Rencana Umum
Penanaman Modal
Kabupaten Bangka Selatan
2018-2025
Kata Pengantar
“Terwujudnya Bangka Selatan Kajian ini dapat terwujud berkat kerja sama dan bantuan
yang Maju dan Sejahtera dari berbagai pihak baik instansi pemerintah maupun
Berbasis Agrokultur dan swasta. Kepada semua pihak yang telah memberikan
Agroindustri yang Berwawasan bantuan disampaikan penghargaan dan terima kasih yang
Lingkungan Didukung Sumber sebesar-besarnya.
Daya Manusia Berkualitas dan
Pemerintahan yang Amanah” Walaupun kajian ini telah disiapkan sebaik-baiknya,
namun disadari masih ada kekurangan dan kesalahan yang
terjadi. Untuk perbaikan kajian ini, tanggapan dan saran
yang bersifat konstruktif sangat diharapkan.
DAFTAR ISI
Bab 1
Pendahuluan
Bab 2
Potensi dan Realitas
Bab 3
Visi dan Misi RUPM Kabupaten Bangka Selatan
Bab 4
Arah Kebijakan Penanaman Modal
Bab 5
Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman
Bab 6
Kebijakan dan Strategi
Bab 7
Kontribusi Manfaat Ekonomi Sosial dan Lingkungan Hidup
Bidang Penanaman Modal
Bab 8
Penutup
Lampiran
Peraturan Daerah
R U P M K A B U P A T E N B A N G K A
S E L A T A N 2 0 1 8 - 2 0 2 5
BAB I
PENDAHULUAN
Dasar hukum dalam penyusunan Naskah Akademis RUPMK Bangka Selatan adalah:
1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan,
Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Barat dan Kabupaten Belitung Timur di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 25,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4268);
2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4421);
3) Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) Tahun 2005 – 2025;
4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal; (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);
5) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
6) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049);
7) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
8) Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),
Penyusunan RUPM Kabupaten Bangka Selatan bertujuan untuk menjadikan dokumen tersebut
sebagai pedoman bagi proses penyelenggaraan penanaman modal dan perencanaan penanaman
modal jangka panjang yang berlaku dari 2018 sampai dengan tahun 2025. Berdasarkan dari tujuan
tersebut maka sasaran penyusunan RUPM Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2018 - 2025 adalah
sebagai berikut:
1. Teridentifikasinya kondisi umum dan isu strategis penanaman modal di Kabupaten Bangka
Selatan;
2. Terumuskannya visi, misi, tujuan dan sasaran penanaman modal di Kabupaten Bangka Selatan;
3. Terumuskannya strategi dan kebijakan penanaman modal di Kabupaten Bangka Selatan.
1. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui
urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
2. Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja,
lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing, maupun peningkatan
indeks pembangunan manusia.
3. Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan
kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan
dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial
dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu.
4. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disingkat RPJPD adalah
dokumen perencanaan daerah untuk periode 20 (duapuluh) tahun.
5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD
adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun.
6. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen
perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
1.5.1 Keterkaitan Dokumen RUPM dengan Dokumen Sistem Perencanaan Spasial dan Non-spasial
RUPM Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2018 - 2025 disusun dengan mengacu pada
dokumen perencanaan spasial RTRW Kabupaten Bangka Selatan. Hal ini dilakukan melalui
penyelarasan antara struktur ruang, pola ruang, dengan visi, misi, arah kebijakan pembangunan jangka
panjang dan jangka menengah, baik pemerintah Kabupaten Bangka Selatan maupun Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Dokumen RUPM merupakan dokumen perencanaan non-spasial yang
sifatnya mensinergikan dokumen perencanaan lainnya.
RUPM Kabupaten Bangka Selatan disusun dengan mengacu pada dokumen perencanaan
nonspasial seperti RPJP dan RPJM Kabupaten Bangka Selatan. Hal ini dilakukan melalui penyelarasan
antara visi, misi, arah kebijakan pembangunan jangka panjang dan jangka menengah pemerintah
Kabupaten Bangka Selatan. Dokumen RUPM Kabupaten Bangka Selatan merupakan dokumen
RUPM Kabupaten Bangka Selatan disusun melalui tahapan dan tatacara layaknya
penyusunan dokumen perencanaan lainnya yang bersifat sinergitas, berjangka waktu, dan lintas
sektor. Hal dilakukan melalui penyelarasan antara data dan informasi spasial, arah kebijakan
pemerintah daerah, dinamika isu strategis, perumusan masalah pembangunan daerah, perumusan
sasaran pokok dan arah kebijakan penanaman modal Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2018-2025.
Berdasarkan Gambar 1.1, dapat dijelaskan bahwa dalam proses penyusunan dokumen RUPM
mutlak membutuhkan masukan dari setiap OPD teknis mulai dari persiapannya penyusunannya sampai
penyepakatan arah kebijakannya, untuk itu dibutuhkan media untuk mempertemukan setiap
stakeholder baik dalam bentuk tim teknis/kelompok kerja (pokja)/nara sumber.
RUPM Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2018 - 2025 disusun dengan mengacu pada
dokumen perencanaan spasial dan non-spasial Kabupaten Bangka Selatan. Hal ini dilakukan melalui
penyelarasan antara struktur ruang, pola ruang, dengan visi, misi, arah kebijakan pembangunan jangka
panjang dan jangka menengah, baik pemerintah Kabupaten Bangka Selatan maupun Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
Dengan mempertimbangkan skala dan ruang lingkup permasalahan yang terbatas (skala
kabupaten), keterlibatan stakeholder yang banyak, ekspektasi dan tingkat kepercayaan atas akurasi
Berdasarkan Gambar 1.2 dapat dijelaskan bahwa jika proses penyusunan RUPMK jelas ruang
lingkup dan batasan permasalahannya, fokus, mengikutsertakan stakeholder teknis terkait maka hasil
yang akan diperoleh semakin representatif. Harapannya manfaat dari dokumen tersebut memiliki
tingkat kepercayaan akan keakurasian arah kebijakan yang tinggi, meskipun harus mengeluarkan
pendanaan yang besar.
Sistematika penulisan Naskah Akademik RUPMK Bangka Selatan disusun dengan tata urut
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan;
Bab II Potensi dan Realitas;
Bab III Visi dan Misi Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Bangka Selatan;
Bab IV Arah Kebijakan Penanaman Modal Kabupaten Bangka Selatan;
Bab V Indikasi Kekuatan, Kelemahan, Ancaman, dan Peluang Serta Analisis Keunggulan
Daerah;
Bab VI Kebijakan dan Strategi;
Bab VII Kontribusi Manfaat Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan Bidang Penanaman Modal Pada
Pembangunan Kabupaten Bangka Selatan;
Bab VIII Penutup
Aspek geografi Kabupaten Bangka Selatan merupakan gambaran dan analisis mengenai luas
dan batas wilayah administrasi, letak dan kondisi geografis, fisiografi, geologi, hidrologi, penggunaan
lahan, dan wilayah rawan bencana.
Secara rinci luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan tersedia pada Tabel
2.1, berikut:
Tabel 2.1
Luas Wilayah dan Persentase Luas Wilayah Menurut Kecamatan
Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016
Kecamatan Luas Wilayah Persentase
Payung 372,95 10,34
Pulau Besar 169,87 4,71
Simpang Rimba 362,30 10,04
Toboali 1460,34 40,48
Tukak Sadai 126,00 3,49
Air Gegas 853,64 23,67
Lepar Pongok 172,31 4,78
Kepulauan Pongok 89,67 2,49
Sumber: Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Bangka Selatan
2.1.3 Fisiografi
Secara fisiografi Pulau Bangka merupakan bagian dari Zona Kepulauan Paparan Sunda.
Bentuk struktural dengan arah barat laut-tenggara secara umum berbentuk busur kepulauan dari
bagian barat Malaysia sampai ke Kepulauan Riau hingga mencapai ke Kepulauan Bangka-Belitung.
Melalui proses erosi dan naiknya muka air laut pada awal kuarter menyebabkan Paparan Sunda
terpisah menjadi beberapa kepulauan dan lembah sungai.
Pulau Bangka secara umum berbentuk huruf S terbalik (inverted S-shaped), yang memiliki
kondisi morfologi hampir rata (peneplain) dengan luas sekitar 80 persen, selebihnya merupakan
perbukitan rendah membulat (low rounded hill) dengan elevasi sekitar 50 meter dan lembah-lembah
2.1.4 Geologi
Stratigrafi Kabupaten Bangka Selatan dapat dibagi menjadi 5 (lima) formasi yaitu: Kompleks
Malihan Pemali, Formasi Tanjung Genting, Granit Klabat, Formasi Ranggam dan Endapan Alluvial
(Gambar 2.2).
Kompleks Malihan Pemali merupakan kompleks batuan metamorf yang terdiri dari filit, sekis dan
kuarsit yang merupakan produk metamorfisme dinamotermal berumur Perm, terkekarkan,
terlipatkan, tersesarkan dan diterobos Granit Klabat. Filit berwarna kelabu kecoklatan, struktur
mendaun dan berurat kuarsa. Sekis berwarna kelabu kehijauan, stuktur mendaun, terkekarkan,
setempat kekarnya terisi kuarsa atau oksida besi, berselingan dengan kuarsit. Kuarsit berwarna
putih kotor kecoklatan, keras tersusun oleh kuarsa dan felsfar, perlapisannya mencapai 1 cm.
Formasi Tanjung Genting terdiri dari perselingan batupasir, batulempung pasiran dengan lensa
batugamping. Batupasir umumnya berwarna abu-abu kecoklatan, berbutir halus-sedang, terpilah
baik, keras, tebal 2-60 cm dengan struktur sedimen silang siur dan laminasi bergelombang. Lensa
batugamping ditemukan dengan ketebalan 1,5 m. Batulempung berwarna kelabu kecoklatan,
berlapis baik dengan tebal 15 cm.
Granit Klabat terdiri dari granit biotit, granodiorit dan granit genesan. Granit biotit berwarna
kelabu, tekstur porfiritik dengan butiran kristal berukuran sedang-kasar, fenokris feldsfar
panjangnya 4 cm dan memperlihatkan struktur foliasi. Granodiorit berwarna putih kotor, berbintik
hitam, Granit genesan berwarna kelabu dan berstruktur daun.
Formasi Ranggam terdiri dari perselingan batupasir, batulempung dan konglomerat. Batupasir
berwarna putih kotor, berbutir halus-kasar, menyudut-membundar tanggung, mudah diremas,
berlapis baik, struktur sedimen pada batupasir silang-siur, perlapisan sejajar dan perlapisan
bersusun, setempat ditemukan lensa-lensa batubara dengan tebal 0,5 m dan mengandung
timah sekunder yang bercampur dengan pasir kuarsa. Batulempung mengandung sisa-sisa
tumbuhan dan lensa gambut. Konglomerat, komponen terdiri dari pecahan granit, kuarsa, dan
batuan malihan.
Struktur geologi yang dijumpai di Kabupaten Bangka Selatan berupa lipatan, patahan dan
kelurusan. Kabupaten Bangka Selatan ditemukan sesar mayor berarah utara-selatan melalui Teluk
Klabat yang memanjang sampai ke arah timur sampai Ke Pulau Sumatera. Struktur sesar yang
berkembang adalah sesar mendatar dan sesar normal. Sesar mendatar berarah timurlaut-baratdaya
sedangkan sesar normal berarah barat laut-tenggara. Struktur lipatan terdapat pada satuan batu pasir
dan batu lempung formasi Tanjung Genting dan Formasi Ranggam dengan kemiringan antara 18-75
dengan sumbu lipatan berarah timur laut-barat daya.
2.1.5 Hidrologi
Kabupaten Bangka Selatan dilalui oleh beberapa sungai besar dan anak-anak sungai yang
membelah wilayah kabupaten menjadi beberapa wilayah DAS (Daerah Aliran Sungai). Wilayah DAS
yang yang terdapat di Kabupaten Bangka Selatan ini adalah :
DAS Bantel, terletak sebagian besar di Kelurahan Toboali dan di Kelurahan Tukak Kecamatan
Toboali. DAS ini berupa hutan non mangrove seluas 5.940 Ha dan lahan terbuka 2.293 ha.
Tabel 2.2
Nama dan Klasifikasi Sungai Per Kecamatan Di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016
No Kecamatan Sungai Utama Sungai Sekunder Sungai Tersier
1 Toboali Sungai Bantel Sungai Gosong Air Keladang
Sungai Kepuh Air Jelemu
Sungai Serdang Air Tarum Besar
Sungai Bikang Air Medang
Sungai Keriak Air Tanggar
Air Lesung Ringga
Air Kalen
Air Duren
Air Kuning
Air Pumpung
2 Air Gegas Sungai Kepuh Sungai Nyirih Air Kambing
Sungai Lillin Air Ketutu
Sungai Bedug Air Dekat
Sungai Garut Air Sabut
Air Pinang
Air Nyireh
Air Kemis
Air Batang
Air Jering
Air Sabut
Air Rajung
Air Pering
Air Lesungringa
Air Regas
Air Nudur
Air Jelemu
Air Pinang
Tabel 2.3
Luas Lahan Berdasarkan Rencana Peruntukkannya di Kabupaten Bangka Selatan (ha) 2014 –
2034
No Jenis Penggunaan Luas Lahan (Ha)
1 Kawasan Budidaya
1.1 Hutan Produksi 106.154,00
1.2 Hutan Rakyat 23.505,00
1.3 Kawasan Pertanian
Tanaman Pangan 15.869,34
Holtikultura 11.979,78
Perkebunan 126.634,88
Peternakan 15.000,00
1.4 Kawasan Perikanan 17.374,44
1.5 Kawasan Pertambangan 16.900,15
1.6 Kawasan Industri 3.086,00
1.7 Kawasan Pariwisata 1.540,2
1.8 Kawasan Pemukiman
Perkotaan 3.287,08
Perdesaan 1.393,46
2 Kawasan Lindung
2.1 Hutan Lindung 28.234,00
2.2 Kawasan Perlindungan Kawasan
Bawahannya
Kawasan Gambut 20.630,00
Kawasan Konversi 1.712
2.3 Kawasan Perlindungan Setempat (3 Kawasan)*
2.4 Kawasan Rawan Bencana Alam (5 Kawasan)*
Berdasarkan Tabel 2.3. diketahui bahwa terdapat 2 jenis penggunaan lahan yaitu sebagai
kawasan budidaya dan kawasan lindung. Luas dari masing-masing jenis penggunaan lahan tersebut
bervariatif. Pada jenis penggunaan kawasan budidaya terluas pemanfaatannya adalah untuk lahan
perkebunan, sedangkan pada jenis kawasan lindung terluas pemanfaatannya adalah hutan lindung.
Aspek Demografi Kabupaten Bangka Selatan dilakukan untuk memperoleh gambaran dan
analisis mengenai kondisi kependudukan dan kesejahteraan masyarakat.
Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kabupaten Bangka Selatan berdasarkan hasil sensus
penduduk tahun 2010 sebesar 3,12 persen. Laju pertumbuhan tertinggi adalah Kecamatan Tukak
Sadai yaitu 5,04 persen, sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Kepulauan Pongok yaitu 0,30
persen.
Tabel 2.5
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bangka Selatan
Kecamatan Laju Pertumbuhan Penduduk
(2000-2010)
Payung 2,82
Pulau Besar 0,75
Simpang Rimba 2,55
Toboali 3,89
Tukak Sadai 5,04
Air Gegas 3,11
Lepar Pongok 2,03
Kepulauan Pongok 0,30
Jumlah 3,12
Sumber: Kabupaten Bangka Selatan Dalam Angka, Badan Pusat Statistik (Sensus Penduduk 2010)
Tabel 2.6
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Bangka Selatan, 2010-2016
Tahun
Indikator
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Angka Harapan Hidup saat
Lahir (tahun)
66,19 66,31 66,41 66,51 66,56 66,86 66,99
Harapan Lama Sekolah (tahun) 9,32 9,62 9,78 10,45 10,86 10,88 11,25
Rata-rata Lama Sekolah
(tahun)
5,34 5,39 5,44 5,83 5,87 5,88 5,96
Pengeluaran Per Kapita (Rp
000)
9795 9851 10216 10609 10633 10824 10932
Indeks Pembangunan Manusia 59,98 60,53 61,17 62,96 63,54 63,89 64,57
Sumber: Data diolah, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangka Selatan
Namun demikian jika dibandingkan dengan rata-rata IPM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,
IPM Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2016 lebih rendah sebesar 4,98, dan lebih rendah rata-
rata pertumbuhan IPM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Gambaran Umum IPM Kabupaten Bangka
Selatan dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat terlihat pada Gambar 2.4 berikut ini.
72
70 69.55
69.05
68 67.92 68.27
67.21
66 66.59
66.02
64 64.57
63.54 63.89
62.96 Basel
62
61.17 Babel
60 59.98 60.53
58
56
54
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Sumber: Data diolah, Badan Pusat Statistik Kab. Bangka Selatan
Gambar 2.4
Perbandingan IPM Kabupaten Bangka Selatan dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Tahun 2010 - 2016
8 8.13
7.6 7.5 7.4 7.2 7.11
6 6.19 Jumlah Penduduk Miskin
Persentase Penduduk Miskin
4 4.23 4.4
4.01 3.87 3.74 3.62
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Sumber: Data diolah, Badan Pusat Statistik Kab. Bangka Selatan
Gambar 2.5
Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin
Jika dibandingkan dengan rata-rata Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin
Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2016 lebih rendah dimana pada jumlah penduduk miskin
sebesar 65,65 (dalam ribu jiwa) dan persentase penduduk miskin sebesar 1,6 persen. Jumlah
Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Bangka Selatan mempunyai rata-rata
laju pertumbuhan lebih rendah dibandingkan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Jumlah Penduduk
Miskin dan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Bangka Selatan dan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung dapat terlihat pada Gambar 2.6 berikut ini.
40
20
10.7 7.6 8.13 7.5 7.4 7.2 7.11
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Penduduk Miskin Bangka Belitung
Jumlah Penduduk Miskin Bangka Selatan
7
6.51
6 6.19
Daya saing daerah merupakan salah satu tujuan penyelenggaraan pemerintah daerah yang
didasarkan pada potensi, kekhasan dan keunggulan suatu daerah. Daya saing (competitiveness) juga
merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi dalam mencapai tingkat
kesejahteraan dan keberlanjutan. Gambaran kondisi daerah terkait dengan aspek daya saing daerah
dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah /
infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber daya manusia.
a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
Perekonomian Daerah Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016 dapat dilihat pada
perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB Kabupaten Bangka Selatan
merupakan cerminan perolehan nilai tambah atas proses produksi atau jasa di wilayah Kabupaten
Bangka Selatan pada Tahun 2016. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bangka
Selatan ADHB Tahun 2016 sebesar 7.531 triliun rupiah (atau senilai 7.531.042 juta rupiah), nilai ini
meningkat sebesar 80,62 persen dari PDRB ADHB pada Tahun 2010 yang senilai 4.169 triliun rupiah
(atau senilai 4.169.513 juta rupiah). Sektor dominan yang memberi andil dalam perkembangan nilai
PDRB ADHB Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016 berturut-turut adalah Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan; Pertambangan dan Penggalian (Tabel 2.7).
Tabel 2.7
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
Kategori Lapangan Usaha PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
A. Pertanian, Perkebunan, 1404626 1601305 1908599 2173080 2397483 2686771 2980682
Kehutanan, dan Perikanan
D. Pengadaan Listrik, Gas 1551 1819 2029 2123 3167 3737 4544
K. Jasa Keuangan dan 15127 18543 22999 26764 30483 34238 37501
Asuransi
L. Real Estate 112197 132518 160721 188680 215303 231313 250950
M,N. Jasa Perusahaan 4823 5673 6571 7518 8545 9369 9891
Q. Jasa Kesehatan dan 21571 24342 26928 29569 33501 38767 41620
Kegiatan Sosial
R,S,T,U. Jasa lainnya 10867 12860 14687 16657 19248 22048 25463
Dari tabel di atas, tergambar bahwa perekonomian di wilayah Kabupaten Bangka Selatan pada
tahun 2016 didominasi oleh Sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, dan Perikanan dengan
kontribusi 39,58 persen (atau menyumbang sebesar 2,98 triliun rupiah) yang berarti bahwa sektor
pertanian masih menjadi sektor andalan dalam menggerakan perekonomian di wilayah Kabupaten
Bangka Selatan. Sektor lainnya yang memberikan kontribusi dominan bagi perekonomian daerah
adalah Sektor Pertambangan dan penggalian sebesar 22,96 (atau menyumbang sebesar 1,73 triliun
rupiah) persen serta Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
sebesar 10,31 persen.
Sembilan kelompok sektor PDRB ADHB menurut lapangan usaha seperti tersebut,
menggambarkan struktur perekonomian di suatu wilayah. Struktur perekonomian tersebut
dikelompokan ke dalam tiga sektoral, yaitu Sektor Primer (Pertanian, Sektor Pertambangan dan
Penggalian), Sektor Sekunder (Sektor Industri Pengolahan, Listrik Gas dan Air, serta Sektor
Bangunan), dan Sektor Tersier (Sektor Perdagangan, hotel dan restoran, Sektor Angkutan dan
komunikasi, Sektor Keuangan, serta Sektor Jasa-jasa). Apabila dilihat ke dalam tiga kelompok
Pertanian, Perkebunan,
27% 36% Kehutanan, & Perikanan
37%
Perdagangan Besar dan Eceran;
dan Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
Periode 2010-2016, jika dilihat berdasarkan rata-rata persentase laju pertumbuhan PDRB
ADHB, terdapat 3 sektor berkontribusi besar, yaitu sektor Pertambangan dan Penggalian dengan rata-
rata laju pertumbuhan 13,4 persen per tahun, kemudian diikuti oleh sektor Pertanian, Perkebunan,
Kehutanan, dan Perikanan dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 13,37 persen per tahun, dan
sektor Perdagangan Besar dan Eceran; dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dengan rata-rata laju
pertumbuhan sebesar 9,99 persen per tahun.
b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)
Produk domestik Regional Bruto Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2010 sebesar 4,17
triliun rupiah dan pada tahun 2016 meningkat sebesar Rp. 5,49 triliun. Kontribusi sektor terbesar pada
PDRB ADHK Tahun 2016 adalah Sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, dan Perikanan sebesar
37,38 persen kemudian diikuti oleh Sektor Pertambangan dan penggalian sebesar 27,1 persen; Sektor
Perdagangan Besar dan Eceran; dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 9,85 persen.
Gambaran PDRB ADHK seperti pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
Kategori Lapangan Usaha
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
A. Pertanian, Kehutanan, dan 1404626 1511625 1668327 1780718 1849614 1979828 2054201
Perikanan
B. Pertambangan dan Penggalian 1429949 1481032 1435779 1432565 1500673 1484935 1489612
D. Pengadaan Listrik, Gas 1551 1820 2027 2196 2538 2746 3030
E. Pengadaan Air, Pengelolaan 215 446 568 637 709 844 912
Sampah, Limbah, dan Daur Ulang
G. Perdagangan Besar dan 401428 428211 449320 470730 485553 502322 541183
Eceran; dan Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
H. Transportasi dan Pergudangan 26951 27970 30536 32899 35106 37251 39610
I. Penyediaan Akomodasi dan 61745 67698 74017 78981 83460 88682 95884
Makan Minum
J. Informasi dan Komunikasi 20781 22488 24131 25519 27273 28912 31449
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 15127 17678 20050 21786 23687 25512 27209
M,N. Jasa Perusahaan 4823 5290 5730 6073 6431 6612 6681
Q. Rasa Kesehatan dan Kegiatan 21571 23303 24779 26140 27856 30010 31570
Sosial
R,S,T,U. Jasa lainnya 10867 11996 13147 13927 14857 15936 17622
Produk Domestik Regional Bruto 4169513 4437323 4646026 4852974 5068267 5274382 5495600
Sementara dalam periode tahun 2010-2016, jika dilihat berdasarkan rata-rata persentase laju
pertumbuhan PDRB Adhk dari 3 sektor berkontribusi besar, sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,
dan Perikanan mempunyai rata-rata laju pertumbuhan terbesar yaitu 6,57 persen per tahun, sektor
Perdagangan Besar dan Eceran; dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 5,53 persen per
tahun, dan Pertambangan dan Penggalian sebesar 0,68 persen per tahun. Persentase tersebut
tergambar pada gambar berikut:
8
7
6
5
4
3
2
1
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Kabupaten Bangka Selatan 6.42 4.7 4.45 4.44 4.07 4.19
Provinsi Bangka Belitung 6.9 5.5 5.2 4.67 4.08 4.11
Nasional 5.90 6.07 5.92 5.52 5.72 5.36
Sumber: Data diolah, Badan Pusat Statistik Kab. Bangka Selatan
Gambar 2.9
Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
dan Kabupaten Bangka Selatan
Tabel 2.9
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) per Lapangan Usaha
LPE (%)
Sektor/Lapangan Usaha
2011 2012 2013 2014 2015 2016 Rata-rata
Primer 5.60 3.66 3.26 4.31 3.00 2.04 3.65
Pertanian, Peternakan, 7.62 10.37 6.74 3.87 7.04 3.76 6.57
Kehutanan dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian 3.57 -3.06 -0.22 4.75 -1.05 0.31 0.72
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Pangkalpinang 139.13 147.52 159.83 115.29 121.87 130.85 135.15
Nasional 127.4 134.76 146.04 116.14 121.82 126.18 130.35
Gambar 2.10
Indeks Harga Konsumen Kota Pangkalpinang dan Nasional
Disamping padi, lahan pertanian di Bangka Selatan juga dimanfaatkan untuk produksi jagung,
ketela pohon, ubi jalar dan kacang tanah. Berbeda dengan tren negatif dari padi, produksi jagung
selama tahun 2016 meningkat 10,83% menjadi 116,41 ton dari 105,03 ton pada tahun 2015.
Sementara itu, pada tahun 2016 ketela pohon juga mengalami peningkatan produksi yang
signifikan sebesar 238,39% menjadi 4.809,63 ton dari 1.421,34 ton pada tahun 2015. Pada tahun
2016, ubi jalar mengalami peningkatan sebesar 68,67% menjadi 652,69 ton dari 386,96 ton pada
tahun 2015. Selain dari ubi jalar, pada tahun 2016, kacang tanah mengalami penurunan sebesar
19,85% menjadi 5,25 ton dari 6,55 ton pada tahun 2015. Ketela pohon dimungkinkan untuk terus
bertambah, baik luas lahan panen maupun produksi, ini disebabkan adanya pembangunan pabrik
tepung tapioka di Pulau Bangka yang berbahan baku ketela pohon.
Tabel 2.11
Luas Panen dan Produksi Jagung, Ketela Pohon, Ubi Jalar dan Kacang Tanah di Kab. Bangka
Selatan Tahun 2014-2016
2014 2015 2016
Luas Produksi Luas Produksi Luas Produksi
No Komoditas Panen (Ton) Panen (Ha) (Ton) Panen (Ton)
(Ha) (Ha)
1. Jagung 96,75 275,45 61 105,03 63,40 116,41
2. Ketela Pohon 76 1.266,92 81 1.421,34 206,90 4.809,63
3. Ubi Jalar 65 534,11 49 386,96 72 652,69
4. Kacang Tanah 24,50 25,70 23,00 6,55 17,00 5,25
Sumber: Kabupaten Bangka Selatan Dalam Angka
Disamping padi, Jagung, Ketela Pohon, Ubi Jalar dan Kacang Tanah lahan pertanian di
Bangka Selatan juga dimanfaatkan untuk sayuran dan buah-buahan. Terlihat pada Tahun 2016,
komoditas jenis sayuran yaitu cabe rawit merupakan komoditias dengan jumlah produksi yang paling
tinggi sebesar 192,70 ton per tahun. Sedangkan untuk komoditas buah-buahan, buah nangka
merupakan buah yang memiliki jumlah produksi terbesar yaitu 2.646,60 ton (Tabel 2.12).
b) Perkebunan
Potensi pengembangan kawasan perkebunan tersebar di seluruh kecamatan di wilayah
Kabupaten Bangka Selatan. Peruntukkan kawasan perkebunan dalam tata ruang wilayah Bangka
Selatan memiliki luas kurang lebih 180.000 Ha. Luasan ini kurang lebih 50 persen dari luas wilayah
Kabupaten Bangka Selatan (360.708 Ha). Basis utama ekonomi penduduk adalah perkebunan
milik pribadi atau individu, hal ini terlihat dari kondisi pada Tahun 2015, sebanyak 59,65 persen
atau 56 416 rumah tangga di Kabupaten Bangka Selatan bermata pencarian di sektor pertanian.
Lada sebagai salah satu komoditas unggulan Kabupaten Bangka Selatan perlu ditingkatkan
kualitas dan kuantitasnya sehingga memiliki nilai jual yang baik. Volume ekspor lada dapat
ditingkatkan jika produksi lada Kabupaten Bangka Selatan menggunakan pola didistribusi langsung
tanpa melalui kota ataupun kabupaten lain. Hal tersebut dapat dimungkinkan jika Pelabuhan Sadai
menjadi pelabuhan yang memfasilitasi ekspor lada.
Kecamatan-kecamatan yang menjadi sentra produksi perkebunan, antara lain:
Sentra Produksi Lada
Kecamatan Air Gegas merupakan daerah dengan produksi lada tertinggi dari kecamatan yang
lain, sedangkan kecamatan Toboali, Payung, Simpang Rimba dan Tukak Sadai dapat dikembangkan
sebagai wilayah pendukung produksi lada.
Sentra Produksi Karet
Kecamatan Tukak Sadai, Air Gegas dan Payung merupakan sentra produksi Karet, sedangkan
Kecamatan Toboali, Pulau Besar dan Simpang Rimba dapat dikembangkan sebagai wilayah
pendukung produksi karet.
Sentra Produksi Kelapa Sawit
Kecamatan Simpang Rimba dan Pulau Besar merupakan sentra produksi Kelapa Sawit,
sedangkan Kecamatan Air Gegas, Tukak Sadai, Toboali, dan Lepar Pongok dapat dikembangkan
sebagai wilayah pendukung produksi Kelapa Sawit.
Sentra Produksi Kelapa
Kecamatan Lepar Pongok merupakan sentra produksi Kelapa, sedangkan Kecamatan Pulau
besar dan Toboali dapat dikembangkan sebagai wilayah pendukung produksi Kelapa.
Tabel 2.14
Produksi Perikanan Laut Kab. Bangka Selatan Tahun 2014 - 2016
Tahun Produksi (Ton) Pertumbuhan (%)
2013 44 975,30 -
2014 39 471,17 -13,94
2015 50 302,02 21,53
2016 41 309,60 -21.77
Sumber : Kabupaten Bangka Selatan Dalam Angka
Selain sebagau kawasan perikanan tangkap, Kabupaten Bangka Selatan juga memiliki
potensi pengembangan budidaya perikanan, yang tersebar disemua kecamatan di seluruh wilayah
kabupaten. Pengembangan kawasan perikanan didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana
pengembangan kawasan perikanan, antara lain adalah pelabuhan perikanan.
Tabel 2.15
Pelabuhan Perikanan di Wilayah Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2011 - 2031
PPI Toboali
1. Toboali
TPI Toboali
PPI Permis
3. Simpang Rimba
TPI Bangka Kota
Jumlah 8 Unit
Sumber: RTRW Kabupaten Bangka Selatan, 2014 – 2034
a. Kondisi Jalan
Panjang jalan di seluruh wilayah Kabupaten Bangka Selatan mencapai 943,06 km, dengan
komposisi panjang jalan yang berada di bawah wewenang negara 102,02 km dan wewenang
Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 102,30 km dan 738,74 km berada di bawah
wewenang Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan.
Setiap tahunnya jumlah panjang jalan meningkat, penambahan ini disebabkan oleh adanya
peningkatan status jalan yang menghubungi antar kecamatan maupun antar desa di Kabupaten
Bangka Selatan. Dari seluruh panjang jalan di bawah wewenang Pemerintah Kabupaten Bangka
Selatan terdiri dari jalan aspal 413,55 km, jalan batu/kerikil 0,06 km dan jalan tanah 325,13 km.
Sedangkan berdasarkan kondisinya, hanya 43,91 persen dalam kondisi baik, 13,87 persen dalam
kondisi sedang, selebihnya dalam keadaan rusak dan rusak berat. Kondisi panjang dalam di Kabupaten
Bangka Selatan seperti tampak pada Tabel 2.16.
Tabel 2.16
Panjang Jalan Negara, Provinsi dan Kabupaten, di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016
Panjang Jalan (Km)
Keadaan
Negara Provinsi Kabupaten
Jenis Permukaan
Diaspal 102,02 102,30 413,55
Kerikil - - 0,06
Tanah - - 325,13
Tidak Terinci - - -
Kondisi Jalan
Baik 90,52 5,30 324,36
Sedang 11,00 66,50 102,44
Rusak 0,50 30,50 277,85
Rusak Berat - - 34,09
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perhubungan Kabupaten Bangka Selatan
Pelabuhan Sadai terletak di selatan Pulau Bangka seluas 5.000 Ha, alur pelayaran
sebelah selatan dengan panjang alur 4 mil dengan kedalaman alur surut terendah 1,5 m, sebelah
utara panjang alur 5 mil dengan kedalaman alur pada surut terendah 4,5 m; kolam pelabuhan
terbentuk secara alami berhadapan dengan Pulau Lepar sehingga aman untuk kegiatan bongkar muat,
sandar dan labuh kapal. Luas kolam memungkinkan kapal untuk manuver (olah gerak) dengan
kedalaman kolam 10-12 m. Di Pelabuhan Sadai terdapat perusahaan pengangkutan orang dan barang
yaitu KMP Gorare, dengan jumlah penumpang yang telah diangkut kurun waktu Tahun 2016, seperti
tampak pada Tabel 2.18 berikut:
Tabel 2.19
Proporsi Jumlah Penduduk yang Mendapatkan Akses Air Minum dan Jumlah Penduduk Menurut
Kecamatan Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2010
Jumlah Jumlah Penduduk Yang
No Kecamatan Persentase
penduduk Mendapatkan Akses Air Minum
1 Toboali 55.692 3.762 6,7
2 Air Gegas 37.054 1.266 3,4
3 Payung 18.137 2.508 13,8
4 Simpang Rimba 20.607 4.403 21,4
5 Lepar Pongok 12.759 2.935 23,0
6 Tukak Sadai 10.188 1.523 14,9
7 Pulau Besar 8.763 1.026 11,7
Jumlah 163.200 20.451 10,7
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Bangka Selatan (Kec. Kepulauan Pongok masih menginduk ke Kec. Lepar Pongok)
Pengelolaan pengadaan air minum di Kabupaten Bangka Selatan dilakukan oleh UPT PAM
Bangka Selatan. Jumlah pelanggan UPT PAM pada Tahun 2016 sebanyak 1.940 pelanggan dengan
Tabel 2.20
Jumlah Air Minum yang Disalurkan Menurut Kategori Pelanggan dan Banyaknya Pelanggan
di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016
No Kategori Pelanggan Banyaknya Pelanggan Air Minum yang Disalurkan (m3)
1 Sosial Umum 12 254
2 Sosial Khusus 2 25
3 Rumah Tangga 1912 28010
4 Instansi Pemerintah 14 671
5 Niaga Kecil - -
6 Niaga Besar - -
7 Industri Besar - -
8 Pelabuhan - -
9 Susut / hilang dalam - -
penyaluran
Jumlah 2016 1940 28960
2015 1792 31405
2014 1517 43357
2013 1428 331067
2012 1200 295382
Sumber: UPT PAM Kabupaten Bangka Selatan
Tabel 2.22
Jumlah Pembangkit, VA Tersambung dan Produksi Listrik PLN, Tahun 2016
Daya (kW)
Tahun Jumlah Pembangkit Kapasitas Terhubung
Terpasang Mampu
2016 10 10741 9525 48818950
2015 14 11116 9625 49045800
2014 12 5016 2865 42575000
2013 12 4811 3435 35010000
2012 12 4911 3465 28634600
2011 11 4691 2920 20521150
Sumber: PLN (Persero) Wilayah IV Cabang Bangka
Indikator yang digunakan untuk melihat pencapaian sasaran pemerintah daerah dalam
penyediaan listrik kepada masyarakat adalah persentase rumah tangga yang menggunakan listrik.
Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik setiap tahunnya mengalami peningkatan, hal ini
menunjukan bahwa kinerja pemerintah Kabupaten Bangka Selatan dalam pengelolaan energi tenaga
listrik sudah baik.
Selain penyediaan listrik, sarana telekomunikasi merupakan bidang yang berkembang pesat
dalam satu dekade terakhir. Pertumbuhan bidang ini sangat memberikan kemudahan masyarakat
dalam melakukan komunikasi dan memperlancar arus lalu lintas barang, juga telah mendorong
berkembangnya beberapa sektor lain, terutama sektor perdagangan.
Pertumbuhan telekomunikasi dapat dilihat melalui perkembangan beberapa indikator seperti
jumlah paket pos, surat pos dan wesel pos yang dikirim dan diterima oleh kantor pos, jumlah menara
BTS (Base Transciever Station) perusahaan telekomunikasi, jumlah pengguna handphone dan telepon
tetap, serta jumlah pulsa terjual. Jumlah jaringan komunikasi adalah banyaknya jaringan komunikasi
baik telepon genggam maupun stasioner, yang dihitung dari banyaknya jaringan komunikasi yang
berada dalam wilayah suatu pemerintah daerah. Perkembangan sarana jaringan komunikasi di
Tabel 2.24
Angka Kriminalitas Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2015
Kasus Kejadian
Pembunuhan 3
Penculikan 2
Pencurian 105
Kasus Seksual 17
Penganiayaan 31
Penipuan 16
Penyelundupan 0
Kejahatan terhadap Kepala Negara 0
Jumlah 174
Sumber: Kepolisian Resort Kabupaten Bangka Selatan
Sepanjang Tahun 2014 tingkat kriminalitas di Bangka Selatan tercatat sebesar 7,98, artinya
terjadi kurang lebih 8 kali kasus kriminal setiap 10.000 penduduk. Angka ini mengalami peningkatan
pada Tahun 2015 menjadi 8,99 kasus per 10.000 penduduk.
2.5.4 Pengenaan Pajak Daerah (Jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah)
Jumlah dan macam pajak daerah dan retribusi daerah diukur dengan jumlah dan macam
insentif pajak dan retribusi daerah yang mendukung iklim investasi. Pajak daerah adalah iuran wajib
yang dilakukan oleh pribadi atau badan (dalam hal ini perusahaan) kepada Daerah tanpa imbalan
langsung yang seimbang berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan
daerah dan pembangunan daerah (sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku).
Tabel 2.28
Jumlah Perda Yang Mendukung Iklim Usaha Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2011 – 2015
Tahun
Indikator Kinerja
2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Perda Terkait Perijinan 6 8 10 10 10
Jumlah Perda Terkait Lalu Lintas Barang
2 2 3 3 3
dan Jasa
Jumlah Perda Terkait Ketenagakerjaan 1 1 1 1 1
Sumber: Bagian Hukum dan Organisasi Sekretaris Daerah Kabupaten Bangka Selatan
Tabel 2.29
Rasio Ketergantungan Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2011 – 2016
Tahun
Uraian
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Penduduk Usia < 15 Tahun 50472 55478 56667 57890 59114
Jumlah Penduduk Usia > 64 Tahun 7866 5712 5833 5961 6082
Jumlah Penduduk Usia Tidak Produktif 58714 61190 62500 63851 65196
Jumlah Penduduk Usia 15-64 Tahun 130782 130355 126992 129732 132474
Rasio Ketergantungan (%) 44,89 49,09 49,21 49,21 49,21
Sumber: Kabupaten Bangka Selatan Dalam Angka, Badan Pusat Statistik
Berdasarkan Tabel 2.31, diketahui bahwa rasio ketergantungan Kabupaten Bangka Selatan
kurun waktu 2011 sampai dengan 2015 mengalami peningkatan dan stabil pada Tahun 2014 sampai
Tahun 2016. Jika dibandingkan dengan rasio ketergantungan Provinsi Bangka Belitung Tahun 2015
sebesar 46,2% dan rasio ketergantungan nasional sebesar 48,6% (BPS RI), maka Kabupaten Bangka
Selatan masih memiliki angka rasio diatas rasio provinsi dan nasional. Sehingga beban yang
ditanggung penduduk usia produktif di Kabupaten Bangka Selatan lebih tinggi.
Investasi yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal
merupakan komponen yang menentukan tingkat pengeluaran agregat. Selain investasi tabungan dari
sektor rumah tangga termasuk komponen yang berperan dalam pembentukan modal melalui institusi-
intitusi keuangan yang akan dialirkan ke perusahaan. Investasi merupakan pengeluaran penanam
modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan produksi yang akan
menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Dikatakan
juga bahwa investasi adalah aktivitas penempatan sejumlah dana yang ada saat ini dengan harapan
untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Secara umum investasi dibedakan 2 jenis yaitu :
1) Investasi pada financial assets, dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito,
commercial paper, surat berharga pasar uang, dan lainnya atau dilakukan di pasar modal, misalnya
berupa saham, obligasi, waran, opsi, dan lainnya.
2) Investasi pada real assets, diwujudkan dalam bentuk pembelian assets produktif, pendirian pabrik,
pembukaan tambang, dan pembukaan perkebunan.
Dengan pendekatan pasar persaingan sempurna, praktek investasi yang tidak sehat
berpotensi terjadi dimana-dimana, dampak terburuknya dari kegiatan investasi yang tidak sehat adalah,
ketergantungan ekonomi terhadap aktivitas penanaman modal, dimana investor akan menciptakan
Price Maker bukan mekanisme pasar.
Visi adalah cara pandang jauh ke depan tentang kemana organisasi harus dibawa agar dapat
eksis, antisipatif, dan inovatif. Visi merupakan suatu gambaran yang menantang keadaan masa depan
yang diinginkan oleh organisasi, serta merupakan suatu pedoman dan pendorong organisasi untuk
mencapai tujuan dalam rangka melaksanakan pembangunan. Penetapan visi merupakan bagian dari
perencanaan strategik serta langkah penting dalam perjalanan organisasi. Visi secara umum
merupakan pernyataan dalam menjawab permasalahan yang dirasakan oleh Satuan Kerja Perangkat
Daerah.
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi (Pasal 1 ayat (13) UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional). Misi merupakan pernyataan secara luas dan komprehensif tentang tujuan
suatu daerah/organisasi yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang akan diberikan atau
dilaksanakan, kebutuhan masyarakat yang dapat dipenuhi, kelompok masyarakat yang dilayani, serta
nilai-nilai yang dapat diperoleh.
3.1 Visi
”Terwujudnya Kabupaten Bangka Selatan Sebagai Pusat Investasi yang Sehat dan Berdaya
Saing Berbasis Pertanian dan Pariwisata”
Makna penting pada visi tersebut adalah membulatkan tekad Kabupaten Bangka Selatan
menjadi tempat yang tepat dan menguntungkan bagi investor asing, investor swasta dalam negeri dan
masyarakat daerah tersebut untuk menanamankan dan mengembangkan modalnya, khususnya di
sektor primer pertanian dan wisata. Maksud dari visi tersebut adalah suatu harapan bahwa Kabupaten
Bangka Selatan selama kurun waktu 5 (lima) tahun kedepan akan berbuat sesuai dengan tugas dan
fungsi serta kewenangannya untuk menciptakan daya tarik bagi investor dunia yang sehat dan berdaya
3.2 Misi
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi. Rumusan misi yang baik akan membantu lebih jelas penggambaran visi yang ingin
dicapai dan menguraikan upaya-upaya apa yang harus dilakukan. Rumusan misi dalam sebuah
dokumen akan menjadi penting untuk memberikan kerangka bagi tujuan dan sasaran serta arah
kebijakan yang ingin dicapai dan menentukan jalan yang akan ditempuh untuk mencapai visi.
Rumusan misi dalam dokumen RUPM Kabupaten Bangka Selatan dikembangkan dengan
memperhatikan faktor-faktor lingkungan strategis, baik eksternal dan internal yang mempengaruhi serta
kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada dalam pembangunan daerah.
Misi Penanaman Modal Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2018-2025 adalah sebagai berikut:
1) Melayani Penanaman Modal dengan Prima.
2) Mewujudkan Penanaman Modal yang Inklusif dan Berkelanjutan.
3.3 Tujuan
Perumusan tujuan dan sasaran merupakan tahap perumusan sasaran strategis yang
menunjukkan tingkat prioritas tertinggi dalam perencanaan pembangunan jangka menengah daerah
yang selanjutnya akan menjadi dasar untuk penyusunan arsitektur kinerja pembangunan daerah
secara keseluruhan. Perumusan tujuan dan sasaran merupakan salah satu tahap perencanaan
kebijakan (policy planning) yang memiliki critical point dalam penyusunan RUPM. Mengingat jika visi
dan misi penanaman modal tidak dijabarkan secara teknokratis dan partisipatif ke dalam tujuan dan
sasaran, maka arah kebijakan penanaman modal mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya pada
sistem penyelenggaraan pemerintahan.
Tujuan dan sasaran merupakan dampak (impact) keberhasilan pembangunan daerah yang
diperoleh dari pencapaian berbagai arah kebijakan prioritas terkait. Selaras dengan penggunaan
paradigma penganggaran berbasis kinerja maka perencanaan pembangunan daerah pun
menggunakan prinsip yang sama. Pengembangan rencana pembangunan daerah lebih ditekankan
pada target kinerja, baik pada dampak, hasil, maupun luaran meskipun bersifat jangka panjang.
Perumusan tujuan dan sasaran dari visi dan misi RUPMK ini akan dijadikan landasan perumusan arah
kebijakan penanaman modal Kabupaten Bangka Selatan selama 5 (lima) tahun kedepan.
Tabel 3.1
Keterkaitan Misi dan Tujuan Penanaman Modal di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2018-2025
MISI TUJUAN
1 Melayani Penanaman Modal dengan 1.1 Menciptakan Iklim Penanaman Modal yang Produktif &
Prima Berdaya Saing
2 Mewujudkan Penanaman Modal yang 2.1 Meningkatkan Distribusi Aktivitas Ekonomi Produktif
Inklusif dan Berkelanjutan yang inklusif di Seluruh Wilayah Kabupaten Bangka
2
Selatan secara Proporsional
2.2 Meningkatkan Nilai Tambah Ruang melalui
Ketersediaan Fasilitas, Sarana, & Prasarana yang
memadai
2.3 Menciptakan Iklim Penanaman Modal yang
Produktif & Berdaya Saing
2.4 Meningkatkan Minat dan Varian investasi
2.5 Menjaga Daya Dukung dan Daya Tampung
Lingkungan senagai dampak dari Aktivitas Investasi
2.6 Menstimulasi Peningkatan Kapasitas dan
Kapabilitas UMKM
2.7 Meningkatkan Minat Investor Terhadap Profil dan
Kinerja UMKM
2.8 Melembagakan Profil dan Kinerja UMKM kedalam
materi bargaining investasi dengan investor
Sumber: Hasil Analisis
3.4 Sasaran
Sasaran adalah hasil yang diharapkan dari suatu tujuan yang diformulasikan secara terukur,
spesifik, mudah dicapai, rasional, untuk dapat dilaksanakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke
depan. Berdasarkan masing-masing tujuan yang telah ditetapkan maka dirumuskan sasaran untuk
kuantifikasi lebih lanjut dan lebih teknis dapat dikelola pencapaiannya. Hasil perumusan sasaran
penanaman modal Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2018-2025 dapat dilihat pada tabel berikut:
Visi : Terwujudnya Kabupaten Bangka Selatan Sebagai Pusat Investasi yang Sehat dan Berdaya Saing Berbasis
Pertanian dan Pariwisata
MISI TUJUAN SASARAN
1 Melayani Penanaman 1.1 Menciptakan Iklim 1.1.1 Meningkatnya Kapasitas Lembaga &
Modal dengan Prima Penanaman Modal yang Kelembagaan Penanaman Modal
Produktif & Berdaya Dalam Menegakkan Hukum
Saing
1.1.2 Meningkatnya Efektifnya Partisipasi
Lembaga / OPD diluar Lembaga
Perijinan pada saat Perencanaan dan
Implementasi Regulasi Penanaman
Modal
1.1.3 Terbangunnya Media Komunikasi
antara Penanam Modal dengan
Pemerintah Kabupaten Bangka
Selatan melalui Forum Penanam
Modal (Investor) dalam menyusun
kebijakan penanganan dampak
kebijakan makro
1.1.4 Meningkatnya efisiensi perijinan dari
aspek waktu, lembaga yang melayani,
biaya, serta kemudahan persyaratan
persyaratan
1.1.5 Meningkatnya Efektivitas Koordinasi
Antara OPD dalam hal Perencanaan,
Pelaksanaan, Pengawasan dan
Evaluasi Penanaman Modal
1.1.6 Terpetakannya Desain Ekonomi
Kabupaten Bangka Selatan yang
Mengakomodir Kepentingan PMA,
PMDN, dan UMKM
2 Mewujudkan 2.1 Meningkatkan Distribusi 2.1.1 Tersebarnya Penanaman Modal di
Penanaman Modal Aktivitas Ekonomi Seluruh Wilayah Kabupaten Bangka
yang Inklusif dan Produktif yang inklusif di Selatan Secara Proporsional Sesuai
Berkelanjutan Seluruh Kabupaten
Peruntukkan Pola Ruangnya
Bangka Selatan secara
Proporsional
2.2 Meningkatkan Nilai 2.2.1 Tersebarnya Upaya Pemenuhan
Tambah Ruang melalui Kebutuhan Sarana dan Prasarana
Ketersediaan Fasilitas, Infrastruktur yang Layak dan
Sarana, & Prasarana
Proporsional.
yang Memadai
Sesuai RUPM Nasional, berdasarkan visi, misi dan sasaran yang ingin diwujudkan pada akhir
periode perencanaan, diketahui masih ada kesenjangan antara kondisi yang diharapkan tersebut
dengan kondisi yang ada saat ini. Kesenjangan ini perlu dikurangi atau dihilangkan melalui perumusan
dan pelaksanaan strategi, kebijakan serta langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh pemerintah
dengan mengikutsertakan semua pihak terkait. Sesuai dengan amanat Undang-undang No. 25 tahun
2007 tentang Penanaman Modal, Pemerintah telah berkomitmen untuk mengembangkan strategi dan
kebijakan penanaman modal di Indonesia berdasarkan atas azas kepastian hukum, keterbukaan,
akuntabilitas, perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara, kebersamaan, efisiensi dan
berkeadilan, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, kemandirian, serta keseimbangan antara
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
RUPM Nasional memberikan arahan indikatif pada penyusunan Rencana Pembangunan di
bidang penanaman modal, yang dijabarkan ke dalam RUPM Kabupaten Bangka Selatan dan mengacu
kepada arah RUPM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Selanjutnya dalam penyusunan target,
kebijakan, dan strategi, RUPM Kabupaten Bangka Selatan harus mempertimbangkan peran dokumen
RUPM Provinsi sebagai salah satu acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan di bidang
penanaman modal Kabupaten Bangka Selatan.
Dalam rangka terbangunnya keterpaduan dan konsistensi arah perencanaan penanaman
modal, maka RUPM Kabupaten Bangka Selatan harus mensinergikan antara arah kebijakan RUPM
Nasional dan RUPM Provinsi, dalam bentuk 7 (tujuh) arah kebijakan penanaman modal sebagaimana
tertuang dalam Perpres Nomor 16 Tahun 2012 tentang Rencana Umum Penanaman Modal, yaitu:
1. Perbaikan Iklim Penanaman Modal,
2. Persebaran Penanaman Modal,
3. Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur, dan Energi,
4. Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan (Green Investment),
5. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK),
6. Pemberian Fasilitas, Kemudahan dan/atau Insentif Penanaman Modal
7. Promosi Penanaman Modal.
Iklim penanaman modal merupakan suatu lingkungan kebijakan, institusional dan perilaku, baik
kondisi yang ada saat ini maupun kondisi yang diharapkan, yang mempengaruhi tingkat resiko maupun
tingkat pengembalian penanaman modal. Iklim penanaman modal sangat mempengaruhi keinginan
investor, untuk melakukan kegiatan penanaman modal, baik berupa penanaman modal baru maupun
perluasan penanaman modal yang telah berjalan. Iklim penanaman modal bersifat dinamis, artinya
setiap elemen yang terkandung didalamnya akan mengalami perubahan seiring perubahan dinamika
bisnis dan waktu. Selain itu, iklim penanaman modal juga bersifat lokasional, artinya meskipun iklim
penanaman modal akan sangat diwarnai oleh situasi dan kondisi perekonomian global, nasional,
regional, dan lokal, namun perbedaan karakteristik di masing-masing perekonomian regional dan lokal
akan memberi arah penekanan yang berbeda dalam upaya perbaikan iklim penanaman modal di
Kabupaten Bangka Selatan. Arah kebijakan perbaikan iklim penanaman modal ini meliputi:
4.1.1.2 Penyelenggaraan PTSP di bidang Penanaman Modal oleh OPD Penanaman Modal
mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari Bupati Bangka Selatan yang
memiliki kewenangan perizinan dan non-perizinan di tingkat Kabupaten Bangka Selatan.
PTSP di bidang penanaman modal melaksanakan fungsi pelayanan perizinan dan
nonperizinan dibidang penanaman modal yang mendapat pendelegasian atau
pelimpahan wewenang dari Bupati Bangka Selatan.
Setelah dibentuknya PTSP di bidang penanaman modal, maka Pemerintah Kabupaten
Bangka Selatan dalam hal ini Bupati Bangka Selatan, segera melimpahkan sepenuhnya
kewenangan pemberian perizinan dan non-perizinan di bidang penanaman modal yang
menjadi urusan pemerintah Kabupaten Bangka Selatan kepada OPD Penanaman
Modal.
4.1.1.4 Mengarahkan lembaga penanaman modal Kabupaten Bangka Selatan secara proaktif
menjadi inisiator penanaman modal serta berorientasi pada pemecahan masalah (problem-
solving) dan fasilitasi baik kepada para penanam modal yang akan menjalankan usahanya
maupun yang sudah menjalankan usahanya di daerah.
Dalam rangka melakukan kegiatan penanaman modal, para penanam modal
menghadapi berbagai kendala dan permasalahan di lapangan, baik terkait
pembebasan lahan, birokrasi perizinan, kesulitan informasi partner lokal yang potensial,
pembiayaan bank lokal, asuransi lokal, dan lain-lain. OPD Penanaman Modal
memegang peranan penting dalam menginisiasi fasilitasi para penanam modal dalam
rangka membantu mengatasi masalah pelaksanaan realisasi penanaman modal
dengan berkoordinasi kepada lembaga/instansi teknis terkait di daerah.
Sebagai salah satu bentuk sistem pelayanan perizinan dan non-perizinan dibidang
penanaman modal, OPD Penanaman Modal mengintegrasikan layanan sistem
perizinan dan nonperizinan penanaman modal dengan sistem informasi tentang data
Berdasarkan Perpres Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan
Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang
Penanaman Modal, penanam modal dalam melakukan kegiatan usahanya di Indonesia, Khususnya di
Kabupaten Bangka Selatan, baik Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman
Modal Asing (PMA), tetap harus tunduk dan mematuhi ketentuan tentang Bidang Usaha yang Tertutup
dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Ketentuan
tersebut dituangkan dalam suatu daftar dan merupakan instrumen yang digunakan oleh Pemerintah
Kabupaten Bangka Selatan sebagai langkah awal pemberian persetujuan baik oleh Pemerintah Pusat
maupun oleh Pemerintah Provinsi sesuai dengan kewenangannya, atas kegiatan penanaman modal
yang akan dilaksanakan di wilayah Kabupaten Bangka Selatan. Ketentuan tentang Bidang Usaha yang
Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal (Daftar
Negatif Investasi/DNI), sekaligus menjadi dasar bagi para aparatur pemerintah baik di pusat dan
daerah dalam menyelenggarakan pelayanan perizinan dan non-perizinan di bidang penanaman modal.
Mengingat ketentuan ini mengatur kegiatan usaha yang perkembangannya sangat dinamis,
maka dapat dimungkinkan untuk diubah terutama dikaitkan dengan urgensitas negara dalam rangka
melindungi kepentingan nasional. Untuk itu, pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan
Kabupaten Bangka Selatan sesuai kewenangannya, dapat mengusulkan kepada Pemerintah guna
dipertimbangkan untuk diatur dalam ketentuan tersebut terkait usahanya untuk mengembangkan
bidang usaha sektor tertentu yang menjadi unggulan/prioritas daerah.
Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014, Sub Urusan Pengembangan Iklim
Penanaman Modal, melampirkan bahwa penetapan bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha
yang terbuka dengan persyaratan, menjadi kewenangan pemerintah pusat, sementara kewenangan
pemerintah Kabupaten Bangka Selatan tidak tercantum dalam Undang-Undang tersebut, sehingga
untuk implementasinya dibutuhkan kebijakan yang bersifat transisi, namun selama peraturan
pendukung Undang-Undang No 23 Tahun 2014 belum ada, maka kebijakan yang digunakan, masih
menggunakan peraturan yang sebelumnya atau yang selama ini di pakai.
Sebagaimana telah dijelaskan pada poin 4.1.2, bahwa ketentuan DNI selain merupakan
saringan awal kegiatan penanaman modal, juga merupakan salah satu instrumen peraturan
perundang-undangan yang digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan dalam rangka
pengaturan persaingan usaha yang sehat di aspek hulu. Untuk itu, mengingat pelaksanaan kegiatan
usaha penanaman modal berada di daerah setempat, maka Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan
dapat segera melakukan langkah-langkah pemantauan kegiatan penanaman modal, pembinaan serta
pengawasan dalam rangka memastikan pelaksanaan kegiatan penanaman modal sesuai perizinan
yang telah diberikan. Dengan demikian, penguatan kelembagaan dan kapasitas sumberdaya pada
OPD Penanaman Modal terkait aspek pemantauan, pengawasan, dan pembinaan penanaman modal
sangat diperlukan.
OPD Penanaman Modal diharapkan juga mampu meningkatkan perannya sebagai pemberi
bantuan teknis (technical assistance) untuk memfasilitasi dan membimbing para penanam modal yang
akan melaksanakan kegiatan penanaman modal di lokasi hingga dapat direalisasikan.
Salah satu esensi adanya kegiatan penanaman modal adalah dalam rangka penyerapan
tenaga kerja. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan melakukan upaya-upaya dalam rangka
menjamin kepastian hukum pelaksanaan kegiatan penanaman modal di Kabupaten Bangka Selatan
sesuai perizinan yang telah diberikan tanpa mencederai pemenuhan hak buruh/pekerja, baik terkait
upah/gaji, jaminan kesejahteraan, jaminan kesehatan, pelatihan yang dapat menunjang pelaksanaan
pekerjaan, dan lain-lain.
Selain itu, Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan sebagai kepanjangan tangan Pemerintah
Pusat dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, melakukan berbagai upaya teknis yang sifatnya
preventif guna menjaga dan menjamin terselenggaranya hubungan yang harmonis antara Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, pengusaha, buruh/pekerja, dan serikat buruh/pekerja, dengan tetap
mengedepankan musyawarah mufakat sebagai karakteristik, asas dan harkat martabat budaya
ketimuran yang tetap harus dijunjung tinggi.
Berdasarkan diagram 4.1 dapat dijelaskan bahwa untuk memperbaiki atau meningkatkan iklim
penanaman modal yang berdaya saing, Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan diamanatkan untuk
membentuk lembaga OPD Penanaman Modal yang memiliki berbagai kewenangan sebagai upaya
untuk mengefisiensikan proses pelayanan terhadap penanaman modal, dan hal tersebut belum
sepenuhnya dilaksanakan meskipun PTSP sudah terbentuk. Tidak hanya itu, lembaga OPD
Penanaman Modal diamanatkan untuk merumuskan beberapa hal terkait arah kebijakan perbaikan
iklim penanaman modal, yaitu;
1. Mendukung pengaturan bidang usaha yang tertutup, terbuka, dan bersyarat melalui berbagai
pendekatan yang regulatif,
2. Merumuskan kelembagaan persaingan usaha yang adil dan sehat,
3. Merumuskan (detail/rinci) kelembagaan pemberian fasilitas, insentif, kemudahan, bagi
penanam modal termasuk fasilitas,
4. Merumuskan penentuan lembaga yang berperan sebagai fasilitator, katalisator, problem
solving, yang membantu penanam modal.
Selain pengembangan penanaman modal yang fokus menurut bidang atau sektor unggulan/
prioritas daerah, Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan perlu merumuskan strategi dan kebijakan
dalam upaya mendorong pemerataan pembangunan ekonomi di Kecamatan (aspek spasial), melalui
Berdasarkan Gambar 4.1, dapat dijelaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan
diamantakan untuk mendorong terjadinya sebaran penanaman modal yang proporsional. Untuk itu,
Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan akan memetakan kawasan yang potensial untuk investasi dan
kawasan yang kurang potensial untuk investasi melalui instrumen legal yang ada seperti dokumen
RTRW, RDTR, RTBL, (Pola dan Struktur Ruang), Penilaian daya saing daerah (ketersediaan sarana
dan prasarana pendukung sistem perkotaan), dan kondisi sosial ekonomi masyarakatnya. Data dan
informasi ini, dibutuhkan untuk membantu proses perumusan fasilitas, insentif, dan kemudahan bagi
penanam modal yang bersedia menanamkan modalnya di kawasan yang kurang potensi investasi.
a) Pangan
Sasaran penanaman modal bidang pangan pada masing-masing komoditi dilakukan untuk
mewujudkan: (i) swasembada beras berkelanjutan; (ii) mengurangi ketergantungan pangan impor (iii)
mengembangkan industri turunan kelapa sawit/karet/lada dan komoditi pangan unggulan Indonesia
melalui klaster industri dan peningkatan produktifitasnya; dan (iv) mengubah produk primer menjadi
produk olahan untuk ekspor. Arah kebijakan pengembangan penanaman modal bidang pangan adalah
sebagai berikut:
b) Infrastruktur
Ketersediaan infrastruktur merupakan salah satu faktor kunci dalam rangka menstimulasi
pertumbuhan ekonomi, baik dalam jangka pendek melalui penciptaan lapangan pekerjaan sektor
konstruksi, serta jangka menengah dan jangka panjang dalam mendukung peningkatan efisiensi dan
produktifitas kegiatan usaha penanaman modal. Pengembangan infrastruktur dilakukan dengan
menjaga kesinambungan penanaman modal pada sektor tersebut serta memprioritaskan
pembangunannya dalam rencana penanaman modal daerah baik yang dilakukan oleh pemerintah,
kerjasama pemerintah-swasta, maupun oleh swasta murni.
Arah pengembangan penanaman modal di bidang infrastruktur adalah sebagai berikut:
4.3.b.1 Optimalisasi kapasitas dan kualitas infrastruktur yang saat ini sudah tersedia.
4.3.b.2 Pengembangan infrastruktur baru dan perluasan layanan infrastruktur sesuai strategi
peningkatan potensi ekonomi di masing-masing wilayah.
4.3.b.3 Pengintegrasian pembangunan infrastruktur nasional dan provinsi sesuai dengan peran
masing-masing wilayah dan jangkauan pelayanannya.
Berdasarkan Gambar 4.2, dapat dijelaskan bahwa kebutuhan akan komoditas pangan dan
energi merupakan komoditas yang primer, sifatnya penting, yang memiliki keterbatasan produksi serta
pasokan, sehingga gangguan akan ketersediaannya akan berdampak besar terhadap dinamika sosial
ekonomi dan politik skala lokal, regional, dan nasional. Untuk itu penanaman modal pada ke dua
komoditas ini, sangatlah diharapkan, sebab memiliki manfaat (benefit) yang besar bagi kelangsungan
hidup masyarakat, lokal, regional, maupun nasional. Sehingga penanam modal komoditas ini
mendapat perhatian istimewa melalui paket fasilitas, kemudahan, dan atau insentif.
Hal yang serupa juga terjadi pada investasi dibidang infrastruktur, dimana investasi di bidang
ini umumnya tidak didasarkan pada pendekatan ekonomi jangka pendek dan menengah. Sebab bidang
Kebijakan Energi Nasional sebagaimana diatur dalam Perpres No. 5 Tahun 2006, telah
mengamanatkan peningkatan penggunaan energi baru dan terbarukan menjadi lebih dari 80 persen
pada tahun 2025. Energi baru adalah energi yang dihasilkan oleh teknologi baru baik yang berasal dari
energi terbarukan maupun energi tak terbarukan, antara lain: hidrogen, coal bed methane, batubara
yang dicairkan (liquefied coal), batu bara yang digaskan (gasified coal), dan nuklir, sedangkan energi
terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumberdaya energi yang secara alamiah tidak
akan habis dan dapat berkelanjutan jika dikelola dengan baik, antara lain: panas bumi, bahan bakar
nabati (biofuel), aliran air sungai, panas surya, angin, biomassa, biogas, ombak laut, dan suhu
kedalaman laut.
Arah kebijakan penanaman modal yang berwawasan lingkungan (green investment) adalah:
4.4.1 Perlunya bersinergi dengan kebijakan dan program pembangunan lingkungan hidup,
khususnya program pengurangan emisi gas rumah kaca pada sektor kehutanan,
transportasi, industri, energi dan limbah, serta program pencegahan kerusakan
keanekaragaman hayati.
4.4.2 Pengembangan sektor-sektor prioritas dan teknologi yang ramah lingkungan, serta
pemanfaatan potensi sumber energi baru dan terbarukan.
4.4.3 Pengembangan ekonomi hijau (green economy).
4.4.4 Pemberian fasilitas, kemudahan dan/atau insentif penanaman modal diberikan kepada
penanaman modal yang mendorong upaya-upaya pelestarian lingkungan hidup termasuk
pencegahan pencemaran, pengurangan pencemaran lingkungan, serta mendorong
perdagangan karbon (carbon trade).
4.4.5 Peningkatan penggunaan teknologi dan proses produksi yang ramah lingkungan secara
lebih terintegrasi, dari aspek hulu hingga aspek hilir.
4.4.6 Pengembangan wilayah yang memperhatikan tata ruang dan kemampuan atau daya
dukung lingkungan.
Berdasarkan Gambar 4.3, dijelaskan bahwa, arah kebijakan penanaman modal yang
berwawasan lingkungan didasarkan pada pendekatan pembangunan yang berkelanjutan, yang artinya
pembangunan harus mempertimbangkan keadilan dan keseimbangan daya dukung dan daya tampung
lingkungan dari aspek lintas waktu dan lintas generasi. Selama ini keberhasilan pembangunan sering
dinilai dari aspek sosial, ekonomi, dan infrastruktur saja, sedangkan aspek lingkungan masih belum
menjadi tolak ukur utama kinerja pemerintahan. Sementara itu, disaat yang bersamaan, isu strategis
terhadap lingkungan, justru menjadi salah satu komponen bargaining di pasar global. Artinya, secara
tidak langsung harus ada yang menanggung biaya ekonomi atas terganggunya daya dukung dan daya
tampung lingkungan akibat aktivitas investasi, tanpa ada kejelasan siapa yang menanggung biaya
pemulihannya. Untuk itu, RUMP Kabupaten Bangka Selatan ini mengarahkan agar dokumen KLHS
dan SLHD dapat dijadikan rujukan untuk memitigasi investasi dalam bentuk KRP (Kebijakan Rencana
dan Program).
Mengingat pentingnya menjaga daya dukung dan daya tampung lingkungan, maka investasi
dibidang apapun, yang mampu mengeliminasi potensi terganggunya daya dukung dan daya tampung
lingkungan atau justru investasi yang bertujuan untuk memperbaiki daya dukung dan daya tampung
lingkungan, patut mendapat perhatian istimewa melalui paket fasilitas, kemudahan, dan atau insentif.
Berdasarkan Gambar 4.4, dapat dijelaskan bahwa investasi yang diharapkan adalah investasi
yang mampu meningkatkan aksessibilitas sekaligus melibatkan UMKMK kedalam aktivitas investasi itu
sendiri, baik dari sisi hulu, proses, maupun dari sisi hilir produksi. Dengan pertimbangan manfaat dari
multiplier effect yang ditimbulkannya terhadap keterlibatan UMKMK tersebut, maka investasi semacam
ini mendapat perhatian dan perlakuan istimewa melalui dukungan paket fasilitas, kemudahan, dan atau
insentif.
Sedangkan penanaman modal yang termasuk skala prioritas tinggi adalah penanaman modal
yang memiliki kriteria sebagai berikut:
Mampu mendorong diversifikasi kegiatan ekonomi,
Memperkuat struktur industri lokal, reginonal dan nasional
Memiliki prospek tinggi untuk bersaing di pasar internasional, dan
Kegiatan penanaman modal yang termasuk skala prioritas tinggi ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat, Provinsi dan Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan dalam rangka kepentingan nasional,
regional, lokal dan perkembangan ekonomi.
a) Bentuk/Jenis Fasilitas, Kemudahan dan/atau Insentif Penanaman Modal oleh Pemerintah dan
Pemerintah Kota. Fasilitas fiskal penanaman modal yang diberikan oleh Pemerintah dapat
berupa:
Pajak penghasilan melalui pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan dalam
jumlah dan waktu tertentu,
Pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan neto sampai tingkat tertentu terhadap
jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu,
Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin, atau peralatan
untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi dalam negeri,
Pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong untuk
keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan tertentu,
Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor barang modal atau
mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam
negeri selama jangka waktu tertentu,
Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat.
b) Kriteria Penanaman Modal yang diberikan fasilitas, kemudahan dan/atau insentif Penanaman
Modal. Sesuai dengan UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pemerintah
memberikan fasilitas dan kemudahan pelayanan dan/atau perizinan kepada penanam modal
yang melakukan penanaman modal. Fasilitas penanaman modal sebagaimana dimaksud
diberikan kepada penanaman modal yang memiliki kriteria sebagai berikut:
Melakukan perluasan usaha, atau
Melakukan penanaman modal baru.
Lebih lanjut, penanaman modal yang mendapat fasilitas penanaman modal adalah
yang sekurang-kurangnya memenuhi salah satu kriteria berikut:
Melakukan industri pionir,
Termasuk skala prioritas tinggi,
Menyerap banyak tenaga kerja,
Termasuk pembangunan infrastruktur,
Melakukan alih teknologi,
Berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau daerah lain yang
dianggap perlu,
Menjaga kelestarian lingkungan hidup,
Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi,
Bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah, atau koperasi, atau
Industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang diproduksi di
dalam negeri.
OPD Penanaman Modal lebih proaktif dalam menginisiasi pelaksanaan fasilitasi penanam
modal, terutama yang melakukan penanaman modal di sektor unggulan/prioritas dan strategis daerah
Gambar 4.7
Promosi Penanaman Modal
Berdasarkan Gambar 4.7, dapat dijelaskan bahwa promosi merupakan sebuah rangkaian
proses yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi, sehingga setiap tahapan kegiatannya akan
mempengaruhi kegiatan pada tahap berikutnya. Arah kebijakan promosi ini, lebih menekankan kepada
peningkatan kualitas pada setiap tahapan proses promosi.
Kajian RUPMK yang dilakukan di Kabupaten Bangka Selatan hanya memfokuskan pada 4
(empat) sektor lapangan usaha yaitu pertanian, perikanan, industri pengolahan (UMKMK) dan
pariwisata. Secara umum, kondisi di Kabupaten Bangka Selatan tidak terlepas dari kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman. Sebelum dilakukannya analisis SWOT tersebut, maka perlu
diketahui terlebih dahulu komoditas yang memiliki potensi sebagai komoditas unggulan atau tidak pada
sektor pertanian, perkebunan dan perkanan, sektor pariwisata, sektor industri pengolahan dan
UMKMK.
Penetapan suatu komoditas sebagai komoditas unggulan daerah harus disesuaikan dengan
potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki oleh daerah. Komoditas yang dipilih
sebagai komoditas unggulan daerah adalah komoditas yang memiliki produktifitas yang tinggi dan
dapat memberikan nilai tambah sehingga berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat. Sumber
data yang digunakan adalah data Badan Pusat Statistik dari tahun 2013-2017. Beberapa data yang
belum terdata di tahun 2017, tidak dilakukan dalam analisis ini. Jenis data yang digunakan untuk ketiga
analisis ini adalah data PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto), Produksi (ton), nilai Produk
(rupiah) dan data lainnya yang berkaitan dengan analisis keunggulan. Jenis analisis yang digunakan
untuk mengetahui sektor/komoditas keunggulan daerah adalah Location Quotient (LQ), Shift Share
Analysis (SSA) dan Tipologi Klasen (TP).
Berdasarkan hasil LQ PDRB lapangan usaha pada Tabel 5.1. diketahui bahwa diantara ke
empat sektor tersebut yang memiliki nlai LQ terbesar secara berurutan adalah lapangan usaha
pertanian (LQ = 2,092), perikanan (LQ = 1,721), Pariwisata (LQ=0,925) dan industri pengolahan
(LQ=0,156). Dari nilai LQ tersebut tergambar bahwa sektor yang memiliki LQ > 1 adalah sektor
pertanian dan perikanan, yang dartikan bahwa kedua sektor tersebut memiliki keunggulam komparatif
dan merupakan sektor basis di Kabupaten Bangka Selatan. Hasil LQ lapangan usaha dapat dilihat
pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1
Analisa LQ 4 Lapangan Usaha di Kabupaten Bangka Selatan
Tahun
Lapangan Usaha Rerata LQ
2013 2014 2015 2016
1. Pertanian 2,21 2,03 2,05 2,09 2,092
2. Perikanan 1,71 1,75 1,77 1,65 1,721
3. Industri Pengolahan 0,15 0,15 0,16 0,17 0,156
4. Pariwisata (Transportasi & Penyediaan Makan Minuman) 0,94 0,93 0,95 0,88 0,925
Sumber: Data BPS diolah, 2018
( ) ( ) ( )
Dimana:
Sektor pertanian memiliki nilai LQ yang paling tinggi dibandingkan 3 sektor lainnya yaitu 2,093.
Hal ini dimaknai bahwa sektor pertanian menjadi basis atau sumber pertumbuhan di Kabupaten
Bangka Selatan. Perkembangan nilai LQ sektor tersebut dari tahun 2013 sampai tahun 2016, paling
tinggi terjadi pada tahun 2013, dan mengalami penurunan sampai tahun 2016. Namun jika
dibandingkan dengan sektor lain, lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan terus
mengalami peningkatan kontribusinya terhadap pembentukan PDRB kenaikan dari tahun ke tahun,
dimana pada tahun 2013 kontribusinya mencapai 37,34 persen dan terus naik hingga 39,54 persen di
tahun 2016. Selain itu, selama periode tahun 2013-2016 tersebut sektor lapangan usaha ini merupakan
sumber pertumbuhan ekonomi terbesar bagi perekonomian Kabupaten Bangka Selatan. Jumlah tenaga
kerja pada sektor pertanian terus mengalami kenaikan yaitu 36.677 pekerja di tahun 2013 dan
mencapai 56.416 pekerja di tahun 2015. Pada sektor ini, serapan tenaga kerja mencapai 40 sampai
60 persen dari semua lapangan usaha yang ada di Kabupaten Bangka Selatan.
Pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Bangka Selatan dibagi menjadi 4 (empat) bidang
komoditas pertanian, antara lain: (1) tanaman pangan dan palawija, (2) sayur-sayuran, (3) buah-
buahan, dan (4) tanaman perkebunan. Nilai LQ dari keempat komoditas tersebut yang terbesar adalah
tanaman perkebunan, dengan nila LQ > 1 yakni 1,38 yang menunjukkan bahwa produksi tanaman
perkebunan di Kabupaten Bangka Selatan melebihi rata-rata produksi tanaman perkebunan di
5.1.1 Analisis LQ, SSA, dan Tipologi Klassen Komoditas Tanaman Pangan dan Palawija
Tanaman pangan dan palawija yang dibudidayakan di Kabupaten Bangka Selatan terdiri atas
tanaman pangan dan tanaman palawija. Tanaman yang dibudidayakan terdiri atas 6 (enam) komoditas
yaitu padi sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah.
Tabel 5.5
Luas Tanam dan Produksi Padi Sawah di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016
No Nama Kecamatan Luas Tanam (ha) Produksi (ton)
1 Payung 155,00 485,75
2 Pulau Besar 1592,00 4989,74
3 Simpang rimba 104,00 324,35
4 Toboali 2823,00 8935,16
5 Tukak Sadai - -
6 Air Gegas 443,00 1396,67
7 Lepar Pongok 32,00 95,40
8 Kepulauan Pongok - -
Total 5149,00 16227,07
Sumber: Bangka Selatan Dalam Angka, 2017
Padi Sawah
Produktivitas (ton/ha/tahun)
20000 3.89 5
3.4 3.58
Produksi (ton)
15000 3.1 4
2.41 3
10000
2
5000 1
11096 14362 6110 6789 15945
0 0
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Gambar 5.2
Peta Kewilayahan Lokasi Pengembangan Komoditas Padi Sawah di Kabupaten Bangka Selatan
Tabel 5.7
Luas tanam dan produksi padi ladang di Kabupaten Bangka Selatan tahun 2016
No Kecamatan Luas Tanam (ha) Produksi (ton)
1 Payung 703,00 1231,02
2 Pulau Besar 176,00 308,19
3 Simpang rimba 49,00 85,80
4 Toboali - -
5 Tukak Sadai - -
6 Air Gegas 90,00 158,00
7 Lepar Pongok - -
8 Kepulauan Pongok - -
Total 1018,00 1783,01
Sumber: Bangka Selatan Dalam Angka, 2017
Produktivitas (ton/ha/tahun)
2000 5
Produksi (ton)
1500 4
2.16 3
1000 1.82 1.73 1.75
2
0.96
500 1
1585 1752 1693 1211 1783
0 0
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Gambar 5.3
Produksi dan Produktivitas Padi Ladang di Kabupaten Bangka Selatan
Gambar 5.4
Peta Kewilayahan Lokasi Pengembangan Komoditas Padi Ladang
Di Kabupaten Bangka Selatan
Tabel 5.9
Luas Tanam dan Produksi Tanaman Jagung di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016
No Kecamatan Luas Tanam (ha) Produksi (ton)
1 Payung 7,00 12,44
2 Pulau Besar 19,70 35,99
3 Simpang rimba - -
4 Toboali 18,00 33,54
5 Tukak Sadai 5,70 10,94
6 Air Gegas 8,00 14,42
7 Lepar Pongok 5,00 9,08
8 Kepulauan Pongok - -
Total 63,40 116,41
Sumber: Bangka Selatan Dalam Angka, 2017
Produktivitas (ton/ha/tahun)
300 5
250 3.59 4
Produksi (ton)
50 1
165 153 224 128 108
0 0
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Gambar 5.6.
Peta Kewilayahan Lokasi Pengembangan Komoditas Jagung di Kabupaten Bangka Selatan
Tabel 5.11
Luas Tanam dan Produksi Tanaman Ubi Kayu di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016
No Kecamatan Luas Tanam (ha) Produksi (ton)
1 Payung 36,00 873,85
2 Pulau Besar 18,50 405,42
3 Simpang rimba 20,00 443,18
4 Toboali 42,00 948,25
5 Tukak Sadai 4,40 113,18
6 Air Gegas 77,00 1818,35
7 Lepar Pongok 9,00 207,39
8 Kepulauan Pongok - -
Total 206,90 4809,62
Sumber: Bangka Selatan dalam Angka 2017
Produktivitas (ton/ha/tahun)
6000 30
23.25
5000 25
19.28
Produksi (ton)
4000 17.85 20
16.37
14.15
3000 15
2000 10
1000 5
750 1064 1967 1446 4810
0 0
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Gambar 5.8
Peta Kewilayahan Lokasi Pengembangan Komoditas Ubi Kayu Di Kabupaten Bangka Selatan
Tabel 5.12
Luas Tanam, Produksi, Dan Produktivitas Tanaman Ubi Jalar Di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Tahun 2016
Luas Panen Produksi
Kabupaten/Kota Produktivitas (ton/ha/tahun)
(ha) (ton)
Bangka 107 1593 14,93
Belitung 6 61 10,19
Bangka Barat 24 162 6,88
Bangka Tengah 32 249 7,85
Bangka Selatan 72 653 9,07
Belitung Timur 21 285 13,65
Pangkalpinang 5 28 5,58
Total 267 3031 9,74
Sumber: Bangka Belitung dalam Angka, 2017
Jumlah hasil panen tersebut menempatkan Bangka Selatan sebagai peringkat kedua yakni
sebesar 22% dari total panen ubi jalar di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Berdasarkan Tabel
5.13, tiga kecamatan dengan hasil hasil panen tertinggi yaitu Kecamatan (1) Air Gegas (300,47 ton); (2)
Toboali (119,41); dan Simpang Rimba (88,50 ton). Produktivitas tanaman Ubi Jalar di Kabupaten
Bangka Selatan tahun 2016 yaitu 9,07 ton/ha/tahun. Produktivitas tanaman ubi jalar tertinggi di
Kabupaten Bangka Selatan terjadi pada tahun 2012 yaitu 9,55 to/ha/tahun. Di tahun 2016, produksi
tanaman ubi jalar meningkat sebesar 1,69 kali dibandingkan tahun 2015 (Gambar 5.9).
Tabel 5.13
Luas Tanam dan Prosuksi Tanaman Ubi Jalar di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016
No Kecamatan Luas Panen (ha) Produksi (ton)
1 Payung - -
2 Pulau Besar 8,00 71,29
3 Simpang rimba 10,00 88,50
4 Toboali 13,00 119,41
5 Tukak Sadai 4,00 36,75
6 Air Gegas 33,00 300,47
7 Lepar Pongok 4,00 36,28
8 Kepulauan Pongok - -
Total 72,00 652,70
Sumber: Bangka Selatan dalam Angka, 2017
Produktivitas (ton/ha/tahun)
800 12
700 9.55 9.07
8.23 7.89
Produksi (ton)
600 7.38 9
500
400 6
300
200 3
100 506 502 554 387 653
0 0
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Gambar 5.9
Produksi dan Produktivitas Ubi Jalar di Kabupaten Bangka Selatan
Gambar 5.10
Peta Kewilayahan Lokasi Pengembangan Komoditas Ubi Jalar di Kabupaten Bangka Selatan
Tabel 5.15
Luas Tanam dan Produksi Tanaman Kacang Tanah di Kabupaten Bangka Selaran Tahun 2016
No Kecamatan Luas Tanam (ha) Produksi (ton)
1 Payung - -
2 Pulau Besar 3,00 0,93
3 Simpang Rimba - -
4 Toboali 3,00 0,93
5 Tukak Sadai - -
6 Air Gegas 9,00 2,77
7 Lepar Pongok 2,00 0,62
8 Kepulauan Pongok - -
Total 17,00 5,25
Sumber: Bangka Selatan dalam Angka, 2017
Berdasarkan Tabel 5.15, tiga kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan dengan hasil panen
kacang tanah tertinggi yaitu Kecamatan (1) Air Gegas (2,77 ton); (2) Pulau Besar (0,93 ton); (3) dan
Toboali (0,93 ton). Produktivitas kacang tanah di Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2016 adalah
0,43 ton/ha/tahun. Berdasarkan Gambar 5.11, produksi dan produktivitas tanaman kacang tanah di
Kacang Tanah
(ton/ha/tahun)
Produktivitas
60 1.50
1.03
Produksi (ton)
0.90 0.92
40 1.00
0.40 0.43
20 0.50
26 39 26 9 7
0 0.00
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Berdasarkan nilai SSA, pertumbuhan produksi tanaman padi sawah tertinggi di Kecamatan
Pulau Besar (23,79), pertumbuhan produksi tanaman jagung tertinggi di Kecamatan Tukak Sadai
(14,41), pertumbuhan produksi tanaman ubi kayu tertinggi di Kecamatan Simpang Rimba (12,29), dan
produksi tanaman ubi jalar tertinggi di Kecamatan Simpang Rimba (4,39). Untuk komoditas padi ladang
dan kacang tanah pada daerah basis produksi tidak ada yang mengalami pertumbuhan produksi,
bahkan mengalami penurunan pertumbuhan produksi (nilai SSA negatif).
Tabel 5.17.
Pertumbuhan dan Basis Komoditas Pangan dan Palawija Kabupaten Bangka Selatan
Berdasarkan Analisis Tipologi Klassen dan LQ
Tanaman Proporsi Produksi (ton) Pertumbuhan Produksi
Kuadran
Pangan Kab. Prov. Kab.
No Kate Prov. Kep. Kete Tipologi
dan LQ Bangka Kep. Bangka
gori Babel gori Klassen
Palawija Selatan Babel Selatan
Padi
1 2,16 66,64 32,65 (+) 29,17 75,96 (-) III
Sawah
Padi
2 0,65 12,40 24,12 (-) 6,04 21,99 (-) IV
Ladang
3 Jagung 1,00 1,38 1,29 (+) 9,67 133,80 (-) III
4 Ubi Kayu 0,67 15,56 37,65 (-) 89,88 1387,71 (-) IV
5 Ubi Jalar 1,28 3,90 3,72 (+) 15,84 337,84 (-) III
Kacang
6 0,24 0,11 0,57 (-) -42,82 -18,66 (-) IV
Tanah
Sumber: Hasil Analisis
Nilai LQ > 1 = basis, LQ ≤ 1 = non-basis
Tanaman padi sawah, jagung, dan ubi jalar berada pada kuadran III. Sedangkan tanaman padi
ladang, ubi kayu, dan kacang tanah berada pada kuadran IV. Komoditas tanaman yang berada pada
kuadran III menunjukkan bahwa kontribusi produksi tanaman sektoral tinggi akan tetapi pertumbuhan
sektoralnya mengalami penurunan. Menurut Arsyad (2010), kuadran III ini dikategorikan sebagai
daerah makmur atau sektor maju yang sedang mengalami penurunan pertumbuhan. Sedangkan untuk
tanaman padi ladang, ubi kayu, dan kacang tanah terletak pada kuadran IV yang artinya bahwa
kontribusi produksi tanaman sektoral maupun pertumbuhan sektoralnya rendah sehingga tergolong
sebagai tanaman sektor relatif tertinggal.
Tabel 5.18.
Nilai LQ Komoditas Tanaman Sayur-Sayuran di Kabupaten Bangka Selatan
Tahun
Komoditas Rerata LQ
2014 2015 2016
Petsai/Sawi 0,33 0,26 1,77 0,79
Kacang Panjang 0,19 0,08 0,35 0,21
Cabe Besar 0,32 0,03 3,45 1,27
Cabe Rawit 0,11 8,42 2,48 3,67
Tomat 0,76 0,63 1,01 0,80
Terung 0,90 0,27 0,32 0,50
Ketimun 0,20 0,08 0,15 0,14
Kangkung 0,26 0,17 0,33 0,25
Bayam 0,70 0,15 0,55 0,47
Sumber: Hasil Analisis
Cabe Besar
500 150
400
81 78 100
300
61
200 43
50
100
461 424 369 103 319
0 0
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Cabe Rawit
3000 200
2500
Luas Panen (ha)
150
Produksi (ton)
1000
50
500
647 509 384 2650 193
0 0
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Tanaman nanas yang dikembangkan di Kabupaten Bangka Selatan merupakan jenis aksesi
lokal yang berasal dari Desa Bikang, Kecamatan Toboali, Bangka Selatan. Nanas ini memiliki bobot
mencapai 700 g dengan rasa yang manis, kandungan air sedikit, daging buah berwarna kuning dan ciri
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 100
buah telah matang adalah hijau kekuningan. Sentra tanaman nanas ini ada di Desa bikang, Kabupaten
Bangka Selatan dan berkontribusi sekitar 70% dari produksi nanas yang ada di Kabupaten Bangka
Selatan. Keunggulan nanas ini dibandingkan dengan keenam nanas aksesi lokal yang ada di Bangka
Belitung adalah masih mampu berproduksi di lahan marginal (lahan pascatambang timah) dengan
produksi 9,29 ton/ha. Nanas ini umumnya diolah mejadi buah meja, selai, keripik dan sebagai bahan
dalam membuat lempah kuning. Di Tahun 2014, produksi nanas di Bangka Belitung mencapai 4.704
ton. Tanaman nanas bikang telah dijadikan ikon Bangka Selatan, dan sangat potensial dijadikan buah
khas oleh-oleh, selai dan keripik sehingga perlu teknologi pengolahan yang baik dan benar serta
memberikan kontribusi di sektor agribisnisnya. Gambar 5.15 menunjukan bahwa produksi nanas di
Kabupaten Bangka Selaatan terus mengalami penurunan. Hal ini diduga karena produksi yang tinggi
tetapi sebagian besar hanya di konsumsi segar dan belum diolah menjadi produk turunan nanas.
Selain itu sulitnya mendapatkan pasar penjualannya menjadi penyebab menurunnya produksi nanas
ini.
Nenas
2500 400000
Produksi (ton)
2000
209000 300000
1500
200000
1000
11209
500 38950 9403 100000
2781 305 13 244 95
0 0
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Selain nanas, tanaman Nangka menjadi komoditas yang ingin dikembangkan pada sektor
industri pengolahan. Nangka pada umumnya diolah menjadi buah meja, campuran es, masakan, dan
keripik. Di tahun 2015, produksi tanaman nangka di Kabupaten Bangka Selatan mencapai 3979,4 ton.
Potensi pengembangan nangka ini di Bangka Selatan adalah industri makanan yaitu keripik nangka.
Jumlah produksi tertinggi nangka terdapat pada Desa Nangka dengan kontribusi produksi 35% dari
semua produksi nangka di Kabupaten Bangka Selatan. Berdasarkan Gambar 5.16, jumlah tanaman
produktif serta produksi tanaman nangka di Kabupaten Bangka Selatan cenderung berfluktuatif dari
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 101
tahun 2012-2016. Produksi tanaman nangka di Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2016 menurun
sebesar 33% dari tahun 2015.
Nangka
Tanaman Produktif
35324
8000 28203 40000
Produksi (ton)
(pohon)
15215
4000 860 20000
2000 6992 3461 21 3979 2647 10000
0 0
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Sektor buah-buahan lainnya yang ingin dikembangkan sektor agribisnisnya adalah tanaman
jeruk siam. Jeruk siam memiliki rasa yang manis, kulit tipis, dan mudah dikupas, umumnya di jual di
pasar tradisional. Buah jeruk siam berbentuk bulat dengan ujung buah bundar. Bobot buah jeruk siam
berkisar 99.8-112.2 gram, ketebalan kulit 1.8-2.5 mm, kulit halus dan berpori rapat serta berukuran
kecil 0.8 mm. Pulp jeruk siam lebih lembut dibandingkan jeruk keprok. Di tahun 2013, produksi jeruk
siam di Kabupaten Bangka Selatan mencapai 2418 ton (Gambar 5.17). Keunggulan tanaman jeruk
siam ini adalah dapat berproduksi rata-rata 4-5 tahun dengan produksi 50-150 kg/pohon. Sentra utama
tanaman jeruk di Kabupaten Bangka Selatan terdapat pada Kecamatan Toboali.
Jeruk Siam
Tanaman Produktif (pohon)
2500 25000
18750
2000 17987 20000
Produksi (ton)
1500 15000
8160
1000 3000 7705 10000
500 5000
1952 2418 44 733 1541
0 0
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Gambar 5.17.
Produksi dan Jumlah Tanaman Jeruk Siam Produkti di Kabupaten Bangka Selatan
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 102
5.1.3.1 Analisis LQ dan Tipologi Klassen Komoditas Buah-buahan
Berdasarkan analisis Tipologi Klassen (Tabel 5.23), tanaman buah-buahan di Kabupaten
Bangka Selatan terbagi menjadi 3 kuadran, yaitu tanaman kuadran I terdiri atas alpukat, belimbing,
jambu biji, jambu air, manga, nangka, papaya, salak dan semangka. Kuadran I merupakan kuadran
sektor maju dengan pertumbuhan pesat. Tanaman kuadran II terdiri atas duku, durian, jeruk siam,
manggis, nenas, dan pisang.
Tabel 5.21
Pertumbuhan dan Basis Komoditas Buah-Buahan Kabupaten Bangka Selatan Berdasarkan
Analisis Tipologi Klassen
Proporsi Produksi Pertumbuhan Produksi
Tanaman Buah- Kab. Prov. Kab. Prov. Kuadran Tipologi
No Kate Kate
buahan* Bangka Kep. Bangka Kep. Klassen
gori gori
Selatan Babel Selatan Babel
1 Alpukat 0,97 0,69 (+) 1444,22 1,02 (+) I
2 Belimbing 0,9 0,28 (+) 336,12 43,53 (+) I
3 Duku 1,39 1,85 (-) 813,9 -1,54 (+) II
4 Durian 5,64 11,05 (-) 483,6 3,57 (+) II
5 Jambu Biji 1,37 0,67 (+) 340,99 38,8 (+) I
6 Jambu Air 1,29 0,92 (+) 753,42 44,57 (+) I
7 Jeruk Siam 8,86 21,17 (-) 526,16 181,59 (+) II
8 Mangga 23,71 8,13 (+) 38,73 10,91 (+) I
9 Manggis 1,67 3,59 (-) 1254,98 39,96 (+) II
10 Nangka 20,51 12,31 (+) 6238,88 43,79 (+) I
11 Nenas 1,5 11,18 (-) 539,48 -9,49 (+) II
12 Pepaya 7,14 4,81 (+) 432,14 34,94 (+) I
13 Pisang 7,64 9,78 (-) 358,26 14,32 (+) II
14 Rambutan 9,16 6,66 (+) 9,16 36,96 (-) III
15 Salak 3,7 2,4 (+) 1476,4 24,66 (+) I
16 Semangka 4,56 4,53 (+) 35,56 -15,22 (+) I
Sumber: Hasil Analisis
Ket: * tanaman yang digarismiringkan merupakan prioritas pengembangan di Kab. Basel
Kuadran II merupakan kuadran sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat.
Tanaman kuadran III adalah rambutan yaitu kuadran tanaman maju dengan pertumbuhan tertekan.
Terdapat 56 persen komoditas tanaman buah di Kabupaten Bangka Selatan termasuk dalam kuadran
I.
5.1.4 Analisis LQ, SSA, dan Tipologi Klassen Komoditas Tanaman Perkebunan
5.1.4.1 Analisis LQ Komoditas Tanaman Perkebunan
Komoditas tanaman perkebunan Kabupaten Bangka Selatan terdiri atas lada, karet, kelapa,
kelapa sawit, kopi, cengkeh, dan coklat.
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 103
1. Tanaman Lada
Tanaman lada merupakan salah satu tanaman unggulan ekspor yang dibudidayakan di
Kabupaten Bangka Selatan. Pada tahun 2016 (BPS 2017), produksi tanaman lada mencapai 16.269
ton dengan produktivitas 1,25 ton/ha/tahun. Berdasarkan Tabel 5.24, bahwa Kabupaten Bangka
Selatan berperan sebanyak 49% total produksi lada yang ada di Kepulauan Bangka Belitung sehingga
menjadi pusat produksi terbesar penghasil lada putih (Muntok White Pepper) di Kepulauan Bangka
Belitung. Secara komparatif, luas lahan pertanaman lada di Kabupaten Bangka Selatan tertinggi di
semua Kota/Kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan luas tanam 24.421 ha.
Berdasarkan Tabel 5.25, tiga kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan dengan produksi lada tertinggi
adalah Kecamatan (1) Air Gegas (6986,25 ton); (2) Payung (2827,50 ton), dan (3) Tukak Sadai (2590
ton). Produksi tanaman lada di Kabupaten Bangka selatan berkisar dari 15.000 -17.000 ton dengan
produktivitas 1,25-1,89 ton/ha/tahun (Gambar 5.18).
Tabel 5.22
Luas Tanam, Produksi, dan Produktivitas Lada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun
2016
Produktivitas
Kabupaten/Kota Luas Tanam (ha) Produksi (ton)
(ton/ha/tahun)
Bangka 5073 3620 1,39
Belitung 8948 4533 1,14
Bangka Barat 5639 4724 1,42
Bangka Tengah 3211 2115 1,42
Bangka Selatan 24421 16269 1,25
Belitung Timur 3667 1919 0,87
Pangkalpinang - - -
Total 50959 33180 1,25
Sumber: Provinsi Kep. Babel dalam Angka diolah, 2018
Tabel 5.23
Luas Tanam dan Produksi Tanaman Lada di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016
No Kecamatan Luas Tanam (ha) Produksi (ton)
1 Payung 3618,60 2827,50
2 Pulau Besar 2148,10 1678,50
3 Simpang rimba 1766,10 1380,00
4 Toboali 1698,90 730,12
5 Tukak Sadai 3977,60 2590,00
6 Air Gegas 11662,10 6986,25
7 Lepar Pongok 186,20 76,89
8 Kepulauan Pongok - -
Total 25057,60 16269,26
Sumber: Kabupaten Bangka Selatan dalam Angka diolah, 2018
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 104
Lada
Produktivitas (ton/ha/tahun)
20000 2.5
1.89 1.89
1.72 2
15000
Produksi (ton)
Gambar 5.19. menunjukkan distribusi nilai LQ lada di 8 kecamatan berkisar antara 0,00 - 3,34.
Nilai LQ tertinggi untuk lada terdapat di kecamatan Air Gegas yaitu sebesar 3,34 dan nilai LQ terendah
yaitu 0.00 terdapat di kecamatan Kepulauan Pongok. Sentra utama produksi tanaman lada
berdasarkan nilai LQ produksi di Kabupaten Bangka Selatan adalah Air Gegas (3,34), Payung (1,95),
dan Pulau Besar (1,56).
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 105
2. Tanaman Karet
Tanaman karet merupakan salah satu tanaman ekspor yang dibudidayakan di Kabupaten
Bangka Selatan. Nilai ekonomi tanaman ini terdapat pada getah/lateks yang digunakan bahan baku
industri yang memproduksi bahan karet.
Tabel 5.24
Luas Tanam, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Karet di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Tahun 2016
Produktivitas
Kabupaten/Kota Luas Tanam (ha) Produksi (ton)
(ton/ha/tahun)
Bangka 24717 19185 1,31
Belitung 3769 1165 0,97
Bangka Barat 18015 10328 0,88
Bangka Tengah 8320 8004 1,37
Bangka Selatan 22735 11977 1,02
Belitung Timur 2792 626 0,84
Pangkalpinang - - -
Total 80348 51285 1,07
Sumber: Bangka Belitung dalam Angka, 2017
Di tahun 2016 (BPS 2017), Kabupaten Bangka Selatan menduduki peingkat 2 (dua) tertinggi
dalam produksi lateks di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung setelah Kabupaten Bangka (Tabel 5.26).
Tabel 5.25
Luas Tanam dan Produksi Tanaman Karet di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016
No Kecamatan Luas Tanam (ha) Produksi (ton)
1 Payung 4330,50 2117,55
2 Pulau Besar 2127,40 1988,80
3 Simpang rimba 2990,00 1291,22
4 Toboali 1983,60 684,07
5 Tukak Sadai 273,90 1385,30
6 Air Gegas 8208,40 4436,25
7 Lepar Pongok 3844,80 74,28
8 Kepulauan Pongok - -
Total 23758,60 11977,47
Sumber: Bangka Selatan Dalam Angka, 2017
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 106
Karet
Produktivitas (ton/ha/tahun)
15000 1.33 1.34 1.5
1.22
1.02
Produksi (ton)
12000
0.81 1
9000
6000
0.5
3000
11669 11090 13727 9228 11977
0 0
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Hal ini menunjukkan Kabupaten Bangka Selatan memberikan kontribusi penghasil lateks
sebesar 23% untuk produksi lateks di Kepulauan Bangka Belitung. Berdasarkan Tabel 5.27, tiga
kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan dengan produksi lateks tertinggi yaitu Kecamatan (1) Air
Gegas (4436,25 ton); (2) Payung (2117,55 ton); dan Pulau Besar (1988,80 ton). Produksi tanaman
karet di Kabupaten Bangka Selatan berkisar 9.000-14.000 ton dengan produktivitas 0,81-1,34
ton/ha/tahun (Gambar 5.20).
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 107
Gambar 5.21, menunjukkan distribusi nilai LQ karet di kecamatan-kecamatan di Kabupaten
Bangka Selatan. Nilai LQ karet di 8 kecamatan berkisar antara 0,00 - 2,61. Nilai LQ tertinggi untuk
karet terdapat di kecamatan Air Gegas yaitu sebesar 2,61 dan nilai LQ terendah yaitu 0,00 terdapat di
kecamatan Kepulauan Pongok. Sentra utama produksi tanaman karet berdasarkan nilai LQ produksi di
Kabupaten Bangka Selatan adalah Air Gegas (2,61), Pulau Besar (2,14), Payung (1,98), dan Lepar
Pongok (1,35).
3. Tanaman Kelapa
Tanaman kelapa merupakan tanaman yang dapat dikonsumsi segar ataupun olahan. Tanaman
ini umumnya dapat diolah menjadi bahan kuliner seperti es kelapa, santan, kue; kopra; arang aktif,
asap cair, VCO (virgin coconut oil) dan lainnya. Di tahun 2016 (BPS 2017), jumlah produksi kelapa di
Kabupaten Bangka Selatan mencapai 840 ton dan menduduki peringkat kedua terbesar dalam
produksi kelapa di Kepulauan Bangka Belitung (Tabel 5.28). Sebanyak 20% kelapa yang ada di
Kepulauan Bangka Belitung di pasok dari Kabupaten Bangka Selatan.
Tabel 5.26
Luas tanam, produksi, dan produktivitas tanaman kelapa di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung tahun 2016
Produktivitas
Kabupaten/Kota Luas Tanam (ha) Produksi (ton)
(ton/ha/tahun)
Bangka 3859 1853 0,58
Belitung 1695 369 0,63
Bangka Barat 1604 575 0,59
Bangka Tengah 711 312 0,62
Bangka Selatan 1281 840 0,96
Belitung Timur 749 331 0,81
Pangkalpinang - - -
Total 9899 4280 0,70
Sumber: Bangka Belitung dalam Angka, 2017
Berdasarkan Tabel 5.29, produksi kelapa tiga terbesar di Kabupaten Bangka Selatan adalah
Kabupaten (1) Pulau Besar (235,30 ton); (2) Simpang Rimba (280,80 ton); dan Toboali (126,00 ton).
Perkembangan produksi kelapa di Bangka Selatan mempunyai tren yang meningkat dari tahun 2012
hingga 2016. Produksi kelapa di tahun 2016 mencapai 840 ton dengan produktivitas 0,96 ton/ha/tahun
(Gambar 5.22).
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 108
Tabel 5.27
Luas Tanam dan Produksi Tanaman Kelapa di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016
Kecamatan Luas Tanam (ha) Produksi (ton)
Payung 14,15 11,70
Pulau Besar 262,57 235,30
Simpang rimba 339,61 280,80
Toboali 264,14 126,00
Tukak Sadai 213,83 102,00
Air Gegas 110,06 31,50
Lepar Pongok 165,09 52,85
Kepulauan Pongok - -
Total 1369,45 840,15
Sumber: Bangka Selatan dalam Angka, 2017
Kelapa
Produktivitas (ton/ha/tahun)
1200 1.20
0.96 0.96
1000
0.69 0.69 0.70
Produksi (ton)
800 0.70
600
400 0.20
200
621 618 621 798 840
0 -0.30
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 109
Sumber: Hasil Analisis
Gambar 5.23
Peta kewilayahan lokasi pengembangan komoditas kelapa di Kabupaten Bangka Selatan
Tabel 5.28
Luas Tanam, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Tahun 2016
Produktivitas
Kota/Kabupaten Luas Tanam (ha) Produksi (ton)
(ton/ha/tahun)
Bangka 10255 31892 4,05
Belitung 5492 4689 2,15
Bangka Barat 17670 33248 2,54
Bangka Tengah 7955 17249 3,29
Bangka Selatan 20732 31442 2,95
Belitung Timur 2023 1703 1,76
Pangkalpinang 0 0 0,00
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 110
Produktivitas
Kota/Kabupaten Luas Tanam (ha) Produksi (ton)
(ton/ha/tahun)
Total 64127 120223 2,79
Sumber: Bangka Belitung dalam Angka, 2017
Tabel 5.29
Luas tanam dan produktivitas tanaman kelapa sawit di Kabupaten Bangka Selatan tahun 2016
No Kecamatan Luas Tanam (ha) Produksi (ton)
1 Payung 1516,80 10304,00
2 Pulau Besar 2874,92 43136,00
3 Simpang rimba 3287,09 32538,00
4 Toboali 642,99 9734,40
5 Tukak Sadai 3256,18 48980,00
6 Air Gegas 9531,53 6706,25
7 Lepar Pongok 871,75 494,53
8 Kepulauan Pongok - -
total 21981,26 151893,18
Sumber: Bangka Selatan Dalam Angka, 2017
Pertumbuhan produksi kelapa sawit di Kabupaten Bangka Selatan dari tahun 2013 terus
bergerak naik hingga tahun 2016. Di tahun 2016, produksi kelapa sawit di Kabupaten Bangka Selatan
mencapai 31.442 ton dengan produktivitas 2,95 ton/ha/tahun (Gambar 5.24).
Kelapa Sawit
Produktivitas (ton/ha/tahun)
30000 5.00
24000 4.00
Produksi (ton)
3.08 2.95
18000 3.00
2.20 2.25
1.84
12000 2.00
6000 1.00
23916 14153 19077 22265 31442
0 0.00
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 111
Sumber: Hasil Analisis
Gambar 5.25
Peta Kewilayahan Lokasi Pengembangan Komoditas Kelapa Sawit di Kabupaten Bangka Selatan
5. Tanaman Kopi
Kopi merupakan tanaman penyegar yang digunakan untuk kuliner dan aromatik. Di tahun 2016
(BPS 2017), produksi kopi di Bangka Selatan sebesar 1,05 ton. Produltivitas tanaman kopi di
Kabupaten Bangka Selatan hanya 0,15 to/ha/tahun (Tabel 5.32).
Tabel 5.30
Luas Tanam, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Kopi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Tahun 2016
Kota/Kabupaten Luas Tanam (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha/tahun)
Bangka - - -
Belitung 0,50 - -
Bangka Barat - - -
Bangka Tengah 8,05 2,20 0,41
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 112
Kota/Kabupaten Luas Tanam (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha/tahun)
Bangka Selatan 7,00 1,05 0,15
Belitung Timur 9,31 0,02 0,01
Pangkalpinang - - -
Total 24,86 3,27 0,19
Sumber: Bangka Belitung dalam Angka, 2017
Kecamatan yang telah menghasilkan kopi di Kabupaten Bangka Selatan adalah Air Gegas.
Selain di Air Gegas, perkebunan kopi di Kabupaten Bangka Selatan terdapat di Kecamatan Pulau
Besar dengan Luas Panen sebesar 5 ha (Tabel 5.33). Berdasarkan Gambar 5.26, produksi tanaman
kopi menurun drastis sejak tahun 2013 dan bahkan di tahun 2014 dan 2015 tercatat tidak berproduksi.
Tabel 5.31
Luas Penen dan Produksi Tanaman Kopi di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016
No Kecamatan Luas Panen (ha) Produksi (ton)
1 Payung - -
2 Pulau Besar 5,00 -
3 Simpang rimba - -
4 Toboali - -
5 Tukak Sadai - -
6 Air Gegas 2,00 1,00
7 Lepar Pongok - -
8 Kepulauan Pongok - -
Total 7,00 1,00
Sumber: Bangka Selatan dalam Angka, 2017
1.05
Produksi (ton)
1.00 1.00
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 113
Gambar 5.27 menunjukkan distribusi nilai LQ kopi di kecamatan-kecamatan di Kabupaten
Bangka Selatan. Nilai LQ kopi hanya terdapat di kecamatan Air Gegas yaitu sebesar 3,32.
6. Tanaman Cengkeh
Tanaman cengkeh merupakan tanaman aromatik yang biasa digunakan sebagai rempah untuk
meningkatkan cita rasa makanan. Cengkeh juga digunakan untuk campuran tembakau pada industri
rokok. Di Kabupaten Bangka Selatan tercatat hanya satu Kecamatan yang membudidayakan tanaman
cengkeh yaitu Kecamatan Toboali. Jumlah produksi tanaman cengkeh di Kecamatan Toboali sebesar
1000 kg. Berdasarkan Gambar 5.28, menunjukkan distribusi nilai LQ cengkeh di kecamatan-
kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan. Nilai LQ cengkeh hanya terdapat di kecamatan Toboali yaitu
sebesar 12,19.
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 114
Sumber: Hasil Analisis
Gambar 5.28
Peta Kewilayahan Lokasi Pengembangan Komoditas Cengkeh di Kabupaten Bangka Selatan
7. Tanaman Cokelat
Tanaman cokelat atau kakao merupakan tanaman yang bijinya diolah menjadi cokelat dan
selanjutnya digunakan untuk industri makanan dan minuman. Terdapat enam kecamatan di Kabupaten
Bangka Selatan yang membudidayakan tanaman cokelat (Tabel 5.32), Kecamatan Pongok dan
Kepulauan Pongok tidak tidak ada yang membudidayakan tanaman ini. Produksi tanaman cokelat tiga
terbesar di Kabupaten Bangka Selatan adalah Kecamatan (1) Pulau Besar (27 ton); (2) Tukak Sadai
(5,95 ton), dan (3) Toboali (4,20 ton). Gambar 5.29. menunjukkan distribusi nilai LQ cokelat di
kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan. Nilai LQ cokelat di 8 kecamatan berkisar antara
0,00 - 2,26. Nilai LQ tertinggi untuk cokelat terdapat di kecamatan Toboali dan Pulau Besar yaitu
sebesar 2,26 dan nilai LQ terendah yaitu 0 terdapat di kecamatan Lepar Pongok dan Kepulauan
Pongok.
Tabel 5.32
Luas Panen dan Produksi Tanaman Cokelat di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016
Kecamatan Luas Panen (ha) Produksi (ton)
Payung 2,10 0,30
Pulau Besar 33,55 27,00
Simpang rimba 29,35 2,10
Toboali 29,35 4,20
Tukak Sadai 35,65 5,95
Air Gegas 6,29 1,80
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 115
Kecamatan Luas Panen (ha) Produksi (ton)
Lepar Pongok - -
Kepulauan Pongok - -
Total 136,29 41,35
Sumber: Bangka Selatan Dalam Angka, 2017
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 116
Tabel 5.33
Daerah Basis Produksi Tanaman Perkebunan Serta Daya Saingnya di Kabupaten Bangka
Selatan Berdasarkan Analisis LQ dan SSA
Tanaman Perkebunan
Nama
No Lada Karet Kelapa Sawit Kelapa Kopi Cengkeh Coklat
Kecamatan
LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA
1 Payung 1,95 -0,42 1,98 -0,31 0,80 -0,28 0,78 -0,97 - - 00,00 - 0,41 -0,85
2 Pulau Besar 1,56 0,98 2,14 0,81 0,78 25,17 4,84 -0,02 - - 00,00 - 2,26 12,50
Simpang
3 0,31 0,48 0,59 -0,40 1,12 -0,22 1,13 9,40 - - 00,00 - 0,37 -0,30
Rimba
4 Toboali 0,62 -0,44 0,87 -0,49 1,05 -0,48 1,94 -0,50 - - 12,19 -0,75 2,26 -0,48
5 Tukak Sadai 0,51 -0,14 0,43 -0,36 1,12 0,02 0,47 -0,63 - - 00,00 - 1,13 -0,60
6 Air Gegas 3,34 0,14 2,61 0,17 0,58 -0,36 0,36 -0,37 3,32 - 00,00 - 0,19 -
7 Lepar. Pongok 0,79 0,26 1,35 -0,41 0,91 -0,37 12,6 -0,51 - - 00,00 - 0,00 -
Kepulauan
8 0,00 - 0,00 - 0,80 - 0 - - - 00,00 - 0,00 -
Pongok
Sumber: Hasil Analisis
Berdasarkan Tabel 5.33, Kecamatan Payung merupakan daerah basis lada dan karet yang
mengalami penurunan produksi yang di tandai dengan nilai SSA yang negatif sehingga untuk menjadi
kompetitif/memiliki daya saing perlunya menyelesaikan permasalahan menyebabkan penurunan
produksinya. Berdasarkan analisis SSA, untuk komoditas kopi dan cengkeh walaupun memiliki daerah
basis akan tetapi belum memilki daya saing.
Berdasarkan kewilayahan Kabupaten Bangka Selatan, wilayah kecamatan yang sama dapat
menjadi basis produksi salah satu atau lebih tanaman perkebunan (Tabel 5.34.).
Tabel 5.34
Komoditas Unggulan Perkebunan Pada Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan
No. Nama Kecamatan Komoditas Unggulan
1 Payung 1. Lada dan Karet
2 Pulau Besar 2. Lada, Karet, Kelapa, dan Cokelat
3 Simpang Rimba 3. Kelapa sawit dan Kelapa
4 Toboali 4. Kelapa sawit, Kelapa, Cengkeh, dan Cokelat
5 Tukak Sadai 5. Kelapa sawit dan Cokelat
6 Air Gegas 6. Lada dan Sawit
7 Lepar Pongok 7. karet dan kelapa
8. Belum menjadi basis produksi untuk semua komoditas tanaman
8 Kepulauan Pongok
perkebunan
Sumber: Hasil Analisis
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 117
dalam kuadran I, yaitu sektor maju dengan pertumbuhan ekonomi pesat. Tanaman kuadran II yaitu
karet dan kelapa yang kontribusi produksi sektoral mengalami penurunan akan tetapi pertumbuhan
sektoralnya mengalami kenaikan. Berbeda dengan halnya dengan tanaman lada, kontribusi sektoral
produksi sektoral mengalami penuruanan diikuti dengan pertumbuhan sektoralnya, sehingga tergolong
sektor relatif tertinggal. Untuk komoditas kopi, cengkeh, dan coklat, tidak dapat di analisis tipologi
klassen karena data produksi skala Provinsi Bangka Belitung tidak tersedia (-).
Tabel 5.35
Pertumbuhan dan Basis Komoditas Tanaman Perkebunan Kabupaten Bangka Selatan
Berdasarkan Analisis Tipologi Klassen dan LQ
Produksi (ton) Pertumbuhan
Kuadran
Tanaman Kab. Prov. Kab. Prov.
No Kate Kete Tipologi
perkebunan LQ Bangka Kep. Bangka Kep.
gori gori Klassen
Selatan Babel Selatan Babel
1 Lada 0,63 10,26 16,41 (-) -1,52 -0,27 (-) IV
2 Karet 0,27 7,19 26,77 (-) 6,93 1,33 (+) II
3 Kelapa 0,27 0,61 2,23 (-) 25,14 -12 (+) II
4 Kelapa Sawit 1,50 81,95 54,59 (+) 292,18 8,28 (+) I
5 Kopi 0,12 - - - - - - -
6 Cengkeh - - - - - - - -
7 Coklat - - - - - - - -
Sumber: Hasil Analisis
Tabel 5.36
Identifikasi SWOT Sektor Pertanian Kabupaten Bangka Selatan
No. Kekuatan (S) No. Kelemahan (W)
1. Perkebunan merupakan sektor unggulan di 1. Alih fungsi lahan dari sektor pertanian ke sektor
Kabupaten Bangka Selatan dengan nilai LQ (Location pertambangan
Quotient) > 1, SSA (Shift Share) menunjukkan laju
pertumbuhan baik dan TK (Tipologi Klassen)
menunjukkan sektor unggulan dan tumbuh pesat
2. Tingkat kesuburan tanah yang baik dilihat dari 2. Teknologi sektor pertanian masih terbatas
tingginya nilai produksi terutama untuk irigasi (pengairan)
3. Sentra produksi padi di Bangka Belitung
4. Sentra produksi lada di Bangka Belitung
No. Peluang (O) No. Ancaman (T)
1. Terdapat kerjasama dengan berbagai pihak baik di 1. Krisis ekonomi berakibat pada kenaikan harga
dalam maupun diluar negeri produksi pertanian
2. Adanya Program Resi Gudang Lada oleh Pemerintah 2. Ketergantungan Harga lada terhadap pasar global
Provinsi Kep. Bangka Belitung
3. Lada dari Bangka Belitung diakui kualitasnya dengan
Brands Muntok White Pepper
Sumber : Hasil Analisis
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 118
Penetapan strategi pengembangan kawasan industri pertanian di Kabupaten Bangka Selatan di
tetapkan berdasarkan potensi serta permasalahan yang terdapat pada wilayah Kabupaten Bangka
Selatan. Hasil analisis, menampilkan tabel matrik IFAS dan EFAS analisis (kekuatan, kelemahan) dan
(peluang, ancaman) dapat dilihat pada Tabel 5.37. dan Tabel 5.38.
Tabel 5.37
Matriks Analisis IFAS Kawasan Industri Pertanian Kabupaten Bangka Selatan
No Kekuatan Bobot Relatif Rating Score
1. Merupakan sektor unggulan di Kabupaten Bangka Selatan 5 0,192 4 0,769
dengan nilai LQ (Location Quotient) > 1, SSA (Shif Share)
menunjukkan laju pertumbuhan baik dan TK (Tipologi
Klassen) menunjukkan sektor unggulan dan tumbuh pesat
2. Tingkat kesuburan tanah yang baik dilihat dari tingginya nilai 4 0,154 3 0,462
produksi
3. Sentra produksi padi di Bangka Belitung 5 0,192 4 0,769
4. Sentra produksi lada di Bangka Belitung 5 0,192 4 0,769
Total 19 0,731 2,77
No Kelemahan Bobot Relatif Rating Score
1. Alih fungsi lahan dari sektor pertanian ke sektor 3 0,115 -2 -0,230
pertambangan
2. Teknologi sektor pertanian masih terbatas terutama untuk 4 0,154 -2 -0,308
irigasi (pengairan)
Total 7 0,269 -0,538
Total Bobot 26 1
Sumber: Hasil Analisis
Tabel 5.38.
Matriks Analisis EFAS Kawasan Industri Pertanian Kabupaten Bangka Selatan
No. Peluang Bobot Relatif Rating Score
1. Terdapat kerjasama dengan berbagai pihak baik didalama 4 0,167 3 0,500
maupun diluar negeri
2. Adanya Program Resi Gudang Lada oleh Pemerintah Provinsi 5 0,208 4 0,833
Kep. Bangka Belitung
3. Lada dari Bangka Belitung diakui kualitasnya dengan brands 5 0,208 4 0,833
Muntok White Pepper
Total 14 0,583 2,17
No. Ancaman Bobot Relatif Rating Score
1. Krisis ekonomi berakibat pada kenaikan harga produksi 5 0,208 -4 -0,833
pertanian
2. Ketergantungan Harga lada terhadap pasar global 5 0,208 -4 -0,833
Total 10 0,417 -1,67
Total Bobot 24 1
Sumber: Hasil Analisis
Dari hasil pembobotan pada Tabel 5.37 dan Tabel 5.38 diatas, maka dapat dilihat posisi dalam
kuadran stategi analisis IFAS-EFAS sektor pertanian yang dapat dihitung berdasarkan perhitungan
dibawah ini di tampilkan pada Tabel 5.39.
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 119
Tabel 5.39
Perhitungaan Koordinat Matriks SWOT
Perhitungan Koordinat Matriks SWOT
X Nilai Total S + W
Y Nilai Total O + T
Jadi :
X 2,23
Y 0,50
Koordinat (2,23 : 0,50)
Sumber : Hasil Analisis
Berdasarkan hasil pemetaan terhadap kuadran strategi analisis IFAS-EFAS sektor pertanian
diatas, dapat diketahui bahwa strategi pengembangannya berada pada Kuadran I yaitu Growth
Strategi. Artinya, pengembangan pada pertanian perlu dilakukan dengan pendekatan pertumbuhan
memanfaatkan potensi dan peluang yang ada. Diagram matriks SWOT sektor pertanian Kabupaten
Bangka Selatan dapat dilihat pada Gambar 5.30.
O
3
1
Pertanian
0
W S
-3 -2 -1 0 1 2 3
-1
-2
Kuadran IV Kuadran II
-3
T
Sumber: Hasil Analisis
Gambar 5.30
Diagram Matriks SWOT Sektor Pertanian Kabupaten Bangka Selatan
Strategi yang bisa dikembangkan terkait dengan pengembangan pada sektor industri tersebut,
antara lain:
1. Mengoptimalkan sektor pertanian sebagai sektor unggulan dengan memanfaatkan kerjasama yang
ada baik di dalam maupun di luar (S1,2-O1)
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 120
2. Program Resi Gudang Lada di Bangka Belitung lebih ditingkatkan dengan memaksimalkan sentra-
sentra produksi lada di Kabupaten Bangka Selatan (S4-O2)
3. Mengoptimalkan sektor perkebunan yang merupakan sektor unggulan dengan memanfaatkan
kerjasama berbagai pihak baik didalam maupun diluar (S1-O1)
4. Memaksimalkan produksi pertanian dengan memanfaatkan tingkat kesuburan tanah (S2-O1)
Tabel 5.40
Nilai LQ Jenis Ikan (Perikanan Tangkap) Tahun 2014-2016
No. Jenis Ikan Nama Latin LQ Status Komoditas
1. Tenggiri Papan Scomberomorus guttatus 17,51 Basis
2. Pari Macan Pastinachus solocirostris 5,39 Basis
3. Bawal Putih Pampus argenteus 2,58 Basis
4. Kakap Putih Lates calcarifer 2,41 Basis
5. Kembung Rastrelliger brachysoma 2,39 Basis
6. Manyung Netuma thalassina 2,19 Basis
7. Bawal Hitam Parastromateus niger 2,09 Basis
8. Kerapu Karang Epinephelus fuscoguttatus 1,95 Basis
9. Kuwe Caranx sexfasciatus 1,5 Basis
10. Selar Selaroides leptolepis 1,14 Basis
11. Tenggiri Scomberomorus commersonii 1,07 Basis
12. Ekor Kuning Caesio cuning 0,94 Non Basis
13. Teri Stolephorus sp. 0,93 Non Basis
14. Kakap Merah Lutjanus campechanus 0,47 Non Basis
15. Tembang Sardinella fimbriata 0,37 Non Basis
Sumber: Hasil Analisis
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 121
Sektor perikanan merupakan salah satu sektor unggulan di Kabupaten Bangka Selatan dalam
perekonomian daerah. Sektor perikanan terdiri dari perikanan tangkap dan perikanan budidaya.
Menurut BPS Kabupaten Bangka Selatan (2017), produksi penangkapan ikan di laut pada tahun 2014-
2016 berfluktuatif. Produksi tahun 2014 sebesar 39.471 ton dan meningkat pada tahun 2015 sebesar
50.302 ton kemudian menurun kembali di tahun 2016 sebesar 41.309 ton.
Beragamnya potensi perikanan tangkap di Kabupaten Bangka Selatan dapat tersaji pada Tabel
5.20 yang menunjukan terdapat 15 jenis hasil perikanan tangkap dengan beberapa diantaranya
berstatus sebagai komoditas unggulan (11 jenis). Komoditas unggulan merupakan komoditas yang
berpotensi dan dapat dipersaingkan dengan produk sejenis di daerah lain. Karena memiliki keunggulan
komparatif dan efisiensi usaha yang tinggi (Masniadi, 2012; Susanto, 2014). Berikut 11 jenis komoditas
unggulan berdasarkan urutan analisis nilai LQ (Location Quotient) tertinggi, diantaranya: Tenggiri
Papan, Pari Macan, Bawal Putih, Kakap Putih, Kembung, Manyung, Bawal Hitam, Kerapu Karang,
Kuwe, Selar dan Tenggiri. Nilai LQ yang lebih dari 1 menunjukkan bahwa komoditas tersebut memiliki
daya saing atau unggulan komperatif wilayah dan berpotensi menjadi komoditas ekspor. Menurut
Budiharsono (2001) pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah. Ekspor tersebut tidak
terbatas pada bentuk barang-barang dan jasa, akan tetapi dapat juga berupa pengeluaran orang asing
yang berada di wilayah tersebut terhadap barang-barang tidak bergerak.
Dilihat dari kisaran nilai, nilai LQ ikan tenggiri papan memiliki nilai tertinggi sebesar 17,51.
Dengan nilai LQ tersebut artinya produksi ikan tenggiri papan di Kabupaten Bangka Selatan untuk
konsentrasi produksi 17,51 kali labih tinggi dibandingkan produksi ikan tenggiri papan tingkat Provinsi.
Produksi yang tinggi ini sejalan dengan kondisi ekologi di Kabupaten Bangka Selatan yang masih baik.
Adibrata dkk (2013) menyebutkan bahwa kondisi daya dukung lingkungan di Kabupaten Bangka
Selatan masih cukup baik untuk mendukung kehidupan berbagai biota perairan.
Beberapa kriteria komoditas unggulan berdasarkan Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah
Depdagri, Surat Edaran Nomor 050.05/2910/III/BANDA tanggal 7 Desember 1999, sebagai berikut: a.
Mempunyai kandungan lokal yang menonjol dan inovatif; b. Mempunyai daya saing tinggi di pasaran,
baik ciri, kualitas maupun harga yang kompetitif serta jangkauan pemasaran yang luas, baik di dalam
negeri maupun global; c. Mempunyai ciri khas daerah karena melibatkan masyarakat banyak (tenaga
kerja setempat); d. Mempunyai jaminan dan kandungan bahan baku yang cukup banyak, stabil, dan
berkelanjutan; e. Difokuskan pada produk yang mempunyai nilai tambah yang tinggi, baik dalam
kemasan maupun pengolahannya; f. Secara ekonomi menguntungkan dan bermanfaat untuk
meningkatkan pendapatan dan kemampuan SDM masyarakat; g. Ramah lingkungan, tidak merusak
lingkungan, berkelanjutan serta tidak merusak budaya setempat.
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 122
5.2.1.2 Daerah Tangkap Ikan Laut Perikanan Tangkap
Sebaran produksi perikanan tangkap di Kabupaten Bangka Selatan ditampilkan pada Gambar
5.31, sedangkan wilayah ground fishing ditampilkan pada Gambar 5.32. Berdasarkan hasil LQ pada
Gambar 5.31. bahwa nilai LQ perikanan tangkap di 8 kecamatan berkisar antara 0,49-1,25. Nilai LQ
tertinggi untuk perikanan tangkap terdapat di kecamatan Lepar Pongok yaitu sebesar 1,25 dan nilai LQ
terendah yaitu 0,49 terdapat di kecamatan Air Gegas. Kecamatan bernilai LQ 0.00 pada peta
menunjukkan bahwa tidak tersedianya data.
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 123
5.2.1.3 Volume Ekspor Perikanan Tangkap di Bangka Belitung
Jenis komoditas perikanan tujuan ekspor dari Bangka Belitung terus meningkat dari sejak tahun
2015 hingga 2017 (Tabel 5.42.). Pada tahun 2015, tercatat 26 jenis komoditas perikanan tangkap,
tahun 2016 tercatat 31 jenis komoditas perikanan tangkap, dan pada tahun 2017 tercatat 39 jenis
komoditas perikanan tangkap.
Tabel 5.41
Jenis Ikan Ekspor di Bangka Belitung
Jenis Ikan
No.
Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
1. Bawal Hitam Bawal Hitam Bawal Hitam
2. Covia Cobia Bawal Putih
3. Cumi-cumi Cumi Semampar Cobia
4. Ekor Kuning Cumi-cumi Cumi-cumi
5. Kaci-kaci Gonggong Cumi Semampar
6. Pari Hiu Mejan Gelembung Renang Ikan
7. Pisang-pisang Ikan Air Laut Gonggog
8. Sebelah Ikan Bawal Bintang Hiu
9. Sembilang Ekor Kuning Hiu Mejan
10. Senangin Gulama Ikan Air Laut
11. Kakak Tua kaci-kaci Ibawal Bintang
12. Kakap Merah Kakap Merah Ekor Kuning
13. Kerapu Cantik Kakatua Gulama
14. kerapu Kertang kuwe Lilin Kaci-kaci
15. Kerapu Lumpur Pari Kakap Merah
16. Kerapu Macan Pisang-pisang Kakatua
17. Kerapu Sunu Sembilang Kuwe Lilin
18. Lobster Beku Senangin Malong
19. Manyung Tenggiri Pari
20. Rajungan Kepala Udang Pisang-pisang
21. Siput Laut Kerapu Macan Sembilang
22. Tenggiri Kerapu Sunu Senangin
23. Tulang Ikan Hiu Manyung Tenggiri
24. Tulang pari Rajungan Jarang Gigi
25. udang Kipas Siput Laut Kepala Udang
26. Udang laut Sweetlip Bream Kerapu macan
27. Talang Kerapu Sunu
28. Tulang Ikan Hiu Manyung
29. Tulang/Kulit Ikan Parang-parang
30. Tulang Pari Rajungan
31. Udang Kipas Siput Laut
32. Sotong Beku
33. Sweetlip Bream
34. Talang-talang
35. Teripang Kering
36. Tulang Ikan Hiu
37. Tulang/Kulit Ikan
38. Tulang Pari
39. Udang Kipas
Sumber : Data diolah, 2018
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 124
Jenis komoditas perikanan tangkap yang diekspor diantaranya bawal, kerapu, tulang pari, cumi-
cumi, kerapu, udang-udangan, tulang/kulit ikan hingga gelembung renang ikan. Tabel 5.42.
menunjukkan jenis ikan yang menjadi komoditas ekspor. Tiap tahunnya jenis ikan yang di ekspor
mengalami penambahan dimana pada tahun 2017 terdapat 39 jenis perikanan tangkap yang menjadi
komoditas ekspor.
Tabel 5.42. menunjukkan jumlah produksi ekspor tiap tahunnya mengalami peningkatan dimana
tahun 2015 sebesar 3.266.103,00 Kg dengan melalui 11 (sebelas) perusahaan atau PT diantaranya PT
Cahaya Bintang Abadi, PT Nelayan Mitra Mandiri, PT Surya Sepakat Pulau Bangka, Surya Hasil Laut,
Sukardi dan lainnya. Dengan Negara tujuan yaitu Australia, Singapore, Malaysia dan Thailand.
Selanjutnya, tahun 2016 jumlah ekspor sektor perikanan sebesar 5.751.000,10 atau mengalami
peningkatan 76 % dari tahun 2015, melalui kerjasama 12 perusahaaan dengan Negara tujuan
Australia, Singapore, Malaysia, Thailand dan Taiwan. Pada tahun 2017 jumlah eksportir sebesar
10.109.702,25 Kg sudah memilki penambahan kerjasama dengan perusahaan yakni sebanyak 20
perusahaan dengan Negara tujuan yakni Australia, Hongkong, Malaysia, Singapore, Taiwan, Thailand
dan Vietnam. Meningkatnya jumah ekspor ikan dari tahun 2015 hingga 2017 ditampilkan pada Gambar
5.33.
10,000,000
5,000,000
0
2015 2016 2017
Sumber: Data diolah
Gambar 5.33
Perkembangan Jumlah Ekspor (KGM) Bangka Belitung Tahun 2015-2017
Berdasarkan Gambar 5.34., jumlah ekspor berfluktuasi tiap tahunnya. Jumlah ekspor tertinggi
pada tahun 2016 sebesar 71.936,00 (Hds) dengan didominansi komoditas ikan kerapu dan kakap.
Sedangkan jumlah ekspor terendah terjadi pada tahun 2017 sebesar 41.878,00 (Hds) dengan
didominansi komoditas ikan kerapu dan ikan cupang. Negara tujuan yakni Hongkong dan China
dengan perusahaan ASUA, Subali, Sukardi, JI HUN, CV. Sumber Berjaya dan PT. Sumatera Budiaya
Marine (Tabel 5.44).
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 125
Eksportir Ikan (Hds)
80,000
60,000
Volume (Hds)
40,000
20,000
0
2015 2016 2017
Tahun
Sumber: Data diolah
Gambar 5.34
Perkembangan Jumlah Ekspor (HDS) Tahun 2015-2017
Tabel 5.42
Negara Tujuan Ekspor dan Volume Ekspor Perikanan Tangkap di Bangka Belitung
Tahun Volume (KGM) PT/Perusahaan Negara Tujuan
Amirudin
CV. Laut Jaya
Demmy Aryanto
Hajaeradi
Australia
PT. Cahaya Bintang Laut Abadi
Malaysia
2015 3.266.103,00 PT. Duta Buana Pacific
Singapore
PT. Nelayan Mitra Mandiri
Thailand
PT. Surya Sepakat Pulau Bangka
Sukardi
Surya Hasil Laut
Susanto
Armawati
CV. Laut Jaya
CV. Wadah Lautan Makmur
Demmy Aryanto
Australia
PT. Cahaya Bintang Laut Abadi
Malaysia
PT. Nelayan Mitra Mandiri
2016 5.751.000,10 Singapore
PT. Duta Buana Pacific
Taiwan
PT. Surya Sepakat Pulau Bangka
Thailand
PT. Belitung Berkah Mandiri
PT. Sanjaya Fisherindo
Surya Hasil Laut
Susanto
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 126
Tahun Volume (KGM) PT/Perusahaan Negara Tujuan
Armawati
CV. Laut Jaya
CV. Wadah Lautan Makmur
Darmadi
Demmy Aryanto
Mario
Mr. Wang
Australia
PT. Cahaya Bintang Laut Abadi
Hongkong
PT. Duta Buana Pacific
Malaysia
PT. Nelayan Mitra Mandiri
2017 10.109.702,25 Singapore
PT. Surya Sepakat Pulau Bangka
Taiwan
PT. Belitung Berkah Mandiri
Thailand
PT. Sanjaya Fisherindo
Vietnam
Supriyanto
Surya Hasil Laut
Surya
Susanto
Tarsim
Susanto Hendra
Susan
Sumber : Data diolah, 2018
Tabel 5.43
Jumlah Eksportir (HDS) Sektor Perikanan Pulau Bangka Belitung
Tahun Volume(HDS) PT/Perusahaan Negara Tujuan
ASUA
2015 53.267,00 Subali Hongkong
Sukardi
ASUA
CV. Sumber Berjaya
2016 71.936,00 Hongkong
PT. Sumatera Budidaya Marine
Subali
CV. Sumber Berjaya
Hongkong
2017 41.878,00 PT. Sumatera Budidaya Marine
China
JI HUN
Sumber: Data diolah, 2018
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 127
Komoditas dengan pertumbuhan sangat pesat (PSij > 0 dan Dsij > 0) adalah : ikan tenggiri papan, pari
macan, bawal hitam, kakap putih, kembung, manyung, bawal hitam, kerapu karang, selar, tenggiri, ekor
kuning, teri dan tembang.
Komoditas dengan pertumbuhan terhambat namun berpotensi (PSij > 0 dan DSij < 0) adalah: ikan
kakap putih, kakap merah dan kuwe.
Tabel 5.44
Nilai LQ dan SSA berdasarkan Jenis Ikan (Perikanan Tangkap) Tahun 2014-2016
LQ SSA
No. Jenis Ikan Nama Latin Keterangan
Nilai Status Psij Dsij
Scomberomorus Komoditas dengan pertumbuhan
1. Tenggiri Papan 17,51 Basis + +
guttatus sangat pesat
Pastinachus Komoditas dengan pertumbuhan
2. Pari Macan 5,39 Basis + +
solocirostris sangat pesat
Komoditas dengan pertumbuhan
3. Bawal Putih Pampus argenteus 2,58 Basis + +
sangat pesat
Komoditas dengan pertumbuhan
4. Kakap Putih Lates calcarifer 2,41 Basis + -
tehambat namun berpotensi
Rastrelliger Komoditas dengan pertumbuhan
5. Kembung 2,39 Basis + +
brachysoma sangat pesat
Komoditas dengan pertumbuhan
6. Manyung Netuma thalassina 2,19 Basis + +
sangat pesat
Parastromateus Komoditas dengan pertumbuhan
7. Bawal Hitam 2,09 Basis + +
niger sangat pesat
Epinephelus Komoditas dengan pertumbuhan
8. Kerapu Karang 1,95 Basis + +
fuscoguttatus sangat pesat
Caranx Komoditas dengan pertumbuhan
9. Kuwe 1,5 Basis + -
sexfasciatus tehambat namun berpotensi
Selaroides Komoditas dengan pertumbuhan
10. Selar 1,14 Basis + +
leptolepis sangat pesat
Scomberomorus Komoditas dengan pertumbuhan
11. Tenggiri 1,07 Basis + +
commersonii sangat pesat
Non Komoditas dengan pertumbuhan
12. Ekor Kuning Caesio cuning 0,94 + +
Basis sangat pesat
Non Komoditas dengan pertumbuhan
13. Teri Stolephorus sp. 0,93 + +
Basis sangat pesat
Lutjanus Non Komoditas dengan pertumbuhan
14. Kakap Merah 0,47 + -
campechanus Basis tehambat namun berpotensi
Sardinella Non Komoditas dengan pertumbuhan
15. Tembang 0,37 + +
fimbriata Basis sangat pesat
Sumber : Hasil Analisis
Berdasarkan hasil analisis, Tabel 5.44., menunjukkan bahwa Kabupaten Bangka Selatan dengan
wilayah referensi Provinsi Bangka Belitung terdapat 12 (dua belas) jenis ikan yang memiliki Mij dan Cij
yang bernilai positif atau Psij > 0 dan DSij > 0 yang mengindikasikan bahwa 12 (dua belas) jenis ikan
tersebut merupakan kategori dengan pertumbuhan sangat pesat yaitu ikan tenggiri papan, pari macan,
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 128
bawal hitam, kakap putih, kembung, manyung, bawal hiyam, kerapu karang, selar, tenggiri, ekor
kuning, teri dan tembang. Selain itu, terdapat 3 (tiga) jenis ikan yang masuk ke dalam kategori
mengalami pertumbuhan terhambat, tetapi berpotensi untuk dikembangkan.
Tabel 5.45
Daerah Basis Produksi Tangkapan dan Nilai Hasil Tangkapan İkan Laut Serta Daya Saingnya di
Kabupaten Bangka Selatan Berdasarkan Analisis LQ dan SSA
Rumah Tangga Perikanan Sarana kapal / perahu penangkapan ikan laut
(2014-2017) ** (2014-2017)
Perahu
NO Kecamatan Perahu tanpa
Tangkap Budidaya Kapal Motor dengan
mesin tempel
mesin tempel
LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA
1. Payung - - 4,69 0,05 - - - - - -
2. Pulau Besar 0,55 1,02 2,66 0,13 0,92 0,00 2,62 0,00 0,74 0,00
3. Simpang Rimba 1,21 0,02 0,23 0,09 1,12 0,00 0,89 0,00 0,17 0,00
4. Toboali 1,01 0,02 0,96 0,01 0,81 0,00 1,00 0,00 2,47 0,00
5. Tukak Sadai 1,22 0,12 0,20 0,42 1,16 0,07 0,12 0,00 0,25 0,00
6. Air Gegas 0,49 - 3,01 0,19 - - - - - -
7. Lepar Pongok 1,25 -0,11 0,10 0,17 1,11 0,00 0,76 0,00 - 0,00
8. Kep. Pongok 0,88 -0,05 1,45 -0,91 1,05 -0,20 1,26 0,00 0,57 0,00
Sumber: Hasil Analisis
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 129
Tabel 5.46
Daerah Basis Produksi Tangkapan dan Nilai Hasil Tangkapan Ikan Laut Serta Daya Saingnya di
Kabupaten Bangka Selatan Berdasarkan Analisis LQ dan SSA
Ikan Laut (2014-2017)
No Nama Kecamatan Produksi tangkapan Nilai hasil tangkapan
LQ SSA LQ SSA
1. Payung - - - -
2. Pulau Besar 0,96 -0,99 0,88 -0,99
3. Simpang Rimba 0,96 -0,99 0,97 -0,99
4. Toboali 1,02 0,11 1,05 0,25
5. Tukak Sadai 1,02 0,41 1,01 0,02
6. Air Gegas 0,95 - 1,23 -
7. Lepar Pongok 0,97 -0,88 0,92 -0,88
8. Kep.Pongok 0,99 1,34 0,99 1,51
Sumber: Hasil Analisis
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 130
nilai LQ terendah yaitu 0,49 terdapat di kecamatan Air Gegas. Kecamatan bernilai LQ 0 pada peta
menunjukkan bahwa tidak tersedianya data.
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 131
Distribusi nilai LQ produksi tangkapan di kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan
ditampilkan pada Gambar 5.37. Nilai LQ produksi tangkapan di 8 kecamatan berkisar antara 0,95-1,02.
Nilai LQ tertinggi untuk produksi tangkapan terdapat di kecamatan Toboali dan Tukak Sadai yaitu
sebesar 1,02 dan nilai LQ terendah yaitu 0,95 terdapat di kecamatan Air Gegas. Kecamatan bernilai
LQ 0 pada peta menunjukkan bahwa tidak tersedianya data.
Berdasarkan analisis Location Quotient, Tipologi Klassen dan Shift Share, komoditi/jenis ikan
dalam perikanan budidaya (kolam) yang merupakan komoditi unggulan yakni ikan Bawal. Tabel 5.47,
menunjukkan bahwa Ikan Bawal berada pada peringkat 1, dengan demikian jenis ikan ini memiliki nilai
ekonomi potensial dan keunggulan komparatif dalam suatu wilayah. Sedangkan jenis ikan Nila dan
Patin merupakan komoditas unggulan tetapi pertumbuhannya tertekan, maka dari itu harus adanya
kebijakan yang tepat guna jenis ikan tersebut dapat menjadi komoditas unggulan dwilayah lokal, impor
maupun ekspor.
Tabel 5.47
Analisis LQ , SSA dan Tipologi Klassen Komoditas Perikanan Budi Daya Perairan
LQ SSA
Komoditas Klassen Peringkat
Nilai Psij Dsij
Komoditas Unggulan tetapi
Nila 1,22 (+) 9,44 -33,06 3
Pertumbuhannya Tertekan
Komoditas Unggulan tetapi
Patin 1,16 (+) 68,63 -49,51 2
Pertumbuhannya Tertekan
Komoditas Unggulan dan
Bawal 4,46 (+) -35,74 0,39 1
Tumbuh Pesat
Bukan Komoditas Potensial
Lele 0,60(-) -23,56 -8,45 4
dan Tertinggal
Sumber: Hasil Analisis
Tabel 5.48
Pertumbuhan dan Basis Produksi dan Nilai Produksi İkan Tangkapan dan Budidaya di
Kabupaten Bangka Selatan Berdasarkan Analisis Tipologi Klassen dan LQ
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 132
Proporsi Pertumbuhan
Kuadran
No Parameter Kab. Prov. Kab. Prov. Tipologi
Kate Kete
LQ Bangka Kep. Bangka Kep. Klassen
Gori gori
Selatan Babel Selatan Babel
Produksi
1 0,98 98,71 97,72 (+) 12,67 4,35 (+) I
tangkapan
Nilai produksi
2 0,98 97,37 96,87 (+) 46,10 17,93 (+) I
tangkapan
Produksi
3 1,01 1,29 2,28 (-) -1,83 5,97 (-) IV
Budidaya
Nilai produksi
4 1,21 2,63 3,13 (-) -4,20 24,49 (-) IV
Budidaya
Sumber: Hasil Analisis
Nilai LQ > 1 = basis, LQ ≤ 1 = non-basis
Tabel 5.49
Pertumbuhan dan Basis Kapal Penangkap İkan di Kabupaten Bangka Selatan Berdasarkan
Analisis Tipologi Klassen dan LQ
Proporsi Pertumbuhan
Kuadran
No Alat Tangkap Kab. Prov. Kab. Prov. Tipologi
Kate Kate
LQ Bangka Kep. Bangka Kep. Klassen
gori gori
Selatan Babel Selatan Babel
1 Tanpa perahu 1,12 14,43 18,01 (-) 44,16 31,40 (+) III
Dengan Perahu
2 1,21 5,17 6,75 (-) -16,30 0,98 (-) IV
tanpa motor
Kapal dengan
3 0,97 7,06 26,43 (-) 208,43 2,86 (+) III
motor tempel
4 Kapal motor 1,06 73,34 48,81 (+) -9,37 -1,95 (-) IV
Sumber: BPS diolah , 2018
Nilai LQ > 1 = basis, LQ ≤ 1 = non-basis
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 133
kemudian memiliki pertumbuhan ekonomi meskipun terhambat tetapi masih bekembang tiap tahunnya
dan laju pertumbuhan serta kontribusi di wilayah analisis lebih besar daripada wilayah referensi.
Komoditas tersebut seperti tenggiri papan, kembung dan manyung. Peringkat 2 dan 3 termasuk
komoditas unggulan namun komoditas ini fase perkembangan berfluktuatif tiap tahunnya mengalami
peningkatan tetapi daya saing komoditas ini masih lebih tinggi sehingga bisa dimaksimalkan juga
sebagai komoditas ekspor. Komoditas yang termasuk ke peringkat 2 san 3 yakni ikan bawal putih,
kakap putih, bawal hitam, kerapu karang, kuwe, selar dan tenggiri.
Tabel 5.50
Analisis Location Quotient (LQ), Analisis Shift Share (SS) dan Analisis Tipology Klassen (TK)
Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Bangka Selatan
Location
Shift Share Tipologi Klassen
Quotient
No. Jenis Ikan Peringkat
Inter- Inter- Inter-
LQ Psij Dsij Kuadran
pretasi pretasi pretasi
1. Tenggiri 17,51 Basis + + Komoditas 1 Komoditas 1
Papan dengan Unggulan dan
pertumbuhan tumbuh pesat
sangat pesat
2. Pari Macan 5,39 Basis + + Komoditas 3 Bukan 2
dengan komoditas
pertumbuhan potensial dan
sangat pesat tertinggal
3. Bawal Putih 2,58 Basis + + Komoditas 4 Komoditas 3
dengan potensial dan
pertumbuhan masih dapat
sangat pesat dikembangkan
4. Kakap Putih 2,41 Basis + - Komoditas 4 Komoditas 3
dengan potensial dan
pertumbuhan masih dapat
tehambat namun dikembangkan
berpotensi
5. Kembung 2,39 Basis + + Komoditas 1 Komoditas 1
dengan Unggulan dan
pertumbuhan tumbuh pesat
sangat pesat
6. Manyung 2,19 Basis + + Komoditas 1 Komoditas 1
dengan Unggulan dan
pertumbuhan tumbuh pesat
sangat pesat
7. Bawal Hitam 2,09 Basis + + Komoditas 4 Komoditas 3
dengan potensial dan
pertumbuhan masih dapat
sangat pesat dikembangkan
8. Kerapu 1,95 Basis + + Komoditas 4 Komoditas 3
Karang dengan potensial dan
pertumbuhan masih dapat
sangat pesat dikembangkan
9. Kuwe 1,5 Basis + - Komoditas 4 Komoditas 3
dengan potensial dan
pertumbuhan masih dapat
tehambat namun dikembangkan
berpotensi
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 134
Location
Shift Share Tipologi Klassen
Quotient
No. Jenis Ikan Peringkat
Inter- Inter- Inter-
LQ Psij Dsij Kuadran
pretasi pretasi pretasi
10. Selar 1,14 Basis + + Komoditas 4 Komoditas 3
dengan potensial dan
pertumbuhan masih dapat
sangat pesat dikembangkan
11. Tenggiri 1,07 Basis + + Komoditas 4 Komoditas 3
dengan potensial dan
pertumbuhan masih dapat
sangat pesat dikembangkan
12. Ekor Kuning 0,94 Non + + Komoditas 2 Komoditas 4
Basis dengan Unggulan dan
pertumbuhan tumbuh pesat
sangat pesat
13. Teri 0,93 Non + + Komoditas 1 Komoditas 4
Basis dengan Unggulan dan
pertumbuhan tumbuh pesat
sangat pesat
14. Kakap 0,47 Non + - Komoditas 3 Bukan 5
Merah Basis dengan komoditas
pertumbuhan potensial dan
tehambat namun tertinggal
berpotensi
15. Tembang 0,37 Non + + Komoditas 1 Komoditas 4
Basis dengan Unggulan dan
pertumbuhan tumbuh pesat
sangat pesat
Sumber: Hasil Analisis
Sedangkan komoditas yang termasuk peringkat 4, berarti bukan komoditas unggulan dan tidak
cocok dijadikan sebagai komoditas ekspor karena kurang mampu bersaing dengan daerah lainnya.
dengan demikian produksi dengan komoditas tersebut untuk memenuhi kebutuhan masih perlu
diekspor dari daerah lainnya.
Tabel 5.51
Identifikasi SWOT Sektor Perikanan Kabupaten Bangka Selatan
No. Kekuatan (S) No. Kelemahan (W)
1. Adanya komitmen bersama dari pimpinan 1. Keterbatasan sumberdaya manusia baik
eksekutif dan legislatif di dalam secara kualitas maupun kuantitas dalam
perumusan visi, misi, dan tujuan pengimplementasian visi, misi, tujuan
penyelenggaraan perikanan di Kabupaten pengelolaan perikanan tangkap
Bangka Selatan Kabupaten Bangka Selatan
2. Potensi sumberdaya ikan yang memiliki 2. Anggaran yang minim di sektor perikanan
nilai ekonomi yang tinggi dan dari pemerintah Kabupaten Bangka
ketersediannya melimpah Selatan
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 135
No. Kekuatan (S) No. Kelemahan (W)
3. Kabupaten Bangka Selatan telah memiliki 3. Belum ada rencana zonasi wilayah pesisir
infrastruktur dan fasilitas untuk menunjang dan pulau-pulau kecil (RZWP3K)
kegiatan perikanan tangkap
4. Adanya dukungan yang kuat dari seluruh 4. Nelayan Kabupaten Bangka Selatan
elemen baik pemerintah swasta dan masih berskala kecil (< 5GT) dan alat
masyarakat untuk meningkatkan kualitas tangkap yang digunakan masih bersifat
pengembangan perikanan tangkap tradisional
Kabupaten Bangka Selatan
5. Beberapa produk olahan ikan sudah 5. Infrastruktur dan fasilitas yang tersedia
menjadi komoditas ekspor belum bisa memenuhi kebutuhan nelayan
(Dermaga, pabrik es, garam, pelayanan
administrasi, penjemuran ikan)
6. Sudah terdapat kelompok koperasi 6. Pemasaran yang terbatas dan di beberapa
nelayan yang dibina oleh pemerintah sentra perikanan belum terdapat TPI
Kabupaten.
No. Peluang (O) No. Ancaman (T)
1. Peningkatan peminatan produk olahan 1. Penggunan alat tangkap yang tidak ramah
ikan semakin meningkat setiap tahun lingkungan (trawl, pukat pantai, potassium
dan bom ikan)
2. Banyak investor yang mulai melirik 2. Armada perikanan dari daerah lain lebih
potensi perikanan Kab. Bangka Selatan modern
3. Perancangan kawasan industri strategis 3. Pengrusakan terumbu karang dan
(KIS) akan meningkatkan permintaan mangrove oleh kegiatanpenambangan
pasar akan produk perikanan. pesisir dan laut
4. Kerjasama lintas sektoral sangat 4. Ego sektoral yang menjadi penghambat
diperlukan untuk pengembangan berkembangnya sektor perikanan
perikanan di Kabupaten Bangka Selatan
5. Keanekaragaman jenis ikan yang memiliki 5. Penawaran fasilitas oleh tengkulak kepada
nilai ekonomi yang tinggi dapat menjadi nelayan sehingga membuat para nelayan
kooditas ekspor ketergantungan
6. Peluang uasaha budidaya garam (tambak 6. Sering terjadi konflik kepentingan dengan
garam) untuk memenuhi kebutuhan sektor lain (pertambangan)
garam yang tinggi untuk kegiatan
pengasinan ikan
Sumber: Hasil Analisis
Tabel 5.52
Matriks Analisis IFAS Kawasan Industri Perikanan Kabupaten Bangka Selatan
No Kekuatan Bobot Relatif Rating Score
1. Adanya komitmen bersama dari pimpinan eksekutif dan 4 0,078 3 0,235
legislatif di dalam perumusan visi, misi, dan tujuan
penyelenggaraan perikanan di Kabupaten Bangka
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 136
Selatan
Tabel 5.53
Matriks Analisis EFAS Kawasan Industri Perikanan Kabupaten Bangka Selatan
No. Peluang Bobot Relatif Rating Score
1. Peningkatan peminatan produk olahan ikan semakin 5 0,093 4 0,370
meningkat setiap tahun
2. Banyak investor yang mulai melirik potensi perikanan 5 0,093 4 0,370
Kab. Bangka Selatan
3. Perancangan kawasan industri strategis (KIS) akan 4 0,074 3 0,222
meningkatkan permintaan pasar akan produk
perikanan.
4. Kerjasama lintas sektoral sangat diperlukan untuk 5 0,093 4 0,370
pengembangan perikanan di Kabupaten Bangka
Selatan
5. Keanekaragaman jenis ikan yang memiliki nilai ekonomi 5 0,093 4 0,370
yang tinggi dapat menjadi kooditas ekspor
6. Peluang uasaha budidaya garam (tambak garam) untuk 4 0,074 3 0,222
memenuhi kebutuhan garam yang tinggi untuk kegiatan
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 137
pengasinan ikan
Total 28 0,519 1,93
No Ancaman Bobot Relatif Rating Score
1. Penggunan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan 5 0,093 -4 -0,370
(trawl, pukat pantai, potassium dan bom ikan)
2. Armada perikanan dari daerah lain lebih modern 4 0,074 -3 -0,222
3. Pengrusakan terumbu karang dan mangrove oleh 4 0,074 -4 -0,296
kegiatanpenambangan pesisir dan laut
4. Ego sektoral yang menjadi penghambat 4 0,074 -3 -0,222
berkembangnya sektor perikanan
5. Penawaran fasilitas oleh tengkulak kepada nelayan 4 0,074 -3 -0,222
sehingga membuat para nelayan ketergantungan
6. Sering terjadi konflik kepentingan dengan sektor lain 5 0,093 -1 -0,093
(pertambangan)
Total 26 0,481 -1,43
Total Bobot 54 1
Sumber: Hasil Analisis
Dari hasil pembobotan pada Tabel 5.52. dan Tabel 5.53.diatas, maka dapat dilihat posisi dalam
kuadran stategi analisis IFAS-EFAS sektor perikanan tangkap yang dapat dihitung berdasarkan
perhitungan dibawah ini di tampilkan pada Tabel 5.54.
Tabel 5.54
Perhitungan Koordinat Matriks SWOT
Perhitungan Koordinat Matriks SWOT
x Nilai Total S + W
y Nilai Total O + T
Jadi :
x 0,29
y 0,50
Koordinat (029; 0,50)
Sumber : Hasil Analisis
Berdasarkan hasil pemetaan terhadap kuadran strategi analisis IFAS-EFAS sektor perikanan
dapat diketahui bahwa strategi pengembangannya berada pada Kuadran I yaitu Growth Strategi.
Artinya, pengembangan pada sektor perikanan perlu dilakukan dengan pendekatan pertumbuhan
memanfaatkan potensi dan peluang yang ada. Diagram matriks SWOT sektor perikanan Kabupaten
Bangka Selatan dapat dilihat pada Gambar 5.19.
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 138
3O
Kuadran III 2
Kuadran I
1
Perikanan
0
W -3 -2 -1 0 1 2 3 S
-1
-2
Kuadran IV -3 Kuadran II
T
Sumber: Hasil Analisis
Gambar 5.38
Diagram Matriks SWOT Sektor Kabupaten Bangka Selatan
Strategi yang bisa dikembangkan terkait dengan pengembangan pada sektor industri tersebut,
antara lain:
1. Mengoptimalkan potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar dan melimpah dengan
memanfaatkan tingginya permintaan pasar .
2. Melakukan pengembangan fasilitas dan infrastruktur dalam mendukung peningkatan jumlah hasil
tangkapan.
3. Memfokuskan dan memperhatikan kelembagaan kelompok nelayan secara optimal dan
berkelanjutan.
4. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia untuk mendukung upaya pemanfaatan sumberdaya
perikanan secara berkelanjutan.
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 139
potensi besar untuk dikembangkan. Menyikapi hal tersebut perlu adanya upaya pemerintah daerah
melalui lembaga terkait untuk memenuhi prasarana penunjang dengan memperhatikan konsep 5 A
yaitu, Atraksi, Aksebility, Amenity, Ancillary dan Activity.
Attraction atau obyek daya tarik wisata (ODTW) merupakan komponen yang signifikan dalam
menarik kedatangan wisatawan. Hal yang dapat dikembangkan menjadi obyek daya tarik wisata
disebut dengan modal atau sumber kepariwisataan (tourism resources). Gambaran potensi objek
wisata berdasarkan kecamatan yang ada di Kabupaten Bangka Selatan tercermin pada Tabel 5.55
berikut:
Tabel 5.55
Potensi Wisata per Kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2018
Jumlah Berdasarkan Jenis Wisata
Kecamatan
Sejarah Budaya Agro Bahari Alam
Payung 1 1 1 1
Pulau Besar 1 1 1 1
Simpang Rimba 4 2 1 2 3
Toboali 6 3 3 13 1
Tukak Sadai 1 3 1
Air Gegas 3 3 1 6
Lepar Pongok 1 2 8
Kepulauan Pongok 5 4
Total 21 13 7 31 12
Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Bangka Selatan, 2018
Berdasarkan data pada Tabel 5.20 diketahui bahwa jenis objek wisata paling banyak di
Kabupaten Bangka Selatan adalah wisata bahari, hal ini sangat memungkinkan untuk menjadikan
seluruh pantai di daerah ini sebagai objek wisata karena keindahan alam yang dimiliki tidak kalah
menarik dengan destinasi wisata daerah lainnya. Pengembangan pariwisata yang dilakukan di
Kabupaten Bangka Selatan diharapkan mengusung konsep CBT (Community Based Tourism), yaitu
sebuah konsep pengembangan dengan mengikutsertakan dan memberdayakan masyarakat dalam
mengembangkan pariwisata tersebut sehingga pembangunan di sektor pariwisata diharapkan dapat
memberikan multiefek ekonomi terhadap kegiatan ekonomi masyarakat Bangka Selatan.
Sedangkan potensi destinasi berdasarkan jenisnya seperti tampak pada Tabel (5.57) dan
Gambar 5.39 berikut:
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 140
Tabel 5.56
Objek Wisata Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2017
Jenis Wisata
Objek Wisata Kecamatan
Alam Bahari Sejarah
Bukit Permisan Simpang Rimba √
Payung
Pantai Batu Betumpang Pulau Besar √
Bukit Gebang Air Gegas √
Air panas Nyelanding Air Gegas √
Pantai Batu Kapur Toboali √
Pantai Batu Belimbing Toboali √
Pantai Nek Aji Toboali √
Pantai Kelisut Toboali √
Pantai Batu Perahu Toboali √
Benteng Toboali Toboali √
Pantai Tanjung Kerasak Tanjung Kerasak √
Hutan Mangrove Tanjung Kerasak √
Terumbu Karang P.Kelapan Lepar Pongok √
Keramba Apung Pulau Tinggi Lepar Pongok √
Pantai Tanjung Labu/P. Lampu Lepar Pongok √
Benteng Penutuk Lepar Pongok √
Situs Batu Mandi Kepulauan Pongok √
Total 3 11 3
Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Bangka Selatan, 2018
Hampir semua objek wisata yang telah disebutkan pada Tabel 5.57 tersebut masing-masing
baru memiliki sarana dan prasarana dasar saja, belum memenuhi seluruh kebutuhan wisatawan.
Diantara fasilitas dasar tersebut adalah wc , gazebo, kamar mandi dan tempat bilas. Sedangkan
musholla masih belum semuanya menyediakan termasuk tempat-tempat kuliner yang masih jauh dari
keindahan sebuah destinasi. Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah setempat ketika akan
melakukan pengembangan pariwisata pada destinasi wisata. Wisatan selain menikmati pemandangan
keindahan alam, pasti akan melakukan wisata kuliner dan membeli oleh-oleh ataupun cindera mata
sebagai souvenir. Melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan pola pendampingan, maka
pemenuhan kebutuhan wisatawan pada destinasi wisata akan tercipta.
Hal lain yang menjadi perhatian adalah atraksi budaya yang harus masuk dalam
pengembangan pariwisata. Kekayaan budaya Bangka Selatan harus diperlihatkan kepada wisatawan
dengan menggelar berbagai atraksi pertunjukan pada dsetinasi-destinasi wisata misalnya
mengikutsertakan siswa-siswa sekolah, karang taruna maupun komunitas-komunitas budaya.
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 141
Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Bangka Selatan
Gambar 5.39
Peta Lokasi Objek Wisata Kabupaten Bangka Selatan
Accessibility merupakan faktor-faktor yang penting dan terkait dengan aspek aksesibilitas
wisata meliputi petunjuk arah, bandara, terminal, waktu yang dibutuhkan, biaya perjalanan, frekuensi
transportasi menuju lokasi wisata dan perangkat lainnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas
terkait bahwa jumlah armada transportasi darat yang ada di Kabupaten Bangka Selatan sebanyak 33
armada sampai dengan Tahun 2018.
Amenities merupakan serangkaian fasilitas untuk memenuhi kebutuhan akomodasi (tempat
penginapan), penyediaan makanan dan minuman, tempat hiburan (entertainment), tempat-tempat
perbelanjaan (retailing) dan layanan lainnya. tertentu. Gambaran pendukung sektor pariwisata seperti
hotel, restoran dan rumah makan terlihat pada Tabel 5.58. berikut:
Tabel 5.57
Jumlah Hotel, Homestay dan Restoran di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2018
No Jenis Jumlah
1 Hotel 4
2 Homestay 30
3 Restoran Rumah Makan 67
Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Bangka Selatan, 2018
Sedangkan rincian jumlah kamar dan tempat tidur masing-masing hotel adalah sebagai berikut
(Tabel 5.59):
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 142
Tabel 5.58
Jumlah Kamar dan Tempat Tidur Hotel di Kabupaten Bangka Selatan
Jumlah
No. Nama Hotel Klasifikasi Jumlah Tempat Tidur
Kamar
1. Hotel Marina Non Bintang 58 68
2. Penginapan Kita Non Bintang 16 16
3. Hotel A3 Non Bintang 24 38
4. Hotel Ariatama Non Bintang 17 34
Sumber: Bangka Selatan Dalam Angka, 2017
Berdasarkan kondisi jumlah hotel di Kabupaten Bangka Selatan masih sangat minim sekali,
bahkan belum terdapat satupun hotel berbintang. Hal ini sangat menyulitkan wisatawan ketika akan
melakukan perjalanan dengan menginap di Bangka Selatan. Perlua adanya upaya keras dari
pemerintah daerah setempat untuk mendatang investor dalam membangun hotel berbintang di
Kabupaten Bangka Selatan.
Ancillary yaitu lembaga atau organisasi yang mengelola kepariwisataan dengan
mengembangkan pariwisata, mengatur industri pariwisata serta mempromosikan daerah tujuan wisata
kepada masyarakat agar dikenal banyak orang.
Activity merupakan berbagai aktivitas di daerah tujuan objek wisata yang membuat wisatawan
bisa berinteraksi dengan masyarakat sekitar.
Hasil analisi LQ ketika dilakukan antar sektor lapangan usaha PDRB dengan nilai LQ sektor
pariwisata lebih kecil dari 1. Hasil tersebut dimaknai bahwa sektor pariwisata belum menjadi sektor
basis di Kabupaten Bangka Selatan namun sangat mempunyai peluang untuk dikembangkan
mengingat potensi pendukung lainnya sudah tersedia. Peta lokasi wisata Kabupaten Bangka Selatan
tampak pada Gambar berikut (Gambar 5.15):
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 143
Sumber: Hasil Analisis
Gambar 5.40
Peta Lokasi Wisata Kabupaten Bangka Selatan
Peta daya tarik objek wisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ditampilkan pada Gambar
5.41. Pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan memiliki perencanaan pengembangan sektor
pariwisata seperti tampak pada peta berikut (Gambar 5.42).
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 144
Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Bangka Selatan, 2018
Gambar 5.42
Peta Rencana Pengembangan Pariwisata Kabupaten Bangka Selatan
Berdasarkan Gambar 5.42., rencana pengembangan yang akan dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Bangka Selatan adalah menetapkan kawasan Tanjung Kerasak, Pulau Lepar dan Pulau
Pongok sebagai kawasan wisata utama sedangkan Pantai Kumbung dan Pantai Sadai sebagai
kawasan pendukung.
Tabel 5.59
Identifikasi SWOT Sektor Pariwisata Kabupaten Bangka Selatan
No. Kekuatan (S) No. Kelemahan (W)
1. Terdapat beragam potensi wisata di Kabupaten 1. Penggunaan lahan wisata masih sangat rendah
Bangka Selatan seperti wisata budaya, alam, (hanya 1.540,2 Ha)
bahari, sejarah dan perkebunan
2. Adanya potensi Wisata bahari diantaranya wisata 2. Keterbatasan biaya anggaran pengembangan objek
rekreasi, snorkling, diving dengan kondisi indeks wisata
kesesuaian wisata (IKW) yang baik.
3. Terdapat sumberdaya manusia yang berkualitas 4. Keterbatasan Akomodasi, seperti hotel
dan memiliki kelompok-kelompok pemuda sadar
wisata yang bersertifikasi selam
4. Dukungan pemerintah yang optimal dengan 4. Tidak terdapat lokalisasi penjualan oleh-oleh dan
menyelenggarakan event berskala nasional souvenir khas Bangka Selatan untuk para
seperti Toboali City on Fire wisatawan
No. Peluang (O) No. Ancaman (T)
1. Adanya investor yang siap berinvestasi di 1. Dengan meningkatnya jumlah wisatawan akan
kawasan industri pelabuhan terpadu Sadai menyebabkan timbulan sampah
2. Dengan dijadikannya KIPT Sadai merbukanya 2. Rusaknya lingkungan akibat pertambangan liar
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 145
lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar
3. Dukungan dari Provinsi dan berbagai lembaga 3. Minat masyarakat untuk berwisata dan berekreasi ke
dalam rencana pengembangan kawasan geopark Bangka Selatan masih rendah
dan marine park di Kabupaten Bangka Selatan
Sumber: Hasil Analisis
Tabel 5.60
Matriks Analisis IFAS Kawasan Industri Pariwisata Kabupaten Bangka Selatan
No. Kekuatan Bobot Relatif Rating Score
1. Terdapat beragam potensi wisata di Kabupaten Bangka 5,00 0,172 4 0,69
Selatan seperti wisata budaya, alam, bahari, sejarah dan
perkebunan
2. Terdapat potensi Wisata bahari diantaranya wisata 4,00 0,138 2 0,28
rekreasi, snorkling, diving dengan kondisi indeks
kesesuaian wisata (IKW) yang baik.
3. Terdapat sumberdaya manusia yang berkualitas dan 4,00 0,138 4 0,55
memiliki kelompok-kelompok pemuda sadar wisata yang
bersertifikasi selam
4. Dukungan pemerintah yang optimal dengan 3,00 0,103 2 0,21
menyelenggarakan event berskala nasional seperti Toboali
City on Fire
Total 16,0 0,552 1,72
No. Kelemahan Bobot Relatif Rating Score
1. Penggunaan lahan wisata masih sangat rendah (hanya 3,00 0,103 -4 -0,41
1.540,2 Ha)
2. Keterbatasan biaya anggaran pengembangan objek wisata 3,00 0,103 -3 -0,31
3. Akomodasi seperti perhotelan yang belum terlalu 3,00 0,103 -3 -0,31
mendukung
4. Belum terdapat lokalisasi penjualan oleh-oleh khas 4,00 0,138 -1 -0,14
Bangka Selatan untuk para wisatawan
Total 13,0 0,448 -1,17
Total Bobot 29,0 1
Sumber: Hasil Analisis
Tabel 5.61
Matriks Analisis EFAS Kawasan Industri Pariwisata Kabupaten Bangka Selatan
No. Peluang Bobot Relatif Rating Score
1. Adanya investor yang siap berinvestasi di kawasan industri 5 0,217 4 0,87
pelabuhana terpatu Tukak Sadai
2. Dengan dijadikannya KIPT Sadai merbukanya lapangan 4 0,174 3 0,52
pekerjaan bagi masyarakat sekitar
3. Dukungan dari Provinsi dan berbagai lembaga dalam 3 0,130 4 0,52
rencana pengembangan kawasan geopark dan marine
park di Kabupaten Bangka Selatan
Total 12 0,522 1,91
No. Ancaman Bobot Relatif Rating Score
1. Adanya wisatawan yang tidak bertanggung jawab dengan 4 0,174 -4 -0,70
merusak keindahan serta sarana penunjang objek wisata
2. Rusaknya lingkungan akibat pertambangan liar 4 0,174 -4 -0,70
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 146
3. Minat masyarakat untuk berwisata dan berkreasi ke 3 0,130 -2 -0,26
Bangka Selatan masih rendah
Total 11 0,478 -1,65
Total Bobot 23 1
Sumber: Hasil Analisis
Dari hasil pembobotan pada Tabel 5.61 dan Tabel 5.62 diatas, maka dapat dilihat posisi dalam
kuadran stategi analisis IFAS-EFAS sektor parawisata yang dapat dihitung berdasarkan perhitungan
dibawah ini di tampilkan pada Tabel 5.63.
Tabel 5.62
Perhitungaan Koordinat Matriks SWOT
Perhitungan Koordinat Matriks SWOT
x Nilai Total S + W
y Nilai Total O + T
Jadi
x 0,55
y 0,26
koordinat (0,55 : 0,26)
Sumber: Hasil Analisis
Berdasarkan hasil pemetaan terhadap kuadran strategi analisis IFAS-EFAS sektor parawisata
dapat diketahui bahwa strategi pengembangannya berada pada Kuadran I yaitu Growth Strategi.
Artinya, pengembangan pada sektor parawisata, perikanan dan pertanian perlu dilakukan dengan
pendekatan pertumbuhan memanfaatkan potensi dan peluang yang ada. Diagram matriks SWOT
sektor parawisata Kabupaten Bangka Selatan dapat dilihat pada Gambar 5.43.
3O
Kuadran III 2
Kuadran I
1
Pariwisata
0
W -3 -2 -1 0 1 2 3 S
-1
-2
Kuadran IV -3 Kuadran II
T
Sumber: Hasil Analisis
Gambar 5.43
Diagram Matriks SWOT Sektor Pariwisata Kabupaten Bangka Selatan
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 147
Strategi yang bisa dikembangkan terkait dengan pengembangan pada sektor-sektor pariwisata,
antara lain:
1. Mengoptimalkan beragam potensi wisata dengam memanfaatkan investor di KIPT Sadai.
2. Memaksimalkan potensi sumberdaya manusia dalam pengembangan sektor pariwisata dengan
memanfaatkan kerjasama yang ada.
3. Dukungan pemerintah yang optimal lebih ditingkatkan dengan memanfaakan dukungan dari
berbagai pihak dalam perencanaan geopark dan marine park di Kabupaten Bangka Selatan.
Tabel 5.63
Jumlah Industri dan Tenaga Kerja Berdasarkan Jenisnya di Kabupaten Bangka Selatan Tahun
2018
Industri Besar Industri Sedang Industri Kecil
Kecamatan Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Perusahaan Tenaga Kerja Perusahaan Tenaga Kerja Perusahaan Tenaga Kerja
Payung 126 254
Pulau Besar 153 275
Simpang Rimba 1 97 237 628
Toboali 2 50 523 1340
Tukak Sadai 131 269
Air Gegas 233 411
Lepar Pongok 133 310
Kepulaaun Lepar 158 327
Total 1 97 2 50 1694 3814
Sumber: Dinas Perindustrian Perdagangan dan UKMK Kabupaten Bangka Selatan, 2018
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa industri kecil sangat dominan di Kabupaten
Bangka Selatan baik dari sisi jumlahnya dan penyerapan tenaga kerjanya yang hampir tersedia di
setiap kecamatan. Kondisi yang terlihat untuk industri besar hanya terdapat 1 (satu) di Kabupaten
Bangka Selatan, dengan penyerapan jumlah tenaga kerja lebih sedikit dibandingkan industri kecil.
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 148
Jumlah dan penyerapan tenaga kerja terbanyak pada industri kecil adalah di Kecamatan Toboali, hal ini
dimungkinkan karena Kecamatan Toboali merupakan ibukota Kabupaten Bangka Selatan.
Pertumbuhan sektor industri di Kabupaten Bangka Selatan sangat fluktuatif, dan sampai dengan
Tahun 2017 kecendrungan mengalami penurunan, hal tersebut harus menjadi fokus bagi Pemerintah
Kabupaten Bangka Selatan untuk mendukung pertumbuhan sektor industri paada daerah tersebut
(Gambar 5.44).
Sedangkan pertumbuhan industri jika dilihat dari sisi jumlahnya sebagai berikut (Tabel 5.64):
Tabel 5.64
Perkembangan Jumlah Industri di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2008-2017
Tahun Pertumbuhan
2008 304
2009 560
2010 595
2011 627
2012 1045
2013 1318
2014 1388
2015 1503
2016 1613
2017 1747
Sumber: Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM, Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2018
Berdasarkan data pada Tabel 5.64, diketahui bahwa setiap tahun terjadi peningkatan jumlah
industri di Kabupaten Bangka Selatan. Peningkatan tertinggi terjadi antara Tahun 2011 ke Tahun 2012,
hal ini membuktikan dampak dari pemekaran kabupaten tersebut telah tampak pada sektor industri.
Gambaran secara grafis perkembangan tersebut sebagai berikut:
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 149
Sumber: Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM, Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2018
Gambar 5.45
Perkembangan Jumlah Industri di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2000- 2017
Sektor industri tidak terlepas dari kebutuhan tenaga kerja yang menjadi penopang aktifitasnya,
demikian halnya di Kabupaten Bangka Selatan, jumlah tenaga kerja yang terserap atau yang dapat di
tamping pada industri kecil, sedang dan besar adalah sebagai berikut (Gambar 5.46):
Sumber: Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM, Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2018
Gambar 5.46
Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja İndustri (Besar, Sedang, dan Kecil) di Kabupaten Bangka
Selatan Dari 2008-2017
Trend penyerapan tenaga kerja mengalami peningkatan setiap tahunnya, hal tersebut harus
terus didorong agar mampu mengurangi pengangguran dan kemiskinan yang pada akhirnya
berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi daerah.
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 150
5.4.2 Analisis SWOT Sektor Industri
Analisis kekuatan (S), kelemahan (W), peluang (O), dan Ancaman (T) sektor pariwisata
ditampilkan pada Tabel 5.65.
Tabel 5.65.
Identifikasi SWOT Sektor Industri Kabupaten Bangka Selatan
No. Kekuatan (S) No. Kelemahan (W)
1. Terdapat industri berskala besar, sedang 1. Adanya pengaruh terhadap ketersediaan air
dan kecil di Kabupaten Bangka Selatan bersih dan penurunan kualitas
2. Terdapat berbagai potensi sebagai bahan 2. Adanya alih fungsi lahan untuk kegiatan
baku industri baik di sektor perkebunan dan industri
perikanan
3. Setiap sektor memiliki produk khas dan 3. Kualitas sumberdaya manusia yang masih
unggul di Kabupaten Bangka Selatan minim dan terbatas
No. Peluang (O) No. Ancaman (T)
1. Terbukanya kerjasama dengan perusahaan 1. Beberapa bahan baku industri yang bersifat
lokal maupun luar negeri musiman
2. Perencaanaan Kawasan Industri Strategis 2. Kerusakan ekosistem di wilayah sekitar
(KIS) akan meningkatkan permintaan industri akibat kegiatan penambangan
3. Kabupaten Bangka Selatan dilewati alur 3. Persaingan dengan produk-produk lainnya dan
pelayaran Internasional dan titik terdekat yang lebih kreatif
dari Pulau Bangka menuju Jakarta
Sumber: Hasil Analisis
Tabel 5.66
Matriks Analisis IFAS Kawasan Industri Kabupaten Bangka Selatan
No. Kekuatan Bobot Relatif Rating Score
1 Terdapat industri berskala besar, sedang dan kecil di 5 0,179 4 0,714
Kabupaten Bangka Selatan
2 Serapan tenaga kerja dari sektor industri cukup tinggi 5 0,179 4 0,714
3 Setiap sektor memiliki produk khas dan unggul di Kabupaten 5 0,179 4 0,714
Bangka Selatan
Total 15 0,536 2,143
No. Kelemahan Bobot Relatif Rating Score
1 Adanya pengaruh terhadap ketersediaan air bersih dan 5 0,179 -1 -0,179
penurunan kualitas lingkungan
2 Adanya alih fungsi lahan untuk kegiatan industri 4 0,143 -2 -0,286
3 Kualitas sumberdaya manusia yang masih minim dan terbatas 4 0,143 -3 -0,429
Total 13 0,464 -0,893
Total Bobot 28 1
Sumber: Hasil Analisis
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 151
Tabel 5.67
Matriks Analisis EFAS Kawasan Industri Kabupaten Bangka Selatan
No. Peluang Bobot Relatif Rating Score
1 Terbukanya kerjasama dengan perusahaan lokal maupun luar 5 0,179 4 0,714
2 Perencanaan kawasan industri strategis (KIS) akan 5 0,179 4 0,714
meningkatkan permintaan pasar dan daya saing setiap sektor
3 Kabupaten Bangka Selatan dilewati alur pelayaran Internasional 5 0,179 4 0,714
dan titik terdekat dari Pulau Bangka menuju Jakarta
Total 15 0,536 2,143
No. Ancaman Bobot Relatif Rating Score
1 Beberapa bahan baku industri yang bersifat musiman 4 0,143 -2 -0,286
2 Kerusakan ekosistem di wilayah sekitar industri 5 0,179 -2 -0,357
3 Persaingan dengan produk-produk lainnya dan yang lebih kreatif 4 0,143 -3 -0,429
Total 13 0,464 -1,071
Total Bobot 28 1
Sumber: Hasil Analisis
Dari hasil pembobotan pada Tabel 5.66. dan Tabel 5.67. diatas, maka dapat dilihat posisi dalam
kuadran stategi analisis IFAS-EFAS sektor pertanian yang dapat dihitung berdasarkan perhitungan
dibawah ini di tampilkan pada Tabel 5.68.
Tabel 5.68
Perhitungaan Koordinat Matriks SWOT
Perhitungan Koordinat Matriks SWOT
x Nilai Total S + W
y Nilai Total O + T
jadi
X 1,25
Y 1,07
Koordinat (1,25 : 1,07)
Sumber: Hasil Analisis
Berdasarkan hasil pemetaan terhadap kuadran strategi analisis IFAS-EFAS sektor indutri diatas,
dapat diketahui bahwa strategi pengembangannya berada pada Kuadran I yaitu Growth Strategi.
Artinya, pengembangan pada sektor industri perlu dilakukan dengan pendekatan pertumbuhan
memanfaatkan potensi dan peluang yang ada. Strategi yang bisa dikembangkan terkait dengan
pengembangan pada sektor-sektor tersebut, antara lain: Diagram matriks SWOT sektor industri
Kabupaten Bangka Selatan dapat dilihat pada Gambar 5.47.
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 152
3O
Industri
1
0
W -3 -2 -1 0 1 2 3 S
-1
-2
Kuadran IV -3 Kuadran II
T
Sumber: Hasil Analisis
Gambar 5.47
Diagram Matriks SWOT Sektor Industri Kabupaten Bangka Selatan
Strategi yang bisa dikembangkan terkait dengan pengembangan pada sektor industri tersebut,
antara lain:
1. Meningkatkan produksi industri berskala besar, sedang dan kecil dengan memanfaatkan
kerjasama perusahaan lokal maupun luar (S1-O1).
2. Produk khas dan unggul di kabupaten Bangka Selatan lebih ditonjolkan dengan memanfaatkan
kerjasama yang sudah ada (S3-O1).
3. Mengoptimalkan berbagai potensi sebagai bahan baku industri di sektor perkebunan dan perikanan
(S2-O1,2,3).
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 153
BAB VI
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 154
No Strategi
5 Pengaturan kegiatan investasi dan penanaman modal yang strategis dan berkualitas, dengan
menekankan pada peningkatan nilai tambah, peningkatan penanaman modal di sektor prioritas
(Pertanian, Perikanan, Industri dan Pariwisata) dan pengembangan wilayah
Sumber: Hasil Analisis
6.3 Fokus Pengembangan Pangan, Pertanian, Pariwisata, Perikanan, Infrastruktur, dan Energi
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 155
bisnis yang layak semata, melainkan juga didasarkan kepada kepentingan lokal, regional, maupun
nasional. Hal ini disebabkan komoditas pangan dan energi merupakan komoditas primer, yang
permintaannya selalu meningkat, dan ketersediaanya semakin terbatas. Artinya, upaya (investasi)
untuk menjaga ketersediaanya merupakan aktivitas yang patut diapresiasi oleh pemerintah Kabupaten
Bangka Selatan. Untuk itu patut kiranya investasi di bidang ini difasilitasi kemudahan, insentif, fasilitas
lainnya meskipun perlu didukung dengan kebijakan bersyarat lainnya, seperti kebijakan tata niaga,
distribusi, dan peruntukkan konsumennya.
Sedangkan kebijakan pengembangan infrastruktur, juga tidak sepenuhnya didasarkan kepada
pendekatan bisnis yang layak semata, melainkan juga didasarkan kepada kepentingan lokal, regional,
maupun nasional. Hal ini disebabkan penyediaan infrastruktur (kuantitas dan kualitas cakupan) pada
dasarnya menjadi tanggung jawab pemerintah, yang selama ini sulit direalisasikan disebabkan
keterbatasannya anggaran pembangunan. Dengan demikian, melihat tingkat kepentingan akan ke tiga
kebijakan tersebut, maka patut kiranya pemerintah Kabupaten Bangka Selatan memberikan
kemudahan, dan atau insentif dengan beberapa syarat dan kriteria lainnya.
Tabel 6.3
Strategi Fokus Pengembangan Pangan, Pertanian, Pariwisata, Perikanan, Infrastruktur, dan
Energi
No. Strategi
1 Mengoptimalkan beragam potensi wisata terutama wisata bahari, wisata alam, wisata budaya
dan wisata minat khusus
2 Mengoptimalkan beragam potensi pertanian terutama sektor perkebunan untuk komoditas
sawit, lada dan karet
3 Mengoptimalkan beragam potensi industri pengolahan terutama sektor mikro dan kecil
dengan bahan baku dasar dari pertanian dan perikanan
4 Mengoptimalkan beragam potensi perikanan laut terutama di Kecamatan Pongok, Lepong,
Toboali dan Tukak Sadai untuk perikanan
5 Memaksimalkan potensi sumberdaya manusia dalam pengembangan sektor pertanian,
pariwisata, perikanan dan industri dengan memanfaatkan kerjasama yang ada
Sumber: Hasil Analisis
Kebijakan penanaman modal yang berwawasan lingkungan didasarkan kepada beberapa isu
strategis seperti dampak pembangunan/investasi terhadap daya dukung dan daya tampung
lingkungan, sehingga mengakibatkan degradasi lingkungan dan mengancam pada keseimbangan
lingkungan dari aspek dimensi waktu, ruang, dan subyek.
Selain itu isu strategis terhadap lingkungan, justru menjadi menjadi salah satu komponen
bargaining di pasar global. Artinya, secara tidak langsung harus ada yang menanggung biaya ekonomi
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 156
atas terganggunya daya dukung dan daya tampung lingkungan akibat aktivitas investasi, tanpa ada
kejelasan siapa yang menanggung biaya pemulihannya.
Dalam arah kebijakan RUPM Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 ini, upaya penjaringan
penanaman modal yang berwawasan lingkungan akan diarahkan pada 2 fokus pendekatan utama yaitu
pendekatan preventif dan pendekatan apresiatif. Pendekatan Preventif, yaitu; pendekatan yang
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan (dalam hal ini adalah melalui BLH dan PTSP)
terkait kebijakan lingkungan yang didasarkan pada data dan informasi yang terangkum dalam dokumen
RPPLH, KLHS, AMDAL, UKL-UPL, dan SLHD. Pendekatan ini diawali dengan upaya untuk
menginventarisasi dan memetakan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk dilindungi
dan dikelola. Upaya ini dilakukan agar, aktivitas penanaman modal tidak diarahkan ke lokasi yang
secara regulatif merupakan wilayah atau kawasan yang memiliki daya dukung dan daya tampung
rentan terhadap presure, (bencana alam, tekanan demografi, aktivitas sosial dan ekonomi).
Pendekatan Apresiatif, yaitu; pendekatan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bangka
Selatan (dalam hal ini adalah melalui BLH dan PTSP) terkait kebijakan lingkungan yang didasarkan
pada data dan informasi yang terangkum dalam dokumen RPPLH, KLHS, AMDAL, UKL-UPL, dan
SLHD. Pendekatan ini diawali dengan upaya untuk mengapresiasi investasi yang mampu mendukung
kualitas dan kuantitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup (pengendalian dan pemulihan
pencemaran/perusakan lingkungan hidup), dengan mempertimbangkan pemberian kemudahan dan
atau insentif bagi penanaman modal yang mampu meningkatkan daya dukung dan daya tampung
lingkungan. Kerusakan dan pencemaran pada lingkungan hidup Pendekatan dan arah kebijakan
diatas, kemudian diterjemahkan dalam bentuk strategi operasionalnya sebagai berikut:
Tabel 6.4
Strategi Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan
No Strategi
1 Investasi yang dilakukan merupakan green ekonomi yang bersinergi dengan kebijakan dan program
pembangunan pelestarian lingkungan hidup berbasis pembangunan berkelanjutan.
2 Menetapkan bidang pertanian, perikanan, pariwisata dan industri sebagai isu strategis dalam
penyediaan dan pengembangan kualitas dan kuantitas investasi dan penanaman modal di Kabupaten
Bangka Selatan.
3 Pengembangan sektor-sektor prioritas (Pertanian, perikanan, pariwisata, industri) dengan teknologi yang
ramah lingkungan serta pemanfaatan potensi sumber energi baru dan terbarukan.
4 Peningkatan penggunaan teknologi dan proses produksi yang ramah lingkungan yang lebih terintegrasi,
dari aspek hulu hingga aspek hilir.
5 Pengembangan wilayah yang memperhatikan tata ruang, daya dukung lingkungan dan jasa ekosistem.
6 Menentukan wilayah yang dikembangkan dengan mempertimbangkan isu strategis sebagai fokus
pembangunan wilayah Kabupaten Bangka Selatan yang sejalan dengan RUTR Provinsi Kep. Bangka
Belitung dan RTRW Kabupaten Bangka Selatan.
Sumber: Hasil Analisis
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 157
6.5 Pemberdayaan UMKM dan Koperasi
Tabel 6.5
Strategi Pemberdayaan UMKM dan Koperasi
No Strategi
1 Kebijakan dasar investasi dan penanaman modal diarahkan pada pemberdayaan dan
perlindungan usaha mikro kecil menengah dan koperasi (UMKMK)
2 Pemberdayaan UMKMK harus ditunjang oleh pembangunan pada sektor primer, sekunder dan
tersier menuju pengembangan ekonomi hijau (green ekonomi)
3 Memperkuat kewirausahaan dan peningkatan produktifitas yang responsif dan adaptif terhadap
kebutuhan pasar, pemanfaatan hasil inovasi dan penerapan teknologi
4 Mendorong peningkatan UMKMK menjadi usaha dengan skala yang lebih besar
5 Memperkuat keterkaitan UMKMK dengan mitra strategis dengan berbagai bidang usaha
Sumber: Hasil Analisis
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 158
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional.
Tabel 6.6
Strategi Pemberian Kemudahan dan Insentif Penanaman Modal
No Strategi
1 Pemberian insentif dan sanksi untuk mendorong daya saing dan iklim yang kondusif untuk
berinvestasi
2 pemberian kemudahan, dan atau insentif investasi dan penanaman modal diberikan untuk
sektor unggulan dan wilayah kecamatan unggulan
3 Pemberian kemudahan dan atau insentif investasi dan penanaman modal yang mendorong
upaya upaya pelestarian lingkungan hidup
4 Pemerintah daerah dapat memberikan insentif berupa pajak daerah dan kemudahan lainnya
5 Insentif dan kemudahan dari daerah (PP 45 tahun 2008) : PTSP dibidang penanaman modal;
sistem pelayanan informasi dan perizinan investasi secara elektronik; pengurangan,
keringanan, atau pembebasan pajak daerah dan retribusi daerah; pemberian dana stimulan;
pemberian bantuan modal; penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal;
penyediaan sarana dan prasarana; penyediaan lahan/lokasi; pemberian bantuan teknis;
percepatan pemberian izin
Sumber: Hasil Analisis
Tabel 6.7
Strategi Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal
No Strategi
1 Promosi penanaman modal melalui penyebaran informasi potensi dan peluang penanaman
modal secara terfokus, terintegrasi dan berkelanjutan
2 Penguatan image building sebagai daerah tujuan penanaman modal
3 Pengembangan strategi promosi yang lebih fokus terarah dan inovatif berbasis digital dan cetak
4 Mengiatkan kegiatan promosi dilaksanakan untuk pencapaian target investasi yang ditetapkan
5 Peningkatan peran koordinasi promosi penanaman modal
6 Penguatan peran fasilitasi hasil kegiatan promosi secara proaktif
Sumber: Hasil Analisis
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 159
6.8 Matrik Peta Panduan (Roadmap) Implementasi Rencana Umum Penanaman Modal
Kabupaten (RUPMK) Bangka Selatan
Visi: Terwujudnya Kabupaten Bangka Selatan Sebagai Pusat Investasi yang Sehat dan Berdaya
Saing Berbasis Pertanian dan Pariwisata.
Mengoptimalkan beragam
potensi perikanan laut
terutama di Kecamatan
Pongok, Lepong, Toboali
dan Tukak Sadai untuk
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 160
Fase I Fase II Fase III
Arah Kebijakan
2018-2019 2020-2022 2023-2025
perikanan.
PENANAMAN MODAL YANG Menetapkan bidang Investasi yang dilakukan Peningkatan penggunaan
BERWAWASAN pertanian, perikanan, merupakan green teknologi dan proses
LINGKUNGAN pariwisata dan industri ekonomi yang bersinergi produksi yang ramah
sebagai isu strategis dengan kebijakan dan lingkungan yang lebih
dalam penyediaan dan program pembangunan terintegrasi, dari aspek
pengembangan kualitas pelestarian lingkungan hulu hingga aspek hilir.
dan kuantitas investasi hidup dengan
dan penanaman modal di mengedepankan prisnsip
Kabupaten Bangka pembangunan
Selatan. berkelanjutan.
PEMBERDAYAAN UMKM Pemberian insentif dan Pemberian kemudahan Pemerintah daerah dapat
DAN KOPERASI sanksi untuk mendorong dan atau insentif investasi memberikan insentif
daya saing dan iklim yang dan penanaman modal berupa pajak daerah dan
kondusif untuk yang mendorong upaya kemudahan lainnya
berinvestasi upaya pelestarian
lingkungan hidup
Pemberian kemudahan,
dan atau insentif investasi
dan penanaman modal
diberikan untuk sektor dan
komoditas unggulan di
wilayah kecamatan
unggulan
PEMBERIAN KEMUDAHAN Pemberian insentif dan Pemberian kemudahan Pemerintah daerah dapat
& INSENTIF PENANAMAN sanksi untuk mendorong dan atau insentif investasi memberikan insentif
MODAL daya saing dan iklim yang dan penanaman modal berupa pajak daerah dan
kondusif untuk yang mendorong upaya kemudahan lainnya
berinvestasi upaya pelestarian
lingkungan hidup
Pemberian kemudahan,
dan atau insentif investasi
dan penanaman modal
diberikan untuk sektor dan
komoditas unggulan di
wilayah kecamatan
unggulan
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 161
Fase I Fase II Fase III
Arah Kebijakan
2018-2019 2020-2022 2023-2025
penanaman modal
Peningkatan peran
koordinasi promosi
penanaman modal
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 162
BAB VII
KONTRIBUSI MANFAAT EKONOMI SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG
PENANAMAN MODAL
Gambar 7.1
Siklus Ekonomi (Investasi)
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 163
Berdasarkan gambar 7.1 dapat diketahui bahwa aktivitas yang berhubungan dengan aktivitas
investasi adalah;
1) Penanaman Modal – Perusahaan
yaitu aktivitas penanaman modal oleh pengusaha dengan merealisasikan modalnya dalam bentuk
aktivitas ekonomi produktif.
2) Penanaman Modal – Lembaga Keuangan
yaitu aktivitas penanaman modal oleh pengusaha dengan meminjam modal dari perbankan atau
lembaga keuangan
3) Penanaman Modal - Perusahaan – Rumah Tangga
yaitu aktivitas perusahaan menjual produksi barang dan jasanya kepada pihak rumah tangga dan
aktivitas perusahaan membalas jasa atas faktor-faktor produksi yang bersumber dari rumah tangga
dalam bentuk sewa, gaji, upah, bunga, dll
4) Rumah Tangga - Perusahaan
yaitu aktivitas rumah tangga menawarkan sumberdaya yang dimilikinya untuk dijadikan faktor
produksi oleh perusahaan dan aktivitas rumah tangga menawarkan barang dan jasa hasil produksi
rumah tangga untuk dikonsumsi oleh perusahaan.
5) Perusahaan – Pemerintah
yaitu aktivitas perusahaan menunaikan kewajibannya membayar pajak sesuai dengan regulasi yang
ada
6) Pemerintah – Perusahaan
yaitu kebijakan dan aktivitas pemerintah dalam menyediakan layanan dasar umum yang layak bagi
semua pihak khususnya pengusaha.
Secara umum manfaat investasi terhadap dinamika perekonomian lokal dapat asumsikan yaitu
berkontribusinya investasi terhadap perputaran uang produktif perbankan, untuk membantu perbankan
menunaikan kewajibannya membayar bunga bank terhadap nasabah, manfaat lainnya adalah
meningkatnya Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) regional, hal ini disebabkan adanya aktivitas produksi
regional. Aktivitas produksi regional dapat mempengaruhi pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto
(PDB) Kabupaten Bangka Selatan dimana sektor-sektor unggulan dapat menjadi pemicu kesejahteraan
masyarakat yang berkelanjutan. Dampak rasional lainnya adalah, adanya aktivitas transaski
pembayaran pajak oleh perusahaan/investor kepada pemerintah Kabupaten Bangka Selatan sebagai
bentuk kewajiban regulatif investor, selain itu dampak positif lainnya adalah adanya aktivitas transkasi
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 164
penjualan hasil produksi industri yang berpotensi melibatkan banyak lembaga dan kelembagaan yang
berpotensi menimbulkan economic multiplier effect.
Manfaat ekonomi seperti perputaran uang produktif perbankan, Laju Pertumbuhan Ekonomi,
pembayaran jasa rumah tangga sebagai sarana produksi yang bersumber dari rumah tangga, transaksi
pembayaran pajak, multiplier effect economic dari transaksi penjualan produk investasi sangat mungkin
terealisasi terhadap jika investasi yang ada di Kabupaten Bangka Selatan adalah investasi yang sehat,
yaitu investasi yang tidak bersifat economic backwash effect.
Secara umum, manfaat sosial dari aktivitas penanaman modal akan dapat dirasakan dalam
jangka waktu yang tidak singkat. Manfaat yang dapat dirasakan antara lain, jumlah serapan tenaga
kerja (berkurangnya pengangguran), multiplier effect ekonomi disekitar lokasi produksi (peningkatan
pendapatan). Manfaat sosial dari aktivitas penanaman modal yang diharapkan adalah meningkatnya
mobilitas barang, jasa, dan manusia yang mungkin lintas sektor, lintas wilayah, sehingga menimbulkan
kehidupan sosial masyarakat Kabupaten Bangka Selatan yang terlibat akan menjadi lebih dinamis.
7.3 Manfaat Investasi Terhadap Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan
Secara umum, kesadaran terhadap pentingnya daya dukung dan daya tampung lingkungan di
Indonesia, Kepulauan Bangka Belitung dan Kabupaten Bangka Selatan, masih relatif rendah jika di
bandingkan dengan negara maju. Dimana di negara maju, daya dukung dan daya tampung lingkungan
dinilai dari aspek ekologisnya, sedangkan di negara berkembang, daya dukung dan daya tampung
lingkungan ditempatkan sebagai sumber daya ekonomi (economic resources), sehingga akan sulit
dalam proses pemanfaatan dan pengendaliannya. Hal ini berdampak kepada cara memperlakukan
daya tampung dan daya dukung lingkungan itu sendiri. Daya dukung dan daya tampung lingkungan
akan mulai dirasakan bermanfaat oleh masyarakat Kabupaten Bangka Selatan jika preasure terhadap
kondisi daya dukung dan daya tampung tersebut sudah mengganggu dinamika ekonomi masyarakat
Kabupaten Bangka Selatan.
Saat ini, isu terkait lingkungan sudah menjadi isu global yang akan mempengaruhi cara
bagaimana perusahaan berproduksi, bahkan isu lingkungan sudah menjadi isu strategis dan menjadi
prasyarat memasuki pasar global. Upaya yang harus dilakukan dalam kondisi seperti ini adalah,
meningkatnya kepedulian masyarakat Kabupaten Bangka Selatan dan para pelaku usaha dalam
melakukan proses produksi yang ramah lingkungan, meningkatnya partisipasi media yang transparan
yang dapat mengadvokasi publik dalam mendukung daya dukung dan daya tambung lingkungan, serta
meningkatnya aktivitas baik bermotif ekonomi produktif atau tidak, namun bertujuan mendukung
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 165
keberadaan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Secara khusus, manfaat yang
diharapkan dari 7 (tujuh) arah Kebijakan Penanaman Modal Kabupaten Bangka Selatan tahun 2018-
2025 adalah sebagai berikut:
Tabel 7.1
Tabel Kontribusi Arah Kebijakan Penanaman Modal Kebijakan Perbaikan Iklim Penanaman
Modal
POTENSI KONDISI YANG DIHINDARI POTENSI MANFAAT YANG DIHARAPKAN
Investasi belum menjadi isu strategis yang Seluruh jajaran di lingkungan Pemerintah
menjadi komponen bagi keberlangsungan Kabupaten Bangka Selatan memahami
ekonomi Kabupaten Bangka Selatan, manfaat pentingya “investasi yang sehat”
sehingga dinamika investasi belum direspon terhadap aspek sosial dan ekonomi
secara sungguh-sungguh oleh Pemerintah masyarakat Kabupaten Bangka Selatan,
Kabupaten Bangka Selatan. sehingga naik turunnya investasi menjadi isu
Investasi yang saat ini berlangsung belum strategis, yang perlu ditindaklanjuti dengan
dapat diketahui sehat atau tidaknya, secara kebijakan yang komprehensif.
umum investasi yang masuk belum tentu Meningkatnya “investasi yang sehat”
terkorelasi dengan potensi dan keunggulan dilandaskan pada azas manfaat untuk
daerah, investasi yang beroperasi umumnya Kabupaten Bangka Selatan. Artinya investasi
didasarkan pada pertimbangan ekonomis yang diminati adalah investasi yang memiliki
saja. benefit dan profit yang tinggi.
Sumber : Hasil Analisis
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 166
B. Persebaran Penanaman Modal
Selain pengembangan penanaman modal yang fokus menurut bidang atau sektor
unggulan/prioritas daerah, Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan perlu merumuskan strategi dan
kebijakan dalam upaya mendorong pemerataan pembangunan ekonomi di masing-masing daerah,
melalui penyebaran kegiatan usaha penanaman modal berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) daerah masing-masing. Arah kebijakan persebaran penanaman modal memiliki potensi
manfaat sebagai berikut:
Tabel 7.2
Tabel Kontribusi Arah Kebijakan Penanaman Modal Kebijakan Persebaran Penanaman Modal
POTENSI KONDISI YANG DIHINDARI POTENSI MANFAAT YANG DIHARAPKAN
Investasi terkonsentari hanya di kawasan Investasi menyebar di seluruh kawasan di
yang cenderung strategis dan dilengkapi Kabupaten Bangka Selatan secara
dengan fasilitas sarana prasarana sistem proporsional sesuai dengan keunggulan dan
perkotaannya yang layak. potensi daerah
Investasi belum berdampak pada Investasi berdampak pada pengembangan
pengembangan kawasan yang selama ini kawasan yang selama ini tertinggal dari aspek
relative tertinggal dari berbagai aspek seperti sosial dan ekonomi, yang sebenarnya dapat
manfaat sosial & ekonomi yang seharusnya dijadikan materi pemberian insentif dan
dijadikan materi pemberian insentif dan kemudahan.
kemudahan secara integratif..
Sumber: Hasil Analisis
Selain itu, ketersediaan infrastruktur, juga merupakan faktor kunci dalam rangka menstimulasi
pertumbuhan ekonomi, baik dalam jangka pendek melalui penciptaan lapangan pekerjaan sektor
konstruksi, serta jangka menengah dan jangka panjang dalam mendukung peningkatan efisiensi dan
produktifitas kegiatan usaha penanaman modal. Pengembangan infrastruktur dilakukan dengan
menjaga kesinambungan penanaman modal pada sektor tersebut serta memprioritaskan
pembangunannya dalam rencana penanaman modal daerah baik yang dilakukan oleh Pemerintah,
Kerjasama Pemerintah-Swasta, maupun oleh Swasta.
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 167
Arah kebijakan Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur, dan Energi memiliki potensi
manfaat sebagai berikut;
Tabel 7.3
Tabel Kontribusi Arah Kebijakan Penanaman Modal Kebijakan Fokus Pengembangan Pangan,
Infrastruktur, dan Energi
POTENSI KONDISI YANG DIHINDARI POTENSI MANFAAT YANG DIHARAPKAN
Investasi pada komoditas pangan, umumnya Investasi pada komoditas pangan, sebaiknya
berupa investasi consumer good (PMA) yang tidak bersifat clonning teknologi produsen,
merupakan clonning produsen negara asal setidaknya Kabupaten Bangka Selatan
dan bersifat backwash effect. terlibat dalam sistem jalur produksi, distribusi,
Komoditas pangan yang dimaksud dalam dan industri pengolahan komoditas pangan
RUPMK Bangka Selatan belum diminati sehingga dapat meminimalisasi potensi
investor, akibat masih banyak masalah backwash effect.
teknis/non-teknis dalam proses Adanya penanam modal yang berinisiasi
kelembagaannya. berinvestasi pada komoditas pangan
Komoditas energi yang dimaksud dalam meskipun melalui berbagai paket kebijakan,
RUPMK Bangka Selatan belum sehingga mampu memenuhi kebutuhan
teridentifikasi, hal ini disebabkan potensi pangan lokal, regional, nasional dan global,
energi yang tidak tersedia. yang bernilai ekonomis.
Sektor infrastruktur yang dimaksud dalam Adanya penanam modal yang berinisiasi
RUPMK Bangka Selatan belum diminati berinvestasi pada komoditas energi
investor akibat investasi infrastruktur yang terbarukan dengan dukungan teknologi
ada, belum dapat dikatagorikan meskipun melalui berbagai paket kebijakan,
menguntungkan jangka waktu pendek. sehingga mampu memenuhi kebutuhan
energi lokal, regional, nasional, dan global
yang bernilai ekonomis.
Adanya penanam modal yang berinisiasi
berinvestasi pada sektor infrastruktur dengan
dukungan berbagai paket kebijakan, sehingga
mampu memenuhi kebutuhan infrastruktur
lokal dan regional
Sumber : Hasil Analisis
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 168
perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian lingkungan hidup seperti KLHS, RTRW, Baku Mutu,
Kriteria Baku Kerusakan, AMDAL, UKPL, UPL, SKPPLH, Perizinan Lingkungan, instrumen ekonomi
lingkungan) dijadikan rujukan untuk memitigasi investasi dalam bentuk KRP (Kebijakan Rencana dan
Program). Arah kebijakan Penanaman Modal Berwawasan Lingkungan (Green Investment) memiliki
potensi manfaat sebagai berikut:
Tabel 7.4
Tabel Kontribusi Arah Kebijakan Penanaman Modal Kebijakan Penanaman Modal Berwawasan
Lingkungan (Green Investment)
POTENSI KONDISI YANG DIHINDARI POTENSI MANFAAT YANG DIHARAPKAN
Lingkungan dinilai sebagai sumber daya Investasi berhasil mengendalikan kualitas
ekonomi yang menjadi beban ekonomis dan daya dukung dan daya tampung lingkungan
diperlakukan dengan pertimbangan nilai se- hidup.
efisien mungkin. Investasi berhasil meningkatkan kualitas daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup
Daya dukung dan daya tampung lingkungan
menjadi komoditas ekonomis baru yang
memiliki daya saing tinggi.
Sumber: Hasil Analisis
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 169
F. Pemberian Kemudahan, dan Insentif Penanaman Modal
Kemudahan dan/atau insentif penanaman modal merupakan suatu keuntungan ekonomi yang
diberikan kepada sebuah perusahaan atau kelompok perusahaan sejenis untuk mendorong agar
perusahaan tersebut berperilaku/melakukan kegiatan yang sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan
Pemerintah. Arah kebijakan Pemberian Kemudahan dan insentif penanaman modal memiliki potensi
manfaat sebagai berikut:
Tabel 7.6
Tabel Kontribusi Arah Kebijakan Penanaman Modal Kebijakan Pemberian Kemudahan, dan
Insentif Penanaman Modal
POTENSI KONDISI YANG DIHINDARI POTENSI MANFAAT YANG DIHARAPKAN
Pemberian kemudahan dan insentif Pemberian kemudahan, dan insentif
penanaman modal selama ini belum penanaman modal diharapkan proporsinal
proporsional dan sistematis terhadap azas dengan manfaat sosial dan ekonomi yang
manfaat jangka panjang. ditimbulkan dalam jangka waktu, pendek,
menegah dan panjang.
Pemberian kemudahan, dan insentif
penanaman modal akan berfungsi sebagai
paket pemawaran investasi.
Sumber : Hasil Analisis
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 170
BAB VIII
PENUTUP
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 171
terealisasi terhadap jika investasi yang dilakukan adalah investasi yang sehat, yaitu investasi yang
tidak bersifat economic backwash effect, tidak memproduksi barang dan jasa yang menyerap tenaga
kerja banyak.
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 172
Pendekatan Demand (Permintaan)
Dalam hal ini Kabupaten Bangka Selatan akan dilihat dari kekuatan sumberdaya yang
dimilikinya, yaitu sumberdaya ekonomi, atau dapat dikatagorikan sebagai sumberdaya alam, pola
ruang, sumberdaya sektoral (primer dan sekunder). Sumberdaya ini merupakan tujuan utama investor
menanamkan modalnya dengan pola “mengelola”. Sumberdaya ini akan sangat bernilai jika memiliki
potensi pengelolaan jangka panjang. Namun, keberadaan sumberdaya ekonomi ini, akan menuntut
ketersediaan sarana dan prasarana (infrsatruktur) yang layak dan memadai.
Berdasarkan aspek demand, dapat diketahui bahwa ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan oleh pemerintah Kabupaten Bangka Selatan, yaitu;
a) Kabupaten Bangka Selatan memiliki sumberdaya ekonomi yang menarik untuk investasi yang
bersifat jangka panjang hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor primer yang cukup tinggi terhadap
struktur perekonomian Kabupaten Bangka Selatan secara umum.
b) Status dan kewenangan sarana dan prasarana infrastruktur Kabupaten Bangka Selatan yang
banyak dimiliki oleh pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten, menimbulkan potensi
ketergantungan yang tinggi proses penyediannya.
Untuk meningkatkan investasi dari pendekatan demand, maka yang harus dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan adalah berusaha keras untuk menata potensi sumber daya
alamnya terutama sektor primernya. Hal ini membutuhkan effort yang besar, mengingat potensi
sumberdaya alam belum teridentifikasi cukup dan layak dari aspek kualitas saja, namun juga harus
layak dari aspek kuantitas yang tidak bisa disiapkan begitu saja oleh pemerintah Kabupaten Bangka
Selatan.
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 173
dengan teknologinya. Berdasarkan aspek supply, dapat diketahui bahwa ada beberapa hal penting
yang harus diperhatikan oleh pemerintah Kabupaten Bangka Selatan, yaitu;
a) Ketersediaan lahan untuk investasi yang cukup luas, artinya regulasi (penertiban pemanfaatan
ruang) dan mekanisme pasarlah yang akan menentukan pemanfaatnya.
b) Supply sumber daya manusia dapat memicu terjadinya enclave sosial dan berpotensi menimbulkan
konflik sosial dengan masyarakat sekitar aktivitas investasi.
c) Clonning teknologi dapat memicu terjadinya backwash effect dan ekonomi biaya tinggi, yang pada
akhirnya akan membuat nilai produk industri Kabupaten Bangka Selatan tidak kompetitif di pasar
lokal, regional, nasional, maupun global.
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 174
dan ancaman) dan internal (kekuatan dan kelemahan) di setiap arah kebijakan penanaman modal
RUPM Kabupaten Bangka Selatan tahun 2018-2025.
Dalam rangka terbangunnya keterpaduan dan konsistensi arah perencanaan penanaman
modal, maka RUPM Kabupaten Bangka Selatan ini sudah mensinergikan antara arah kebijakan RUPM
Nasional dan RUPM Provinsi, dalam bentuk 7 (tujuh) arah kebijakan penanaman modal sebagaimana
tertuang dalam Perpres Nomor 16 Tahun 2012 tentang Rencana Umum Penanaman Modal, yaitu:
1. Perbaikan Iklim Penanaman Modal,
2. Persebaran Penanaman Modal,
3. Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur, dan Energi,
4. Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan (Green Investment),
5. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK),
6. Pemberian Fasilitas, Kemudahan dan/atau Insentif Penanaman Modal, dan
7. Promosi Penanaman Modal.
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 175
RUPM
KABUPATEN
BANGKA SELATAN
2018-2025
JUNJUNG BESAOH