Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PEMBANGUNAN IRIGASI PERSAWAHAN UNTUK

MENCEGAH KEKERINGAN DI DESA KARANGTENGAH


KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN BLORA
Oleh:
Siti Suryani

A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi daerah adalah kemampuan untuk memanfaatkan
sumberdaya manusia dan alam seefektif dan seefisien mungkin. Kemampuan dalam
memanfaatkan sumberdaya tersebut. Karena itu, persediaan (secara kuantitatif), mutu
sumberdaya (secara kualitatif), dan dimensi penggunaannya harus dirumuskan dalam
sebuah kerangka kebijakan pembangunan ekonomi daerah yang bermutu, adil,
berwawasan lingkungan, dan berkelanjutan. Sumberdaya alam harus dikelola dengan
seefektif dan seefisien mungkin. Pertimbangan-pertimbangan ekonomis dan
kemandirian dalam pengelolaan alam untuk menghasilkan produk yang bagus dan
menggerakkan roda perekonomian di daerah juga harus disiapkan dengan baik dan
terencana. Begitu pula sumberdaya buatan dan sumberdaya sosial harus dikuatkan
sedemikian rupa sehingga memperoleh hasil yang besar dan bisa mensejahterkan
masyarakatnya. Karenannya, pembangunan ekonomi daerah merupakan program
menyeluruh dan terpadu dari semua kegiatan dengan memperhitungkan sumberdaya
ekonomi sehingga memberikan kontribusi positif kepada daerah dan masyarakatnya.
Dalam konteks ini, daerah harus memperhatikan keterpaduan penggunaan sumberdaya
ekonomi, melalui penyeimbangan dan penyerasian berbagai sumberdaya ekonomi.1
Dalam dinamika pembangunan ekonomi daerah, salah satu aspek yang perlu
diperhitungkan adalah kemampuan untuk memanfaatkan atau menggunakan
sumberdaya, baik sumberdaya manusia, maupun sumberdaya alam seefektif dan
seefesien mungkin. Kemampuan dalam mengalokasikan dan memanfaatkan
sumberdaya tersebut akan sangat ditentukan oleh kapasitas dan ketersediaan
sumberdaya dimaksud dengan kata lain, persediaan (dalam aspek kuantitatif) dan
mutu sumberdaya (dalam aspek kualitatif) dan dimensi penggunaannya harus

1
Junaidi dan Zulgani, Peranan Sumberdaya Ekonomi Dalam Pembangunan Ekonomi Daerah, Jurnal
Pembangunan Daerah Edisi III – 2011,hal.27.
dirumuskan dalam suatu kerangka kebijakan pembangunan ekonomi daerah yang
bermutu, adil, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
Blora merupakan salah satu wilayah yang rawan terjadi kekeringan. Hal tersebut
dikarenakan Kabupaten Blora merupakan daerah dataran rendah dan sebagian besar
wilayahnya merupakan kawasan pegunungan kapur sehingga menyebabkan kondisi
tanah cenderung gersang dan tandus. Oleh sebab itu jika saat musim kemarau terjadi,
pada wilayah-wilayah tertentu akan mengalami kesulitan air, baik air bersih maupun
air untuk pengairan sawah dan ladang. Selain berdampak terhadap kurangnya air
bersih, kekeringan juga akan berimbas pada pertanian di Kabupaten Blora khusus nya
pada lahan pertanian sawah. Sektor pertanian tersebut sangat berpengaruh untuk roda
perekonomian dan juga ketahanan pangan di Kabupaten Blora. Sehingga apabila
sedang terjadi kekeringan akan berdampak buruk untuk kelangsungan hidup dan
kesejahteraan masyarakatnya.
Nama bapak S, di Kabupaten Blora ini khususnya di Desa Karangtengah sering
sekali terjadi kekeringan yang mengakibatkan sawah yang kita garu (bajak) itu
menjadi kering, sehingga menjadikan pendapatan petani menurun. Kita sebagai orang
desa, sangat kesulitan apabila pada saat musim kemarau panjang sehingga tidak ada
pengairan untuk sawah yang kita garu (bajak). Saya berharap untuk kedepannya
pemerintah desa bisa membantu masyarakat pertanian agar bisa membangunkan
irigasi disekitar persawahan.2

B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah


Ketersediaan air di Kabupaten Blora khususnya di Desa Karangtengah, Kecamatan
Ngawen saat musim hujan dapat memenuhi kebutuhan irigasi dan air baku masyarakat,
namun saat musim kemarau tiba, banyak daerah yang mengalami kekurangan air. Oleh
karena itu, diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan, mengendalikan,
memanfaatkan atau menggunakan dan menyimpan sumber daya air yang seoptimal
mungkin, agar dapat mendukung kebutuhan penduduk secara terus menerus.
Pembangunan irigasi panjang di persawahan yang kemudian dilanjutkan dengan
pengelolaan merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut.3

2
Wawancara bapak S, 2 Mei 2023
3
A Bahrun Strategi Pengelolaan Air Di Lahan Kering Suatu Upaya Mengantisipasi Kekeringan. Kendari :
Universitas Haluleo Press, 2011.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap lahan sawah sehingga menyebabkan terjadinya
kekeringan sebagai berikut :
 Curah hujan yang sangat kering sehingga pada kondisi sangat berpengaruh
terhadap kesediaan air pada lahan pertanian sawah yang dapat menyebabkan
kekeringan.
 Penggunaan lahan pertanian sawah dimanfaatkan sebagai mata pencaharian para
petani dan sebagai sumber pangan masyarakat kabupaten blora.
 Kemiringan lereng sangat curam yang berpengaruh terhadap kekeringan lahan
pertanian sawah di kabupaten blora.
 Tekstur tanah.
 Ketinggian tempat.
 Jenis irigasi.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
“Bagaimana alternatif kebijakan yang tepat dalam analisis pembangunan irigasi
persawahan untuk mencegah kekeringan di desa karangtengah kecamatan ngawen
kabupaten blora.”

B. Tujuan Analisis

Tujuan analisis ini untuk menghetahui pemanfaatan irigasi apaklah sudah layak
untuk membasahi tanah, agar dicapai suatu kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan
tanaman dalam hubungannya dengan presentase kandungan air dan udara di antara butir-
butir tanah.

C. Alternatif Kebijakan
mendukung pembangunan irigasi desa untuk mencegah kekeringan maka dari itu
di sini ada beberapa alternatif yang bisa bermanfaat yaitu :
Alternatif I
untuk meningkatkan produksi pertanian dan pendapatan petani akan semakin meningkat
adanya pembangunan irigasi.
Alternatif II
Pengelolaan infrastruktur irigasi yang menunjang masa depan di perlukan untuk
terlaksananya multifungsi pertanian.
Alternatif III
Operasional infrastuktur irigasi di lapangan, memerlukan biaya oprasional dalam
memelihara agar berkelanjutan dalam pemanfaatan dan tetap berkelanjutan.

D. Kriteria
1. Efisiensi dengan kriteria tingat efisiensi;
2. Tujuan pembangunan dengan kriteria pemanfaatan; kriteria kerjasama antar
instansi dan kriteria kesesuaian dengan sistem pelayanan publik;
3. Kelayakan adminitrasi dan pembangunan.
4. Kelayakan administrasi dengan kriteria beban administrasi dan perubahan
kelembagaan.
5. Ketersediaan sumber daya dengan kriteria ketersediaan sumber daya manusia,
sumber dana, peralatan dan aturan/metode kerja.

E. Penilaian Alternatif Kebijakan


Sebelum memberikan rekomendasi alternatif mana yang tepat untuk mewujudkan
pembangunan irigasi. Langkah pertama dalam penilaian alternatif kebijakan ini adalah
dengan melakukan perbandingan setiap alternatif. Pada langkah ini setiap alternatif
dibandingkan dengan tujuan dan kriteria yang sama, yang meliputi (1) tujuan efisiensi
dengan kriteria tingkat efisiensi ; (2) Tujuan pembangunan dengan kriteria pemanfaatan;
kriteria kerjasama antar instansi dan kriteria kesesuaian dengan sistem pelayanan publik;
(3) Kelayakan adminitrasi dan pembangunan. (4) tujuan kelayakan administrasi dengan
kriteria beban administrasi dan perubahan kelembagaan. sedangkan terakhir adalah (4)
tujuan ketersediaan sumber daya dengan kriteria ketersediaan SDM, Sumber dana,
Peralatan,dan aturan/metose kerja.
Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan penilaian dengan skala penilaian yang
telah ditetapkan. Dengan altenatif kebijakan yang telah ditawarkan oleh peneliti tersebut
yang telah dijelaskan di atas diharapkan adanya pembangunan irigasi di persawahan
dapat membantu mengurangi petani yang gagal panen.
Alternatif yang akan direkomendasikan tentunya alternatif yang memiliki akumulasi
nilai akhir tertinggi. Untuk lebih jelasnya hasil pembobotan dari setiap alternatif
berdasarkan tujuan dan kriteria, tergambar pada tabel 1 dan tabel 2.
TABEL 1
Alternatif-Alternatif Analisis Pembangunan Irigasi Persawahan Untuk Mencegah
Kekeringan Di Desa Karangtengah Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora

Alternatif Kebijakan
I II III
meningkatkan Pengelolaan Operasional infrastuktur
produksi pertanian infrastruktur irigasi irigasi di lapangan,
dan pendapatan yang menunjang memerlukan biaya
petani akan masa depan di oprasional dalam
Kriteria
semakin meningkat perlukan untuk memelihara agar
adanya terlaksananya berkelanjutan dalam
pembangunan multifungsi pemanfaatan dan tetap
irigasi. pertanian. berkelanjutan.

Efisiensi

 Tingkat efisiensi kurang efisien Cukup Efisien Efisien

(3) (3) (4)

Efektivitas
 Partisipasi Publik Rendah Cukup Sangat tinggi
(2) (3) (4)
 Kerjasama antar CUKUP cukuP Sangat tinggi
Instansi (3) (2) (4)
 Kesesuaian Dengan Rendah Cukup Tinggi
Sistem Pelayanan (2) (3) (4)
Publik
Kelayakan Sosial &
Budaya, ekonomi
 Resiko Sosial Besar Cukup Kecil
(2) (3) (4)
 Kriteria keadilan Kurang Sedang Tinggi
(2) (3) (4)
 Peningkatan ekonomi Kurang Sedang Tinggi
(2) (3) (4)
Kelayakan
Administrasi

 Beban Adiministrasi Besar Sedang Sedang


(3) (3)
(3)
Ketersediaan
sumber daya
 Sumber daya manusia Cukup memadai memadai sangat memadai
(3) (4) (3)
 Sumber dana Memadai Kurang memadai Kurang memadai
(3) (2) (2)
TABEL 2
Rekapitulasi Hasil Pembobotan Dan Penilaian
Terhadap Tujuan Dan Kriteria Dari Alternatif-Alternatif Kebijakan

Alternatif Kebijakan
I II III
Skor
Kriteria Bobot Skor Skor
X
Skor X Skor X Skor
Bob
Bobot Bobot
ot
Efisiensi
 Tingkat
20% 3 0,60 3 0,60 4 0,80
efisiensi
Efektivitas
 Partisipasi
10% 2 0,20 3 0,30 4 0,40
Publik
 Kerjasama
10% 3 0,30 2 0,20 4 0,40
antar instansi
 Kesesuaian
dengan Sistem
10% 2 0,20 3 0,30 4 0,40
Pelayanan
Publik
Kelayakan
Sosial dan
Budaya
 Resiko Sosial 10% 2 0,20 3 0,30 4 0,40
 Keadilan 10% 2 0,20 3 0,30 4 0,40
Kelayakan
Administrasi
 Beban
10% 3 0,30 3 0,30 3 0,30
Administrasi
Ketersediaan
Sumber daya
 Sumber daya
10% 3 0,30 4 0,40 3 0,30
manusia
 Sumber dana 10% 3 0,30 2 0,20 2 0,20
TOTAL 100% 2,60 2,90 3,60

Dari rekapitulasi hasil pembobotan terhadap setiap alternatif kebijakan


sebagaimana ditunjukkan tabel di atas dapat disusun rangking alternatif kebijakan
sebagai berikut : rangking pertama alternatif III dengan jumlah nilai tertinggi
3,60; rangking kedua alternatif II dengan jumlah nilai 2,90; rangking ketiga
alternatif I dengan jumlah nilai 2.60.

F. Rekomendasi
Berdasarkan dipertimbangkan dari sisi keuntungan dan kelemahan dari
ketiga alternatif yang ditawarkan, jika dilihat dari keuntungan yang mungkin
diperoleh alternatif III adalah alternatif yang paling menguntungkan. Maka yang
paling rasional dan berkesesuaian dengan tujuan kebijakan adalah alternatif III
dibanding alternatif lainnya. Oleh karena itu alternatif kebijakan yang akan
direkomendasikan berdasarkan nilai komulatif tertinggi dan paling
menguntungkan adalah alternatif III (Operasional infrastuktur irigasi di
lapangan, memerlukan biaya oprasional dalam memelihara agar berkelanjutan
dalam pemanfaatan dan tetap berkelanjutan).

G. Rencana Implementasi Kebijakan


Agar altenatif kebijakan yang direkomendasi ini dapat berjalan dengan
baik sesuai dengan implementasi, maka perlu dikemukakan beberapa langakah
aksi sebagai rencana implementasi kebijakan. Langkah aksi yang dapat ditempuh
sebagai berikut :
 Melibatkan masyarakat dalam rapat mengelolaan irigasi.
 Diadakan gotong royong dalam pembangunan irigasi.
 Menambah uang anggaran pemasukan dari warga desa yang
persawahannya ada di sekitar.
DAFTAR PUSTAKA

Bahrun, A. (2011). Strategi Pengelolaan Air Di Lahan Kering Suatu Upaya.

Junaidi dan Zulgani. (2011). Peranan Sumberdaya Ekonomi Dalam


Pembangunan Ekonomi Daerah. Jurnal Pembangunan Daerah Edisi III.
Mengantisipasi Kekeringan. Kendari : Universitas Haluleo Press.

Wawancara bapak S. 2 Mei 2023

Anda mungkin juga menyukai