Anda di halaman 1dari 6

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI

JAMBI
STUDI BANDING PANSUS III DPRD PROVINSI JAMBI
KE BIRO HUKUM SETDA PROVINSI SUMATERA
SELATAN

PEMBAHASAN TENTANG
RANPERDA PERTUMBUHAN EKONOMI HIJAU

Jakarta, 21-24 Agustus 2022

Assalamualaikum Wr Wb,
Selamat Pagi dan Salam Sejahtera untuk kita semua

Yth. Kepala BAPPENAS RI atau Pejabat yang mewakili


Yth. Pimpinan dan Anggota Pansus III DPRD Provinsi Jambi
Yth. Bapak/Ibu Pejabat di lingkungan BAPPENAS RI

Alhamdulillah pada kesempatan yang berbahagia ini, mengawali sambutan marilah


kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan YME yang senantiasa
selalu mencurahkan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua, sehingga kita dapat
bertemu di tempat ini dalam keadaan sehat walafiat. Selayaknya juga kita ucapkan
Sholawat beriring salam kepada arwah junjungan kita Nabi besar Muhammad
Rasullullah SAW, dengan risalahnya membawa kita dari kegelapan menuju cahaya
yang terang.

Selanjutnya, kami ucapkan terima kasih kepada pihak BAPPENAS RI yang telah
sudi menerima kami rombongan PANSUS 3 DPRD Provinsi Jambi.

Adapun maksud dan tujuan kami studi ke sini adalah untuk mendapatkan masukan
dan saran terkait Ranperda Pertumbuhan Ekonomi Hijau (Green Growt Plan) Di
Provinsi Jambi

1
RANPERDA PERTUMBUHAN EKONOMI HIJAU
I. Latar Belakang
Pembangunan Provinsi Jambi memerlukan perencanaan induk yang mempunyai
peranan dalam mewujudkan pengelolaan lingkungan alam yang lestari dan
berkelanjutan. Dengan luas area 5,3 juta hektar, Provinsi Jambi memiliki modal dasar
pembangunan berupa sumber daya alam terbarukan yang menjanjikan, antara lain:
(1) pertanian, kehutanan dan perikanan menyumbang sekitar 29% dari PDRB Jambi
di tahun 2017; (2) penggunaan lahan terluas di tahun 2016 adalah perkebunan
kelapa sawit (>1 juta hektar); (3) produksi beras di Jambi selama beberapa tahun
terakhir berada di atas rata-rata nasional; (4) industri-industri yang mengolah bahan
mentah hasil pertanian, tumbuh dengan subur di provinsi Jambi; (5) komoditas
bernilai ekspor dan penyokong ekonomi daerah, antara lain karet, hutan tanaman
industri, padi, kelapa, kayu manis, kopi, dan pinang memiliki kesesuaian lahan yang
memadai pada berbagai lokasi di Provinsi Jambi.

Dampak negatif dan Degradasi fungsi lingkungan cukup tinggi dengan adanya
kegiatan-kegiatan pembangunan alih guna lahan ekosistem alami yang
mengakibatkan turunnya kuantitas dan kualitas jasa lingkungan. Daerah Aliran Sungai
(DAS) Batanghari, saat ini merupakan salah satu DAS paling kritis di Indonesia.
Tingkat sedimentasi yang tinggi dan debit aliran sungai yang berfluktuasi,
menyebabkan berbagai bencana lingkungan. Salah satunya adalah bahaya kekeringan
dan banjir. Hal ini masih ditambah lagi dengan insiden kebakaran hutan dan lahan
selama beberapa tahun terakhir yang pada tahun 2015 mencapai 115 ribu hektar.

Dengan latar belakang ini, maka penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
Jambi tentang Rencana Pertumbuhan Ekonomi Hijau perlu guna mendapatkan kajian
yang mendalam dan komprehensif baik secara teoritik maupun pemikiran ilmiah
dalam merumuskan rancangan Peraturan Daerah Provinsi Jambi tentang Rencana
Pertumbuhan Ekonomi Hijau.

II. Maksud dan Tujuan Studi Banding:


a. Mendapatkan data dan informasi terkait peraturan tingkat daerah, potensi,
permasalahan dan isu-isu strategis, program dan kegiatan BAPPENAS RI
untuk mewujudkan pengelolaan lingkungan alam yang lestari dan
berkelanjutan melalui perencanaan, pemanfaatan, pelestarian sumber daya

2
alam, perlindungan fungsi lingkungan hidup, serta adaptasi dan mitigasi
terhadap perubahan iklim.
b. Strategi, intervensi, dan peta jalan pertumbuhan Ekonomi Hijau yang
memuat penjelasan tahapan dan implementasi rencana pertumbuhan
ekonomi hijau di BAPPENAS RI.
c. Kendala dalam pelaksanaan program dan kegiatan berkaitan Pertumbuhan
Ekonomi Hijau di provinsi Sumatera Selatan.
d. Peran dan Koordinasi antar kabupaten/kota dan dukungan serta komitmen
dunia usaha untuk bersama-sama menciptakan pertumbuhan ekonomi hijau
di provinsi Sumatera Selatan.

II. Pertanyaan
1. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan memiliki Peraturan Gubernur Nomor
21 Tahun 2017 tentang Rencana Induk Pertumbuhan Ekonomi Hijau. Mohon
penjelasan hal yang melatarbelakanginya dan implementasinya hingga saat
ini? Apa saja jangkauan dan materi yang diatur di dalam Peraturan Gubernur
tersebut? Kenapa tidak menyusun Peraturan Daerah untuk memberi
kepastian hukum bagi terlaksananya pertumbuhan ekonomi hijau di provinsi
Sumatera Selatan?
2. Bagaimana bentuk kongkrit integrasi dan sinergisitas antara kebijakan
maupun program pertumbuhan ekonomi hijau dengan peraturan tentang
RTRW Provinsi Sumatera Selatan mengingat keduanya merupakan rencana
induk pembangunan berbasis keruangan yang dilaksanakan pemerintah
daerah baik secara jangka panjang, menengah dan pendek agar berjalan
terukur dan terencana.

3
3. Organisasi Perangkat daerah apa saja di lingkungan pemerintah provinsi
Sumatera Selatan yang berkedudukan sebagai pemrakarsa/leading sektor
rencana pertumbuhan ekonomi hijau dan OPD saja yang menjadi
stakeholder pelaksana pertumbuhan ekonomi hijau? Bagaimana pula
dukungan anggaran yang bersumber dari APBD untuk program pertumbuhan
ekonomi hijau?
4. Bagaimana bentuk program dan kegiatan pendampingan dari World
Agroforestry Centre (ICRAF), sebuah lembaga penelitian agroforestri
Internasional untuk menyusun strategi pertumbuhan ekonomi hijau (green
growth plan) dengan dukungan dana dari IDH the sustainable trade
initiative untuk rencana pertumbuhan ekonomi hijau di provinsi Sumatera
Selatan?
5. Program Pertumbuhan Ekonomi Hijau (Green Growth Program) di Indonesia
diluncurkan pada tahun 2013 oleh Menteri Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional berlandaskan pada perencanaan nasional yang
menghargai dan melestarikan modal alam, meningkatkan ketahanan,
membangun ekonomi lokal serta inklusif dan adil. Pemerintah Indonesia juga
telah mengadopsi tujuan pembangunan berkelanjutan dalam rencana
pembangunan yang tertuang dalam RPJPN tahun 2005-2025 dan RPJMN
2020-2024. Apa yang telah dilakukan oleh pemerintah provinsi Sumatera
Selatan menindaklanjuti Green Growth Program sejak dicanangkan tahun
2013 hingga saat ini?
6. Apa yang dilakukan baik dalam bentuk kebijakan maupun strategi oleh
pemerintah provinsi Sumatera Selatan untuk memastikan pertumbuhan
ekonomi hijau di provinsi Sumatera Selatan berjalan selaras antara
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan membuka kran
investasi secara besar-besaran di bidang pertambangan, perkebunan dan
kehutanan dan pembangunan ramah lingkungan di sisi lain untuk menjaga
ekosistem dari kerusakan akibat eksploitasi maupun eksplorasi terhadap
sumber daya alam.
7. Sejauhmana kontribusi investasi baik dari luar negeri maupun dalam negeri
bagi pertumbuhan ekonomi daerah provinsi Sumatera Selatan dalam lima
tahun terakhir ini? Apa saja pe3rogram prioritas dan strategis Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi
4
Sumatera Selatan? Sejuhama master plan Pertumbuhan Ekonomi Hijau
menjadi titik orientasi bagi pemerintah provinsi Sumatera Selatan untuk
meningkatkan investasi daerah sekaligus di saat bersamaa menjamin
ekosistem sumber daya alam tetap terjaga baik?
8. Apa saja permasalahan mendasar dan tindakan preventif sekaligus afirmatif
action untuk mewujudkan pembangunan ekonomi hijau secara
berkelanjutan di Provinsi Sumatera Selatan, dengan rincian permasalahan
sebagai berikut:
a. Pengelolaan kawasan budidaya dan lindung yang tidak berimbang,
b. Masifnya bencana alam, termasuk kebakaran lahan dan hutan yang
dipengaruhi oleh intervensi manusia terhadap alam
c. Tumpang tindih area perijinan dan konflik penguasaan lahan
d. Restorasi lahan, terutama bekas tambang, tidak berjalan dengan baik
e. Belum lengkapnya rencana induk perkebunan, termasuk alokasi lahan
produktif, untuk komoditas strategis
f. Sistem pengembangan komoditas di sepanjang rantai nilai belum
terkelola dengan baik
9. Apa saja komoditi unggulan di sektor kehutanan, pertanian, dan perikanan di
wilayah provinsi Sumatera Selatan yang menjadi modal dasar pembangunan
berupa sumber daya alam yang menjanjikan di provinsi Sumatera Selatan?
Sejauhmana kontribusi komoditi unggulan tersebut terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah?
10. Bagaimana kontribusi komoditas bernilai ekspor dan penyokong ekonomi
daerah di provinsi Sumatera Selatan, antara lain karet, hutan tanaman
industri, padi, kelapa, kayu manis, kopi, dan pinang sejauh ini?
11. Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca yang berfokus pada skenario-skenario
mitigasi GRK pada sektor-sektor pembangunan yang memiliki beberapa
pasal yang berkaitan erat dengan implementasi pembangunan berkelanjutan
di Indonesia. Pertanyaan kami, apa bentuk kongkrit kebijakan, program dan
kegiatan pemerintah provinsi Sumatera Selatan dalam ikutserta untuk
menurunkan emisi gas rumah kaca?

5
12. Ada dua bentuk Kelembagaan berkaitan penyelenggaraan pertumbuhan
ekonomi hijau yaitu Green Growth Plan dan Kelembagaan Kemitraan
Pengelolaan Lanseka Ekoregion. Mohon penjelasan kelembagaan apa saja
yang dibentuk oleh pemerintah provinsi Sumatera Selatan di luar OPD teknis
yang menjadi leading sektor rencana pertumbuhan ekonomi hijau di
provinsi Sumatera Selatan?
13. Prinsip dalam ekonomi hijau (green economy) yaitu dihasilkannya suatu
produk yang ramah lingkungan, serta penerapan teknologi ramah
lingkungan, tidak lupa juga dengan dukungan kearifan lokal. Pertanyaan
kami, apa dan bagaimana penerapan dukungan kearifan lokal di provinsi
Sumatera Selatan?
14. Bagaimana jalannya monitoring dan evaluasi terhadap program dan kegiatan
pertumbuhan ekonomi hijau di provinsi Sumatera Selatan agar berjalan
sesuai master plan yang telah disusun?

~ TERIMA KASIH ~

Anda mungkin juga menyukai