Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN

DAN DAMPAKNYA DI KABUPATEN MADIUN

Makalah
Untuk memenuhi tugas matakuliah Ekonomi Pangan
Yang dibina oleh Ir. Astutik Pudjirahaju, M.Si

Oleh:
Della Amanda Merlyana
P17111201019

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN GIZI
SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
OKTOBER 2022
A. Profil Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Madiun
Kabupaten Madiun merupakan salah satu wilayah yang diproyeksikan menjadi
salah satu penyangga pertanian tanaman pangan di Jawa Timur, terutama untuk jenis
tanaman padi. Pada tahun 2017, luas panen dan produksi padi Kabupaten Madiun
berada di peringkat ke 9 dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur. Pada tahun 2017 luas
panen padi di Kabupaten Madiun adalah 81.498 Ha, dengan angka produksi 524.281
ton. Berdasarkan data pada profil pertanian Kabupaten Madiun tahun 2018,
didapatkan bahwa terdapat kecenderungan penurunan luas panen dan produksi pada
tiap subround. Apabila dibandingkan luas panen padi antara subround 1 (Januari-
April) dan 2 (Mei-Agustus), maka diperoleh angka penurunan sebesar 2,2%,
sedangkan subround 3 (September-Desember) mengalami penurunan sebesar 38%
dibandingkan subround 2. Luas panen padi pada subround 3 merupakan yang terkecil
pada tahun 2017. Sejalan dengan penurunan yang terjadi pada luas panen, hasil
produksi padi di Kabupaten Madiun juga mengalami penurunan. Apabila
dibandingkan antar subround, hasil produksi padi subround 3 adalah yang terendah.
Penurunan terjadi pada subround 2 sebesar 14% dibandingkan dengan subround 1,
sedangkan subround 3 sebesar 28% dibandingkan subround 2.
Gambar 1.1 Luas Panen dan Produksi Padi Kabupaten Madiun

Penurunan luas panen dan hasil produksi di Kabuapten Madiun dipengaruhi


banyak faktor, diantaranya adalah kondisi cuaca yang tiadk menentu. Curah hujan dan
jumlah hari hujan yang tidak dapat diprediksi memberi pengaruh terhadap
perkembangan tanaman padi. Hal tersebut juga mendorong petani untuk beralih jenis
tanaman selain padi, khususnya tanaman palawija. Penurunan luas panen dan hasil
produksi padi yang terjadi di Kabupaten Madiun selama tahun 2017, secara umum
juga dialami sebagian besar wilayah di Jawa Timur. Angka luas panen dan produksi
padi Provinsi Jawa Timur juga mengalami penurunan di setiap subroundnya.
B. Neraca Bahan Makanan Kabupaten Madiun Tahun 2017-2037
Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu penyebab utama peningkatan
kebutuhan pangan yang diikuti dengan meningkatnya kebutuhan lahan untuk
pertanian pangan. Pertumbuhan penduduk dan kebutuhan lahan pangan akan
diproyeksikan sampai dengan 20 tahun dari data yang tersedia yaitu tahun 2017-2045.
Pertumbuhan penduduk akan diproyeksikan berdasarkan perhitungan menggunakan
metode geometrik sebagai berikut:

Gambar 1.2 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Madiun

Pada selang 20 tahun sampai dengan tahun 2045, jumlah penduduk di


Kabupaten Madiun diperkirakan akan tumbuh sebanyak 75.473,15 jiwa atau sekitar
10,04% dari jumlah penduduk. Kecamatan dengan tingkat pertumbuhan penduduk
tertinggi adalah Kecamatan Wungu dengan angka tingkat pertumbuhan penduduk
sebesar 1,5% sedangkan kecamatan dengan tingkat pertumbuhan penduduk terendah
adalah Kecamatan Kare dengan tingkat pertumbuhan sebesar -1,8%. Pertumbuhan
penduduk yang terus bertambah suatu saat akan mampu mengancam ketahanan
pangan di Kabupaten Madiun. Pada pembahasan makalah ini dilakukan penghitungan
neraca pangan terhadap kebutuhan beras, dikarenakan beras merupakan komoditas
utama serta merupakan konsumsi pokok masyarakat Kabupaten Madiun.
Gambar 1.3 Neraca Beras Supply Kabupaten Madiun

Berdasarkan hasil proyeksi neraca pangan terkait kebutuhan beras dan


kebutuhan lahan pertanian untuk tanaman padi di Kabupaten Madiun, sepanjang
tahun proyeksi 2017-2045 kebutuhan pangan di Kabupaten Madiun masih akan
tercukupi baik dari sisi produksi beras maupun ketersediaan lahan pertanian untuk
tanaman padi sehingga Kabupaaten Madiun masih mampu menjadi kawasan
penyangga pertanian padi di Provinsi Jawa Timur. Asumsi yang digunakan pada
perhitungan neraca pangan tanaman padi yaitu luas sawah yang digunakan untuk
perhitungan faktor produksi atau supply sampai dengan tahun 2017-2045 pada
skenario 1 adalah luas sawah hasil analisis tren perubahan penggunaan lahan. Tren
perubahan penggunaan lahan pada lahan pertanian Kabupaten Madiun memiliki
kecenderungan untuk mengkonversi lahan pertanian sebesar 2,5% setiap tahunnya.
C. Strategi Ketahanan Pangan Kabupaten Madiun
Berdasarkan hasil analisis dan proyeksi neraca pangan terhadap kebutuhan
beras. Dapat diusulkan beberapa strategi ketahanan pangan yang dapat diterapkan
oleh Pemerintah Kabupaten Madiun untuk meningkatkan produksi, meminimalisir
laju konversi lahan, maupun menekan laju pertumbuhan penduduk untuk
mempertahankan ketahanan pangan di Kabupaten Madiun. Strategi tersebut antara
lain:
1. Mengimplementasikan rencana pola ruang dan struktur ruang sebagaimana telah
direncanakan pada Rencana Tata Ruang Kabupaten Madiun. Dalam RTRW
Kabupaten Madiun Tahun 2011-2031 telah direncanakan peruntukan lahan
pertanian pangan berkelanjutan seluas 22.800,65 Ha. Apabila peruntukan LP2B
dipertahankan dan tidak dikonversi lebih lanjut, maka ketahanan pangan di
wilayah Kabupaten Madiun akan dapat terjaga.
2. Penyediaan, perbaikan, pemeliharaan, dan peningkatan infrastruktur pertanian
terutama pada lahan pertanian dengan irigasi teknis yang memerlukan
infrastruktur yang memadai. Penyediaan infrastruktur pertanian juga harus
tersebar secara merata di wilayah Kabupaten Madiun.
3. Peningkatan mutu intensifikasi untuk meningkatkan produktivitas melalui upaya
penerapan teknologi tepat guna, peningkatan kualitas SDM petani (pengetahuan
dan keterampilan) melalui pelatihan dan penyuluhan. Peningkatan ini dilakukan
untuk meningkatkan efektifitas lahan tanam dan lahan panen.
4. Penerapan pengamanan produksi melalui penggunaan teknologi panen dan
teknologi penyimpanan pasca panen, pengendalian organisme pengganggu
tanaman dan bantuan sarana produksi pada petani yang lahannya mengalami puso
(faktor yang membuat padi berkurang produksinya, missal, banjir, kekeringan dan
gangguan hama).
5. Menekan tingkat pertumbuhan populasi penduduk melalui program Keluarga
Berencana (KB) disertai dengan usaha dan komitmen masyarakat dan berbagai
stakeholder pemangku kepentingan di Kabupaten Madiun.
6. Meningkatkan kapasitas organisasi petani sebagai pemeran utama dalam
mempertahankan serta meningkatkan produksi berbagai komoditas pertanian di
Kabupaten Madiun.
7. Menerapkan UU No.41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan (PLPPB) dengan semaksimal mungkin untuk melindungi
dan menghambat laju konversi lahan pertanian menjadi non-pertanian.
D. Dampak Neraca Bahan Makanan terhadap Status Gizi
Pada faktor budaya dapat mengakibatkan terjadinya masalah kemiskinan yang
akan berdampak pada masalah gizi (Almaitser, 2009). Oleh karena itu, Permasalahan
gizi yang dialami masyarakat pada fenomena gizi buruk sebagian besar terjadi akibat
kemiskinan, kemudian semakin parah akibat perilaku para pemburu keuntungan yang
selama ini mengimpor besar-besaran aneka bahan pangan, mulai dari beras, kedelai,
gula, daging hingga buah-buahan. Hal ini harus diantisipasi oleh pemerintah agar
ketersediaan selalu terpenuhi dan dapat memenuhi AKG.
E. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari hasil pembahasan makalah ini adalah:
1. Kabupaten Madiun merupakan salah satu wilayah yang diproyeksikan menjadi
salah satu penyangga pertanian tanaman pangan di Jawa Timur, terutama untuk
jenis tanaman padi. Pada tahun 2017, luas panen dan produksi padi Kabupaten
Madiun berada di peringkat ke 9 dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur.
2. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan bahwa pada tahun 2045 akan terjadi
peningkatan jumlah penduduk sebesar 75.473,15 jiwa atau sekitar 10,04% dari
jumlah penduduk keseluruhan. Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Madiun
sangat beragam dari satu kecamaatan dan kecamatan lainnya. Terdapat 7
kecamatan dengan tingkat pertumbuhan yang negatif dan 8 kecamatan dengan
tingkat pertumbuhan positif. Namun, secara keseluruhan tingkat pertumbuhan
penduduk rata-rata di Kabupaten Madiun adalah sebesar 0,31%
3. Berdasarkan hasil proyeksi neraca pangan untuk kebutuhan konsumsi beras dan
lahan pertanian sawah, ditetapkan memberikan asumsi bahwa terjadi perubahan
lahan pertanian berdasarkan tren konversi lahan.. Hal ini menunjukkan bahwa
Kabupaten Madiun masih dapat menjadi kawasan penyangga untuk pertanian padi
di Provinsi Jawa Timur dengan hasil produksinya dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan wilayah-wilayah lain di sekitarnya.
4. Untuk mempertahankan ketahanan pangan disusun beberapa strategi antara lain:
peningkatan kapasitas petani dan organisasi tani, penyediaan infrastruktur
pertanian dan teknologi tepat guna untuk produksi dan pasca panen, serta
pelaksanaan peraturan terkait lahan pertanian pangan berkelanjutan
DAFTAR PUSTAKA
Adimihardja A. 2006. Strategi mempertahankan multifungsi pertanian Indonesia. Jurnal
Litbang Pertanian. 25(3).
Badan Bimas Ketahanan Pangan. 2001. Pemantapan Ketahanan Pangan Nasional.
Kementerian Pertanian. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2018. Jawa Timur dalam Angka 2015-2018. Surabaya.
Badan Pusat Statistik. 2018. Kabupaten Madiun Dalam Angka 2015-2018. Kabupaten
Madiun.
Badan Pusat Statistik. 2018. Profil Pertanian Kabupaten Madiun 2018. Kabupaten Madiun.
Bappenas. 2013. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Bidang
Pangan dan Pertanian 2015-2019. Jakarta.
Baharsyah, S., F. Kasryno, dan D. H. Darmawan. 1998. Kedudukan Padi Dalam
Perekonomian
Indoensia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta.
Darwanto, Dwijono H. 2005. Ketahanan Pangan Berbasis Produksi dan Kesejahteraan Petani.
Jurnal Ilmu Pertanian Vol 12 No.2, 2005: 152-164.
Dharmawan, A.H. dan R. Kinseng. 2006. Aspek Sosial Budaya Dalam Rekonstruksi
Kelembagaan Sosial Penanganan dan Pencegahan Rawan Pangan dan Gizi Buruk. Forum
Kerja Penganekaragaman Pangan. Jakarta.
Kasryno, F., dan E. Pasadaran. 2004 Reposisi Padi dan Beras Dalam Perekonomian Nasional.
Ekonomi Padi dan BEras Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Departemen Pertanian. Jakarta.
Maxwell, S. dan R. F.Timothy. 1992. Household Food Security: Concepts, Indicators,
Reasurements, A Technical Review. International Fund for Agriculture Development,
Rome. Italy.
Peraturan Daerah Kabupaten Madiun No 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Madiun Tahun 2011-2031.
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031.
Saad, M. B. 1999. Food Security for the Food Insecure; New Challenges and Renewed
Commitment. Centre for Development Studies, University College Dublin. Ireland.
Timmer, C. P. 1996. Does Bulog Stabilize Rice Prices in Indonesia? Should it Try?
Economical Agriculture Studies. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai