Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL USAHA TANI

PENGEMBANGAN PRODUKSI KOMODITAS


JAMUR TIRAM DAN SAYUR HIDROPONIK

KELOMPOK PETANI MUDA PATTIRO DECENG


KECAMATAN CAMBA
KABUPATEN MAROS
2022
KELOMPOK BUDIDAYA JAMUR TIRAM DAN SAYUR HIDROPONIK
DESA PATTIRO DECENG KECAMATAN CAMBA KABUPATEN MAROS

Camba, 01 Maret 2022


Nomor      : 04/Kel JH/VII/2013 Kepada Yth :
Lampiran  : 1 ( Satu ) berkas Bapak Kepala Dinas Pertanian dan
Peihal       : Permohonan Dana Ketahanan Pangan Kabupaten Maros
Di,-
Maros

Assalamua’laikum Warahmatullahi Wabarakatu

Puji Syukur kami sampaikan kepada Allah SWT semoga kita dilindungi  dan diberkahi
oleh-Nya dalam menjalankan aktifitas. Amiin.

Selanjutnya, kami Kelompok Budidaya Jamur Tiram dan Sayur Hidroponik Pattiro Deceng,
Desa Pattiro Deceng, Kecamatan Camba Kabupaten Maros dengan ini mengajukan permohonan
bantuan dana sebesar Rp. .000,- ( Delapan puluh Dua Juta Delapan Ratus Dua puluh ribu
rupiah ), sebagaimana terlampir. Sebagai dasar untuk meningkatkan taraf hidup perekonomian
masyarakat kami. Adapun acuan bapak kami lampirkan sebagai berikut :
1.        Daftar Susuna Pengurus
2.        Daftar Nama Calon Penerima Bantuan
3.        Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) Produksi
     
  Demikian permohanan ini kami sampaikan. Atas perhatian dan terkabulnya permohonan
ini, kami haturkankan terima kasih.

Wasalamu a’laikum Warahmatullahi Wabarakatu


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan berkembangnya jumlah penduduk yang semakin pesat serta di


dorong semakin berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sangat
berpengaruh pada pola kehidupan masyarakat untuk meningkatkan derajat dan tingkat sosial
ekonomi dan pendapatan keluarga. Untuk membentuk derajat dan ekonomi tersebut,
dipenuhi oleh daya adopsi dan inovasi masyarakat tentang suatu pembaharuaan pada tiap
sektor / bidang ekonomi yang dapat memberikan kontribusi pendapatan penduduk.

Sub sektor pertanian merupakan sub sektor pembangunan ekonomi pedesaan yang
tersedia bagi masyarakat untuk digali dan ditumbuhkan melalui usaha agribisnis sehingga
dapat memberikan nilai tambah bagi kebutuhan masyarakat tani. Sebagaimana Visi
Kabupaten Maros “Maros Sejahtera, Religius dan Berdaya Saing. Khususnya bidang
pertanian mempunyai harapan bahwa mulai tahun 2022 ingin mewujudkan Maros sebagai
salah satu kabupaten yang akan menjadi lumbung pangan skala nasional.

Apabila kita cermati untuk mewujudkan visi tersebut diatas, salah satu faktor yang
sangat penting dan mendapat perhatian khusus yaitu Sumber Daya Manusia (SDM) petani,
karena petani sebagai ujung tombak dan pelaku pembangunan pertanian yang berada di garis
depan. Dengan demikian perlu di perhatikan tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan
serta perlu di tunjang dengan faktor produksi, faktor modal, dan faktor pemasaran.

Sebagai upaya untuk mengwujudkan Maros sebagai kabupaten agraris, bidang


pertanian berupaya melaksanakan kegiatan yang bersifat kemitraan dengan kelompok tani
yang ada di wilayah Maros salah satunya kegiatan Agribisnis Budi Daya Jamur Tiram dan
Sayuran Hidroponik.

Mengapa harus Jamur Tiram (Pleourotus Ostreatus)  ? Karena jamur tiram adalah
salah satu komoditas sayuran yang dalam 10 tahun terakhir ini ekonomisnya terus
meningkat. Jamur tiram merupakan produk komersial yang dapat di kembangkan dengan
teknik sederhana. Bahan baku yang dibutuhkan tergolong murah dan mudah diperoleh, dan
proses budidaya sendiri tidak membutuhkan berbagai pestisida atau bahan kimia lainya.
Begitupun dengan sayuran hidroponik yang saat ini melambung karena permintaan pasar
yang semakin hari semakin meningkat bahkan sudah masuk dalam pasar ritel.

Komsumsi masyarakat akan jamur tiram dan sayuran dengan metode hidroponik
cukup tinggi, pasar jamur tiram sayur hidroponik telah jelas serta permintaan pasar yang
selalu naik memudahkan para pembudidaya memasarkan hasil produksi sehingga produksi
jamur tiram mutlak diperlukan dalam skala yang besar mengingat kebutuhan pasar yang
sangat besar pula. Keunggulan budidaya iniadalah umur panennya singkat, dapat
dibudidayakan sepanjang tahun, tidak memerlukan lahan yang luas dan produk sangat laku
dipasaran dengan harga yang relatif mahal.

Dengan memperhatikan hal diatas, kami Kelompok Budi Daya Jamur Tiram dan
Sayur Hidroponik Desa Pattiro Deceng Kecamatan Camba Kabupaten Maros dengan penuh
harapan serta mempunyai respon cukup besar akan memanfaatkan untuk bergerak dalam
bidang agribisnis dan sanggup memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Namun dalam pengelolaan Kelompok Budi Daya ini masih terdapat kendala yang
dihadapi, yaitu terbatasnya permodalan yang ada, khususnya dalam memenuhi dan
melengkapi sarana produksi, sehingga kapasitas produksi belum bisa memenuhi kebutuhan
konsumen yang cukup banyak. Hal ini perlu adanya dukungan atau bantuan yang berupa
dukungan Finansial atau permodalan yang cukup besar guna memenuhi kebutuhan sarana
dan prasarana budi daya jamur tiram dan sayur hidroponik.

2. Maksud dan Tujuan

Maksud program pengembangan Kelompok Budi Daya Jamur Tiram dan Hidroponik
Pattiro Deceng adalah sebagai salah satu upaya fasilitas  bagi pemberdayaan produksi jamur
tiram agar dapat menerapkan manajemen mutu, manajemen usaha, penerapan teknologi
tepat guna, dan memudahkan mengakses sarana produksi jamur serta permodalan dan
pemasaran produk. Dengan demikian tujuan utama dari kegiatan program Kelompok Budi
Daya Jamur Tiram Pattiro Deceng ini antara lain adalah :
1. Mewujudkan sumberdaya sebagai sumberdaya asli daerah ( PAD ).
2. Menumbuh kembangkan jiwa wirausaha anggota kelompok tani.
3. Menggali sumber pendapatan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarga.
4. Menyediakan lapangan pekerjaan dan mengurangi tingkat kemiskinan masyakat.
5. Mendukung program Dinas Pertanian Kabupaten Maros dalam mewujudkan Maros
sebagai kabupaten agraris sehingga dapat berkontribusi kebutuhan pangan baik
kebutuhan lokal maupun nasioal

3. Manfaat
Dari kegiatan yang dilaksanakan melalui program pengembangan Budi Daya Jamur
Tiram, maka manfaat yang di harapkan antara lain :
1. Memacu peningkatan keunggulan kompetitif produksi jamur dan sayur hidroponik di
Kabupaten Maros, serta keunggulan komparatif wilayah menjadi penumbuhan usaha-
usaha lain.
2. Memacu pengembangan dan peningkatan kualitas SDM
3. Mendorong Tumbuh dan berkembangnya kegiatan di sektor lain.

4. Sasaran

Sasaran program Kelompok Budi Daya Jamur Tiram dan Sayur Hidroponik Pattiro
Deceng untuk satu tahun kedepan diarahkan pada penumbuhan produksi melalui kemitraan
usaha agribisnis yang mampu dan bertanggung jawab dalam usaha bersama melalui
kemitraan serta memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah di sepakati.
BAB II
POTENSI DAERAH

1. Letak Administratif       

Desa Pattiro Deceng terletak ± 30 km selatan kota Maros. Secara umum desa
tersebut sudah terbuka, artinya dapat dilalui kendaraan roda empat dan roda dua. Hal
tersebut menunjukan telah tersedianya sarana dan prasarana tranportasi untuk kelancaran
kegiatan ekonomi masyarakat Sedangkan lokasi budidaya jamur tiram dan sayur hidroponik
berada di Dusun Satoa, Desa Pattiro Deceng, Kecamatan Camba, Kabupaten Maros
menempati lahan seluas 60 m2, dengan daya tampung jamur sekitar 4.000 baglog dengan
kapasitas produksi rata-rata 180 kg per bulan. Hal ini yang menjadi penyesalan kami karena
kurang memanfatkan potensi yang ada.

2. Letak Topografi

Desa Pattiro Deceng merupakan daerah dengan ketinggian ± 700 meter diatas
permukaaan laut. Desa ini memiliki luas tanas 237 Ha. Terdiri dari lahan sawah 67 Ha dan
darat 170 Ha. Sedangkan secara umum luas tanah di Kecamatan Jamanis yaitu 6.055 Ha,
yang terdiri dari lahan sawah 921 Ha dan lahan darat 5.134 Ha

3. Keadaan Iklim

Suhu udara Desa Pattiro Deceng  mencapai 27-30oC dengan kelembaban nisbi antara
60 % sampai 80 %. Kondisi iklim ini sangat berpotensi untuk membudidayakan jamur tiram
dan sayur hidroponik dengan kualiatas yang baik.

4. Sumber Daya Alam

Jenis tanah yang terkandung di Desa Pattiro Deceng yaitu Latosol merah coklat, pH
beraneka ragam, produktivitas tanah sedang sampai tinggi, dan untuk penggunaan lahan
untuk pesawahan, kebun, palawija, holtikultura dan perkebunan.

5. Sumber Daya Manusia


 
Penduduk Desa Pattiro Deceng pada umumnya bermata pencaharian di sektor
pertanian (pertanian, peternakan dan perikanan) serta telah memiliki pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang cukup baik karena berbagai teknologi pertanian sudah masuk dan
menguasainya,

6. Peluang pasar
  a. Pasar Lokal
Pasar lokal dapat diartikan pasar tingkat kecamatan dan kabupaten. Selama ini
kebutuhan jamur di pasar yang ada di daerah Maros dan sekitarnya masih di datangkan
dari daerah lain yang jumlahnya 80 %. Dengan demikian maka peluang pasar lokal yang
tersedia masih sangat terbuka lebar.

b. Peluang Pasar Regional dan Nasional


 
Pasar ini lebih luas lagi dari pasar lokal, tentunya kebutuhan jamur tiram menjadi
lebih banyak lagi. Mengingat meningkatnya kebutuhan masyarakat untuk mengkonsumsi
jamur tiram, akan tetapi penyediaan masih kurang. Dengan demikian, program ini perlu
dikembangakan sehingga dapat memberikan kontribusi kebutuhan yang lebih luas
kareana secara regional maupun nasional bahkan secara individu, jamur tiram yang di
konsumsi masyarakat belum mencapai nilai rata-rata perkapita
BAB III
MATA RANTAI BUDI DAYA JAMUR TIRAM SAN SAYUR HIDROPONIK
KELOMPOK TANI MUDA PATTIRO DECENG

1.1  Produksi Jamur Tiram


Proses produksi jamur tiram dimulai dengan tahapan persiapan pembuatan
pembibitan jamur dengan komposisi bahan baku utama adalah : serbuk kayu, bekatul, kapur,
kawur, dll.
Adapun bahan baku utama proses produksi meliputi :
1. Serbuk kayu, kayu yang diperlukan adalah yang tidak mengandung minyak atau bahan
kimia, tidak bergetah, kering, dan tidak busuk.
2.  Bekatul yang baru dan tidak berbau apek. Bekatul ini berfungsi sebagai bahan nutrisi
dan sumber karbohidrat.
3. Kapur tawur yang berfungsi untuk menjaga keasaman media dan sebagai sumber
mineral.

Selain bahan utama diatas, bahan-bahan penunjang lainya yaitu kantong plastik
ukuran 20 x 30 cm, paralon, kertas koran, karet gelang, alat pemadat berupa botol atau alat
pres dan pembakar api bunsen.

Setelah bahan-bahan tersebut tesedia, serbuk kayu diayak dan dicampur dengan
bahan-bahan lain, yakni bekatul, kapur tuwur. Beri campuran air secukupnya sampai merata
agar tidak terlalu kering dan jangan terlalu becek. Masukkan campuran tersebut kedalam
kantong plastik, kemudian ditekan dengan botol atau alat pengepres, lalu diikat dengan
karet dan distrilisasikan didalam drum dengan pemanasan 90 – 100oC selama 8 – 9 jam.
Dinginkan baglog pada suhu kamar selama 24 jam dan lanjutkan dengan inokulasi, di ruang
inokulasi dengan cara ambil bibit dari F3 atau F4 menggunakan finset atau sendok yang
streril, masukan lewat cincin paralon dan tutup dengan kertas koran yang steril lalu ikat
dengan karet gelang. Selanjutnya inkubasikan di ruangan khusus dengan suhu antara 22 –
100oC.

2.2 Alur Pemeriharaan Jamur Tiram

Setelah semua langkah diatas dilakukan, perlu pemeliharaan yang cermat namun
cukup mudah, yaitu mmasukan baglog ke rumah jamur, lakukan penyiraman dua sampai tiga
kali sehari. Di musim hujan penyiraman cukup dilakukan satu sampai dua kali saja dalam
satu hari. Gunakan sprayer sehingga siramannya bisa merata. Juga suhu ruangan antara 20 –
22oC dengan kelembaban 95 -100 %. Sebaiknya juga digunakan higrometer dan termometer
untuk mengetahui kelembaban dan suhu ruangan. Setelah 35 hari proses perawatan
dilakukan, maka jamur akan dipanen. Sedangkan panen berikutnya setiap 10 – 14 hari dari
panen pertama.
2.1 Produksi Sayur Hidroponik

BAB IV
PELAKSANAAN KEMITRAAN BUDI DAYA
JAMUR TIRAM DAN SAYUR HIDROPONIK

1. Pelaksanaan Kegiatan di Lapangan

Untuk pelaksanaan agribisnis budi daya jamur tiram ini, dilakukan oleh 10 orang petani dalam
satu kelompok tani sebagai pelaksana kegiatan kemitraan usaha agribisnis jamur tiram.
4.2 Rencana Kebutuhan Jamur Tiram
Mengingat begitu besarnya respon para petani dalam kegiatan agribisnis jamur tiram tersebut,
serta kemampuan yang dimiliki para petani, sangat diharapkan sekali setiap anggota kelompok
tani sanggup  membudidayakan jamur dengan jumlah yang sangat banyak. Disamping itu,
dengan kemampuan serta didukung oleh potensi daerah dan peluang pasar yang cukup baik,
sehingga kebutuhan produksi  jamur dapat dikembangkan menjadi 1000 baglog sehari.
4.3. Bimbingan dan Monitoring
Selama kegiatan tersebut berlangsung, tidak telepas dari bimbingan dan monitoring yang
dilakukan langsung oleh petugas tingkat kecamatan Jamanis. Kegiatan ini dilakukan dari mulai
pencampuran bahan baku, pengemasan, sterilisasi, inokulasi, sampai inkubasi dan menyimpanan
kemudian pemanenan.
BAB V
ANALISIS EKONOMI BUDI DAYA JAMUR TIRAM

5.1. Analisis Finansial Produksi


Biaya untuk membuat satu buah baglog sekitar Rp 2000,-. Sedangkan untuk satu meter persegi
area penanaman mampu menampung kurang lebih 50 baglog. Lahan penanaman yang kami
miliki seluas 60 m2, 30 % nya baru terisi baglog yaitu sekitar 3000 baglog, untuk peningkatan
produksi 1000 baglog perhari selama satu musim panen (40 hari) menambah tenaga kerja
produksi, penambahan alat pencampuran (mixer), alat pengisian dan pengepresan, alat sterilisasi,
dan lahan untuk penyimpanan atau pemeliharaan baglog.
5.1.1.  Rencana Produksi
Untuk merealisasikan kapasitas produksi 1000 baglog per hari maka di butuhkan kemitraan
agribisnis yang siap dengan suplai modal untuk kebutuhan sebagai berikut :
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi
1000 baglog perhari selama satu kali panen (40 hari) sejumlah Rp. 82.820.000,- ( Delapan puluh
Dua Juta Delapan Ratus Dua puluh ribu rupiah ).
5.2. Analisis Pemasaran Produksi
Jamur tiram yang di hasilkan dari satu buah baglog apabila tumbuh dengan sempurna,
menghasilkan 0.4 Kg dalam tiga kali masa panen. Apabila harga jual rata-rata jamur tiram Rp
8.000,-, maka satu buah buah baglog dapat menghasilkan Rp 3.200,- setelah dikurangi modal
awal Rp 2.000,- maka laba dari satu buah baglog adalah Rp 1.200,-.
5.2.1. Perhitungan Laba Rugi
Untuk perhitungan laba rugi dapat diketahui sebagai berikut
1. Pemasukan
a.    Volume produksi selama satu musim panen adalah 40.000 baglog.
b.    Bobot jamur untuk tiga kali panen adalah 0,4 Kg jamur.
c.    Tabel jamur dipanen untuk tiga musim adalah 0,4 Kg x 40.000 baglog = 16.000 Kg.
d.   Harga jual jamur adalah Rp 8.000/Kg, maka pendapatan adalah 16.000 Kg jamur x Rp
8.000/Kg = Rp 128.000.000,-
2. Pengeluaran
Dari tabel 2 diketahui bahwa biaya pengeluaran untuk 40.000 baglog adalah Rp 82.820.000,-,
maka laba bersih yang di peroleh adalah pemasukan dikurangi pengeluaran.
Laba bersih   = Pemasukan – Pengeluaran
      = Rp 128.0000.000 – Rp 82.820.0000
     = Rp 45.180.000,- selama 3 kali panen (4 bulan)
5.2.2. Penentuan R.O.I dan BEP
A. Modal Tertanam
     a. Modal Tetap
        – Permesinan
3 Unit alat pencampuran (mixer)                                 : Rp 4.000.000,-
3 Unit alat Sterilisasi                                                    : Rp 13.500.000,-
3 Unit alat Pengepresan                                              : Rp 4.500.000,-
–         Tanah dan Bangunan
Sewa tanah dan bangunan di dua lokasi selama satu tahun Rp 20.000.000.
b. Modal Tidak tetap
1. Modal kerja (modal bahan baku + upah kerja) untuk menghasilkan 40.000  baglog adalah Rp
40.820.000,- (dari tabel 2 yaitu total biaya dikurangi modal tetap).
2. Modal tidak tetap = Rp 82.820.000,-
B. Pendapatan (laba) bersih / hari adalah := Rp 376.500 / hari
Dengan asumsi 1 bulan = 25 hari kerja, maka laba bersih pertahun adalah 25 x 12 bulan x Rp
376.500,- = Rp 112.950.000,- maka R.O.I diperoleh sebagai berikut :
R.O.I =  x 100 %
R.O.I =   X 100 %
          = 136 %
B.E.P =  X 1 Tahun
B.E.P =   X 1 Tahun
          = 0,72 Tahun
BAB VI
PENUTUP
Demikian usaha kegiatan ini kami sampaikan, semoga menjadi bahan perhatian dalam
mengembangkan usaha dibidang budidaya jamur tiram.
Kami yakin dengan bantuan yang Bapak / Ibu / Sdr berikan kepada kami Insya Alloh kami bisa
berkembang guna meningkatkan tarap hidup anggota, dan masyarakat pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai