari, penjemuran hanya
berlangsung 2-3 hari. Jika cuaca mendung atau gerimis dan terkadang panan,
penjemuran dapat berlangsung lama. Padi yang sudah mengering selanjutnya
dilakukan proses penggilingan. Penggilingan dapat dilakukan dengan cara tradisional
dan modern. Penggilingan secara tradisional yaitu menggunakan lesung dan palu,
sedangkan cara tradisional menggunakan alat penggiling. Padi yang sudah digiling
akan menjadi beras, kemudian beras yang sudah dimasukkan dalam karung di simpan
dalam gudang

2.2.2 Teori Partisipasi


Mikkelsen dalam Usman (2008), mengemukakan asumsi teorik bahwa
pembangunan menjadi positif apabila ada partisipasi masyarakat dan sebaliknya
kurangnya partisipasi masyarakat dalam program pembangunan berarti adanya
penolakan secara internal di kalangan anggota masyarakat itu sendiri dan secara
eksternal terhadap pemerintah atau pelaksana program.
Ada tiga unsur penting partisipasi, yaitu:
1. Bahwa partisipasi atau keikutsertaan sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan
mental dan perasaan, tidak hanya semata-mata keterlibatan secara jasmaniah;
2. Kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha mencapai tujuan
kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa senang, kesukarelaan untuk membantu
kelompok;
3. Unsur tanggung jawab. Unsur tersebut merupakan segi yang menonjol dari rasa
menjadi anggota kelompok tani.
Karateristik sosial ekonomi tersebut meliputi:
1. Tingkat Pendidikan
Mardikanto dalam Iwan (2010), menerangkan pendidikan merupakan proses
timbal balik dari setiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam,
teman dan alam semesta.
2. Pengalaman Bertani
Menurut Soekartawi (1999), pengalaman seseorang dalam berusaha tani berpengaruh
dalam menerima inovasi dari luar.
3. Umur
Menurut Ajiswarman dalam Rona (1999), orang yang masuk pada golongan tua
cenderung selalu bertahan dengan nilai-nilai yang lama sehingga diperkirakan sulit
menerima hal-hal yang bersifat baru.
4. Frekuensi mengikuti penyuluhan
Menurut Soekartawi (1999), agen penyuluhan dapat membantu petani memahami
besarnya pengaruh struktur sosial ekonomi dan teknologi untuk mencapai kehidupan
yang lebih baik dan menemukan cara mengubah struktur atas situasi yang
menghalangi untuk mencapai tujuan tersebut.
5. Luas lahan
Menurut Iwan (2010), Luas lahan akan menentukan partisipasi petani terhadap
proyek. Luas sempitnya lahan yang dikuasai akan mempengaruhi anggota untuk
mengolah lahan.
Secara sederhana, partisipasi dapat dibedakan ke dalam dua bentuk
keterlibatan. Pertama, partisipasi kualitatif, yaitu keterlibatan dalam pengambilan
keputusan di dalam berbagai lembaga kemasyarakatan yang ada. Kedua, partisipasi
kuantitatif, yaitu tingkat keikutsertaan yang dihitung dari jumlah kehadiran
(Sudaryanto et. all, 2002). Keefektifan partisipasi masyarakat sering diukur dari
jumlah orang yang hadir dalam sebuah pertemuan umum. Tetapi, ukuran efektif
tidaknya partisipasi tidak hanya sekedar dari jumlah kehadiran saja. Kepercayaan,
komunikasi, kesempatan dan fleksibilitas merupakan elemen penting yang
menentukan efektif tidaknya partisipasi masyarakat (Setiawan et. all, 2003).
Menurut Darwanto (2007), ada berbagai bentuk partisipasi, yaitu:
a. secara langsung,
b.dengan perwakilan (yaitu memilih wakil dari kelompok-kelompok masyarakat),
c. secara politis (yaitu melalui pemilihan terhadap mereka yang mencalonkan
diri untuk mewakili mereka),
d.berbasis informasi (yaitu dengan data yang diolah dan dilaporkan kepada
pengambil keputusan),
e.berbasis mekanisme pasar yang kompetitif (misalnya dengan pembayaran
terhadap jasa yang diterima).
Mardikanto (1987) mengemukakan tentang adanya kegiatan yang
menunjukkan partisipasi masyarakat di dalam kegiatan pembangunan, yaitu:
a. Partisipasi dalam perencanaan, merupakan partisipasi masyarakat secara
langsung di dalam proses pengambilan keputusan tentang program pembangunan di
wilayah lokal (setempat).
b. Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, merupakan pemerataan sumbangan
masyarakat dalam bentuk tenaga kerja dan uang tunai yang sepadan dengan manfaat
yang akan diterima oleh masing-masing warga masyarakat yang bersangkutan.
c. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan, merupakan unsur terpenting
dalam pembangunan. Sebab, tujuan pembangunan adalah untuk memperbaiki mutu
hidup masyarakat banyak sehingga pemerataan hasil pembangunan merupakan tujuan
utama. Pemanfaatan hasil akan merangsang kemauan dan kesukarelaan masyarakat
untuk selalu berpartisipasi dalam setiap program pembangunan yang akan datang.
Mardikanto (1987) menyatakan bahwa, tumbuhnya partisipasi masyarakat
dalam pembangunan pada hakikatnya sangat ditentukan oleh adanya kesadaran
masyarakat yang bersangkutan. Tetapi, untuk tumbuhnya partisipasi sebagai suatu
tindakan yang nyata, diperlukan adanya tiga persyaratan yang menyangkut :
a. Kesempatan
Partisipasi masyarakat sering tidak nampak karena mereka merasa tidak diberi
kesempatan untuk berpartisipasi atau tidak dibenarkan berpartisipasi, khususnya yang
menyangkut : pertanian organik adalah petani mampu menerapkan inovasi pertanian
padi organik Serta, sering juga dirasakan kurangnya informasi yang disampaiakan
kepada msayarakat mengenai kapan dan dalam bentuk apa mereka dapat atau dituntut
berpartisipasi.
b. Kemampuan
Adanya kesempatan yang disediakan atau ditumbuhkan untuk menggerakkan
masyarakat akan tidak banyak berarti, jika masyarakatnya tidak memiliki kemampuan
untuk berpartisipasi. Kemampuan di sini mencakup: kemampuan untuk menemukan
dan memahami kesempatan untuk membangun, kemampuan melaksanakan
pembangunan, serta kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan
menggunakan sumberdaya dan kesempatan secara optimal.
c. Kemauan
Kesempatan dan kemampuan yang cukup, belum merupakan jaminan bagi tumbuh
dan berkembangnya partisipasi masyarakat, jika mereka sendiri tidak memiliki
kemauan untuk membangun. Kemauan berpartisipasi dipengaruhi oleh kejelasan
kemanfaatan pembangunan serta kondisi setempat yang mendorong atau menghambat
masyarakat untuk berpartisipasi secara sukarela, terpaksa, ataukah karena
kebiasaan.
Pembangunan memang dapat berjalan dengan mengandalkan pada kekuatan
yang ada pada pemerintah. Namun, hasilnya tidak akan sama jika dibandingkan
dengan pembangunan yang mendapat dukungan dan partisipasi rakyat. Partisipasi
haruslah dilandasi oleh kesadaran dan bukan oleh paksaan (Kartasasmita, 1996).
Menurut Souza et. All (1976), motivasi dasar yang dapat menghalangi partisipasi
yaitu adanya pengasingan, kurangnya waktu, keadaan ekonomi yang tidak cukup, dan
ketiadaan jiwa untuk berpartisipasi.
Slamet Y (1994) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang berhubungan
dengan partisipasi, yaitu
a. Faktor orbitasi
Derajad orbitasi suatu daerah diukur dari sejauh mana suatu daerah memiliki daya
jangkau terhadap fasilitas jalan yang menghubungkan urban center.
b. Faktor sentralitas
Sentralitas suatu darerah diukur melalui sejauh mana daerah yang bersangkutan
merupakan pusat-pusat dari suatu pertumbuhan (growth center) dari daerah lain atau
sejauh mana daerah yang bersangkutan memiliki daya jangkau terhadap pusat-pusat
pertumbuhan yang ada.
c. Faktor pendidikan
Berbeda dengan halnya pengukuran orbitasi dan sentralisasi diukur pada tingkat
daerah, faktor pendidikan diukur pada tingkat individual.
d. Faktor jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan mempunyai pengaruh terhadap derajad aktivitas dalam program.
Semakin rendah strata pekerjaan semakin rendah pula derajad aktivitas dalam
program

2.2.3 Teori Persepsi


Menurut Persepsi berasal dari Bahasa Inggris yaitu perception yang dapat
diartikan dengan penglihatan atau tanggapan daya memahami atau menanggapi.
Secara psikologis menjelaskan bahwa persepsi dapat diartikan sebagai proses
peralihan atau transformasi stimulus lingkungan kedalam pengalaman seseorang yang
diwujudkan dalam bentuk benda yang dapat di sentuh, suara yang dapat di dengar,
aroma yang dapat dibaui dan lain-lain. Proses persepsi merupakan proses mengaitkan
semua informasi yang telah diserap oleh indra. Terdapat tiga hal yang mempengaruhi
persepsi yaitu objek persepsi, alat indra dan sistem saraf dan perhatian (Prasisit dan
Susatyo, 2018).
Persepsi merupakan sebuah proses akhir dari pengamatan yang diawali dari
proses pengindraan oleh individu atau manusia terhadap suatu objek yang mana
proses dan distimulus oleh alat indra yang menimbulkan perhatian manusia
kemudian diteruskan ke otak kemudian manusia menyadari adanya sebuah
persepsi terhadap apa yang telah diamati tersebut. Persepsi adalah proses
pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh
indraorganisme atau individu sehingga menjadi hal yang berarti dan merupakan
aktivitas integrasi dalam diri individu ( Walgito, 2002:99-100).
Persepsi dapat diartikan secara luas dan secara sempit. Persepsi secara sempit
merupakan sebuah cara bagaimana seseorang melihat sesuatu hal, sedangkan
pengertian persepsi dalam arti luas adalah cara pandang seseorang dan cara seseorang
mengartikan sesuatu. Manusia tidak lepas dari kegiatan persepsi khususnya ketika
telah melakukan komunikasi dalam masyarakat, mengurus perizinan, dan sebagainya.
Menurut Mulyana (2002), secara garis besar persepsi manusia dibagi menjadi dua
bagian yaitu:
a. Persepsi terhadap objek atau lingkungan fisik atau sifat-sifat luar sedangkan
persepsi terhadap orang menanggapi sifat-sifat luar dan dalam (perasaan, motif,
harapan, dan sebagainya). Orang akan mempersepsikan anda pada saat anda
mempersepsikan mereka. Dengan kata lain, persepsi terhadap manusia bersifat
interaktif.
b. Persepsi terhadap manusia; melalui lambang-lambang fisik, sedangkan persepsi
terhadap orang melalui lambang-lambang verbal dan nonverbal. Orang lebih aktif
daripada kebanyakan objek dan lebih sulit diramalkan.
Menurut Desvianto (2013), persepsi merupakan sebuah rangkaian proses aktif yang
terbentuk dalam tiga tahapan pokok, yang meliputi:
1. Seleksi
Menurut Mulyana (2002) dalam Desvianto (2013), perhatian seseorang dapat
ditimbulkan dari adanya sebuah sensasi yang mana sebuah sensasi dapat diperoleh
dari adanya stimulasi yang dilanjutkan dengan seleksi informasi yang diterima oleh
individu.
2. Pengelompokan
Tahap pengelompokan ini dilakukan untuk mengelompokkan informasi yang telah
diseleksi. Pengelompokkan dilakukan untuk mempermudah dalam
menginterpretasikan informasi yang diterima. Pengelompokan-pengelompokan
tersebut didasarkan pada pengalaman masing-masing individu yang nantinya akan
dikelompokkan dalam skema kognitif yang meliputi: prototypes (representasi yang
mendekati kategori pesan), personal construct (tolak ukur yang ada pada pikiran
seseorang), stereotype (kesimpulan prediksi berdasarkan kategori posisi individu
dalam sebuah situasi) dan yang terakhir adalah script (perencanaan dalam mengambil
sikap oleh individu dalam suatu situasi).
3. Interpretasi dan Evaluasi
Interpretasi yang dilakukan oleh individu didasarkan pada beberapa hal yaitu:
a. Pengalaman
b. Asumsi perilaku
c. Ekspektasi
d. Pengetahuan yang dimiliki
e. Perasaan individu tersebut
Tahap-tahap pembentukan persepsi terdiri dari :
1. Terjadinya stimulus alat indra
Stimulus atau perangsangan alat indra merupakan tahap pertama dalam memunculkan
persepsi pada manusia. Rangsangan yang diperoleh oleh alat indra tidak selalu
digunakan oleh manusia, sehingga ada sebuah rangsangan yang tidak memberikan
efek atau dampak apapun yang artinya bahwa stimulus atau dampak tersebut tidak
bermakna.
2. Stimulus alat indra diatur
Mengatur stimulus atau rangsangan oleh alat indra dilakukan dengan dua prinsip
umum, yaitu prinsip proksimitas dan prinsip kelengkapan. Prinsip proksimitas
disebut juga dengan prinsip kemiripan, sehingga sebuah persepsi dapat
dinyatakan secara bersama sama dengan objek atau pesan yang sama, sehingga
menganggap bahwa kedua objek atau pesan tersebut saling berkaitan. Prinsip kedua
adalah prinsip kelengkapan yang artinya kita mempersepsikan suatu objek atau
pesan secara utuh dan lengkap serta meskipun rangsangan yang diterima hanya
sebagian.
3. Stimulus alat indra di tafsirkan dan dievaluasi.
Tahap penafsiran saling terkait dengan tahap evaluasi. Tafsiran dan evaluasi
merupakan sebuah tahapan subjektif yang tidak hanya dipengaruhi oleh rangsangan
dari luar tetapi juga dipengaruhi oleh pengalaman dimasa lalu, kebutuhan, keinginan,
sistem nilai keyakinan terhadap hal yang seharusnya, keadaan fisik dan emosi saat
itu.
Menurut David Krech dan Richard S. Cructchfield dalam Rakhmat (2005:54-
58), terjadinya persepsi yang dialami oleh manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu faktor fungsional dan faktor struktural yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Faktor fungsional merupakan faktor-faktor yang berasal dari masing-masing
personal yang meliputi dari pengalaman di masa lalu, kebutuhan dan hal-hal yang
berasal dari diri sendiri.
2. Faktor struktural, dimana faktor struktural merupakan faktor-faktor yang
berasal dari sifat-sifat stimulus fisik terhadap efek saraf yang ditimbulkan pada sistem
saraf masing-masing individu. Faktor-faktor struktural yang menentukan persepsi.
Menurut teori Gestalt bila kita ingin memahami suatu peristiwa kita tidak dapat
meneliti faktor-faktor yang terpisah tetapi memandangnya dalam hubungan
keseluruhan. Tertarik tidaknya individu untuk memperhatikan stimulus dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu faktor internal (minat, kebiasaan, emosi dan keadaan biologis)
dan faktor eksternal (gerakan organisme lain, intensitas stimulus, kebaruan, dan
perulangan.
Menurut Bruner dalam Sarwono (2002), menyatakan bahwa persepsi
memiliki sifat inferensial (menarik kesimpulan). Sebuah persepsi diperoleh dari
sebuah masukan tertentu dan pihak yang menerima masukan akan merespon akan
menghubungkan masukan tersebut dengan kategori tertentu, sehingga dalam
proses menghubungkan ini individu akan mencari kategori yang tepat dan akan
memperoleh kesimpulan melalui penyempitan-penyempitan kategori yang dipilih
oleh individu yang terkait, sehingga dalam pengambilan keputusan dalam persepsi
merupakan hal yang sangat penting. Bruner juga menjelaskan bahwa terdapat 4 tahap
dalam pengambilan keputusan dalam persepsi yaitu :
1.Kategori primitif, yaitu tahap dimana objek yang diamati diisolasi dan
ditandai berdasarkan ciri khusus, sehingga pada tahap ini pemberian arti persepsi
masih sangat minim
2. Mencari tanda, dimana subjek yang terlibat secara cepat memeriksa
lingkungan untuk mencari informasi tambahan dan melakukan kategorisasi yang
tepat
3. Konfirmasi, terjadi setelah objek mendapat penggolongan sementara oleh subjek.
Tahap ini menutup pengamatan atau subjek untuk lebih teliti dan tidak sembarangan
menerima informasi untuk memperkuat keputusannya
4. Konfirmasi tuntas, dimana pada tahap ini pencarian subjek berhenti.
Proses individu dalam mempresepsikan suatu hal tidak lepas dari sebuah kesalahan.
Menurut Mulyana (2002), individu yang melakukan kesalahan dalam
mempersepsikan sesuatu terdiri dari beberapa hal berikut:
1. Kesalahan Atribusi
Atribusi merupakan proses seseorang yang berasal dari dalam diri individu tersebut
untuk memahami penyebab perilaku individu lain.
2. Efek halo
Efek halo merupakan penilaian kesan menyeluruh terhadap individu.
3. Stereotipe
Merupakan sebuah proses pengelompokan individu berdasarkan kategori yang
dianggap sesuai bukan didasarkan pada karakteristik individu tersebut.
4. Prasangka
Prasangka merupakan suatu penilaian yang didasarkan pada keputusan dan
pengalaman sebelumnya.
5. Gegar Budaya
Gegar budaya merupakan suatu ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan baru atau budaya dan kebiasaan baru.

2.2.4 Teori sikap


Sikap dalam bahasa Inggris attitude berasal dari bahasa latin yaitu aptus yang
berarti bahwa keadaan siap mental, yang bersifat melakukan suatu kegiatan tertentu.
Sehingga, sikap juga dapat diartikan dengan kesiapan individu untuk cenderung
berperilaku dengan cara tertentu dalam menghadapi suatu kejadian atau objek. Secara
sosiologis, sikap dibatasi dengan suatu respon oleh seorang individu terhadap suatu
rangsangan yang ada pada lingkungan sosial. Sikap atau attitude juga merupakan
suatu kesediaan untuk bereaksi (disposition to react) secara positif dan secara
negatif terhadap suatu objek tertentu. Sikap juga berfungsi sebagai pengurang
ketegangan terhadap suatu motif tertentu (Sarnoff dalam Sarwono, 2002).
Pendekatan sikap menurut Brecker dalam Azwar (2016:6), adalah
memandang sikap sebagai suatu reaksi gabungan dari aspek afektif, perilaku dan
kognitif yang dilakukan suatu individu terhadap suatu objek yang bekerja secara
bersamaan mengorganisasikan sikap individu. Pandangan lain yang muncul
karena ketidakpuasan pendekatan tersebut, muncul pandangan yang lain yang
menyatakan bahwa sikap hanya dibatasi pada aspek afektif saja, sehingga sikap dapat
diartikan dengan afek atau penilaian positif atau negatif terhadap suatu objek. Sikap
positif adalah sikap-sikap yang menunjukkan dan memperlihatkan, menerima,
mengakui, menyetujui dan melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu
tersebut tinggal, sedangkan sikap negatif adalah sikap-sikap yang memperlihatkan
sebuah penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana
individu tersebut tinggal (Brem dan Kassin dalam Azwar (2016:6).
Menurut Gerungan (2004), sikap atau attitude dibedakan menjadi dua jenis
yaitu sikap individu dan sikap sosial. Sikap individu dan sikap sosial memiliki
perbedaan yang signifikan, sikap individu merupakan sikap yang dimiliki oleh
seseorang demi seseorang saja, sedangkan sikap secara sosial dapat diartikan dengan
sebuah sikap individual yang berhubungan dengan objek-objek yang bukan
merupakan objek sosial. Secara umum, sikap memiliki beberapa ciri-ciri diantaranya
yaitu :
1.Sikap tidak dibawa sejak lahir, melainkan merupakan bentukan yang dapat
dipelajari sepanjang perkembangan dari individu tersebut.
2. Sikap dapat berubah-ubah karena dapat dipelajari.
3.Sikap tidak berdiri sendiri melainkan selalu mengandung relasi tertentu
terhadap suatu objek.
4.Objek dapat berupa satu hal, namun tidak penutup kemungkinan merupakan
kumpulan dari beberapa hal tersebut.
5. Sikap merupakan segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan.
Menurut Ross dalam Sobur (2003), ada beberapa pandangan-pandangan dasar
tentang sebuah sikap yaitu :
1. Sikap merupakan sebuah pengalaman yang subjektif.
2. Sikap merupakan sebuah pengamatan terhadap suatu objek atau persoalan
3. Sikap merupakan sebuah pengalaman dari suatu masalah atau objek
4. Sikap melibatkan pertimbangan yang bersifat menilai
5. Sikap dapat diungkapkan melalui bahasa
6. Ungkapan sikap umumnya dapat dipahami
7. Sikap dikomunikasikan kepada orang lain
8. Setiap orang memiliki sikap yang sama atau berbeda
9. Sejumlah orang yang memiliki sikap berbeda pada setiap objek akan memiliki
perbedaan pula dalam memberikan pendapat benar atau salah
10. Sikap berhubungan dengan perilaku sosial
Menurut G.W Allport dalam Sears etc, (1999), menyatakan bahwa sikap
memiliki arti sebagai bentuk kesiapan mental dan saraf yang diatur melalui
pengalaman dan memberikan pengaruh dinamika terhadap respon individu
terhadap suatu objek. Definisi secara umum, sikap terhadap suatu objek, gagasan atau
orang merupakan suatu orientasi yang bersifat menetap dengan komponen-
komponen yang terdiri dari :
1.Komponen kognitif, yaitu komponen yang terdiri dari seluruh kognisi yang dimiliki
oleh seseorang mengenai suatu objek, keyakinan dan pengetahuan tentang terhadap
objek.
2.Komponen afektif, yaitu suatu komponen yang didasarkan pada penilaian
seseorang yang melibatkan perasaan dan emosi terhadap suatu objek
3.Komponen perilaku, yaitu suatu komponen yang menunjukkan kesiapan
sesorang untuk bereaksi atau bertindak terhadap suatu objek.
Menurut Soekidjo dalam Arifin, 2015, sikap memiliki suatu tingkatan,
dimana tingkatan sikap tersebut terdiri dari:
1.Menerima (receiving), yang artinya bahwa setiap individu atau subjek mau dan
memperhatikan rangsangan yang diberikan oleh objek.
2.Merespons (responding), yaitu individu memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan dan hal tersebut menunjukkan
indikasi sikap terlepas dari benar dan salah dengan memberikan respon maka
individu tersebut telah menerima ide tersebut
3.Menghargai (valuing), yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan terhadap suatu masalah
4.Bertanggung jawab (responsible), yang artinya bahwa individu telah siap atas risiko
dan bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang telah dipilihnya.
Menurut Sobur (2003), pembentukan sikap pada seseorang dipengaruhi oleh
norma-norma yang ada sebelumnya yang disertai dengan pengalaman dimasa lalu.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap seseorang terhadap
suatu objek yaitu :
1.Akumulasi pengalaman-pengalaman di masa lalu yang disertai dengan
tanggapan-tanggapan yang serupa atau sama terhadap suatu hal
2.Pengamatan terhadap sikap lain yang berbeda
3. Pengalaman baik maupun pengalaman buruk yang pernah dialami
4. Hasil tiruan dari sikap lain baik sadar maupun tidak sadar.
Menurut Sobur (2003), sikap tidak terbentuk dengan sembarangan melainkan
dipengaruhi oleh beberapa hal. Pembentukan sikap berlangsung dalam interaksi
manusia dengan manusia lainnya terhadap suatu objek tertentu, yang dipengaruhi
oleh interaksi dalam kelompok maupun interaksi dari luar kelompok yang dapat
mempengaruhi perubahan sikap yang telah terbentuk. Interaksi dengan komponen
diluar kelompok diantaranya yaitu interaksi hasil kebudayaan manusia yang sampai
kepada pemilik sikap melalui alat komunikasi. Faktor lain yang dapat menyebabkan
pembentukan sikap adalah faktor internal dari dalam diri manusia tersebut, yang
terdiri dari tingkat selektivitas, daya pilihan atau minat dari dalam diri untuk
menerima dan mengolah berbagai pengaruh yang datang dari luar.
Komponen kognisi akan menghasilkan suatu pengetahuan terhadap objek
tersebut sehingga memunculkan pernyataan secara lisan tentang keyakinan terhadap
objek tersebut, komponen afektif akan menunjukkan hasil evaluasi dari pengetahuan-
pengetahuan yang diperoleh dengan menunjukkan senang atau tidak senang, setuju
atau tidak setuju dan lainnya, kemudian komponen afeksi akan mempengaruhi
komponen konasi, yang mana komponen konasi akan membawa individu ke arah
kecenderungan untuk bertindak. Situasi yang seperti ini akan meningkatkan
keseimbangan. Keseimbangan yang dimaksud adalah antara objek yang dilihat
dengan yang dirasakan di mana unsur nilai dan norma dalam individu dapat
menerima secara rasional dan emosional. Apabila kondisi keseimbangan tersebut
tidak tercapai maka individu akan memunculkan sikap penolakan dan akan
memunculkan sikap apatis, acuh tak acuh dan menentang sampai memberontak.
Keseimbangan ini dapat kembali jika persepsi diubah melalui komponen kognitif,
yang kemudian memunculkan keseimbangan hingga akan memunculkan perubahan
sikap (Mar’at, 1982:22-24)

2.3 Kerangka Pemikiran


Sektor pertanian yang terbagi menjadi beberapa subsektor hampir
keseluruhannya memberikan sumbangsih yang cukup signifikan terhadap
kesejahteraan masyarakat, ermasuk subsector pangan. Pangan adalah segala sesuatu
yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah,
yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,
termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang
digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau
minuman Kebiasaan petani terhadap penggunaan pestisida dan pupuk kimia memiliki
dampak negatif terhadap keberlanjutan di bidang pertanian. Penggunaan pupuk
anorganik selalu diikuti dengan masalah lingkungan, baik terhadap kesuburan
biologis maupun kondisi fisik tanah serta dampak pada konsumen
Pertanian organik merupakan solusi untuk mengatasi masalah tersebut, hal ini
dikarenakan pertanian organik tidak menggunakan pupuk kimia, pestisida kimia dan
bahan-bahan kimia lainnya dalam proses budidaya. Sistem Pertanian Organik adalah
sistem manajemen produksi yang holistik untuk meningkatkan dan mengembangkan
kesehatan agroekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas
biologi tanah. Pertanian organik menekankan penerapan praktek-praktek manajemen
yang lebih mengutamakan penggunaan input dari limbah kegiatan budidaya di lahan,
dengan mempertimbangkan daya adaptasi terhadap keadaan/kondisi setempat
Kabupaten Bondowoso merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang
menerapkan pertanian padi organik. Program Kabupaten Bondowoso menuju
pertanian organik atau Botanik dimulai pada tahun 2008 dan baru terealisasikan pada
tahun 2010 di Desa Lombok Kulon Kecamatan Wonosari. Pemerintah Kabupaten
Bondowoso terus mengembangkan sektor pertanian organik yang bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan petani setempat. Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan
Bondowoso mengatakan bahwa akan terus mengembangkan program pertanian padi
organik.
Desa Sulek merupakan desa pengembangan pertanian padi organik terluas
dari pada Desa Sumbermalang yaitu sekitar 20,728 ha pada tahun 2017. Desa sulek
kecamatan tlogosari pada tahun 2018 sudah mendapatkan sertifikasi organic dari
lembaga sertifikasi, sehingga desa sulek merupakan salah satu desa yang sudah
menerapkan pertanian secara organic dan diakui oleh lembaga sertifikasi. Petani yang
ingin menerapkan usahatani padi organik akan mengikuti SLPPO (Sekolah Lapang
Pertanian Padi Organik) yang bertujuan untuk memberi pengetahuan kepada petani
terkait budidaya padi organik seperti pembuatan pestisida nabati, pupuk organik
maupun lainnya
Permasalahan yang timbul dalam penelitian ini adalah dalam kegiatan
usahatani padi dulu mereka masih menggunakan bahan bahan an organik sehingga
ketika ada usatani padi yang menggunakan system organic mereka perlu beradaptasi
dan juga berpikirana dalam melakukan usahatani tersebut karena system pertanian
organic oasti dalam masa awal akan mengalami kesuitan karena berbeda dengan
penggunaan system pertanian yang non organik. Untuk itu partispasi dalam kegiatan
budidaya tersebut juga akan bertengaruh, pengaruh tersebut antara lain adalah
kesempatan, kemampuan dan kemauan, ketiga tersebut apabila terpebuhi maka
partisipasi dalam kegiatan budidaya padi organik akan lacar dan berjalan dengan
baik. Walaupun lahan kelompok tani “Sulek Raya 13” merupakan lahan yang cocok
untuk dijadikan lahan organik, namun pada kenyataannya hanya sebagian kecil saja
petani yang mau menerapkan usahatani padi organik yaitu sekitar 25,7 % saja.
Rumusan masalah pertama adalah tentang partisipasi petani terhadap
pertanian organic pada kelompok tani Sulek Raya 13 Desa Sulek Kecamatan
Tlogosari Kabupaten Bondowoso, ada 3 poin penting yang bisa mempengaruhi
partisipasi petani dalam melakukan budidaya yaitu: kemauan, kemampuan dan
kesempatan, kemauan petani dalam melakukan usatani padi organik nantinya petani
tersebut akan meningkatkan partisipasi dalam kegiatan budidaya, dorongan kemauan
diri sendiri akan membuat petani tersbut akan melakukanya dengan sendiri.
Kemampuan adalah sesuatu yang dimiliki oleh pribadi petani untuk melakukan
sesuatu hal sehingga kegiatan tersebut bisa berjalan dengan baik. Kemampuan akan
timbul dengan sendirinya ketika petani tersebut memiliki kemauan dalam kegiatan
usahatani organic tersebbut, kesempatan yang diberikan petani untuk bisa berkerja
dan mencari tau tentang informasi dan pengetahuan tersebut maka petani akan
memperoleh kesempatan yang baik, karena biasanya petani yang tidak berpartisipasi
adalah petani yang tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan budidaya padi
organic.
Rumusan masalah kedua adalah persepsi petani terhadap pertanian organic
pada kelompok tani Sulek Raya 13 Desa Sulek Kecamatan Tlogosari Kabupaten
Bondowoso di jelaskan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Rumusan
masalah pertama akan ditunjang oleh teori persepsi yang mana pembentukan
persepsi dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor fungsional dan faktor struktural.
Faktor fungsional merupakan faktor-faktor yang berasal dari masing-masing personal
yang meliputi dari pengalaman di masa lalu, kebutuhan dan hal-hal yang berasal dari
diri sendiri. Faktor berikutnya adalah faktor struktural, dimana faktor struktural
merupakan faktor-faktor yang berasal dari sifat-sifat stimulus fisik terhadap efek saraf
yang ditimbulkan pada sistem saraf masing-masing individu, yang mana individu
mempersepsikan suatu objek sebagai suatu hal yang utuh, tidak berdasarkan bagian-
bagian tertentu saja.
Rumusan masalah kedua adalah sikap petani terhadap pertanian organic pada
kelompok tani Sulek Raya 13 Desa Sulek Kecamatan Tlogosari Kabupaten
Bondowoso yang juga akan di analisis dengan metode deskriptif kualitatif. Teori
yang menunjang penelitian ini yaitu teori sikap yang akan menunjukkan sikap positif
dan sikap negatif. Sikap positif adalah sikap-sikap yang menunjukkan dan
memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui dan melaksanakan norma-norma
yang berlaku dimana individu tersebut tinggal, sedangkan sikap negatif adalah
sikap yang memperlihatkan sebuah penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-
norma yang berlaku dimana individu tersebut tinggal. Data yang telah diperoleh akan
dioleh dengan menggunakan metode analisis data miles and huberman, dimana akan
dilakukan mulai dari penyajian data sampai pada penarikan kesimpulan untuk
mengetahui bagaimana partisipasi dan persepsi petani terhadap pertanian organik
pada kelompok tani Sulek Raya 13.
Kabupaten Bondowoso

Petani yang dulunya


melakukan usahatani
Desa Sulek
anorganik dan beralih ke
organik sehingga
menyebabkan menimnya
partisipasi setelah adanya
Usahatani Padi Organik
sertifikasi padi organik

Sikap
Partisipasi Persepsi

Teori Partisipasi Teori Sikap


Teori Persepsi

Faktorfaktoryang
menumbuhkan partisipasi: Faktor
Kemampuan Sikap negatif
Faktor Struktural Fungsional Sikap positif
Kemauan
Kesempatan

Meningkatnya partisipasi dan persepsi petani dalam usahatani padi organik


Desa Sulek Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso

Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran


BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian


Penentuan daerah penelitian menggunakan metode sengaja atau purposive
method. Menurut Sugiyono (2010), purposive method adalah suatu teknik penentuan
lokasi penelitian secara sengaja berdasarkan atas pertimbangan – pertimbangan
tertentu. Pertimbangan yang digunakan untuk memilih lokasi di Desa Sulek
Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso dikarenakan beberapa pertimbangan
yaitu :
1. Kabupaten Bondowoso Merupakan salah satu kabupaten yang terkenal dengan
pertaian organic dengan program BOTANIK (Bondowoso Pertanian Organik).
2. Desa Sulek Kecamatan Tlogosari merupakan salah satu desa pengembangan padi
organik ditahun 2017 yang memiliki lahan paling luas dan masih ada dua jenis
kegiatan usahatani padi yaitu usahatani padi organik dan usahatani padi anorganik.
3. Desa sulek merupakan salah satu desa yang sudah memiliki sertifikasi organik dari
lembaga sertifikasi organic.

3.2 Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif
kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan salah satu metode penelitian yang
menekankan pada pencarian makna-makna, pemahaman konsep, karakteristik, gejala,
simbol maupun deskripsi tentang suatu fenomena yang sedang terjadi, fokus dan
multimetode, bersifat alamiah dan holistik. Penelitian kualitatif lebih mengutamakan
kualitas hasil dengan menggunakan beberapa cara dan disajikan secara naratif. Secara
sederhana, penelitian kualitatif bertujuan untuk menemukan jawaban atas sebuah
fenomena yang sedang terjadi yang disusun secara ilmiah. Penelitian kualitatif
digunakan untuk menggambarkan secara jelas bagaimana partisipasi dan persepsi

33
34

Petani terhadap pertanian organic di Desa Sulek Kecamatan Tlogosari Kabupaten


Bondowoso

3.3 Metode Penentuan Informan


Metode penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan purposive
sampling. Menurut Sugiyono (2010), purposive sampling adalah suatu teknik
penentuan informan atau sampel penelitian secara sengaja berdasarkan atas
pertimbangan–pertimbangan tertentu. Metode purposive sampling pada penelitian ini
digunakan untuk mencari satu rantai sebagai informan kunci atau key informan.
Metode ini di gunakan untuk mengambarkan key informan yang terpilih benar-
benar memahami kegiatan usahatani padi organik, selain itu key informan harus
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1.Terlibat secara langsung kegiatan usahatani padi organik Desa Sulek
Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso
2.Pihak yang paham terhadap kegiatan usahatani padi organik Desa Sulek Kecamatan
Tlogosari Kabupaten Bondowoso
3.Mereka yang cukup waktu untuk dimintai informasi terkait kegiatan budidaya
padi organic Desa Sulek Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso
Berdasarkan kriteria tersebut maka dapat ditentukan untuk key informan dalam
penelitian maka ketua kelompok tani sulek raya 13 sebagai key informasi karena
paham terkait bagaiman kegiatan usahatani padi organic yang ada di kegiatan
budidaya padi organic Desa Sulek Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso.
Setelah penentuan key informan maka untuk selanjutnya akan ditentukan
informan lain. Penentuan informan lainnya juga dengan menggunakan metode
purposive sampling yang di dapat dari data-data nelayan yang ada di kelompok tani
sulek raya 13 . Kriteria informan yang sesuai untuk penelitian ini adalah :
1.Merupakan petani yang memiliki pengetahuan tentang budidaya padi organik di
Desa Sulek Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso
2. Petani yang bersedia dan cukup waktu untuk dimintai informasi terkait partisipasi
dan persepsi budidaya padi organik di Desa Sulek
3. petani yang direkomendasikan oleh key informan

3.4 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dilakukan untuk dengan beberapa cara untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Jenis data yang digunakan yaitu
data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Wawancara terstruktur.
Menurut Sugiyono (2016), wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik
pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi apa yang akan diperoleh. Metode wawancara terstruktur ini setiap
responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya. Metode
ini dgunakan untuk mengumpulkan jenis data primer yang diperoleh dari responden
penelitian. Data primer tersebut hasil wawancara dengan petani padi organik dan
anorganik kelompok tani “Sulek Raya 13”, PPL, Ketua gapoktan “Sulek Raya” dan
Koordinator ICS (Internal Control System).
2. Observasi.
Menurut Sugiyono (2016), teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila
penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan
bila responden yang diamati tidak terlaku besar. Metode ini digunakan unnruk
memperoleh data primer berupa gambaran mengenai usahatani padi organik yang
dibudidayakan kelompok tani “Sulek Raya 13”
3. Dokumentasi.
Menurut Dimyati (2013), metode dokumentasi merupakan salah satu pencarian
sumber data yang berupa benda-benda mati sehingga tidak mudah berubah dan
mudah bergerak. Data yang digunakan yaitu data dari Badan Pusat Statistik, jumlah
petani yang tergabung dalam kelompok tani “Sulek Raya 13”, buku profil Desa Sulek
Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso, serta data-data lain yang menunjang
dalam penelitian ini.

3.5 Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua
metode yang akan menjawab rumusan permasalahan penelitian:

1. Analisis data Miles dan Hubberman. Menurut Afrizal (2015) metode analisis data
kualitatif merupakan sebuah proses mengkategorisasi data berdasarkan tema
untuk menemukan pola dan menyatakan hubungan atas temuan- temuan tersebut.

2. Metode analisis data kualitatif memuat 4 komponen pokok kegiatan atau proses
yang dipahami dan dilakukan peneliti yaitu pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data dan kesimpulan. Bagan analisis data menggunakan metode Miles and
Huberman disajikan dalam gambar 3.5

Penumpulan data penyajian

Reduksi ata
Kesimpulan
kesimpulan

Gambar 3.1 Metode Mirls And Huberman


Gambar 3.1 Model Analisis Miles dan Hubermen
Metode analisis data menurut Miles dan Hubermen terdiri dari empat komponen
yang meliputi:
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dari berbagai sumber meliputi observasi secara
langsung di lokasi budidaya padi organik, pengumpulan data dokumen di situs web
terkait dan arsip. wawancara secara mendalam kepada informan-informan seperti
petani dan pihak pemerintah yang dibutuhkan dan terkait sesuai dengan topik
penelitian yaitu partisipasi dan persepsi usahatani padi organik Desa Sulek
Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso
2. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, dan transformasi data awal yang muncul dari catatan- catatan
tertulis di lapangan. Analisis data kemudian direduksi dengan memilih hal-hal pokok
dengan memfokuskan pada hal-hal yang penting yang berhubungan dengan
partisipasi dan persepsi usahatani padi organik Desa Sulek Kecamatan Tlogosari
Kabupaten Bondowoso. Data yang direduksi adalah seluruh data yang berkaitan
dengan penelitian .Selanjutnya dilakukan pengkodean sesuai dengan tema penelitian
bertujuan untuk mempermudah peneliti untuk mengelompokkan sesuai tema. Data
yang tidak sesuai atau tidak berhubungan dengan tema penelitian akan dibuang
dalam artian tidak digunakan sehingga mempermudah melakukan penarikan
kesimpulan sementara dan analisis data.
3. Penyajian Data
Penyajian data merupakan tahap selanjutnya setelah peneliti melakukan reduksi data.
Penyajian data Miles dan Huberman membatasi suatu ―penyajian sebagai
sekumpulan kesimpulan sementara dari informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan mengenai adanya penarikan kesimpulan dan pengambil tindakan.
Penyajian-penyajian yang dimaksudkan meliputi berbagai jenis gambar, table dan
bagan. Data yang akan disajikan dalam laporan penelitian adalah partisipasi dan
persepsi usahatani padi organik Desa Sulek Kecamatan Tlogosari Kabupaten
Bondowoso secara deskriptif.
4. Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan setelah reduksi data dan penyajian data. Penarikan
kesimpulan disesuaikan dengan rumusan masalah yang dibutuhkan partisipasi dan
persepsi usahatani padi organik Desa Sulek Kecamatan Tlogosari Kabupaten
Bondowoso
Menurut Sugiyono (2016), skala likert adalah digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena

sosial. Menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan

menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak

ukur untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau

pernyataan. Jawaban setiap item instrumen menggunakan gradasi sangat positif

sampai sangat negatif. Sekala likert digunakan dalam penelitian ini digunakan untuk

melihat bagaimana partisipasi dan persepsi dari petani terhadap kegiatan budiya padi

organik, sehingga memberikan kesimpulan tentang persepsi dari petani erupada

persepsi negatif maupun positif. Dengan skor dari setiap indikator sebagai berikut :

Sangat Setuju (SS) =5

Setuju (S) =4

Kurang Setuju (KS) =3

Tidak Setuju (TS) =2

Sangat Tidak Setuju (STS) =1

Interpretasi Skor Perhitungan

Agar mendapatkan hasil interpretasi, terlebih dahulu harus diketahui nilai skor

tertinggi (makasimal), indeks skor dan interval skor.

3. Menghitung Skor Maksimal

Skor Maksimal = Jumlah Responden x Skor Tertinggi Likert x Jumlah Pertanyaan

4. Menghitung Indeks Skor

total sekor
Indeks skor (%) X 100
sekor maksimal
Rumus Interval
100
T-
2! jumlah sekor liket
Tabel 2. Interval Skor Jawaban Likert
Indeks Skor Keterangan
0% - 19.99 % Sangat Tidak Efektif
20% - 39.99% Tidak Efektif
40% - 59,99% Cukup Efektif
60% - 79,99% Efektif
80% - 100% Sangat Efektif
(Nazir dan Risman, 2003)

Untuk menguji apakah instrumen yang digunakan terukur dan akurat maka

digunakan uji validitas dan reabilitas terhadap data dengan menggunakan program

SPSS.

3.1 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data merupakan standar kebenaran dalam penelitian yang

menekankan informasi daripada sikap dan jumlah orang. Uji keabsahan data perlu

dilakukan sebelum melakukan publikasi hasil penelitian tersebut untuk melihat dan

mengecek tingkat kebenaran data (Fitrah dan Luthfiyah, 2017). Uji keabsahan data

pada penelitian ini menggunakan teknik triangulasi, yaitu triangulasi teknik dan

triangulasi sumber. Triangulasi merupakan salah satu teknik dalam memeriksa

keabsahan data yang memanfaatkan informasi dari luar data sebagai pembanding.

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan triangulasi

teknik dan triangulasi sumber


3.6 Terminologi
1. Kelompok tani Sulek Raya 13 merupakan kelompok tani di Desa Sulek
Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso yang petaninya menanam padi
organik dan padi anorganik.
2. Padi organik adalah padi yang ditanam sesuai standart tertentu yang diproduksi
tanpa menggunakan pupuk kimia, pestisida atau bahan kimia buatan lainnya dan
belum mendapatkan sertifikasi dari Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) pada
bulan Agustus 2018 yang diusahakan oleh petani pada kelompok tani “Sulek
Raya 13”.
3. Pengalaman adalah lama petani melakukan usahatni padi yang dinyatakan dalam
satuan tahun.
4. Produksi merupakan jumlah hasil panen petani padi untuk satu kali produksi
yang dinyatakan dengan satuan kw
5. Partisipasi adalah partisipasi petani dalam budidaya padi organik Desa Sulek
Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso

6. Kesediaan adalah kesetiaan petani dalam melakukan usahtani padi organik Desa
Sulek Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso
7. Kesempatan adalah kesempatan petani dalam melakukan usahatani Desa Sulek
Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso
8. Kemampuan adalah kemampuan petani dalam melakukan usahatani Desa Sulek
Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso
9. Kemauan adalah kemauan petani dalam usahatani Desa Sulek Kecamatan
Tlogosari Kabupaten Bondowoso.
10. Sikap merupakan kesiapan mental dan penilaian dari petani yang
berdasarkan pengalaman sebelum berperilaku di usahatani Desa Sulek
Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso
11. Kemudahan pertanian organik adalah petani mampu menerapkan inovasi
pertanian padi organic
12. Bantuan merupakan pemberian fasilitas teknis dari pemerintah
DAFTAR PUSTAKA

Andoko, A. 2002. Budi Daya Padi secara Organik. Jakarta: Penebar Swadaya.
Aplikasi. .Jawa tengah : Muhammadiyah Universiry Press.
Arifin, B. S. 2015. Psikologi Sosial. Jawa Barat : CV Pustaka Setia.
Azwar, S. 2016. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka
Badan Pusat Statistik. 2015. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Menurut
Provinsi. [Serial Online]. https://www.bps.go.id/site/resultTab. (18 Desember
2017).
Desvianto, S. 2013. Studi Fenomenologi : Proses Pembentuka Persepsi Mantan
Dewanto, F. G., J.J.M.R. Londok, R. A. V. Tuturoong, dan W. B. Kaunang. 2013.
Pengaruh Pemupukan Anorganik dan Organik terhadap Produksi Tanaman
Jagung sebagai Sumber Pakan. Zootek, 32(5): 1-8.
Djazuli, M. 2014. Manfaat dan Proses Sertifikasi Pertanian Organik. Prosiding
Seminar Nasional Pertanian Organik, Bogor : 18-19 Juni 2014. Hal 83-88.
Gerungan. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Kalia, F. 2016.Permintaan Beras Organik Bondowoso Meninngkat. http://kbr.id/06-
2016/permintaan_beras_organik_bondowoso_meningkat/82292.html. [Serial
Online]. Diakses pada 19 Januari 2018.
Kardinan, A. 2016. Sistem Pertanian Organik. Intimedia: Malang.
Mar’at. 1982. Sikap Manusia dan Perubahan Serta Pengukurannya, Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Martodireso, S. Dan W. A. Suryanto. 2007. Terobosan Teknologi Pemupukan dalam
Era Pertanian Organik. Yogyakarta: KANISIUS.
Martodireso, S. Dan W. A. Suryanto. 2007. Terobosan Teknologi Pemupukan dalam
Era Pertanian Organik. Yogyakarta: KANISIUS.
Muhaimin, Suti’ah dan S. L. Prabowo. 2009. Manajemen Pendidikan: Aplikasi dalam
Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/ Madrasah. Jakarta: Kencana.
Mulyana, D. 2002. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja
Nugroho, J. 2013. Analisis Usahatani Padi Organik di Kecamatan Mojogedang
Kabupaten Karanganyar. Diterbitkan. Skripsi. Surakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 64/Permentan/OT.140/5 tahun 2013. Tentang
Sistem Pertanian Organik. Jakarta: Kementrian Pertanian.
Prasisit, W. D. dan Susatyo Y. 2012 Psikologi Eksperimen: Konsep, Teori,
dan
Purwono dan Heni P. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Rakhmat, J. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rosdakarya.
Sears, D. O., Jonathan L. F. dan L. Anne P. 1999. Psikologis Sosial. Jakarta:
Erlangga.
Sobur, A. 2003. Psikologi Umum. Bandung CV Pustaka Setia. Sarwono, S. W.
Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Statistik Pertanian Organik Indonesia. 2017. Statistik Pertanian Organik Indonesia
2016. Bogor: Aliansi Organis Pertanian.
Subakti, M. A. Dan R. Kurniawan. 2015. Analisiis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Petani Mengusahakan Padi Organik dan Padi Anorganik di
Desa Sumbersuko Jaya Kecamatan Belitung Kabupaten Oku Timur. Societa.
4(1):1-6.
Suratih, K. 2015. Ilmu Usaha Tani. Jakarta: Penebar Swadaya
Utama, M. Z. H. 2015. Budidaya Padi pada Lahan Marjinal. Yogyakarta: ANDI.
Utama
Walgito, B. 2002.Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset

Anda mungkin juga menyukai