Anda di halaman 1dari 9

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KECAMATAN WALED

(Berdasarkan RPJMD Kab. Cirebon Tahun 2019-2024 dan Perda No. 7 Tahun 2018 tentang
RTRW Kabupaten Cirebon Tahun 2018-2038)
Disampaikan Oleh:
YUDI PERMADI, ST., SH
KASI. EKBANGSOS WALED
Pada Acara : Pembentukan Taruna Tani/Pemuda Tani/Petani Milenial Kecamatan Waled Kelas A
(Kamis, 24 Maret 2022)

I. PENDAHULUAN
Kecamatan Waled memiliki sumber daya alam berupa hamparan areal pertanian yang tersebar
di 12 (dua belas ) Desa dengan total luas + 1.200 Ha, tercatat sebagai areal pertanian terluas
se-Wilayah Timur Cirebon dan menduduki peringkat ke-8 se-Kabupaten Cirebon. Dimana,
sektor pertanian merupakan prioritas utama arah dan kebijakan pembangunan Kabupaten
Cirebon sebagaimana tercantum dalam RPJMD Kabupaten Cirebon Tahun 2019-2024. Selain
itu, Kecamatan Waled telah ditetapkan sebagai Kawasan Peruntukan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (LP2B) sebagaimana tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon
Nomor 7 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cirebon Tahun 2018-
2038.
Sudah sewajarnya apabila Kecamatan Waled dipandang sebagai salah satu daerah penghasil
padi di Kabupaten Cirebon yang mampu menggerakan roda perokonomian masyarakat sekitar
dan mensejahterakan warganya. Hal ini sangat ironis, karena aktivitas pertanian di Kecamatan
Waled dilakukan secara sporadis dan sangat bergantung pada alam yang tidak sepenuhnya bisa
dikendalikan dengan teknologi. Ketika musim kemarau, maka banyak sekali sumber air
mengalami kekeringan dan menyebabkan sawah-sawah mengalami kekeringan yang pada
akhirnya petani gagal panen, sedangkan apabila musim penghujan tiba, maka banjir
menyebabkan kerusakan lahan pertanian yang begitu massif dimana areal pertanian terendam
air dan mengakibatkan padi puso. Selain itu, banjir menyebabkan mobilitas manusia, barang
dan jasa menjadi tersendat, produktivitas kerja pun menurun. Oleh karena itu diperlukan suatu
upaya untuk mengatasi permasalahan ini dengan “Perwujudan Sitem Pengendali Banjir di
Kecamatan Waled” sebagaimana diamanhkan dalam Perda No. 7 Tahun 2018 tentang RTRW
yaitu dengan membangun dan/atau merevitalisasi waduk yang ada di Kecamatan Waled
sebagai salah satu kunci dalam manajemen sumberdaya air. Dimana pembuatan waduk dapat
dilakukan di daerah yang sudah dipetakan dan dilakukan feasibility study. Sedangkan
revitalisasi waduk dilakukan dengan pengerukan sedimentasi waduk agar fungsi penampungan
air dapat maksimal. Daerah-daerah hulu perlu dihijaukan agar meminimalkan sedimentasi
yang masuk ke waduk. Saluran-saluran irigasi baik primer hingga tersier juga perlu diperbaiki,
tujuannya agar tidak banyak air yang hilang terbuang sia-sia.
Selain itu, prinsip Sustainable Agricultural sumber daya lokal juga perlu dikembangkan
secara maksimal dan terpadu, sehingga dapat memberdayakan masyarakat dan memberikan
hasil bagi kehidupan mereka. Dalam pendekatan ini masyarakat dituntut untuk berpikir bahwa
di sekitar mereka berdiri banyak terdapat potensi yang bila dikembangkan akan menghasilkan

1 Kebijakan Pembangunan Pertanian


Kab. Cirebon Tahun 2019-2024
capaian yang positif bagi kehidupan. Agar seluruh potensi yang dimiliki dapat dimanfaatkan
bagi kelancaran program semua sektor, maka program pembangunan dalam suatu kawasan
perlu terencana dan terpadu. Keterpaduan program pembangunan khususnya sektor pertanian
dibutuhkan dalam upaya mewujudkan visi dan Misi pembangunan daerah Kabupaten Cirebon
Tahun 2019-2024, yakni; “TERWUJUDNYA MASYARAKAT KABUPATEN CIREBON
YANG BERBUDAYA, SEJAHTERA, AGAMIS, MAJU DAN AMAN”
Untuk mewujudkan visi tersebut maka Pemerintah Daerah telah menjabarkannya dalam Misi
yang akan memberikan arah sekaligus batasan proses pencapaian tujuan. Terkait tujuan dan
sasaran Sektor Pertanian telah tercantum dalam penjabaran Misi keempat, yaitu;
“Meningkatnya produktivitas masyarakat untuk lebih maju dan unggul sehingga menambah
daya saing di pasar internasional, nasional dan regional, yang didukung oleh peningkatan
kapasitas aparatur pemerintah daerah” dengan Tujuan; Untuk Meningkatkan Pertumbuhan
dan Pemerataan Ekonomi dan Pengembangan Wilayah yang Berkeadilan, Berkelanjutan, dan
Berwawasan Lingkungan, dengan Sasaran; (1) Meningkatnya pertumbuhan ekonomi sektor
unggulan; (2) Meningkatnya ketahanan pangan masyarakat; (3) Meningkatnya penyediaan
layanan infrastruktur wilayah; dan (4) Meningkatnya kualitas lingkungan hidup.
Tabel 1. Tujuan dan Sasaran Bidang Pertanian
PENJELASAN
TUJUAN SASARAN INDIKATOR SATUAN
INDIKATOR
Meningkatkan pertumbuhan Meningkatnya Pertumbuhan % Perhitungan pertumbuhan
dan pemerataan ekonomi pertumbuhan PDRB sektor PDRB ADHK tahun
dan pengembangan wilayah ekonomi Pertanian, berkenaan terhadap PDRB
yang berkeadilan, sektor Perkebunan, ADHK tahun sebelumnya
berkelanjutan, dan unggulan Perikanan pada sektor Pertanian,
berwawasan lingkungan. Perkebunan, Perikanan.
Sumber : Ranhir RPJMD Kab. Cirebon Tahun 2019-2024, Bappelitbangda

II. PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS


a. Permasalahan Bidang Pertanian dan Agribisnis
Kondisi pertanian di Kabupaten Cirebon sebenarnya diuntungkan karena masih terdapat
lahan sawah yang sebagian besar merupakan sawah irigasi teknis dan setengah teknis.
Selain itu, terdapat peluang pengembangan agribisnis, seperti: tersedia industri pengolahan
hasil dan pedagang besar yang mampu menampung hasil panen, daya dukung kondisi
agroklimat untuk komoditas perkebunan dan ternak, ketersediaan sumber pakan hewan
yang melimpah, sarana dan prasarana keswan dan kesmavet tersedia (rumah pemotongan
hewan, rumah pemotongan unggas, alat-alat, dan lain-lain, serta sistem informasi kesehatan
hewan dan kesehatan masyarakat veteriner tersedia.
Namun sayangnya, peluang tersebut tidak serta merta mampu ditangkap dan dimanfaatkan
oleh petani, mengingat ada banyak persoalan yang hingga hari ini dihadapi petani dalam
penguatan sektor pertanian dan agribisnis, diantaranya: Pertama, persoalan pengairan.
Jaringan irigasi mengalami gangguan: saluran mengalami pendangkalan, kerusakan
bangunan irigasi. Selain itu juga terjadi kekeringan pada musim kemarau dan banjir
menggenangi areal pertanian pada musim hujan akibat menurunnya fungsi manajamen
dalam pangairan. Kedua, berkurangnya lahan pertanian produktif/persoalan lahan/alih
fungsi lahan, dimana ada keterbatasan dan penurunan kapasitas sumberdaya lahan. Luas
kepemilikan lahan petani yang rendah rata-rata kurang dari 3.000 meter persegi. Selain itu,
2 Kebijakan Pembangunan Pertanian
Kab. Cirebon Tahun 2019-2024
terjadi pula alih fungsi lahan pertanian kurang terkendali. Ketiga, kualitas, mentalitas dan
keterampilan sumberdaya petani rendah ditambah rendahnya regenerasi petani sehingga
mengancam sektor pertanian. Keempat, sistem alih teknologi masih lemah dan kurang tepat
sasaran. Kelima, adanya keterbatasan akses terhadap layanan usaha terutama permodalan,
selain itu juga kelembagaan petani dan posisi tawar petani pun masih terbilang rendah serta
lemahnya koordinasi antar lembaga terkait dan birokrasi. Keenam, petani masih
dihadapkan pada persoalan rantai tataniaga yang panjang dan sistem pemasaran yang belum
adil. Selain itu juga terdapat pesaing dari luar dan perusahaan besar yang berorientasi pasar
lokal. Selain itu, pengawasan distrbusi sarana dan prasarana produksi pertanian perikanan,
kelautan, perkebunan, kehutanan dan petemakan. Ketujuh, aksesibilitas pelaku usaha,
pertanian, perikanan, kelautan, perkebunan, kehutanan dan peternakan melalui penguatan
kemitraan serta jaringan pasar. Kedelapan, minimnya kegiatan reboisasi lahan dan hutan.
Kesembilan, serangan hama dan penyakit pada lahan pertanian. Kesepuluh, infrastruktur
dan sarana produksi alat pertanian, perikanan, kelautan, perkebunan, kehutanan dan
peternakan yang belum memadai. Kesebelas, kebijakan makro ekonomi yang belum
berpihak kepada petani. (Jurnal Pertanian, Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon, 2018).
Selain tingginya potensi erosi dan degradasi sungai juga disebabkan pembuangan limbah
rumah tangga langsung masuk ke perairan sungai tanpa melalui pengolahan. Isu
pencemaran air sungai yang menjadi sorotan banyak pihak menimbulkan dampak yang
sangat kompleks, karena selain penurunan kualitas perairan dan pendangkalan sungai juga
mengakibatkan penurunan produktivitas sektor pertanian dan perikanan yang menjadi
perhatian serius Pemerintah Daerah Kabupaten Cirebon.
b. Isu Strategis Bidang Pertanian dan Agribisnis
Berangkat dari permasalahan yang ada, maka penting dirumuskan isu-isu strategis yang
akan menjadi fokus perhatian penanganannya oleh Pemerintah Daerah. Isu strategis
merupakan kondisi yang harus dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena
dampaknya yang signifikan bagi entitas (daerah/masyarakat) di masa datang. Akan tetapi,
perumusan isu strategis tidak dapat dilepas isu-isu strategis nasional, provinsi maupun
daerah lain yang berbatasan dengan Kabupetan Cirebon.
Salah satu yang menjadi isu strategis Provinsi Jawa Barat yang berkaitan dengan bidang
pertanian diantanya adalah: “Gerakan bangun desa (Gerbang desa)”, meliputi: (a). Satu
desa satu Bumdes (OVOP), (b). Tunjangan desa, (c). Irigasi pertanian desa, dan (d).
Internet masuk desa. Isu strategis ini jadikan sebagai pedoman bagi Kabupaten Cirebon
dalam menyusun isu strategis sesuai dengan kondisi yang ada di tingkat daerah, sehingga
terjalin sinergi antar dokumen perencanaan di daerah, provinsi dan pusat khususnya dalam
bidang pertanian.
1). Telaah atas Kebijakan Daerah Kabupaten Cirebon Bidang Pertanian
a. RPJPD Kabupaten Cirebon
Dalam RPJPD Kabupaten Cirebon disebutkan bahwa misi RPJMD Keempat Tahun
2019-2024 sebagai perumusan Misi ketiga, yaitu: Meningkatkan perekonomian yang kuat
Bidang Pertanian, menyebutkan bahwa; “Pembangunan dibidang pertanian diprioritaskan
pada peningkatan produksi dan nilai tambah atau produktivitas hasil pertanian, dan
pengembangan pola agribisnis berbasis potensi lokal, perluasan pangsa pasar hasil
pertanian, penguatan sistem pertanian, dan terpeliharanya lahan sawah”.
b. Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah
3 Kebijakan Pembangunan Pertanian
Kab. Cirebon Tahun 2019-2024
Berdasarkan permasalahan serta isu strategis yang telah dikemukakan di atas,
apabila dikaitkan dengan target-target solusi yang dirumuskan dalam tujuan dan
sasaran pembangunan, maka dirumuskan strategi, arah kebijakan dan program
pembangunan daerah selama 5 (lima) tahun 2019-2024 dalam bidang pertanian
dengan mengidentifikasi faktor-faktor strategis sebagai berikut:.
Identifikasi Faktor-faktor Strategis
Padi merupakan komoditas tanaman pangan andalan bagi masyarakat Kecamatan
Waled, oleh sebab itu untuk mempertahankan hal tersebut perlu penentuan strategi
pengembangan yakni melalui identifikasi faktor-faktor kunci keberhasilan, yang
merupakan hasil dari analisis lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) dan
eksternal (peluang dan ancaman). Untuk lebih jelasnya identifikasi faktor strategis
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Identifikasi Faktor-faktor Strategi Pengembangan Tanaman Pangan
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
1. Ketersediaan lahan sawah irigasi 1. Sebagian jaringan irigasi mengalami
teknis pendangkalan dan kerusakan.
2. Sumberdaya manusia yang 2. Ketersediaan air di musim kemarau tidak
tersedia dalam waktu dan dapat memenuhi kebutuhan
jumlah yang besar 3. Musim hujan sering terjadi banjir dan
3. Tersedianya pabrik menggenangi areal sawah
penggilingan padi dalam 4. Modal usaha tani lemah
jumlah yang cukup untuk 5. Kemampuan petani dalam mengadopsi
menampung hasil panen Teknologi Tepat Guna (TTG) relatif
rendah.
Peluang (O) Ancaman (T)
1. Kebutuhan pasar terhadap 1. Kebijakan impor beras, sayuran dan
produk padi (beras), sayuran buah- buahan yang mengakibatkan
dan buah-buahan terus rendahnya harga produk lokal.
meningkat sejalan dengan 2. Rumitnya peraturan Bulog menyebabkan
meningkatnya jumlah penduduk petani tidak memiliki akses pemasaran
2. Penemuan kultivar-kultivar ke Bulog.
unggul yang memiliki potensi 3. Kompleksitas kepentingan pemanfaatan
hasil tinggi air Bendung Cikeusik dan Surakatiga,
terutama di musim kemarau.
4. Persaingan harga komoditas buah-
buahan dengan produk impor dan produk
daerah sentra produksi
Berdasarkan identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal di atas, dirumuskan
strategi-strategi yang terbagi ke dalam empat kuadran. Kuadran I adalah strategi S-
O yang merupakan strategi untuk menggunakan kekuatan atau strength (S) untuk
memanfaatkan kesempatan atau opportunities (O). Kuadran II adalah strategi W-O
yang merupakan strategi untuk meminimalkan kelemahan atau weakness (W)
dengan memanfaatkan kesempatan atau opportunities (O). Kuadran III adalah
strategi S-T yang merupakan strategi untuk menggunakan kekuatan atau strength

4 Kebijakan Pembangunan Pertanian


Kab. Cirebon Tahun 2019-2024
(S) guna menjawab tantangan threats (T) yang dihadapi. Sedangkan, Kuadran IV
adalah strategi W-T yang merupakan strategi untuk meminimalkan kelemahan atau
weakness (W) dengan menjawab tantangan threats (T) yang dihadapi.
Berdasarkan analisis di atas, kesesuaian analisis SWOT bidang pertanian dengan
strategi Kabupaten Cirebon untuk periode pembangunan 2019-2024 secara
terperinci adalah sebagai berikut :
Strategi 1. Pengembangan potensi usaha pertanian, perdagangan, perindustrian dan
jasa berbasis sumber daya lokal
Strategi 2. Penciptaan pusat-pusat pengembangan baru berbasis pada kegiatan
ekonomi unggulan
Strategi 3. Peningkatan daya saing komoditas unggulan berdasarkan keunggulan
kompetitif dan komparatif
Strategi 4. Pengembangan ekonomi inklusif dan berkeadilan
Strategi 5. Penguatan Ketahanan Pangan Daerah berbasis produksi pangan lokal
Strategi 6. Penyediaan prasarana dan sarana infrastruktur transportasi, sumberdaya
air dan permukiman yang handal dan terintegrasi guna mendukung
terciptanya keseimbangan pembangunan wilayah.
Strategi merupakan serangkaian skenario-skenario selama 5 tahun yang dipandu
dengan arah kebijakan dan dipayungi oleh tema/fokus tahunan. Strategi terdiri dari
langkah-langkah dalam sasaran yang secara berkesinambungan saling melengkapi
dan membentuk suatu arah yang selanjutnya menjadi arah kebijakan pembangunan
setiap tahunnya. Arah kebijakan merupakan usaha pelaksanaan perencanaan
pembangunan yang konkret untuk memberikan arahan dan panduan kepada
pemerintah daerah agar lebih optimal dalam menentukan dan mencapai tujuan.
Selain itu, arah kebijakan pembangunan daerah juga merupakan pedoman untuk
menentukan tema tahapan pembangunan selama lima tahun periode kepala daerah
guna mencapai sasaran RPJMD secara bertahap. Arah kebijakan pembangunan
Kabupaten Cirebon Tahun 2019-2024 yang dikorelasikan dengan strategi
pembangunan bidang pertanian dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 3. Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Cirebon
STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
1. Pengembangan potensi Mengoptimalkan dukungan sektor swasta
usaha pertanian, dalam pemerataan ekonomi
perdagangan, perindustrian Meningkatkan kemitraan strategis dengan
dan jasa berbasis sumber sektor swasta (public private partnership) untuk
daya lokal mendukung pengembangan ekonomi lokal
2. Pencapaian efektifitas Mengurangi risiko bencana dan meningkatkan
penyelenggaraan ketangguhan pemerintah dan masyarakat
penanggulangan bencana dalam menghadapi bencana
Sumber: Ranhir RPJMD Kabupaten Cirebon Tahun 2019-2024, Bappelitbangda.

2) Telaah atas Perda Nomor 7 Tahun 2018 tentang RTRW Kabupaten Cirebon

5 Kebijakan Pembangunan Pertanian


Kab. Cirebon Tahun 2019-2024
Berdasarkan RTRW Kabupaten Cirebon Tahun 2018-2038 disebutkan bahwa Penataan
ruang wilayah kabupaten bertujuan mewujudkan ruang wilayah kabupaten yang aman,
nyaman, produktif, berkelanjutan, harmonis, dan terpadu sebagai sentra pertanian,
industri dan pariwisata yang mendukung PKN Cirebon.
Kebijakan untuk mewujudkan ruang wilayah kabupaten yang aman, nyaman, produktif,
berkelanjutan, harmonis, dan terpadu melalui upaya “Pengembangan kawasan lindung
dan kawasan budidaya sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup”
yang direncanakan dengan strategi: (1) mengembalikan dan meningkatkan fungsi
kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya; (2)
mengembangkan kegiatan budidaya unggulan beserta prasarana untuk mendorong
pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya; dan (3) mengendalikan
perkembangan kegiatan budidaya di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan
potensi kerugian akibat bencana.
1. Struktur Ruang Kecamatan Waled
Dalam Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Cirebon, Kecamatan Waled telah
direncanakan kedalam “Sistem Jaringan Sumber Daya Air” berupa Sumber Air dan
Tampungan Air (lihat Pasal 19, Ayat 3), yaitu:
a. Tampungan Air Berupa Waduk, meliputi:
1. Waduk Cipanundan berada di Kecamatan Waled;
2. Waduk Maneungteung berada di Kecamatan Waled
Keberadaan Waduk ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber air untuk irigasi
dan sumber air baku untuk air bersih (lihat Pasal 19, Ayat (3) huruf c).
Selain untuk keperluan tersebut di atas, keberadaan WADUK
MANEUNGTEUNG juga sebagai SISTEM PENGENDALIAN BANJIR bagi
4 (empat) desa, yakni; (1) Desa Ciuyah, (2) Desa Ambit, (3) Desa Mekarsari,
dan (4) Desa Gunungsari, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Ayat (6),
yang berbunyi “Penanganan banjir pada kawasan rawan banjir secara
terpadu dengan sistem pengembangan drainase dan upaya konservasi daerah
hulu aliran sungai, terutama pada kawasan rawan banjir pengembangan
sarana dan prasarana PENGENDALI BANJIR, baik berupa tanggul, kanal
banjir, pompa banjir, kolam retensi, WADUK, dan lain-lain”.
Hasil survey dan penelitian tahap awal yang telah dilakukan atas inisiasi pihak
Kecamatan Waled atas desakan dari berbagai elemen masyarakat dan
Pemerintah Desa se Kecamatan Waled diperoleh suatu kesimpulan sementara
bahwa Lokasi ideal untuk dijadikan sebagai WADUK MANENGTEUNG
adalah berada di kawasan perbukitan kawasan pangonan Blok Lebak Jero
Desa Waled Asem. Dimana lokasi tersebut merupakan cekungan alam yang
berbatasan langsung dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciberes yang
merupakan sumber utama penyebab banjir di Kecamatan Waled.
Manfaat Waduk Maneungteung:
(1). Terwujudnya Sistem Pengendali Banjir di Kecamatan Waled
➢ Tampungan air Sungai Ciberes;
➢ Meminimalisir luapan Sungai Ciberes.
6 Kebijakan Pembangunan Pertanian
Kab. Cirebon Tahun 2019-2024
(2). Terbangunanya Sistem Jaringan Irigasi
➢ Sumber air irigasi sekunder yang mampu mengairi areal
persawahan/perkebunan
➢ Tempat Perikanan dan Pemancingan;
➢ Sumber Daya Air baku bagi masyarakat sekitar.
(3). Pendukung Rintisan Kawasan Destinasi Wista Maneungteung
➢ Sarana rekreasi dan wisata air;
➢ Tempat perikanan dan pemancingan.
b. Tampungan Air Berupa Embung dan Situ, meliputi:
Embung Ciuyah, berada di Kecamatan Waled (Tercantum dalam Pasal 19, Ayat
(3) huruf (d) yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air untuk irigasi dan
sumber air baku untuk air bersih).
2. Pola Ruang Kecamatan Waled
Dalam Pola Ruang Wilayah Kabupaten Cirebon, Kecamatan Waled telah
direncanakan kedalam:
a. Kawasan CAGAR BUDAYA Dan Ilmu Pengetahuan (lihat Pasal 31 ayat (1) dan
(3)).
b. Kawasan Peruntukan Pertanian (lihat Pasal 36 dan 37 Ayat (1), (2), (3) dan (4)),
yaitu sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) seluas + 1.200
(seribu dua ratus) hektar. Sebagai data pembanding:
➢ Lahan pertenian Kecamatan Gegesik seluas + 5.122 ha;
➢ Lahan pertenian Kecamatan Susukan seluas + 3.303 ha;
➢ Lahan pertenian Kecamatan Kapetakan seluas + 2.715 ha;
➢ Lahan pertenian Kecamatan Kaliwedi seluas + 2.134 ha;
➢ Lahan pertenian Kecamatan Panguragan seluas + 1.640 ha;
➢ Lahan pertenian Kecamatan Suranenggala seluas + 1.502 ha
➢ Lahan pertenian Kecamatan Arjawinangun seluas + 1.314 ha;
➢ Lahan pertenian Kecamatan Waled Seluas + 1.200 Ha (terluas se Wilayah
Timur Cirebon, dan peringkat ke-8 se Kabupaten Cirebon).
c. Selain itu Kecamatan Waled juga telah direncanakan sebagai Kawasan Peruntukan
HORTIKULTURA dan Kawasan Peruntukan PERKEBUNAN.
3. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang
a. Tujuan, Penataan ruang wilayah kabupaten bertujuan mewujudkan ruang wilayah
kabupaten yang aman, nyaman, produktif, berkelanjutan, harmonis, dan terpadu
sebagai sentra pertanian, industri dan pariwisata yang mendukung PKN Cirebon
(lihat Pasal 3).
b. Kebijakan dan Strategi, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah
Kabupaten Cirebon secara eksplisit tercantum dalam Pasal 4 Ayat (1), (2), dan
(3).dengan PRIORITAS PENGEMBANGAN ditujukan bagi :
(1) Kawasan Perbatasan dengan kabupaten/kota tetangga
Secara geografis Kecamatan Waled merupakan kawasan yang berbatasan
langsung dengan Kabupaten Kuningan. Ada empat desa yang berbatasan
langsung, yaitu: (1) Waleddesa, (2) Waled Asem, (3) Ambit, dan (4) Ciuyah
(lihat Pasal 19 ayat 6).
(2) Kawasan Rawan Bencana Banjir

7 Kebijakan Pembangunan Pertanian


Kab. Cirebon Tahun 2019-2024
Desa Ciuyah, Ambit, Mekarsari dan Gunungsari telah ditetapkan sebagai
Kawasan Rawan banjir (lihat Pasal 19 ayat 6).
Kebijakan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Cirebon dalam upaya Mewujudkan
Ruang Wilayah Kabupaten sebagai SENTRA PERTANIAN ini DIPRIORITASKAN
kepada “PERWUJUDAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
(LP2B)”. Dimana kita ketahui bahwa LP2B yang ada di Kecamatan Waled seluas +
1.200 ha (Terluas se-Wilayah Timur Cirebon, dan Peringkat ke 8 se-Kabupaten
Cirebon).

III. SARAN-SARAN
Agar proyeksi pengembangan pertanian di Kecamatan waled sebagaimana dikemukakan di
atas dapat dilaksanakan, maka ada beberapa masukan diantaranya:
1. Efisiensi lahan dan jenis tanaman yang dapat dibudidayakan;
2. Pemanfaatan rekayasa/adopsi teknologi serta pengelolaan (manajemen);
3. Aspek penumbuhan dan penguatan kelembagaan di tingkat petani menjadi modal dasar
kemajuan petani dalam jangka panjang;
4. Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna (TTG) melalui pendidikan, pelatihan dan kaji terap
teknologi;
5. Masukan prasarana dan sarana fisik berupa irigasi desa atau pompanisasi. Kelayakan
masukan prasarana dan sarana adalah kemampuan dan peluang untuk menyediakan dana
bagi pembuatan/penyediaannya menyesuaikan jenis dan jumlah dengan yang diperlukan,
serta mencapai dayaguna dan hasilguna yang setinggi-tingginya dalam penggunaan dan
pemeliharaannya.
6. Untuk mendorong investasi pertanian diperlukan iklim yang konsultatif bagi
pertumbuhan agribisnis. Oleh karena itu perlu dikembangkan keterkaitan, pengelolaan
dan pemasaran dengan membina kemitraan petani – swasta – perbankan.
7. Agar diperoleh hasil optimum, input sarana produksi khususnya pemupukan agar
dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi masing-masing hamparan lahan
berdasarkan peta Zona Agro Ekologi.
8. Pemanfaatan alat dan mesin pertanian sebagai subtitusi tenaga kerja. Peningkatan
intensitas tanam dapat diusahakan dengan penggunaan alat dan mesin pertanian yang
tepat sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi dan kultur masyarakat.

IV. PENUTUP
Arah dan Kebijakan Pembangunan Pertanian sebagaimana tercantum dalam RPJMD
Kabupaten Cirebon Tahun 2019-2024 dan Perda Nomor 7 Tahun 2018 tentang RTRW
diharapkan dapat dilaksanakan secara konsisten, jujur, partisipatif, penuh tanggung jawab
dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan. Dokumen tersebut menjadi dasar bagi
Perangkat Daerah (PD) dalam rangka menyusun Rencana Strategis (Renstra-PD) dan
selanjutnya dijadikan sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD) dengan kaidah-kaidah pelaksanaan sebagai berikut :
1. Pemerintah Kabupaten Cirebon, beserta masyarakat termasuk dunia usaha berkewajiban
dan bertanggung jawab atas pelaksanaan program-program yang dimuat dalam RPJMD
Tahun 2019-2024 dengan sebaik-baiknya pada tahun 2019-2024 serta masa transisi tahun
2025;

8 Kebijakan Pembangunan Pertanian


Kab. Cirebon Tahun 2019-2024
2. Seluruh Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Cirebon berkewajiban
untuk menyusun rencana strategis yang memuat tujuan, strategi, kebijakan, serta program
pokok pembangunan dilengkapi dengan target kinerjanya sesuai dengan tugas dan fungsi
Perangkat Daerah dengan berpedoman pada dokumen RPJMD Tahun 2019-2024;
3. Pemerintah Kabupaten Cirebon akan selalu menjaga konsistensi antara RPJMD
Kabupaten Cirebon tahun 2019-2024 dengan Rencana Pembangunan Jangka Daerah
(RPJMD) Provinsi Jawa Barat dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN);
4. Seluruh Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Cirebon wajib menjamin
konsistensi antara dokumen RPJMD Tahun 2019-2024, dengan Rencana Strategis
Perangkat Daerah dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Cirebon
dengan Rencana Kerja Perangkat Daerah;
5. Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan RPJMD Tahun 2019-2024, Badan
Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda)
Kabupaten Cirebon wajib melakukan penyelarasan antara penjabaran RPJMD Tahun
2019-2024 ke dalam Rencana Strategis Perangkat Daerah, dan melakukan harmonisasi
program dengan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) serta melakukan
monitoring, pengendalian dan evaluasi capaian kinerja untuk mengukur pencapaian target
atau rencana kinerja yang telah ditetapkan dalam dokumen RPJMD Tahun 2019-2024;
6. Bagi program prioritas Pemerintah Daerah yang mempunyai hubungan dengan prioritas
Pemerintah Provinsi maupun prioritas nasional, dimana terdapat kemungkinan bahwa
Pemerintah Daerah tidak mampu mengalokasikan anggaran terhadap program tersebut,
maka dalam hal pembiayaannya dapat dilakukan melalui berbagai macam skema, antara
lain melalui pembiayaan dari APBD Provinsi atau APBN, skema kerjasama dengan
Badan Usaha (Public Private Partnership), Corporate Social Responbility (CSR),
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), maupun Kerjasama Kemitraan dengan
Lembaga Non Pemerintah, baik dalam negeri maupun lembaga-lembaga internasional
dengan memperhatikan peraturan perundang-undanganan yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA
Perda Kab. Cirebon Nomor 14 Tahun 2009 ttg Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2025;
Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 7 Tahun 2018 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Cirebon Tahun 2018-2038;
Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 7 tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Cirebon Tahun 2019-2024;
Kecamatan Waled Dalam Angka (KCDA) Tahun 2018, Badan Pusat Statistik Kabupaten
Cirebon.

9 Kebijakan Pembangunan Pertanian


Kab. Cirebon Tahun 2019-2024

Anda mungkin juga menyukai