Anda di halaman 1dari 7

Latar Belakang

Kabupaten Majene merupakan salah satu dari 6 kabupaten dalam wilayah Provinsi
Sulawesi Barat yang terletak di pesisir pantai barat Provinsi Sulawesi Barat memanjang dari
Selatan ke Utara. Letak geografis Kabupaten Majene berada pada antara 20 38’ 45” – 30 38’ 15”
Lintang Selatan dan antara 1180 45’ 00” – 1190 4’ 45” Bujur Timur, dengan jarak ke ibukota
Provinsi Sulawesi Barat (Kota Mamuju) kurang lebih 146 km. Luas wilayah Kabupaten Majene
adalah 947,84 km2 atau 5,6% dari luas Propinsi Sulawesi Barat yang secara administratif
berbatasan dengan wilayah-wilayah kabupaten Mamuju di sebelah Utara, kabupaten Polewali
Mandar dan kabupaten Mamasa di sebelah Timur, Teluk Mandar di sebelah Selatan dan selat
Makassar di sebelah Barat.

Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Indonesia


saat ini berada dalam masa peralihan dari pertanian tradisional menjadi pertanian yang lebih
modern. Kondisi sektor pertanian seperti ini dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi Indonesia.
Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya-upaya perbaikan di sektor pertanian terutama dalam
hal peningkatan mutu dan daya saing pertaniannya yang bertujuan untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat petani (Septiadi, 2011). Perkebunan merupakan salah satu sub-sektor pertanian
yang memainkan peranan penting dalam pembangunan nasional. Dalam Undang-undang
Majalah Ilmiah Globë Volume 17 No.1 Juni 2015: 025 - 032 26 nomor 18 tahun 2004 (Pasal 4)
tentang perkebunan, sub-sektor perkebunan berfungsi meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat. Data BPS Nasional (2014) menunjukkan bahwa luas areal perkebunan
mencapai 23.969 juta hektar, yang terdiri atas perkebunan rakyat 16.794 juta hektar (70,06%)
dan perkebunan besar 7.175 juta hektar (29,93%).

Latar Belakang Proyek


Pada skala nasional dan regional boleh jadi dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang
signifikan , tetapi secara regional wilayah kabupaten/kota belum tentu sebaik yang dicapai oleh
perekonomian pada tingkat nasional. Apresiasi dan kondisi yang terjadi saat ini juga secara
regional Sulawesi Barat khusunya di Kabupaten Majene telah menunjukkan angka prospektif
yang menyakinkan, namun model pembangunan berkelanjutan belum berjalan sebagaimana
mestinya. Sejalan dengan penjelasan diatas diKabupaten Majene yang merupakan bahagian
integral dari pembangunan Nasional dan Regional Sulawesi Barat, melihat proyeksi seperti ini
adalah merupakan isyarat untuk menyamai angka proyeksi dengan asumsi yang rasional dan
tentu saja memerlukan kajian strategis yang mendalam, tentang apa dan bagaimana
mencapainya. Saya kira dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan
Rencana Startegis yang telah berubah menjadi ( RPJMD).

Kabupaten Majene yang terletak di provinsi Sulawesi Barat memiliki luas wilayah 947,
84 km2 atau 5,6% dari luas wilayah wilayah Propinsi Sulawesi Barat adalah merupakan daerah
yang memiliki potensi ekonomi dan keunggulan pada berbagai sektor dan telah mampu memberi
kontribusi terhadap penciptaaan Produk Domestik Bruto (PDRB). Sektor yang paling dominan
yang memberi kontribusi terhadap PDRB yaitu sektor pertanian mencapai 50, 87% tahun 2010.

Pendapatan dari usaha tani merupakan penyumbang utama pendapatan rumah tangga
petani. Pendapatan dari sektor pertanian menyumbang lebih dari 50% terhadap pendapatan
rumah tangga di perdesaan (Susilowati et al., 2010 dalam Saliem & Syahyuti, 2013). Kabupaten
Majene merupakan salah satu dari lima kabupaten di wilayah Provinsi Sulawesi Barat yang
merupakan wilayah dengan penduduk yang sebagian besar bermata pencaharian di bidang
pertanian. Data BPS Majene (2013) menyebutkan bahwa luas lahan pertanian di Kabupaten
Majene adalah 49,12% dari luas keseluruhan wilayah Kabupaten Majene. Penggunaan lahan
terluas adalah pertanian lahan kering yaitu 48,13% dari total luas keseluruhan wilayah. Selain
itu, terdapat lahan yang sementara tidak dimanfaatkan yang luasnya 1,88% dari total keseluruhan
wilayah berupa semak belukar (1,08%) dan lahan terbuka (0,8%). Hal ini menandakan bahwa
penggunaan lahan di Kabupaten Majene belum seutuhnya optimal dan masih dapat diarahkan
untuk pengembangan penggunaan lahan.

Salah satu sub-sektor pertanian yang memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap
PDRB Kabupaten Majene adalah perkebunan. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
Majene (2014) menyatakan bahwa dua komoditas perkebunan andalan yakni komoditas kakao
dan kelapa sawit dalam, merupakan komoditas penopang perekonomian warga karena telah
menyerap banyak tenaga kerja (±20.000 tenaga kerja, ±10.289 tenaga kerja untuk komoditas
kakao dan selebihnya untuk komoditas kelapa dalam). Dua komoditas andalan ini dianggap
sangat membantu mengangkat perekonomian warga dan dapat memberikan kontribusi cukup
besar bagi PDRB (19,76%).
Produktivitas kakao mencapai 908 kg/ha/tahun pada tahun 2013 dan memiliki selisih jauh
dengan produktivitas kakao nasional yaitu 821 kg/ha/tahun. Hal ini menandakan bahwa daya
dukung (potensi lahan) di Kabupaten Majene masih tergolong bagus sehingga masih perlu
dilakukan suatu upaya pengembangan guna meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan petani.
Beberapa tahun terakhir, pendapatan petani mulai mengalami penurunan seiring dengan
penurunan produktivitas beberapa tanaman. Keterbatasan faktor penunjang lain yaitu masih
terbatasnya infrastruktur pendukung pertanian seperti penyediaan pupuk/pestisida dan perbaikan
jalan desa untuk kepentingan produksi serta pemasaran secara tidak langsung akan menimbulkan
efek negatif bagi pendapatan petani. Demi meningkatkan pendapatannya guna memenuhi
kebutuhan hidup yang semakin meningkat, para petani sering melakukan ekspansi untuk
mendapatkan hasil yang lebih tanpa mempertimbangkan upaya konservasi karena pada
hakekatnya setiap penggunaan lahan diharapkan sesuai dengan daya dukung yang dimiliki.

Tujuan Studi Kelayakan


Program pengembangan investasi untuk peningkatan produksi serta kualitas Kakao dan
kelapa sawit di kabupaten Majene, Sulawesi Barat. Hal ini terus dilakukan oleh pemerintah
provinsi dan kabupaten di Sulawesi Barat. Program tersebut dilakukan dengan meningkatkan
luas lahan dan intesifikasi (rehabilitasi dan peremajaan tanaman kakao dan kelapa sawit yang
telah tua), mengetahui kesesuaian penggunaan lahan dengan kemampuan lahan dan Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) serta Menyusun strategi pengembangan komoditas unggulan
kakao dan kelapa sawit di kabupaten Majene, Sulawesi Barat.
Metode Penyusunan Laporan Studi Kelayakan
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Majene (Provinsi Sulawesi Barat), dengan luas
wilayah 91.326 ha dan terdiri dari 8 kecamatan yaitu Kecamatan Banggae, Banggae Timur,
Malunda, Pamboang, Sendana, Tammerodo, Tubo Sendana dan Ulumanda. Pengambilan data
dilakukan pada bulan April - Juli 2014 serta pengolahan dan analisis data dilakukan pada bulan
Agustus - Nopember 2014. Pelaksanaan penelitian ini menggunakan data sekunder.
Pengumpulan data sekunder didapatkan dengan menginventarisasi dan penelusuran pada
instansi-instansi terkait maupun literature dan internet.

Tinjauan Teoritis
Kajian teori merupakan landasan yang dijadikan pegangan dalam penulisan laporan
penelitian ini. Teori yang ada didasarkan pada rujukan dan disusun sebagai tahapan-tahapan
dalam menganalisis permasalahan. Secara garis besar tinjauan teori meliputi elemen-elemen
sebagai acuan dan penentuan analisis.

Tata Ruang Lahan

Menurut Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, (UU 26/2007)
wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait, yang
batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional.
Sedangkan kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya.
Kegiatan pembangunan ekonomi bertumpu pada kawasan budidaya.

Pengembangan Kawasan Industri

Berdasarkan UU no 3 tahun 2014 tentang Perindustrian, khususnya pasal 1 ayat 2,


industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/atau
memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai
tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri. Berdasarkan Webster’s New World
Dictionary, istilah industri menunjuk pada “manufacturing productive enterprises collectively,
especially as distinguished from agriculture”.
Pentingnya pembangunan Kawasan Industri merupakan sarana untuk mengembangkan
Industri yang berwawasan lingkungan serta memberikan kemudahan dan daya tarik bagi
investasi dengan pendekatan konsep efisiensi, tata ruang, dan lingkungan hidup. Dalam rangka
pelaksanaan Pasal 20 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, maka sebagai
upaya untuk mendorong pembangunan Industri perlu dilakukan pembangunan  lokasi Industri
yang berupa Kawasan Industri. Langkah-langkah dalam rangka peningkatan daya saing dan daya
tarik investasi yakni terciptanya iklim usaha yang kondusif, efisiensi, kepastian hukum, dan
pemberian fasilitas fiskal serta kemudahan-kemudahan lain dalam kegiatan usaha Industri, yang
antara lain dengan tersedianya lokasi Industri yang memadai yang berupa Kawasan Industri.

Aspek efisiensi merupakan suatu sasaran pokok pengembangan Kawasan Industri


Melalui pengembangan Kawasan Industri investor pengguna kaveling Industri (user) akan
mendapatkan lokasi kegiatan Industri yang sudah tertata dengan baik, kemudahan pelayanan
administrasi, ketersediaan infrastruktur yang lengkap, keamanan dan kepastian tempat usaha
yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kota.

Aspek tata ruang, pembangunan Kawasan Industri dapat mensinergikan perencanaan,


prasarana dan sarana penunjang seperti penyediaan energi listrik, telekomunikasi, fasilitas jalan,
dan lain sebagainya.

Aspek lingkungan hidup, dengan pengembangan Kawasan Industri akan mendukung


peningkatan kualitas lingkungan hidup di daerah secara menyeluruh. Kegiatan Industri pada
suatu lokasi pengelolaan, akan lebih mudah menyediakan fasilitas pengolahan limbah dan juga
pengendalian limbahnya.

Mekanisme Pertanian

Mekanisme pertanian dapat diartikan sebagai seluruh kegiatan penggunaan atau


penerapan alat mesin pertanian baik yang digerakkan dengan tenaga manusia, hewan, motor
ataupun mekanisme arus air dan angin untuk mengurangi kejerihan kerja, meningkatkan efisiensi
dan produktivitas sehingga dapat meningkatkan mutu produk, nilai tambah, dan daya saing
produk pertanian. Mekanisme pertanian ini bukan tujuan akhir, melainkan sarana untuk
mencapai tujuan akhir pembangunan pertanian.
Pengolahan Hasil Perkebunan

Teknologi pengolahan hasil pertanian adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil


pertanian sebagai bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan
tersebut. Proses yang digunakan mencakup pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisik
atau kimia, penyimpanan dan distribusi.
DAFTAR PUSTAKA

Data BPS Luas Areal Tanaman Perkebunan Kelapa, Kopi Dan Kakao Provinsi Sulawesi Barat
(Ha) 2020. https://sulbar.bps.go.id/indicator/54/333/1/luas-tanaman-perkebunan-kabupaten.html

Arsyad, S. (2010). Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor

Hardjowigeno, S,. & Widiatmaka. (2007). Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan
Tataguna Lahan. Gadjah Mada University Press,. Yogyakarta.

Saliem, H.P, & Syahyuti. (2013). Reforma Agraria dan Kesejahteraan Petani: Rekapitulasi
Hasil Penelitian 35 tahun PSE-KP. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Kementerian
Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai