(Berdasarkan RPJMD Kab. Cirebon Tahun 2019-2024 dan Perda No. 7 Tahun 2018 tentang
RTRW Kabupaten Cirebon Tahun 2018-2038)
Disampaikan Oleh:
YUDI PERMADI, ST., SH
KASI. EKBANGSOS WALED
Pada Acara : Pembentukan Taruna Tani/Pemuda Tani/Petani Milenial Kecamatan Waled Kelas A
(Kamis, 24 Maret 2022)
I. PENDAHULUAN
Kecamatan Waled memiliki sumber daya alam berupa hamparan areal pertanian yang tersebar
di 12 (dua belas ) Desa dengan total luas + 1.200 Ha, tercatat sebagai areal pertanian terluas
se-Wilayah Timur Cirebon dan menduduki peringkat ke-8 se-Kabupaten Cirebon. Dimana,
sektor pertanian merupakan prioritas utama arah dan kebijakan pembangunan Kabupaten
Cirebon sebagaimana tercantum dalam RPJMD Kabupaten Cirebon Tahun 2019-2024. Selain
itu, Kecamatan Waled telah ditetapkan sebagai Kawasan Peruntukan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (LP2B) sebagaimana tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon
Nomor 7 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cirebon Tahun 2018-
2038.
Sudah sewajarnya apabila Kecamatan Waled dipandang sebagai salah satu daerah penghasil
padi di Kabupaten Cirebon yang mampu menggerakan roda perokonomian masyarakat sekitar
dan mensejahterakan warganya. Hal ini sangat ironis, karena aktivitas pertanian di Kecamatan
Waled dilakukan secara sporadis dan sangat bergantung pada alam yang tidak sepenuhnya bisa
dikendalikan dengan teknologi. Ketika musim kemarau, maka banyak sekali sumber air
mengalami kekeringan dan menyebabkan sawah-sawah mengalami kekeringan yang pada
akhirnya petani gagal panen, sedangkan apabila musim penghujan tiba, maka banjir
menyebabkan kerusakan lahan pertanian yang begitu massif dimana areal pertanian terendam
air dan mengakibatkan padi puso. Selain itu, banjir menyebabkan mobilitas manusia, barang
dan jasa menjadi tersendat, produktivitas kerja pun menurun. Oleh karena itu diperlukan suatu
upaya untuk mengatasi permasalahan ini dengan “Perwujudan Sitem Pengendali Banjir di
Kecamatan Waled” sebagaimana diamanhkan dalam Perda No. 7 Tahun 2018 tentang RTRW
yaitu dengan membangun dan/atau merevitalisasi waduk yang ada di Kecamatan Waled
sebagai salah satu kunci dalam manajemen sumberdaya air. Dimana pembuatan waduk dapat
dilakukan di daerah yang sudah dipetakan dan dilakukan feasibility study. Sedangkan
revitalisasi waduk dilakukan dengan pengerukan sedimentasi waduk agar fungsi penampungan
air dapat maksimal. Daerah-daerah hulu perlu dihijaukan agar meminimalkan sedimentasi
yang masuk ke waduk. Saluran-saluran irigasi baik primer hingga tersier juga perlu diperbaiki,
tujuannya agar tidak banyak air yang hilang terbuang sia-sia.
Selain itu, prinsip Sustainable Agricultural sumber daya lokal juga perlu dikembangkan
secara maksimal dan terpadu, sehingga dapat memberdayakan masyarakat dan memberikan
hasil bagi kehidupan mereka. Dalam pendekatan ini masyarakat dituntut untuk berpikir bahwa
di sekitar mereka berdiri banyak terdapat potensi yang bila dikembangkan akan menghasilkan
2) Telaah atas Perda Nomor 7 Tahun 2018 tentang RTRW Kabupaten Cirebon
III. SARAN-SARAN
Agar proyeksi pengembangan pertanian di Kecamatan waled sebagaimana dikemukakan di
atas dapat dilaksanakan, maka ada beberapa masukan diantaranya:
1. Efisiensi lahan dan jenis tanaman yang dapat dibudidayakan;
2. Pemanfaatan rekayasa/adopsi teknologi serta pengelolaan (manajemen);
3. Aspek penumbuhan dan penguatan kelembagaan di tingkat petani menjadi modal dasar
kemajuan petani dalam jangka panjang;
4. Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna (TTG) melalui pendidikan, pelatihan dan kaji terap
teknologi;
5. Masukan prasarana dan sarana fisik berupa irigasi desa atau pompanisasi. Kelayakan
masukan prasarana dan sarana adalah kemampuan dan peluang untuk menyediakan dana
bagi pembuatan/penyediaannya menyesuaikan jenis dan jumlah dengan yang diperlukan,
serta mencapai dayaguna dan hasilguna yang setinggi-tingginya dalam penggunaan dan
pemeliharaannya.
6. Untuk mendorong investasi pertanian diperlukan iklim yang konsultatif bagi
pertumbuhan agribisnis. Oleh karena itu perlu dikembangkan keterkaitan, pengelolaan
dan pemasaran dengan membina kemitraan petani – swasta – perbankan.
7. Agar diperoleh hasil optimum, input sarana produksi khususnya pemupukan agar
dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi masing-masing hamparan lahan
berdasarkan peta Zona Agro Ekologi.
8. Pemanfaatan alat dan mesin pertanian sebagai subtitusi tenaga kerja. Peningkatan
intensitas tanam dapat diusahakan dengan penggunaan alat dan mesin pertanian yang
tepat sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi dan kultur masyarakat.
IV. PENUTUP
Arah dan Kebijakan Pembangunan Pertanian sebagaimana tercantum dalam RPJMD
Kabupaten Cirebon Tahun 2019-2024 dan Perda Nomor 7 Tahun 2018 tentang RTRW
diharapkan dapat dilaksanakan secara konsisten, jujur, partisipatif, penuh tanggung jawab
dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan. Dokumen tersebut menjadi dasar bagi
Perangkat Daerah (PD) dalam rangka menyusun Rencana Strategis (Renstra-PD) dan
selanjutnya dijadikan sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD) dengan kaidah-kaidah pelaksanaan sebagai berikut :
1. Pemerintah Kabupaten Cirebon, beserta masyarakat termasuk dunia usaha berkewajiban
dan bertanggung jawab atas pelaksanaan program-program yang dimuat dalam RPJMD
Tahun 2019-2024 dengan sebaik-baiknya pada tahun 2019-2024 serta masa transisi tahun
2025;
DAFTAR PUSTAKA
Perda Kab. Cirebon Nomor 14 Tahun 2009 ttg Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2025;
Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 7 Tahun 2018 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Cirebon Tahun 2018-2038;
Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 7 tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Cirebon Tahun 2019-2024;
Kecamatan Waled Dalam Angka (KCDA) Tahun 2018, Badan Pusat Statistik Kabupaten
Cirebon.