DISUSUN OLEH:
ADE PRESIANA HESTI
NIM: C1021211027
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan
proposal penelitian yang berjudul “Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian
Terhadap padi Sawah dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan”
1. Dr. Nurliza, SP, MM. selaku dosen pengampu mata kuliah Metode Penalitian.
2. Teman-teman dari program studi Agribisnis angkatan 2021 untuk semua kritik
dan saran yang diberikan.
3. Semua pihak yang terlibat secara langsung maupun yang tidak terlibat secara
langsung atas sumber-sumber materi sebagai bahan referensi, yang telah
membantu dalam penyusunan laporan praktikum ini.
Penulis menerima baik kritik dan saran sehingga dapat membangun motivasi
serta inspirasi dalam pembuatan proposal penelitian. Melalui proposal ini, Penulis
berharap agar semua yang membacanya bisa mendapat pengatahuan baru tentang
Dampak alih fungsi lahan pertanian terhadap padi sawah dan pengaruhnya terhadap
ketahanan pangan. Demikian proposal penelitian ini disusun dengan sebaik-
baiknya. Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB 1 ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 3
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Menurut (Nurjanah & Suryantini, 2019), kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati
atau budidaya tanaman menjadi salah satu usaha memproduksi bahan pangan guna
pemenuhan kebutuhan pangan. Kontribusi sektor pertanian terhadap pembangunan nasional
meliputi ketahanan pangan, pengentasan kemiskinan, penyerapan tenaga kerja dan
penggerak ekonomi lainnya, dimana semua faktor ini dapat mempengaruhi produksi pangan
dan ketahanan pangan suatu daerah contohnya pada produksi padi sawah, diperkirakan
bahwa pada tahun 2022 luas panen padi sawah di Indonesia bisa mencapai sebesar 10,61
juta hektar yang dimana meningkat sebanyak 1,87% dibandingkan pada tahun 2021, dengan
jumlah produksi padi sekitar 55,67 juta ton GKG, dan jumlah produksi beras 32,07 juta ton
menurut(BPS Wonogiri, 2022). Namun produksi beras di Kabupaten Bengkayang
mengalami terjadi penurununan produksi beras, dimana pada tahun yang sama Kabupaten
1
Bengkayang memproduksi sebesar 31,688 ribu ton di tahun 2020 dengan luas lahan yang
dipakai 11,167 ribu hektar, berbanding dengan produksi pada tahun 2021 mengalami
penurunan baik dari segi produksi maupun luas lahan yang diperkirakan seluas 9,136 ribu
hektar 27,400 ribu ton produksi padi sawah (Kalbar, 2022).
Kabupaten Bengkayang merupakan saalah satu daerah yang bercocok tanam padi
sawah sebagai pemenuhan kebutuhan pangan, namun dengan adanya laju pertumbuhan
penduduk menyebabkan adanya pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi lahan
permukiman. Seringkali terjadi transformasi kota ke daerah yang masih memiliki lahan luas
sebagai dampak pembangunan, maka kebutuhan akan lahan semakin meningkat, demikian
pula yang terjadi di Kabupaten Bengkayang, yang mempunyai tanah sawah yang cukup
produktif dan seluruh areal persawahan yang ada beririgasi teknis, yang dimana dapat
mempengaruhi produktivitas penghasilan padi sawah di Kabupaten Bengkayang dan dapat
mempengaruhi pasokan beras sebagai sumber pangan utama (Wibowo, 2015).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Lestari (2009) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya alih fungsi
lahan yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor kebijakan. Faktor internal merupakan
faktor yang dipengaruhi oleh kondisi sosial-ekonomi rumah tangga pertanian pengguna
lahan. Faktor eksternal merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya dinamika
pertumbuhan perkotaan, demografi maupun ekonomi. Sementara yang dimaksud dengan
faktor kebijakan yaitu aspek regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun
daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan pertanian. Kelemahan pada aspek
regulasi atau peraturan itu sendiri terutama terkait dengan masalah kekuatan hukum, sanksi
pelanggaran, dan akurasi objek lahan yang dilarang dikonversi. Ketiga faktor ini saling
berkaitan dan sangat mempengaruhi antara satu dan yang lainnya.
3
b. Pangan dan Ketahanan Pangan
UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan menyebutkan bahwa pangan adalah segala
sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan,
perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.
Ketahanan pangan yang selanjutnya sering disebut food security, menurut Food and
Agriculture Organization (1996) bahwa ketahanan pangan Alih Fungsi idefinisikan sebagai
suatu kondisi di mana semua orang, setiap waktu, mempunyai akses fisik, sosial dan
ekonomi pada bahan pangan yang aman dan bergizi sehingga cukup untuk memenuhi
kebutuhan tubuh, sesuai dengan kepercayaannya sehingga bisa hidup secara aktif dan sehat.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Nur Isra Fajriany (2017) dalam penelitiannya
yang berjudul “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian di
Kabupaten Pangkep”. Penelitian terdahulu ini, menggunakan metode kuantitatif yang pada
dasarnya menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan
metode statistic, Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dalam bentuk sudah jadi dari BPS. Untuk analisis data, menggunakan alat bantu
kuantitatif berupa software Eviews 9.5 computer dalam mengelola data tersebut. Hasil dari
penelitian ini menunjukan bahwa variabel jumlah industri berhubungan positif dan
signifikan terhadap alih fungsi lahan pertanian (Fajriany, 2017).
kedua, penelitian yang dilakukan oleh Ferdy Firmansyah dkk (2021) dalam
penelitiannya yang berjudul “Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah di Provinsi
Jawa Timur”. Penelitian ini menggunakan metode survei sekunder secara instansional untuk
mendapatkan data spasial berupa peta lahan sawah wilayah dengan overlay peta melalui
software ArGIS, Penelitian ini melibatkan 12 variabel yang dihasilkan dari studi literatur
yaitu jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, jumlah petani, produksi, harga jual
komoditas, biaya irigasi, biaya input, pendapatan, harga sewa, harga lahan, nilai produksi,
4
dan aksesibilitas wilayah. Dengan hasil terjadinya konversi lahan sawah di Jawa Timur
terjadi di Kabupaten Lamongan dengan prosentase konversi sebanyak 19.29% atau seluas
1894.19 hektar dari total luas konversi yang terjadi. Selain itu konversi terbesar juga terjadi
di Kabupaten Bojonegoro dengan prosentase konversi sebesar 11.54% atau seluas 1133.43
hektar dari luas konversi lahan sawah di Jawa Timur yang seluas 9817.69 hektar
(Firmansyah et al., 2021)
5
BAB III
METODE PENELITIAN
7
DAFTAR PUSTAKA