Anda di halaman 1dari 36

KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DAN

PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN


KEPULAUAN MENTAWAI

MIDUN SAKORO OINAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TAMANSISWA
PADANG
2022
I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Setiap negara selalu melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yang bertujuan untuk peningkatan mutu atau taraf
kehidupan masyarakat yang ditandai dengan kehidupan yang lebih makmur dan
sejahtera. Namun, untuk menunjang pencapaian tersebut, suatu negara tidak bisa
lepas dari sub sektor pertanian yang merupakan penunjang penting untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi suatu negara karena pertanian sangat penting
bagi kehidupan suatu negara bahkan seluruh dunia.
Pertumbuhan ekonomi terbentuk karena peran sektor lapangan usaha
yang ada di setiap daerah termasuk Sumatera Barat.Pada Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha. Sumatera Barat pertumbuhan
ekonomi setiap sektor lapangan usaha di Kabupaten atau K ota mengalami angka
yang fluktuatif dari tahun 2017 hingga 2021dengan selisih 2% (Lampiran
1).Dilihat dari data dapat dibuktikan bahwa sektor pertanian merupakan sektor
yang berkontribusi besar dalam menopang pertumbuhan PDRB di Provinsi
Sumatera Barat. Salah satu lapangan usaha yang berperan penting dalam PDRB di
Sumatera Barat adalah sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan penyumbang
terbesar dalam PDRB lapangan usaha di Sumatera Barat (Lampiran 2).
Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting dalam
penyerapan tenaga kerja. Mengetahui dan memhami kinerja sektor dan komoditas
unggulan dalampembangunan,makapemerintah dapat memutuskan rangkain
kebijakanpembangunan,khususnnya yang terkait dengan ketersediaan kesempatan
kerja yang luas disektor unggulan karena dalam pembangunan sektor unggulan
maka sektor yang memiliki prospektif tersebut dapat dijadikan tulang punggung
adapun andalan sebagai modal dasar dalam pembangunan perekonomian
khususnnya meransang terciptannya kesemppatan kerja guna meningkatkan
tingkat kesejahteraan masyarakat dikabupaten kepulauan mentawai.
Dengan mengidentifikasi keunggulan dari masing-masing sub-sektor
pertanian,maka subsektor pertanian tersebut dapat dikelolah secara optimal yang
tujuannya utama untuk memberdayakn ekonomi rakyat di derah
( pangaribowo,2009).
Menentukan pembangunan pertanian yang strategis dalam pemulihan
ekonomi khususnnya dalam penyediaan bahan pangan maupun penyediaan bahan
baku industri diperlukan penetapan suatu sektor pertanian yang menjadi
komoditas unggulan daerah adalah komoditas yang mempunyai produktivitas
yang tinggi dan dapat memberikan nilai tambah berdampak positif bagi
kesejahteraan masyarakat.sektor pertanian di sumatera barat yang memiliki nilai
produktivitas yang tinggi pada subsektor pangan yaitu: komoditas
sawa,jagung,kedelai dan juga ubi kayu.subsektor hortikultural yang memiliki
produktivitas yang tinggi yaitu cabai besar,bawabg merah, kubis dan
tomat,sedangkan subsektor perkebunan terdapat kelalapa sawit,karet, kakao serta
kelapa (BPS Sumatera Barat 2021).
Sektor pertanian Provisi Sumatera Barat cenderung menurun lima tahun
terahir (2016-2020) sebesar 23 persen, pada tahun 2016,tahun 2017 sebesar 22
pesen, tahun 2018 sebesar 22 persen, tahun 2019 sebesar 21 persen dan pada
tahun 2020 sebesar 22 persen ( lampiran 1). Pada dasarnnya tidak semua sektor
ekonomi memiliki komoditas unggulan mengingat setiap daerah memiliki
karakeristik yang berbeda-beda baik dari letak geografisnnya,serta sarana dan
prasarana yang berbeda yang ditunjukan dengan besarnnya kotribusi subsektor
yang bersangkutan terhadap PDRB suatu daerah,yang terdiri dari subsektor
tanaman pangan,sebsektor perkebunan,subsektor peternakan, subsektor
kehutanan, subsektor perikanan,dan subsektor dari jasa pertanian (BPS Privinsi
Sumatera Barat 2021)
Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar dalam kontribusi
Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Barat. Kontribusi pertanian terhadap
PDRB lima tahun terahir 2016 sampai 20220 cenderung menurun.Penurunan pada
tahun 2017 sebesar 0,21 persen dari tahun 2016 namun pada tahun 2020
mengalami kenaikan sebesar 0,62 persen dari tahun 2019 ( lampiran 3).
Lahan merupakan hal utama dalam usaha tani, sesuai dengan teori yang
ada jika semakin besar luas lahan maka semakin besar produksi yang akan di
hasilkan ( Ambarita dan Kartika 20215). Mubyarto (1998) menyatakan bahwa
lahan adalah salah satu faktor produksi, tempat dihasilakn produk pertanian yang
memiliki sumbangan yan cukup besar terhadap usaha tani,karena banyak sedikit
hasil produksi dari usaha tani sangat di pengaruhi luar sempitnnya lahan yang
digunakan, Penurunan sektor pertnain karena beberpa faktor yang memang
menjadi kendala dalam peningkatan pada sektor pertanian diantarannya, pengalih
fungsi lahan pertanian yang merupakan hal yang penting dalam meningkatkan
produktifitas, selain itu yang diberikan oleh lembaga terkait dalam sektor
pertanian yang melatih para petani dalam mengelolah luas lahan dan
mengalokasikan waktu, serta cara-cara bertani yang benar untuk penggunan lahan
yang efisien dengan hasil panen yang tepat dan baik.

Tahun Sawah Pertanian Bukan Total luas lahan


bukan sawah pertanian
2016 230.174,8 2.900.900,0 1.094.108,1 4.225.183,9
2017 230.098,6 2.957.965,2 1.037.160,1 4.225.223,9
2018 230.098,6
2019 27.522,3 2.984.995,5 992.089,1 4.204.604,9
2020 218.440,8 2.974.181,1 1.032.573,4 4.225.195,3
Sumber: Dinas Pertanian Pangan Hortikultural dan Perkebunan Sumatera Barat.
Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa luas lahan untuk sawah di Sumatera
Barat adalah yang terkecil dari tahun ke tahun dibanding dengan luas lahan untuk
pertanian yang bukan sawah dan luas lahan yang bukan pertanian. Hal itu terjadi
karena banyaknya peralihan fungsi yang dilakukan pada lahan sawah.
Selain dari luas lahan pertanian pangan dan hortikurtura, ada juga luas
lahan perkebunan yang berperan dalam mengisi sebagian lahan yang ada di
provinsi Sumatera Barat. Berikut tabel luas lahan, produksi, produktivitas serta
tenaga kerja dari tanaman perkebunan.
Tabel 1. 2. Luas Lahan, Produksi, Produktivitas dan Tenaga Kerja Tanaman
Perkebunan Sumatera Barat (Ha) 2017-202
Tahun Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kg/Ha)
2016 782.881 906.889 21.405
2017 746.922 845.510 20.024
2018 752.853 1.073.536 25.839
2019 791.045 952.380 23.791
2020 715.679 981.540 22.169

Sumber: Dinas Pertanian Pangan, Hortikurtura dan Perkebunan Sumatera Barat.

Selain dari luas lahan, tenaga kerja juga berperan dalam mendorong
keunggulan sektor pertanian.Tenaga kerja pada provinsi Sumatera Barat yang
bekerja di sektor pertanian dan sektor perdagangangan memiliki persentase yang
lebih tinggi yaitu sebesar 35% dan 26% dibandingkan dengan sektor jasa maupun
pada sektor lain-lainnya yaitu sebesar 16% persen dan 14%. Sedangkan sektor
industri memiliki tenaga kerja paling rendah yaitu 9% yang berpotensi untuk
menghasilkan barang dan jasa, karena pada hakikatnya tenaga kerja merupakan
penyumbang terbesar terhadap pembangunan di sektor ketenagakerjaan itu sendiri
yang dapat dilihat pada gambar 1.2

1.2.Rumusan Masalah
Peluang otonomi daerah harus direspon secara bijak dan terarah oleh
pemerintah daerah, terutama dalam pemanfaatan potensi sumber daya alam secara
optimal untuk kesejahteraan masyarakat. Sebagian besar penduduk Kabupaten
Kepulauan Mentawai memiliki mata pencaharian yang berasal dari sektor
pertanian.Pertumbuhan sektor pertanian suatu daerah pada dasarnya dipengaruhi
oleh keunggulan kompetitif suatu daerah, spesialisasi wilayah serta potensi
pertanian yang dimiliki oleh daerah tersebut. Adanya potensi pertanian disuatu
daerah tidaklah mempunyai arti bagi pertumbuhan pertanian daerah tersebut bila
tidak ada upaya memanfaatkan dan mengembangkan potensi pertanian secara
optimal,Otonomi Daerah dianggap sebagai suatu solusi yang efektif dalam
mengatasi permasalahan pemerataan pembangunan. Setelah Otonomi Daerah
maka kebijakan penyusunan perencanaan pembangunan Kabupaten kepulauan
mentawai yang diharapkan lebih terarah dan tepat sasaran guna terciptanya
pembangunan yang berkelanjutan, serta merangsang perkembangan kegiatan
ekonomidiKabupatenKepulauan Mentawai.Penelitianinidilakukan untuk
menganalisis dan mengidentifikasi sektor-sektor yang potensial dan perubahan
struktur perekonomian di Kabupaten Kepulauan Mentawai.Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data PDRB Kabupaten Kepulauan Mentawai dan
Provinsi Sumatera Barat menurut lapangan usaha yang terdiri dari 17 sektor pada
tahun 2012-2016. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam perencanaan
pembangunan ekonomi Kabupaten Kepulauan Mentawai. Alat analisis yang
digunakan pada penelitian ini adalah Location Quotient, Shift Share, Growth
Ratio Model (GRM )dan Overlay.Hasil menunjukkan bahwa sektor unggulan di
Kabupaten Kepulauan Mentawai Pasca Otonomi Daerah adalah sektor pertanian
dan sektor Transportasi,ergudangan menjadi sektor unggulan setelah otonomi
daerah di Kabupaten Kepulauan Mentawai.Hal ini mengidentifikasi bahwa di
Kabupaten Kepulauan Mentawai terjadi peningkatan dibidang
perekonomian.Pembangunan ekonomi Kabupaten Kepulauan Mentawai akan
dapat ditempuh dengan mengoptimalkan potensi sektor perdagangan,
pertanian,perikanan dan sektor pendidikan serta Sektor Transpormasi dan
pergudangan.Pemerintah seharusnya memberikan perhatian khusus pada sektor-
sektor tersebut, agar sektor basis di Kabupaten Kepulauan Mentawai tetap
bertahan dan maju pesat. Dan sektor lainnya yang berpotensi, Pemerintah juga
diharapkan agar melakukan pemantauan,monitoring dan evaluasi untuk bisa
mengetahui dan mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan dari sektor-sektor
yang ada.Penerapan kebijakan pembangunan daerah yang diambil oleh
pemerintah daerah dan lembaga perintah lingkungan Kabupaten Kepulauan
Mentawai harus lebih mengutamakan kepentingan masyarakat dalam mencapai
pemerataan hasil pembangunan ke arah yang lebih baik, sistematis dan terarah
untuk di masa yang akan datang.Kata kunci: Potensi Ekonomi Daerah, Sektor
Unggulan, Otonomi Daerah, PDRB
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi perkembangan dan struktur pertumbuhan ekonomi sektor
pertanian di Kabupaten Kepulauan Mentawai
2. Menganalisis Komoditas apa yang menjadi basis di sektor pertanian dan
bagaimana daya saing wilayahnya
3. Menganalisis tren sub sektor pertanian dimasa yang akan datang.
1.4.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan informasi tambahan
bagi peneliti selanjutnya yang memiliki topik penelitian berhubungan dan bagi
masyrakat. Penelitian ini juga bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi
seluruh pihak pengambil keputusan dalam menganalisis komoditas unggulan di
Kabupaten Kepulauan Mentawai
1.5.Ruang Lingkup
Membatasi permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka
ruang lingkup penelitian hanya terfokus pada perkembangan dan struktur
perekonomian pertanian, komoditas unggulan, daya saing dan spesialisasi
subsektor pertanian tanaman pangan, hortikurtura dan perkebunan. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan jenis data sekunder yang bersumber dari BPS,
data produksi, dan sumber lainnya, serta dari dinas pertanian Sumatera Barat dan
Kepulauan Mentawai yang berkaitan dengan proses penelitian. Teknik
pengambilan data yang digunakan adalah teknik kajian pustaka dari berbgai
literatur penelitian sebelumnya. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pesisir
Selatan Provinsi Sumatera Barat dengan panel tahun 2016 sampai 2020. Metode
alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat analisis IDE,
Tipology Klassen, alat analisis Location Quotien (LQ, Kuosien Spesialisasi (KS),
Kuosien Lokalisasi (Lo), Shift Share Analysis (SSA) dan alat analisis Dinamic
Loqation Quatient (DLQ).
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari


negara untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada
penduduknya.Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai perubahan kondisi
ekonomi pada suatu daerah atau wilayah, tentu menuju kearah perekonomian yang
lebih baik dari sebelumnya.Hal ini dapat diartikan melalui kesejahteraan
masyarakat yang terus meningkat dalam perkembangannya, sehingga standar
hidup menjadi tinggi atau tidak lagi berada di garis rata-rata dalam memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu kenaikan kapasitas produksi dan
perekonomian juga merupakan proses terjadinya pertumbuhan ekonomi. Oleh
karena itu perlu dilakukannya identifikasi sumber pertumbuhan ekonomi,
terutama dalam hal menggali potensi daerah yang bertujuan mempercepat proses
pertumbuhan ekonomi. Struktur dan faktor penentu pertumbuhan daerah akan
sangat penting bagi pemerintah daerah dalam menentukan laju pertumbuhan
ekonomi daerahnya (Alkaf 2015).

Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian


yang menyebabkan barang dan jasa yang di produksikan dalam masyarakat
bertambah (Sukirno 2010). Menurut Adam Smith, pertumbuhan ekonomi
memiliki dua aspek utama melihat pertumbuhan output terdiri dari tiga unsur
pokok sistem produksi suatu negara yaitu: sumber-sumber alam yang tersedia
(produksi tanah) yang ada (Santika 2014).

Penentuan pertumbuhan ekonomi dapat menggunakan data Produk


Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh
seluruh unit produksi di suatu daerah dalam satu periode tertentu.PDRB dapat
dijadikan sebagai indikator laju pertumbuhan ekonomi sektoral agar dapat
diketahui sektor-sektor mana saja yang menyebabkan perubahan pada
pertumbuhan ekonomi.
2.2 Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi daerah Mentawai merupakan suatu proses yang


terdiridari, pembentukan aturan-aturan baru, pembangunan industri alternatif,
perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada dengan tujuan menghasilkan barang
dan jasa yang lebih baik lagi mengidentifikasi pasar dan pengembangan
perusahaan-perusahaan baru (Arsyad 2016). Tujuannya adalah untuk menciptakan
lapangan pekerjaan baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi
dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut (Subandi
2014).

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah


daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola sumber daya yang dimiliki
dan membentuk suatu pola kemitraan untuk menciptakan lapangan kerja baru
serta merangsang perkembangan kegiatan ekonomi di daerah tersebut (Kuncoro
2014). Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses di mana
pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta
untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan
kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Pembangunan
ekonomi yang efisien membutuhkan secara seimbang perencanaan yang diteliti
mengenai penggunaan sumberdaya yang ada. Melalui perencanaaan pembangunan
ekonomi, suatu daerah dapat dilihat secara keseluruhan sebagai salah suatu unit
ekonomi yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang berinteraksi satu dengan
yang lain.

2.3 Struktur Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Ilmu ekonomi regional atau ilmu ekonomi wilayah adalah suatu cabang dari
ilmu ekonomi yang dalam pembahasannya memasukkan unsur perbedaan potensi
satu wilayah dengan wilayah lain. Ilmi ekonomi wilayah adalah cabang ilmu
yang relatif baru sehingga banyak yang mempertanyakan apakah ilmu ekonomi
wilayah dapat dipandang sebagai salah satu ilmu yang berdiri sendiri, seperti
halnya cabang ilmu ekonomi moneter, ekonomi internasional, ekonomi pertanian,
dan sebagainya.Manfaat ilmu ekonomi wilayah dapat dibagi dua, yaitu manfaat
makro dan manfaat mikro.Manfaat mikro berkaitan dengan bagaimana pemerintah
pusat dapat menggunakannya untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi
keseluruhan wilayah. Manfaat mikro, yaitu bagaimana ilmu ekonomi wilayah
dapat membantu perencanaan wilayah menghemat waktu dan biaya dalam proses
menentukan lokasi suatu kegiatan. Wilayah juga dapat dapat diartikan sebagai
ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait pada
batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau
fungsional (Adisasmita).Analisis ekonomi regional dalam beberapa konsep
wilayah (region) yang lazin digunakan, yaitu, sebagai berikut (Sjafrizal 1985 dan
Budiharsono 2001).

a Wilayah Homogen (HomogeneousRegion) yang didefinisikan atas


kesamaan karakteristik beberapa daerah. Sifat dan ciri-ciri kehomogenan
itu, misalnya dalam hal ekonomi (seperti daerah denngan struktur
produksi dan konsumsi yang homogen, daerah dengan tingkat
pendapatan rendah, dan lain-lain), geografi (seperti wilayah yang
memiliki kesamaan iklim atau topografi), agama, suku dan lainnya yang
dibatasi berdasarkan keseragamannya secara internal.
b Wilayah Nodal (Nodal/PolarizedRegion) adalah wilayah yang secara
funsional mempunyai keterkaitan dan ketergantungan antara pusat (inti)
dan daerah belakangnya (hinterland). Tingkat keterkaitan tersebut
biasanya diukur berdasarkan arus lalu lintas barang, penduduk, modal,
dan transportasi. Batas wilayah nodal ditentukan sejauh mana pengaruh
pusat kegiatan ekonomi bila digantikan oleh pengaruh dari pusat kegiatan
ekonomi lainnya.
c Wilayah Administratif adalah wilayah yang batas-batasnya ditentukan
berdasarkan kepentingan administratif pemerintah atau politik, seperti
provinsi, kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan dan RT/RW. Dalam
melaksanakan kebijaksanaan dan rencana pembangunan wilayah
diperlukan tindakan-tindakan dari berbagai badan pemerintah. Dengan
demikian, lebih praktis apabila pembanguan wilayah didasarkan satuan
wilayah administratif yang telah ada. Wilayah yang batasnya ditentukan
berdasarkan atas satuan administratif pemerintah lebih mudah dianalisis
karena sejak lama pengumpulan data di berbagai bagian wilayah
berdasarkan pada satuan wilayah administrasi tersebut.
d Wilayah Perencanaan (PlanningRegion) adalah wilayah perencanaan
(planningregion atau programmingregion) sebagai wilayah yang
memperlihatkan koherensi atau kesatuan keputusan-keputusan ekonomi.
Wilayah perencanaan dapat dilihat sebagai wilayah yang cukup besar
untuk memungkinkan persoalan-persoalan perencanannya dapat
dipandang sebagai suatu kesatuan.

Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat


secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai
tambah (addedvalue) yang terjadi.Perhitungan pendapatan wilayah pada awalnya
dibuat dalam harga berlaku, namun agar dapat melihat pertambahan dari suatu
kurun waktu ke kurun waktu berikutnya, harus dinyatakan dalam nilai rill, artinya
dinyatakan dalam harga konstan.Pendapatan wilayah menggambarkan balas jasa
bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di daerah tersebut (tanah, modal,
tenaga kerja, dan teknologi), yang berati secara kasar dapat menggambarkan
kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu wilayah selain ditentukan oleh
besranya nilai tambah yang tercipta di wilayah tersebut juga oleh seberapa besar
terjadi transfer payment, yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke luar wilayah
atau mendapat aliran dana dari luar wilayah (Tarigan 2014).
Ekonomi wilayah adalah salah satu ilmu ekonomi yang menjelaskan tentang
unsur perbedaan potensi sumber daya yang dimiliki satu wilayah dengan wilayah
yang lain. Ekonomi wilayah merupakan bagian dari ilmu ekonomi. Ekonomi
wilayah ada karena untuk menyelesaikan masalah khusus terkait pertanyaan
dimana yang biasanya dikesampingkan dalam analisis cabang ilmu ekonomi lain.
Tujuan yang paling utama dari ekonomi wilayah adalah untuk menjelaskan
diwilayah mana sebaiknya suatu kegiatan itu dilakukan dan mengapa harus
dilakukan pada daerah itu.Struktur ekonomi dapat diartikan sebagai komposisi
peranan masing-masing sektor dalam perekonomian baik menurut lapangan usaha
maupun pembagian sektoral ke dalam sektor primer, sekunder dan tersier.Struktur
ekonomi secara sektoral dapat dilihat menurut tiga dimensi pendekatan yaitu
(Setiawan 2016):

a Pendekatan menurut asal atau sumber pendapatan (sourceofincome).


b Pendekatan menurut penggunaan dari pendapatan tersebut
(disposalofincome).
c Pendekatan berdasarkan dua sistem perekonomian yang berjalan
berdampingan di dalam satu kawasan (dualincomesystem).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sumber


pendapatan (sourceofincome) atau yang biasa disebut pendekatan dari sisi
produksi.Pendekatan ini menghitung jumlah nilai tambah (produk) yang
dihasilkan oleh unit-unit produksi atau lapangan usaha.Perekonomian menurut
lapangan usaha atau sektor ekonomi terdiri atas 12 sektor (BPS 2021).Sektor-
sektor ekonomi dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yakni primer,
sekunder, dan tersier.Yang termasuk sektor-sektor primer adalah pertanian dan
pertambangan (termasuk penggalian), sekunder adalah manufaktur, listrik, gas dan
air bersih, serta bangunan; dan sektor-sektor lainnya adalah sektor tersier
(Setiawan 2016).Berkaitan dengan klasifikasi di atas maka yang dimaksud pola
struktur ekonomi adalah pola distribusi dari kegiatan ekonomi sektoral. Ditinjau
dari sisi produksi, maka pola struktur ekonomi dalam jangka panjang terdapat
kecenderungan perubahan kontribusi sektor ekonomi pertanian (primer) perlahan
akan digantikan oleh kontribusi sektor-sektor non primer.
Sejalan dengan hal tersebut, (Setiawan 2016) menyatakan bahwa
pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang, mengikuti pertumbuhan
pendapatan nasional akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur
ekonomi, dari ekonomi tradisional dengan sektor pertanian sebagai sektor utama
ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor non primer khususnya
industri manufaktur yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi.
Adanya keserasian antara pertumbuhan sektor pertanian dengan pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan sektor pertanian mempunyai keterkaitan dengan kebijakan ekonomi
secara keseluruhan.
Salah satu cara untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan maupun
reposisi suatu wilayah adalah dengan cara melakukan kajian dan analisis terhadap
kegiatan perekonomian ataupun sektor unggulan yang ada untuk mengetahui
kemampuan kinerja serta tumbuh kembang dari masing-masing sektor tersebut
dengan mengggunakan alat analisis Indeks Diversitas Entropi yang digunakan
untuk melihat hirarki wilayah, yaitu mengukur tingkat perkembangan suatu
wilayah suatu sektor, subsektor, dan komoditas dibandingkan kemampuan
maksimumnya (Panuju 2012). Adapun menurut Widodo (2006) Tipologi Klassen,
masing-masing sektor ekonomi di daerah dapat diklasifikasikan sebagai sektor
yang prima, berkembang, potensial dan terbelakang.Analisis ini menggunakan
data pertumbuhan dan kontribusi subsektor tertentu terhadap total PDRB suatu
daerah. Dengan menggunakan analisis Tipologi Klassen, suatu sektor dapat
dikelompokkan dalam empat kategri, yaitu:
a Kuadran I sektor prima
b Kuadran II sektor potensial
c Kuadran III sektor berkembang
d Kuadran IV sektor terbelakang

Tujuan dari Analisis Tipologi Klassen yaitu sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi posisi perekonomian suatu daerah dengan


memperhatikan perekonomian daerah yang menjadi acuannya
2. Mengidentifikasi subsektor atau komoditas unggulan suatu daerah.
Berdasarkan tujuan tersebut, penggunaan Analisis Tipologi Klassen akan
mendapatkan manfaat sebagai berikut:

1. Dapat membuat prioritas kebijakan daerah berdasarkan keunggulan sektor,


subsektor atau komoditas daerah yang merupakan hasil Analisis Tipology
Klassen
2. Dapat menilai suatu daerah baik dari segi daerah maupun sektoral, tipologi
klassen dapat digunakan melalui pendekatan yaitu sektoral maupun
daerah. Data yang bisa digunakan dalam analisis ini adalah data Produk
domestik Regional Bruto (PDRB)
2.4 Teori Basis Ekonomi
Teori basis ekonomi digunakan sebagai dasar pemikiran teknik
LocationQuotient (LQ) pada intinya adalah industri basis menghasilkan barang
dan jasa baik untuk pasar di daerah maupun untuk pasar di luar daerah yang
bersangkutan, maka penjual hasil keluar daera itu mendatangkan arus pendapatan
kedalam daerah tersebut.Sektor basis adalah yang menjadi tulang punggung
perekonomian daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif yang cukup
tinggi.Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sektor lainnya yang kurang
potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis (Sjafrizal 2015).Teori
basis ekonomi ini pada intinya membedakan sektor basis dan aktifitas sektor non
basis. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal,
termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan
kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja. Teori basis ekonomi ini
didasarkan pada pemikiran bahwa suatu wilayah harus meningkatkan arus atau
aliran langsung dari luar wilayah agar bisa tumbuh secara efektif, yaitu dengan
cara meningkatkan ekspor.
Sektor basis memiliki peranan sebagai penggerak utama dalam
pertumbuhan suatu daerah. Semakin besar ekspor atau suplai ekonomi dari suatu
daerah ke daerah lain, maka akan semakin maju pertumbuhan daerah tersebut
(Ridwan 2016). Peran sektor basis ini juga akan berpengaruhi pada sektor
nonbasis untuk berkembang menjadi sektor basis berikutnya. Dengan kata lain,
sektor basis ekonomi dapat berfungsi memberikan efek multiplier bagi sektor
nonbasis dalam perekonomian suatu daerah.
Salah satu cara untuk menentukan adanya sektor basis dan non basis adalah
LocationQuentient, tenik ini merupakan teknik yang digunakan dalam membantu
menetukan kapasitas ekspor perekonomian suatu daerah. Dasar pemikiran teknik
LQ adalah teori economicbase yang mengandung pengertian bahwa penjualan
keluar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut, artinya terjadi
arus pendapatan dari luar daerah sehingga menyebabkan kenaikan konsumsi dan
investasi di daerah tersebut dan akan mengalami kenakan pendapatan dan mampu
menciptakan kesempatan kerja baru (Arsyad 2016).
Dalam menentukan basis ekonomi suatu daerah, pendekatan umum yang
digunakan ialah metode LocationQuotient (LQ).Analisis LQ digunakan untuk
mengetahui kontribusi suatu daerah sebagai supplier atau importer atas suatu
aktivitas atau sektor ekonomi di daerah tersebut. Selain LQ, Analisis ShiftShare
juga merupakan salah satu teknik kuantitatif yang bisa digunakan untuk
menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur
ekonomi wilayah administrasi yang lebih tinggi sebagai pembanding referensi
(Prawira 2013). Analisis shift share juga membandingkan perbedaan laju
pertumbuhan berbagai sektor (Industri) di suatu daerah dengan wilayah nasional.
Akan tetapi, metode ini lebih tajam dibandingkan dengan metode LQ yang tidak
memberikan penjelasan atas faktor penyebab perubahan sedangkan metode
ShiftShare memperinci penyebab perubahan atas beberapa variabel.

2.5 Sektor Unggulan dan Komoditas Unggulan

Mengenal lebih mendalam potensi yang dimiliki serta peluang


pengembangannya adalah suatu yang sangat mendasar dalam proses perencanaan
pembangunan. Khususnya untuk perencanaan dalam konteks lokal.Sebab tanpa
pengetahuan tentang hal tersebut, maka perencanaan pembangunan daerah
berjalan tanpa ada prioritas.Implikasinya kemudian adalah pembangunan daerah
berjalan secara stagnan.Oleh karena itu, maka penting sektor mana yang menjadi
prioritas dan berpeluang untuk dikembangkan sebagai basis ekonomi (Haris
2012).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi sektor


prioritas yang berpeluang dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian
suatu daerah adalah dengan cara mengidentifikasi sektor unggulan yang ada pada
daerah tersebut. Sektor unggulan adalah sektor potensial yang memiliki baik
keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif di sektor tersebut.
Sehingga, tidak hanya sektor unggulan tersebut mampu memenuhi kebutuhan
domestik dan selebihnya mampu diekspor ke daerah lain akan tetapi juga sektor
unggulan tersebut mampu untuk bersaing atau memiliki daya saing di pasar.
Implikasinya, sektor unggulan memiliki peranan dan kontribusi besar dalam
perekonomian daerah baik dalam lingkup PDRB (Cahyono dan Wijaya 2014).
Sehingga, ketika sektor unggulan ini tumbuh, sektor ini memungkinkan untuk
mendongkrak pertumbuhan sektor-sektor lain yang ada di daerah tersebut
dikarenakan sektor ini selain mempunyai competitive advantage dan comparative
advantage untuk sektor unggulan sendiri, sektor ini juga memiliki efek forward
linkage dan backward linkage untuk sektor lain di daerah tersebut. Adapun untuk
mengetahui keunggulan setiap komoditas sektor pertanian menggunakan analisis
sebagai berikut:

a Kuosien Spesialisasi (KS), digunakan untuk mengetahui spesialisasi terhadap


suatu kegiatan pertanian di suatu wilayah kecamatan dan spesialisasi terhadap
komoditas pertanian tertentu di tingkat kabupaten. Nilai KS diperoleh dengan
rumus sebagai berikut (Djojodipuro 1992):

KSᵢ = ( wwᵢₜ )−( WWᵢₜ )│KS =


Dimana: KS = Kuosien Spesialisasi terhadap komoditas i

Wi = Nilai produksi komoditas tingkat kecamatan

Wt = Nilai produksi total komoditas tingkat kecamatan

Wi = Nilai produksi komoditas tingkat kabupaten

Wt = Nilai produksi total komoditas tingkat kabupaten

Apabilai nilai KS kecamatan mendekati satu atau KS>1 maka ditingkat


kecamatan terdapat spesialisasi terhadap kegiatan pertanian, sedangkan bila KS 0
maka ditingkat kecamatan tidak terdapat spesialisasi terhadap kegiatan
pertanian.KS tiap kecamatan diperoleh dengan menjumlahkan Ksi positif dari
seluruh komoditas pertanian di suatu kecamatan tertentu.Apabila nilai KS
komoditas mendekati satu atau KS>1 maka di tingkat kabupaten terdapat
spesialisasi terhadap komoditas pertanian, begitupun sebaliknya jika KS 0 maka
ditingkat kabupaten tidak terdapat spesialisasi terhadap kegiatan pertanian.KS tiap
komoditas pertanian diperoleh dengan menjumlahkan Ksi positif dari suatu
komoditas pertanian tertentu di seluruh kecamatan.
b Kuosien Lokalisasi (Lo), digunakan untuk mengetahui tingkat
penyebaran kegiatan pertanian di suatu wilayah kecamatan dan tingkat
penyebaran komoditas pertanian tertentu ditingkat kabupaten. Untuk
menghitung nilai Kuosien Lokalisasi digunakan persaman berikut
(Djojodipuro 1992):

( )( )
n
wᵢ wₜ
Loᵢ = − │Lo = ∑ Loᵢ ₚ
Wᵢ Wₜ p=1

Dimana: Lo = Kuosien Lokalisasi terhadap komoditas i

Wi = Nilai produksi komoditas tingkat kecamatan

Wt = Nilai produksi total komoditas tingkat kecamatan

Wi = Nilai produksi komoditas tingkat kabupaten

Wt = Nilai produksi total komoditas tingkat kabupaten

Jika nilai Lo kecamatan mendekati satu atau Lo>1 maka ditingkat


kecamatan terjadi pemusatan terhadap kegiatan pertanian, sedangkan bila
Lo 0 maka di tingkat kecamatan tidak terjadi pemusatan terhadap kegiatan
pertanian. Lo tiap kecamatan diperoleh dengan menjumlahkan Loi positif
dari seluruh komoditas pertanian di suatu kecamatan tertentu. Apabila nilai
KS komoditas mendekati satu atau Lo>1 maka di tingkat kabupaten terjadi
pemusatan terhadap komoditas pertanian, begitupun sebaliknya jika Lo 0
maka ditingkat kabupaten tidak terjadi pemusatan terhadap kegiatan
pertanian. Lo tiap komoditas pertanian diperoleh dengan menjumlahkan Loi
positif dari suatu komoditas pertanian tertentu di seluruh kecamatan.

Adapun ciri-ciri sektor yang memiliki keunggulan adalah sebagai berikut


(Soebagiyo dan Hascaryo 2015):

a Sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi.


b Sektor tersebut memiliki angka penyebaran yang relatif besar.
c Sektor tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik
keterkaitan depan ataupun kebelakang.
d Sektor tersebut mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi.
2.6 Potensi Wilayah Berbasis Subsektor Pertanian Dimasa Mendatang

Bertambahnya produksi sektor basis dalam suatu wilayah akan menambah


arus pendapatan wilayah yang bersangkutan baik saat itu maupun dimasa
mendatang, itu karena meningkatnya permintaan terhadap barang dan jasa
peningkatan volume aktivitas ekonomi di wilayah tersebut. Seiring terdapatnya
potensi suatu wilayah dalam percepatan pertumbuhan ekonomi, ada beberapa
hambatan yang dapat memperlambat perkembangan dari percepatan tersebut,
seperti adanya kesenjangan pembangunan antar wilayah, terdapatnya daerah yang
masih tertinggal dibanding daerah lainnya, dan kurang optimalnya pemanfaatan
keunggulan komparatif dan kompetitif produk unggulan daerah. Pengembangan
sumberdaya wilayah yang berupa pertanian menjadi salah satu alternatif yang
dijadikan sebagai potensi untuk dikembangkan.Dengan adanya pengembangan
sumberdaya wilayah pertanian diharapkan dapat mengurangi kesenjangan
pembangunan wilayah.

Kunci utama untuk mencapai kinerja pembangunan daerah yang bagus dan
berkelanjutan di daerah otonomi dan globalisasi ekonomi adalah daya
saing.Tingkat daya saing merupakan salah satu parameter dalam pembangunan
daerah Kabupaten/Kota berkelanjutan (Wahyudi 2017).Sektor yang mempunyai
peranan penting dalam perekonomian nasional adalah sektor pertanian.Hal ini
ditunjukkan dengan banyaknya penduduk yang hidup dan bekerja sebagai petani,
atau produk nasional yang berasal dari sektor pertanian (Cantika 2012).

Menentukan prioritas ekonomi sektor pertanian pada suatu wilayah di masa


mendatang dapat dianalisis dengan menggunakan alat analisis Dynamic Location
Quotient (DLQ).Metode ini mengakomodasi laju pertumbuhan ekonomi suatu
sektor amatan maupun perekonomian secara keseluruhan selama periode
tertentu.Hasil analisis DLQ menunjukkan potensi suatu sektor untuk menjadi
basis ekonomi di masa mendatang. Dengan mengombinasikan antara LQ dan
DLQ, pengambil kebijakan dapat menilai peran suatu sektor ekonomi dalam
perekonomian termasuk propspek sektor tersebut ke depan
Perbedaannya hanya terletak pada mengintroduksikan laju pertumbuhan
masing-masing sektor dengan asumsi bahwa setiap nilai tambah sektoral maupun
PDRB mempunyai rata-rata laju pertumbuhan pertahun sendiri-sendiri selama
kurun waktu tertentu. Analisis ini penting digunakan untuk mengetahui apakah di
masa yang akan datang komoditas tertentu dapat bertahan sebagai komoditas
unggulan atau tidak ataupun sebaliknya apakah komoditas yang sebelumnya
bukan unggulan dapat mengalami reposisi/berpotensi menjadi komoditas
unggulan di masa yang akan datang.

2.7 Penelitian terdahulu

No Judul Tujuan Alat Analis Hasil


Analisis
1. Analisisik Untukmenget Komoditasunggulan (basis)
Location
omoditasu ahuikomodita padasubsektortanamanpangan d
Quation
nggulanse sunggulansek wilayahsumateraadalahkomoditaspadi .K
(LQ)
ktorpertani torpertanianw omoditassubsektorperkebunan yang
an di ilayahsumate unggul (basis) di
wilayahsu rapadasubsek wilayahsumaterameliutikaret (1,3440),
matera tortanamanpa kelapa (4,5017), kopi (1,7280)
ngan dantembakau (1,7506). Di
sumaterasubsektorperkebunanungguluntu
k di kembangkanpadawilayahprovinsi
Aceh, Sumatera barat,Sumateraselatan ,
lampungdankepulauanriau .

2. Perananko Untukmenga Analisis Komoditasunggulantanamanpangan di


moditasun nalisiskomod Location propinsisumaterabaratadalahjagung,
ggulantana itastanamanp Quotient padisawahdanumbijalar ..wilayahpengem
manpanga angandanko (LQ) bangansetiapkomoditasunggulanbervarias
nterhadap moditasungg dananalisis i ,komoditiunggulanpadisawahmemilikiw
pembangu ulan di Surplus ilayahpengembanganterbanyak di
nanekono setiapwilayah Produksi propinsisumaterabarat ,
miwilayah provinsisuma (SP) sementarajagungmemilikijumlahwilayah
provinsisu terabaratserta pengembanganlebihsedikit . sebaliknya ,
materabar menganalisis komoditiunggulanjagungmemilikinilai
at peranandarise surplus produksiterbesar di
tiapkomodita bandingkandengankomoditiunggulanpadi
sunggulanters sawahdanumbijalar,
ebutterhadap sehinggamempunyaipeluanguntuk di
pembanguna eksporkewilayahlainnyauntukmeningkatk
nekonomiwil anpendapatanwilayah Sumatera Barat
ayahprovinsis
umaterabarat

No. Judul Tujuan Analisis Hasil

1. Pemetaank Mengetahui/ AnalisisLoc Dari 19 kabupaten/kota di Sumatera


omoditiun kota yang ation Barat terdapat 11 kabupaten yang basis
ggulansekt basis Quetion terhadapsektorpertanianyagkemudiandap
orpertania terhadapsekto (LQ) dan at di ketahuikomoditiunggulanmasing –
n di rpertaniansert Shift –Share masingKabupatenyaitukabupatekepulaua
provinsisu amengetahui Analisi nmentawai ,pesisirselatan ,solok,
materabar komoditiung (SSA) sijunjung, tanahdatar, agam, lima
at gulanmasing- puluhkota, pasaman, solokselatan,
masingkabup pasamanbaratdandarmasraya
aten
/kotaprovinsi
Sumatera
Barat
1)
2. Arahanpen Analisis Hasilpenelitianmenunjukkanbahwakomo
menganalisik
gembanga Location ditijagung ,kacangtanahdanumbijalarseba
omoditiungg
nkomodita Quetion gaikomoditasunggulantanamanpangan di
ulantanaman
sunggulan (LQ) wilayahperkotaan Sumatera Barat .
pangan di
di digunakanu Terdapatempat Wilayah
wilayahperko
wilayahpe ntuktujuan I pengembangankomoditasunggulantanam
taan di
rkotaanpro danAnalisis an di provinsi Sumatera Barat yang
provinsi
vinsi Skalogram memilikijumlahsaranadanfasilitas yang
Sumatera
Sumatera di cukupyaitu: kotapadang, padangpanjang,
Barat
Barat gunakanunt bukittinggi,danpayakumbuh
2) uktujuan II
mengidentifi
kasiwilayahp
engembangan
komoditasun
ggulantanam
anpanganmel
aluiketersedia
ansaranadanp
rasaranawilay
ah di
wilayahsentra
produksikom
oditiunggulan
.

Alat
No Judul Tujuan Hasil
Analisis
Kajianpen Mengkajipen Hasilpenelitianmenetapkan lima
3. Anlisis
gembanga gembannganl komoditasunggulantanamanpangandanla
Location
nlahanpert ahanpertania hanpotensial yang
Quotient
aniantana ntanamanpan sesuaiuntukpengembangannyaseluas
manpanga ganberbasisk 5.871 ha dari 7.234 ha yang
(LQ) dan
nberbasisi omoditasung tersediadanterdiriatasrencanapenggunaanl
Shift Share
komoditas gulan di ahanuntukpadi (3.529 ha), ketelapohon
Analisis
unggula di kabupatenpin (1.398 ha), jagung (657 ha), kedelai (187
kabupaten rang , ha) danketelarambut (100 ha) .
pinrang , Sulawesi rencanapengembanganlahanpertanianunt
Sulawsi Selatan ukkomoditasunggulantersebut di
Selatan kategorikanatasprioritaspertamadankedua
masing – masingseluas 147 ha dan 5.724
ha.

Menganalisis
4. Analisispe AnalisisLoc Hasilanalisimenemukanbahwasektorperta
pembanguna
mbanguna ation nianmenjadisektor yang
nwilayahberb
nwilayahb Quotient berkembangdengankomoditiikannnilame
asiskomoditi
erbasisko (LQ) ,Anali njadisalahsatukomoditiunggulannya .Ber
unggulankab
moditiung sis shift- bagai program kebijaknpemerintah di
upatenpasam
gulankabu share ,Indek perlikanuntukmendukungperkembangank
an , Sumatera
patenpasa sSpesisalisa omoditiini agar dapatbersaing di
Barat
man , si (IS) pasarinternasionalsehinggamemberikank
Sumatera danmotodea ontribusiterhadaperekonomianKabupaten
Barat nalisis Pasaman .
SWOT

2.8 Kerangka Pemikiran


.
M
K
,j-w
g
ly
m
B
R
D
P
d
h
a
p
e
s
u
trib
n
o
k
3.1. Tempat dan Waktu
III METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan lakukan di wilayah Kabupaten kepulauan mentawai
Provinsi Sumatera Barat dengan metode pemilihan lokasi dilakukan secara
sengaja dan dengan pertimbangan daerah ini memiliki potensi untuk memberikan
kontribusi sektor pertanian yang besar dalam peningkatan perekonomian daerah.
Kabupaten kepulauan mentawai merupakan wilayah dengan sektor pertanian yang
dapat menopang pembangunan wilayah.
Data yang di amati pada pemelitian ini di ambil dari data dengan rentang 5
tahun terakhir tahun 2016-2020.
3.2. Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengambilan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data sekunder
dengan data panel yang merupakan salah satu data kombinasi antara data cross
section atau data di satu waktu tertentu yang disandingkan dengan data time series
atau data runtun waktu (2016 sampai 2020), yang diperolah dari lembaga-lembaga
dan instansi yang terkait dengan penelitian ini. Sumber data yaitu Badan Pusat
Statistik (BPS) data produksi, dan lainnya yang berkaitan dengan penelitian serta
data dari Dinas Pertanian Sumatera Barat dan Kabupaten Kabupaten Kepulauan
Mentawai
Teknik pengambilan data pada penelitian ini menggunakan teknik kajian pustaka
dari berbagai literatur dan hasil penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan
penelitian yang akan dilakukan.
3.3. Analisis Data
3.3.1. Perkembangan dan Struktur Pertumbuhan Ekonmi kabupaten
kepulauan mentawai Untuk menentukan struktur pertumbuhan ekonomi
wilayah kepulauan mentawai, maka memelukan alat analisis untuk
pembuktiannya, dan di penelitian ini menggunakan alat analisis Indeks
Diversitas Entropi (IDE) dan analisis Tipologi Klassen.
Analisis Indeks Diversitas Entropi (IDE) bisa melihat struktur ekonomi
suatu wilayah sektor-sektor yang dominan pada wilayah tersebut. Formula
umum Entropi (panuju 2012)

𝑠=−Σ 𝑡𝑡=1 Σ 𝑡𝑡=1𝑃𝑖 𝐼𝑛𝑃𝑖 𝐼𝐷𝐸=𝑆𝑆𝑚𝑎𝑥…………(3.1)


Keterangan :
S = Nilai entropi diversitas struktur ekonomi komoditas Pesisir Selatan
Pi = Rasio Produksi terhadap sektor ekonomi I terhadap PDRB Pesisir Selatan
i = Komoditas ke-i
j = Sektor ekonomi ke komoditas
n = jumlah komoditas
S 𝑚𝑎𝑥 diperoleh dengan formula S 𝑚𝑎𝑥= 1n n (dimana n adalah jumlah
seluruh sektor). Nilai IDE berkisar antara 0-1. Jika nilai IDE=1, berarti
diversifikasi seluruh sektor merata atau berkembang, demikin pula sebaliknya.
Dengan menggunakan analisis Tipologi Klassen, suatu sektor dapat
dikelompokkan ke dalam 4 kategori, yaitu: sektor prima, sektor potensial, sektor
berkembang, dan sector terbelakang. Penentuan kategori suatu sektor ke dalam
empat kategori di atas didasarkan pada laju pertumbuhan kontribusi sektoral dan
rerata besar kontribusi sektoralnya terhadap PDRB, dapat ditunjukkan pada matrik
berikut :
Tabel 3. 1. Matrik Tipologi Klassen
Retara Kontribusi Komoditas
Terhadap subsektor

Y sektor ≥ Y PDRB Y sektor < Y PDRB


Laju
Pertumbuhan komoditas

r pertumbuhan komoditas ≥ r Komoditas Prima Komoditas Berkembang


subsektor

r pertumbuhan komoditas < r Komoditas Potensial Komoditas Terbelakang


subsektor

Sumber: Widodo, 2006

Y sektor = nilai kontribusi komoditas ke i


Y PDRB = rata-rata subsektor
r sektor = laju pertumbuhan komoditas ke i
r PDRB = laju pertumbuhan subsektor
Tipologi Klassen juga merupakan salah satu alat analisis ekonomi
regional, yaitu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui gambaran tentang
pola dan struktur pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Dengan menggunakan analisis Tipologi Klassen, suatu sektor dapat
dikelompokkan ke dalam 4 kategori, yaitu: sektor prima, sektor potensial, sektor
berkembang, dan sector terbelakang. Penentuan kategori suatu sektor ke dalam
empat kategori di atas didasarkan pada laju pertumbuhan kontribusi sektoral dan
rerata besar kontribusi sektoralnya terhadap PDRB, dapat ditunjukkan pada matrik
berikut :

Tabel 3. 2. Matriks Strategi Pengembangan Sektor Perekonomian


Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
(1-5tahun) (5-10tahun) (10-25tahun)

- Sektor prima - Sektor berkembang menjadi - Sektor berkembang menjadi


sektor prima sektor prima

- Sektor terbelakang menjadi


sektor berkembang

3.3.2. Komoditas Unggulan dan Daya Saing Wilayah


Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini dalam menentuksn
komoditas unggulan dan daya saing di Kabupaten kepulauan mentawai
adalah dengan 4 alat analisis, yaitu: Analisis Location Quotient (LQ),
Analisis Shift Share (SSA), Analisis Lo, dan Analisis Kuosien Spesialisasi
(KS).
Analisis Location Quotient (LQ) adalah alat analisis yang di gunakan
untuk mengidentifikasi komoditi basis serta suatu perbandingan besarnya
peran komoditas tersebut di suatu daerah dan secara nasional.
LQ dapat di formulasikan sebagai berikut :

pi/ pt
LQ= .......... (3.2)
Pi/ Pt
Keterangan :
pi = produksi komodias “i” pada tingkat Kecamatan
pt = produksi total kelompok komoditas pada tingkat
Kecamatan
Pi = produksi komodias “i” pada tingkat Kabupaten
Pt = produksi total kelompok komoditas pada tingkat Kabupaten
Dari perhitungan Location Quotient (LQ) suatu sektor, kriteria
umum yang dihasilkan adalah :
- Jika LQ > 1, disebut sektor basis, yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya
lebih tinggi dari pada tingkat wilayah acuan.
- Jika LQ < 1, disebut sektor non-basis, yaitu sektor yang tingkat
spesialisasinya lebih rendah dari pada tingkat wilayah acuan.
- Jika LQ = 1, maka tingkat spesialisasi daerah sama dengan tingkat wilayah
acuan.

Penggunan Analisis Kuosien Lokalisasi (Lo) untuk mengetahui


tingkat penyebaran kegiatan pertanian di wilayah kecamatan dan tingkat
penyebaran komoditi tertentu di Kabupaten kepulauan mentawai.

Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai Lo :

( )( )
n
wi wt
Loi= − Lo=∑ Loip......... (3.3)
Wi Wt p=1

Keterangan :
Loi = kuosien lokalisasi terhadap komoditi i
wi = nilai produksi komoditi pangan i pada tingkat kecamatan
di Pesisir Selatan
wt = nilai produksi total komoditi pangan i pada tingkat
Kecamatan di Pesisir Selatan
Wi = nilai produksi komoditi pangan i pada wilayah Kabupaten
Pesisir Selatan
Wt = nilai produksi total komoditi pangan i pada wilayah
Kabupaten kepulauan mentawai
Lo = kousien spesialisasi
Loip = KSi positif.

Jika nilai Lo mendekati satu atau Lo ≥ 1 maka di tingkat kabupaten


terjadi pemutusan terhadap kegiatan komoditi. Dan jika Lo mendekati 0 atau
Lo = 0 maka tidak terjadi pemutusan terhadap kegiatan komoditi.

Analisis Kuosien Spesialisasi (KS) di gunakan untuk mengetahui


spesialisasi terhadap suatu kegiatan pertanian disuatu wilayah Kecamatan dan
spesialisasi terhadap komoditi tertentu di tingkat Kabupaten Pesisir Selatan.
Rumus untuk menentukan nilai KS adalah sebagai berikut :

( )( )
n
wi Wi
KS = − KS=∑ KSip......... (3.4)
wt Wt p=1

Keterangan :
wi = nilai produksi komoditi pangan i pada tingkat Kecamatan
di Pesisir Selatan,
wt = nilai produksi total komoditi pangan pada tingkat
Kecamatan di Pesisir Selatan,
Wi = nilai produksi komoditi pangan i pada wilayah Kabupaten
Pesisir Selatan,
Wt = nilai produksi total komoditi pangan pada wilayah
Kabupaten Pesisir Selatan,
KS = kousien spesialisasi
KSip = KSi positif
Jika nilai KS mendekati satu atau KS ≥ 1 maka terdapat spesialisasi
terhadap kegiatan komoditi. Dan jika KS mendekati 0 atau KS = 0 maka tidak
terdapat spesialisasi terhadap kegiatan komoditi.

Analisis Shift Share atau SSA merupakan alat analisis yang dapat
memberikan gambaran mengenai struktur ekonomi yang sedang terjadi atau
daya saing suatu wilayah pada Pesisir Selatan.
Rumus yang dapat diformulasikn pada alat analisis SSA adalah
sebagai berikut :
Dij=Nij+ Mij+ Cij........ (3.5)
Keterangan:
Dij: Perubahan suatu variabel regional sektor i di wilayah
kabupaten dalam kurun waktu tertentu
Nij: komponen pertumbuhan nasional sektor i di wilayah kabupaten
Mij: bauran sektor i di wilayah kabupaten
Cij: keunggulan kompetitif sektor i di wilayah kabupaten

Dij = E*ij – Eij


Keterangan:
E*ij = kesempatan kerja sektor i diwilayah j pada tahun akhir
analisis
Eij = kesempatan kerja sektor i diwilayah j pada tahun dasar.
Komponen pertumbuhan nasional suatu sektor di suatu wilayah
menunjukkan bahwa kesempatan kerja tumbuh sesuai dengan laju
pertumbuhan nasional.
Nij = Eij.rn
Keterangan:
rn: laju pertumbuhan nasional serta analisis input – output untuk
melihat keterkaitan antar sektor
1.1.1. Tren Sektor Ekonomi di Masa Mendatang
Melihat tren pada sektor perekonoman dimasa mendatang di Kabupaten
kepulauan mentawai diperlukan data jelas yang bisa di dapatkan/dibuktikan
dengan melakukan pengolahan data dari alat Analisis Dinamic Loqation
Quatient (DLQ). DLQ merupakan analisis LQ yang dilakukan dalam bentuk
time series/trend. DLQ juga merupakan modifikasi dari SLD dengan
mengakomodasi besarnya PDRB (nilai produksi sub sektor) dari waktu ke
waktu.
DLQ dihitung dengan menggunakan rumus :

DLQ= [ (1+ gik)/(1+ gk )


(1+Gtp)/(1+Gp) ❑ ]
......... (3.6)

Keterangan :
g ik = rata ± rata pertumbuhan nilai komoditas i (komoditas yang
disoroti) daerah studi k (kabupaten)
gk = rata-rata pertumbuhan nilai total subsektor terpilih di daerah k
(kecamatan)
G ip = rata ± rata pertumbuhan nilai komoditas i (komoditas yang
disoroti) daerah referensi p (Kabupaten Pesisir Selatan)
Gp = rata-rata pertumbuhan nilai total subsektor terpilih pengolahan
daerah kabupaten
T = Selisih tahun akhir dan tahun awal
Tahap selanjutnya diperoleh nilai-nilai DLQ yang menjelaskan adanya
sumbangan sektor yang mempunyai nilai DLQ > 1 dengan arti kondisi
tersebut menunjukkan sektor ekonomi yang strategis dan memiliki potensi
pengembangan yang cepat dibanding sektor yang lain.

1.1.2 Definisi Operasional


Definisi operasional memiliki tujuan menjelaskan satu persatu dari setiap
variabel penelitian yang ada guna mempermudah dalam menjelaskan setiap
variabel yang di teliti dengan penjelasan setiap definisi serta mengurangi potensi
adanya kesalahpahaman pada saat melakukan penafsiran.
1. Sektor pertanian merupakan nilai komoditas-komoditas pertanian dari
subsektor tanaman pangan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan,
subsektor perikanan serta subsektor kehutanan yang diakumulasi ke
dalam data atau total output sektor pertanian.
2. Struktur ekonomi dapat diartikan sebagai komposisi peranan masing-
masing sektor dalam perekonomian baik menurut lapangan usaha
maupun pembagian sektoral ke dalam sektor primer, sekunder dan
tersier.
3. Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan
masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu
kenaikkan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi.
4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu atas harga konstan dan
atas dasar harga berlaku yang berdasarkan dalam perhitungan Badan
Pusat statistik (BPS) kabupaten yang tersaji dalam bentuk persen dan
periode tahunan secara berkelanjutan.
5. Komoditas unggulan dapat diartikan sebagai komoditas yang mempunyai
nilai lebih atau unggul, sehingga menjadi produk unggulan bagi suatu
daerah yang dalam perhitungannya bernilai lebih dari 1.
6. Konsep daya saing wilayah dapat dikatakan sebagai kemampuansektor
bisnis pada suatu daerah dalam menghasilkan yang tinggi serta tingkat
kekayaan yang lebih merata untuk penduduknya.
7. Tren sektor ekonomi dimasa mendatang merupakan peramalan keadaan
perekonomian di masa menddatang dengan menganalisis data dalam
runtun waktu time series).
8. Laju PDRB adalah Menunjukkan pertumbuhan produksi barang dan jasa
di suatu wilayah perekonomian dalam selang waktu tertentu.
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan pertumbuhan produksi barang dan
jasa di suatu wilayah perekonomian dalam selang waktu tertentu.
9. Indeks Diversitas Entropi (IDE) adalah alat analisis yang digunakan
untuk menentukan pertumbuhan perekonomian suatu wilayah serta
melihat sektor-sektor yang dominan pada wilayah tersebut.
10. Tipologi Klassen adalah alat analisis yang digunakan untuk mengetahui
gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan sektoral daerah.
11. Alat analisisLocation Quation(LQ) adalah suatu perbandingan tentang
besarnya suatu komoditi pertanian di suatu daerah terhadap besarnya
peran komoditi tersebut bagi perekonomian.
12. Penggunan Analisis Kuosien Lokalisasi (Lo) untuk mengetahui tingkat
penyebaran kegiatan pertanian di wilayah kecamatan dan tingkat
penyebaran komoditi
13. Analisis Kuosien Spesialisasi (KS) di gunakan untuk mengetahui
spesialisasi terhadap suatu kegiatan pertanian disuatu wilayah Kecamatan
dan spesialisasi terhadap komoditi tertentu
14. Analisis Shift Share atau SSA merupakan alat analisis yang dapat
memberikan gambaran mengenai struktur ekonomi yang sedang terjadi
atau daya saing suatu wilayah
15. DLQ merupakan analisis LQ yang dilakukan dalam bentuk time
series/trend. DLQ juga merupakan modifikasi dari SLD dengan
mengakomodasi besarnya PDRB (nilai produksi sub sektor) dari waktu
ke waktu.

3.5. Matriks Penelitian

Tabel 3.3 . Matriks Penelitian


No. Tujuan Alat Analisis Data Sumber Data

1. Perkembangan dan - Analisis Indeks - PDRB kabupaten BPS kabupaten


Struktur Pertumbuhan Diversitas Entropi kepulauan
Ekonomi Wilayah (IDE) - Kontribusi PDRB mentawai .
kepulauan mentawai
- Analisis Tipologi - Laju pertumbuhan
Klassen PDRB

2. Komoditas Unggulan - Analisis Location - Produksi komoditas BPS kabupaten


dan Daya Saing Quotient (LQ) unggulan kepulauan
Wilayah mentawai
- Analisis Shift Share - PDRB kabupaten
Dinas Pertanian
- Analisis Kuosien - Laju pertumbuhan
Lokalisasi (Lo) PDRB Pangan,
Hortikurtura dan
- Analisis Kuosien Perkebunnan
Spesialisasi (KS) Provinsi
Sumatera Barat
No. Tujuan Alat Analisis Data Sumber Data

3. Trend Sektor Analisis Dinamic Laju pertumbuhan PDRB PDRB


kommoditi di Masa Loqation Quatient kabupaten
Mendatang (DLQ) Pesisir Selatan.

DAFTAR PUSTAKA

Absyari, N. H. (2020). Analisis penentuan komoditas unggulan sektor pertanian


dalam meningkatkan daya saing ekonomi Kabupaten Bondowoso tahun
2014-2017 (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).
Akhmadi, E., & Antara, M. (2019). Komoditas Unggulan Subsektor Tanaman
Pangan Berbasis Potensi Wilayah Keruangan Di Provinsi Bali. Jurnal
Manajemen Agribisnis (Journal Of Agribusiness Management), 7(1), 76-
89.
Asrol, A., & Heriyanto, H. (2017). Daya saing ekspor pala indonesia di pasar
internasional. Dinamika pertanian, 33(2), 179-188.
Barus, B., Panuju, D. R., Iman, L. S., Trisasongko, B. H., Gandasasmita, K., &
Kusumo, R. (2012). Pemetaan Potensi Konversi Lahan Sawah dalam
Kaitan Lahan Pertanian Berkelanjutan dengan Analisis
Spasial. Bandung: Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB,
Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah IPB.
Burrahmad, M., Marsudi, E., & Hakim, L. (2021). Analysis of Leading
Commodities in The Agriculture Sector in Gayo Lues District, Aceh
Province. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 17(1), 19-26.
Cahyono, S. A., & Wijaya, W. W. (2014). Identifikasi sektor ekonomi unggulan
dan ketimpangan pendapatan antar kabupaten di sub DAS Bengawan
Solo Hulu. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 11(1), 32-
43.
Charles, F., Suyatno, A., & YUSRA, A. H. A. (2018). Penentuan Komoditas
Unggulan Sektor Pertanian di Kabupaten Landak. Jurnal Sains
Mahasiswa Pertanian, 7(2).
Cipta, S. W., Sitorus, S. R., & Lubis, D. P. (2017). Pengembangan komoditas
unggulan di wilayah pengembangan tumpang, Kabupaten Malang. Jurnal
Kawistara, 7(2), 121-133.
Fauzia, U., Adyatma, S., & Arisanty, D. (2019). Analisis Komoditas Unggulan
Pertanian di Kabupaten Banjar. Pendidikan Geografi, 6(2), 1-11.
Istiqamah, N., & Novita, U. D. (2017). Kajian Pengembangan Komoditas
Unggulan Buah-buahan di Kabupaten Sambas. Jurnal Manajemen
Motivasi, 13(2), 936-946.
Khairad, F. (2020). Analisis Wilayah Sentra Produksi Komoditas Unggulan Pada
Sub Sektor Tanaman Pangan Dan Tanaman Hortikultura Di Kabupaten
Agam. Agrifo: Jurnal Agribisnis Universitas Malikussaleh, 5(1), 60-72.
Luvianita, A. A. (2017). Analisis Komoditas Unggulan Pertanian Tanaman
Pangan Berdasarkan Metode Location Quotient (LQ) di Kabupaten
Karanganyar TAHUN 2014-2016 (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Martadona, I., & Leovita, A. (2019). Peranan Komoditas Unggulan Tanaman
Pangan Terhadap Pembangunan Ekonomi Wilayah Propinsi Sumatera
Barat. TATA LOKA JOURNAL, 21, 328-334.
Martadona, I., & Maifianti, K. S. (2019). Analisis daya saing komoditas unggulan
tanaman pangan di propinsi sumatera barat. Jurnal Bisnis Tani, 5(2), 85-
92.
Mulyono, J., & Munibah, K. (2016). Pendekatan location quotient dan shift share
analysis dalam penentuan komoditas unggulan tanaman pangan di
Kabupaten Bantul. Informatika Pertanian, 25(2), 221-230.
Mustofa, N. R., Mudzakir, A. K., & Kurohman, F. (2018). Pengembangan
Berbasis Komoditas Unggulan Perikanan Tangkap di Kabupaten
Pekalongan. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and
Technology, 7(2), 68-77.
Sapriadi, S., & Hasbiullah, H. (2015). Analisis Penentuan Sektor Unggulan
Perekonomian Kabupaten Bulukumba. Jurnal Iqtisaduna, 1(1), 53-71.
Soebagiyo, D., & Hascaryo, A. S. (2015). Analisis sektor unggulan bagi
pertumbuhan ekonomi daerah di jawa tengah.
Syahrial, S., & Herman, W. (2019). Komoditi Pangan (Padi, Jagung Dan Kedelai)
Unggulan Daerah Kota Di Provinsi Sumatera Barat. Tataloka, 21(3),
537-543.
Zuhdi, F., & Suharno, S. (2016). Analisis Daya Saing Ekspor Kopi Indonesia dan
Vietnam di Pasar ASEAN 5. Habitat, 26(3), 152-162.
LAMPIRAN

Lampiran 1
ProdukDomestikRegionalBrutoAtasDasarHargaKonstanMenurutKab
upaten/Kota di Provinsi SumateraBarat, 2016-2020
Tahun
Kabupaten/Kota
2016 2017 2018* 2019 2020
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kabupaten
1. Kep.Mentawai 2 608127,05 2 741550,40 2 875664,08 3 011724,37 2 956007,63
2. PesisirSelatan 8 232592,61 8 678053,24 9 139972,32 9 576666,52 9 470783,59
3. Solok 8 511654,80 8 964874,30 9 430224,93 9 905142,36 9 794236,02
4. Sijunjung 4 829043,58 6 135755,76 6 446992,48 6 757042,94 6 683022,09
5. TanahDatar 8 355 071,58 8 782098,09 9 224518,53 9 684476,43 9 575503,02
6. PadangPariaman 11697039,96 12350186,95 13021887,79 13334921,66 11939475,18
7. Agam 12567018,09 13249246,53 13942516,42 14608895,90 14407138,02
8. LimaPuluhKota 9 611 264,54 10123647,61 10653261,47 11192425,99 11062311,08
9. Pasaman 5 342903,64 5 614284,67 5 893340,23 6 176328,21 6 122756,76
10. SolokSelatan 3 435698,41 3 612641,03 3 793185,19 3 977409,14 3 928031,94
11. Dharmasraya 6 490285,83 6 843182,09 7 204465,92 7 560324,96 7 454968,15
12. PasamanBarat 9 857619,49 10384391,53 10925625,62 11411833,24 11259452,26
Kota
13. Padang 37350197,47 39675728,60 42081536,73 44459301,23 43631433,48
14. Solok 2 440126,88 2 580783,66 2 726707,11 2 876462,68 2 835750,79
15. Sawahlunto 2 380518,78 2 517150,16 2 655619,77 2 796538,21 2 760934,37
16. PadangPanjang 2 186011,57 2 312713,05 2 444773,80 2 580605,65 2 543404,42
17. Bukittinggi 5 168975,87 5 483 398,44 5 812391,14 6 152082,50 6 045093,28
18. Payakumbuh 3 767272,54 3 997854,36 4 238662,76 4 488204,49 4 413625,08
19. Pariaman 3 062313,74 3 234234,59 3 411294,75 3 592023,08 3 544660,44
SumateraBarat 148134243,89 155984364,13 163996189,04 172213791,39 169458114,32
*AngkaSementara
**AngkaSangatSementara
Sumber:BPS SumateraBarat Dalam Angka 2021

35
Lampiran 2.
ProdukDomestikRegionalBrutoAtasDasarHargaKonstanMenurutLap
angan Usaha di Provinsi SumateraBarat, 2016-2020

Tahun
 
Lapangan Usaha
2016 2017 20182019* 2020**

A Pertanian, kehutanan dan perikanan 34 222 561,72 35 394 694,21 36 639 598,72 37 557 644,51 38 004 669,21

B Pertambangan dan penggalian 6 267 606,76 6 338 267,17 6 705 049,43 7 121 860,25 7 028 907,62
C Industri pengolahan 16 174 096,85 16 540 818,12 16 444 840,00 16 118 677,87 16 031 856,17
D Pengadaan listrik dan gas 161 628,93 168 196,62 175 079,95 182 441,03 170 025,43
Pengadaan air, pengolaan sampah,
E 150 771,11 156 736,19 160 240,92 170 012,80 167 838,58
limbah daur ulang
F Konstruksi 13 126 836,91 14 075 895,58 15 061 089,08 16 336 311,64 15 858 627,53

Perdagangan besar dan eceran,


G 22 796 932,47 24 279 269,45 25 976 541,84 27 869 924,72 27 552 851,94
reparasi mobil dan ssepeda motor

H Transportasi dan pergudangan 17 506 914,87 18 762 202,18 19 969 549,69 20 918 710,72 17 551 348,06
Penyediaan akomodasi dan makan
I 1 557 102,43 1 693 494,32 1 832 878,56 1 981 559,38 1 665 504,50
minum
J Informasi dan komunikasi 9 934 334,82 10 802 637,25 11 723 224,81 12 746 455,37 13 990 227,15
K Jasa keuangan dan asuransi 4 524 388,29 10 802 637,25 11 723 224,81 12 746 455,37 13 990 227,15
L Real Estate 2 895 556,33 3 025 615,61 3 166 853,19 3 381 414,79 3 388 828,92
M,N Jasa perusahaan 651 284,00 3 025 615,61 722 425,15 767 245,89 736 705,29

Administrasi pemerintah, pertahanan


O 8 286 949,05 8 659 075,43 9 175 850,47 9 814 875,90 9 747 275,93
dan jaminan sosial wajib

P Jasa pendidikan 5 416 448,83 5 954 627,35 6 382 703,06 6 889 400,02 7 235 888,67
Q Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 1 984 293,52 2 154 588,55 2 311 450,41 2 485 722, 57 2 705 243,08
R,S,
Jasa lainnya 2 476 536,98 2 673 386,50 2 883 397,98 3 099 509,41 2 786 312,02
T
148 134 155 984 163 996 172 213 169 458
Produk Domestik Regional Bruto
243,89 364,13 189,04 791,39 114,32
Sumber: BPS Sumatera Barat Dalam Angka 2021

36

Anda mungkin juga menyukai