Anda di halaman 1dari 12

RANCANGAN MODEL FASILITASI PENINGKATAN

AKSES INFORMASI TEKNOLOGI, PASAR, SARANA


DAN PRASARANA SERTA PEMBIAYAAN
POKTAN/GAPOKTAN

I. Pendahuluan

1. LatarBelakang

Pembangunan pertanian mempunyai peran yang strategis dalam perekonomian

nasional. Untuk pencapaian tujuan pembangunan pertanian ke depan, sector ini

masih dihadapkan persoalan mendasar antara lain :meningkatnya jumlah

penduduk, meningkatnya kerusakan lingkungan dan perubahan iklim global,

ketersediaan infrastruktur, lahan dan air. Dari segi petani, persoalan yang dihadapi

adalah sempitnya kepemilikan lahan, terbatasnya akses petani terhadap

permodalan serta lemahnya kapasitas kelembagaan petani dan penyuluh.

Sedangkan ditinjau dari sisi kebijakan sector perbankan adalah masih tingginya

suku bunga kredit perbankan sedangkan dari sisi pemerintah adalah masih

lemahnya kemampuan system perbenihan dan perbibitan nasional, rendahnya nilai

tukar petani, belum berjalannya diversifikasi pangan dengan baik, belum padunya

antar sector dalam menunjang pelayanan birokrasi pertanian.

Salah satu target pembangunan pertanian adalah revitalisasi pembiayaan

pertanian yang ditujukan untuk mendorong dan menjamin ketersediaan kredit /

pembiayaan untuk pengembangan usahatani, karena masih rendahnya penyaluran

kredit ke sector pertanian. Untuk memenuhi kebutuhan permodalan petani,

pemerintah telah menyediakan skim kredit program Kredit usaha Rakyat yang
bertujuan untuk memberikan keringan suku bunga dan kemudahan petani untuk

akses ke Lembaga perbankan melalui penjaminan kredit.

Salah satu permasalahan dasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses

kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi tani yang

masih lemah. Untuk itu penanggulangan kemiskinan merupakan bagian

daripelaksanaanRencana Pembangunan Jangka Panjang dan kesepakatan global

untukmencapai Tujuan Pembangunan Milenium. Kementerian

Pertanianmulaitahun 2008 telah melaksanakan program Pengembangan Usaha

AgribisnisPerdesaan (PUAP) dibawah koordinasi Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri) dan beradadalam

kelompok program pemberdayaanmasyarakat. Untuk koordinasi pelaksanaan

PUAP di Kementerian Pertanian, Menteri Pertanian membentuk Tim PUAP Pusat,

Propinsi dan tingkat kabupaten serta desa untuk mengkoordinasikan pelaksanaan

Program PUAP secara terintegrasi. PUAP merupakan bentuk fasilitasi

Bantuan Pinjaman modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik,

petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani yang dikoordinasikan

oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di tingkat Kelurahan.

PUAP bertujuan untuk :

1. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan


pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi
wilayah;
2. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus Gapoktan,
Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani;
3. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk
pengembangan kegiatan usaha agribisnis;
4. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau
mitra lembaga keuangan dalam rangka akses kepermodalan.
5. Meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola
bantuan modal usaha untuk petani anggota baik pemilik, petani penggarap,
buruh tani maupun rumah tangga tani;
6. Meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang
mendapatkan bantuan modal usaha;
7. Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (hulu, budidaya, dan hilir) di
perdesaan; dan
8. Meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan ataupenggarap), buruh tani dan
rumah tangga tani dalam berusahatani sesuai dengan potensi daerah;

Indikator keberhasilan antara lain:

1. MeningkatnyakemampuanGapoktan dalammemfasilitasi dan


mengelolabantuan modal usahauntukpetanianggotabaikpemilik,
petanipenggarap, buruhtanimaupunrumahtanggatani;
2. Meningkatnyajumlahpetani, buruh tani dan rumah tangga tani yang
mendapatkanbantuan modal usaha;
3. Meningkatnyaaktivitas kegiatan agribisnis (hulu, budidaya, dan hilir) di
perdesaan; dan
4. Meningkatnyapendapatanpetani (pemilik dan ataupenggarap), buruhtani dan
rumahtanggatanidalamberusahatanisesuaidenganpotensidaerah;
5. Berkembangnyausahaagribisnis dan usahaekonomirumah tangga tani di
lokasidesa PUAP;
6. BerfungsinyaGapoktan sebagai lembaga ekonomi petani di perdesaan yang
dimiliki dan dikelola oleh petani; dan
7. Berkurangnyajumlahpetani miskin dan pengangguran di perdesaan.

Pada Tahun 2019, kementerianPertanianmeluncurkan Program Youth

Entrepreneur and Employment Support Services (YESS) yaitu program

kerjasamaantara Kementerian Pertanian (Kementan) dengan International Fund

For Agricultural Development (IFAD). YESS

Programmedirancanguntukmenghasilkanwirausahawanmudapedesaansertame

nghasilkantenagakerja yang kompeten di bidangpertanian. Melalui Program

YESS, Kementerian Pertanianmenciptakanwirausahamilenial yang tangguh dan

berkualitas. Program iniditujukanbagi para pemuda, khususnya di wilayah

pedesaan, untukmengembangkanperekonomianmelaluikewirausahaan dan

menambahpeluangkerja. Dalam kurunwaktu 2019-2025, pelaksanaan Program

YESS menyasar 320.000 generasimuda di pedesaan. Program YESS juga

menyediakanpelatihanuntukgenerasimilenialsekaranggunamendongkrakwisaus

ahawanmuda yang inovatif, kreatif dan unggul, Pelatihantersebutdiantaranya:

Orientasikarir, promosipertanian, Kewirausahaan Dasar, dan

KewirausahaanLanjut, dan para pesertadiwajibkanmengikutipersyaratan yang

berlakuuntukmengikutipelatihan.

2. Tujuan

Adapun Tujuan dariRancang Model FasilitasiPeningkatan Akses

InformasiTeknologi, Pasar, sarana dan

PrasaranasertaPembiayaanPoktan / Gapoktanadalah
 Sebagaiacuandalampelaksanaankegiatanfasilitasipembiayaa

npetanikepadaperbankan dan Lembaga keuanganlainnya

 SebagaiacuandalamFasilitasiPeningkatan Akses

InformasiTeknologi, Pasar, sarana dan

PrasaranasertaPembiayaanPoktan / Gapoktan

3. Manfaat

Adapun manfaatdariRancang Model FasilitasiPeningkatan Akses

InformasiTeknologi, Pasar, sarana dan

PrasaranasertaPembiayaanPoktan / Gapoktanadalah

 Adanya

pedomanbagipetugasdinaspertanian,penyuluhpertanian dan

pelakuutamasertapelakuusahadalampelaksanaanfasilitasiPe

ningkatan Akses InformasiTeknologi, Pasar, sarana dan

PrasaranasertaPembiayaanPoktan /

Gapoktankepadaperbankan dan Lembaga keuanganlainnya.

 Tersedianyaacuanbagipetugasdinaspertanian,penyuluhperta

nian dan

pelakuutamasertapelakuusahadalampelaksanaanfasilitasiPe

ningkatan Akses InformasiTeknologi,Pasar, sarana dan

PrasaranasertaPembiayaanPoktan /

Gapoktandalammelakukanpembinaan dan

pengawalankegiatantersebut
II. TinjauanTeori

Ketua kelompok beserta anggotanya merupakan komponen penting tergantung

pada ukuran, fungsi dari kelompok tersebut (Stockbridge et al. 2003). Namun, yang

terpenting adalah partisipasi anggota sebagai pemilik organisasi, pelaku kerjasama

antara kelompok dengan pemerintah maupun pihak swasta dalam bentuk

kemitraan, plasma atau skim yang lain. Apabila anggota kelompok tidak aktif

berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, maka kelompok tersebut kemungkinan

akan gagal mencapai tujuan kelompok (Stockbridge et al., 2003) karena kelompok

tani merupakan gabungan antara pemilik, manajer, nasabah dan pekerja yang pada

hakekatnya adalah anggota kelompok itu sendiri. Peran kelompok adalah

mendorong pembangunan ekonomi melalui: (1) apabila terdapat resiko yang

dihadapi kelompok, maka kelompok dapat memanfaatkan kekuatan dalam

mengurangi enefisiensi dalam lembaga sosial dan perubahan teknologi dan (2) bila

kelompok dipantau oleh petani anggota yang minatnya terhadap perubahan sosial

secara efisien, maka banyak perubahan dapat dicapai dengan melibatkan proses

kecil sampai dengan besar serta tahap-tahap pencapaian tujuan.

Meskipun pustaka teori kerjasama kelompok terbatas, menurut teori di atas, maka

keberadaan kelompok tani sangat penting. Pemerintah dan pihak swasta dapat

bekerjasama dengan petani anggota dengan menjalin kemitraan. Artinya,

kerjasama dalam bentuk apa pun diharapkan dapat mengungkit peran serta aktif

kelompok untuk meningkatkan taraf ekonomi atau kesejahteraan kelompok. Le Vay

(1982) mengulas bahwa koperasi dan organisasi/kelompok yang bertujuan untuk

mencapai keuntungan akan melibatkan anggotanya untuk mencapai tujuan.


Artinya, kemampuan kelompok untuk meningkatkan modal melakukan kerjasama

adalah nyata. Bahkan, secara ekonomis, kelompok tani pun dapat diasumsikan

sebagai suatu perusahaan swasta dengan tujuan jangka panjang untuk

memaksimalkan keuntungan. Peran informasi dan teknologi merupakan modal

untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu, kelompok tani merupakan pelaku

perubahan, termasuk teknologi. Kelompok tani merupakan bentuk kerjasama yang

tepat untuk kegiatan yang melibatkan penggunaan alat dan mesin pertanian,

kerjasama pengolahan dan pemasaran hasil dan penguatan modal kerja

(Wikipedia, 2011a). Pengolahan dan pemasaran hasil pertanian hanya dapat

dilakukan apabila petani dalam kelompok tersebutterlibat dalam penggunaan

teknologi. Hal ini mengindikasikan bahwa kelompok tani efektif dimanfaatkan

untuk alih teknologi. Peran Kelompok Tani dalam Penerapan Teknologi Teknologi

yang diintroduksikan kepada kelompok merupakan pengungkit (leverage) dimensi

infrastruktur dan teknologi kelompok, namun kelompok tani bukan merupakan

leverage dimensi hukum dan kelembagaan (Suyitman et al., 2009). Pada umumnya

pengaruh penggunaan teknologi baru terhadap peningkatan produktivitas tidak

diragukan lagi, misalnya produktivitas meningkat dengan pesatnya adopsi benih

unggul (Gunawan et al., 1989, Soentoro, 1989). Kelangkaan relatif suatu

sumberdaya terhadap sumberdaya lain membimbing masyarakat untuk

menciptakan teknologi baru, artinya lembaga pasar yang menentukan arah dan laju

perkembangan teknologi. Campur tangan dari pemerintah terhadap lembaga pasar

selalu ada menurut norma yang dianut dan tujuan tertentu yang hendak dicapai

dalam arah dan laju pengembangan teknologi (Gunawan et al., 1989). Berbagai
teknologi pertanian seperti: pengaturan waktu tanam, pergiliran jenis tanaman dan

varietas, tata air, pengendalianorganisme pengganggun tanaman (OPT), konservasi

tanah dan air, dan sebagainya hanya efektif diterapkan jika dilakukan bersama-

sama oleh anggota kelompok tani. Sebab, jika hanya dilakukan oleh petani secara

individu, tanpa ada konsolidasi dengan petani lain, tidak akan memberikan hasil

yang diharapkan (Muis et al. 2008). Dalam beberapa program nasional dari

Kementerian Pertanian, misalnya Prima Tani, kelompok tani difungsikan sebagai

praktisi penerapan teknologi dalam suatu sistem inovasi ‘tahap awal penumbuhan

(Simatupang, 2004). Aliran pengetahuan dan informasi (diseminasi) teknologi yang

bersumber dari hasil penelitian disampaikan melalui penyuluh. Petani dan

kelompoknya diposisikan sebagai praktisi agribisnis penerima atau pengguna

teknologi tersebut. Memasuki tahap pemantapan, peran kelompok tani adalah

menggerakkan anggotanya dalam mengadopsi teknologi yang telah menjadi barang

publik, sehingga menjadi masukan bagi lembaga penelitian yang menghasilkan

teknologi untuk menumbuhkan dan mengembangkan teknologi tersebut menjadi

usaha komersial. Dalam tiga tahapan sistem inovasi teknologi Prima Tani, jelas

peran kelompok tani adalah sebagai baromater keberhasilan suatu inovasi

teknologi dengan keberhasilan umpan balik adopsi kelompok kepada pihak

penyedia teknologi untuk melanjutkan ke tahap inovasi yang lebih maju.

Kemajuan teknologi itu penting, namun lebih penting lagi jika diperoleh dari hasil

penelitian. Teknologi dan penelitian tidak dapat dilepaskan dalam proses produksi,

karena keduanya merupakan faktor produksi dalam perkembangan sektor

pertanian secara agregat (Hutabarat, 1999). Umpan balik dari petani anggota
kelompok yang mengadopsi teknologi merupakan masukan yang baik untuk

penelitian teknologi selanjutnya. Karena dalam proses alih dan adopsi teknologi,

tidak ada suatu teknologi pun yang cocok diterapkan di semua lokasi dan memberi

hasil memuaskan, sehingga perlu penyuluhan untuk membawa hasil-hasil

penelitian dan teknologi terbaru kepada kelompok yang lain. Hal ini penting untuk

menghindari resiko awal adopsi tetapi juga tidak terlambat dalam menangkap

peluang pasar (Hutabarat, 1999). Basuno (2003) menyebutkan bahwa optimalisasi

proses diseminasi paket teknologi di masa depan masih perlu banyak pembenahan,

terutama berkaitan dengan pembagian peran secara tegas antara peneliti dan

penyuluh. Kedua motor penggerak proses penyampaian teknologi kepada petani

melalui kelompok tersebut juga harus didukung oleh fasilitas penunjang kegiatan

agar dapat lebih fokus dan mencapai sasaran, yaitu teknologi tepat guna bagi

kelompok atau petani sasaran. Teknologi pertanian yang didiseminasikan kepada

sejumlah petani atau kelompok tani harus diterima kelompok yang bersangkutan

dan disebut sebagai masa kritis teknologi. Apabila masa kritis tidak tercapai maka

teknologi tidak akan diadopsi dan hilang begitu saja. Agar adopsi teknologi dapat

berlanjut, jumlah orang dalam kelompok yang mengadopsi dengan berhasil harus

mencapai masa kritis disertai persyaratan berupa tersedianya masukan-masukan

pertanian yang dibutuhkan secara berkelanjutan. Keberlanjutan teknologi tersebut

ditunjukkan oleh penggunaan teknologi secara terus-menerus sampai teknologi

tersebut kehilangan manfaatnya atau sampai ditemukan teknologi baru yang lebih

baik untuk menggantikannya (Basuno, 2003). Untuk meningkatkan indek dan

status keberlanjutan teknologi perlu penyebarluasan dan diseminasi teknologi


melalui kursus, pelatihan dan penyuluhan pertanian yang di Indonesia umumnya

diberikan kepada kelompok tani (Suyitman et al. 2009).

III. Metode

1. WaktudanTempat

Kegiataninidilaksanakan pada minggu I

bulanNopembersetiaptahunbertempat di wilayah

kerjaPenyuluhPertanianKelurahan Bonto Langkasa,

KecamatanBissappu, KabupatenBantaeng

2. TeknikPengumpulanData

Kegiatan yang dilakukanadalahsebagaiberikut :

1. Pengumpulan data informasi pasar dan

teknologiinformasidibidangpertanian.

2. Melakukananalisis data

denganmenggunakanbeberapametodebisamenggunakan SWOT ataupun

GMP (Gawat, Mendesak, Penyebaran).

3. MelakukanWawancaraLangsungdilapanganmengenaimasalah dan kendala

yang dirasakan oleh pelakuutama dan pelakuusaha

3.AnalisisData

HasildanPembahasan

1. Hasil

Dukungan/1fasilitas/1akses/1teknologi
merupakan/1element/1sarana/1prasarana/1dalam pemenuhan akses teknologi

petani baik melalui lingkungan/1fisik/1maupun/1sosial./1Mayoritas petani

menyatakan pendukung akses teknologi informasi melalui media elektronik,

petani juga sudahmengakses Lembaga-lembagakeuangan dan pembiayaan,

sudahada yang melakukankemitraandenganpengusaha-pengusahalokal.

Dukungan yang besar pada fasilitasaksesteknologiinformasi, pasar, sarana dan

prasaranasertapembiayaanmemberikansifat yang kondusif pada lingkunganfisik

dan social pelakuutama dan pelakuusaha pada bidangnya masing-masing

sehinggadiharapkanmeningkatnyainovasi dan kesadaranuntukmencariinformasi

yang dibutuhkan.

2. Pembahasan

Akses/1pelaku/1utama/1pembangunan

pertanian/1terhadap/1berbagai/1informasi/1dan

inovasi/1pertanian/1menjadi/1isu/1yang/1sangat

krusial/1dalam/1menentukan/1keberhasilan pembangunan

pertanian dan pedesaan (Subejo, 2011)

Akses/1teknologiinformasipetanimelalui/1media/

1elektronikterhadapjenisinformasisudahmulaiadadikalanganpelaku

utamadenganmaraknyapenggunaan handphone

android.Keragamanjenisinformasi/1yangdiaksespetaniberagam,

mayoritaspetanimengaksesinformasibudidayamelalui/1media/1elek

tronik/1yang

dimilikinya./1Teknik/1budidaya/1yang/1diaksesmeliputiteknikpen
golahanlahan, pengendalianhama, pengairan, pemupukan dan

penyiangansampai pada kegiatanpanen dan pascapanen. Selain

ituakses pada

pembiayaankegiatanusahataninyasudahmulaimencobamelalui

Lembaga-lembagakeuangan dan pembiayaan yang ada di

tingkatkecamatan dan kabupaten.

KonsepRancanganModel

INFORMASI TEKNOLOGI

PELAKU UTAMA
SARANA DAN DAN PELAKU
PRASARANA PASAR
USAHA

PEMBIAYAAN

Lampiran
DaftarPustaka/Referensi

Anda mungkin juga menyukai