Anda di halaman 1dari 179

NASKAH AKADEMIS

 Rencana Umum 
Penanaman Modal
Kabupaten Bangka Selatan
2018-2025
Kata Pengantar

RUPMK KAJIAN Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten


(RUPMK) ini bertujuan untuk memberikan pedoman bagi
Bangka Selatan pemangku kepentingan baik di lingkungan pemerintahan,
2018-2025 masyarakat, dunia usaha/swasta dan pihak-pihak terkait
lainnya untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan
pembangunan di Kabupaten Bangka Selatan secara
sinergis. Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan
Pariwisata
berkomitmen untuk mengembangkan arah kebijakan
Pertanian penanaman modal di Indonesia berdasar asas kepastian
Perikanan & Kelautan hukum, keterbukaan, akuntabilitas, perlakuan yang sarna
Perindustrian dan tidak membedakan asal negara, kebersamaan, efisiensi
Perkebunan berkeadilan, berkelanjutan, bemawasan lingkungan,
kemandirian, serta keseimbangan kemajuan dan kesatuan
Pertambangan
ekonomi nasional.

“Terwujudnya Bangka Selatan Kajian ini dapat terwujud berkat kerja sama dan bantuan
yang Maju dan Sejahtera dari berbagai pihak baik instansi pemerintah maupun
Berbasis Agrokultur dan swasta. Kepada semua pihak yang telah memberikan
Agroindustri yang Berwawasan bantuan disampaikan penghargaan dan terima kasih yang
Lingkungan Didukung Sumber sebesar-besarnya. 
Daya Manusia Berkualitas dan
Pemerintahan yang Amanah” Walaupun kajian ini telah disiapkan sebaik-baiknya,
namun disadari masih ada kekurangan dan kesalahan yang
terjadi. Untuk perbaikan kajian ini, tanggapan dan saran
yang bersifat konstruktif sangat diharapkan.
DAFTAR ISI
Bab 1
Pendahuluan

Bab 2
Potensi dan Realitas

Bab 3
Visi dan Misi RUPM Kabupaten Bangka Selatan

Bab 4
Arah Kebijakan Penanaman Modal

Bab 5
Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman

Bab 6
Kebijakan dan Strategi

Bab 7
Kontribusi Manfaat Ekonomi Sosial dan Lingkungan Hidup
Bidang Penanaman Modal

Bab 8
Penutup

Lampiran
Peraturan Daerah

  R U P M K A B U P A T E N B A N G K A
S E L A T A N 2 0 1 8 - 2 0 2 5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pelaksanaan


pembangunan tersebut memerlukan modal yang bersumber dari modal Pemerintah, swasta maupun
asing dalam bentuk kepesertaan berinvestasi untuk berpartisipasi dalam pembangunan daerah agar
tecapai tingkat pertumbuhaan ekonomi yang tinggi.
Secara perangkat aturan, perekonomian daerah telah ditetapkan dalam Undang-Undang No.
17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005 –
2025, penanaman modal diarahkan untuk mendukung terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi secara berkelanjutan dan berkualitas dengan mewujudkan iklim penanaman modal yang
menarik, mendorong penanaman modal bagi peningkatan daya saing perekonomian nasional, serta
meningkatkan kapasitas infrastruktur.
Sementara itu, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
menyatakan peningkatan penanaman modal diperlukan untuk mengolah potensi ekonomi menjadi
kekuatan ekonomi riil, dengan menggunakan modal yang berasal dari dalam negeri maupun luar
negeri, guna mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan kedaulatan politik dan
ekonomi Indonesia.
Dalam rangka menghadapi persaingan ekonomi global yang semakin ketat, kebijakan
penanaman modal harus diarahkan untuk menciptakan daya saing perekonomian nasional. Untuk
mencapai hal tersebut diperlukan arah perencanaan penanaman modal yang jelas, mudah dipahami,
terarah dan mencakup horizon waktu yang cukup panjang. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 4
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yang menyatakan bahwa
Pemerintah menetapkan kebijakan dasar penanaman modal. Kebijakan dasar penanaman modal
tersebut diwujudkan dalam bentuk Rencana Umum Penanaman Modal.
Rencana Umum Penanaman Modal merupakan dasar dan panduan bagi Pemerintah,
Pemerintah Kabupaten/Kota, penanaman modal, dan masyarakat dalam penyelenggaraan penanaman
modal di daerah. Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2012 Tentang
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM), RUPM merupakan dokumen perencanaan penanaman
modal jangka panjang berlaku sampai dengan tahun 2025. Daerah menindaklanjuti RUPM Nasional
dengan menyusun RUPM dan RUPM Kabupaten/Kota.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 1


Turunan dari Peraturan Presiden di atas adalah Peraturan Gubernur Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Dalam Pasal 1 angka 10 menyatakan bahwa Rencana Umum
Penanaman Modal Kabupaten/Kota yang selanjutnya disingkat RUPMK adalah dokumen perencanaan
penanaman modal yang disusun dan ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung yang berlaku sampai dengan tahun 2025 dengan mengacu pada Rencana
Umum Penanaman Modal.
Atas dasar tersebut pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung perlu
menindaklanjutinya dengan menyusun Peraturan Bupati tentang Rencana Umum Penanaman Modal
(RUPM) Kabupaten/Kota. Kabupaten Bangka Selatan dibentuk berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka
Tengah, Kabupaten Bangka Barat dan Kabupaten Belitung Timur di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, dimana saat ini masing-masing kabupaten pemekaran tersebut sedang giat membangun di
semua sektor terutama pada sektor yang memiliki keunggulan kompetitif.
Pelaksanaan pembangunan di daerah Kabupaten Bangka Selatan tidak hanya dilakukan oleh
Pemerintah Daerah, namun peran serta masyarakat, investor swasta maupun asing diharapkan
kontribusinya dalam berinvestasi pada berbagai bidang usaha dan berbagai sektor. Dengan
diberlakukannya otonomi daerah, maka peran pembangunan yang dilaksanakan oleh masyarakat
menjadi semakin besar, meskipun demikian, potensi pembangunan yang dimiliki oleh masyarakat tetap
harus diatur dan dikoordinir oleh pemerintah daerah, agar investasi yang akan dijalankan dapat
memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak diantaranya peningkatan jumlah barang dan jasa,
penciptaan nilai tambah, penyerapan tenaga kerja, penggunaan sumber daya ekonomi, peningkatan
pendapatan masyarakat, serta sebagai sumber pendapatan daerah berupa pajak dan retribusi.
Guna memperkokoh perekonomian daerah dan menjamin keberlangsungan dunia usaha, saat
ini Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan berupaya memantapkan stabilitas ekonomi, politik, sosial,
dan keamanan serta menjamin penegakan hukum, sehingga kegiatan-kegiatan investasi dalam
membangun perekonomian daerah dapat berjalan dengan baik dan aman.
Upaya lanjutan yang harus dilakukan pemerintah daerah untuk menggiring investor
berinvestasi di Kabupaten Bangka Selatan adalah menentukan dan menetapkan sektor ekonomi dan
kawasan-kawasan pengembangan ekonomi mana saja yang dapat dimanfaatkan oleh investor dengan
tetap memperhatikan karakteristik dan potensi daerah, sehingga tercipta sinergitas dalam percepatan
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.
Agar tujuan penyelenggaraan penanaman modal di Kabupaten Bangka Selatan dapat tercapai,
pemerintah daerah perlu menetapkan kebijakan dasar penanaman modal yang diwujudkan dalam

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 2


bentuk Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten (RUPMK) Bangka Selatan, guna memudahkan
pengambilan keputusan agar terarah, efisien, dan efektif. RUPMK Bangka Selatan merupakan
dokumen perencanaan jangka panjang yang bersifat komplementer terhadap perencanaan lintas
sektoral dan wilayah. Sehingga dapat berfungsi mensinergikan dan mengoperasionalisasikan seluruh
kepentingan pembangunan terkait bidang penanaman modal di Kabupaten Bangka Selatan.
Penyusunan RUPMK ini melalui beberapa tahapan sesuai dengan Peraturan Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2012, diawali dengan penyusunan
Naskah Akademik sebagai landasan penyusunan RUPMK dengan mengacu kepada Rencana Umum
Penanaman Modal Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan prioritas pengembangan potensi
Kabupaten Bangka Selatan.

1.2 Landasan Hukum

Dasar hukum dalam penyusunan Naskah Akademis RUPMK Bangka Selatan adalah:
1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan,
Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Barat dan Kabupaten Belitung Timur di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 25,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4268);
2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4421);
3) Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) Tahun 2005 – 2025;
4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal; (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);
5) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
6) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049);
7) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
8) Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 3


sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
Tentang Perubahan Kedua atas Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5887);
9) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan
Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585) l;
10) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4817);
11) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4833);
12) Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pengembangan
Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025;
13) Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2012 tentang Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM);
14) Peraturan Presiden Nomor 34 Tahun 2014 tentang Bidang Usaha yang Tertutup dan Terbuka;
15) Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha;
16) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2012
Tentang Pedoman Penyusunan RUPM dan RUPM Kabupaten/Kota;
17) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2015,
tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal;
18) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2015,
tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal;
19) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2015,
tentang Pedoman dan Tata Cara Pelayanan Fasilitas Penanaman Modal;
20) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015,
tentang Pedoman dan Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal;
21) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2016,
tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal;
22) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2016,
tentang Penetapan Hasil Pemetaan Urusan Pemerintahan Daerah di Bidang Penanaman Modal.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 4


23) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016,
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal;
24) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2016,
tentang Pencabutan Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 14 Tahun 2011
Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Penanaman Modal Provinsi dan Kabupaten/Kota, dan
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor:10 Tahun 2012 Tentang Petunjuk
Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Bidang Penanaman Modal Provinsi dan
Kabupaten/Kota;
25) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2017
Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Badan Koordinasi Penanaman Modal
Tahun 2015-2019;
26) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2017
Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Penetapan Hasil Pemetaan Urusan Pemerintahan Daerah
di Bidang Penanaman Modal;
27) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017
Tentang Pedoman dan Tata Cara Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Iklim Penanaman Modal;
28) Peraturan Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Rencana
Umum Penanaman Modal Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;
29) Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Selatan Nomor: 6 Tahun 2014 Tentang RTRW Kabupaten
Bangka Selatan 2014-2034;
30) Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Selatan Nomor: 6 Tahun 2012 Tentang RPJPD Kabupaten
Bangka Selatan 2005-2025;
31) Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Selatan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Daerah;
32) Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Selatan Nomor 1 Tahun 2014, Tentang Perubahan Ketiga
Atas Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis
Daerah;
33) Peraturan Bupati Bangka Selatan Nomor 10 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi Kantor
Pelayanan Perizinan Terpadu (Kp2t).

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 5


1.3 Tujuan dan Sasaran

Penyusunan RUPM Kabupaten Bangka Selatan bertujuan untuk menjadikan dokumen tersebut
sebagai pedoman bagi proses penyelenggaraan penanaman modal dan perencanaan penanaman
modal jangka panjang yang berlaku dari 2018 sampai dengan tahun 2025. Berdasarkan dari tujuan
tersebut maka sasaran penyusunan RUPM Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2018 - 2025 adalah
sebagai berikut:

1. Teridentifikasinya kondisi umum dan isu strategis penanaman modal di Kabupaten Bangka
Selatan;
2. Terumuskannya visi, misi, tujuan dan sasaran penanaman modal di Kabupaten Bangka Selatan;
3. Terumuskannya strategi dan kebijakan penanaman modal di Kabupaten Bangka Selatan.

1.4 Ketentuan Umum

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan hukum maka definisi


peristilahan yang terkait dengan RUPM Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2018-2025 adalah sebagai
berikut:

1. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui
urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
2. Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja,
lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing, maupun peningkatan
indeks pembangunan manusia.
3. Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan
kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan
dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial
dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu.
4. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disingkat RPJPD adalah
dokumen perencanaan daerah untuk periode 20 (duapuluh) tahun.
5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD
adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun.
6. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen
perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 6


7. Rencana Strategis Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat dengan Renstra
OPD adalah dokumen perencanaan OPD untuk periode 5 (lima) tahun.
8. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan.
9. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan
visi.
10. Tujuan adalah penjabaran visi dan misi, dan merupakan hal yang akan dicapai atau dihasilkan
oleh OPD yang bersangkutan.
11. Sasaran adalah tingkat-tingat atau poin-poin untuk mencapai tujuan.
12. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan
misi.
13. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh pemerintah daerah untuk mencapai tujuan.
14. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh
Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta untuk memperoleh
alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah.
15. Pemangku Kepentingan adalah pihak-pihak yang langsung atau tidak langsung mendapatkan
manfaat atau dampak dari perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah.

1.5 Kerangka Kerja dan Metodologi

1.5.1 Keterkaitan Dokumen RUPM dengan Dokumen Sistem Perencanaan Spasial dan Non-spasial

RUPM Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2018 - 2025 disusun dengan mengacu pada
dokumen perencanaan spasial RTRW Kabupaten Bangka Selatan. Hal ini dilakukan melalui
penyelarasan antara struktur ruang, pola ruang, dengan visi, misi, arah kebijakan pembangunan jangka
panjang dan jangka menengah, baik pemerintah Kabupaten Bangka Selatan maupun Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Dokumen RUPM merupakan dokumen perencanaan non-spasial yang
sifatnya mensinergikan dokumen perencanaan lainnya.

1.5.2 Keterkaitan Dokumen RUPM dengan Sistem Perencanaan Pembangunan

RUPM Kabupaten Bangka Selatan disusun dengan mengacu pada dokumen perencanaan
nonspasial seperti RPJP dan RPJM Kabupaten Bangka Selatan. Hal ini dilakukan melalui penyelarasan
antara visi, misi, arah kebijakan pembangunan jangka panjang dan jangka menengah pemerintah
Kabupaten Bangka Selatan. Dokumen RUPM Kabupaten Bangka Selatan merupakan dokumen

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 7


perencanaan non-spasial yang terintegrasi dengan sistem perencanaan pembangunan Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung dan Kabupaten Bangka Selatan.

1.5.3 Tahapan dan Tata Cara Penyusunan Dokumen RUPM

RUPM Kabupaten Bangka Selatan disusun melalui tahapan dan tatacara layaknya
penyusunan dokumen perencanaan lainnya yang bersifat sinergitas, berjangka waktu, dan lintas
sektor. Hal dilakukan melalui penyelarasan antara data dan informasi spasial, arah kebijakan
pemerintah daerah, dinamika isu strategis, perumusan masalah pembangunan daerah, perumusan
sasaran pokok dan arah kebijakan penanaman modal Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2018-2025.

Sumber: Hasil Analisis


Gambar 1.1
Kerangka Penyusunan Dokumen RUPM Kabupaten Bangka Selatan

Berdasarkan Gambar 1.1, dapat dijelaskan bahwa dalam proses penyusunan dokumen RUPM
mutlak membutuhkan masukan dari setiap OPD teknis mulai dari persiapannya penyusunannya sampai
penyepakatan arah kebijakannya, untuk itu dibutuhkan media untuk mempertemukan setiap
stakeholder baik dalam bentuk tim teknis/kelompok kerja (pokja)/nara sumber.
RUPM Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2018 - 2025 disusun dengan mengacu pada
dokumen perencanaan spasial dan non-spasial Kabupaten Bangka Selatan. Hal ini dilakukan melalui
penyelarasan antara struktur ruang, pola ruang, dengan visi, misi, arah kebijakan pembangunan jangka
panjang dan jangka menengah, baik pemerintah Kabupaten Bangka Selatan maupun Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.

1.6 Landasan Pendekatan

Dengan mempertimbangkan skala dan ruang lingkup permasalahan yang terbatas (skala
kabupaten), keterlibatan stakeholder yang banyak, ekspektasi dan tingkat kepercayaan atas akurasi

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 8


kebijakan yang tinggi, maka pendekatan perencanaan partisipatif merupakan pendekatan sebaiknya
dilakukan dalam penyusunan RUPMK tersebut.

Sumber: Hasil Analisis


Gambar 1.2
Pendekatan Perencanaan RUPM Kabupaten Bangka Selatan

Berdasarkan Gambar 1.2 dapat dijelaskan bahwa jika proses penyusunan RUPMK jelas ruang
lingkup dan batasan permasalahannya, fokus, mengikutsertakan stakeholder teknis terkait maka hasil
yang akan diperoleh semakin representatif. Harapannya manfaat dari dokumen tersebut memiliki
tingkat kepercayaan akan keakurasian arah kebijakan yang tinggi, meskipun harus mengeluarkan
pendanaan yang besar.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Naskah Akademik RUPMK Bangka Selatan disusun dengan tata urut
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan;
Bab II Potensi dan Realitas;
Bab III Visi dan Misi Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Bangka Selatan;
Bab IV Arah Kebijakan Penanaman Modal Kabupaten Bangka Selatan;
Bab V Indikasi Kekuatan, Kelemahan, Ancaman, dan Peluang Serta Analisis Keunggulan
Daerah;
Bab VI Kebijakan dan Strategi;
Bab VII Kontribusi Manfaat Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan Bidang Penanaman Modal Pada
Pembangunan Kabupaten Bangka Selatan;
Bab VIII Penutup

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 9


BAB II

POTENSI DAN REALITAS

2.1 Aspek Geografi

Aspek geografi Kabupaten Bangka Selatan merupakan gambaran dan analisis mengenai luas
dan batas wilayah administrasi, letak dan kondisi geografis, fisiografi, geologi, hidrologi, penggunaan
lahan, dan wilayah rawan bencana.

2.1.1 Luas dan Batas Wilayah Administrasi


Kabupaten Bangka Selatan, sebagai bagian dari wilayah administrasi Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung,mempunyai luas ± 3.607,08 km atau 360.708 Ha. Terdiri dari 8 Kecamatan, 3
kelurahan dan 50 desa serta didukung 163 dusun. Kedelapan kecamatan tersebut yaitu Kecamatan
Simpang Rimba, Kecamatan Payung, Kecamatan Air Gegas, Kecamatan Toboali, Kecamatan Lepar
Pongok, Kecamatan Pulau Besar, Kecamatan Tukak Sadai dan Kecamatan Kepulauan Pongok.
Sedangkan Batas Wilayah Kabupaten Bangka Selatan adalah sebagai berikut:
 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sungai Selan dan Kecamatan Koba Kabupaten
Bangka Tengah;
 Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Gaspar;
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa dan Selat Bangka;
 Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Bangka.

Secara rinci luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan tersedia pada Tabel
2.1, berikut:

Tabel 2.1
Luas Wilayah dan Persentase Luas Wilayah Menurut Kecamatan
Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016
Kecamatan Luas Wilayah Persentase
Payung 372,95 10,34
Pulau Besar 169,87 4,71
Simpang Rimba 362,30 10,04
Toboali 1460,34 40,48
Tukak Sadai 126,00 3,49
Air Gegas 853,64 23,67
Lepar Pongok 172,31 4,78
Kepulauan Pongok 89,67 2,49
Sumber: Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Bangka Selatan

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 10


Sumber: RPJMD Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016 - 2021
Gambar 2.1
Peta Administratif Kabupaten Bangka Selatan

2.1.2 Letak dan Kondisi Geografis


Kabupaten Bangka Selatan terletak pada 2° 26' 27" sampai 3° 5' 56" Lintang Selatan dan 107°
14' 31" sampai 105° 53' 09" Bujur Timur. Letak Kabupaten Bangka Selatan yang berada di bagian
Selatan Pulau Bangka dan berbatasan langsung dengan perairan laut (sebelah selatan, timur dan
barat), serta tidak jauh dari jalur pelayaran internasional, posisi ini sangat strategis dalam
pengembangan ekonomi kawasan barat Indonesia pada masa mendatang.
Pada Kabupaten ini Kawasan permukiman penduduk terdiri dari daerah pesisir yaitu
Kecamatan Tukak Sadai dan daerah kepulauan yaitu Kecamatan Lepar Pongok dan Kecamatan
Kepulauan Pongok, serta Lima Kecamatan lainnya merupakan kawasan pertanian, perkebunan, hutan
lindung dan kawasan pertambangan (KP) timah.

2.1.3 Fisiografi
Secara fisiografi Pulau Bangka merupakan bagian dari Zona Kepulauan Paparan Sunda.
Bentuk struktural dengan arah barat laut-tenggara secara umum berbentuk busur kepulauan dari
bagian barat Malaysia sampai ke Kepulauan Riau hingga mencapai ke Kepulauan Bangka-Belitung.
Melalui proses erosi dan naiknya muka air laut pada awal kuarter menyebabkan Paparan Sunda
terpisah menjadi beberapa kepulauan dan lembah sungai.
Pulau Bangka secara umum berbentuk huruf S terbalik (inverted S-shaped), yang memiliki
kondisi morfologi hampir rata (peneplain) dengan luas sekitar 80 persen, selebihnya merupakan
perbukitan rendah membulat (low rounded hill) dengan elevasi sekitar 50 meter dan lembah-lembah

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 11


yang luas dan datar. Puncak tertinggi berada di Gunung Maras dengan ketinggian 692 meter, serta
dataran hampir rata (peneplain) didominasi oleh batuan metasedimen dan aluvium sedangkan daerah
perbukitan didominasi oleh batuan granit. Kabupaten Bangka Selatan secara fisiografi dapat dibedakan
menjadi 6 wilayah fisiografi yaitu:
 Fisiografi dataran rendah pesisir aluvium rawa;
 Fisiografi dataran rendah aluvium sungai;
 Fisiografi perbukitan granit;
 Fisiografi dataran metamorf;
 Fisiografi dataran metasedimen;
 Fisiografi dataran sedimen.

Secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:


 Fisiografi dataran rendah pesisir aluvium rawa mempunyai bentuk morfologi pedataran dengan
kemiringan lereng 0-2, terletak pada dataran rendah sekitar pantai di bagian utara Kabupaten
Bangka Selatan di Bangka Kota bagian barat, bagian timur Kabupaten Bangka Selatan di sebelah
selatan yang berbatasan dengan laut dari Desa Gudang, Desa Batubetumpang dan Desa Serdang.
Daerah di bagian timur Kabupaten Bangka Selatan hampir seluruhnya termasuk dalam fisiografi
dataran rendah pesisir aluvium sungai yang meliputi bagian timur dari Desa Kepoh. Di Pulau Lepar
daerah dengan fisiografi ini terletak di bagian utara dan timur.
 Fisiografi dataran rendah aluvium sungai mempunyai bentuk morfologi pedataran dengan
kemiringan lereng 0-2, terletak pada dataran sungai-sungai utama yang memiliki tingkat erosi
lateral yang tinggi dengan morfologi pedataran. Daerah dengan fisiografi ini terutama terdapat di
Sungai Kepoh mulai dari hulu di Tabau, Airgegas sampai bertemu dengan Air Resungriga di
tenggara Brunuk, Sungai Ulin mulai dari hulu di Tuwik sampai bagian barat Kerunding, Sungai
Bangkaujung mulai dari hulu di bagian barat Pinang sampai bagian barat Kelubi, Air Pelawan mulai
dari hulu di bagian timur Jelutung sampai bagian timur Malumut.
 Fisiografi perbukitan granit mempunyai bentuk morfologi perbukitan dengan kemiringan lereng
7-15 sampai lebih dari 15, terletak pada bagian utara Kabupaten Bangka Selatan di Bukit
Nangka, Bukit Batang, Bukit Murup, Bukit Burang, Bukit Mudung, Gunung Gebang, Gunung Neneh,
Gunung Berah, Bukit Terubuk Manawar, Bukit Keledang, dan Bukit Tebas. Pada bagian selatan
Kabupaten Bangka Selatan terletak di Bukit Gunung, Gunung Toboali, Gunung Muntai, Gunung
Namak dan Daerah Tanjung Baginda serta Tanjung Ru. Sedangkan di Pulau Lepar terdapat di
Bukit Modiuk serta sekitar Tanjung Merun dan Tanjung Labu.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 12


 Fisiografi dataran metamorf terletak di bagian utara Kabupaten Bangka Selatan di bagian
selatan Kindeng dengan bentuk morfologi pedataran landai dengan kemiringan lereng antara 2-
7.
 Fisiografi dataran metasedimen terletak menyebar merata pada setiap daerah dengan bentuk
morfologi pedataran landai dengan kemiringan lereng 2-7.
 Fisiografi dataran sedimen terletak di bagian selatan Kabupaten Bangka Selatan di daerah Lesat
dengan bentuk morfologi pedataran landai dengan kemiringan lereng 2-7.

2.1.4 Geologi
Stratigrafi Kabupaten Bangka Selatan dapat dibagi menjadi 5 (lima) formasi yaitu: Kompleks
Malihan Pemali, Formasi Tanjung Genting, Granit Klabat, Formasi Ranggam dan Endapan Alluvial
(Gambar 2.2).
 Kompleks Malihan Pemali merupakan kompleks batuan metamorf yang terdiri dari filit, sekis dan
kuarsit yang merupakan produk metamorfisme dinamotermal berumur Perm, terkekarkan,
terlipatkan, tersesarkan dan diterobos Granit Klabat. Filit berwarna kelabu kecoklatan, struktur
mendaun dan berurat kuarsa. Sekis berwarna kelabu kehijauan, stuktur mendaun, terkekarkan,
setempat kekarnya terisi kuarsa atau oksida besi, berselingan dengan kuarsit. Kuarsit berwarna
putih kotor kecoklatan, keras tersusun oleh kuarsa dan felsfar, perlapisannya mencapai 1 cm.
 Formasi Tanjung Genting terdiri dari perselingan batupasir, batulempung pasiran dengan lensa
batugamping. Batupasir umumnya berwarna abu-abu kecoklatan, berbutir halus-sedang, terpilah
baik, keras, tebal 2-60 cm dengan struktur sedimen silang siur dan laminasi bergelombang. Lensa
batugamping ditemukan dengan ketebalan 1,5 m. Batulempung berwarna kelabu kecoklatan,
berlapis baik dengan tebal 15 cm.
 Granit Klabat terdiri dari granit biotit, granodiorit dan granit genesan. Granit biotit berwarna
kelabu, tekstur porfiritik dengan butiran kristal berukuran sedang-kasar, fenokris feldsfar
panjangnya 4 cm dan memperlihatkan struktur foliasi. Granodiorit berwarna putih kotor, berbintik
hitam, Granit genesan berwarna kelabu dan berstruktur daun.
 Formasi Ranggam terdiri dari perselingan batupasir, batulempung dan konglomerat. Batupasir
berwarna putih kotor, berbutir halus-kasar, menyudut-membundar tanggung, mudah diremas,
berlapis baik, struktur sedimen pada batupasir silang-siur, perlapisan sejajar dan perlapisan
bersusun, setempat ditemukan lensa-lensa batubara dengan tebal 0,5 m dan mengandung
timah sekunder yang bercampur dengan pasir kuarsa. Batulempung mengandung sisa-sisa
tumbuhan dan lensa gambut. Konglomerat, komponen terdiri dari pecahan granit, kuarsa, dan
batuan malihan.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 13


 Endapan Alluvial umumnya terdiri dari lumpur, lempung, pasir kerikil, kerakal dan gambut yang
terendapkan sebagai endapan sungai, rawa dan pantai. Endapan ini mengandung residual gravel
yang kaya akan timah dengan ketebalan mencapai 2 meter. Bentuk butir menyudut tanggung-
membundar, mengandung fosil kayu, fosil tumbuhan dan fosil cangkang.

Struktur geologi yang dijumpai di Kabupaten Bangka Selatan berupa lipatan, patahan dan
kelurusan. Kabupaten Bangka Selatan ditemukan sesar mayor berarah utara-selatan melalui Teluk
Klabat yang memanjang sampai ke arah timur sampai Ke Pulau Sumatera. Struktur sesar yang
berkembang adalah sesar mendatar dan sesar normal. Sesar mendatar berarah timurlaut-baratdaya
sedangkan sesar normal berarah barat laut-tenggara. Struktur lipatan terdapat pada satuan batu pasir
dan batu lempung formasi Tanjung Genting dan Formasi Ranggam dengan kemiringan antara 18-75
dengan sumbu lipatan berarah timur laut-barat daya.

Sumber: RPJMD Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016 – 2021


Gambar 2.2
Peta Geologi Kabupaten Bangka Selatan

2.1.5 Hidrologi
Kabupaten Bangka Selatan dilalui oleh beberapa sungai besar dan anak-anak sungai yang
membelah wilayah kabupaten menjadi beberapa wilayah DAS (Daerah Aliran Sungai). Wilayah DAS
yang yang terdapat di Kabupaten Bangka Selatan ini adalah :
 DAS Bantel, terletak sebagian besar di Kelurahan Toboali dan di Kelurahan Tukak Kecamatan
Toboali. DAS ini berupa hutan non mangrove seluas 5.940 Ha dan lahan terbuka 2.293 ha.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 14


 DAS Kepoh, terletak bagian timur Kabupaten Bangka Selatan. DAS ini terdiri dari 9.455 ha hutan
non mangrove, 5.454 ha lahan terbuka, 509 ha lahan terbuka recharge area (area imbuhan), 26 ha
kolong recharge area.
 DAS Nyirih, terletak di bagian timur wilayah Kabupaten Bangka Selatan yang terdiri dari hutan non
mangrove 42.040 ha, lahan terbuka 9.023 ha, lahan terbuka recharge area 1.641 ha.
 DAS Kurau, terletak di bagian utara wilayah Kabupaten Bangka Selatan, DAS ini terdiri dari
kawasan hutan non mangrove 23.224 ha, areal terbuka 10.217 han lahan terbuka recharge area
3.110 ha dan kolong recharge area 285 ha.
 DAS Bangka Kota, terletak di sebelah barat wilayah Kabupaten Bangka Selatan, wilayah DAS ini
hanya sebagian kecil saja yang masuk kedalam wilayah administrasi Kabupaten Bangka Selatan.
DAS ini terdiri dari Hutan non mangrove 24.935 ha, lahan terbuka recharge area 320 ha dan kolong
recharge area 38 ha.

Tabel 2.2
Nama dan Klasifikasi Sungai Per Kecamatan Di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016
No Kecamatan Sungai Utama Sungai Sekunder Sungai Tersier
1 Toboali Sungai Bantel Sungai Gosong Air Keladang
Sungai Kepuh Air Jelemu
Sungai Serdang Air Tarum Besar
Sungai Bikang Air Medang
Sungai Keriak Air Tanggar
Air Lesung Ringga
Air Kalen
Air Duren
Air Kuning
Air Pumpung
2 Air Gegas Sungai Kepuh Sungai Nyirih Air Kambing
Sungai Lillin Air Ketutu
Sungai Bedug Air Dekat
Sungai Garut Air Sabut
Air Pinang
Air Nyireh
Air Kemis
Air Batang
Air Jering
Air Sabut
Air Rajung
Air Pering
Air Lesungringa
Air Regas
Air Nudur
Air Jelemu
Air Pinang

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 15


3 Payung Sungai Kurau Sungai Jambu Air Idik
Sungai Ulir Air Pelawan
Sungai Bakanjung Air Parungkep
Sungai Pangkalbulih Air Baru
Air Palas
Air Kurau
Air Pering
4 Simpang Rimba Sungai Bangkakota Sungai Babuair Air Rinduk
Sungai Kabal Air Upang
Sungai Kambuh Air Pemancingan
S.Sembilang Besa Air Aras
S. Sembilang Kecil Air Bunut
Sungai Balar
Sungai Tambak
Sungai Londong
Sumber: Interpretasi Peta Rupabumi Bakosurtanal, 2016

Sumber: RTRW Kabupaten Bangka Selatan 2011-2031


Gambar 2.3
Peta Daerah Aliran Sungai (DAS)

2.1.6 Penggunaan Lahan


Pola pemanfaatan lahan di Kabupaten Bangka Selatan pada umumnya masih berupa lahan
semak belukar dan hutan. Lahan untuk pertanian tanaman pangan tersebar merata di setiap
kecamatan baik pertanian lahan kering maupun lahan basah dengan menggunakan irigasi dari kolong-
kolong dan sungai-sungai kecil yang banyak terdapat pada kabupaten tersebut. Terdapat dua lokasi
kawasan transmigrasi di Kabupaten Bangka Selatan yaitu UPT Rias di Kecamatan Air Gegas dan UPT
Kurau II di Kecamatan Payung.
Pemanfaatan lahan untuk perkebunan, sebaran utamanya terdapat di wilayah Kecamatan
Payung, Air Gegas dan Lepar Pongok, berupa areal perkebunan kelapa sawit dan perkebunan

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 16


campuran yang pengelolaannya diusahakan oleh rakyat dan swasta. Sedangkan kawasan perkebunan
lada sebaran areal tanamnya yang terbesar berada di Kecamatan Simpang Rimba, Kecamatan Air
Gegas dan Kecamatan Payung. Pemanfaatan ruang untuk permukiman berada di sekitar pusat kota
kecamatan dan poros jalan-jalan utama terutama pada ruas jalan yang menghubungkan antara Kota
Koba dan Kota Toboali dengan bangunan berpola linier serta bersifat tidak kontinyu mengikuti pola
jaringan jalan.
Kawasan pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan berupa kawasan penggalian tambang
timah yang diusahakan oleh PT. Tambang Timah dan Tambang Rakyat yang dikenal sebagai Tambang
Inkonvesional (TI) yang sebarannya hampir merata di setiap kecamatan. Pemanfaatan lahan jenis
hutan, terutama hutan lebat dan hutan rawa (mangrove) terdapat di bagian selatan dan timur
Kabupaten Bangka Selatan, terutama di Kecamatan Toboali, Payung dan Simpang Rimba sedangkan
pada jenis hutan rawa terdapat di sepanjang pesisir pantai terutama di bagian timur dan selatan
wilayah Kabupaten Bangka Selatan.
Luas kawasan hutan menurut fungsinya terdiri dari dari hutan produksi tetap seluas
106.154,00 Ha dan hutan lindung seluas 28.234,00 Ha, sedangka luas lahan berdasarkan rencana
peruntukannya di Kabupaten Bangka Selatan seperti tampak pada Tabel 2.3 berikut:

Tabel 2.3
Luas Lahan Berdasarkan Rencana Peruntukkannya di Kabupaten Bangka Selatan (ha) 2014 –
2034
No Jenis Penggunaan Luas Lahan (Ha)
1 Kawasan Budidaya
1.1 Hutan Produksi 106.154,00
1.2 Hutan Rakyat 23.505,00
1.3 Kawasan Pertanian
Tanaman Pangan 15.869,34
Holtikultura 11.979,78
Perkebunan 126.634,88
Peternakan 15.000,00
1.4 Kawasan Perikanan 17.374,44
1.5 Kawasan Pertambangan 16.900,15
1.6 Kawasan Industri 3.086,00
1.7 Kawasan Pariwisata 1.540,2
1.8 Kawasan Pemukiman
Perkotaan 3.287,08
Perdesaan 1.393,46
2 Kawasan Lindung
2.1 Hutan Lindung 28.234,00
2.2 Kawasan Perlindungan Kawasan
Bawahannya
Kawasan Gambut 20.630,00
Kawasan Konversi 1.712
2.3 Kawasan Perlindungan Setempat (3 Kawasan)*
2.4 Kawasan Rawan Bencana Alam (5 Kawasan)*

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 17


No Jenis Penggunaan Luas Lahan (Ha)
2.5 Kawasan Lindung lainnya (8 Kecamatan)*
Sumber: Data diolah, RTRW Kab. Bangka Selatan 2014-2034

Berdasarkan Tabel 2.3. diketahui bahwa terdapat 2 jenis penggunaan lahan yaitu sebagai
kawasan budidaya dan kawasan lindung. Luas dari masing-masing jenis penggunaan lahan tersebut
bervariatif. Pada jenis penggunaan kawasan budidaya terluas pemanfaatannya adalah untuk lahan
perkebunan, sedangkan pada jenis kawasan lindung terluas pemanfaatannya adalah hutan lindung.

2.1.7 Wilayah Rawan Bencana


Wilayah Kabupaten Bangka Selatan termasuk wilayah yang aman dari bencana. Potensi
bencana dimungkinkan berasal dari angin puting beliung dan banjir akibat curah hujan tinggi yang
sering terjadi pada kawasan Rawa Bangun, Kecamatan Toboali dan Kecamatan Pulau Besar. Selain
potensi tersebut terdapat kawasan rawan gelombang pasang di daerah pesisir Kecamatan Toboali,
Kecamatan Lepar Pongok, dan Kecamatan Tukak Sadai.

2.2 Aspek Demografi

Aspek Demografi Kabupaten Bangka Selatan dilakukan untuk memperoleh gambaran dan
analisis mengenai kondisi kependudukan dan kesejahteraan masyarakat.

2.2.1 Kondisi Kependudukan


Jumlah penduduk Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2017 sebesar 201.782 jiwa
dengan tingkat kepadatan penduduk 56 orang per Km2. Kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan
Tukak Sadai yaitu 101 orang per Km2, sedangkan kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Lepar
Pongok yaitu 45 orang per Km2. Jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2017 sebanyak 104.861
jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 96.921 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 108, artinya
pada tahun 2017 untuk setiap 108 penduduk di Kabupaten Bangka Selatan terdapat 100 penduduk
perempuan dan 108 penduduk laki-laki. Gambaran jumlah penduduk Kabupaten Bangka Selatan dapat
dilihat pada Tabel 2.4.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 18


Tabel 2.4
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan, Luas Daerah (Km2), Jenis Kelamin, dan Rata-rata
Penduduk Per Km2, 2017

Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kabupaten Bangka Selatan berdasarkan hasil sensus
penduduk tahun 2010 sebesar 3,12 persen. Laju pertumbuhan tertinggi adalah Kecamatan Tukak
Sadai yaitu 5,04 persen, sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Kepulauan Pongok yaitu 0,30
persen.

Tabel 2.5
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bangka Selatan
Kecamatan Laju Pertumbuhan Penduduk
(2000-2010)
Payung 2,82
Pulau Besar 0,75
Simpang Rimba 2,55
Toboali 3,89
Tukak Sadai 5,04
Air Gegas 3,11
Lepar Pongok 2,03
Kepulauan Pongok 0,30
Jumlah 3,12
Sumber: Kabupaten Bangka Selatan Dalam Angka, Badan Pusat Statistik (Sensus Penduduk 2010)

2.2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat


2.2.2.1 Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dipakai untuk mengukur tingkat pencapaian manusia
yang merupakan indeks gabungan dari komponen pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Nilai IPM
Kabupaten Bangka Selatan terus mengalami peningkatan selama kurun waktu Tahun 2010-2016.
Tahun 2010 IPM Kabupaten Bangka Selatan adalah 59,98, angka ini termasuk pada golongan IPM
menengah bawah yang memiliki nilai batas atas 65, sehingga dibutuhkan beberapa peningkatan di

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 19


bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi untuk menuju IPM kategori menengah ke atas. Tahun
2016, IPM Kabupaten Bangka Selatan mencapai 64,57 peningkatan 7,65 dari IPM tahun 2010.
Kenaikan ini akibat peningkatan komponen IPM pada tahun 2016 yaitu peningkatan Indeks Angka
Harapan Hidup sebesar 1,21 persen dari 66,19 (pada tahun 2010), Indeks Harapan Lama Sekolah
(Pendidikan) sebesar 20,71 persen dari 9,32 (pada tahun 2010), Indeks Rata-rata Lama Sekolah
(Pendidikan) sebesar 11,61 dari 5,34 (pada tahun 2010), serta kenaikan Indeks Pengeluaran Per
Kapita (Daya Beli) sebesar 11,61 persen dari 9.795 (pada tahun 2010).

Tabel 2.6
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Bangka Selatan, 2010-2016
Tahun
Indikator
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Angka Harapan Hidup saat
Lahir (tahun)
66,19 66,31 66,41 66,51 66,56 66,86 66,99
Harapan Lama Sekolah (tahun) 9,32 9,62 9,78 10,45 10,86 10,88 11,25
Rata-rata Lama Sekolah
(tahun)
5,34 5,39 5,44 5,83 5,87 5,88 5,96
Pengeluaran Per Kapita (Rp
000)
9795 9851 10216 10609 10633 10824 10932
Indeks Pembangunan Manusia 59,98 60,53 61,17 62,96 63,54 63,89 64,57
Sumber: Data diolah, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangka Selatan

Namun demikian jika dibandingkan dengan rata-rata IPM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,
IPM Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2016 lebih rendah sebesar 4,98, dan lebih rendah rata-
rata pertumbuhan IPM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Gambaran Umum IPM Kabupaten Bangka
Selatan dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat terlihat pada Gambar 2.4 berikut ini.

72
70 69.55
69.05
68 67.92 68.27
67.21
66 66.59
66.02
64 64.57
63.54 63.89
62.96 Basel
62
61.17 Babel
60 59.98 60.53

58
56
54
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Sumber: Data diolah, Badan Pusat Statistik Kab. Bangka Selatan
Gambar 2.4
Perbandingan IPM Kabupaten Bangka Selatan dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Tahun 2010 - 2016

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 20


2.2.2.2 Angka Kemiskinan
Perkembangan kesejahteraan masyarakat dapat tercermin dalam angka kemiskinan yang
merupakan salah satu permasalahan bagi daerah dan penduduk. Ukuran kemiskinan dapat dilihat dari
jumlah penduduk miskin atau prosentase penduduk miskin/angka garis kemiskinan. Kurun waktu tahun
2010-2016 prosentase penduduk miskin di Kabupaten Bangka Selatan cenderung mengalami
penurunan, hal ini menunjukan adanya keberhasilan pemerintah dalam penanganan kemiskinan.
Tahun 2010 persentasi penduduk miskin sebesar 6,19 persen dan pada tahun 2016 berkurang menjadi
3,62 persen artinya terjadi penurunan sebesar 2,57 persen. Fluktuatif angka kemiskinan di Kabupaten
Bangka Selatan seperti terlihat pada Gambar 2.5.
12
10.7
10

8 8.13
7.6 7.5 7.4 7.2 7.11
6 6.19 Jumlah Penduduk Miskin
Persentase Penduduk Miskin
4 4.23 4.4
4.01 3.87 3.74 3.62

0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Sumber: Data diolah, Badan Pusat Statistik Kab. Bangka Selatan
Gambar 2.5
Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin

Jika dibandingkan dengan rata-rata Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin
Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2016 lebih rendah dimana pada jumlah penduduk miskin
sebesar 65,65 (dalam ribu jiwa) dan persentase penduduk miskin sebesar 1,6 persen. Jumlah
Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Bangka Selatan mempunyai rata-rata
laju pertumbuhan lebih rendah dibandingkan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Jumlah Penduduk
Miskin dan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Bangka Selatan dan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung dapat terlihat pada Gambar 2.6 berikut ini.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 21


80
74.09 72.76
67.75 70.2 69.4 67.2
65.55
60

40

20
10.7 7.6 8.13 7.5 7.4 7.2 7.11
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Penduduk Miskin Bangka Belitung
Jumlah Penduduk Miskin Bangka Selatan

Sumber: Data diolah, Badan Pusat Statistik Kab. Bangka Selatan


Gambar 2.6
Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Bangka Selatan dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

7
6.51
6 6.19

5.16 5.37 5.25 5.4 5.22


5 4.97
4.23 4.4
4 4.01 3.87 3.74 3.62
3
2
1
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Persentase Penduduk Miskin Provinsi Kepulauan Bangka Belitung


Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Bangka Selatan

Sumber: Data diolah, Badan Pusat Statistik Kab. Bangka Selatan


Gambar 2.7
Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Bangka Selatan dan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Babel

2.3 Aspek Daya Saing Daerah

Daya saing daerah merupakan salah satu tujuan penyelenggaraan pemerintah daerah yang
didasarkan pada potensi, kekhasan dan keunggulan suatu daerah. Daya saing (competitiveness) juga
merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi dalam mencapai tingkat
kesejahteraan dan keberlanjutan. Gambaran kondisi daerah terkait dengan aspek daya saing daerah
dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah /
infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber daya manusia.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 22


2.3.1 Kemampuan Ekonomi Daerah
Kemampuan ekonomi daerah atau kapasitas ekonomi daerah harus memiliki daya tarik
(attractiveness) bagi pelaku ekonomi yang akan masuk dan telah berada pada suatu daerah untuk
menciptakan multiplier effect bagi peningkatan daya saiang daerah. Gambaran umum kondisi daerah
terkait dengan kemampuan ekonomi daerah di antaranya dapat dilihat dari Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB), Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), dan Indek Harga Konsumen (IHK).

a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
Perekonomian Daerah Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016 dapat dilihat pada
perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB Kabupaten Bangka Selatan
merupakan cerminan perolehan nilai tambah atas proses produksi atau jasa di wilayah Kabupaten
Bangka Selatan pada Tahun 2016. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bangka
Selatan ADHB Tahun 2016 sebesar 7.531 triliun rupiah (atau senilai 7.531.042 juta rupiah), nilai ini
meningkat sebesar 80,62 persen dari PDRB ADHB pada Tahun 2010 yang senilai 4.169 triliun rupiah
(atau senilai 4.169.513 juta rupiah). Sektor dominan yang memberi andil dalam perkembangan nilai
PDRB ADHB Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016 berturut-turut adalah Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan; Pertambangan dan Penggalian (Tabel 2.7).

Tabel 2.7
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
Kategori Lapangan Usaha PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
A. Pertanian, Perkebunan, 1404626 1601305 1908599 2173080 2397483 2686771 2980682
Kehutanan, dan Perikanan

B. Pertambangan dan 1429949 1599967 1618341 1656321 1801006 1745241 1729034


Penggalian

C. Industri Pengolahan 153969 171997 189319 207584 222190 254702 287091

D. Pengadaan Listrik, Gas 1551 1819 2029 2123 3167 3737 4544

E. Pengadaan Air, 215 481 642 765 911 1169 1317


Pengelolaan Sampah,
Limbah, dan Daur Ulang

F. Konstruksi 259851 302752 344883 390893 445186 491497 555076

G. Perdagangan Besar 401428 451731 503083 558843 612022 673418 776558


dan Eceran; dan Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor

H. Transportasi dan 26951 29490 34300 40176 46100 53811 56786

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 23


Kategori Lapangan Usaha PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Pergudangan

I. Penyediaan Akomodasi 61745 72574 85746 100108 112517 128862 147145


dan Makan Minum

J. Informasi dan 20781 22843 25545 27129 30343 33584 37004


Komunikasi

K. Jasa Keuangan dan 15127 18543 22999 26764 30483 34238 37501
Asuransi
L. Real Estate 112197 132518 160721 188680 215303 231313 250950

M,N. Jasa Perusahaan 4823 5673 6571 7518 8545 9369 9891

O. Administrasi 168361 204180 230589 277813 323385 371862 409600


Pemerintah, Pertahanan,
dan Jaminan Sosial Wajib

P. Jasa Pendidikan 75501 88293 102012 116001 134521 158884 180780

Q. Jasa Kesehatan dan 21571 24342 26928 29569 33501 38767 41620
Kegiatan Sosial

R,S,T,U. Jasa lainnya 10867 12860 14687 16657 19248 22048 25463

Produk Domestik 4169513 4741368 5276994 5820024 6435911 6939273 7531042


Regional Bruto
Sumber: Data diolah, Badan Pusat Statistik Kab. Bangka Selatan

Dari tabel di atas, tergambar bahwa perekonomian di wilayah Kabupaten Bangka Selatan pada
tahun 2016 didominasi oleh Sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, dan Perikanan dengan
kontribusi 39,58 persen (atau menyumbang sebesar 2,98 triliun rupiah) yang berarti bahwa sektor
pertanian masih menjadi sektor andalan dalam menggerakan perekonomian di wilayah Kabupaten
Bangka Selatan. Sektor lainnya yang memberikan kontribusi dominan bagi perekonomian daerah
adalah Sektor Pertambangan dan penggalian sebesar 22,96 (atau menyumbang sebesar 1,73 triliun
rupiah) persen serta Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
sebesar 10,31 persen.
Sembilan kelompok sektor PDRB ADHB menurut lapangan usaha seperti tersebut,
menggambarkan struktur perekonomian di suatu wilayah. Struktur perekonomian tersebut
dikelompokan ke dalam tiga sektoral, yaitu Sektor Primer (Pertanian, Sektor Pertambangan dan
Penggalian), Sektor Sekunder (Sektor Industri Pengolahan, Listrik Gas dan Air, serta Sektor
Bangunan), dan Sektor Tersier (Sektor Perdagangan, hotel dan restoran, Sektor Angkutan dan
komunikasi, Sektor Keuangan, serta Sektor Jasa-jasa). Apabila dilihat ke dalam tiga kelompok

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 24


tersebut, terlihat bahwa sektor primer memberikan andil terbesar dalam struktur perekonomian
Kabupaten Bangka Selatan dalam kurun waktu Tahun 2010-2016, dan diikuti oleh sektor tersier dan
sektor sekunder.

Pertanian, Perkebunan,
27% 36% Kehutanan, & Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

37%
Perdagangan Besar dan Eceran;
dan Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor

Sumber: Data diolah, Badan Pusat Statistik Kab. Bangka Selatan


Gambar 2.7
Rata-rata persentase laju pertumbuhan PDRB ADHB dari 3 sektor berkontribusi besar

Periode 2010-2016, jika dilihat berdasarkan rata-rata persentase laju pertumbuhan PDRB
ADHB, terdapat 3 sektor berkontribusi besar, yaitu sektor Pertambangan dan Penggalian dengan rata-
rata laju pertumbuhan 13,4 persen per tahun, kemudian diikuti oleh sektor Pertanian, Perkebunan,
Kehutanan, dan Perikanan dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 13,37 persen per tahun, dan
sektor Perdagangan Besar dan Eceran; dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dengan rata-rata laju
pertumbuhan sebesar 9,99 persen per tahun.

b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)
Produk domestik Regional Bruto Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2010 sebesar 4,17
triliun rupiah dan pada tahun 2016 meningkat sebesar Rp. 5,49 triliun. Kontribusi sektor terbesar pada
PDRB ADHK Tahun 2016 adalah Sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, dan Perikanan sebesar
37,38 persen kemudian diikuti oleh Sektor Pertambangan dan penggalian sebesar 27,1 persen; Sektor
Perdagangan Besar dan Eceran; dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 9,85 persen.
Gambaran PDRB ADHK seperti pada Tabel 2.8.

Tabel 2.8
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
Kategori Lapangan Usaha
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
A. Pertanian, Kehutanan, dan 1404626 1511625 1668327 1780718 1849614 1979828 2054201
Perikanan
B. Pertambangan dan Penggalian 1429949 1481032 1435779 1432565 1500673 1484935 1489612

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 25


PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
Kategori Lapangan Usaha
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
C. Industri Pengolahan 153969 161520 168179 174584 173964 188938 207811

D. Pengadaan Listrik, Gas 1551 1820 2027 2196 2538 2746 3030

E. Pengadaan Air, Pengelolaan 215 446 568 637 709 844 912
Sampah, Limbah, dan Daur Ulang

F. Konstruksi 259851 285514 309313 330327 346257 360731 394077

G. Perdagangan Besar dan 401428 428211 449320 470730 485553 502322 541183
Eceran; dan Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
H. Transportasi dan Pergudangan 26951 27970 30536 32899 35106 37251 39610

I. Penyediaan Akomodasi dan 61745 67698 74017 78981 83460 88682 95884
Makan Minum

J. Informasi dan Komunikasi 20781 22488 24131 25519 27273 28912 31449

K. Jasa Keuangan dan Asuransi 15127 17678 20050 21786 23687 25512 27209

L. Real Estate 112197 120211 134770 144346 154435 157770 164256

M,N. Jasa Perusahaan 4823 5290 5730 6073 6431 6612 6681

O. Administrasi Pemerintah, 168361 188306 196281 215477 232175 251021 268231


Pertahanan, dan Jaminan Sosial
Wajib
P. Jasa Pendidikan 75501 82215 89072 96069 103679 112332 122262

Q. Rasa Kesehatan dan Kegiatan 21571 23303 24779 26140 27856 30010 31570
Sosial
R,S,T,U. Jasa lainnya 10867 11996 13147 13927 14857 15936 17622

Produk Domestik Regional Bruto 4169513 4437323 4646026 4852974 5068267 5274382 5495600

Sumber: Data diolah, Kabupaten Bangka Selatan Dalam Angka

Sementara dalam periode tahun 2010-2016, jika dilihat berdasarkan rata-rata persentase laju
pertumbuhan PDRB Adhk dari 3 sektor berkontribusi besar, sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,
dan Perikanan mempunyai rata-rata laju pertumbuhan terbesar yaitu 6,57 persen per tahun, sektor
Perdagangan Besar dan Eceran; dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 5,53 persen per
tahun, dan Pertambangan dan Penggalian sebesar 0,68 persen per tahun. Persentase tersebut
tergambar pada gambar berikut:

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 26


0.68
Pertanian, Perkebunan,
Kehutanan, dan Perikanan

5.53 6.57 Perdagangan Besar dan Eceran;


dan Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
Pertambangan dan Penggalian

Sumber: Data diolah, Badan Pusat Statistik Kab. Bangka Selatan


Gambar 2.8
Rata-rata persentase laju pertumbuhan PDRB ADHB dari 3 sektor berkontribusi besar

c. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)


Perkembangan nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) menunjukan Laju Pertumbuhan
Ekonomi (LPE) di suatu wilayah. Rata-rata LPE Kabupaten Bangka Selatan pada Tahun 2010-2016
sebesar 4,71 persen. Tahun 2010, LPE Kabupaten Bangka Selatan mencapai 6,42 persen dan tahun
2016 menurun menjadi 4,19 persen. Penurunan ini terjadi juga dengan LPE tingkat Provinsi, yang
dikarenakan produksi timah semakin menurun setiap tahunnya. Perkembangan LPE Kabupaten
Bangka Selatan dapat dilihat pada Gambar 2.9 berikut:

8
7
6
5
4
3
2
1
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Kabupaten Bangka Selatan 6.42 4.7 4.45 4.44 4.07 4.19
Provinsi Bangka Belitung 6.9 5.5 5.2 4.67 4.08 4.11
Nasional 5.90 6.07 5.92 5.52 5.72 5.36
Sumber: Data diolah, Badan Pusat Statistik Kab. Bangka Selatan
Gambar 2.9
Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
dan Kabupaten Bangka Selatan

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 27


Berdasarkan pengelompokan lapangan usaha, Sektor Sekunder dengan rata-rata laju
pertumbuhan ekonomi Tahun 2011-2016 sebesar 13,79 persen, Sektor Tersier dan S e k t o r
Primer masing-masing sebesar 7,21 persen per tahun dan 3,65 persen per tahun. Rata-rata laju
pertumbuhan Sektor Sekunder terdiri dari laju pertumbuhan Industri Pengolahan sebesar 5,18
persen, Listrik, Gas dan Air Bersih sebesar 11,87 persen, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah, dan Daur Ulang sebesar 30,88 persen, serta Sektor Konstruksi sebesar 7,21 persen.
Sementara Sektor Primer yang meliputi sektorn Pertanian Peternakan, Kehutanan dan Perikanan, serta
Pertambangan dan Penggalian masing-masing sebesar 6,57 persen dan 0,72 persen per tahun.
Sedangkan Sektor Tersier yang merupakan kelompok Sektor Perdagangan Besar dan
Eceran; dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Informasi
dan Komunikasi; Jasa Keuangan dan Asuransi; Real Estate; Jasa Perusahaan; Administrasi
Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial; Jasa lainnya, rata-rata laju pertumbuhan masing-masing sebesar 5.12 persen, 6.64 persen,
7.62 persen, 7.16 persen, 10.34 persen, 6.60 persen, 5.62 persen, 8.10 persen, 8.37 persen dan 6.56
persen per tahun. Laju Pertumbuhan Ekonomi masing-masing lapangan usaha tercermin dalam Tabel
2.9 berikut:

Tabel 2.9
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) per Lapangan Usaha
LPE (%)
Sektor/Lapangan Usaha
2011 2012 2013 2014 2015 2016 Rata-rata
Primer 5.60 3.66 3.26 4.31 3.00 2.04 3.65
 Pertanian, Peternakan, 7.62 10.37 6.74 3.87 7.04 3.76 6.57
Kehutanan dan Perikanan
 Pertambangan dan Penggalian 3.57 -3.06 -0.22 4.75 -1.05 0.31 0.72

Sekunder 34.87 12.81 7.76 7.84 9.99 9.44 13.79


 Industri Pengolahan 4.9 4.12 3.81 -0.36 8.61 9.99 5.18
 Listrik, Gas dan Air Bersih 17.38 11.37 8.36 15.54 8.2 10.35 11.87
 Pengadaan Air, Pengelolaan 107.3 27.39 12.08 11.37 18.97 8.17 30.88
Sampah, Limbah, dan Daur 1
Ulang 9.88 8.34 6.79 4.82 4.18 9.24 7.21
 Konstruksi
Tersier 9.08 8.35 6.98 6.63 5.87 6.37 7.21
 Perdagangan Besar dan 6.67 4.93 4.76 3.15 3.45 7.74 5.12
Eceran; dan Reparasi Mobil dan
 Sepeda Motor
Penyediaan Akomodasi dan 3.78 9.17 7.74 6.71 6.11 6.33 6.64
Makan Minum
 Informasi dan Komunikasi 9.64 9.33 6.71 5.67 6.26 8.12 7.62
 Jasa Keuangan dan Asuransi 8.21 7.31 5.75 6.87 6.01 8.78 7.16
 Real Estate 16.87 13.41 8.66 8.73 7.7 6.65 10.34
 Jasa Perusahaan 7.14 12.11 7.11 6.99 2.16 4.11 6.60

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 28


 Administrasi Pemerintah, 9.69 8.32 5.98 5.9 2.81 1.04 5.62
Pertahanan, dan Jaminan
Sosial Wajib
 Jasa Pendidikan 11.85 4.23 9.78 7.75 8.12 6.86 8.10
 Jasa Kesehatan dan Kegiatan 8.89 8.34 7.86 7.92 8.35 8.84 8.37
Sosial
 Jasa lainnya 8.03 6.33 5.49 6.56 7.74 5.2 6.56
Sumber: Data diolah, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangka Selatan

d. Indeks Harga Konsumen (IHK)


Inflasi merupakan ukuran yang menunjukkan kenaikan harga dan merupakan hal penting
karena terkait dengan tingkat daya beli masyarakat yang berimplikasi langsung terhadap tingkat
kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi tingkat inflasi semakin berkurang daya beli masyarakat
sehingga akan mengurangi tingkat kesejahteraan masyarakat. Tingkat inflasi di suatu wilayah pada
suatu tahun dapat dihitung dengan metode IHK (Indeks Harga Konsumen).
Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan perbandingan antara nilai konsumsi masyarakat
pada tahun berjalan dengan nilai konsumsi masyarakat pada tahun dasar. Perubahan IHK dari waktu
ke waktu menunjukkan fluktuasi harga dari paket barang dan jasa konsumsi masyarakat. Perbandingan
nilai IHK dari suatu periode dengan periode lainnya inilah yang akan menghasilkan angka inflasi
maupun deflasi. IHK yang digunakan sebagai IHK Kabupaten Bangka Selatan adalah IHK Kota
Pangkalpinang.

180

160

140

120

100

80

60

40

20

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Pangkalpinang 139.13 147.52 159.83 115.29 121.87 130.85 135.15
Nasional 127.4 134.76 146.04 116.14 121.82 126.18 130.35

Gambar 2.10
Indeks Harga Konsumen Kota Pangkalpinang dan Nasional

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 29


Gambar 2.10 menunjukkan bahwa IHK Pangkalpinang berada diatas IHK Nasional. IHK
Pangkalpinang tertinggi pada tahun 2012 sebesar 134,76, sedangkan IHK Pangkalpinang terendah
pada tahun 2014 sebesar 116,14. Tahun 2017, IHK Pangkalpinang sebesar 130,35, angka tersebut
meningkat sejak Tahun 2014. Hal tersebut dipicu oleh meningkatnya harga BBM yang berpengaruh
terhadap kenaikan harga barang lainnya.

2.3.2 Potensi Daerah


Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah Kabupaten Bangka Selatan dapat diidentifikasi
wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan produktif, seperti kawasan
budidaya pertanian, budidaya perikanan dan perikanan tangkap, kawasan industri, perdagangan,
pariwisata, dan pertambangan.

2.3.2.1 Potensi Pengembangan Wilayah Pertanian


a) Tanaman Pangan
Pengembangan potensi kawasan tanaman pangan tersebar di seluruh Kecamatan di Wilayah
Kabupaten Bangka Selatan dengan luas kurang lebih 15.869,34 hektar yang terdiri dari potensi sawah
dan peruntukan tanaman pangan lainnya. Secara kewilayahan, beberapa kecamatan sangat potensial
sebagai sentra produksi pertanian, antara lain:
 Sentra Produksi Padi (Sawah dan Ladang)
Kecamatan Toboali (daerah Rias) merupakan sentra produksi padi, sedangkan
kecamatan Air Gegas, Simpang Rimba, Pulau Besar dan Payung memiliki potensi yang cukup besar
untuk dikembangkan menjadi sentra produksi beras, guna mendukung kecamatan Toboali dalam
program swasembada beras Kabupaten Bangka Selatan.
 Sentra Produksi Sayuran dan Buah-Buahan
Kecamatan Toboali, Simpang Rimba dan Lepar Pongok menghasilkan produksi buah-buahan,
sedangkan untuk produksi buah-buahan dihasilkan oleh kecamatan Toboali, Simpang Rimba, Lepar
Pongok, Tukak Sadai dan Payung.
 Sentra Produksi Palawija
Kecamatan Toboali, Airgegas, Payung, Simpang Rimba, Pulau Besar dan Tukak Sadai
berpotensi sebagai produksi palawija.
Berdasarkan data tahun 2015, terjadi peningkatan produksi padi yang sangat signifikan
sebesar 185,67%. Kenaikan tersebut seiring dengan meingkatnya luas panen pada tahun 2015. Namun
pada tahun 2016 produksi padi mengalami penurunan sebesar 14,44 %. Trend ini mengikuti tren
menurunnya lahan panen yang diakibatkan kekeringan pada tahun tersebut.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 30


Tabel 2.10
Luas Panen dan Produksi Padi di Kab. Bangka Selatan Tahun 2014 – 2016
2014 2015 2016
No Jenis Luas Produksi Luas Panen Produksi Luas Produksi
Panen (Ton) (Ha) (Ton) Panen (Ton)
1. Persawahan (Ha)
1.814 6.639 4.768 18.966 (Ha)
5.148 16.227
2. Bukan Persawahan 1.015 2.067 2.249 4.048 1.018 1.783
Jumlah 2.829 8.706 7.017 23.014 6.166 18.010
Sumber: Data diolah, Kabupaten Bangka Selatan Dalam Angka

Disamping padi, lahan pertanian di Bangka Selatan juga dimanfaatkan untuk produksi jagung,
ketela pohon, ubi jalar dan kacang tanah. Berbeda dengan tren negatif dari padi, produksi jagung
selama tahun 2016 meningkat 10,83% menjadi 116,41 ton dari 105,03 ton pada tahun 2015.
Sementara itu, pada tahun 2016 ketela pohon juga mengalami peningkatan produksi yang
signifikan sebesar 238,39% menjadi 4.809,63 ton dari 1.421,34 ton pada tahun 2015. Pada tahun
2016, ubi jalar mengalami peningkatan sebesar 68,67% menjadi 652,69 ton dari 386,96 ton pada
tahun 2015. Selain dari ubi jalar, pada tahun 2016, kacang tanah mengalami penurunan sebesar
19,85% menjadi 5,25 ton dari 6,55 ton pada tahun 2015. Ketela pohon dimungkinkan untuk terus
bertambah, baik luas lahan panen maupun produksi, ini disebabkan adanya pembangunan pabrik
tepung tapioka di Pulau Bangka yang berbahan baku ketela pohon.

Tabel 2.11
Luas Panen dan Produksi Jagung, Ketela Pohon, Ubi Jalar dan Kacang Tanah di Kab. Bangka
Selatan Tahun 2014-2016
2014 2015 2016
Luas Produksi Luas Produksi Luas Produksi
No Komoditas Panen (Ton) Panen (Ha) (Ton) Panen (Ton)
(Ha) (Ha)
1. Jagung 96,75 275,45 61 105,03 63,40 116,41
2. Ketela Pohon 76 1.266,92 81 1.421,34 206,90 4.809,63
3. Ubi Jalar 65 534,11 49 386,96 72 652,69
4. Kacang Tanah 24,50 25,70 23,00 6,55 17,00 5,25
Sumber: Kabupaten Bangka Selatan Dalam Angka

Disamping padi, Jagung, Ketela Pohon, Ubi Jalar dan Kacang Tanah lahan pertanian di
Bangka Selatan juga dimanfaatkan untuk sayuran dan buah-buahan. Terlihat pada Tahun 2016,
komoditas jenis sayuran yaitu cabe rawit merupakan komoditias dengan jumlah produksi yang paling
tinggi sebesar 192,70 ton per tahun. Sedangkan untuk komoditas buah-buahan, buah nangka
merupakan buah yang memiliki jumlah produksi terbesar yaitu 2.646,60 ton (Tabel 2.12).

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 31


Tabel 2.12
Luas Panen dan Produksi Sayuran dan Buah-buahan di Kab. Bangka Selatan Tahun 2014-2016
2014 2015 2016
No Komoditas Luas Produksi Luas Produksi Luas Produksi
Panen (Ha) (Ton) Panen (Ha) (Ton) Panen (Ha) (Ton)
Sayuran
1 Sawi 53 78,97 36 49 37 80,20
2 Kacang Panjang 65 97,50 40 30,70 39 32,40
3 Cabe 73 135,05 43 103,30 61 319
4 Cabe Rawit 19 40,66 85 2649,70 106 192,70
5 Tomat 16 65,60 8 33,90 4 22,80
6 Terung 52 507 42 149,20 30 43,70
7 Ketimun 74 151,70 32 54,30 32 26
8 Kangkung 78 93,60 45 69,60 38 26,20
9 Bayam 97 103,31 34 20,30 34 16,30
Buah-Buahan
10 Semangka - - 14 13,20 15 15,40
11 Alpukat 56 583,52 938 135,70 823 144,10
12 Belimbing 84 1129,80 794 63,90 824 147
13 Duku 52 426,40 2760 155,90 1842 217,40
14 Durian 72 765,36 28360 726,30 2961 563,50
15 Jambu Biji 174 2644,80 2658 145,90 2750 149,70
16 Jambu Air 96 567,36 3881 145,40 4868 196,60
17 Jeruk Siam 352 2992 7705 733,30 8160 1540,50
18 Jeruk Besar - - 30 2,50 15 1,90
19 Mangga 75 1131 26470 1303,10 13254 1130,60
20 Manggis - - 2763 320,90 2180 144,40
21 Nangka 552 2163,84 28203 3979,40 17186 2646,60
22 Nenas 840 4704 38950 243,80 9403 94,60
23 Pepaya 10 384,20 10147 869,10 9962 741,90
24 Pisang 278 1807 18895 792,80 19551 895,10
25 Rambutan 70 1515,50 13964 1946,40 16350 953,20
26 Salak 43 1384,60 16442 604,30 15607 460
Sumber: Data diolah, Kabupaten Bangka Selatan Dalam Angka

b) Perkebunan
Potensi pengembangan kawasan perkebunan tersebar di seluruh kecamatan di wilayah
Kabupaten Bangka Selatan. Peruntukkan kawasan perkebunan dalam tata ruang wilayah Bangka
Selatan memiliki luas kurang lebih 180.000 Ha. Luasan ini kurang lebih 50 persen dari luas wilayah
Kabupaten Bangka Selatan (360.708 Ha). Basis utama ekonomi penduduk adalah perkebunan
milik pribadi atau individu, hal ini terlihat dari kondisi pada Tahun 2015, sebanyak 59,65 persen
atau 56 416 rumah tangga di Kabupaten Bangka Selatan bermata pencarian di sektor pertanian.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 32


Tabel 2.13
Luas Lahan dan Produksi Perkebunan Rakyat di Kab. Bangka Selatan Tahun 2014 – 2016
2014 2015 2016
No Jenis Luas Produksi Luas Produksi Luas Produksi
Lahan (Ha) (Ton) Lahan (Ha) (Ton) Lahan(Ha) (Ton)
1. Lada 22 723,0 17 227,00 23 368,0 15 711,00 25 057,7 16 269,26
2. Karet 22 179,0 13 726,00 22 187,0 9 228,00 23 758,7 11 977,47
3. Kelapa Sawit 20 223,00 135 530,00 20 415,00 110 611,00 21 981,26 151 893,18
4. Kopi 7,00 - 7,00 - 7,00 1,00

5. Kelapa 1 344,00 1 286,00 1 305,00 798,00 1 369,45 840,15

6. Cengkeh 4,00 1,00 1,00 0,75 1,00 0,25


7. Coklat 140,00 30,00 130,00 29,45 136,29 41,35
Sumber: Kabupaten Bangka Selatan Dalam Angka

Lada sebagai salah satu komoditas unggulan Kabupaten Bangka Selatan perlu ditingkatkan
kualitas dan kuantitasnya sehingga memiliki nilai jual yang baik. Volume ekspor lada dapat
ditingkatkan jika produksi lada Kabupaten Bangka Selatan menggunakan pola didistribusi langsung
tanpa melalui kota ataupun kabupaten lain. Hal tersebut dapat dimungkinkan jika Pelabuhan Sadai
menjadi pelabuhan yang memfasilitasi ekspor lada.
Kecamatan-kecamatan yang menjadi sentra produksi perkebunan, antara lain:
 Sentra Produksi Lada
Kecamatan Air Gegas merupakan daerah dengan produksi lada tertinggi dari kecamatan yang
lain, sedangkan kecamatan Toboali, Payung, Simpang Rimba dan Tukak Sadai dapat dikembangkan
sebagai wilayah pendukung produksi lada.
 Sentra Produksi Karet
Kecamatan Tukak Sadai, Air Gegas dan Payung merupakan sentra produksi Karet, sedangkan
Kecamatan Toboali, Pulau Besar dan Simpang Rimba dapat dikembangkan sebagai wilayah
pendukung produksi karet.
 Sentra Produksi Kelapa Sawit
Kecamatan Simpang Rimba dan Pulau Besar merupakan sentra produksi Kelapa Sawit,
sedangkan Kecamatan Air Gegas, Tukak Sadai, Toboali, dan Lepar Pongok dapat dikembangkan
sebagai wilayah pendukung produksi Kelapa Sawit.
 Sentra Produksi Kelapa
Kecamatan Lepar Pongok merupakan sentra produksi Kelapa, sedangkan Kecamatan Pulau
besar dan Toboali dapat dikembangkan sebagai wilayah pendukung produksi Kelapa.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 33


2.3.2.2 Potensi Pengembangan Kawasan Perikanan
Pengembangan potensi perikanan di Kabupaten Bangka Selatan dilakukan dengan
pendekatan konsep minapolitan, yang bertujuan agar nilai tambah produk perikanan semakin
meningkat yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan. Pengembangan kawasan
perikanan terbagi menjadi kawasan perikanan tangkap, perikanan budidaya dan kawasan pengolahan
hasil perikanan. Kawasan perikanan tangkap tersebar di seluruh perairan laut di wilayah Kabupaten
Bangka Selatan dengan luas total ± 1.064.000 Ha, dengan sebaran di Kecamatan Toboali, Simpang
Rimba, Airgegas, Lepar Pongok, Pulau Besar, Tukak Sadai, dan Kepulauan Pongok.
Kurun waktu Tahun 2014 sampai dengan Tahun 2016, produksi perikanan laut Kabupaten
Bangka Selatan berfluktuasi, Tahun 2014 meningkat sebesar 4,66 persen dan pada Tahun 2016 yang
turun sebesar 21,77 persen jika dibanding dengan tahun 2015.Turunnya produksi perikanan laut ini
berpengaruh terhadap kontribusi PDRB Kabupaten Bangka Selatan pada lapangan usaha Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan pada tahun 2016. Periode 4 (tahun) tahun terakhir, produksi perikanan laut
tergambar pada Tabel 2.14 berikut:

Tabel 2.14
Produksi Perikanan Laut Kab. Bangka Selatan Tahun 2014 - 2016
Tahun Produksi (Ton) Pertumbuhan (%)
2013 44 975,30 -
2014 39 471,17 -13,94
2015 50 302,02 21,53
2016 41 309,60 -21.77
Sumber : Kabupaten Bangka Selatan Dalam Angka

Selain sebagau kawasan perikanan tangkap, Kabupaten Bangka Selatan juga memiliki
potensi pengembangan budidaya perikanan, yang tersebar disemua kecamatan di seluruh wilayah
kabupaten. Pengembangan kawasan perikanan didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana
pengembangan kawasan perikanan, antara lain adalah pelabuhan perikanan.

Tabel 2.15
Pelabuhan Perikanan di Wilayah Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2011 - 2031

No Kecamatan Ketersediaan Pelabuhan

PPI Toboali
1. Toboali
TPI Toboali

2. Tukak Sadai PPI Sadai

PPI Permis
3. Simpang Rimba
TPI Bangka Kota

4. Lepar Pongok PPI Tanjung Sangkar

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 34


TPI Pulau Pongok
5. Kepulauan Pongok
PPI Pulau Pongok

Jumlah 8 Unit
Sumber: RTRW Kabupaten Bangka Selatan, 2014 – 2034

2.3.2.3 Potensi Pengembangan Kawasan Pariwisata


Potensi kawasan pariwisata diwilayah Kabupaten Bangka Selatan meliputi:
a. Wisata Budaya Ritual Buang Jung terletak di Desa Kumbung dan Tj. Sangkar, Kecamatan Lepar
Pongok, Ritual Hikok Helawang terletak di Desa Nyelanding Kecamatan Airgegas, Bedengung dan
Irat Kecamatan Payung, Ritual Kawin Masal terletak di Desa Serdang Kecamatan Toboali, Ritual
Rebut terletak di Kecamatan Toboali, dan Ritual Rebo Kasan terletak di Kecamatan Simpang
Rimba;
b. Wisata Alam/Tirta terletak di Air Panas Nyelanding dan Air Terjun Bukit Pading di Kecamatan
Airgegas, Air Panas Permis dan Bukit Nenek di Kecamatan Simpang Rimba, Batu Sumber Air
terletak di Desa Penutuk Kecamatan Lepar Pongok;
c. Wisata Bahari terletak di Pantai Gunung Namak, Pantai Kubu, Pantai Batu Perahu, Pantai Tanjung
Labun dan Pantai Batu Ampar Kecamatan Toboali, Pantai Batu Bedaun dan Pantai Sebagin di
Kecamatan Simpang Rimba, Pantai Batu Tambun, Terumbu Karang Pulau Celagen, Pulau Salma
dan pulau-pulau sekitarnya, dan Pantai Celagen di Kecamatan Kepulauan Pongok, Pantai
Tanjung Tiris, Pulau Tinggi dan pulau-pulau sekitarnya, dan Pantai Kumbung di Kecamatan Lepar
Pongok, Pantai Tanjung Kemirai dan Pantai Tanjung Kerasak di Kecamatan Tukak Sadai dan
Pantai Batu Betumpang di Kecamatan Pulau Besar;
d. Wisata Sejarah terletak di Benteng Toboali, Gedung Nasional Suhaili Toha, Wisma Samudra
Toboali dan Kelenteng Dewi Sin Mu di Kecamatan Toboali, Benda sejarah Pergam di Kecamatan
Airgegas, Makam Krio Panting di Kecamatan Payung, Mercusuar Willem II di Kecamatan Pulau
Besar, Makam Karang Panjang, Makam jati sari, Makam Ratu Bagus di Kecamatan Simpang
Rimba, Benteng Penutuk di Kecamatan Lepar Pongok;
e. Wisata Agro/Perkebunan terletak di Perkebunan Nanas Desa Bikang dan Perkebunan Jeruk di
Desa Serdang Kecamatan Toboali, Perkebunan Salak di Desa Panca Tunggal Kecamatan Pulau
Besar, Perkebunan Lada di Desa Delas Kecamatan Airgegas.

2.3.2.4 Potensi Pengembangan Kawasan Industri


Sebagai Kabupaten yang memiliki pulau-pulau kecil yang cukup banyak dan pada umumnya
membentuk suatu gugusan pulau-pulau yang dikelilingi perairan terumbu karang dan dasar perairan
dan pantai berpasir putih, kawasan padang lamun pada beberapa pulau-pulau kecil serta kondisi arus

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 35


dan gelombang yang relatif tenang merupakan sumber daya ekonomi potensial yang perlu
mendapatkan perhatian, khususnya untuk kegiatan perikanan budidaya.
Kawasan Minapolitan di Saleplia (Sadai, Pulau Lepar, Pulau Liat/Pulau Pongok) memiliki
potensi pembangunan yang cukup besar karena didukung oleh adanya ekosistem dengan
produktivitas hayati tinggi seperti terumbu karang, padang lamun, rumput Iaut dan hutan bakau.
Sumber daya hayati pada kawasan ini memiliki potensi keragaman dan nilai ekonomis yang tinggi
untuk perikanan budidaya seperti rumput laut, kerapu, napoleon, ikan hias, kerang mutiara dan
teripang. Selain itu, kawasan ini juga memberikan jasa-jasa lingkungan yang tinggi nilai ekonomisnya
dan sekaligus sebagai kawasan wisata bahari.
Untuk menunjang pelaksanaan Investasi di Bangka Selatan, Pemerintah Kabupaten Bangka
Selatan telah menyiapkan kawasan perindustrian khusus, yaitu Kawasan Industri Sadai dan Sekitarnya
(KISS). Kawasan tersebut telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Bangka Selatan, dengan memiliki luas wilayah ± 3.086 Ha dan terletak di Kecamatan Tukak Sadai.
Saat ini sudah terdapat beberapa industri yang beroperasi di KISS.
Beberapa alternatif peluang investasi yang dapat ditawarkan kepada investor pada daerah KISS
diantaranya:
a) Industri galangan kapal
b) Industri Pengolahan dan pengemasan hasil perikanan tangkap, perikanan budidaya dan rumput
laut untuk menjadi berbagai macam produk seperti fillet, surimi, ikan beku, ikan asap, abon,
dendeng, ikan asin, terasi, minyak ikan, makanan ternak, gelatin
c) Industri Jasa
d) Industri Pariwisata terutama wisata bahari
e) Pembangunan PLTU atau Pembangkit Listrik lainnya
f) Budidaya Rumput Laut

2.4 Aspek Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

Fasilitas wilayah/Infrastruktur merupakan penunjang daya saing daerah dalam ketersediaan


(availability) fasilitas untuk mendukung aktivitas ekonomi di berbagai sektor pada suatu daerah atau
antar-daerah (wilayah). Semakin lengkap ketersediaan fasilitas wilayah/infrastruktur, maka semakin
kuat daya saing daerah tersebut. Gambaran umum kondisi daya saing daerah terkait dengan fasilitas
wilayah/infrastruktur diantaranya dapat dilihat dari fasilitas perhubungan, air bersih serta energi dan
telekomunikasi dengan penjelasan sebagai berikut:

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 36


2.4.1 Fasilitas Perhubungan Darat
Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar kegiatan
perekonomian, karena tersedianya jalan yang berkualitas akan memudahkan mobilitas penduduk dan
memperlancar arus lalu lintas barang dan jasa dari satu daerah ke daerah lain, terutama komoditas
hasil pertanian dari pedesaaan.

a. Kondisi Jalan
Panjang jalan di seluruh wilayah Kabupaten Bangka Selatan mencapai 943,06 km, dengan
komposisi panjang jalan yang berada di bawah wewenang negara 102,02 km dan wewenang
Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 102,30 km dan 738,74 km berada di bawah
wewenang Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan.
Setiap tahunnya jumlah panjang jalan meningkat, penambahan ini disebabkan oleh adanya
peningkatan status jalan yang menghubungi antar kecamatan maupun antar desa di Kabupaten
Bangka Selatan. Dari seluruh panjang jalan di bawah wewenang Pemerintah Kabupaten Bangka
Selatan terdiri dari jalan aspal 413,55 km, jalan batu/kerikil 0,06 km dan jalan tanah 325,13 km.
Sedangkan berdasarkan kondisinya, hanya 43,91 persen dalam kondisi baik, 13,87 persen dalam
kondisi sedang, selebihnya dalam keadaan rusak dan rusak berat. Kondisi panjang dalam di Kabupaten
Bangka Selatan seperti tampak pada Tabel 2.16.

Tabel 2.16
Panjang Jalan Negara, Provinsi dan Kabupaten, di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016
Panjang Jalan (Km)
Keadaan
Negara Provinsi Kabupaten
Jenis Permukaan
 Diaspal 102,02 102,30 413,55
 Kerikil - - 0,06
 Tanah - - 325,13
 Tidak Terinci - - -
Kondisi Jalan
 Baik 90,52 5,30 324,36
 Sedang 11,00 66,50 102,44
 Rusak 0,50 30,50 277,85
 Rusak Berat - - 34,09
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perhubungan Kabupaten Bangka Selatan

Aktifitas lalu lintas penduduk Kabupaten Bangka Selatan sehari-harinya cenderung


menggunakan perhubungan darat yaitu jalan raya, baik menggunakan kendaraan roda dua maupun
roda empat dan terdiri dari kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Fasilitas pendukung jalan
diantaranya adalah terminal angkutan umum, jumlah terminal yang ada di Kabupaten Bangka Selatan
hanya ada di satu kecamatan yaitu Kecamatan Toboali. Terminal tersebut memiliki jenis tipe B, yang

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 37


berfungsi melayani kendaraan penumpang umum untuk angkutan antar kota dalam provinsi (AKDP),
angkutan kota (AK) serta angkutan pedesaan (ADES). Perusahaan armada bis yang terdapat di
Kabupaten Bangka Selatan berjumlah 7 perusahaan dengan total 42 armada, tergambar pada Tabel
2.17.
Tabel 2.17
Jumlah Armada Perusahaan Bis Menurut Nama Perusahaan di Kabupaten Bangka Selatan,
Tahun 2016
Nama Perusahaan Jumlah (Unit)
PT. Ridho Illahi Sejahtera 17
Koperasi Jasa Usaha Sumber Rezeki 8
PT. Trans Mandiri Baha 3
Perum Damri 4
PT. FD Trans 1
PT. Gery Gemilang Mandiri 3
PT. Bumi Bangka Damai Sejahtera 6
Jumlah 42
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perhubungan Kabupaten Bangka Selatan

2.4.2 Fasilitas Perhubungan Laut


Sistem transportasi laut di Kabupaten Bangka Selatan memiliki peranan penting dalam
mendukung pergerakan orang dan barang. Kondisi eksisting transportasi laut di Kabupaten Bangka
Selatan digunakan untuk kegiatan penangkapan ikan, perjalanan wisata, pengangkutan, dan
pemanfaatan patroli keamanan dan pengamanan laut serta penelitian.
Prasarana transportasi laut yang tersedia saat ini di wilayah Kabupaten Bangka Selatan
meliputi:
 Pelabuhan nelayan sebagai tempat pendaratan ikan yang berlokasi di Kota Toboali.
 Pelabuhan PT. Timah, yang hanya dipergunakan ekslusif untuk kepentingan PT. Timah.
 Pelabuhan Sadai yang dipergunakan untuk angkutan orang dan barang dengan rute dari dan ke
Palembang serta ke Belitung baik dengan menggunakan sarana kapal ferry maupun kapal cepat
jenis speedboat.

Pelabuhan Sadai terletak di selatan Pulau Bangka seluas 5.000 Ha, alur pelayaran
sebelah selatan dengan panjang alur 4 mil dengan kedalaman alur surut terendah 1,5 m, sebelah
utara panjang alur 5 mil dengan kedalaman alur pada surut terendah 4,5 m; kolam pelabuhan
terbentuk secara alami berhadapan dengan Pulau Lepar sehingga aman untuk kegiatan bongkar muat,
sandar dan labuh kapal. Luas kolam memungkinkan kapal untuk manuver (olah gerak) dengan
kedalaman kolam 10-12 m. Di Pelabuhan Sadai terdapat perusahaan pengangkutan orang dan barang
yaitu KMP Gorare, dengan jumlah penumpang yang telah diangkut kurun waktu Tahun 2016, seperti
tampak pada Tabel 2.18 berikut:

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 38


Tabel 2.18
Jumlah Penumpang KMP Gorare di Pelabuhan Sadai Kabupaten Bangka Selatan, Tahun 2016
Bulan Penumpang Kendaraan
Januari 168 125
Februari 202 104
Maret 154 114
April 177 118
Mei 228 124
Juni 161 126
Juli 487 198
Agustus 181 121
September 311 110
Oktober - -
November 55 22
Desember 511 145
Jumlah 2635 1307
Rata-rata per Bulan 220 109
Sumber: UPDT Pelabuhan Penyeberangan Sadai

2.4.3 Fasilitas Air Bersih


Ketersediaan air bersih sangat dibutuhkan masyarakat dengan syarat-syarat yang telah
ditentukan oleh Kementerian Kesehatan yaitu tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak
mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, namun
terdapat resiko bahwa air tersebut telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat
berbahaya. Ketersediaan air bersih di Kabupaten Bangka Selatan masih sulit untuk kebutuhan
masyarakat, hal ini ditunjukan dengan presentase jumlah penduduk yang dapat mengakses air minum
hanya 10,7 persen dengan kemampuan akses terendah di Kecamatan Toboali, Air Gegas, dan Pulau
Besar, seperti pada Tabel 2.19 berikut:

Tabel 2.19
Proporsi Jumlah Penduduk yang Mendapatkan Akses Air Minum dan Jumlah Penduduk Menurut
Kecamatan Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2010
Jumlah Jumlah Penduduk Yang
No Kecamatan Persentase
penduduk Mendapatkan Akses Air Minum
1 Toboali 55.692 3.762 6,7
2 Air Gegas 37.054 1.266 3,4
3 Payung 18.137 2.508 13,8
4 Simpang Rimba 20.607 4.403 21,4
5 Lepar Pongok 12.759 2.935 23,0
6 Tukak Sadai 10.188 1.523 14,9
7 Pulau Besar 8.763 1.026 11,7
Jumlah 163.200 20.451 10,7
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Bangka Selatan (Kec. Kepulauan Pongok masih menginduk ke Kec. Lepar Pongok)

Pengelolaan pengadaan air minum di Kabupaten Bangka Selatan dilakukan oleh UPT PAM
Bangka Selatan. Jumlah pelanggan UPT PAM pada Tahun 2016 sebanyak 1.940 pelanggan dengan

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 39


volume air yang tersalurkan sebanyak 28.960 M3. Terjadi penurunan penyaluran air minum kurun
waktu tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 sebesar 90,2 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa
pengelolaan air minum untuk masyarakat oleh pemerintah daerah setempat masih sangat rendah.

Tabel 2.20
Jumlah Air Minum yang Disalurkan Menurut Kategori Pelanggan dan Banyaknya Pelanggan
di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016
No Kategori Pelanggan Banyaknya Pelanggan Air Minum yang Disalurkan (m3)
1 Sosial Umum 12 254
2 Sosial Khusus 2 25
3 Rumah Tangga 1912 28010
4 Instansi Pemerintah 14 671
5 Niaga Kecil - -
6 Niaga Besar - -
7 Industri Besar - -
8 Pelabuhan - -
9 Susut / hilang dalam - -
penyaluran
Jumlah 2016 1940 28960
2015 1792 31405
2014 1517 43357
2013 1428 331067
2012 1200 295382
Sumber: UPT PAM Kabupaten Bangka Selatan

2.4.4 Energi dan Telekomunikasi


Energi yang umum dan banyak digunakan oleh masyarakat Kabupaten Bangka Selatan adalah
energi tenaga listrik, yang penyediaan tenaga listrik tersebut bertujuan untuk meningkatkan
perekonomian serta memajukan kesejahteraan masyarakat. Jika tenaga listrik telah dicapai pada suatu
daerah atau wilayah maka kegiatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat pada daerah tersebut
akan meningkat. Untuk mewujudkan hal tersebut maka pemerintah daerah berkewajiban untuk
memenuhi kebutuhan listrik masyarakat baik di daerah terpenci, terpinggir dan tertinggal tanpa
memandang kemampuan ekonomi masyarakat tersebut. Di Kabupaten Bangka Selatan pengadaan
listrik dikelola oleh PT. PLN (Persero) UB-SB2JL Cabang Bangka dan perusahaan/usaha listrik milik
masyarakat (swasta).
Jumlah pelanggan listrik sepanjang Tahun 2016 di Kabupaten Bangka Selatan sebanyak
43.853 pelanggan yang terdiri dari: rumah tangga sebanyak 41.348 pelanggan, industri sebanyak 18
pelanggan, pemerintahan sebanyak 605 pelanggan, sarana ibadah sebanyak 648 pelanggan,
perusahaan/usaha sebanyak 1.206 pelanggan dan lainnya sebanyak 28 pelanggan. Sedangkan pada
tahun 2015, jumlah pembangkit sebanyak 10 unit, jumlah daya terpasang sebanyak 10.471 unit dengan
kemampuan daya sebesar 9.525 kW, dan kapasitas tersambung sebesar 48.818.950 VA .

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 40


Table 2.21
Jumlah Pelanggan Listrik PLN Kabupaten Bangka Selatan, Tahun 2016
No Jenis Pelanggan Banyak Pelanggan
1 Rumah Tangga 41348
2 Industri 18
3 Dinas/Instansi/Gedung 605
4 Sarana Ibadah 648
5 Perusahaan/Usaha 1206
6 Lain-lain 28
Jumlah 2016 43853
2015 41965
2014 37934
2013 30173
2012 25969
Sumber: PLN (Persero) Wilayah IV Cabang Bangka

Tabel 2.22
Jumlah Pembangkit, VA Tersambung dan Produksi Listrik PLN, Tahun 2016
Daya (kW)
Tahun Jumlah Pembangkit Kapasitas Terhubung
Terpasang Mampu
2016 10 10741 9525 48818950
2015 14 11116 9625 49045800
2014 12 5016 2865 42575000
2013 12 4811 3435 35010000
2012 12 4911 3465 28634600
2011 11 4691 2920 20521150
Sumber: PLN (Persero) Wilayah IV Cabang Bangka

Indikator yang digunakan untuk melihat pencapaian sasaran pemerintah daerah dalam
penyediaan listrik kepada masyarakat adalah persentase rumah tangga yang menggunakan listrik.
Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik setiap tahunnya mengalami peningkatan, hal ini
menunjukan bahwa kinerja pemerintah Kabupaten Bangka Selatan dalam pengelolaan energi tenaga
listrik sudah baik.
Selain penyediaan listrik, sarana telekomunikasi merupakan bidang yang berkembang pesat
dalam satu dekade terakhir. Pertumbuhan bidang ini sangat memberikan kemudahan masyarakat
dalam melakukan komunikasi dan memperlancar arus lalu lintas barang, juga telah mendorong
berkembangnya beberapa sektor lain, terutama sektor perdagangan.
Pertumbuhan telekomunikasi dapat dilihat melalui perkembangan beberapa indikator seperti
jumlah paket pos, surat pos dan wesel pos yang dikirim dan diterima oleh kantor pos, jumlah menara
BTS (Base Transciever Station) perusahaan telekomunikasi, jumlah pengguna handphone dan telepon
tetap, serta jumlah pulsa terjual. Jumlah jaringan komunikasi adalah banyaknya jaringan komunikasi
baik telepon genggam maupun stasioner, yang dihitung dari banyaknya jaringan komunikasi yang
berada dalam wilayah suatu pemerintah daerah. Perkembangan sarana jaringan komunikasi di

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 41


Bangka Selatan untuk jaringan telepon genggam meningkat dari tahun 2011-2015, seperti pada tabel
berikut:
Tabel 2.23
Jaringan Komunikasi Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2011-2015
Tahun
Indikator Kinerja
2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Jaringan Telepon Genggam 5 5 5 5 4
Jumlah Jaringan Telepon Stationer 1 1 1 1 1
Total Jaringan Komunikasi 6 6 6 6 5
Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kab. Bangka Selatan; SIPD Kab. Bangka Selatan

2.5 IKLIM BERINVESTASI

2.5.1 Angka Kriminalitas


Angka Kriminalitas adalah rata-rata kejadian kriminalitas dalam satu bulan pada tahun tertentu.
Artinya dalam satu bulan rata-rata terjadi berapa tindak kriminalitas untuk berbagai kategori seperti
curanmor, pembunuhan, pemerkosaan, dan sebagainya. Indikator ini berguna untuk menggambarkan
tingkat keamanan masyarakat, semakin rendah tingkat kriminalitas, maka semakin tinggi tingkat
keamanan masyarakat. Angka kriminalitas dihitung berdasarkan delik aduan dari penduduk korban
kejahatan dalam periode 1 (satu) tahun.

Tabel 2.24
Angka Kriminalitas Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2015
Kasus Kejadian
Pembunuhan 3
Penculikan 2
Pencurian 105
Kasus Seksual 17
Penganiayaan 31
Penipuan 16
Penyelundupan 0
Kejahatan terhadap Kepala Negara 0
Jumlah 174
Sumber: Kepolisian Resort Kabupaten Bangka Selatan

Formulasi Angka kriminalitas yaitu:

Sepanjang Tahun 2014 tingkat kriminalitas di Bangka Selatan tercatat sebesar 7,98, artinya
terjadi kurang lebih 8 kali kasus kriminal setiap 10.000 penduduk. Angka ini mengalami peningkatan
pada Tahun 2015 menjadi 8,99 kasus per 10.000 penduduk.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 42


2.5.2 Jumlah Demonstrasi
Jumlah demonstrasi adalah jumlah demonstrasi yang terjadi dalam periode 1 (satu) tahun.
Demonstrasi adalah sebuah gerakan protes yang dilakukan sekumpulan orang di hadapan umum, yang
biasanya dilakukan untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau penentang kebijakan,
dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai sebuah upaya penekanan secara politik
oleh kepentingan kelompok.
Tabel 2.25
Jumlah Demonstrasi Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2011 – 2015
Tahun
Uraian
2011 2012 2013 2014 2015
Bidang Politik 3 3 2 5 5
Ekonomi 0 0 0 0 0
Kasus Pemogokan Kerja 0 0 0 0 0
Jumlah Demonstrasi / Unjuk Rasa 3 3 2 5 5
Sumber: Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Bangka Selatan

2.5.3 Kemudahan Perijinan


Investasi yang akan masuk ke suatu daerah bergantung kepada daya saing investasi yang
dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Daya saing investasi suatu daerah tidak terjadi dengan serta
merta. Pembentukan daya saing investasi, berlangsung secara terus-menerus dari waktu ke waktu dan
dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya kemudahan perijinan. Kemudahan perijinan adalah
proses pengurusan perijinan yang terkait dengan persoalan investasi relatif sangat mudah dan tidak
memerlukan waktu yang lama. Lama proses perijinan merupakan rata-rata waktu yang dibutuhkan
untuk memperoleh suatu perijinan (dalam hari).
Tabel 2.26
Rata-rata Lama Proses Perizinan Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2011-2015
Tahun
Indikator Kinerja
2011 2012 2013 2014 2015
Kemudahan Perijinan (Rata-
8 6 6 8,5 6
rata Lama Perijinan)
Sumber: Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kab. Bangka Selatan

2.5.4 Pengenaan Pajak Daerah (Jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah)
Jumlah dan macam pajak daerah dan retribusi daerah diukur dengan jumlah dan macam
insentif pajak dan retribusi daerah yang mendukung iklim investasi. Pajak daerah adalah iuran wajib
yang dilakukan oleh pribadi atau badan (dalam hal ini perusahaan) kepada Daerah tanpa imbalan
langsung yang seimbang berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan
daerah dan pembangunan daerah (sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku).

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 43


Tabel 2.27
Jumlah dan Macam Insentif Pajak dan Retribusi Daerah Kab. Bangka Selatan Tahun 2011 – 2015
Tahun
Indikator Kinerja
2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Pajak yang dikeluarkan 1 9 9 10 10
Jumlah Insentif Pajak yang Mendukung Iklim
1 1 1 1 1
Investasi
Jumlah Retribusi yang dikeluarkan 317 320 323 322 322
Jumlah Retribusi yang Mendukung Iklim
2 2 2 2 2
Investasi
Sumber: DPPKAD Kabupaten. Bangka Selatan

2.5.5 Peraturan Daerah (Perda) Yang Mendukung Iklim Usaha


Peraturan Daerah (Perda) merupakan sebuah instrumen kebijakan daerah yang sifatnya
formal, melalui perda dapat diindikasikan adanya insentif maupun disinsentif sebuah kebijakan di
daerah terhadap aktivitas perekonomian. Perda yang mendukung iklim usaha dibatasi yaitu perda
terkait dengan perizinan, perda terkait dengan lalu lintas barang dan jasa, serta perda terkait dengan
ketenagakerjaan.

Tabel 2.28
Jumlah Perda Yang Mendukung Iklim Usaha Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2011 – 2015
Tahun
Indikator Kinerja
2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Perda Terkait Perijinan 6 8 10 10 10
Jumlah Perda Terkait Lalu Lintas Barang
2 2 3 3 3
dan Jasa
Jumlah Perda Terkait Ketenagakerjaan 1 1 1 1 1
Sumber: Bagian Hukum dan Organisasi Sekretaris Daerah Kabupaten Bangka Selatan

2.6 Sumber Daya Manusia

Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kunci keberhasilan


pembangunan nasional dan daerah, karena manusia sebagai subyek dan obyek dalam pembangunan.
Mengingat hal tersebut, maka pembangunan SDM diarahkan agar benar-benar mampu dan memiliki
etos kerja yang produktif, trampil, kreatif, disiplin dan profesional. Disamping itu juga mampu
memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai ilmu dan teknologi yang inovatif dalam rangka
memacu pelaksanaan pembangunan nasional.
Kualitas sumberdaya manusia memiliki peranan penting dalam meningkatkan daya saing
daerah dan perkembangan investasi di daerah. Indikator kualitas sumberdaya manusia dalam rangka
peningkatan daya saing daerah dapat dilihat dari tingkat ketergantungan penduduk.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 44


2.61 Tingkat Ketergantungan
Rasio ketergantungan (dependency ratio) digunakan sebagai indikator yang menunjukkan
keadaan ekonomi suatu daerah apakah tergolong maju atau yang sedang berkembang. Dependency
ratio tersebut merupakan salah satu indikator demografi yang penting, dengan semakin tingginya
persentase dependency ratio maka akan menunjukkan semakin tingginya beban yang harus
ditanggung penduduk usia produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak
produktif lagi, demikian sebaliknya.

Tabel 2.29
Rasio Ketergantungan Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2011 – 2016
Tahun
Uraian
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Penduduk Usia < 15 Tahun 50472 55478 56667 57890 59114
Jumlah Penduduk Usia > 64 Tahun 7866 5712 5833 5961 6082
Jumlah Penduduk Usia Tidak Produktif 58714 61190 62500 63851 65196
Jumlah Penduduk Usia 15-64 Tahun 130782 130355 126992 129732 132474
Rasio Ketergantungan (%) 44,89 49,09 49,21 49,21 49,21
Sumber: Kabupaten Bangka Selatan Dalam Angka, Badan Pusat Statistik

Berdasarkan Tabel 2.31, diketahui bahwa rasio ketergantungan Kabupaten Bangka Selatan
kurun waktu 2011 sampai dengan 2015 mengalami peningkatan dan stabil pada Tahun 2014 sampai
Tahun 2016. Jika dibandingkan dengan rasio ketergantungan Provinsi Bangka Belitung Tahun 2015
sebesar 46,2% dan rasio ketergantungan nasional sebesar 48,6% (BPS RI), maka Kabupaten Bangka
Selatan masih memiliki angka rasio diatas rasio provinsi dan nasional. Sehingga beban yang
ditanggung penduduk usia produktif di Kabupaten Bangka Selatan lebih tinggi.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 45


BAB III

VISI DAN MISI RUPM


KABUPATEN BANGKA SELATAN

Investasi yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal
merupakan komponen yang menentukan tingkat pengeluaran agregat. Selain investasi tabungan dari
sektor rumah tangga termasuk komponen yang berperan dalam pembentukan modal melalui institusi-
intitusi keuangan yang akan dialirkan ke perusahaan. Investasi merupakan pengeluaran penanam
modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan produksi yang akan
menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Dikatakan
juga bahwa investasi adalah aktivitas penempatan sejumlah dana yang ada saat ini dengan harapan
untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Secara umum investasi dibedakan 2 jenis yaitu :
1) Investasi pada financial assets, dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito,
commercial paper, surat berharga pasar uang, dan lainnya atau dilakukan di pasar modal, misalnya
berupa saham, obligasi, waran, opsi, dan lainnya.
2) Investasi pada real assets, diwujudkan dalam bentuk pembelian assets produktif, pendirian pabrik,
pembukaan tambang, dan pembukaan perkebunan.

Berdasarkan penjelasan tersebut dikatakan bahwa investasi merupakan komponen penting


dalam konteks ekonomi makro di Kabupaten Bangka Selatan, karena investasi diharapkan akan
mampu mengakumulasi modal, penambahan stok gedung, dan peralatan lainnya, berdampak pada
peningkatan output potensial dan merangsang pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Investasi yang
sehat akan berdampak pada peningkatan PDRB perkapita dan peningkatan penyerapan tenaga kerja,
namun jika investasi yang dilakukan tidak sehat maka akan berdampak negatif terhadap ekonomi
makro maupun lokal, regional maupun nasional.
Beberapa indikator investasi yang tidak sehat yaitu:
1. The Law of Capital Accumulations, investasi yang mengakuisisi perusahaan kecil sehingga
dalam jangka panjang mampu menciptakan iklim pasar yang tidak kompetitif.
2. Aglomerasi atau proses konglomerasi dari hulu sampai hilir yang dalam jangka panjang
mampu menciptakan iklim pasar monopoli dengan peningkatan penguatan akuisisi
sumberdaya produksinya
3. Privatisasi BUMN & BUMD, yaitu aktivitas yang menyerupai The Law of Capital Accumulations,
atau investasi yang mengakuisisi perusahaan kecil yang dalam jangka panjang mampu

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 46


menciptakan iklim pasar yang tidak kompetitif, dengan mengakuisisi BUMN atau BUMD yang
dibangun oleh pemerintah demi kepentingan publik.

Dengan pendekatan pasar persaingan sempurna, praktek investasi yang tidak sehat
berpotensi terjadi dimana-dimana, dampak terburuknya dari kegiatan investasi yang tidak sehat adalah,
ketergantungan ekonomi terhadap aktivitas penanaman modal, dimana investor akan menciptakan
Price Maker bukan mekanisme pasar.
Visi adalah cara pandang jauh ke depan tentang kemana organisasi harus dibawa agar dapat
eksis, antisipatif, dan inovatif. Visi merupakan suatu gambaran yang menantang keadaan masa depan
yang diinginkan oleh organisasi, serta merupakan suatu pedoman dan pendorong organisasi untuk
mencapai tujuan dalam rangka melaksanakan pembangunan. Penetapan visi merupakan bagian dari
perencanaan strategik serta langkah penting dalam perjalanan organisasi. Visi secara umum
merupakan pernyataan dalam menjawab permasalahan yang dirasakan oleh Satuan Kerja Perangkat
Daerah.
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi (Pasal 1 ayat (13) UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional). Misi merupakan pernyataan secara luas dan komprehensif tentang tujuan
suatu daerah/organisasi yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang akan diberikan atau
dilaksanakan, kebutuhan masyarakat yang dapat dipenuhi, kelompok masyarakat yang dilayani, serta
nilai-nilai yang dapat diperoleh.

3.1 Visi

Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan untuk menjangkau keberhasilan dalam melaksanakan


tugas dan fungsinya dalam rangka pelaksanaan pembangunan bidang penanaman modal daerah
menentukan visi sebagai berikut:

”Terwujudnya Kabupaten Bangka Selatan Sebagai Pusat Investasi yang Sehat dan Berdaya
Saing Berbasis Pertanian dan Pariwisata”

Makna penting pada visi tersebut adalah membulatkan tekad Kabupaten Bangka Selatan
menjadi tempat yang tepat dan menguntungkan bagi investor asing, investor swasta dalam negeri dan
masyarakat daerah tersebut untuk menanamankan dan mengembangkan modalnya, khususnya di
sektor primer pertanian dan wisata. Maksud dari visi tersebut adalah suatu harapan bahwa Kabupaten
Bangka Selatan selama kurun waktu 5 (lima) tahun kedepan akan berbuat sesuai dengan tugas dan
fungsi serta kewenangannya untuk menciptakan daya tarik bagi investor dunia yang sehat dan berdaya

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 47


saing, serta berdampak positif bagi kualitas ekonomi, sosial, dan lingkungan di Kabupaten Bangka
Selatan.
Pusat Investasi dimaknai sebagai harapan, keinginan, atau hasrat para investor asing maupun
dalam negeri yang akan menanamkan modalnya di Indonesia, utamanya adalah di Kabupaten Bangka
Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mengingat kondisi, potensi, serta kemungkinan
pengembangan penanaman modalnya di Kabupaten Bangka Selatan diharapkan akan menguntungkan
banyak pihak serta berkelanjutan. Hal ini ditunjukkan oleh optimalisasi pelayanan perijinan yang
semakin paripurna, inovatif, efektif, dan efisisen, serta ketersediaan data dan informasi ekonomi lokal
dan regional yang akurat, tepat dan up to date. Hal lainnya yang menjadi faktor pendorong investor
untuk berinvestasi di Kabupaten Bangka Selatan adalah (1) Struktur ekonomi di dominasi oleh sektor
primer (pertanian) dan tersier (pariwisata) (2) Memiliki sumberdaya alam yang luas dan tersebar,
sehingga potensi pertanian dan pariwisata dapat diunggulkan (3) Belum banyak pesaing di sektor
pertanian, (4) Memiliki brand image pertanian pada skala lokal, regional, dan nasional.
Investasi yang sehat dan berdaya saing merupakan target yang akan dicapai oleh Kabupaten
Bangka Selatan dalam menarik investor untuk berinvestasi di wilayah tersebut. Makna dari investasi
sehat dan berdaya saing adalah (1) Aktivitas investasi yang dapat berdampak positif dan berkelanjutan
terhadap dinamika ekonomi Kabupaten Bangka Selatan, (2) Mampu meningkatkan kualitas dan
kuantitas transaksi ekonomi lokal, (3) Mampu mempertahankan modalnya dalam siklus ekonomi lokal
selama mungkin, (4) Mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak, (5) Mampu menarik
aktivitas ekonomi baik di hulu maupun di hilir, (6) Mampu bekerja sama sekaligus meningkatkan
kualitas dan kapasitas UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) lokal, (7) Mampu menjaga daya
dukung dan daya tampung lingkungan dan sumberdaya alam secara berkelanjutan.
Pada sektor pertanian Kabupaten Bangka Selatan akan menfokuskan sebagai daerah pusat
agribisnis yang diartikan bahwa pada daerah ini akan menjadikan segala sumberdaya, usaha,
kelembagaan dan jaringan bisnis (hulu-hilir) bidang pertanian sebagai basis perekonomian daerah
dalam rangka pengembangan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk mewujudkan
visi tersebut, pemerintah dan seluruh stakeholder akan menggerakan energinya dalam melakukan
ekonomisasi sektor pertanian dengan memperhatikan faktor-faktor dominan diantaranya komoditas
unggulan, permintaan pasar, dukungan industri hulu-hilir, pola usaha tani, jaringan dan kelembagaan
usaha serta manajemen permodalan.
Pada sektor pariwisata, Kabupaten Bangka Selatan akan menjadikan daerahnya sebagai pusat
kegiatan pariwisata sebagai sektor pendukung bagi peningkatan perekonomian daerah. Untuk
mewujudkan visi tersebut, pemerintah dan seluruh stakeholder akan mengoptimalkan pemanfaatan
sumberdaya alam dan budaya sebagai destinasi pariwisata, melalui konsep 5 A (Attraction,

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 48


Accessibility, Amenity, Ancillary, Activity) dengan berorientasi kepada peningkatan jumlah kunjungan
wisatawan, pemberdayaan masyarakat yang selanjutnya diharapkan mampu meningkatkan
perekonomian daerah.

3.2 Misi

Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi. Rumusan misi yang baik akan membantu lebih jelas penggambaran visi yang ingin
dicapai dan menguraikan upaya-upaya apa yang harus dilakukan. Rumusan misi dalam sebuah
dokumen akan menjadi penting untuk memberikan kerangka bagi tujuan dan sasaran serta arah
kebijakan yang ingin dicapai dan menentukan jalan yang akan ditempuh untuk mencapai visi.
Rumusan misi dalam dokumen RUPM Kabupaten Bangka Selatan dikembangkan dengan
memperhatikan faktor-faktor lingkungan strategis, baik eksternal dan internal yang mempengaruhi serta
kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada dalam pembangunan daerah.
Misi Penanaman Modal Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2018-2025 adalah sebagai berikut:
1) Melayani Penanaman Modal dengan Prima.
2) Mewujudkan Penanaman Modal yang Inklusif dan Berkelanjutan.

3.3 Tujuan

Perumusan tujuan dan sasaran merupakan tahap perumusan sasaran strategis yang
menunjukkan tingkat prioritas tertinggi dalam perencanaan pembangunan jangka menengah daerah
yang selanjutnya akan menjadi dasar untuk penyusunan arsitektur kinerja pembangunan daerah
secara keseluruhan. Perumusan tujuan dan sasaran merupakan salah satu tahap perencanaan
kebijakan (policy planning) yang memiliki critical point dalam penyusunan RUPM. Mengingat jika visi
dan misi penanaman modal tidak dijabarkan secara teknokratis dan partisipatif ke dalam tujuan dan
sasaran, maka arah kebijakan penanaman modal mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya pada
sistem penyelenggaraan pemerintahan.
Tujuan dan sasaran merupakan dampak (impact) keberhasilan pembangunan daerah yang
diperoleh dari pencapaian berbagai arah kebijakan prioritas terkait. Selaras dengan penggunaan
paradigma penganggaran berbasis kinerja maka perencanaan pembangunan daerah pun
menggunakan prinsip yang sama. Pengembangan rencana pembangunan daerah lebih ditekankan
pada target kinerja, baik pada dampak, hasil, maupun luaran meskipun bersifat jangka panjang.
Perumusan tujuan dan sasaran dari visi dan misi RUPMK ini akan dijadikan landasan perumusan arah
kebijakan penanaman modal Kabupaten Bangka Selatan selama 5 (lima) tahun kedepan.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 49


Tujuan adalah pernyataan-pernyataan tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai
visi, melaksanakan misi dengan menjawab isu strategis penanaman modal dan permasalahan
pembangunan daerah. Rumusan tujuan dan sasaran merupakan dasar dalam menyusun pilihan-pilihan
strategi pembangunan dan sarana untuk mengevaluasi pilihan tersebut. Perumusan tujuan
Penanaman Modal Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2018-2025 dan keterkaitannya dengan misi
pembangunan Kabupaten Banga Selatan Tahun 2018-2025 disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.1
Keterkaitan Misi dan Tujuan Penanaman Modal di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2018-2025
MISI TUJUAN
1 Melayani Penanaman Modal dengan 1.1 Menciptakan Iklim Penanaman Modal yang Produktif &
Prima Berdaya Saing
2 Mewujudkan Penanaman Modal yang 2.1 Meningkatkan Distribusi Aktivitas Ekonomi Produktif
Inklusif dan Berkelanjutan yang inklusif di Seluruh Wilayah Kabupaten Bangka
2
Selatan secara Proporsional
2.2 Meningkatkan Nilai Tambah Ruang melalui
Ketersediaan Fasilitas, Sarana, & Prasarana yang
memadai
2.3 Menciptakan Iklim Penanaman Modal yang
Produktif & Berdaya Saing
2.4 Meningkatkan Minat dan Varian investasi
2.5 Menjaga Daya Dukung dan Daya Tampung
Lingkungan senagai dampak dari Aktivitas Investasi
2.6 Menstimulasi Peningkatan Kapasitas dan
Kapabilitas UMKM
2.7 Meningkatkan Minat Investor Terhadap Profil dan
Kinerja UMKM
2.8 Melembagakan Profil dan Kinerja UMKM kedalam
materi bargaining investasi dengan investor
Sumber: Hasil Analisis

3.4 Sasaran

Sasaran adalah hasil yang diharapkan dari suatu tujuan yang diformulasikan secara terukur,
spesifik, mudah dicapai, rasional, untuk dapat dilaksanakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke
depan. Berdasarkan masing-masing tujuan yang telah ditetapkan maka dirumuskan sasaran untuk
kuantifikasi lebih lanjut dan lebih teknis dapat dikelola pencapaiannya. Hasil perumusan sasaran
penanaman modal Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2018-2025 dapat dilihat pada tabel berikut:

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 50


Tabel 3.2
Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Penanaman Modal Kabupaten Bangka Selatan
Tahun 2018-2025

Visi : Terwujudnya Kabupaten Bangka Selatan Sebagai Pusat Investasi yang Sehat dan Berdaya Saing Berbasis
Pertanian dan Pariwisata
MISI TUJUAN SASARAN
1 Melayani Penanaman 1.1 Menciptakan Iklim 1.1.1 Meningkatnya Kapasitas Lembaga &
Modal dengan Prima Penanaman Modal yang Kelembagaan Penanaman Modal
Produktif & Berdaya Dalam Menegakkan Hukum
Saing
1.1.2 Meningkatnya Efektifnya Partisipasi
Lembaga / OPD diluar Lembaga
Perijinan pada saat Perencanaan dan
Implementasi Regulasi Penanaman
Modal
1.1.3 Terbangunnya Media Komunikasi
antara Penanam Modal dengan
Pemerintah Kabupaten Bangka
Selatan melalui Forum Penanam
Modal (Investor) dalam menyusun
kebijakan penanganan dampak
kebijakan makro
1.1.4 Meningkatnya efisiensi perijinan dari
aspek waktu, lembaga yang melayani,
biaya, serta kemudahan persyaratan
persyaratan
1.1.5 Meningkatnya Efektivitas Koordinasi
Antara OPD dalam hal Perencanaan,
Pelaksanaan, Pengawasan dan
Evaluasi Penanaman Modal
1.1.6 Terpetakannya Desain Ekonomi
Kabupaten Bangka Selatan yang
Mengakomodir Kepentingan PMA,
PMDN, dan UMKM
2 Mewujudkan 2.1 Meningkatkan Distribusi 2.1.1 Tersebarnya Penanaman Modal di
Penanaman Modal Aktivitas Ekonomi Seluruh Wilayah Kabupaten Bangka
yang Inklusif dan Produktif yang inklusif di Selatan Secara Proporsional Sesuai
Berkelanjutan Seluruh Kabupaten
Peruntukkan Pola Ruangnya
Bangka Selatan secara
Proporsional
2.2 Meningkatkan Nilai 2.2.1 Tersebarnya Upaya Pemenuhan
Tambah Ruang melalui Kebutuhan Sarana dan Prasarana
Ketersediaan Fasilitas, Infrastruktur yang Layak dan
Sarana, & Prasarana
Proporsional.
yang Memadai

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 51


Visi : Terwujudnya Kabupaten Bangka Selatan Sebagai Pusat Investasi yang Sehat dan Berdaya Saing Berbasis
Pertanian dan Pariwisata
MISI TUJUAN SASARAN
2.3 Menciptakan Iklim 2.3.1 Terimplementasinya Penegakan
Penanaman Modal yang Hukum yang Adil secara Transparan
Produktif & Berdaya dan Proporsional
Saing
2.4 Meningkatkan Minat dan 2.4.1 Tersedianya data dan informasi
Varian Investasi Potensi Daerah secara Komprehensif
dan Rinci
2.4.2 Terpetakannya Grand Desain
Ekonomi yang Mengakomodir
kepentingan PMA, PMDN dan UMKM
2.4.3 Terpetakannya Kebijakan Pemerintah
Daerah dalam Mengelola Pangan,
Infrastruktur, dan Energi yang
Mengakomodir Kepentingan PMA,
PMDN dan UMKM
2.5 Menjaga Daya Dukung 2.5.1 Meningkatnya Kapasitas dan
dan Daya Tampung Kapabilitas Lembaga yang Berwenang
Lingkungan dari dalam Memitigasi, Mengendalikan,
Aktivitas Investasi Memulihkan, Daya Dukung dan Daya
Tampung Lingkungan akibat Aktivitas
Investasi
2.5.2 Meningkatnya Kapasitas dan
Kapabilitas Lembaga yang Berwenang
dalam Memitigasi, Mengendalikan,
Memulihkan, Daya Dukung dan Daya
Tampung Lingkungan akibat Aktivitas
Investasi
2.5.3 Meningkatnya Kesadaran Investor
dalam Menjaga Daya Dukung dan
Daya Tampung Lingkungan Hidup,
Daerah dan penegakan hukum
2.6 Menstimulasi 2.6.1 Meningkatnya Aksessibilitas UMKM
Peningkatan Kapasitas terhadap Sistem Produksi Penanam
dan Kapabilitas UMKM Modal yang Berdaya Saing
2.7 Meningkatkan Minat 2.7.1 Terintegrasinya UMKM kedalam
Investor terhadap Profil Sistem Produksi Penanam Modal
dan Kinerja UMKM
2.8 Melembagakan Profil 2.8.1 Terlembagakannya Profil dan Kinerja
dan Kinerja UMKM UMKM sebagai Materi barganing
kedalam Materi dengan Investor
Bargaining nilai
Investasi dengan
Investor

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 52


Visi : Terwujudnya Kabupaten Bangka Selatan Sebagai Pusat Investasi yang Sehat dan Berdaya Saing Berbasis
Pertanian dan Pariwisata
MISI TUJUAN SASARAN
2.9 Menciptakan Iklim 2.9.1 Terintegrasikannya antara Pemberian
Penanaman Modal yang Kemudahan dan Insentif bagi
Produktif & Berdaya Penanam Modal (PP 45 Tahun 2008)
Saing dengan Arah Kebijakan RPJPD,
RPJMD, dan Renstra (Permendagri
54 Tahun 2010) dalam kerangka
ekonomi makro daerah
2.9.2 Tersosialisasikan dan
terimplementasikannya PP 45 Tahun
2008 kedalam aktivitas pelayanan
perijinan penanaman modal
2.10 Meningkatkan Daya 2.10.1 Tersedianya Materi Promosi Investasi
Tarik dan minat yang update, Holistik, Tematik,
investasi di Kabupaten Kpasial, dan komprehensif
Bangka Selatan

Sumber: Hasil Analisis

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 53


BAB 4

ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL

Sesuai RUPM Nasional, berdasarkan visi, misi dan sasaran yang ingin diwujudkan pada akhir
periode perencanaan, diketahui masih ada kesenjangan antara kondisi yang diharapkan tersebut
dengan kondisi yang ada saat ini. Kesenjangan ini perlu dikurangi atau dihilangkan melalui perumusan
dan pelaksanaan strategi, kebijakan serta langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh pemerintah
dengan mengikutsertakan semua pihak terkait. Sesuai dengan amanat Undang-undang No. 25 tahun
2007 tentang Penanaman Modal, Pemerintah telah berkomitmen untuk mengembangkan strategi dan
kebijakan penanaman modal di Indonesia berdasarkan atas azas kepastian hukum, keterbukaan,
akuntabilitas, perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara, kebersamaan, efisiensi dan
berkeadilan, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, kemandirian, serta keseimbangan antara
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
RUPM Nasional memberikan arahan indikatif pada penyusunan Rencana Pembangunan di
bidang penanaman modal, yang dijabarkan ke dalam RUPM Kabupaten Bangka Selatan dan mengacu
kepada arah RUPM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Selanjutnya dalam penyusunan target,
kebijakan, dan strategi, RUPM Kabupaten Bangka Selatan harus mempertimbangkan peran dokumen
RUPM Provinsi sebagai salah satu acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan di bidang
penanaman modal Kabupaten Bangka Selatan.
Dalam rangka terbangunnya keterpaduan dan konsistensi arah perencanaan penanaman
modal, maka RUPM Kabupaten Bangka Selatan harus mensinergikan antara arah kebijakan RUPM
Nasional dan RUPM Provinsi, dalam bentuk 7 (tujuh) arah kebijakan penanaman modal sebagaimana
tertuang dalam Perpres Nomor 16 Tahun 2012 tentang Rencana Umum Penanaman Modal, yaitu:
1. Perbaikan Iklim Penanaman Modal,
2. Persebaran Penanaman Modal,
3. Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur, dan Energi,
4. Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan (Green Investment),
5. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK),
6. Pemberian Fasilitas, Kemudahan dan/atau Insentif Penanaman Modal
7. Promosi Penanaman Modal.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 54


4.1 Perbaikan Iklim Penanaman Modal

Iklim penanaman modal merupakan suatu lingkungan kebijakan, institusional dan perilaku, baik
kondisi yang ada saat ini maupun kondisi yang diharapkan, yang mempengaruhi tingkat resiko maupun
tingkat pengembalian penanaman modal. Iklim penanaman modal sangat mempengaruhi keinginan
investor, untuk melakukan kegiatan penanaman modal, baik berupa penanaman modal baru maupun
perluasan penanaman modal yang telah berjalan. Iklim penanaman modal bersifat dinamis, artinya
setiap elemen yang terkandung didalamnya akan mengalami perubahan seiring perubahan dinamika
bisnis dan waktu. Selain itu, iklim penanaman modal juga bersifat lokasional, artinya meskipun iklim
penanaman modal akan sangat diwarnai oleh situasi dan kondisi perekonomian global, nasional,
regional, dan lokal, namun perbedaan karakteristik di masing-masing perekonomian regional dan lokal
akan memberi arah penekanan yang berbeda dalam upaya perbaikan iklim penanaman modal di
Kabupaten Bangka Selatan. Arah kebijakan perbaikan iklim penanaman modal ini meliputi:

4.1.1 Penguatan Kelembagaan Penanaman Modal Daerah


Untuk mencapai penguatan lembaga penanaman modal, maka kelembagaan penanaman
modal yang terdapat di Kabupaten Bangka Selatan, harus menjalin koordinasi penanaman modal
dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Untuk hal tersebut, maka Pemerintah Kabupaten
Bangka Selatan perlu memiliki visi yang sama mengenai pembagian urusan pemerintahan di bidang
penanaman modal, pendelegasian dan pelimpahan wewenang di bidang penanaman modal, serta
koordinasi yang efektif diantara lembaga-lembaga tersebut.
Penguatan kelembagaan penanaman modal di daerah sekurang-kurangnya dilakukan dengan
cara:
4.1.1.1 Pembangunan sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di bidang Penanaman Modal
yang lebih efektif dan akomodatif terhadap penanaman modal dibandingkan dengan sistem-
sistem perizinan sebelumnya.
 Sesuai pasal 26 UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan ditindaklanjuti
dengan peraturan-peraturan pelaksanaannya, Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan
telah menjalankan amanat untuk membentuk PTSP di bidang Penanaman Modal di
Kabupaten Bangka Selatan melalui Peraturan Bupati Bangka Selatan tentang OPD
Penanaman Modal sebagai fungsi pelayanan penanaman modal, merupakan salah satu
fungsi koordinasi penanaman modal sebagaimana diamanatkan pada pasal 28 UU
Nomor 25 Tahun 2007, yang dilaksanakan oleh lembaga atau instansi yang berwenang
menangani urusan penanaman modal. PTSP bidang Penanaman Modal di Kabupaten

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 55


Bangka Selatan, terintegrasi kedalam Badan Penanaman Modal dan Pelayanan
Perijinan Terpadu Satu Pintu (OPD Penanaman Modal).
 Dalam rangka meningkatkan optimalisasi dan efektifitas pelayanan penanaman modal,
PTSP dalam penyelenggaraan pelayanan perizinan dan non-perizinan di bidang
penanaman modal melalui OPD Penanaman Modal, didukung dengan ketersediaan
Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) yang
terintegrasi dengan SPIPISE yang berada di OPD Penanaman Modal.
 Sesuai amanat UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Pemerintah
Kabupaten Bangka Selatan mendorong peningkatan pelayanan perizinan dan
nonperizinan penanaman modal dalam rangka memberikan layanan dan informasi yang
dibutuhkan dan diharapkan oleh masyarakat, sehingga mendorong penyelenggaraan
penanaman modal daerah yang transparan, efektif, efisien, dan akuntabel. Hal ini
dapat dilakukan antara lain dengan cara meningkatkan kualitas pengelolaan dan
pelayanan informasi sehingga dapat menghasilkan layanan informasi yang berkualitas.
 Dalam rangka meningkatkan peran dan fungsi koordinasi penanaman modal,
Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan mendorong upaya sinkronisasi dan
harmonisasi, baik meliputi penyeragaman nomenklatur kelembagaan penanaman
modal di Kabupaten Bangka Selatan, baik terkait struktur, tugas pokok dan fungsi, alur
kerja (business process), tata cara pelayanan perizinan dan nonperizinan, hingga
simplifikasi dan penyederhanaan (streamlining) perizinan terkait penanaman modal,
sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja lembaga penanaman modal
dengan tetap menjaga semangat otonomi daerah dan kepentingan nasional.

4.1.1.2 Penyelenggaraan PTSP di bidang Penanaman Modal oleh OPD Penanaman Modal
mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari Bupati Bangka Selatan yang
memiliki kewenangan perizinan dan non-perizinan di tingkat Kabupaten Bangka Selatan.
 PTSP di bidang penanaman modal melaksanakan fungsi pelayanan perizinan dan
nonperizinan dibidang penanaman modal yang mendapat pendelegasian atau
pelimpahan wewenang dari Bupati Bangka Selatan.
 Setelah dibentuknya PTSP di bidang penanaman modal, maka Pemerintah Kabupaten
Bangka Selatan dalam hal ini Bupati Bangka Selatan, segera melimpahkan sepenuhnya
kewenangan pemberian perizinan dan non-perizinan di bidang penanaman modal yang
menjadi urusan pemerintah Kabupaten Bangka Selatan kepada OPD Penanaman
Modal.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 56


4.1.1.3 Peningkatan koordinasi antar lembaga/instansi di Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan
dalam rangka pelayanan penanaman modal kepada para penanam modal. Hal ini akan
memberikan suatu kepastian dan kenyamanan berusaha, dan dengan demikian mendukung
iklim penanaman modal yang kondusif.
 Kegiatan penanaman modal merupakan kegiatan usaha lintas sektor yang dalam aspek
teknisnya merupakan kewenangan atau pembinaan dari OPD teknis lainnya. Oleh
sebab itu, OPD Penanaman Modal dalam penyelenggaraan pelayanan perizinan dan
nonperizinan dibidang penanaman modal melalui PTSP dibidang Penanaman Modal
perlu meningkatkan sinergitas dan koordinasi dengan lembaga/instansi terkait di
daerah.
 OPD Penanaman Modal memikirkan langkah-langkah untuk melakukan harmonisasi
dan simplifikasi prosedur serta penyederhanaan (streamlining) perizinan dan
nonperizinan di bidang penanaman modal sehingga diharapkan lebih mempercepat
proses perizinan, transparan, menjamin kepastian hukum dan pada akhirnya
menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif.
 OPD Penanaman Modal terus meningkatkan kapasitas sumberdaya aparatur
penanaman modal dengan mengikuti perkembangan iklim penanaman modal global
dan nasional, sehingga meningkatkan kualitas kinerja kelembagaan penanaman modal
daerah.

4.1.1.4 Mengarahkan lembaga penanaman modal Kabupaten Bangka Selatan secara proaktif
menjadi inisiator penanaman modal serta berorientasi pada pemecahan masalah (problem-
solving) dan fasilitasi baik kepada para penanam modal yang akan menjalankan usahanya
maupun yang sudah menjalankan usahanya di daerah.
 Dalam rangka melakukan kegiatan penanaman modal, para penanam modal
menghadapi berbagai kendala dan permasalahan di lapangan, baik terkait
pembebasan lahan, birokrasi perizinan, kesulitan informasi partner lokal yang potensial,
pembiayaan bank lokal, asuransi lokal, dan lain-lain. OPD Penanaman Modal
memegang peranan penting dalam menginisiasi fasilitasi para penanam modal dalam
rangka membantu mengatasi masalah pelaksanaan realisasi penanaman modal
dengan berkoordinasi kepada lembaga/instansi teknis terkait di daerah.
 Sebagai salah satu bentuk sistem pelayanan perizinan dan non-perizinan dibidang
penanaman modal, OPD Penanaman Modal mengintegrasikan layanan sistem
perizinan dan nonperizinan penanaman modal dengan sistem informasi tentang data

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 57


potensi sektor penanaman modal serta regulasi yang terkait, sehingga calon investor
mendapatkan informasi yang lengkap, cepat, dan akurat sebagai salah satu alternatif
referensi dalam mengambil keputusan.
 OPD Penanaman Modal mendorong pelaksanaan layanan “tracking system” di OPD
Penanaman Modal yang merupakan salah satu upaya pemecahan masalah birokrasi
layanan perizinan di bidang penanaman modal. Hal ini dapat memberikan jaminan
kepastian informasi kepada para penanam modal terutama terkait proses pelayanan
perizinan, status pengajuan permohonan, estimasi waktu yang diperlukan dari
pengajuan aplikasi hingga permohonan disetujui.

4.1.2 Bidang Usaha yang Tertutup dan Terbuka dengan Persyaratan


Sejak diterbitkannya UU No 23 Tahun 2014, tentang bidang usaha yang tertutup dan terbuka
dengan persyaratan, maka kewenangan ini seharusnya menjadi domain Pemerintah Pusat, namun
berhubung belum adanya proses komunikasi intensif antara Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung dengan Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan, maka Pemerintah Kabupaten Bangka
Selatan mendukung upaya inventarisasi pengaturan bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan
persyaratan (Daftar Negatif Investasi/DNI) yang diatur dengan cara sebagai berikut:
4.1.2.1 Mendukung upaya pengaturan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal
berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan
keamanan nasional, serta kepentingan nasional lainnya, melalui berbagai pendekatan yang
regulatif.
4.1.2.2 Mendukung upaya pengaturan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan ditetapkan
dengan kriteria kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumberdaya alam, perlindungan
dan pengembangan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi, pengawasan produksi dan
distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, peningkatan partisipasi modal dalam negeri,
serta kerjasama dengan badan usaha yang ditunjuk oleh Pemerintah, melalui berbagai
pendekatan yang regulatif.
4.1.2.3 Mendukung upaya pengaturan bidang-bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan
persyaratan dibidang penanaman modal berlaku secara nasional maupun lokal, bersifat
sederhana dan terbatas untuk bidang usaha yang terkait dengan kepentingan lokal dan
nasional, melalui berbagai pendekatan yang regulatif.
4.1.2.4 Mendukung upaya pengaturan bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan
harus jelas dapat diidentifikasi dan tidak menimbulkan multi tafsir, melalui berbagai
pendekatan yang regulatif.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 58


4.1.2.5 Mendukung upaya pengaturan bidang-bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan
persyaratan mempertimbangkan kebebasan arus barang, jasa, modal, penduduk, dan
informasi di dalam wilayah Indonesia, melalui berbagai pendekatan yang regulatif.
4.1.2.6 Mendukung upaya pengaturan bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan
tidak bertentangan dengan kewajiban atau komitmen Indonesia dalam perjanjian
internasional yang telah diratifikasi, melalui berbagai pendekatan yang regulatif.

Berdasarkan Perpres Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan
Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang
Penanaman Modal, penanam modal dalam melakukan kegiatan usahanya di Indonesia, Khususnya di
Kabupaten Bangka Selatan, baik Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman
Modal Asing (PMA), tetap harus tunduk dan mematuhi ketentuan tentang Bidang Usaha yang Tertutup
dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Ketentuan
tersebut dituangkan dalam suatu daftar dan merupakan instrumen yang digunakan oleh Pemerintah
Kabupaten Bangka Selatan sebagai langkah awal pemberian persetujuan baik oleh Pemerintah Pusat
maupun oleh Pemerintah Provinsi sesuai dengan kewenangannya, atas kegiatan penanaman modal
yang akan dilaksanakan di wilayah Kabupaten Bangka Selatan. Ketentuan tentang Bidang Usaha yang
Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal (Daftar
Negatif Investasi/DNI), sekaligus menjadi dasar bagi para aparatur pemerintah baik di pusat dan
daerah dalam menyelenggarakan pelayanan perizinan dan non-perizinan di bidang penanaman modal.
Mengingat ketentuan ini mengatur kegiatan usaha yang perkembangannya sangat dinamis,
maka dapat dimungkinkan untuk diubah terutama dikaitkan dengan urgensitas negara dalam rangka
melindungi kepentingan nasional. Untuk itu, pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan
Kabupaten Bangka Selatan sesuai kewenangannya, dapat mengusulkan kepada Pemerintah guna
dipertimbangkan untuk diatur dalam ketentuan tersebut terkait usahanya untuk mengembangkan
bidang usaha sektor tertentu yang menjadi unggulan/prioritas daerah.
Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014, Sub Urusan Pengembangan Iklim
Penanaman Modal, melampirkan bahwa penetapan bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha
yang terbuka dengan persyaratan, menjadi kewenangan pemerintah pusat, sementara kewenangan
pemerintah Kabupaten Bangka Selatan tidak tercantum dalam Undang-Undang tersebut, sehingga
untuk implementasinya dibutuhkan kebijakan yang bersifat transisi, namun selama peraturan
pendukung Undang-Undang No 23 Tahun 2014 belum ada, maka kebijakan yang digunakan, masih
menggunakan peraturan yang sebelumnya atau yang selama ini di pakai.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 59


4.1.3 Persaingan Usaha
Mengingat persaingan usaha merupakan faktor penting dari iklim penanaman modal untuk
mendorong kemajuan ekonomi, maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
4.1.3.1 Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan diharapkan menetapkan pengaturan persaingan
usaha yang sehat (level playing field), sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan
berusaha yang sama di masing-masing pelaku usaha. Dengan demikian, dunia usaha dapat
tumbuh dan berkembang secara sehat, serta dapat menghindari pemusatan kekuatan
ekonomi pada perorangan atau kelompok tertentu.
4.1.3.2 Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan diharapkan meningkatkan pengawasan dan
penindakan terhadap kegiatan-kegiatan yang bersifat anti-persaingan, seperti penetapan
syarat perdagangan yang merugikan, pembagian wilayah dagang, dan strategi penetapan
harga barang yang mematikan pesaing.
4.1.3.3 Lembaga pengawas persaingan usaha yang telah dibentuk Pemerintah Kabupaten Bangka
Selatan terus mengikuti perkembangan terakhir praktek-praktek persaingan usaha,
termasuk kompleksitas praktek dan aturan persaingan usaha di negara lain.

Sebagaimana telah dijelaskan pada poin 4.1.2, bahwa ketentuan DNI selain merupakan
saringan awal kegiatan penanaman modal, juga merupakan salah satu instrumen peraturan
perundang-undangan yang digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan dalam rangka
pengaturan persaingan usaha yang sehat di aspek hulu. Untuk itu, mengingat pelaksanaan kegiatan
usaha penanaman modal berada di daerah setempat, maka Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan
dapat segera melakukan langkah-langkah pemantauan kegiatan penanaman modal, pembinaan serta
pengawasan dalam rangka memastikan pelaksanaan kegiatan penanaman modal sesuai perizinan
yang telah diberikan. Dengan demikian, penguatan kelembagaan dan kapasitas sumberdaya pada
OPD Penanaman Modal terkait aspek pemantauan, pengawasan, dan pembinaan penanaman modal
sangat diperlukan.
OPD Penanaman Modal diharapkan juga mampu meningkatkan perannya sebagai pemberi
bantuan teknis (technical assistance) untuk memfasilitasi dan membimbing para penanam modal yang
akan melaksanakan kegiatan penanaman modal di lokasi hingga dapat direalisasikan.

4.1.4 Hubungan Industrial


Hubungan industrial yang sehat dalam penanaman modal dimaksudkan untuk mendukung
pengembangan sumberdaya manusia di Kabupaten Bangka Selatan, oleh sebab itu diperlukan:

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 60


4.1.4.1 Penetapan kebijakan yang mendorong perusahaan untuk memberikan program pelatihan
dan peningkatan ketrampilan dan keahlian bagi para pekerja.
4.1.4.2 Aturan hukum yang mendorong terlaksananya perundingan kolektif yang harmonis antara
buruh/pekerja dan pengusaha, yang dilandasi prinsip itikad baik (code of good faith).

Salah satu esensi adanya kegiatan penanaman modal adalah dalam rangka penyerapan
tenaga kerja. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan melakukan upaya-upaya dalam rangka
menjamin kepastian hukum pelaksanaan kegiatan penanaman modal di Kabupaten Bangka Selatan
sesuai perizinan yang telah diberikan tanpa mencederai pemenuhan hak buruh/pekerja, baik terkait
upah/gaji, jaminan kesejahteraan, jaminan kesehatan, pelatihan yang dapat menunjang pelaksanaan
pekerjaan, dan lain-lain.
Selain itu, Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan sebagai kepanjangan tangan Pemerintah
Pusat dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, melakukan berbagai upaya teknis yang sifatnya
preventif guna menjaga dan menjamin terselenggaranya hubungan yang harmonis antara Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, pengusaha, buruh/pekerja, dan serikat buruh/pekerja, dengan tetap
mengedepankan musyawarah mufakat sebagai karakteristik, asas dan harkat martabat budaya
ketimuran yang tetap harus dijunjung tinggi.

4.1.5 Sistem Perpajakan


Arah kebijakan sistem perpajakan ke depan adalah pembuatan sistem administrasi perpajakan
yang sederhana, efektif, dan efisien. Untuk itu diperlukan identifikasi yang tepat mengenai jenis dan
tata cara pemungutan pajak dan bea masuk yang akan diberikan sebagai insentif bagi penanaman
modal. Pilihan atas insentif perpajakan bagi kegiatan penanaman modal perlu memperhatikan aspek
strategis sektoral, daerah, jangka waktu, dan juga prioritas pengembangan bidang usaha.
4.1.5.1 Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan melakukan upaya simplifikasi sistem administrasi
perpajakan daerah terutama yang terkait dengan pelaksanaan perizinan dan nonperizinan
penanaman modal maupun yang menunjang kegiatan penanaman modal di daerah.
4.1.5.2 Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan, sesuai kewenangannya, menetapkan kebijakan
insentif dan kemudahan bagi penanam modal yang melakukan kegiatan penanaman modal
di daerah terutama di sektor-sektor tertentu yang sedang atau akan dikembangkan sebagai
sektor unggulan/prioritas daerah. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pedoman Pemberian
Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Kabupaten Bangka Selatan serta
dalam pelaksanaannya, tetap memperhatikan ketentuan-ketentuan teknis mengenai

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 61


pedoman pelaksanaan pemberian insentif dan pemberian kemudahan penanaman modal di
daerah.
Diagram 4.1
Arah Kebijakan Perbaikan Iklim Penanaman Modal

Penguatan Lembaga dan


Kelembagaan PTSP

 Kelembagaan bidang usaha


tertutup, terbuka, dan
bersyarat Perbaikan Iklim
Pembentukan PTSP
Penanaman Modal
 Kelembagaan persaingan
usaha yang adil dan sehat
 Kelembagaan sistem
perpajakan dan kepabeanan
 Kelembagaan peran
fasilitator dan katalisator
Sumber: Hasil Analisis

Berdasarkan diagram 4.1 dapat dijelaskan bahwa untuk memperbaiki atau meningkatkan iklim
penanaman modal yang berdaya saing, Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan diamanatkan untuk
membentuk lembaga OPD Penanaman Modal yang memiliki berbagai kewenangan sebagai upaya
untuk mengefisiensikan proses pelayanan terhadap penanaman modal, dan hal tersebut belum
sepenuhnya dilaksanakan meskipun PTSP sudah terbentuk. Tidak hanya itu, lembaga OPD
Penanaman Modal diamanatkan untuk merumuskan beberapa hal terkait arah kebijakan perbaikan
iklim penanaman modal, yaitu;
1. Mendukung pengaturan bidang usaha yang tertutup, terbuka, dan bersyarat melalui berbagai
pendekatan yang regulatif,
2. Merumuskan kelembagaan persaingan usaha yang adil dan sehat,
3. Merumuskan (detail/rinci) kelembagaan pemberian fasilitas, insentif, kemudahan, bagi
penanam modal termasuk fasilitas,
4. Merumuskan penentuan lembaga yang berperan sebagai fasilitator, katalisator, problem
solving, yang membantu penanam modal.

4.2 Persebaran Penanaman Modal

Selain pengembangan penanaman modal yang fokus menurut bidang atau sektor unggulan/
prioritas daerah, Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan perlu merumuskan strategi dan kebijakan
dalam upaya mendorong pemerataan pembangunan ekonomi di Kecamatan (aspek spasial), melalui

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 62


penyebaran kegiatan usaha penanaman modal berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
daerah masing-masing. Arah kebijakan untuk mendorong persebaran penanaman modal adalah:
4.2.1 Pengembangan sentra-sentra ekonomi baru melalui pengembangan sektor-sektor strategis
sesuai daya dukung lingkungan dan potensi unggulan daerah yang dimiliki. Pemerintah
Kabupaten Bangka Selatan terus melakukan upaya dan merealisasikan pengembangan
pusat-pusat ekonomi baru sesuai karakteristik kecamatan (spasial) masing-masing.
Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan melakukan upaya mengembangkan pusat-pusat
ekonomi baru di daerah yang kurang berkembang sesuai potensi unggulan daerah tersebut.
Hal ini didukung pula dengan upaya meningkatkan kapasitas infrastruktur dan penyediaan
kebutuhan energi guna menunjang proses produksi untuk menghasilkan output ekonomi.
4.2.2 Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal yang mendorong
pertumbuhan penanaman modal di daerah.
 salah satu strategi Pemerintah untuk menarik minat penanam modal agar mau
menanamkan modalnya di kawasan tertentu dengan menggunakan instrumen
kebijakan pemberian fasilitas dan insentif, Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan,
terutama yang berada di luar kawasan maju, sesuai kewenangannya dapat
mengusulkan sektorsektor unggulan/prioritas daerah agar dapat dipertimbangkan untuk
mendapatkan fasilitas fiskal penanaman modal.
 Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan sesuai kewenangannya, dalam rangka
mengembangkan potensi sektor unggulan/prioritas daerah di Kecamatan/Kelurahan
yang kurang berkembang, juga dapat memberikan insentif dan/atau kemudahan
penanaman modal di daerah. Pemberian insentif dan/atau kemudahan penanaman
modal di daerah berpedoman pada PP. Nomor 45 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah dalam
pelaksanaannya serta ketentuan teknis pelaksanaannya.
4.2.3 Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan strategis, antara lain dengan pola pendekatan
Kawasan Strategis Kabupaten Bangka Selatan.
 Dalam rangka mendukung terwujudnya pusat-pusat pertumbuhan strategis, Pemerintah
Kabupaten Bangka Selatan dapat menetapkan Kawasan Strategis.
 Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan mendorong masuknya kegiatan penanaman
modal di kawasan ekonomi khusus dan kawasan strategis dengan mempertimbangkan
memberikan berbagai fasilitas fiskal dan nonfiskal, kemudahan, dan insentif khusus
yang menjadi kewenangannya, seiring dengan upayanya untuk terus meningkatkan
kapasitas infrastruktur dan penyediaan sumber energi.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 63


4.2.4 Pengembangan sumber energi bersumber dari energi baru dan terbarukan di Kabupaten
Bangka Selatan dapat mendorong pemerataan penanaman modal di wilayah khususnya
kawasan yang tidak marketable bagi penanaman modal. Hal ini dapat dilakukan dengan
dukungan baik dari aspek pembiayaan, penanggungan jaminan resiko, fasilitas dan insentif,
dan lain-lain. Sampai saat ini, Kabupaten Bangka Selatan belum memiliki dasar/referensi
keberadaan potensi energi baru dan terbarukan yang ada di wilayahnya.
4.2.5 Percepatan pembangunan infrastruktur di daerah baik dengan mengembangkan skema
Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) dan maupun dengan skema Non-KPS yang
diintegrasikan dengan rencana penanaman modal nasional untuk sektor tertentu yang
strategis.
 Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan harus terus berinovasi untuk inventarisasi
berbagai proyek infrastruktur yang akan ditawarkan dengan menggunakan skema KPS
dan Non KPS yang terkait langsung dalam proses produksi dan penciptaan dampak
berganda (multiplier effect) kegiatan ekonomi di daerah.
 Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan memetakan rencana pembangunan
infrastruktur yang strategis sebagai prioritas daerah untuk segera dibangun terutama
guna mendukung pelaksanaan kegiatan penanaman modal.
 Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan dengan melibatkan seluruh pemangku
kepentingan di daerah melakukan upaya penyiapan dokumen perencanaan penanaman
modal daerah sektor unggulan/prioritas daerah yang diintegrasikan dengan komitmen
dukungan infrastruktur, jaminan pasokan energi, dukungan dan jaminan Pemerintah
lainnya terkait penanggungan resiko, fasilitas pembiayaan, dan lain-lain. Dokumen
perencanaan penanaman modal daerah tersebut menjadi acuan penyusunan dokumen
promosi bidang-bidang usaha yang siap untuk ditawarkan daerah kepada para
penanam modal potensial.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 64


Sumber: Hasil Analisis
Gambar 4.1
Persebaran Penanaman Modal

Berdasarkan Gambar 4.1, dapat dijelaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan
diamantakan untuk mendorong terjadinya sebaran penanaman modal yang proporsional. Untuk itu,
Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan akan memetakan kawasan yang potensial untuk investasi dan
kawasan yang kurang potensial untuk investasi melalui instrumen legal yang ada seperti dokumen
RTRW, RDTR, RTBL, (Pola dan Struktur Ruang), Penilaian daya saing daerah (ketersediaan sarana
dan prasarana pendukung sistem perkotaan), dan kondisi sosial ekonomi masyarakatnya. Data dan
informasi ini, dibutuhkan untuk membantu proses perumusan fasilitas, insentif, dan kemudahan bagi
penanam modal yang bersedia menanamkan modalnya di kawasan yang kurang potensi investasi.

4.3 Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur, dan Energi

a) Pangan
Sasaran penanaman modal bidang pangan pada masing-masing komoditi dilakukan untuk
mewujudkan: (i) swasembada beras berkelanjutan; (ii) mengurangi ketergantungan pangan impor (iii)
mengembangkan industri turunan kelapa sawit/karet/lada dan komoditi pangan unggulan Indonesia
melalui klaster industri dan peningkatan produktifitasnya; dan (iv) mengubah produk primer menjadi
produk olahan untuk ekspor. Arah kebijakan pengembangan penanaman modal bidang pangan adalah
sebagai berikut:

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 65


4.3.a.1 Pengembangan tanaman pangan berskala tertentu (food estate) diarahkan pada daerah-
daerah tertentu yang lahannya masih layak, dengan tetap memperhatikan perlindungan
bagi petani kecil.
4.3.a.2 Pemberian fasilitas, kemudahan dan/atau insentif penanaman modal yang promotif untuk
ekstensifikasi dan intensifikasi lahan usaha, peningkatan ketersediaan sarana dan
prasarana budidaya dan pasca panen yang layak, dan ketersediaan infrastruktur.
4.3.a.3 Pemberian pembiayaan, pemberian kejelasan status lahan, dan mendorong pengembangan
klaster industri agribisnis di daerah-daerah yang memiliki potensi bahan baku produk
pangan.
4.3.a.4 Peningkatan kegiatan penelitian, promosi, dan membangun citra positif produk pangan.
4.3.a.5 Pengembangan sektor strategis pendukung ketahanan pangan nasional, antara lain
perdagangan industri pupuk dan benih.
4.3.a.6 Pengembangan kerjasama daerah dalam menyediakan bahan pangan.

Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan akan menetapkan sektor unggulan/prioritas daerah


sesuai potensi dan karakteristik daerah, dalam rencana pengembangan sektor unggulan/prioritas
daerah tersebut, Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan tetap memperhatikan ketahanan pangan
daerahnya, dengan mempertahankan lahan-lahan produktif yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) berikut dukungan dokumen perencanaan lainnya.

b) Infrastruktur
Ketersediaan infrastruktur merupakan salah satu faktor kunci dalam rangka menstimulasi
pertumbuhan ekonomi, baik dalam jangka pendek melalui penciptaan lapangan pekerjaan sektor
konstruksi, serta jangka menengah dan jangka panjang dalam mendukung peningkatan efisiensi dan
produktifitas kegiatan usaha penanaman modal. Pengembangan infrastruktur dilakukan dengan
menjaga kesinambungan penanaman modal pada sektor tersebut serta memprioritaskan
pembangunannya dalam rencana penanaman modal daerah baik yang dilakukan oleh pemerintah,
kerjasama pemerintah-swasta, maupun oleh swasta murni.
Arah pengembangan penanaman modal di bidang infrastruktur adalah sebagai berikut:
4.3.b.1 Optimalisasi kapasitas dan kualitas infrastruktur yang saat ini sudah tersedia.
4.3.b.2 Pengembangan infrastruktur baru dan perluasan layanan infrastruktur sesuai strategi
peningkatan potensi ekonomi di masing-masing wilayah.
4.3.b.3 Pengintegrasian pembangunan infrastruktur nasional dan provinsi sesuai dengan peran
masing-masing wilayah dan jangkauan pelayanannya.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 66


4.3.b.4 Percepatan pembangunan infrastruktur terutama pada wilayah sedang berkembang dan
belum berkembang.
4.3.b.5 Percepatan pemenuhan kebutuhan infrastruktur melalui mekanisme skema Kerjasama
Pemerintah-Swasta (KPS) atau non-KPS.
4.3.b.6 Pengembangan sektor strategis pendukung pembangunan infrastruktur, antara lain
perdagangan barang-barang pendukung pengembangan konstruksi.

Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan akan menetapkan sektor unggulan/prioritas daerah


sesuai potensi dan karakteristik daerahnya. Dalam rencana pengembangan sektor unggulan/prioritas
daerah tersebut, Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan memperhatikan rencana penyediaan
infrastruktur pendukung sektor unggulan/prioritas daerah tersebut.

Sumber: Hasil Analisis


Gambar 4.2
Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur, Dan Energi

Berdasarkan Gambar 4.2, dapat dijelaskan bahwa kebutuhan akan komoditas pangan dan
energi merupakan komoditas yang primer, sifatnya penting, yang memiliki keterbatasan produksi serta
pasokan, sehingga gangguan akan ketersediaannya akan berdampak besar terhadap dinamika sosial
ekonomi dan politik skala lokal, regional, dan nasional. Untuk itu penanaman modal pada ke dua
komoditas ini, sangatlah diharapkan, sebab memiliki manfaat (benefit) yang besar bagi kelangsungan
hidup masyarakat, lokal, regional, maupun nasional. Sehingga penanam modal komoditas ini
mendapat perhatian istimewa melalui paket fasilitas, kemudahan, dan atau insentif.
Hal yang serupa juga terjadi pada investasi dibidang infrastruktur, dimana investasi di bidang
ini umumnya tidak didasarkan pada pendekatan ekonomi jangka pendek dan menengah. Sebab bidang

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 67


infrastruktur bukanlah komoditas ekonomi seutuhnya. Namun dengan pertimbangan manfaatnya yang
mampu meningkatkan mobilitas aktivitas ekonomi lainnya, membuat bidang infrastruktur menjadi
sangat penting bagi daya saing sebuah wilayah. Oleh karena itu, mengingat manfaatnya yang besar,
maka aktivitas investasi dibidang infrastruktur juga mendapat perhatian istimewa melalui paket fasilitas,
kemudahan, dan atau insentif.

4.4 Penanaman Modal Yang Berwawasan Lingkungan (Green Investment)

Kebijakan Energi Nasional sebagaimana diatur dalam Perpres No. 5 Tahun 2006, telah
mengamanatkan peningkatan penggunaan energi baru dan terbarukan menjadi lebih dari 80 persen
pada tahun 2025. Energi baru adalah energi yang dihasilkan oleh teknologi baru baik yang berasal dari
energi terbarukan maupun energi tak terbarukan, antara lain: hidrogen, coal bed methane, batubara
yang dicairkan (liquefied coal), batu bara yang digaskan (gasified coal), dan nuklir, sedangkan energi
terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumberdaya energi yang secara alamiah tidak
akan habis dan dapat berkelanjutan jika dikelola dengan baik, antara lain: panas bumi, bahan bakar
nabati (biofuel), aliran air sungai, panas surya, angin, biomassa, biogas, ombak laut, dan suhu
kedalaman laut.
Arah kebijakan penanaman modal yang berwawasan lingkungan (green investment) adalah:
4.4.1 Perlunya bersinergi dengan kebijakan dan program pembangunan lingkungan hidup,
khususnya program pengurangan emisi gas rumah kaca pada sektor kehutanan,
transportasi, industri, energi dan limbah, serta program pencegahan kerusakan
keanekaragaman hayati.
4.4.2 Pengembangan sektor-sektor prioritas dan teknologi yang ramah lingkungan, serta
pemanfaatan potensi sumber energi baru dan terbarukan.
4.4.3 Pengembangan ekonomi hijau (green economy).
4.4.4 Pemberian fasilitas, kemudahan dan/atau insentif penanaman modal diberikan kepada
penanaman modal yang mendorong upaya-upaya pelestarian lingkungan hidup termasuk
pencegahan pencemaran, pengurangan pencemaran lingkungan, serta mendorong
perdagangan karbon (carbon trade).
4.4.5 Peningkatan penggunaan teknologi dan proses produksi yang ramah lingkungan secara
lebih terintegrasi, dari aspek hulu hingga aspek hilir.
4.4.6 Pengembangan wilayah yang memperhatikan tata ruang dan kemampuan atau daya
dukung lingkungan.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 68


Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan akan menginisiasi kerjasama dengan pelaku usaha,
mendorong upaya untuk lebih membuka kesempatan munculnya kegiatan penanaman modal di sektor
pioneer yang memperkenalkan mesin dengan teknologi baru, ramah energi dan lingkungan,
mengedepankan inovasi dan penelitian dan pengembangan dalam rangka upaya penemuan teknologi
baru yang ramah lingkungan, bahan baku, dan efisiensi penggunaan energi.

Sumber: Hasil Analisis


Gambar 4.3
Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan (Green Investment)

Berdasarkan Gambar 4.3, dijelaskan bahwa, arah kebijakan penanaman modal yang
berwawasan lingkungan didasarkan pada pendekatan pembangunan yang berkelanjutan, yang artinya
pembangunan harus mempertimbangkan keadilan dan keseimbangan daya dukung dan daya tampung
lingkungan dari aspek lintas waktu dan lintas generasi. Selama ini keberhasilan pembangunan sering
dinilai dari aspek sosial, ekonomi, dan infrastruktur saja, sedangkan aspek lingkungan masih belum
menjadi tolak ukur utama kinerja pemerintahan. Sementara itu, disaat yang bersamaan, isu strategis
terhadap lingkungan, justru menjadi salah satu komponen bargaining di pasar global. Artinya, secara
tidak langsung harus ada yang menanggung biaya ekonomi atas terganggunya daya dukung dan daya
tampung lingkungan akibat aktivitas investasi, tanpa ada kejelasan siapa yang menanggung biaya
pemulihannya. Untuk itu, RUMP Kabupaten Bangka Selatan ini mengarahkan agar dokumen KLHS
dan SLHD dapat dijadikan rujukan untuk memitigasi investasi dalam bentuk KRP (Kebijakan Rencana
dan Program).
Mengingat pentingnya menjaga daya dukung dan daya tampung lingkungan, maka investasi
dibidang apapun, yang mampu mengeliminasi potensi terganggunya daya dukung dan daya tampung
lingkungan atau justru investasi yang bertujuan untuk memperbaiki daya dukung dan daya tampung
lingkungan, patut mendapat perhatian istimewa melalui paket fasilitas, kemudahan, dan atau insentif.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 69


4.5 Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah Dan Koperasi (UMKMK)

Sebagaimana tercantum dalam sasaran pembangunan ekonomi bahwa kegiatan penanaman


modal disamping sebagai instrumen untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi, juga digunakan
sebagai pendorong upaya Pemerintah dalam rangka meningkatkan daya saing industri perekonomian
nasional, regional, lokal, yaitu antara lain melalui pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan
Koperasi (UMKMK). Arah kebijakan pemberdayaan UMKMK dilakukan berdasarkan 2 (dua) strategi
besar, yakni:
4.5.1 Strategi Naik Kelas, yaitu strategi untuk mendorong usaha yang berada pada skala tertentu
untuk menjadi usaha dengan skala yang lebih besar, usaha mikro berkembang menjadi
usaha kecil, kemudian menjadi usaha menengah, dan pada akhirnya menjadi usaha
berskala besar.
4.5.2 Strategi Aliansi Strategis, yaitu strategi kemitraan berupa hubungan (kerjasama) antara dua
pihak atau lebih pelaku usaha, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling
menguntungkan (memberikan manfaat) sehingga dapat memperkuat keterkaitan diantara
pelaku usaha dalam berbagai skala usaha. Aliansi dibangun agar wirausahawan yang
memiliki skala usaha lebih kecil mampu menembus pasar dan jaringan kerjasama produksi
pada skala yang lebih besar. Aliansi tersebut dibangun berdasarkan pertimbangan bisnis
dan kerjasama yang saling menguntungkan. Pola aliansi semacam inilah yang akan
menciptakan keterkaitan usaha (lingkage) antara usaha mikro, kecil, menengah, koperasi,
dan usaha besar. Dengan demikian Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan berencana
untuk menginisiasi mendorong upaya-upaya:
 Memutakhirkan data seluruh UMKMK di Kabupaten Bangka Selatan, memverifikasi,
serta menetapkan UMKMK yang potensial untuk ditawarkan kerjasama dengan usaha
besar dalam hal ini baik Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun
Penanaman Modal Asing (PMA).
 Melakukan upaya peningkatan kapasitas sumber daya UMKMK, baik terkait dengan
aspek teknis, inovasi, dan manajemen.
 Memfasilitasi UMKMK dalam pengenalan dan pemasaran produk-produk, antara lain
dengan mengikutsertakan dalam berbagai pameran promosi, pameran perdagangan
(trade expo), temu usaha (matchmaking) dengan penanam modal (investor) potensial,
dan lain-lain.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 70


 Merumuskan berbagai kebijakan untuk menjembatani UMKMK terkait akses
pembiayaan perbankan, antara lain: menggunakan instrumen subsidi bunga perbankan,
bantuan modal bunga murah, dan lain-lain.
 Memanfaatkan instrumen Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan-
perusahaan yang berada di daerah masing-masing untuk lebih diarahkan pada
peningkatan kapasitas dan produktifitas UMKMK yang bergerak di sektor-sektor yang
diprioritaskan daerah.

Sumber: Hasil Analisis


Gambar 4.4
Pemberdayaan UMKM dan Koperasi

Berdasarkan Gambar 4.4, dapat dijelaskan bahwa investasi yang diharapkan adalah investasi
yang mampu meningkatkan aksessibilitas sekaligus melibatkan UMKMK kedalam aktivitas investasi itu
sendiri, baik dari sisi hulu, proses, maupun dari sisi hilir produksi. Dengan pertimbangan manfaat dari
multiplier effect yang ditimbulkannya terhadap keterlibatan UMKMK tersebut, maka investasi semacam
ini mendapat perhatian dan perlakuan istimewa melalui dukungan paket fasilitas, kemudahan, dan atau
insentif.

4.6 Pemberian Fasilitas, Kemudahan, dan/atau Insentif Penanaman Modal

Fasilitas, kemudahan dan/atau insentif penanaman modal merupakan suatu keuntungan


ekonomi yang diberikan kepada sebuah perusahaan atau kelompok perusahaan sejenis untuk
mendorong agar perusahaan tersebut berperilaku/melakukan kegiatan yang sesuai dengan kebijakan
yang ditetapkan Pemerintah.

4.6.1 Pola Umum Pemberian Fasilitas, Kemudahan dan/atau Insentif


Untuk membangun konsistensi dalam kebijakan pemberian fasilitas, kemudahan dan/atau
insentif penanaman modal, diperlukan pola umum pemberian fasilitas, kemudahan dan/atau insentif
penanaman modal. Pola umum pemberian fasilitas, kemudahan dan/atau insentif penanaman modal

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 71


dapat dilihat pada Diagram 4.5. Pemberian fasilitas, kemudahan dan/atau insentif penanaman modal
didasarkan pada pertimbangan eksternal dan internal. Pertimbangan eksternal meliputi: strategi
persaingan (lokal, regional, nasional, internasional); intensitas persaingan merebut penanaman modal
dari luar (Foreign Direct Investment) dan dalam negeri; praktek terbaik secara internasional
(international best practices); serta komitmen internasional.
Sedangkan pertimbangan internal yang perlu diperhatikan diantaranya: strategi/kebijakan
pembangunan ekonomi dan sektoral; kepentingan pengembangan wilayah; tujuan pemberian fasilitas,
kemudahan dan/atau insentif penanaman modal; pengaruh/keterkaitan sektor yang bersangkutan
dengan sektor lain, besarannya secara ekonomi, penyerapan tenaga kerja; sinkronisasi dengan
kebijakan terkait; serta tujuan pembangunan yang berkelanjutan. Adapun prinsip-prinsip dasar
penetapan kebijakan pemberian fasilitas, kemudahan dan/atau insentif penanaman modal adalah
efisiensi administrasi, efektif, sederhana, transparan, keadilan, perhitungan dampak ekonomi (analisis
keuntungan dan kerugian), serta adanya jangka waktu.
Penetapan pemberian fasilitas, kemudahan dan/atau insentif penanaman modal diberikan
berdasarkan kriteria pertimbangan bidang usaha antara lain: kegiatan penanaman modal yang
melakukan industri pionir; kegiatan penanaman modal yang termasuk skala prioritas tinggi; kegiatan
penanaman modal yang menyerap banyak tenaga kerja; kegiatan penanaman modal yang melakukan
pembangunan infrastruktur; kegiatan penanaman modal yang melakukan alih teknologi; kegiatan
penanaman modal yang berada di daerah tertentu (terpencil, tertinggal, daerah perbatasan, atau
daerah lain yang dianggap perlu; kegiatan penanaman modal yang menjaga kelestarian lingkungan
hidup; kegiatan penanaman modal yang melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan
inovasi; kegiatan penanaman modal yang bermitra dengan UMKMK; serta kegiatan penanaman
modal yang menggunakan barang modal dalam negeri.
Selain itu, dalam penetapan pemberian fasilitas, kemudahan dan/atau insentif penanaman
modal juga mempertimbangkan kriteria klasifikasi wilayah, antara lain: kegiatan penanaman modal
yang berlokasi di wilayah maju, wilayah berkembang, dan wilayah tertinggal. Pertimbangan ini
diperlukan untuk lebih mendorong para penanam modal melakukan kegiatan usahanya di wilayah
sedang berkembang dan wilayah tertinggal sehingga tercipta persebaran dan pemerataan penanaman
modal di seluruh Kabupaten Bangka Selatan. Pemberian fasilitas, kemudahan dan/atau insentif
penanaman modal kepada penanam modal di wilayah tertinggal dan wilayah berkembang harus lebih
besar dibanding wilayah maju. Untuk pengklasifikasian wilayah dapat didasarkan pada beberapa
krietria diantaranya pembuatan kelompok (kategori) berdasarkan indeks komposit yang dihitung
menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita yang dikombinasikan dengan
ketersediaan infrastruktur ataupun jumlah penduduk miskin.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 72


Gambar 4.5
Pola Umum Pemberian Fasilitas, Kemudahan dan/atau Insentif Penanaman Modal

Sumber: Hasil Analisis

Berdasarkan pertimbangan eksternal dan internal, prinsip dasar pemberian fasilitas,


kemudahan dan/atau insentif penanaman modal, kriteria kegiatan penanaman modal, serta kriteria
klasifikasi wilayah maka ditetapkan pemberian fasilitas, kemudahan dan/atau insentif. Pemberian
fasilitas, kemudahan dan/atau insentif penanaman modal ditetapkan berdasarkan pertimbangan
pengembangan sektoral, wilayah, atau kombinasi antara pengembangan sektoral dan wilayah. Adapun
yang dimaksud dengan kegiatan penanaman modal yang melakukan industri pionir adalah penanaman
modal yang memiliki kriteria sebagai berikut:
 Memiliki keterkaitan luas,
 Memberikan nilai tambah dan eksternalitas positif yang tinggi,
 Memperkenalkan teknologi baru, serta
 Memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional.

Sedangkan penanaman modal yang termasuk skala prioritas tinggi adalah penanaman modal
yang memiliki kriteria sebagai berikut:
 Mampu mendorong diversifikasi kegiatan ekonomi,
 Memperkuat struktur industri lokal, reginonal dan nasional
 Memiliki prospek tinggi untuk bersaing di pasar internasional, dan

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 73


 Memiliki keterkaitan dengan pengembangan penanaman modal strategis di bidang pangan,
infrastruktur dan energi.

Kegiatan penanaman modal yang termasuk skala prioritas tinggi ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat, Provinsi dan Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan dalam rangka kepentingan nasional,
regional, lokal dan perkembangan ekonomi.
a) Bentuk/Jenis Fasilitas, Kemudahan dan/atau Insentif Penanaman Modal oleh Pemerintah dan
Pemerintah Kota. Fasilitas fiskal penanaman modal yang diberikan oleh Pemerintah dapat
berupa:
 Pajak penghasilan melalui pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan dalam
jumlah dan waktu tertentu,
 Pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan neto sampai tingkat tertentu terhadap
jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu,
 Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin, atau peralatan
untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi dalam negeri,
 Pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong untuk
keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan tertentu,
 Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor barang modal atau
mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam
negeri selama jangka waktu tertentu,
 Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat.

Kemudahan penanaman modal adalah penyediaan fasilitas dari Pemerintah dan


Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan kepada penanam modal untuk mempermudah setiap
kegiatan penanaman modal dalam rangka mendorong peningkatan penanaman modal.
Pemerintah dan Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan dapat memberikan kemudahan
berupa:
 Berbagai kemudahan pelayanan melalui PTSP di bidang penanaman modal,
 Pengadaan infrastruktur melalui dukungan dan jaminan Pemerintah,
 Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan kepada perusahaan penanaman modal untuk
memperoleh hak atas tanah, fasilitas pelayanan keimigrasian, dan fasilitas perizinan impor,
 Penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal,
 Penyediaan sarana dan prasarana,
 Penyediaan lahan atau lokasi, dan

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 74


 Pemberian bantuan teknis.

Insentif penanaman modal adalah dukungan dari Pemerintah Kabupaten Bangka


Selatan kepada penanam modal dalam rangka mendorong peningkatan penanaman modal,
yang antara lain dapat berupa:
 Keringanan pajak bumi dan bangunan, khususnya untuk bidang usaha tertentu, pada
wilayah atau daerah atau kawasan tertentu,
 Pengurangan, keringanan, atau pembebasan pajak daerah lainnya,
 Pengurangan, keringanan, atau pembebasan retribusi daerah,
 Pemberian dana stimulan, dan/atau
 Pemberian bantuan modal.

b) Kriteria Penanaman Modal yang diberikan fasilitas, kemudahan dan/atau insentif Penanaman
Modal. Sesuai dengan UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pemerintah
memberikan fasilitas dan kemudahan pelayanan dan/atau perizinan kepada penanam modal
yang melakukan penanaman modal. Fasilitas penanaman modal sebagaimana dimaksud
diberikan kepada penanaman modal yang memiliki kriteria sebagai berikut:
 Melakukan perluasan usaha, atau
 Melakukan penanaman modal baru.

Lebih lanjut, penanaman modal yang mendapat fasilitas penanaman modal adalah
yang sekurang-kurangnya memenuhi salah satu kriteria berikut:
 Melakukan industri pionir,
 Termasuk skala prioritas tinggi,
 Menyerap banyak tenaga kerja,
 Termasuk pembangunan infrastruktur,
 Melakukan alih teknologi,
 Berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau daerah lain yang
dianggap perlu,
 Menjaga kelestarian lingkungan hidup,
 Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi,
 Bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah, atau koperasi, atau
 Industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang diproduksi di
dalam negeri.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 75


Untuk kegiatan penanaman modal yang melakukan industri pionir menduduki
peringkat pemberian insentif tertinggi karena sifat pengembangannya memiliki keterkaitan yang
luas, strategis untuk perekonomian lokal, regional, nasional, dan menggunakan teknologi baru.
Sesuai ketentuan Pasal 18 ayat (5) UU No. 25 Tahun 2007, pembebasan atau pengurangan
pajak penghasilan badan dalam jumlah dan waktu tertentu dapat diberikan kepada penanaman
modal baru yang merupakan industri pionir.
Dalam rangka mendorong penanaman modal di sektor unggulan/prioritas daerah,
Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan dapat menginisiasi untuk mengusulkan kepada
Kementerian teknis/Lembaga Pemerintah Non-kementerian (LPNK) yang membidangi sektor
tersebut atau Kementerian yang memiliki kewenangan dalam pemberian fasilitas fiskal
tersebut.

c) Mekanisme Pemberian Fasilitas, Kemudahan dan/atau Insentif Penanaman Modal Pemberian


fasilitas, kemudahan dan/atau insentif penanaman modal diberikan oleh Menteri/Kepala
Lembaga Pemerintah Nonkementerian, Gubernur, dan Bupati sesuai kewenangannya
terhadap bidang-bidang usaha, termasuk di dalamnya bidang-bidang usaha di
daerah/kawasan/wilayah tertentu. Oleh karena bidang-bidang usaha tersebut sifatnya dinamis,
maka untuk mengikuti perkembangan yang ada perlu dilakukan evaluasi secara berkala
terhadap pemberian fasilitas, kemudahan dan/atau insentif penanaman modal. Evaluasi ini
dilakukan oleh OPD Penanaman Modal dengan melibatkan OPD teknis terkait. Hasil evaluasi
yang dihasilkan dapat berupa rekomendasi/usulan penambahan dan/atau pengurangan
bidang-bidang usaha yang dapat memperoleh fasilitas, kemudahan dan/atau insentif. Kepala
OPD Penanaman Modal menyampaikan hasil evaluasi tersebut kepada Bupati Bangka
Selatan, dan hasil pembahasan selanjutnya ditindaklanjuti oleh Bupati sebagai bahan
pengambilan kebijakan regulatif selanjutnya.
Gambar 4.6
Pemberian Fasilitas, Kemudahan, dan/atau Insentif Penanaman Modal

Sumber: Hasil Analisis

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 76


Berdasarkan Gambar 4.6 dapat dijelaskan bahwa, arah kebijakan pemberian fasilitas,
kemudahan dan atau Insentif penanaman modal, merupakan upaya menciptakan iklim investasi yang
menarik dan berdaya saing. Agar pemberian fasilitas, kemudahan dan atau insentif efektif, maka
disusunlah berbagai macam kriteria penanam modal yang berhak memperoleh dukungan fasilitas
(selain yang telah ditetapkan diatas), kemudahan dan atau insentif. Dimana kriteria pemberian fasilitas,
kemudahan, dan atau insentif (tambahan) terbagi menjadi beberapa kriteria seperti;
1. Kriteria wilayah (maju, berkembang, tertinggal)
2. Kriteria aktivitas/sektor/komoditas (pangan, energi, infrastruktur, penelitian, pengembangan
inovasi)
3. Kriteria potensi dampak/manfaat (lingkungan, penyerapan tenaga kerja, kemiteraan dengan
UMKMK, alih teknologi)

4.7 Promosi Penanaman Modal

Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan akan menginisiasi melakukan langkah-langkah


strategis dalam rangka meningkatkan koordinasi terkait penguatan citra (image building) daerah
sebagai daerah tujuan penanaman modal yang kondusif dan khususnya untuk melakukan kegiatan
penanaman modal di sektor unggulan/prioritas daerah. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara,
antara lain: market sounding, promosi penanaman modal melalui media cetak dan elektronik, talk-show
penanaman modal, promosi sektor-sektor potensial dan siap ditawarkan, dan lain-lain. Arah kebijakan
promosi penanaman modal adalah:
4.7.1 Penguatan citra (image building) sebagai negara tujuan penanaman modal yangmenarik
dengan mengimplementasikan kebijakan propenanaman modal dan menyusun rencana
tindak penguatan citra (image building) penanaman modal.
4.7.2 Pengembangan strategi promosi yang lebih fokus (targeted promotion), terarah dan inovatif.
4.7.3 Pelaksanaan kegiatan promosi dalam rangka pencapaian target penanaman modal yang
telah ditetapkan.
4.7.4 Peningkatan peran koordinasi promosi penanaman modal dengan pihak daerah provinsi
dan seluruh kementerian/lembaga terkait di pusat.
4.7.5 Penguatan peran fasilitasi hasil kegiatan promosi secara proaktif untuk mentransformasi
minat penanaman modal menjadi realisasi penanaman modal.

OPD Penanaman Modal lebih proaktif dalam menginisiasi pelaksanaan fasilitasi penanam
modal, terutama yang melakukan penanaman modal di sektor unggulan/prioritas dan strategis daerah

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 77


dalam upaya pemecahan kendala dan pemecahan permasalahan teknis yang dihadapi di lapangan
dengan berkoodinasi dengan kementerian/lembaga teknis terkait.

Gambar 4.7
Promosi Penanaman Modal

Sumber: Hasil Analisis

Berdasarkan Gambar 4.7, dapat dijelaskan bahwa promosi merupakan sebuah rangkaian
proses yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi, sehingga setiap tahapan kegiatannya akan
mempengaruhi kegiatan pada tahap berikutnya. Arah kebijakan promosi ini, lebih menekankan kepada
peningkatan kualitas pada setiap tahapan proses promosi.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 78


BAB V

ANALISIS KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG, DAN ANCAMAN SERTA


ANALISIS KEUNGGULAN DAERAH

Kajian RUPMK yang dilakukan di Kabupaten Bangka Selatan hanya memfokuskan pada 4
(empat) sektor lapangan usaha yaitu pertanian, perikanan, industri pengolahan (UMKMK) dan
pariwisata. Secara umum, kondisi di Kabupaten Bangka Selatan tidak terlepas dari kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman. Sebelum dilakukannya analisis SWOT tersebut, maka perlu
diketahui terlebih dahulu komoditas yang memiliki potensi sebagai komoditas unggulan atau tidak pada
sektor pertanian, perkebunan dan perkanan, sektor pariwisata, sektor industri pengolahan dan
UMKMK.
Penetapan suatu komoditas sebagai komoditas unggulan daerah harus disesuaikan dengan
potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki oleh daerah. Komoditas yang dipilih
sebagai komoditas unggulan daerah adalah komoditas yang memiliki produktifitas yang tinggi dan
dapat memberikan nilai tambah sehingga berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat. Sumber
data yang digunakan adalah data Badan Pusat Statistik dari tahun 2013-2017. Beberapa data yang
belum terdata di tahun 2017, tidak dilakukan dalam analisis ini. Jenis data yang digunakan untuk ketiga
analisis ini adalah data PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto), Produksi (ton), nilai Produk
(rupiah) dan data lainnya yang berkaitan dengan analisis keunggulan. Jenis analisis yang digunakan
untuk mengetahui sektor/komoditas keunggulan daerah adalah Location Quotient (LQ), Shift Share
Analysis (SSA) dan Tipologi Klasen (TP).

 Analisis Location Quotient (LQ)


Dalam penentuan komoditas unggulan melalui analisis Location Quotient (LQ) terdapat
kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan analisis LQ dalam menganalisis komoditas unggulan adalah
penerapannya yang sederhana, mudah, dan tidak memerlukan program pengolahan data yang rumit.
Sedangkan keterbatasan analisis LQ antara lain diperlukan akurasi data untuk mendapatkan hasil yang
valid. Perhitungan analisis LQ didasarkan pada data PDRB sektoral, produksi komoditas unggulan baik
itu dari kecamatan, kabupaten, dan provinsi dengan Indikator pengambilan keputusan berdasarkan
beberapa kriteria, diantaranya:
 LQ > 1 menunjukkan terdapat konsentrasi relatif disuatu wilayah dibandingkan dengan keseluruhan
wilayah. Hal ini berarti komoditas disuatu wilayah merupakan sektor basis yang berarti komoditas
di wilayah itu memiliki keunggulan komparatif.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 79


 LQ = 1 merupakan sektor non basis, artinya komoditas disuatu wilayah tidak memiliki keunggulan
komparatif dan produksi komoditas yang dihasilkan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
sendiri dalam wilayah itu.
 LQ < 1 merupakan sektor non basis, artinya komoditas disuatu wilayah tidak memiliki keunggulan
komparatif dan produksi komoditas di wilayah itu tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri serta
harus mendapat pasokan dari luar wilayah.

Berdasarkan hasil LQ PDRB lapangan usaha pada Tabel 5.1. diketahui bahwa diantara ke
empat sektor tersebut yang memiliki nlai LQ terbesar secara berurutan adalah lapangan usaha
pertanian (LQ = 2,092), perikanan (LQ = 1,721), Pariwisata (LQ=0,925) dan industri pengolahan
(LQ=0,156). Dari nilai LQ tersebut tergambar bahwa sektor yang memiliki LQ > 1 adalah sektor
pertanian dan perikanan, yang dartikan bahwa kedua sektor tersebut memiliki keunggulam komparatif
dan merupakan sektor basis di Kabupaten Bangka Selatan. Hasil LQ lapangan usaha dapat dilihat
pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1
Analisa LQ 4 Lapangan Usaha di Kabupaten Bangka Selatan
Tahun
Lapangan Usaha Rerata LQ
2013 2014 2015 2016
1. Pertanian 2,21 2,03 2,05 2,09 2,092
2. Perikanan 1,71 1,75 1,77 1,65 1,721
3. Industri Pengolahan 0,15 0,15 0,16 0,17 0,156
4. Pariwisata (Transportasi & Penyediaan Makan Minuman) 0,94 0,93 0,95 0,88 0,925
Sumber: Data BPS diolah, 2018

 Analisis SSA (Shift Share Analysis)


Analisis SSA merupakan teknik analisis yang digunakan untuk melengkapi teknik analisis
Location Quotient (LQ). Berbeda dengan teknik analisis LQ yang mencerminkan keunggulan
komparatif, analisis SSA dapat mengetahui keunggulan kompetitif. Nilai SSA yang positif menandakan
bahwa sektor tersebut memiliki keunggulan kompetitif dan diproduksi dengan cara efisien dan efektif
sehingga memiliki daya saing dari aspek kualitas, kuantitas, kontiuitas maupun harga. Hasil analisis
SSA dapat menjelaskan kinerja (performance) suatu aktifitas di suatu sub wilayah dan membandingkan
kinerja pertumbuhan wilayah sehingga dapat diketahui potensi pertumbuhan produksi sektoral dari satu
kawasan/wilayah. Indikator yang digunakan untuk menunjukkan potensi ekonomi dalam analisis SSA
ini adalah:
 Total Shift/Regional Shift Share (pergeseran keseluruhan), adalah pergeseran total suatu industri i
adalah sama dengan selisih antara pertumbuhan yang terjadi (actual change) dengan

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 80


pertumbuhan/perubahan yang diharapkan (expected change) terjadi jika industri i tumbuh pada laju
yang sama dengan laju total pertumnbuhan nasional (semua industri).
 Proportional Shift, adalah pergeseran yang diamati tergantung pada perbedaan antara laju
pertumbuhan nasional (dari seluruh industri) dengan laju pertumbuhan nasional dari masing-masing
industri i.
 Differential Shift, adalah pergeseran yang diamati tergantung pada perbedaan antara laju pertumbuhan
industri di wilayah yang bersangkutan dengan laju pertumbuhan industri i di tingkat nasional.

Persamaan analisis Shift-Share ini sebagai berikut:


a b c

( ) ( ) ( )

Dimana:

a = komponen regional share


b = komponen proportional shift
c = komponen diffrential shift
X.. = nilai total aktivitas dalam total wilayah
Xi = nilai total aktivitas tertentu dalam total wilayah
Xij = nilai aktivitas tertentu dalam unit wilayah tertentu
t1 = titik tahun terakhir
t0 = titik tahun awal

 Analisis Tipologi Klassen


Analisis Tipologi Klassen didasarkan pengelompokkan suatu sektor, subsektor, usaha atau
komoditi daerah lain dengan cara membandingkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan pertumbuhan
ekonomi daerah (atau nasional) yang menjadi acuan dan membandingkan pangsa sektor, subsektor,
usaha atau komoditi suatu daerah dengan nilai rata-ratanya di tingkat yang lebih tinggi (daerah acuan
atau nasional). Tipologi Klassen dengan pendektan sektoral (yang dapat diperluas tidak hanya di
tingkat sektor tetapi juga subsektor, usaha atau komoditi) menghasilkan 4 (empat) klasifikasi sektor
dengan karakteristik yang berbeda sebagai berikut :
1. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (Kuadran I), dapat diartikan sebagai sektor yang
potensial karena memiliki kinerja laju pertumbuhan ekonomi dan pangsa yang lebih daripada
daerah yang menjadi acuan.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 81


2. Sektor maju tapi tertekan (Kuadran II), klasifikasi ini di biasa dilambangkan dengan Gi lebih kecil
dari G dan Si lebih bear dari S. sektor ini dapat dikatakan sebagai sektor yang telah jenuh.
3. Sektor relatif tertinggal (Kuadaran III), dapat diartikan sebagai sektor yang memiliki nilai
pertumbuhan (Gi dan Si) yang lebih rendah di bandingkan daerah yang menjadi acuan (referensi).
4. Sektor potensial dan masih dapat berkembang (Kuadran IV), sektor dalam kuadran Iv diartikan
sebagai sektor yang booming. Meskipun jumlah produksi daerahnya relatif kecil dibandingkan nilai
rata-rata nasional. Klasifikasi analisis Tipologi Klassen dapat dilihat pada Tabel 5.2. di bawah ini:
Tabel 5.2
Klasifikasi Analisis Tipologi Klassen
Kontribusi Pertumbuhan Sektoral
Keterangan
Sektoral Gi ≥ G Gi < G
Si ≥ S Sektor unggulan Sektor unggulan Gi : Pertumbuhan sektor i diwilayah analisis
dan tumbuh pesat tetapi G : Pertumbuhan sektor i diwilayah referensi
pertumbuhannya Si : Kontribusi sektor i diwilayah analisis
tertekan S : Kontribusi sektor i diwilayah referensi
Si < S Sektor potensial Bukan sektor
dan masih dapat potensial dan
dikembangkan tertinggi

5.1 Analisis Keunggulan Daerah dan Analısıs SWOT Sektor Pertanıan

Sektor pertanian memiliki nilai LQ yang paling tinggi dibandingkan 3 sektor lainnya yaitu 2,093.
Hal ini dimaknai bahwa sektor pertanian menjadi basis atau sumber pertumbuhan di Kabupaten
Bangka Selatan. Perkembangan nilai LQ sektor tersebut dari tahun 2013 sampai tahun 2016, paling
tinggi terjadi pada tahun 2013, dan mengalami penurunan sampai tahun 2016. Namun jika
dibandingkan dengan sektor lain, lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan terus
mengalami peningkatan kontribusinya terhadap pembentukan PDRB kenaikan dari tahun ke tahun,
dimana pada tahun 2013 kontribusinya mencapai 37,34 persen dan terus naik hingga 39,54 persen di
tahun 2016. Selain itu, selama periode tahun 2013-2016 tersebut sektor lapangan usaha ini merupakan
sumber pertumbuhan ekonomi terbesar bagi perekonomian Kabupaten Bangka Selatan. Jumlah tenaga
kerja pada sektor pertanian terus mengalami kenaikan yaitu 36.677 pekerja di tahun 2013 dan
mencapai 56.416 pekerja di tahun 2015. Pada sektor ini, serapan tenaga kerja mencapai 40 sampai
60 persen dari semua lapangan usaha yang ada di Kabupaten Bangka Selatan.
Pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Bangka Selatan dibagi menjadi 4 (empat) bidang
komoditas pertanian, antara lain: (1) tanaman pangan dan palawija, (2) sayur-sayuran, (3) buah-
buahan, dan (4) tanaman perkebunan. Nilai LQ dari keempat komoditas tersebut yang terbesar adalah
tanaman perkebunan, dengan nila LQ > 1 yakni 1,38 yang menunjukkan bahwa produksi tanaman
perkebunan di Kabupaten Bangka Selatan melebihi rata-rata produksi tanaman perkebunan di

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 82


Kepulauan Bangka Belitung. Hal ini berarti, tanaman perkebunan di wilayah tersebut merupakan sektor
basis atau unggulan. Komoditas pertanian lainya seperti komoditas tanaman pangan dan palawija,
sayur-sayuran, dan hortikultura belum menjadi komoditas basis atau unggulan produksi di Kabupaten
Bangka Selatan dikarenakan nilai LQ < 1. Gambaran hasil LQ pada komoditas pertanian dapat dilihat
pada Tabel 5.3. berikut:
Tabel 5.3
Nilai LQ Berdasarkan Produksi Komoditas Tanaman (ton) Tahun 2014-2016
Komoditas Tahun
No Rerata LQ Kategori LQ
Pertanian 2014 2015 2016
1 Pangan &Palawija 0,36 1,20 0,43 0,66 Non-Basis
2 Sayur-sayuran 0,19 0,22 0,07 0,16 Non-Basis
3 Buah-buahan 0,04 0,54 0,28 0,29 Non-Basis
4 Perkebunan 1,38 1,17 1,59 1,38 Basis
Sumber: Hasil Analisis
Nilai LQ > 1 = basis, LQ ≤ 1 = non-basis

5.1.1 Analisis LQ, SSA, dan Tipologi Klassen Komoditas Tanaman Pangan dan Palawija
Tanaman pangan dan palawija yang dibudidayakan di Kabupaten Bangka Selatan terdiri atas
tanaman pangan dan tanaman palawija. Tanaman yang dibudidayakan terdiri atas 6 (enam) komoditas
yaitu padi sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah.

5.1.1.1 Tanaman Padi (Oryza sativa L.)


Tanaman padi merupakan tanaman pangan dan sumber utama karbohidrat mayoritas rakyat
Indonesia. Tanaman padi sawah di Kabupaten Bangka Selatan di tanam di tujuh kecamatan. Di tahun
2016 (BPS 2017), total luas tanam dan produksi padi di Kabupaten Bangka Selatan sebesar 8.587 ha
dan 15.945 ton (Tabel 5.4). Kabupaten Bangka Selatan merupakan sentra terbesar produksi sawah di
Kepulauan Bangka Belitung dengan kontribusi hasil panen sebesar 67% dari total hasil panen padi
sawah di Kepulauan Bangka Belitung. Berdasarkan Tabel 5.5, tiga kecamatan di Kabupaten Bangka
Selatan sebagai penghasil panen padi sawah terbesar adalah (1) Kecamatan Toboali (8.935,16 ton);
(2) Pulau Besar (4.989,74 ton); dan Air Gegas (1396,67 ton). Jumlah hasil panen padi di Kabupaten
Bangka Selatan sebanyak 55% dihasilkan oleh sawah di Kecamatan Toboali dan sebanyak 30%
dihasilkan oleh sawah di Pulau Besar. Produktivitas padi sawah di Kabupaten Bangka Selatan di tahun
2016 sebasar 3,10 ton/ha/tahun (Tabel 5.4). Produktivitas tanaman padi sawah tertinggi terjadi pada
tahun 2012 yakni 3,89 ton/ha/tahun. Selama lima tahun terakhir, jumlah produksi padi tertinggi terjadi
pada tahun 2016 yaitu sebesar 15.945 ton atau naik 2,35 kali dari tahun 2015 (Gambar 5.1).

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 83


Tabel 5.4
Luas Tanam, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016
Luas Tanam Produksi
Kabupaten/Kota Produktivitas (ton/ha/tahun)
(ha) (ton)
Bangka 760 2023 2,66
Belitung 627 1532 2,45
Bangka Barat 958 1952 2,04
Bangka Tengah 98 369 3,78
Bangka Selatan 5148 15945 3,10
Belitung Timur 996 2120 2,13
Pangkalpinang - - -
Total 8587 23941 2,69
Sumber: Bangka Belitung Dalam Angka, 2017

Tabel 5.5
Luas Tanam dan Produksi Padi Sawah di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016
No Nama Kecamatan Luas Tanam (ha) Produksi (ton)
1 Payung 155,00 485,75
2 Pulau Besar 1592,00 4989,74
3 Simpang rimba 104,00 324,35
4 Toboali 2823,00 8935,16
5 Tukak Sadai - -
6 Air Gegas 443,00 1396,67
7 Lepar Pongok 32,00 95,40
8 Kepulauan Pongok - -
Total 5149,00 16227,07
Sumber: Bangka Selatan Dalam Angka, 2017

Padi Sawah
Produktivitas (ton/ha/tahun)

20000 3.89 5
3.4 3.58
Produksi (ton)

15000 3.1 4
2.41 3
10000
2
5000 1
11096 14362 6110 6789 15945
0 0
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun

Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha/tahun)

Sumber: Bangka Belitung Dalam Angka diolah, 2018


Gambar 5.1
Produksi Dan Produktivitas Padi Sawah Di Kabupaten Bangka Selatan

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 84


Sumber: Hasil Analisis

Gambar 5.2
Peta Kewilayahan Lokasi Pengembangan Komoditas Padi Sawah di Kabupaten Bangka Selatan

Gambar 5.2 menunjukkan distribusi nilai LQ padi sawah di kecamatan-kecamatan di Kabupaten


Bangka Selatan. Nilai LQ padi sawah di 8 kecamatan berkisar antara 0,00 - 1,37. Nilai LQ tertinggi
untuk padi sawah terdapat di Kecamatan Toboali yaitu sebesar 1,37 dan nilai LQ terendah yaitu 0,00
terdapat di kecamatan Tukak Sadai dan Kepulauan Pongok. Sentra utama produksi tanaman pangan
padi sawah berdasarkan nilai LQ produksi di Kabupaten Bangka Selatan adalah Kecamatan Toboali
(LQ = 1,37) dan Kecamatan Pulau Besar (LQ = 1,08).

5.1.1.2 Tanaman Padi Ladang (Oryza sativa L.)


Tanaman padi selain dapat ditanam pada lahan sawah, dapat ditanam pada lahan kering
dengan mengandalkan air hujan sebagai sumber irigasinya. Jenis padi yang digunakan dalam padi
ladang adalah padi gogo yang relatif adaftif terhadap keterbatasan air irigasi. Umumnya masyarakat
Kabupaten Bangka Selatan menanam padi penghasil beras merah skala padi ladang. Kegiatan
bertanam padi ladang dikenal dengan padi ume dan merupakan kearifan lokal masyarakat Bangka
Belitung. Pada tahun 2016 (BPS, 2017), produksi padi ladang di Bangka Selatan menempati ukuran
ketiga dengan kontribusi sebesar 16% dari total hasil padi ladang yang dihasilkan di Kepulauan Bangka
Belitung. Luas tanam dan produksi padi ladang di Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2016 adalah
1.018 ha dan 1.783 ton (Tabel 5.6). Berdasarkan Tabel 5.7, tiga sentra terbesar penghasil padi ladang
di Kabupaten Bangka Selatan adalah Kecamatan (1) Payung (1.231,02 ton); (2) Pulau Besar (308,19
ton); dan (3) Air Gegas (158,00 ton). Produktivitas padi ladang di Kabupaten Bangka Selatan di tahun
2016 adalah 1,75 ton/ha/tahun. Produktivitas tanaman padi ladang tertinggi terjadi pada tahun 2012

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 85


yaitu 2,16 ton/ha/tahun. Selama lima tahun terakhir, produksi tertinggi terjadi pada tahun 2016 yaitu
1.783 ton atau naik 1,47 kali dari produksi di tahun 2015 (Gambar 5.3).
Tabel 5.6
Luas Tanam, Produksi, dan Produktivitas Padi Ladang di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016
Luas Tanam Produktivitas
Kabupaten/Kota Produksi (ton)
(ha) (ton/ha/tahun)
Bangka 2894 4839 1,67
Belitung 29 25 0,86
Bangka Barat 2684 4219 1,57
Bangka Tengah 294 515 1,75
Bangka Selatan 1018 1783 1,75
Belitung Timur 24 66 2,74
Pangkalpinang - - -
Total 6943 11447 1,72
Sumber: Bangka Belitung Dalam Angka, 2017

Tabel 5.7
Luas tanam dan produksi padi ladang di Kabupaten Bangka Selatan tahun 2016
No Kecamatan Luas Tanam (ha) Produksi (ton)
1 Payung 703,00 1231,02
2 Pulau Besar 176,00 308,19
3 Simpang rimba 49,00 85,80
4 Toboali - -
5 Tukak Sadai - -
6 Air Gegas 90,00 158,00
7 Lepar Pongok - -
8 Kepulauan Pongok - -
Total 1018,00 1783,01
Sumber: Bangka Selatan Dalam Angka, 2017

Distribusi nilai LQ padi ladang di kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan dapat


dilihat pada Gambar 5.4. Nilai LQ padi ladang di 8 kecamatan berkisar antara 0,00 - 5,83. Nilai LQ
tertinggi untuk padi ladang terdapat di kecamatan Payung yaitu sebesar 5,83 dan nilai LQ terendah
yaitu 0,00 terdapat di kecamatan Toboali, Tukak Sadai, Lepar Pongok dan Kepulauan Pongok. Sentra
utama produksi tanaman pangan padi ladang berdasarkan nilai LQ produksi di Kabupaten Bangka
Selatan adalah Kecamatan Payung (LQ = 5,83) dan Kecamatan Simpang Rimba (LQ = 2,10).

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 86


Padi Ladang

Produktivitas (ton/ha/tahun)
2000 5
Produksi (ton)

1500 4

2.16 3
1000 1.82 1.73 1.75
2
0.96
500 1
1585 1752 1693 1211 1783
0 0
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun

Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha/tahun)

Sumber: Bangka Belitung Dalam Angka Diolah, 2018

Gambar 5.3
Produksi dan Produktivitas Padi Ladang di Kabupaten Bangka Selatan

Sumber: Hasil Analisis

Gambar 5.4
Peta Kewilayahan Lokasi Pengembangan Komoditas Padi Ladang
Di Kabupaten Bangka Selatan

5.1.1.3 Tanaman Jagung (Zea mays L.)


Tanaman jagung merupakan tanaman pangan pernghasil karbohidrat yang dapat berperan
sebagai pangan untuk manusia dan pakan untuk hewan ternak. Di tahun 2016 (BPS 2017), hasil panen
jagung di Kabupaten Bangka Selatan yaitu 108 ton dengan luas tanam 58 ha (Tabel 5.8). Hasil panen
jagung di Kabupaten Bangka Selatan ini memberikan kontribusi sebesar 10% dari total hasil panen

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 87


jagung di Provinsi Kepulauan Bangka Selatan. Berdasarkan Tabel 5.9, tiga kecamatan yang
memberikan hasil panen jagung terbesar di Kabupaten Bangka Selatan adalah Kecamatan (1) Pulau
Besar (35,99 ton); (2) Toboali (33,54 ton); dan (3) Air Gegas (14,42 ton). Produktivitas tanaman jagung
di Kabupaten Bangka Selatan tahun 2016 yaitu 1,84 ton/ha/tahun. Produktivitas jagung tertinggi terjadi
pada tahun 2012 yaitu 3,59 to/ha/tahun. Hasil panen jagung di tahun 2016 menurun sebesar 16%
dibadingkan dengan tahun 2015 (Gambar 5.5).
Tabel 5.8
Luas Tanam, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Jagung di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung
Luas Tanam
Kabupaten Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha/tahun)
(ha)
Bangka 71 342 4,79
Belitung - - -
Bangka Barat 23 94 4,07
Bangka Tengah 52 322 6,25
Bangka Selatan 58 108 1,84
Belitung Timur 9 46 5,06
Pangkalpinang 26 140 5,40
Total 239 1052 4,57
Sumber: Bangka Belitung dalam Angka, 2017

Tabel 5.9
Luas Tanam dan Produksi Tanaman Jagung di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016
No Kecamatan Luas Tanam (ha) Produksi (ton)
1 Payung 7,00 12,44
2 Pulau Besar 19,70 35,99
3 Simpang rimba - -
4 Toboali 18,00 33,54
5 Tukak Sadai 5,70 10,94
6 Air Gegas 8,00 14,42
7 Lepar Pongok 5,00 9,08
8 Kepulauan Pongok - -
Total 63,40 116,41
Sumber: Bangka Selatan Dalam Angka, 2017

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 88


Jagung

Produktivitas (ton/ha/tahun)
300 5

250 3.59 4
Produksi (ton)

200 2.78 2.73


3
150 2.09
1.84
2
100

50 1
165 153 224 128 108
0 0
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun

Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha/tahun)

Sumber: Bangka Belitung Dalam Angka diolah, 2018


Gambar 5.5
Produksi dan produktivitas jagung di Kabupaten Bangka Selatan

Distribusi nilai LQ jagung di kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan dapat dilihat


pada Tabel Gambar 5.6. Nilai LQ jagung di 8 kecamatan berkisar antara 0,00 - 4,99. Nilai LQ tertinggi
untuk jagung terdapat di kecamatan Tukak Sadai yaitu sebesar 4,99 dan nilai LQ terendah yaitu 0
terdapat di kecamatan Kepulauan Pongok. Sentra utama produksi tanaman pangan jagung
berdasarkan nilai LQ produksi di Kabupaten Bangka Selatan adalah Tukak Sadai (LQ = 4,99), Lepar
Pongok (LQ = 4,37), Air Gegas (LQ = 3,65), dan Pulau Besar (LQ = 1,88).

Sumber: Hasil Analisis

Gambar 5.6.
Peta Kewilayahan Lokasi Pengembangan Komoditas Jagung di Kabupaten Bangka Selatan

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 89


5.1.1.4 Tanaman Ubi Kayu (Zea mays L.)
Tanaman ubi kayu merupakan tanaman pangan yang dapat dikonsumsi dengan di rebus atau
diolah menjadi tepung tapioka. Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, ubi kayu diolah menjadi
makanan fungsional yang dikenal dengan nama daerah “beras aruk” yang memiliki rasa yang enak dan
khas. Produksi ubi kayu di Kabupaten Bangka Selatan berkontribusi sebesar 8% dari total produksi ubi
kayu di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Luas tanam dan produksi ubi kayu di Kabupaten Bangka
Selatan di tahun 2016 yaitu 207 ha dan 4.810 ton (Tabel 5.10). Berdasarkan Tabel 5.11, tiga
kecamatan dengan hasil panen ubi kayu terbesar di Kabupaeten Bangka Selatan yaitu Kecamatan (1)
Air Gegas (1818,35 ton); (2) Toboali (948,25 ton); dan Payung (873,85 ton). Produktivitas tanaman ubi
kayu di Kabupaten Bangka Selatan tahun 2016 yaitu 23,15 ton/ha/tahun. Berdasarkan Gambar 5.7,
produksi dan produktivitas ubi kayu di Kabupaten Bangka Selatan cenderung mengalami peningkatan.
Di tahun 2016, produktivitas ubi kayu mencapai 23,25 ton/ha/tahun. Peningkatan produksi jagung di
tahun 2016 adalah 3,33 kali dibandingkan dengan tahun 2015.
Tabel 5.10
Luas Tanam, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Ubi Kayu di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Tahun 2016
Kabupaten/Kota Luas Tanam (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha/tahun)
Bangka 1084 28371 26,17
Belitung 133 3029 23,3
Bangka Barat 579 14861 25,66
Bangka Tengah 193 6276 32,57
Bangka Selatan 207 4810 23,25
Belitung Timur 88 3726 42,39
Pangkalpinang 12 330 27,47
Total 2296 61403 28,69
Sumber: Bangka Belitung dalam Angka 2017

Tabel 5.11
Luas Tanam dan Produksi Tanaman Ubi Kayu di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016
No Kecamatan Luas Tanam (ha) Produksi (ton)
1 Payung 36,00 873,85
2 Pulau Besar 18,50 405,42
3 Simpang rimba 20,00 443,18
4 Toboali 42,00 948,25
5 Tukak Sadai 4,40 113,18
6 Air Gegas 77,00 1818,35
7 Lepar Pongok 9,00 207,39
8 Kepulauan Pongok - -
Total 206,90 4809,62
Sumber: Bangka Selatan dalam Angka 2017

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 90


Ubi Kayu

Produktivitas (ton/ha/tahun)
6000 30
23.25
5000 25
19.28
Produksi (ton)

4000 17.85 20
16.37
14.15
3000 15

2000 10

1000 5
750 1064 1967 1446 4810
0 0
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun

Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha/tahun)

Sumber: Bangka Belitung dalam Angka, diolah 2018 (data 2012-2016)


Gambar 5.7
Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu di Kabupaten Bangka Selatan

Gambar 5.8
Peta Kewilayahan Lokasi Pengembangan Komoditas Ubi Kayu Di Kabupaten Bangka Selatan

Distribusi nilai LQ ubi kayu di kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan ditampilkan


pada Gambar 5.8. Nilai LQ ubi kayu di 8 kecamatan berkisar antara 0,00 - 4,70. Nilai LQ tertinggi untuk
ubi kayu terdapat di kecamatan Tukak Sadai yaitu sebesar 4,70 dan nilai LQ terendah yaitu 0.00
terdapat di kecamatan Kepulauan Pongok. Sentra utama produksi tanaman pangan ubi kayu
berdasarkan nilai LQ produksi di Kabupaten Bangka Selatan adalah Tukak Sadai (LQ = 4,70), Lepar
Pongok (LQ = 3,56), Simpang Rimba (LQ = 2,49), Air Gegas (LQ = 2,00), dan Payung (LQ = 1,27).

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 91


5.1.1.5 Tanaman Jalar (Ipomoea batatas L.)
Tanaman ubi jalar adalah tanaman yang bagian umbinya merupakan sumber karbohidrat.
Tanaman ini dapat dikonsumsi dengan cara merebus umbinya, digoreng, atau dibuatkan tepung untuk
es krim dan kue. Di tahun 2016 (BPS 2017), Kabupaten Bangka Selatan menghasilkan produksi
tanaman ubi jalar sebasar 653 ton pada lahan 72 ha (Tabel 5.12).

Tabel 5.12
Luas Tanam, Produksi, Dan Produktivitas Tanaman Ubi Jalar Di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Tahun 2016
Luas Panen Produksi
Kabupaten/Kota Produktivitas (ton/ha/tahun)
(ha) (ton)
Bangka 107 1593 14,93
Belitung 6 61 10,19
Bangka Barat 24 162 6,88
Bangka Tengah 32 249 7,85
Bangka Selatan 72 653 9,07
Belitung Timur 21 285 13,65
Pangkalpinang 5 28 5,58
Total 267 3031 9,74
Sumber: Bangka Belitung dalam Angka, 2017

Jumlah hasil panen tersebut menempatkan Bangka Selatan sebagai peringkat kedua yakni
sebesar 22% dari total panen ubi jalar di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Berdasarkan Tabel
5.13, tiga kecamatan dengan hasil hasil panen tertinggi yaitu Kecamatan (1) Air Gegas (300,47 ton); (2)
Toboali (119,41); dan Simpang Rimba (88,50 ton). Produktivitas tanaman Ubi Jalar di Kabupaten
Bangka Selatan tahun 2016 yaitu 9,07 ton/ha/tahun. Produktivitas tanaman ubi jalar tertinggi di
Kabupaten Bangka Selatan terjadi pada tahun 2012 yaitu 9,55 to/ha/tahun. Di tahun 2016, produksi
tanaman ubi jalar meningkat sebesar 1,69 kali dibandingkan tahun 2015 (Gambar 5.9).
Tabel 5.13
Luas Tanam dan Prosuksi Tanaman Ubi Jalar di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016
No Kecamatan Luas Panen (ha) Produksi (ton)
1 Payung - -
2 Pulau Besar 8,00 71,29
3 Simpang rimba 10,00 88,50
4 Toboali 13,00 119,41
5 Tukak Sadai 4,00 36,75
6 Air Gegas 33,00 300,47
7 Lepar Pongok 4,00 36,28
8 Kepulauan Pongok - -
Total 72,00 652,70
Sumber: Bangka Selatan dalam Angka, 2017

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 92


Ubi Jalar

Produktivitas (ton/ha/tahun)
800 12
700 9.55 9.07
8.23 7.89
Produksi (ton)

600 7.38 9
500
400 6
300
200 3
100 506 502 554 387 653
0 0
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun

Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha/tahun)

Sumber: Bangka Belitung dalam Angka, diolah 2018 (data 2012-2016)

Gambar 5.9
Produksi dan Produktivitas Ubi Jalar di Kabupaten Bangka Selatan

Gambar 5.10
Peta Kewilayahan Lokasi Pengembangan Komoditas Ubi Jalar di Kabupaten Bangka Selatan

Distribusi nilai LQ ubi jalar di kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan ditampilkan


pada Gambar 5.10. Nilai LQ ubi jalar di 8 kecamatan berkisar antara 0,00 - 7,06. Nilai LQ tertinggi
untuk ubi jalar terdapat di kecamatan Tukak Sadai yaitu sebesar 7,06 dan nilai LQ terendah yaitu 0,00
terdapat di kecamatan Kepulauan Pongok. Sentra utama produksi tanaman pangan ubi jalar

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 93


berdasarkan nilai LQ produksi di Kabupaten Bangka Selatan adalah Tukak Sadai (LQ = 7,00), Lepar
Pongok (4,89), Air Gegas (4,36), Pulau Besar (2,0), dan Simpang Rimba (1,87).

5.1.1.5 Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)


Tanaman kacang tanah merupakan tanaman palawija yang mengandung lemak dan protein
yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Pada tahun 2016 (BPS 2017), tanaman kacang tanah
memberikan kontribusi sebesar 4% dari total produksi tanaman kacang tanah di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Luas tanam dan produksi kacang tanah di tahun 2016 sebesar 17 ha dan 7 ton
dengan produktivitas 0,43 ton/ha/tahun (Tabel 5.14).
Tabel 5.14
Luas Tanam, Produksi, Produktivitas dan Tanaman Kacang Tanah di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung Tahun 2016
Luas Panen Produksi
Kabupaten/Kota Produktivitas (ton/ha/tahun)
(ha) (ton)
Bangka 55 74 1,35
Belitung 40 37 0,92
Bangka Barat 1 2 1,45
Bangka Tengah 25 21 0,86
Bangka Selatan 17 7 0,43
Belitung Timur 33 25 0,74
Pangkalpinang 8 5 0,63
Total 179 171 0,91
Sumber: Bangka Belitung dalam Angka, 2017

Tabel 5.15
Luas Tanam dan Produksi Tanaman Kacang Tanah di Kabupaten Bangka Selaran Tahun 2016
No Kecamatan Luas Tanam (ha) Produksi (ton)
1 Payung - -
2 Pulau Besar 3,00 0,93
3 Simpang Rimba - -
4 Toboali 3,00 0,93
5 Tukak Sadai - -
6 Air Gegas 9,00 2,77
7 Lepar Pongok 2,00 0,62
8 Kepulauan Pongok - -
Total 17,00 5,25
Sumber: Bangka Selatan dalam Angka, 2017

Berdasarkan Tabel 5.15, tiga kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan dengan hasil panen
kacang tanah tertinggi yaitu Kecamatan (1) Air Gegas (2,77 ton); (2) Pulau Besar (0,93 ton); (3) dan
Toboali (0,93 ton). Produktivitas kacang tanah di Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2016 adalah
0,43 ton/ha/tahun. Berdasarkan Gambar 5.11, produksi dan produktivitas tanaman kacang tanah di

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 94


Kabupaten Bangka Selatan terus mengalami penurunan. Produksi dan produktivitas tertinggi kacang
tanah di Kabupaten Bangka Selatan terjadi pada tahun 2013 yaitu 39 ton dan 1,03 to/ha/tahun
(Gambar 5.11). Di tahun 2016, produksi tanaman kacang tanah mengalami penurunan sebesar 22%
dibandingkan dengan tahun 2015.

Kacang Tanah

(ton/ha/tahun)
Produktivitas
60 1.50
1.03
Produksi (ton)

0.90 0.92
40 1.00
0.40 0.43
20 0.50
26 39 26 9 7
0 0.00
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun

Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha/tahun)

Sumber: Bangka Belitung dalam Angka, diolah 2018


Gambar 11
Produksi dan Produktivitas Kacang Tanah di Kabupaten Bangka Selatan

Distribusi nilai LQ kacang tanah di kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan dapat


dilihat pada Gambar 5.12. Nilai LQ kacang tanah di 8 kecamatan berkisar antara 0,00 - 7,43. Nilai LQ
tertinggi untuk kacang tanah terdapat di kecamatan Tukak Sadai yaitu sebesar 7,43 dan nilai LQ
terendah yaitu 0,00 terdapat di kecamatan Kepulauan Pongok. Sentra utama produksi tanaman
palawija kacang tanah berdasarkan nilai LQ produksi di Kabupaten Bangka Selatan adalah Tukak
Sadai (LQ = 7,43), Lepar Pongok (LQ = 5,09), dan Air Gegas (LQ = 3,96).

Sumber: Hasil Analisis


Gambar 5.12
Peta Kewilayahan Lokasi Pengembangan Komoditas Kacang Tanah di Kabupaten Bangka
Selatan

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 95


5.1.1.2 Analisis LQ dan SSA Komoditas Pangan dan Palawija
Berdasarkan Tabel 5.17, terlihat bahwa wilayah dengan nilai LQ > 1 pada komoditas tertentu
ada yang bernilai SSA positif dan ada yang benilai SAA negatif. Begitu juga dengan wilayah dengan
nilai LQ < 1 pada komoditas yang tertentu ada yang bernilai SSA positif dan ada yang benilai SSA
negatif. Jika suatu komoditas tertentu pada wilayah tertentu nilai SSA positif menunjukkan bahwa
produksi sedang mengalami pertumbuhan produksi dan dapat bersaing produksinya dengan daerah
lainnya. Nilai SSA yang bernilai negatif menunjukkan komoditas tersebut mengalami penurunan
pertumbuhan produksi sehingga tidak termasuk ke dalam komoditas yang kompetitif pada daerah itu.
Semisal contoh padi ladang yang di Kecamatan Payung memiliki LQ > 1 (LQ = 5,83) dan SSA negatif (-
0,10). Hal ini menunjukkan bahwa daerah basis produksi padi ladang sedang mengalami penurunan
pertumbuhan produksi akibat hasil panen yang cenderung rendah antara tahun yang dibandingkan.
Nilai SSA negatif ini dapat menjadi positif jika di tahun berikutnya jika produksinya meningkat.
Tabel 5.16
Daerah Basis Produksi Tanaman Pangan dan Palawija Serta Daya Saingnya di Kabupaten
Bangka Selatan Berdasarkan Analisis LQ Dan SSA
Tanaman Pangan dan Palawija**
Nama Padi Kacang
No Padi Sawah Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar
Kecamatan Ladang Tanah
LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA
1 Payung 0,09 - 5,83 0,10 0,41 0,25 1,27 10,65 0,21 -1,00 0,10 -1,00
2 P. Besar 1,08 23,79 0,24 - 1,88 0,58 1,00 2,04 2,00 -0,28 0,36 -
3 S. Rimba 0,35 0,11 2,1 0,82 0,63 -1,00 2,49 12,29 1,87 4,39 0,85 -1,00
4 Toboali 1,37 0,70 0,00 - 0,62 -0,62 0,44 1,28 0,34 0,61 0,33 -
5 T. Sadai 0,00 - 0,00 - 4,99 14,41 4,70 -0,35 7,06 -0,55 7,43 -1,00
6 A. Gegas 0,67 0,66 0,19 - 3,65 -0,85 2,00 5,06 4,36 0,59 3,96 -0,86
7 L. Pongok 0,34 0,54 0,00 - 4,37 -0,36 3,56 0,56 4,89 -0,26 5,09 -
8 Kep.Pongok 0,00 - 0,00 - 0,00 - 0,00 - 0,00 - 0,00 -
Sumber: Hasil Analisis

Berdasarkan nilai SSA, pertumbuhan produksi tanaman padi sawah tertinggi di Kecamatan
Pulau Besar (23,79), pertumbuhan produksi tanaman jagung tertinggi di Kecamatan Tukak Sadai
(14,41), pertumbuhan produksi tanaman ubi kayu tertinggi di Kecamatan Simpang Rimba (12,29), dan
produksi tanaman ubi jalar tertinggi di Kecamatan Simpang Rimba (4,39). Untuk komoditas padi ladang
dan kacang tanah pada daerah basis produksi tidak ada yang mengalami pertumbuhan produksi,
bahkan mengalami penurunan pertumbuhan produksi (nilai SSA negatif).

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 96


5.1.1.3 Analisis Tipologi Klasen Komoditas Pangan dan Palawija
Komparasi antara analisis LQ dan Tipologi Klassen pada komoditas pangan dan palawija di
Kabupaten Bangka Selatan dengan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tercermin pada Tabel 5.18.
Komoditas tanaman pangan dan palawija di Kabupaten Bangka Selatan berada kuadran III dan IV.

Tabel 5.17.
Pertumbuhan dan Basis Komoditas Pangan dan Palawija Kabupaten Bangka Selatan
Berdasarkan Analisis Tipologi Klassen dan LQ
Tanaman Proporsi Produksi (ton) Pertumbuhan Produksi
Kuadran
Pangan Kab. Prov. Kab.
No Kate Prov. Kep. Kete Tipologi
dan LQ Bangka Kep. Bangka
gori Babel gori Klassen
Palawija Selatan Babel Selatan
Padi
1 2,16 66,64 32,65 (+) 29,17 75,96 (-) III
Sawah
Padi
2 0,65 12,40 24,12 (-) 6,04 21,99 (-) IV
Ladang
3 Jagung 1,00 1,38 1,29 (+) 9,67 133,80 (-) III
4 Ubi Kayu 0,67 15,56 37,65 (-) 89,88 1387,71 (-) IV
5 Ubi Jalar 1,28 3,90 3,72 (+) 15,84 337,84 (-) III
Kacang
6 0,24 0,11 0,57 (-) -42,82 -18,66 (-) IV
Tanah
Sumber: Hasil Analisis
Nilai LQ > 1 = basis, LQ ≤ 1 = non-basis

Tanaman padi sawah, jagung, dan ubi jalar berada pada kuadran III. Sedangkan tanaman padi
ladang, ubi kayu, dan kacang tanah berada pada kuadran IV. Komoditas tanaman yang berada pada
kuadran III menunjukkan bahwa kontribusi produksi tanaman sektoral tinggi akan tetapi pertumbuhan
sektoralnya mengalami penurunan. Menurut Arsyad (2010), kuadran III ini dikategorikan sebagai
daerah makmur atau sektor maju yang sedang mengalami penurunan pertumbuhan. Sedangkan untuk
tanaman padi ladang, ubi kayu, dan kacang tanah terletak pada kuadran IV yang artinya bahwa
kontribusi produksi tanaman sektoral maupun pertumbuhan sektoralnya rendah sehingga tergolong
sebagai tanaman sektor relatif tertinggal.

5.1.2 Analisis LQ dan Tipologi Klassen Komoditas Tanaman Sayur-sayuran


Tanaman Sayur-sayuran yang dibudidayakan di Kabupaten Bangka Selatan terdiri atas sayuran
daun, sayuran daun dan batang, serta sayuran buah. Sayuran daun yaitu petsai/sawi, sedangkan
sayuran daun dan batang yaitu bayam dan kangkung. Sayuran buahnya adalah cabe besar, cabe
rawit, kacang Panjang, ketimun, terung dan tomat.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 97


5.1.2.1 Analisis LQ Tanaman Sayur-sayuran
Jumlah tanaman sayuran-sayuran yang dibudidayakan di Kabupaten Bangka Selatan adalah 9
tanaman dengan nilai LQ berkisar 0,14 – 3,67 (Tabel 5.20). Berdasarkan nilai LQ, Kabupaten Bangka
Selatan merupakan daerah basis produksi tanaman cabe besar (LQ = 1.27) dan cabe rawit (3,67)
karena memiliki nilai LQ > 1.

Tabel 5.18.
Nilai LQ Komoditas Tanaman Sayur-Sayuran di Kabupaten Bangka Selatan
Tahun
Komoditas Rerata LQ
2014 2015 2016
Petsai/Sawi 0,33 0,26 1,77 0,79
Kacang Panjang 0,19 0,08 0,35 0,21
Cabe Besar 0,32 0,03 3,45 1,27
Cabe Rawit 0,11 8,42 2,48 3,67
Tomat 0,76 0,63 1,01 0,80
Terung 0,90 0,27 0,32 0,50
Ketimun 0,20 0,08 0,15 0,14
Kangkung 0,26 0,17 0,33 0,25
Bayam 0,70 0,15 0,55 0,47
Sumber: Hasil Analisis

5.1.2.2 Analisis Tipologi Klassen Komoditas Tanaman Sayur-sayuran


Berdasarkan data Tabel 5.21 hanya terdapat 22 persen komoditas tanaman sayuran di
Kabupaten Bangka Selatan yang berada pada kuadran I. Berdasarkan analisis LQ dan Tipologi
Klassen, tanaman cabe besar dan cabe rawit memiliki nilai LQ > 1 dan menduduki kuadran tertinggi
yaitu I. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi sektoral dan pertumbuhan sektoral kedua tanaman ini di
Kabupaten Bangka Selatan tinggi sehingga tergolong menjadi sektor maju dengan pertumbuhan
tinggi. Produksi tanaman cabe besar dan cabe rawit berturut-turut pada tahun tahun 2016 adalah 319
ton dan 193 ton (Gambar 5.13 dan Gambar 5.14).
Tabel 5.19.
Pertumbuhan dan Basis Komoditas Tanaman Sayur-Sayuran di Kabupaten Bangka Selatan
Berdasarkan Analisis Tipologi Klassen dan LQ
Proporsi Produksi (ton) Pertumbuhan Produksi
Kuadran
Tanaman Sayur- Kab. Prov. Kab. Prov.
No Kate Kate Tipologi
sayuran LQ Bangka Kep. Bangka Kep.
gori gori Klassen
Selatan Babel Selatan Babel
1 Bayam 0,47 3,61 4,14 (-) -28,84 -19,84 (-) IV
2 Kangkung 0,25 4,33 11,40 (-) -51,03 -16,56 (-) IV
3 Petsai/Sawi 0,79 6,09 6,34 (-) 20,47 -17,37 (+) II
4 Cabe Besar 1,27 17,58 11,70 (+) 945,52 -13,23 (+) I
5 Cabe Rawit 3,67 38,29 10,36 (+) 2077,33 -16,54 (+) I

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 98


Proporsi Produksi (ton) Pertumbuhan Produksi
Kuadran
Tanaman Sayur- Kab. Prov. Kab. Prov.
No Kate Kate Tipologi
sayuran LQ Bangka Kep. Bangka Kep.
gori gori Klassen
Selatan Babel Selatan Babel
6 Kacang Panjang 0,21 4,28 13,16 (-) -35,09 -24,31 (-) IV
7 Ketimun 0,14 5,66 22,39 (-) -55,45 -10,28 (-) IV
8 Terung 0,50 16,67 17,30 (-) -33,59 -13,61 (-) IV
9 Tomat 0,80 3,07 2,39 (+) -39,73 -0,96 (-) III
Sumber: Hasil Analisis
Nilai LQ > 1 = basis, LQ ≤ 1 = non-basis

Cabe Besar
500 150

400

Luas Panen (ha)


94
Produksi (ton)

81 78 100
300
61
200 43
50
100
461 424 369 103 319
0 0
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun

Produksi (ton) Luas Panen (ha)

Sumber: Bangka Belitung dalam Angka, data diolah 2018


Gambar 5.13
Produksi dan Luas Panen Cabe Besar di Kabupaten Bangka Selatan

Cabe Rawit
3000 200

2500
Luas Panen (ha)

150
Produksi (ton)

2000 115 115 119


106
1500 85 100

1000
50
500
647 509 384 2650 193
0 0
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun

Produksi (ton) Luas Panen (ha)

Sumber: Bangka Belitung dalam Angka, data diolah 2018


Gambar 5.14
Produksi dan Luas Panen Cabe Rawit di Kabupaten Bangka Selatan

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 99


Tingginya produksi tanaman cabe ini di Kabupaten Bangka Selatan dikarenakan karakter
masyarkat Bangka Belitung yang menyukai makanan pedas. Selain itu, petani Kabupaten Bangka
Selatan memiliki kecendrungan untuk menanam tanaman dengan harga jual komoditas tinggi seperti
cabe rawit dan cabe besar. Nilai LQ > 1 pada komoditas cabe rawit dan besar menunjukkan bahwa
kebutuhan cabai untuk Kabupaten Bangka Selatan sudah dapat di penuhi dari daerahnya sendiri tanpa
impor dari wilayah lainnya. Tanaman selain cabai besar dan rawit, memiliki nilai LQ < 1. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa kebutuhan komoditas sayuran lainnya yang dibutuhkan masyarakat Kabupaten
Bangka Selatan sebagian besar masih belum dapat dipenuhi sendiri sehingga kebutuhan lokal
terpenuhi dari impor daerah lain.

5.1.3 Analisis LQ dan Tipologi Klassen Komoditas Tanaman Buah-buahan


Bangka Selatan sebanyak 15 tanaman yang terbagi menjadi 15 famili (Tabel 5.22). Dari 15
tanaman ini, terdapat tiga tanaman buah-buahan yang yang menjadi unggulan pengembangannya di
Kabupaten Bangka Selatan yaitu nanas, nangka dan jeruk siam. Tanaman-tanaman ini diprioritaskan
untuk dikembangkan dalam skala besar untuk menunjang perekonomian Kabupaten Bangka Selatan.
Kebutuhan investasi dimasa mendatang untuk ketiga tanaman ini adalah industri pengolahan.
Tabel 5.20
Nama-Nama Tanaman Buah-Buahan yang Dibudidayakan di Kabupaten Bangka Selatan
No Nama Indonesia Nama Botani Famili
1 Alpukat Persea americana Lauraceae
2 Belimbing Averrhoa carambola Oxalidaceae
3 Duku Lansium parasiticum Meliaceae
4 Durian Durio zibethinus Malvaceae
5 Jambu air Syzygium aqueum Myrtaceae
6 Jambu biji Psidium guajava Myrtaceae
7 Jeruk Siam Citrus reticulata × sinensis Rutaceae
8 Mangga Mangifera indica Anacardiaceae
9 Manggis Garcinia mangostana Clusiaceae
10 Nanas Ananas comosus Bromeliaceae
11 Nangka Artocarpus heterophyllus Moraceae
12 Pepaya Carica papaya Caricaceae
13 Pisang Musa spp. Musaceae
14 Rambutan Nephelium lappaceum Sapindaceae
15 Salak Salacca zalacca Arecaceae
Sumber: Bangka Selatan dalam Angka, 2017

Tanaman nanas yang dikembangkan di Kabupaten Bangka Selatan merupakan jenis aksesi
lokal yang berasal dari Desa Bikang, Kecamatan Toboali, Bangka Selatan. Nanas ini memiliki bobot
mencapai 700 g dengan rasa yang manis, kandungan air sedikit, daging buah berwarna kuning dan ciri

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 100
buah telah matang adalah hijau kekuningan. Sentra tanaman nanas ini ada di Desa bikang, Kabupaten
Bangka Selatan dan berkontribusi sekitar 70% dari produksi nanas yang ada di Kabupaten Bangka
Selatan. Keunggulan nanas ini dibandingkan dengan keenam nanas aksesi lokal yang ada di Bangka
Belitung adalah masih mampu berproduksi di lahan marginal (lahan pascatambang timah) dengan
produksi 9,29 ton/ha. Nanas ini umumnya diolah mejadi buah meja, selai, keripik dan sebagai bahan
dalam membuat lempah kuning. Di Tahun 2014, produksi nanas di Bangka Belitung mencapai 4.704
ton. Tanaman nanas bikang telah dijadikan ikon Bangka Selatan, dan sangat potensial dijadikan buah
khas oleh-oleh, selai dan keripik sehingga perlu teknologi pengolahan yang baik dan benar serta
memberikan kontribusi di sektor agribisnisnya. Gambar 5.15 menunjukan bahwa produksi nanas di
Kabupaten Bangka Selaatan terus mengalami penurunan. Hal ini diduga karena produksi yang tinggi
tetapi sebagian besar hanya di konsumsi segar dan belum diolah menjadi produk turunan nanas.
Selain itu sulitnya mendapatkan pasar penjualannya menjadi penyebab menurunnya produksi nanas
ini.

Nenas

Tanaman Produktif (pohon)


3000 458440 500000

2500 400000
Produksi (ton)

2000
209000 300000
1500
200000
1000
11209
500 38950 9403 100000
2781 305 13 244 95
0 0
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun

Produksi (ton) Tanaman Produktif (pohon)

Sumber: Bangka Belitung dalam Angka diolah, 2018


Gambar 5.15
Produksi dan Jumlah Tanaman Nenas Produktif Di Kabupaten Bangka Selatan

Selain nanas, tanaman Nangka menjadi komoditas yang ingin dikembangkan pada sektor
industri pengolahan. Nangka pada umumnya diolah menjadi buah meja, campuran es, masakan, dan
keripik. Di tahun 2015, produksi tanaman nangka di Kabupaten Bangka Selatan mencapai 3979,4 ton.
Potensi pengembangan nangka ini di Bangka Selatan adalah industri makanan yaitu keripik nangka.
Jumlah produksi tertinggi nangka terdapat pada Desa Nangka dengan kontribusi produksi 35% dari
semua produksi nangka di Kabupaten Bangka Selatan. Berdasarkan Gambar 5.16, jumlah tanaman
produktif serta produksi tanaman nangka di Kabupaten Bangka Selatan cenderung berfluktuatif dari

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 101
tahun 2012-2016. Produksi tanaman nangka di Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2016 menurun
sebesar 33% dari tahun 2015.

Nangka

Tanaman Produktif
35324
8000 28203 40000
Produksi (ton)

6000 17186 30000

(pohon)
15215
4000 860 20000
2000 6992 3461 21 3979 2647 10000
0 0
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun

Produksi (ton) Tanaman Produktif (pohon)

Sumber: Bangka Belitung dalam Angka diolah, 2018


Gambar 5.16
Produksi dan Tanaman Nangka Produktif di Kabupaten Bangka Selatan

Sektor buah-buahan lainnya yang ingin dikembangkan sektor agribisnisnya adalah tanaman
jeruk siam. Jeruk siam memiliki rasa yang manis, kulit tipis, dan mudah dikupas, umumnya di jual di
pasar tradisional. Buah jeruk siam berbentuk bulat dengan ujung buah bundar. Bobot buah jeruk siam
berkisar 99.8-112.2 gram, ketebalan kulit 1.8-2.5 mm, kulit halus dan berpori rapat serta berukuran
kecil 0.8 mm. Pulp jeruk siam lebih lembut dibandingkan jeruk keprok. Di tahun 2013, produksi jeruk
siam di Kabupaten Bangka Selatan mencapai 2418 ton (Gambar 5.17). Keunggulan tanaman jeruk
siam ini adalah dapat berproduksi rata-rata 4-5 tahun dengan produksi 50-150 kg/pohon. Sentra utama
tanaman jeruk di Kabupaten Bangka Selatan terdapat pada Kecamatan Toboali.

Jeruk Siam
Tanaman Produktif (pohon)

2500 25000
18750
2000 17987 20000
Produksi (ton)

1500 15000
8160
1000 3000 7705 10000

500 5000
1952 2418 44 733 1541
0 0
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun

Produksi (ton) Tanaman Produktif (pohon)

Sumber: Bangka Belitung dalam Angka diolah, 2018

Gambar 5.17.
Produksi dan Jumlah Tanaman Jeruk Siam Produkti di Kabupaten Bangka Selatan

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 102
5.1.3.1 Analisis LQ dan Tipologi Klassen Komoditas Buah-buahan
Berdasarkan analisis Tipologi Klassen (Tabel 5.23), tanaman buah-buahan di Kabupaten
Bangka Selatan terbagi menjadi 3 kuadran, yaitu tanaman kuadran I terdiri atas alpukat, belimbing,
jambu biji, jambu air, manga, nangka, papaya, salak dan semangka. Kuadran I merupakan kuadran
sektor maju dengan pertumbuhan pesat. Tanaman kuadran II terdiri atas duku, durian, jeruk siam,
manggis, nenas, dan pisang.
Tabel 5.21
Pertumbuhan dan Basis Komoditas Buah-Buahan Kabupaten Bangka Selatan Berdasarkan
Analisis Tipologi Klassen
Proporsi Produksi Pertumbuhan Produksi
Tanaman Buah- Kab. Prov. Kab. Prov. Kuadran Tipologi
No Kate Kate
buahan* Bangka Kep. Bangka Kep. Klassen
gori gori
Selatan Babel Selatan Babel
1 Alpukat 0,97 0,69 (+) 1444,22 1,02 (+) I
2 Belimbing 0,9 0,28 (+) 336,12 43,53 (+) I
3 Duku 1,39 1,85 (-) 813,9 -1,54 (+) II
4 Durian 5,64 11,05 (-) 483,6 3,57 (+) II
5 Jambu Biji 1,37 0,67 (+) 340,99 38,8 (+) I
6 Jambu Air 1,29 0,92 (+) 753,42 44,57 (+) I
7 Jeruk Siam 8,86 21,17 (-) 526,16 181,59 (+) II
8 Mangga 23,71 8,13 (+) 38,73 10,91 (+) I
9 Manggis 1,67 3,59 (-) 1254,98 39,96 (+) II
10 Nangka 20,51 12,31 (+) 6238,88 43,79 (+) I
11 Nenas 1,5 11,18 (-) 539,48 -9,49 (+) II
12 Pepaya 7,14 4,81 (+) 432,14 34,94 (+) I
13 Pisang 7,64 9,78 (-) 358,26 14,32 (+) II
14 Rambutan 9,16 6,66 (+) 9,16 36,96 (-) III
15 Salak 3,7 2,4 (+) 1476,4 24,66 (+) I
16 Semangka 4,56 4,53 (+) 35,56 -15,22 (+) I
Sumber: Hasil Analisis
Ket: * tanaman yang digarismiringkan merupakan prioritas pengembangan di Kab. Basel

Kuadran II merupakan kuadran sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat.
Tanaman kuadran III adalah rambutan yaitu kuadran tanaman maju dengan pertumbuhan tertekan.
Terdapat 56 persen komoditas tanaman buah di Kabupaten Bangka Selatan termasuk dalam kuadran
I.

5.1.4 Analisis LQ, SSA, dan Tipologi Klassen Komoditas Tanaman Perkebunan
5.1.4.1 Analisis LQ Komoditas Tanaman Perkebunan
Komoditas tanaman perkebunan Kabupaten Bangka Selatan terdiri atas lada, karet, kelapa,
kelapa sawit, kopi, cengkeh, dan coklat.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 103
1. Tanaman Lada
Tanaman lada merupakan salah satu tanaman unggulan ekspor yang dibudidayakan di
Kabupaten Bangka Selatan. Pada tahun 2016 (BPS 2017), produksi tanaman lada mencapai 16.269
ton dengan produktivitas 1,25 ton/ha/tahun. Berdasarkan Tabel 5.24, bahwa Kabupaten Bangka
Selatan berperan sebanyak 49% total produksi lada yang ada di Kepulauan Bangka Belitung sehingga
menjadi pusat produksi terbesar penghasil lada putih (Muntok White Pepper) di Kepulauan Bangka
Belitung. Secara komparatif, luas lahan pertanaman lada di Kabupaten Bangka Selatan tertinggi di
semua Kota/Kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan luas tanam 24.421 ha.
Berdasarkan Tabel 5.25, tiga kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan dengan produksi lada tertinggi
adalah Kecamatan (1) Air Gegas (6986,25 ton); (2) Payung (2827,50 ton), dan (3) Tukak Sadai (2590
ton). Produksi tanaman lada di Kabupaten Bangka selatan berkisar dari 15.000 -17.000 ton dengan
produktivitas 1,25-1,89 ton/ha/tahun (Gambar 5.18).
Tabel 5.22
Luas Tanam, Produksi, dan Produktivitas Lada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun
2016
Produktivitas
Kabupaten/Kota Luas Tanam (ha) Produksi (ton)
(ton/ha/tahun)
Bangka 5073 3620 1,39
Belitung 8948 4533 1,14
Bangka Barat 5639 4724 1,42
Bangka Tengah 3211 2115 1,42
Bangka Selatan 24421 16269 1,25
Belitung Timur 3667 1919 0,87
Pangkalpinang - - -
Total 50959 33180 1,25
Sumber: Provinsi Kep. Babel dalam Angka diolah, 2018

Tabel 5.23
Luas Tanam dan Produksi Tanaman Lada di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016
No Kecamatan Luas Tanam (ha) Produksi (ton)
1 Payung 3618,60 2827,50
2 Pulau Besar 2148,10 1678,50
3 Simpang rimba 1766,10 1380,00
4 Toboali 1698,90 730,12
5 Tukak Sadai 3977,60 2590,00
6 Air Gegas 11662,10 6986,25
7 Lepar Pongok 186,20 76,89
8 Kepulauan Pongok - -
Total 25057,60 16269,26
Sumber: Kabupaten Bangka Selatan dalam Angka diolah, 2018

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 104
Lada

Produktivitas (ton/ha/tahun)
20000 2.5
1.89 1.89
1.72 2
15000
Produksi (ton)

1.29 1.25 1.5


10000
1
5000
0.5
16789 17112 17227 15711 16269
0 0
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun

Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha/tahun)

Sumber: Bangka Belitung dalam Angka diolah, 2018


Gambar 5.18
Produksi dan Produktivitas Lada di Kabupaten Bangka Selatan

Gambar 5.19. menunjukkan distribusi nilai LQ lada di 8 kecamatan berkisar antara 0,00 - 3,34.
Nilai LQ tertinggi untuk lada terdapat di kecamatan Air Gegas yaitu sebesar 3,34 dan nilai LQ terendah
yaitu 0.00 terdapat di kecamatan Kepulauan Pongok. Sentra utama produksi tanaman lada
berdasarkan nilai LQ produksi di Kabupaten Bangka Selatan adalah Air Gegas (3,34), Payung (1,95),
dan Pulau Besar (1,56).

Sumber: Hasil Analisis


Gambar 5.19
Peta Kewilayahan Lokasi Pengembangan Komoditas Lada Di Kabupaten Bangka Selatan

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 105
2. Tanaman Karet
Tanaman karet merupakan salah satu tanaman ekspor yang dibudidayakan di Kabupaten
Bangka Selatan. Nilai ekonomi tanaman ini terdapat pada getah/lateks yang digunakan bahan baku
industri yang memproduksi bahan karet.
Tabel 5.24
Luas Tanam, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Karet di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Tahun 2016
Produktivitas
Kabupaten/Kota Luas Tanam (ha) Produksi (ton)
(ton/ha/tahun)
Bangka 24717 19185 1,31
Belitung 3769 1165 0,97
Bangka Barat 18015 10328 0,88
Bangka Tengah 8320 8004 1,37
Bangka Selatan 22735 11977 1,02
Belitung Timur 2792 626 0,84
Pangkalpinang - - -
Total 80348 51285 1,07
Sumber: Bangka Belitung dalam Angka, 2017

Di tahun 2016 (BPS 2017), Kabupaten Bangka Selatan menduduki peingkat 2 (dua) tertinggi
dalam produksi lateks di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung setelah Kabupaten Bangka (Tabel 5.26).

Tabel 5.25
Luas Tanam dan Produksi Tanaman Karet di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016
No Kecamatan Luas Tanam (ha) Produksi (ton)
1 Payung 4330,50 2117,55
2 Pulau Besar 2127,40 1988,80
3 Simpang rimba 2990,00 1291,22
4 Toboali 1983,60 684,07
5 Tukak Sadai 273,90 1385,30
6 Air Gegas 8208,40 4436,25
7 Lepar Pongok 3844,80 74,28
8 Kepulauan Pongok - -
Total 23758,60 11977,47
Sumber: Bangka Selatan Dalam Angka, 2017

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 106
Karet

Produktivitas (ton/ha/tahun)
15000 1.33 1.34 1.5
1.22
1.02
Produksi (ton)

12000
0.81 1
9000
6000
0.5
3000
11669 11090 13727 9228 11977
0 0
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun

Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha/tahun)

Sumber: Bangka Belitung dalam Angka diolah, 2018


Gambar 5.20
Produksi dan Produktivitas Tanaman Karet di Kabupaten Bangka Selatan

Hal ini menunjukkan Kabupaten Bangka Selatan memberikan kontribusi penghasil lateks
sebesar 23% untuk produksi lateks di Kepulauan Bangka Belitung. Berdasarkan Tabel 5.27, tiga
kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan dengan produksi lateks tertinggi yaitu Kecamatan (1) Air
Gegas (4436,25 ton); (2) Payung (2117,55 ton); dan Pulau Besar (1988,80 ton). Produksi tanaman
karet di Kabupaten Bangka Selatan berkisar 9.000-14.000 ton dengan produktivitas 0,81-1,34
ton/ha/tahun (Gambar 5.20).

Sumber: Hasil Analisis


Gambar 5.21
Peta Kewilayahan Lokasi Pengembangan Komoditas Karet di Kabupaten Bangka Selatan

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 107
Gambar 5.21, menunjukkan distribusi nilai LQ karet di kecamatan-kecamatan di Kabupaten
Bangka Selatan. Nilai LQ karet di 8 kecamatan berkisar antara 0,00 - 2,61. Nilai LQ tertinggi untuk
karet terdapat di kecamatan Air Gegas yaitu sebesar 2,61 dan nilai LQ terendah yaitu 0,00 terdapat di
kecamatan Kepulauan Pongok. Sentra utama produksi tanaman karet berdasarkan nilai LQ produksi di
Kabupaten Bangka Selatan adalah Air Gegas (2,61), Pulau Besar (2,14), Payung (1,98), dan Lepar
Pongok (1,35).

3. Tanaman Kelapa
Tanaman kelapa merupakan tanaman yang dapat dikonsumsi segar ataupun olahan. Tanaman
ini umumnya dapat diolah menjadi bahan kuliner seperti es kelapa, santan, kue; kopra; arang aktif,
asap cair, VCO (virgin coconut oil) dan lainnya. Di tahun 2016 (BPS 2017), jumlah produksi kelapa di
Kabupaten Bangka Selatan mencapai 840 ton dan menduduki peringkat kedua terbesar dalam
produksi kelapa di Kepulauan Bangka Belitung (Tabel 5.28). Sebanyak 20% kelapa yang ada di
Kepulauan Bangka Belitung di pasok dari Kabupaten Bangka Selatan.

Tabel 5.26
Luas tanam, produksi, dan produktivitas tanaman kelapa di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung tahun 2016
Produktivitas
Kabupaten/Kota Luas Tanam (ha) Produksi (ton)
(ton/ha/tahun)
Bangka 3859 1853 0,58
Belitung 1695 369 0,63
Bangka Barat 1604 575 0,59
Bangka Tengah 711 312 0,62
Bangka Selatan 1281 840 0,96
Belitung Timur 749 331 0,81
Pangkalpinang - - -
Total 9899 4280 0,70
Sumber: Bangka Belitung dalam Angka, 2017

Berdasarkan Tabel 5.29, produksi kelapa tiga terbesar di Kabupaten Bangka Selatan adalah
Kabupaten (1) Pulau Besar (235,30 ton); (2) Simpang Rimba (280,80 ton); dan Toboali (126,00 ton).
Perkembangan produksi kelapa di Bangka Selatan mempunyai tren yang meningkat dari tahun 2012
hingga 2016. Produksi kelapa di tahun 2016 mencapai 840 ton dengan produktivitas 0,96 ton/ha/tahun
(Gambar 5.22).

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 108
Tabel 5.27
Luas Tanam dan Produksi Tanaman Kelapa di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016
Kecamatan Luas Tanam (ha) Produksi (ton)
Payung 14,15 11,70
Pulau Besar 262,57 235,30
Simpang rimba 339,61 280,80
Toboali 264,14 126,00
Tukak Sadai 213,83 102,00
Air Gegas 110,06 31,50
Lepar Pongok 165,09 52,85
Kepulauan Pongok - -
Total 1369,45 840,15
Sumber: Bangka Selatan dalam Angka, 2017

Kelapa

Produktivitas (ton/ha/tahun)
1200 1.20
0.96 0.96
1000
0.69 0.69 0.70
Produksi (ton)

800 0.70

600

400 0.20

200
621 618 621 798 840
0 -0.30
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun

Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha/tahun)

Sumber: Bangka Belitung dalam Angka diolah, 2018


Gambar 5.22
Produksi dan Produktivitas Tanaman Kelapa di Kabupaten Bangka Selatan

Gambar 5.23. menunjukkan distribusi nilai LQ kelapa di kecamatan-kecamatan di Kabupaten


Bangka Selatan. Nilai LQ kelapa di 8 kecamatan berkisar antara 0,00 - 12,60. Nilai LQ tertinggi untuk
kelapa terdapat di kecamatan Lepar Pongok yaitu sebesar 12,60 dan nilai LQ terendah yaitu 0,00
terdapat di kecamatan Kepulauan Pongok. Sentra utama produksi tanaman kelapa berdasarkan nilai
LQ produksi di Kabupaten Bangka Selatan adalah Lepar Pongok (12,60), Pulau Besar (4,84), Toboali
(1,94), dan Simpang Rimba (1,13).

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 109
Sumber: Hasil Analisis
Gambar 5.23
Peta kewilayahan lokasi pengembangan komoditas kelapa di Kabupaten Bangka Selatan

4. Tanaman Kelapa Sawit


Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil CPO (Crude Palm Oil). Di tahun 2016 (BPS 2017),
Kabupaten Bangka Selatan menduduki perigkat tiga dalam jumlah produksi di Kepualaun Bangka
Belitung (Tabel 5.30). Jumlah peoduksi kelapa sawit di Kabupaten Bangka Selatan mencapai 31.442
ton atau berkontribusi sebesar 26% dari total produksi kelapa sawit di Kepulauan Bangka Belitung.
Berdasarkan Tabel 5.31, tiga kecamatan besar dengan produksii kelapa sawit di Kabupaten Bangka
Selatan adalah Kecamatan (1) Tukak Sadai (48980 ton); (2) Pulau Besar (43136 ton); dan (3) Simpang
Rimba (32538 ton).

Tabel 5.28
Luas Tanam, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Tahun 2016
Produktivitas
Kota/Kabupaten Luas Tanam (ha) Produksi (ton)
(ton/ha/tahun)
Bangka 10255 31892 4,05
Belitung 5492 4689 2,15
Bangka Barat 17670 33248 2,54
Bangka Tengah 7955 17249 3,29
Bangka Selatan 20732 31442 2,95
Belitung Timur 2023 1703 1,76
Pangkalpinang 0 0 0,00

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 110
Produktivitas
Kota/Kabupaten Luas Tanam (ha) Produksi (ton)
(ton/ha/tahun)
Total 64127 120223 2,79
Sumber: Bangka Belitung dalam Angka, 2017

Tabel 5.29
Luas tanam dan produktivitas tanaman kelapa sawit di Kabupaten Bangka Selatan tahun 2016
No Kecamatan Luas Tanam (ha) Produksi (ton)
1 Payung 1516,80 10304,00
2 Pulau Besar 2874,92 43136,00
3 Simpang rimba 3287,09 32538,00
4 Toboali 642,99 9734,40
5 Tukak Sadai 3256,18 48980,00
6 Air Gegas 9531,53 6706,25
7 Lepar Pongok 871,75 494,53
8 Kepulauan Pongok - -
total 21981,26 151893,18
Sumber: Bangka Selatan Dalam Angka, 2017

Pertumbuhan produksi kelapa sawit di Kabupaten Bangka Selatan dari tahun 2013 terus
bergerak naik hingga tahun 2016. Di tahun 2016, produksi kelapa sawit di Kabupaten Bangka Selatan
mencapai 31.442 ton dengan produktivitas 2,95 ton/ha/tahun (Gambar 5.24).

Kelapa Sawit

Produktivitas (ton/ha/tahun)
30000 5.00

24000 4.00
Produksi (ton)

3.08 2.95
18000 3.00
2.20 2.25
1.84
12000 2.00

6000 1.00
23916 14153 19077 22265 31442
0 0.00
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun

Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha/tahun)

Sumber: Bangka Belitung Dalam Angka diolah, 2018


Gambar 5.24
Produksi dan Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit di Kabupaten Bangka Selatan

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 111
Sumber: Hasil Analisis
Gambar 5.25
Peta Kewilayahan Lokasi Pengembangan Komoditas Kelapa Sawit di Kabupaten Bangka Selatan

Gambar 5.25. menunjukkan distribusi nilai LQ kelapa sawit di kecamatan-kecamatan di


Kabupaten Bangka Selatan. Nilai LQ kelapa sawit di 8 kecamatan berkisar antara 0,00 - 1,12. Nilai LQ
tertinggi untuk kelapa sawit terdapat di kecamatan Tukak Sadai yaitu sebesar 1,12 dan nilai LQ
terendah yaitu 0 terdapat di kecamatan Kepulauan Pongok. Sentra utama produksi tanaman kelapa
sawit berdasarkan nilai LQ produksi di Kabupaten Bangka Selatan adalah Simpang Rimba (1,12),
Tukak Sadai (1,12), dan Toboali (1,05).

5. Tanaman Kopi
Kopi merupakan tanaman penyegar yang digunakan untuk kuliner dan aromatik. Di tahun 2016
(BPS 2017), produksi kopi di Bangka Selatan sebesar 1,05 ton. Produltivitas tanaman kopi di
Kabupaten Bangka Selatan hanya 0,15 to/ha/tahun (Tabel 5.32).

Tabel 5.30
Luas Tanam, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Kopi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Tahun 2016
Kota/Kabupaten Luas Tanam (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha/tahun)
Bangka - - -
Belitung 0,50 - -
Bangka Barat - - -
Bangka Tengah 8,05 2,20 0,41

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 112
Kota/Kabupaten Luas Tanam (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha/tahun)
Bangka Selatan 7,00 1,05 0,15
Belitung Timur 9,31 0,02 0,01
Pangkalpinang - - -
Total 24,86 3,27 0,19
Sumber: Bangka Belitung dalam Angka, 2017

Kecamatan yang telah menghasilkan kopi di Kabupaten Bangka Selatan adalah Air Gegas.
Selain di Air Gegas, perkebunan kopi di Kabupaten Bangka Selatan terdapat di Kecamatan Pulau
Besar dengan Luas Panen sebesar 5 ha (Tabel 5.33). Berdasarkan Gambar 5.26, produksi tanaman
kopi menurun drastis sejak tahun 2013 dan bahkan di tahun 2014 dan 2015 tercatat tidak berproduksi.

Tabel 5.31
Luas Penen dan Produksi Tanaman Kopi di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016
No Kecamatan Luas Panen (ha) Produksi (ton)
1 Payung - -
2 Pulau Besar 5,00 -
3 Simpang rimba - -
4 Toboali - -
5 Tukak Sadai - -
6 Air Gegas 2,00 1,00
7 Lepar Pongok - -
8 Kepulauan Pongok - -
Total 7,00 1,00
Sumber: Bangka Selatan dalam Angka, 2017

Kopi Produktivitas (ton/ha/tahun)


1.50 1.50

1.05
Produksi (ton)

1.00 1.00

0.50 0.40 0.50

0.20 0.04 0.15


0.00 0.00
0.00 0.01 0.00 0.00 0.00
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun

Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha/tahun)

Sumber: Bangka Belitung dalam Angka diolah, 2018


Gambar 5.26
Produksi dan Produktivitas Tanaman Kopi di Kabupaten Bangka Selatan

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 113
Gambar 5.27 menunjukkan distribusi nilai LQ kopi di kecamatan-kecamatan di Kabupaten
Bangka Selatan. Nilai LQ kopi hanya terdapat di kecamatan Air Gegas yaitu sebesar 3,32.

Sumber: Hasil Analisis


Gambar 5.27
Peta Kewilayahan Lokasi Pengembangan Komoditas Kopi di Kabupaten Bangka Selatan

6. Tanaman Cengkeh
Tanaman cengkeh merupakan tanaman aromatik yang biasa digunakan sebagai rempah untuk
meningkatkan cita rasa makanan. Cengkeh juga digunakan untuk campuran tembakau pada industri
rokok. Di Kabupaten Bangka Selatan tercatat hanya satu Kecamatan yang membudidayakan tanaman
cengkeh yaitu Kecamatan Toboali. Jumlah produksi tanaman cengkeh di Kecamatan Toboali sebesar
1000 kg. Berdasarkan Gambar 5.28, menunjukkan distribusi nilai LQ cengkeh di kecamatan-
kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan. Nilai LQ cengkeh hanya terdapat di kecamatan Toboali yaitu
sebesar 12,19.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 114
Sumber: Hasil Analisis
Gambar 5.28
Peta Kewilayahan Lokasi Pengembangan Komoditas Cengkeh di Kabupaten Bangka Selatan

7. Tanaman Cokelat
Tanaman cokelat atau kakao merupakan tanaman yang bijinya diolah menjadi cokelat dan
selanjutnya digunakan untuk industri makanan dan minuman. Terdapat enam kecamatan di Kabupaten
Bangka Selatan yang membudidayakan tanaman cokelat (Tabel 5.32), Kecamatan Pongok dan
Kepulauan Pongok tidak tidak ada yang membudidayakan tanaman ini. Produksi tanaman cokelat tiga
terbesar di Kabupaten Bangka Selatan adalah Kecamatan (1) Pulau Besar (27 ton); (2) Tukak Sadai
(5,95 ton), dan (3) Toboali (4,20 ton). Gambar 5.29. menunjukkan distribusi nilai LQ cokelat di
kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan. Nilai LQ cokelat di 8 kecamatan berkisar antara
0,00 - 2,26. Nilai LQ tertinggi untuk cokelat terdapat di kecamatan Toboali dan Pulau Besar yaitu
sebesar 2,26 dan nilai LQ terendah yaitu 0 terdapat di kecamatan Lepar Pongok dan Kepulauan
Pongok.

Tabel 5.32
Luas Panen dan Produksi Tanaman Cokelat di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016
Kecamatan Luas Panen (ha) Produksi (ton)
Payung 2,10 0,30
Pulau Besar 33,55 27,00
Simpang rimba 29,35 2,10
Toboali 29,35 4,20
Tukak Sadai 35,65 5,95
Air Gegas 6,29 1,80

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 115
Kecamatan Luas Panen (ha) Produksi (ton)
Lepar Pongok - -
Kepulauan Pongok - -
Total 136,29 41,35
Sumber: Bangka Selatan Dalam Angka, 2017

Sumber: Hasil Analisis


Gambar 5.29
Peta Kewilayahan Lokasi Pengembangan Komoditas Cokelat di Kabupaten Bangka Selatan

5.1.4.2 Analisis LQ dan SSA Komoditas Tanaman Perkebunan

Pengembangan tanaman perkebunan di Kabupaten Bangka Selatan di lakukan di 8 (delapan)


Kecamatan (Tabel 5.33.). Daerah basis komoditas lada berdasarkan nilai LQ > 1 terdapat pada
kecamatan (1) Air Gegas (LQ=3,34), (2) Payung (LQ=1,95) , dan (3) Pulau Besar (LQ=1,56). Daerah
basis komoditas karet berdasarkan nilai LQ > 1 terdapat pada Kecamatan (1) Air Gegas, (2) Pulau
Besar, (3) Payung, dan (4) Lepar Pongok. Daerah basis komoditas kelapa sawit berdasarkan nilai LQ >
1 terdapat pada Kecamatan (1) Simpang Rimba, (2) Tukak Sadai, dan (3) Toboali. Daerah basis
komoditas kelapa berdasarkan nilai LQ > 1 terdapat pada Kecamatan (1) Lepar Pongok, (2) Pulau
Besar, (3) Toboali, dan (4) Simpang Rimba. Daerah basis komoditas kopi berdasarkan nilai LQ > 1
terdapat pada Kecamatan Air Gegas. Daerah basis komoditas cengkeh berdasarkan nilai LQ > 1
terdapat pada Kecamatan Toboali. Daerah basis komoditas coklat berdasarkan nilai LQ > 1 terdapat
pada Kecamatan (1) Pulau Besar, (2) Toboali dan (3) Tukak Sadai.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 116
Tabel 5.33
Daerah Basis Produksi Tanaman Perkebunan Serta Daya Saingnya di Kabupaten Bangka
Selatan Berdasarkan Analisis LQ dan SSA
Tanaman Perkebunan
Nama
No Lada Karet Kelapa Sawit Kelapa Kopi Cengkeh Coklat
Kecamatan
LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA
1 Payung 1,95 -0,42 1,98 -0,31 0,80 -0,28 0,78 -0,97 - - 00,00 - 0,41 -0,85
2 Pulau Besar 1,56 0,98 2,14 0,81 0,78 25,17 4,84 -0,02 - - 00,00 - 2,26 12,50
Simpang
3 0,31 0,48 0,59 -0,40 1,12 -0,22 1,13 9,40 - - 00,00 - 0,37 -0,30
Rimba
4 Toboali 0,62 -0,44 0,87 -0,49 1,05 -0,48 1,94 -0,50 - - 12,19 -0,75 2,26 -0,48
5 Tukak Sadai 0,51 -0,14 0,43 -0,36 1,12 0,02 0,47 -0,63 - - 00,00 - 1,13 -0,60
6 Air Gegas 3,34 0,14 2,61 0,17 0,58 -0,36 0,36 -0,37 3,32 - 00,00 - 0,19 -
7 Lepar. Pongok 0,79 0,26 1,35 -0,41 0,91 -0,37 12,6 -0,51 - - 00,00 - 0,00 -
Kepulauan
8 0,00 - 0,00 - 0,80 - 0 - - - 00,00 - 0,00 -
Pongok
Sumber: Hasil Analisis

Berdasarkan Tabel 5.33, Kecamatan Payung merupakan daerah basis lada dan karet yang
mengalami penurunan produksi yang di tandai dengan nilai SSA yang negatif sehingga untuk menjadi
kompetitif/memiliki daya saing perlunya menyelesaikan permasalahan menyebabkan penurunan
produksinya. Berdasarkan analisis SSA, untuk komoditas kopi dan cengkeh walaupun memiliki daerah
basis akan tetapi belum memilki daya saing.
Berdasarkan kewilayahan Kabupaten Bangka Selatan, wilayah kecamatan yang sama dapat
menjadi basis produksi salah satu atau lebih tanaman perkebunan (Tabel 5.34.).

Tabel 5.34
Komoditas Unggulan Perkebunan Pada Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan
No. Nama Kecamatan Komoditas Unggulan
1 Payung 1. Lada dan Karet
2 Pulau Besar 2. Lada, Karet, Kelapa, dan Cokelat
3 Simpang Rimba 3. Kelapa sawit dan Kelapa
4 Toboali 4. Kelapa sawit, Kelapa, Cengkeh, dan Cokelat
5 Tukak Sadai 5. Kelapa sawit dan Cokelat
6 Air Gegas 6. Lada dan Sawit
7 Lepar Pongok 7. karet dan kelapa
8. Belum menjadi basis produksi untuk semua komoditas tanaman
8 Kepulauan Pongok
perkebunan
Sumber: Hasil Analisis

5.1.4.3 Analisis Tipologi Klassen Komoditas Tanaman Perkebunan


Komoditas tanaman perkebunan Kabupaten Bangka Selatan terdiri atas lada, karet, kelapa,
kelapa sawit, kopi, cengkeh, dan coklat (Tabel 5.35.). Berdasarkan analisis LQ, kelapa sawit
merupakan sektor basis di Kabupaten Bangka Selatan dengan nilai LQ > 1 yaitu 1,5. Berdasarkan
analisis tipologi klassen, sektor perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Bangka Selatan tergolong ke

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 117
dalam kuadran I, yaitu sektor maju dengan pertumbuhan ekonomi pesat. Tanaman kuadran II yaitu
karet dan kelapa yang kontribusi produksi sektoral mengalami penurunan akan tetapi pertumbuhan
sektoralnya mengalami kenaikan. Berbeda dengan halnya dengan tanaman lada, kontribusi sektoral
produksi sektoral mengalami penuruanan diikuti dengan pertumbuhan sektoralnya, sehingga tergolong
sektor relatif tertinggal. Untuk komoditas kopi, cengkeh, dan coklat, tidak dapat di analisis tipologi
klassen karena data produksi skala Provinsi Bangka Belitung tidak tersedia (-).

Tabel 5.35
Pertumbuhan dan Basis Komoditas Tanaman Perkebunan Kabupaten Bangka Selatan
Berdasarkan Analisis Tipologi Klassen dan LQ
Produksi (ton) Pertumbuhan
Kuadran
Tanaman Kab. Prov. Kab. Prov.
No Kate Kete Tipologi
perkebunan LQ Bangka Kep. Bangka Kep.
gori gori Klassen
Selatan Babel Selatan Babel
1 Lada 0,63 10,26 16,41 (-) -1,52 -0,27 (-) IV
2 Karet 0,27 7,19 26,77 (-) 6,93 1,33 (+) II
3 Kelapa 0,27 0,61 2,23 (-) 25,14 -12 (+) II
4 Kelapa Sawit 1,50 81,95 54,59 (+) 292,18 8,28 (+) I
5 Kopi 0,12 - - - - - - -
6 Cengkeh - - - - - - - -
7 Coklat - - - - - - - -
Sumber: Hasil Analisis

5.1.5 Analisis SWOT Sektor Pertanian


Analisis kekuatan (S), kelemahan (W), peluang (O), dan Ancaman (T) sektor pertanian
ditampilkan pada Tabel 5.36.

Tabel 5.36
Identifikasi SWOT Sektor Pertanian Kabupaten Bangka Selatan
No. Kekuatan (S) No. Kelemahan (W)
1. Perkebunan merupakan sektor unggulan di 1. Alih fungsi lahan dari sektor pertanian ke sektor
Kabupaten Bangka Selatan dengan nilai LQ (Location pertambangan
Quotient) > 1, SSA (Shift Share) menunjukkan laju
pertumbuhan baik dan TK (Tipologi Klassen)
menunjukkan sektor unggulan dan tumbuh pesat
2. Tingkat kesuburan tanah yang baik dilihat dari 2. Teknologi sektor pertanian masih terbatas
tingginya nilai produksi terutama untuk irigasi (pengairan)
3. Sentra produksi padi di Bangka Belitung
4. Sentra produksi lada di Bangka Belitung
No. Peluang (O) No. Ancaman (T)
1. Terdapat kerjasama dengan berbagai pihak baik di 1. Krisis ekonomi berakibat pada kenaikan harga
dalam maupun diluar negeri produksi pertanian
2. Adanya Program Resi Gudang Lada oleh Pemerintah 2. Ketergantungan Harga lada terhadap pasar global
Provinsi Kep. Bangka Belitung
3. Lada dari Bangka Belitung diakui kualitasnya dengan
Brands Muntok White Pepper
Sumber : Hasil Analisis

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 118
Penetapan strategi pengembangan kawasan industri pertanian di Kabupaten Bangka Selatan di
tetapkan berdasarkan potensi serta permasalahan yang terdapat pada wilayah Kabupaten Bangka
Selatan. Hasil analisis, menampilkan tabel matrik IFAS dan EFAS analisis (kekuatan, kelemahan) dan
(peluang, ancaman) dapat dilihat pada Tabel 5.37. dan Tabel 5.38.

Tabel 5.37
Matriks Analisis IFAS Kawasan Industri Pertanian Kabupaten Bangka Selatan
No Kekuatan Bobot Relatif Rating Score
1. Merupakan sektor unggulan di Kabupaten Bangka Selatan 5 0,192 4 0,769
dengan nilai LQ (Location Quotient) > 1, SSA (Shif Share)
menunjukkan laju pertumbuhan baik dan TK (Tipologi
Klassen) menunjukkan sektor unggulan dan tumbuh pesat
2. Tingkat kesuburan tanah yang baik dilihat dari tingginya nilai 4 0,154 3 0,462
produksi
3. Sentra produksi padi di Bangka Belitung 5 0,192 4 0,769
4. Sentra produksi lada di Bangka Belitung 5 0,192 4 0,769
Total 19 0,731 2,77
No Kelemahan Bobot Relatif Rating Score
1. Alih fungsi lahan dari sektor pertanian ke sektor 3 0,115 -2 -0,230
pertambangan
2. Teknologi sektor pertanian masih terbatas terutama untuk 4 0,154 -2 -0,308
irigasi (pengairan)
Total 7 0,269 -0,538
Total Bobot 26 1
Sumber: Hasil Analisis

Tabel 5.38.
Matriks Analisis EFAS Kawasan Industri Pertanian Kabupaten Bangka Selatan
No. Peluang Bobot Relatif Rating Score
1. Terdapat kerjasama dengan berbagai pihak baik didalama 4 0,167 3 0,500
maupun diluar negeri
2. Adanya Program Resi Gudang Lada oleh Pemerintah Provinsi 5 0,208 4 0,833
Kep. Bangka Belitung
3. Lada dari Bangka Belitung diakui kualitasnya dengan brands 5 0,208 4 0,833
Muntok White Pepper
Total 14 0,583 2,17
No. Ancaman Bobot Relatif Rating Score
1. Krisis ekonomi berakibat pada kenaikan harga produksi 5 0,208 -4 -0,833
pertanian
2. Ketergantungan Harga lada terhadap pasar global 5 0,208 -4 -0,833
Total 10 0,417 -1,67
Total Bobot 24 1
Sumber: Hasil Analisis

Dari hasil pembobotan pada Tabel 5.37 dan Tabel 5.38 diatas, maka dapat dilihat posisi dalam
kuadran stategi analisis IFAS-EFAS sektor pertanian yang dapat dihitung berdasarkan perhitungan
dibawah ini di tampilkan pada Tabel 5.39.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 119
Tabel 5.39
Perhitungaan Koordinat Matriks SWOT
Perhitungan Koordinat Matriks SWOT
X Nilai Total S + W
Y Nilai Total O + T
Jadi :
X 2,23
Y 0,50
Koordinat (2,23 : 0,50)
Sumber : Hasil Analisis

Berdasarkan hasil pemetaan terhadap kuadran strategi analisis IFAS-EFAS sektor pertanian
diatas, dapat diketahui bahwa strategi pengembangannya berada pada Kuadran I yaitu Growth
Strategi. Artinya, pengembangan pada pertanian perlu dilakukan dengan pendekatan pertumbuhan
memanfaatkan potensi dan peluang yang ada. Diagram matriks SWOT sektor pertanian Kabupaten
Bangka Selatan dapat dilihat pada Gambar 5.30.

O
3

Kuadran III Kuadran I


2

1
Pertanian

0
W S
-3 -2 -1 0 1 2 3

-1

-2

Kuadran IV Kuadran II
-3

T
Sumber: Hasil Analisis
Gambar 5.30
Diagram Matriks SWOT Sektor Pertanian Kabupaten Bangka Selatan

Strategi yang bisa dikembangkan terkait dengan pengembangan pada sektor industri tersebut,
antara lain:
1. Mengoptimalkan sektor pertanian sebagai sektor unggulan dengan memanfaatkan kerjasama yang
ada baik di dalam maupun di luar (S1,2-O1)

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 120
2. Program Resi Gudang Lada di Bangka Belitung lebih ditingkatkan dengan memaksimalkan sentra-
sentra produksi lada di Kabupaten Bangka Selatan (S4-O2)
3. Mengoptimalkan sektor perkebunan yang merupakan sektor unggulan dengan memanfaatkan
kerjasama berbagai pihak baik didalam maupun diluar (S1-O1)
4. Memaksimalkan produksi pertanian dengan memanfaatkan tingkat kesuburan tanah (S2-O1)

5.2 Analisis Keunggulan Daerah dan Analısıs SWOT Sektor Perıkanan

5.2.1 Analisis Location Quotion (LQ) Sektor Perikanan


5.2.1.1 Jenis Ikan Laut Perikanan Tangkap
Sektor perikanan termasuk kedalam kriteria LQ > 1, artinya sektor perikanan menjadi basis
pertumbuhan di Kabupaten Bangka. Nilai LQ nya sebesar 1,72. Pertumbuhan nilai LQ dari 2013
sampai 2016 terjadi di tahun 2015 dan yang terendah terjadi di tahun 2016. Nilai LQ sektor perikanan
tinggi karena jumlah komoditi ikan yang melimpah di Kabupaten Bangka Selatan.
Dalam analisis ini, metode LQ digunakan untuk menentukan komoditas unggulan terhadap
sektor perikanan tangkap di Kabupaten Bangka Selatan. Komoditas perikanan tangkap yang menjadi
ikan hasil tangkapan utama nelayan di Kabupaten Bangka Selatan yang diidentifikasi sebanyak 15
jenis. Dengan demikian, wilayah analisis di Kabupaten Bangka Selatan dan wilayah referensi di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Berdasarkan hasil analisis, nilai LQ jenis Ikan (Perikanan
Tangkap) disajikan pada Tabel 5.41.

Tabel 5.40
Nilai LQ Jenis Ikan (Perikanan Tangkap) Tahun 2014-2016
No. Jenis Ikan Nama Latin LQ Status Komoditas
1. Tenggiri Papan Scomberomorus guttatus 17,51 Basis
2. Pari Macan Pastinachus solocirostris 5,39 Basis
3. Bawal Putih Pampus argenteus 2,58 Basis
4. Kakap Putih Lates calcarifer 2,41 Basis
5. Kembung Rastrelliger brachysoma 2,39 Basis
6. Manyung Netuma thalassina 2,19 Basis
7. Bawal Hitam Parastromateus niger 2,09 Basis
8. Kerapu Karang Epinephelus fuscoguttatus 1,95 Basis
9. Kuwe Caranx sexfasciatus 1,5 Basis
10. Selar Selaroides leptolepis 1,14 Basis
11. Tenggiri Scomberomorus commersonii 1,07 Basis
12. Ekor Kuning Caesio cuning 0,94 Non Basis
13. Teri Stolephorus sp. 0,93 Non Basis
14. Kakap Merah Lutjanus campechanus 0,47 Non Basis
15. Tembang Sardinella fimbriata 0,37 Non Basis
Sumber: Hasil Analisis

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 121
Sektor perikanan merupakan salah satu sektor unggulan di Kabupaten Bangka Selatan dalam
perekonomian daerah. Sektor perikanan terdiri dari perikanan tangkap dan perikanan budidaya.
Menurut BPS Kabupaten Bangka Selatan (2017), produksi penangkapan ikan di laut pada tahun 2014-
2016 berfluktuatif. Produksi tahun 2014 sebesar 39.471 ton dan meningkat pada tahun 2015 sebesar
50.302 ton kemudian menurun kembali di tahun 2016 sebesar 41.309 ton.
Beragamnya potensi perikanan tangkap di Kabupaten Bangka Selatan dapat tersaji pada Tabel
5.20 yang menunjukan terdapat 15 jenis hasil perikanan tangkap dengan beberapa diantaranya
berstatus sebagai komoditas unggulan (11 jenis). Komoditas unggulan merupakan komoditas yang
berpotensi dan dapat dipersaingkan dengan produk sejenis di daerah lain. Karena memiliki keunggulan
komparatif dan efisiensi usaha yang tinggi (Masniadi, 2012; Susanto, 2014). Berikut 11 jenis komoditas
unggulan berdasarkan urutan analisis nilai LQ (Location Quotient) tertinggi, diantaranya: Tenggiri
Papan, Pari Macan, Bawal Putih, Kakap Putih, Kembung, Manyung, Bawal Hitam, Kerapu Karang,
Kuwe, Selar dan Tenggiri. Nilai LQ yang lebih dari 1 menunjukkan bahwa komoditas tersebut memiliki
daya saing atau unggulan komperatif wilayah dan berpotensi menjadi komoditas ekspor. Menurut
Budiharsono (2001) pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah. Ekspor tersebut tidak
terbatas pada bentuk barang-barang dan jasa, akan tetapi dapat juga berupa pengeluaran orang asing
yang berada di wilayah tersebut terhadap barang-barang tidak bergerak.
Dilihat dari kisaran nilai, nilai LQ ikan tenggiri papan memiliki nilai tertinggi sebesar 17,51.
Dengan nilai LQ tersebut artinya produksi ikan tenggiri papan di Kabupaten Bangka Selatan untuk
konsentrasi produksi 17,51 kali labih tinggi dibandingkan produksi ikan tenggiri papan tingkat Provinsi.
Produksi yang tinggi ini sejalan dengan kondisi ekologi di Kabupaten Bangka Selatan yang masih baik.
Adibrata dkk (2013) menyebutkan bahwa kondisi daya dukung lingkungan di Kabupaten Bangka
Selatan masih cukup baik untuk mendukung kehidupan berbagai biota perairan.
Beberapa kriteria komoditas unggulan berdasarkan Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah
Depdagri, Surat Edaran Nomor 050.05/2910/III/BANDA tanggal 7 Desember 1999, sebagai berikut: a.
Mempunyai kandungan lokal yang menonjol dan inovatif; b. Mempunyai daya saing tinggi di pasaran,
baik ciri, kualitas maupun harga yang kompetitif serta jangkauan pemasaran yang luas, baik di dalam
negeri maupun global; c. Mempunyai ciri khas daerah karena melibatkan masyarakat banyak (tenaga
kerja setempat); d. Mempunyai jaminan dan kandungan bahan baku yang cukup banyak, stabil, dan
berkelanjutan; e. Difokuskan pada produk yang mempunyai nilai tambah yang tinggi, baik dalam
kemasan maupun pengolahannya; f. Secara ekonomi menguntungkan dan bermanfaat untuk
meningkatkan pendapatan dan kemampuan SDM masyarakat; g. Ramah lingkungan, tidak merusak
lingkungan, berkelanjutan serta tidak merusak budaya setempat.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 122
5.2.1.2 Daerah Tangkap Ikan Laut Perikanan Tangkap
Sebaran produksi perikanan tangkap di Kabupaten Bangka Selatan ditampilkan pada Gambar
5.31, sedangkan wilayah ground fishing ditampilkan pada Gambar 5.32. Berdasarkan hasil LQ pada
Gambar 5.31. bahwa nilai LQ perikanan tangkap di 8 kecamatan berkisar antara 0,49-1,25. Nilai LQ
tertinggi untuk perikanan tangkap terdapat di kecamatan Lepar Pongok yaitu sebesar 1,25 dan nilai LQ
terendah yaitu 0,49 terdapat di kecamatan Air Gegas. Kecamatan bernilai LQ 0.00 pada peta
menunjukkan bahwa tidak tersedianya data.

Sumber: Hasil Analsis


Gambar 5.31
Sebaran Nilai LQ Perikanan Tangkap di Kabupaten Bangka Selatan

Sumber: Hasil Analisis


Gambar 5.32
Lokasi fishing ground di Perairan Kabupaten Bangka Selatan

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 123
5.2.1.3 Volume Ekspor Perikanan Tangkap di Bangka Belitung
Jenis komoditas perikanan tujuan ekspor dari Bangka Belitung terus meningkat dari sejak tahun
2015 hingga 2017 (Tabel 5.42.). Pada tahun 2015, tercatat 26 jenis komoditas perikanan tangkap,
tahun 2016 tercatat 31 jenis komoditas perikanan tangkap, dan pada tahun 2017 tercatat 39 jenis
komoditas perikanan tangkap.

Tabel 5.41
Jenis Ikan Ekspor di Bangka Belitung
Jenis Ikan
No.
Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
1. Bawal Hitam Bawal Hitam Bawal Hitam
2. Covia Cobia Bawal Putih
3. Cumi-cumi Cumi Semampar Cobia
4. Ekor Kuning Cumi-cumi Cumi-cumi
5. Kaci-kaci Gonggong Cumi Semampar
6. Pari Hiu Mejan Gelembung Renang Ikan
7. Pisang-pisang Ikan Air Laut Gonggog
8. Sebelah Ikan Bawal Bintang Hiu
9. Sembilang Ekor Kuning Hiu Mejan
10. Senangin Gulama Ikan Air Laut
11. Kakak Tua kaci-kaci Ibawal Bintang
12. Kakap Merah Kakap Merah Ekor Kuning
13. Kerapu Cantik Kakatua Gulama
14. kerapu Kertang kuwe Lilin Kaci-kaci
15. Kerapu Lumpur Pari Kakap Merah
16. Kerapu Macan Pisang-pisang Kakatua
17. Kerapu Sunu Sembilang Kuwe Lilin
18. Lobster Beku Senangin Malong
19. Manyung Tenggiri Pari
20. Rajungan Kepala Udang Pisang-pisang
21. Siput Laut Kerapu Macan Sembilang
22. Tenggiri Kerapu Sunu Senangin
23. Tulang Ikan Hiu Manyung Tenggiri
24. Tulang pari Rajungan Jarang Gigi
25. udang Kipas Siput Laut Kepala Udang
26. Udang laut Sweetlip Bream Kerapu macan
27. Talang Kerapu Sunu
28. Tulang Ikan Hiu Manyung
29. Tulang/Kulit Ikan Parang-parang
30. Tulang Pari Rajungan
31. Udang Kipas Siput Laut
32. Sotong Beku
33. Sweetlip Bream
34. Talang-talang
35. Teripang Kering
36. Tulang Ikan Hiu
37. Tulang/Kulit Ikan
38. Tulang Pari
39. Udang Kipas
Sumber : Data diolah, 2018

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 124
Jenis komoditas perikanan tangkap yang diekspor diantaranya bawal, kerapu, tulang pari, cumi-
cumi, kerapu, udang-udangan, tulang/kulit ikan hingga gelembung renang ikan. Tabel 5.42.
menunjukkan jenis ikan yang menjadi komoditas ekspor. Tiap tahunnya jenis ikan yang di ekspor
mengalami penambahan dimana pada tahun 2017 terdapat 39 jenis perikanan tangkap yang menjadi
komoditas ekspor.
Tabel 5.42. menunjukkan jumlah produksi ekspor tiap tahunnya mengalami peningkatan dimana
tahun 2015 sebesar 3.266.103,00 Kg dengan melalui 11 (sebelas) perusahaan atau PT diantaranya PT
Cahaya Bintang Abadi, PT Nelayan Mitra Mandiri, PT Surya Sepakat Pulau Bangka, Surya Hasil Laut,
Sukardi dan lainnya. Dengan Negara tujuan yaitu Australia, Singapore, Malaysia dan Thailand.
Selanjutnya, tahun 2016 jumlah ekspor sektor perikanan sebesar 5.751.000,10 atau mengalami
peningkatan 76 % dari tahun 2015, melalui kerjasama 12 perusahaaan dengan Negara tujuan
Australia, Singapore, Malaysia, Thailand dan Taiwan. Pada tahun 2017 jumlah eksportir sebesar
10.109.702,25 Kg sudah memilki penambahan kerjasama dengan perusahaan yakni sebanyak 20
perusahaan dengan Negara tujuan yakni Australia, Hongkong, Malaysia, Singapore, Taiwan, Thailand
dan Vietnam. Meningkatnya jumah ekspor ikan dari tahun 2015 hingga 2017 ditampilkan pada Gambar
5.33.

Eksportir Ikan (Kg)


15,000,000
Volume (Kg)

10,000,000

5,000,000

0
2015 2016 2017
Sumber: Data diolah
Gambar 5.33
Perkembangan Jumlah Ekspor (KGM) Bangka Belitung Tahun 2015-2017

Berdasarkan Gambar 5.34., jumlah ekspor berfluktuasi tiap tahunnya. Jumlah ekspor tertinggi
pada tahun 2016 sebesar 71.936,00 (Hds) dengan didominansi komoditas ikan kerapu dan kakap.
Sedangkan jumlah ekspor terendah terjadi pada tahun 2017 sebesar 41.878,00 (Hds) dengan
didominansi komoditas ikan kerapu dan ikan cupang. Negara tujuan yakni Hongkong dan China
dengan perusahaan ASUA, Subali, Sukardi, JI HUN, CV. Sumber Berjaya dan PT. Sumatera Budiaya
Marine (Tabel 5.44).

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 125
Eksportir Ikan (Hds)
80,000

60,000
Volume (Hds)

40,000

20,000

0
2015 2016 2017
Tahun
Sumber: Data diolah
Gambar 5.34
Perkembangan Jumlah Ekspor (HDS) Tahun 2015-2017

Tabel 5.42
Negara Tujuan Ekspor dan Volume Ekspor Perikanan Tangkap di Bangka Belitung
Tahun Volume (KGM) PT/Perusahaan Negara Tujuan
Amirudin
CV. Laut Jaya
Demmy Aryanto
Hajaeradi
Australia
PT. Cahaya Bintang Laut Abadi
Malaysia
2015 3.266.103,00 PT. Duta Buana Pacific
Singapore
PT. Nelayan Mitra Mandiri
Thailand
PT. Surya Sepakat Pulau Bangka
Sukardi
Surya Hasil Laut
Susanto
Armawati
CV. Laut Jaya
CV. Wadah Lautan Makmur
Demmy Aryanto
Australia
PT. Cahaya Bintang Laut Abadi
Malaysia
PT. Nelayan Mitra Mandiri
2016 5.751.000,10 Singapore
PT. Duta Buana Pacific
Taiwan
PT. Surya Sepakat Pulau Bangka
Thailand
PT. Belitung Berkah Mandiri
PT. Sanjaya Fisherindo
Surya Hasil Laut
Susanto

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 126
Tahun Volume (KGM) PT/Perusahaan Negara Tujuan
Armawati
CV. Laut Jaya
CV. Wadah Lautan Makmur
Darmadi
Demmy Aryanto
Mario
Mr. Wang
Australia
PT. Cahaya Bintang Laut Abadi
Hongkong
PT. Duta Buana Pacific
Malaysia
PT. Nelayan Mitra Mandiri
2017 10.109.702,25 Singapore
PT. Surya Sepakat Pulau Bangka
Taiwan
PT. Belitung Berkah Mandiri
Thailand
PT. Sanjaya Fisherindo
Vietnam
Supriyanto
Surya Hasil Laut
Surya
Susanto
Tarsim
Susanto Hendra
Susan
Sumber : Data diolah, 2018

Tabel 5.43
Jumlah Eksportir (HDS) Sektor Perikanan Pulau Bangka Belitung
Tahun Volume(HDS) PT/Perusahaan Negara Tujuan
ASUA
2015 53.267,00 Subali Hongkong
Sukardi
ASUA
CV. Sumber Berjaya
2016 71.936,00 Hongkong
PT. Sumatera Budidaya Marine
Subali
CV. Sumber Berjaya
Hongkong
2017 41.878,00 PT. Sumatera Budidaya Marine
China
JI HUN
Sumber: Data diolah, 2018

5.2.2 Analisis Shift-Share Sektor Perikanan


5.2.2.1 Jenis Ikan Perikanan Tangkap
Analisis Shift Share mengidentifikasi daya saing kategori jenis ikan (perikanan tangkap)
dimasing-masing Kecamatan/Desa terhadap kondisi di Kabupaten Bangka Selatan. Data yang
digunakan adalah jumlah produksi jenis ikan pada tahun 2014 terhadap tahun 2016. Nilai analisis shiftt
share Kabupaten Bangka Selatan dengan wilayah referensi Provinsi Bangka Belitung tersaji dalam
Tabel 5.44.
Berdasarkan hasil Shift Share Analysis (SSA) komoditas ikan, diperoleh hasil sebagai berikut:

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 127
 Komoditas dengan pertumbuhan sangat pesat (PSij > 0 dan Dsij > 0) adalah : ikan tenggiri papan, pari
macan, bawal hitam, kakap putih, kembung, manyung, bawal hitam, kerapu karang, selar, tenggiri, ekor
kuning, teri dan tembang.
 Komoditas dengan pertumbuhan terhambat namun berpotensi (PSij > 0 dan DSij < 0) adalah: ikan
kakap putih, kakap merah dan kuwe.

Tabel 5.44
Nilai LQ dan SSA berdasarkan Jenis Ikan (Perikanan Tangkap) Tahun 2014-2016
LQ SSA
No. Jenis Ikan Nama Latin Keterangan
Nilai Status Psij Dsij
Scomberomorus Komoditas dengan pertumbuhan
1. Tenggiri Papan 17,51 Basis + +
guttatus sangat pesat
Pastinachus Komoditas dengan pertumbuhan
2. Pari Macan 5,39 Basis + +
solocirostris sangat pesat
Komoditas dengan pertumbuhan
3. Bawal Putih Pampus argenteus 2,58 Basis + +
sangat pesat
Komoditas dengan pertumbuhan
4. Kakap Putih Lates calcarifer 2,41 Basis + -
tehambat namun berpotensi
Rastrelliger Komoditas dengan pertumbuhan
5. Kembung 2,39 Basis + +
brachysoma sangat pesat
Komoditas dengan pertumbuhan
6. Manyung Netuma thalassina 2,19 Basis + +
sangat pesat
Parastromateus Komoditas dengan pertumbuhan
7. Bawal Hitam 2,09 Basis + +
niger sangat pesat
Epinephelus Komoditas dengan pertumbuhan
8. Kerapu Karang 1,95 Basis + +
fuscoguttatus sangat pesat
Caranx Komoditas dengan pertumbuhan
9. Kuwe 1,5 Basis + -
sexfasciatus tehambat namun berpotensi
Selaroides Komoditas dengan pertumbuhan
10. Selar 1,14 Basis + +
leptolepis sangat pesat
Scomberomorus Komoditas dengan pertumbuhan
11. Tenggiri 1,07 Basis + +
commersonii sangat pesat
Non Komoditas dengan pertumbuhan
12. Ekor Kuning Caesio cuning 0,94 + +
Basis sangat pesat
Non Komoditas dengan pertumbuhan
13. Teri Stolephorus sp. 0,93 + +
Basis sangat pesat
Lutjanus Non Komoditas dengan pertumbuhan
14. Kakap Merah 0,47 + -
campechanus Basis tehambat namun berpotensi
Sardinella Non Komoditas dengan pertumbuhan
15. Tembang 0,37 + +
fimbriata Basis sangat pesat
Sumber : Hasil Analisis

Berdasarkan hasil analisis, Tabel 5.44., menunjukkan bahwa Kabupaten Bangka Selatan dengan
wilayah referensi Provinsi Bangka Belitung terdapat 12 (dua belas) jenis ikan yang memiliki Mij dan Cij
yang bernilai positif atau Psij > 0 dan DSij > 0 yang mengindikasikan bahwa 12 (dua belas) jenis ikan
tersebut merupakan kategori dengan pertumbuhan sangat pesat yaitu ikan tenggiri papan, pari macan,

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 128
bawal hitam, kakap putih, kembung, manyung, bawal hiyam, kerapu karang, selar, tenggiri, ekor
kuning, teri dan tembang. Selain itu, terdapat 3 (tiga) jenis ikan yang masuk ke dalam kategori
mengalami pertumbuhan terhambat, tetapi berpotensi untuk dikembangkan.

5.2.2.2 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap


Selain analisis LQ dan Tipologi Klassen, analisis Shift Share dapat digunakan sebagai
pelengkap dari analisis penentu komoditas dan sektor unggulan. Hal ini berarti, analisis LQ hanya
menunjukkan keunggulan komperatif saja dan belum menunjukkan keunggulan daya saing (kompetitif)
yang berperan penting terhadap pertumbuhan ekonomi. Walaupun komoditas LQ > 1 belum tentu
memiliki daya saing yang positif.
Berdasarkan hasil Shift Share Analysis (SSA), diperoleh hasil sebagai berikut (Tabel 5.45):
 Daerah pengembangan perikanan tangkap adalah : (1) Kecamatan Pulau Besar, (2) Kecamatan
Simpang Rimba, (3) Kecamatan Toboali, (4). Kecamatan Tukak Sadai. Hasil LQ perikanan tangkap dan
nilai produksinya dapat dilihat pada Tabel 5.45.
 Daerah pengembangan perikanan budidaya adalah (1) Payung, (2) Kecamatan Pulau Besar, (3)
simpang rimba, dan (4) Kecamatan toboali, (5) Kecamatan Tukak Sadai, (6) Kecamatan Air Gegas, (7)
Kecamatan Lepar Pongok. Menurut BPS Kabupaten Bangka Selatan (2017), Rumah Tangga
Perikanan Budidaya adalah rumah tangga yang melakukan kegiatan budidaya ikan/binatang air
lainnya/tanaman air dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual.

Tabel 5.45
Daerah Basis Produksi Tangkapan dan Nilai Hasil Tangkapan İkan Laut Serta Daya Saingnya di
Kabupaten Bangka Selatan Berdasarkan Analisis LQ dan SSA
Rumah Tangga Perikanan Sarana kapal / perahu penangkapan ikan laut
(2014-2017) ** (2014-2017)
Perahu
NO Kecamatan Perahu tanpa
Tangkap Budidaya Kapal Motor dengan
mesin tempel
mesin tempel
LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA
1. Payung - - 4,69 0,05 - - - - - -
2. Pulau Besar 0,55 1,02 2,66 0,13 0,92 0,00 2,62 0,00 0,74 0,00
3. Simpang Rimba 1,21 0,02 0,23 0,09 1,12 0,00 0,89 0,00 0,17 0,00
4. Toboali 1,01 0,02 0,96 0,01 0,81 0,00 1,00 0,00 2,47 0,00
5. Tukak Sadai 1,22 0,12 0,20 0,42 1,16 0,07 0,12 0,00 0,25 0,00
6. Air Gegas 0,49 - 3,01 0,19 - - - - - -
7. Lepar Pongok 1,25 -0,11 0,10 0,17 1,11 0,00 0,76 0,00 - 0,00
8. Kep. Pongok 0,88 -0,05 1,45 -0,91 1,05 -0,20 1,26 0,00 0,57 0,00
Sumber: Hasil Analisis

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 129
Tabel 5.46
Daerah Basis Produksi Tangkapan dan Nilai Hasil Tangkapan Ikan Laut Serta Daya Saingnya di
Kabupaten Bangka Selatan Berdasarkan Analisis LQ dan SSA
Ikan Laut (2014-2017)
No Nama Kecamatan Produksi tangkapan Nilai hasil tangkapan
LQ SSA LQ SSA
1. Payung - - - -
2. Pulau Besar 0,96 -0,99 0,88 -0,99
3. Simpang Rimba 0,96 -0,99 0,97 -0,99
4. Toboali 1,02 0,11 1,05 0,25
5. Tukak Sadai 1,02 0,41 1,01 0,02
6. Air Gegas 0,95 - 1,23 -
7. Lepar Pongok 0,97 -0,88 0,92 -0,88
8. Kep.Pongok 0,99 1,34 0,99 1,51
Sumber: Hasil Analisis

Sumber: Hasil Analisis


Gambar 5.35
Distribusi Nilai LQ Perikanan Tangkap Kabupaten Bangka Selatan

Distribusi nilai LQ perikanan tangkap di kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan


ditampilkan pada Gambar 5.35. Nilai LQ perikanan tangkap di 8 kecamatan berkisar antara 0,49 - 1,25.
Nilai LQ tertinggi untuk perikanan tangkap terdapat di kecamatan Lepar Pongok yaitu sebesar 1,25 dan

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 130
nilai LQ terendah yaitu 0,49 terdapat di kecamatan Air Gegas. Kecamatan bernilai LQ 0 pada peta
menunjukkan bahwa tidak tersedianya data.

Sumber: Hasil Analisis


Gambar 5.36
Distribusi Nilai LQ Perikanan Budidaya Kabupaten Bangka Selatan

Distribusi nilai LQ perikanan budidaya di kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan


ditampilkan pada Gambar 5.36. Nilai LQ perikanan budidaya di 8 kecamatan berkisar antara 0,10 -
4,69. Nilai LQ tertinggi untuk perikanan budidaya terdapat di kecamatan Payung yaitu sebesar 4,69dan
nilai LQ terendah yaitu 0,1 terdapat di kecamatan Lepar Pongok.

Sumber: Hasil Analisis


Gambar 5.37
Distribusi Nilai LQ Produksi Tangkapan Kabupaten Bangka Selatan

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 131
Distribusi nilai LQ produksi tangkapan di kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan
ditampilkan pada Gambar 5.37. Nilai LQ produksi tangkapan di 8 kecamatan berkisar antara 0,95-1,02.
Nilai LQ tertinggi untuk produksi tangkapan terdapat di kecamatan Toboali dan Tukak Sadai yaitu
sebesar 1,02 dan nilai LQ terendah yaitu 0,95 terdapat di kecamatan Air Gegas. Kecamatan bernilai
LQ 0 pada peta menunjukkan bahwa tidak tersedianya data.
Berdasarkan analisis Location Quotient, Tipologi Klassen dan Shift Share, komoditi/jenis ikan
dalam perikanan budidaya (kolam) yang merupakan komoditi unggulan yakni ikan Bawal. Tabel 5.47,
menunjukkan bahwa Ikan Bawal berada pada peringkat 1, dengan demikian jenis ikan ini memiliki nilai
ekonomi potensial dan keunggulan komparatif dalam suatu wilayah. Sedangkan jenis ikan Nila dan
Patin merupakan komoditas unggulan tetapi pertumbuhannya tertekan, maka dari itu harus adanya
kebijakan yang tepat guna jenis ikan tersebut dapat menjadi komoditas unggulan dwilayah lokal, impor
maupun ekspor.

Tabel 5.47
Analisis LQ , SSA dan Tipologi Klassen Komoditas Perikanan Budi Daya Perairan
LQ SSA
Komoditas Klassen Peringkat
Nilai Psij Dsij
Komoditas Unggulan tetapi
Nila 1,22 (+) 9,44 -33,06 3
Pertumbuhannya Tertekan
Komoditas Unggulan tetapi
Patin 1,16 (+) 68,63 -49,51 2
Pertumbuhannya Tertekan
Komoditas Unggulan dan
Bawal 4,46 (+) -35,74 0,39 1
Tumbuh Pesat
Bukan Komoditas Potensial
Lele 0,60(-) -23,56 -8,45 4
dan Tertinggal
Sumber: Hasil Analisis

5.2.3 Tipologi Klassen Sektor Perikanan


5.2.3.1 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap
Berdasarkan analisis Tipologi Klassen, pertumbuhan dan basis produksi dan nilai produksi ikan
tangkapan dan budidaya di Kabupaten Bangka Selatan terbagi menjadi 2 kuadran, yaitu kuadran I dan
IV. Kuadran I terdiri atas produksi tangkapan dan nilai produksi tangkapan. Kuadran I merupakan
kuadran sektor maju dengan pertumbuhan pesat. Parameter kuadran IV terdiri atas produksi budidaya
dan nilai produksi budidaya. Kuadran IV merupakan kuadran sektor sektor potensial dan masih dapat
berkembang. Perbandingan hasil analisis LQ dan Tipologi Klassen berdasarkan jenis kapal penangkap
ikan di Kabupaten Bangka Selatan, seperti pada Tabel 5.48. berikut:

Tabel 5.48
Pertumbuhan dan Basis Produksi dan Nilai Produksi İkan Tangkapan dan Budidaya di
Kabupaten Bangka Selatan Berdasarkan Analisis Tipologi Klassen dan LQ

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 132
Proporsi Pertumbuhan
Kuadran
No Parameter Kab. Prov. Kab. Prov. Tipologi
Kate Kete
LQ Bangka Kep. Bangka Kep. Klassen
Gori gori
Selatan Babel Selatan Babel
Produksi
1 0,98 98,71 97,72 (+) 12,67 4,35 (+) I
tangkapan
Nilai produksi
2 0,98 97,37 96,87 (+) 46,10 17,93 (+) I
tangkapan
Produksi
3 1,01 1,29 2,28 (-) -1,83 5,97 (-) IV
Budidaya
Nilai produksi
4 1,21 2,63 3,13 (-) -4,20 24,49 (-) IV
Budidaya
Sumber: Hasil Analisis
Nilai LQ > 1 = basis, LQ ≤ 1 = non-basis

5.2.3.2 Sarana/Alat Penangkapan Ikan Perikanan Tangkap


Berdasarkan analisis Tipologi Klassen, alat tangkap di Kabupaten Bangka Selatan terbagi
menjadi 2 kuadran, yaitu tanaman kuadran III terdiri atas tanpa perahu dan kapal dengan motor tempel.
Kuadran III merupakan kuadran dalam kondisi maju dengan pertumbuhan tertekan. Alat tangkap
kuadran IV terdiri atas perahu tanpa motor dan kapal motor. Kuadran IV merupakan kuadran sektor
sektor potensial dan masih dapat berkembang.
Perbandingan hasil analisis LQ dan Tipologi Klassen berdasarkan jenis kapal penangkap ikan di
Kabupaten Bangka Selatan, seperti pada Tabel 5.29. berikut:

Tabel 5.49
Pertumbuhan dan Basis Kapal Penangkap İkan di Kabupaten Bangka Selatan Berdasarkan
Analisis Tipologi Klassen dan LQ
Proporsi Pertumbuhan
Kuadran
No Alat Tangkap Kab. Prov. Kab. Prov. Tipologi
Kate Kate
LQ Bangka Kep. Bangka Kep. Klassen
gori gori
Selatan Babel Selatan Babel
1 Tanpa perahu 1,12 14,43 18,01 (-) 44,16 31,40 (+) III
Dengan Perahu
2 1,21 5,17 6,75 (-) -16,30 0,98 (-) IV
tanpa motor
Kapal dengan
3 0,97 7,06 26,43 (-) 208,43 2,86 (+) III
motor tempel
4 Kapal motor 1,06 73,34 48,81 (+) -9,37 -1,95 (-) IV
Sumber: BPS diolah , 2018
Nilai LQ > 1 = basis, LQ ≤ 1 = non-basis

5.2.3.3 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap


Berdasarkan dari ketiga analisis (Tabel 5.50.), komoditas perikanan tangkap di Kabupaten
Bangka Selatan memiliki peringkat 1 berarti komoditas ini merupakan komoditas unggulan tidak hanya
didaerah Kabupaten Bangka Selatan dapat memenuhi kebutuhan produksi sehingga bisa di ekspor,

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 133
kemudian memiliki pertumbuhan ekonomi meskipun terhambat tetapi masih bekembang tiap tahunnya
dan laju pertumbuhan serta kontribusi di wilayah analisis lebih besar daripada wilayah referensi.
Komoditas tersebut seperti tenggiri papan, kembung dan manyung. Peringkat 2 dan 3 termasuk
komoditas unggulan namun komoditas ini fase perkembangan berfluktuatif tiap tahunnya mengalami
peningkatan tetapi daya saing komoditas ini masih lebih tinggi sehingga bisa dimaksimalkan juga
sebagai komoditas ekspor. Komoditas yang termasuk ke peringkat 2 san 3 yakni ikan bawal putih,
kakap putih, bawal hitam, kerapu karang, kuwe, selar dan tenggiri.

Tabel 5.50
Analisis Location Quotient (LQ), Analisis Shift Share (SS) dan Analisis Tipology Klassen (TK)
Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Bangka Selatan
Location
Shift Share Tipologi Klassen
Quotient
No. Jenis Ikan Peringkat
Inter- Inter- Inter-
LQ Psij Dsij Kuadran
pretasi pretasi pretasi
1. Tenggiri 17,51 Basis + + Komoditas 1 Komoditas 1
Papan dengan Unggulan dan
pertumbuhan tumbuh pesat
sangat pesat
2. Pari Macan 5,39 Basis + + Komoditas 3 Bukan 2
dengan komoditas
pertumbuhan potensial dan
sangat pesat tertinggal
3. Bawal Putih 2,58 Basis + + Komoditas 4 Komoditas 3
dengan potensial dan
pertumbuhan masih dapat
sangat pesat dikembangkan
4. Kakap Putih 2,41 Basis + - Komoditas 4 Komoditas 3
dengan potensial dan
pertumbuhan masih dapat
tehambat namun dikembangkan
berpotensi
5. Kembung 2,39 Basis + + Komoditas 1 Komoditas 1
dengan Unggulan dan
pertumbuhan tumbuh pesat
sangat pesat
6. Manyung 2,19 Basis + + Komoditas 1 Komoditas 1
dengan Unggulan dan
pertumbuhan tumbuh pesat
sangat pesat
7. Bawal Hitam 2,09 Basis + + Komoditas 4 Komoditas 3
dengan potensial dan
pertumbuhan masih dapat
sangat pesat dikembangkan
8. Kerapu 1,95 Basis + + Komoditas 4 Komoditas 3
Karang dengan potensial dan
pertumbuhan masih dapat
sangat pesat dikembangkan
9. Kuwe 1,5 Basis + - Komoditas 4 Komoditas 3
dengan potensial dan
pertumbuhan masih dapat
tehambat namun dikembangkan
berpotensi

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 134
Location
Shift Share Tipologi Klassen
Quotient
No. Jenis Ikan Peringkat
Inter- Inter- Inter-
LQ Psij Dsij Kuadran
pretasi pretasi pretasi
10. Selar 1,14 Basis + + Komoditas 4 Komoditas 3
dengan potensial dan
pertumbuhan masih dapat
sangat pesat dikembangkan
11. Tenggiri 1,07 Basis + + Komoditas 4 Komoditas 3
dengan potensial dan
pertumbuhan masih dapat
sangat pesat dikembangkan
12. Ekor Kuning 0,94 Non + + Komoditas 2 Komoditas 4
Basis dengan Unggulan dan
pertumbuhan tumbuh pesat
sangat pesat
13. Teri 0,93 Non + + Komoditas 1 Komoditas 4
Basis dengan Unggulan dan
pertumbuhan tumbuh pesat
sangat pesat
14. Kakap 0,47 Non + - Komoditas 3 Bukan 5
Merah Basis dengan komoditas
pertumbuhan potensial dan
tehambat namun tertinggal
berpotensi
15. Tembang 0,37 Non + + Komoditas 1 Komoditas 4
Basis dengan Unggulan dan
pertumbuhan tumbuh pesat
sangat pesat
Sumber: Hasil Analisis

Sedangkan komoditas yang termasuk peringkat 4, berarti bukan komoditas unggulan dan tidak
cocok dijadikan sebagai komoditas ekspor karena kurang mampu bersaing dengan daerah lainnya.
dengan demikian produksi dengan komoditas tersebut untuk memenuhi kebutuhan masih perlu
diekspor dari daerah lainnya.

5.2.4 Analisis SWOT Sektor Perikanan


Analisis kekuatan (S), kelemahan (W), peluang (O), dan Ancaman (T) sektor perikanan
ditampilkan pada Tabel 5.51.

Tabel 5.51
Identifikasi SWOT Sektor Perikanan Kabupaten Bangka Selatan
No. Kekuatan (S) No. Kelemahan (W)
1. Adanya komitmen bersama dari pimpinan 1. Keterbatasan sumberdaya manusia baik
eksekutif dan legislatif di dalam secara kualitas maupun kuantitas dalam
perumusan visi, misi, dan tujuan pengimplementasian visi, misi, tujuan
penyelenggaraan perikanan di Kabupaten pengelolaan perikanan tangkap
Bangka Selatan Kabupaten Bangka Selatan
2. Potensi sumberdaya ikan yang memiliki 2. Anggaran yang minim di sektor perikanan
nilai ekonomi yang tinggi dan dari pemerintah Kabupaten Bangka
ketersediannya melimpah Selatan

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 135
No. Kekuatan (S) No. Kelemahan (W)
3. Kabupaten Bangka Selatan telah memiliki 3. Belum ada rencana zonasi wilayah pesisir
infrastruktur dan fasilitas untuk menunjang dan pulau-pulau kecil (RZWP3K)
kegiatan perikanan tangkap
4. Adanya dukungan yang kuat dari seluruh 4. Nelayan Kabupaten Bangka Selatan
elemen baik pemerintah swasta dan masih berskala kecil (< 5GT) dan alat
masyarakat untuk meningkatkan kualitas tangkap yang digunakan masih bersifat
pengembangan perikanan tangkap tradisional
Kabupaten Bangka Selatan
5. Beberapa produk olahan ikan sudah 5. Infrastruktur dan fasilitas yang tersedia
menjadi komoditas ekspor belum bisa memenuhi kebutuhan nelayan
(Dermaga, pabrik es, garam, pelayanan
administrasi, penjemuran ikan)
6. Sudah terdapat kelompok koperasi 6. Pemasaran yang terbatas dan di beberapa
nelayan yang dibina oleh pemerintah sentra perikanan belum terdapat TPI
Kabupaten.
No. Peluang (O) No. Ancaman (T)
1. Peningkatan peminatan produk olahan 1. Penggunan alat tangkap yang tidak ramah
ikan semakin meningkat setiap tahun lingkungan (trawl, pukat pantai, potassium
dan bom ikan)
2. Banyak investor yang mulai melirik 2. Armada perikanan dari daerah lain lebih
potensi perikanan Kab. Bangka Selatan modern
3. Perancangan kawasan industri strategis 3. Pengrusakan terumbu karang dan
(KIS) akan meningkatkan permintaan mangrove oleh kegiatanpenambangan
pasar akan produk perikanan. pesisir dan laut
4. Kerjasama lintas sektoral sangat 4. Ego sektoral yang menjadi penghambat
diperlukan untuk pengembangan berkembangnya sektor perikanan
perikanan di Kabupaten Bangka Selatan
5. Keanekaragaman jenis ikan yang memiliki 5. Penawaran fasilitas oleh tengkulak kepada
nilai ekonomi yang tinggi dapat menjadi nelayan sehingga membuat para nelayan
kooditas ekspor ketergantungan
6. Peluang uasaha budidaya garam (tambak 6. Sering terjadi konflik kepentingan dengan
garam) untuk memenuhi kebutuhan sektor lain (pertambangan)
garam yang tinggi untuk kegiatan
pengasinan ikan
Sumber: Hasil Analisis

Penetapan strategi pengembangan kawasan industri perikanan (perikanan tangkap) di


Kabupaten Bangka Selatan di tetapkan berdasarkan potensi serta permasalahan yang terdapat pada
wilayah Kabupaten Bangka Selatan. Hasil analisis, menampilkan tabel matrik IFAS dan EFAS analisis
(kekuatan, kelemahan) dan (peluang, ancaman) dapat dilihat pada Tabel 5.52. dan Tabel 5.53.

Tabel 5.52
Matriks Analisis IFAS Kawasan Industri Perikanan Kabupaten Bangka Selatan
No Kekuatan Bobot Relatif Rating Score
1. Adanya komitmen bersama dari pimpinan eksekutif dan 4 0,078 3 0,235
legislatif di dalam perumusan visi, misi, dan tujuan
penyelenggaraan perikanan di Kabupaten Bangka

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 136
Selatan

2. Potensi sumberdaya ikan yang memiliki nilai ekonomi 5 0,098 4 0,392


yang tinggi dan ketersediannya melimpah
3. Kabupaten Bangka Selatan telah memiliki infrastruktur 4 0,078 4 0,314
dan fasilitas untuk menunjang kegiatan perikanan
tangkap
4. Adanya dukungan yang kuat dari seluruh elemen baik 4 0,078 3 0,235
pemerintah swasta dan masyarakat untuk
meningkatkan kualitas pengembangan perikanan
tangkap Kabupaten Bangka Selatan
5. Beberapa produk olahan ikan sudah menjadi komoditas 5 0,098 4 0,392
ekspor
6. Sudah terdapat kelompok koperasi nelayan yang dibina 5 0,098 4 0,392
oleh pemerintah Kabupaten.
Total 27 0,529 1,96
No Kelemahan Bobot Relatif Rating Score
1. Keterbatasan sumberdaya manusia baik secara 5 0,098 -3 -0,294
kualitas maupun kuantitas dalam pengimplementasian
visi, misi, tujuan pengelolaan perikanan tangkap
Kabupaten Bangka Selatan
2. Anggaran yang minim di sektor perikanan dari 5 0,098 -4 -0,392
pemerintah Kabupaten Bangka Selatan
3. Belum ada rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau- 4 0,078 -4 -0,314
pulau kecil (RZWP3K)
4. Nelayan Kabupaten Bangka Selatan masih berskala 4 0,078 -4 -0,314
kecil (< 5GT) dan alat tangkap yang digunakan masih
bersifat tradisional
Total 18 0,352 -1,314
Total Bobot 45 0,881
Sumber : Hasil Analisis

Tabel 5.53
Matriks Analisis EFAS Kawasan Industri Perikanan Kabupaten Bangka Selatan
No. Peluang Bobot Relatif Rating Score
1. Peningkatan peminatan produk olahan ikan semakin 5 0,093 4 0,370
meningkat setiap tahun
2. Banyak investor yang mulai melirik potensi perikanan 5 0,093 4 0,370
Kab. Bangka Selatan
3. Perancangan kawasan industri strategis (KIS) akan 4 0,074 3 0,222
meningkatkan permintaan pasar akan produk
perikanan.
4. Kerjasama lintas sektoral sangat diperlukan untuk 5 0,093 4 0,370
pengembangan perikanan di Kabupaten Bangka
Selatan
5. Keanekaragaman jenis ikan yang memiliki nilai ekonomi 5 0,093 4 0,370
yang tinggi dapat menjadi kooditas ekspor
6. Peluang uasaha budidaya garam (tambak garam) untuk 4 0,074 3 0,222
memenuhi kebutuhan garam yang tinggi untuk kegiatan

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 137
pengasinan ikan
Total 28 0,519 1,93
No Ancaman Bobot Relatif Rating Score
1. Penggunan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan 5 0,093 -4 -0,370
(trawl, pukat pantai, potassium dan bom ikan)
2. Armada perikanan dari daerah lain lebih modern 4 0,074 -3 -0,222
3. Pengrusakan terumbu karang dan mangrove oleh 4 0,074 -4 -0,296
kegiatanpenambangan pesisir dan laut
4. Ego sektoral yang menjadi penghambat 4 0,074 -3 -0,222
berkembangnya sektor perikanan
5. Penawaran fasilitas oleh tengkulak kepada nelayan 4 0,074 -3 -0,222
sehingga membuat para nelayan ketergantungan
6. Sering terjadi konflik kepentingan dengan sektor lain 5 0,093 -1 -0,093
(pertambangan)
Total 26 0,481 -1,43
Total Bobot 54 1
Sumber: Hasil Analisis

Dari hasil pembobotan pada Tabel 5.52. dan Tabel 5.53.diatas, maka dapat dilihat posisi dalam
kuadran stategi analisis IFAS-EFAS sektor perikanan tangkap yang dapat dihitung berdasarkan
perhitungan dibawah ini di tampilkan pada Tabel 5.54.

Tabel 5.54
Perhitungan Koordinat Matriks SWOT
Perhitungan Koordinat Matriks SWOT
x Nilai Total S + W
y Nilai Total O + T
Jadi :
x 0,29
y 0,50
Koordinat (029; 0,50)
Sumber : Hasil Analisis

Berdasarkan hasil pemetaan terhadap kuadran strategi analisis IFAS-EFAS sektor perikanan
dapat diketahui bahwa strategi pengembangannya berada pada Kuadran I yaitu Growth Strategi.
Artinya, pengembangan pada sektor perikanan perlu dilakukan dengan pendekatan pertumbuhan
memanfaatkan potensi dan peluang yang ada. Diagram matriks SWOT sektor perikanan Kabupaten
Bangka Selatan dapat dilihat pada Gambar 5.19.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 138
3O

Kuadran III 2
Kuadran I

1
Perikanan
0
W -3 -2 -1 0 1 2 3 S
-1

-2

Kuadran IV -3 Kuadran II
T
Sumber: Hasil Analisis
Gambar 5.38
Diagram Matriks SWOT Sektor Kabupaten Bangka Selatan

Strategi yang bisa dikembangkan terkait dengan pengembangan pada sektor industri tersebut,
antara lain:
1. Mengoptimalkan potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar dan melimpah dengan
memanfaatkan tingginya permintaan pasar .
2. Melakukan pengembangan fasilitas dan infrastruktur dalam mendukung peningkatan jumlah hasil
tangkapan.
3. Memfokuskan dan memperhatikan kelembagaan kelompok nelayan secara optimal dan
berkelanjutan.
4. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia untuk mendukung upaya pemanfaatan sumberdaya
perikanan secara berkelanjutan.

5.3 Analisis Keunggulan Daerah dan Analısıs Swot Sektor Parıwısata

5.3.1 Analisis Location Quotient (LQ)


Sektor pariwisata merupakan sektor yang termasuk dalam fokus pengembangan investasi di
Kabupaten Bangka Selatan yang tercermin dalam visi RUPM yaitu Terwujudnya Kabupaten Bangka
Selatan Sebagai Pusat Investasi yang Sehat dan Berdaya Saing Berbasis Pertanian dan Pariwisata.
Pengukuran LQ sektor pariwisata di proksi dari lapangan usaha transportasi, penyediaan
makanan dan minuman, sehingga nilai LQ yang diperoleh sebesar 0,88, artinya dengan nilai LQ < 1
maka sektor pariwisata tidak termasuk ke dalam basis pertumbuhan di Kabupaten Bangka Selatan jika
dibandingkan dengan sektor-sektor lain yang terdapat pada lapangan usaha PDRB namun mempunyai

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 139
potensi besar untuk dikembangkan. Menyikapi hal tersebut perlu adanya upaya pemerintah daerah
melalui lembaga terkait untuk memenuhi prasarana penunjang dengan memperhatikan konsep 5 A
yaitu, Atraksi, Aksebility, Amenity, Ancillary dan Activity.
Attraction atau obyek daya tarik wisata (ODTW) merupakan komponen yang signifikan dalam
menarik kedatangan wisatawan. Hal yang dapat dikembangkan menjadi obyek daya tarik wisata
disebut dengan modal atau sumber kepariwisataan (tourism resources). Gambaran potensi objek
wisata berdasarkan kecamatan yang ada di Kabupaten Bangka Selatan tercermin pada Tabel 5.55
berikut:

Tabel 5.55
Potensi Wisata per Kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2018
Jumlah Berdasarkan Jenis Wisata
Kecamatan
Sejarah Budaya Agro Bahari Alam
Payung 1 1 1 1
Pulau Besar 1 1 1 1
Simpang Rimba 4 2 1 2 3
Toboali 6 3 3 13 1
Tukak Sadai 1 3 1
Air Gegas 3 3 1 6
Lepar Pongok 1 2 8
Kepulauan Pongok 5 4
Total 21 13 7 31 12
Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Bangka Selatan, 2018

Berdasarkan data pada Tabel 5.20 diketahui bahwa jenis objek wisata paling banyak di
Kabupaten Bangka Selatan adalah wisata bahari, hal ini sangat memungkinkan untuk menjadikan
seluruh pantai di daerah ini sebagai objek wisata karena keindahan alam yang dimiliki tidak kalah
menarik dengan destinasi wisata daerah lainnya. Pengembangan pariwisata yang dilakukan di
Kabupaten Bangka Selatan diharapkan mengusung konsep CBT (Community Based Tourism), yaitu
sebuah konsep pengembangan dengan mengikutsertakan dan memberdayakan masyarakat dalam
mengembangkan pariwisata tersebut sehingga pembangunan di sektor pariwisata diharapkan dapat
memberikan multiefek ekonomi terhadap kegiatan ekonomi masyarakat Bangka Selatan.
Sedangkan potensi destinasi berdasarkan jenisnya seperti tampak pada Tabel (5.57) dan
Gambar 5.39 berikut:

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 140
Tabel 5.56
Objek Wisata Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2017
Jenis Wisata
Objek Wisata Kecamatan
Alam Bahari Sejarah
Bukit Permisan Simpang Rimba √
Payung
Pantai Batu Betumpang Pulau Besar √
Bukit Gebang Air Gegas √
Air panas Nyelanding Air Gegas √
Pantai Batu Kapur Toboali √
Pantai Batu Belimbing Toboali √
Pantai Nek Aji Toboali √
Pantai Kelisut Toboali √
Pantai Batu Perahu Toboali √
Benteng Toboali Toboali √
Pantai Tanjung Kerasak Tanjung Kerasak √
Hutan Mangrove Tanjung Kerasak √
Terumbu Karang P.Kelapan Lepar Pongok √
Keramba Apung Pulau Tinggi Lepar Pongok √
Pantai Tanjung Labu/P. Lampu Lepar Pongok √
Benteng Penutuk Lepar Pongok √
Situs Batu Mandi Kepulauan Pongok √
Total 3 11 3
Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Bangka Selatan, 2018

Hampir semua objek wisata yang telah disebutkan pada Tabel 5.57 tersebut masing-masing
baru memiliki sarana dan prasarana dasar saja, belum memenuhi seluruh kebutuhan wisatawan.
Diantara fasilitas dasar tersebut adalah wc , gazebo, kamar mandi dan tempat bilas. Sedangkan
musholla masih belum semuanya menyediakan termasuk tempat-tempat kuliner yang masih jauh dari
keindahan sebuah destinasi. Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah setempat ketika akan
melakukan pengembangan pariwisata pada destinasi wisata. Wisatan selain menikmati pemandangan
keindahan alam, pasti akan melakukan wisata kuliner dan membeli oleh-oleh ataupun cindera mata
sebagai souvenir. Melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan pola pendampingan, maka
pemenuhan kebutuhan wisatawan pada destinasi wisata akan tercipta.
Hal lain yang menjadi perhatian adalah atraksi budaya yang harus masuk dalam
pengembangan pariwisata. Kekayaan budaya Bangka Selatan harus diperlihatkan kepada wisatawan
dengan menggelar berbagai atraksi pertunjukan pada dsetinasi-destinasi wisata misalnya
mengikutsertakan siswa-siswa sekolah, karang taruna maupun komunitas-komunitas budaya.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 141
Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Bangka Selatan
Gambar 5.39
Peta Lokasi Objek Wisata Kabupaten Bangka Selatan

Accessibility merupakan faktor-faktor yang penting dan terkait dengan aspek aksesibilitas
wisata meliputi petunjuk arah, bandara, terminal, waktu yang dibutuhkan, biaya perjalanan, frekuensi
transportasi menuju lokasi wisata dan perangkat lainnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas
terkait bahwa jumlah armada transportasi darat yang ada di Kabupaten Bangka Selatan sebanyak 33
armada sampai dengan Tahun 2018.
Amenities merupakan serangkaian fasilitas untuk memenuhi kebutuhan akomodasi (tempat
penginapan), penyediaan makanan dan minuman, tempat hiburan (entertainment), tempat-tempat
perbelanjaan (retailing) dan layanan lainnya. tertentu. Gambaran pendukung sektor pariwisata seperti
hotel, restoran dan rumah makan terlihat pada Tabel 5.58. berikut:

Tabel 5.57
Jumlah Hotel, Homestay dan Restoran di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2018
No Jenis Jumlah
1 Hotel 4
2 Homestay 30
3 Restoran Rumah Makan 67
Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Bangka Selatan, 2018

Sedangkan rincian jumlah kamar dan tempat tidur masing-masing hotel adalah sebagai berikut
(Tabel 5.59):

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 142
Tabel 5.58
Jumlah Kamar dan Tempat Tidur Hotel di Kabupaten Bangka Selatan
Jumlah
No. Nama Hotel Klasifikasi Jumlah Tempat Tidur
Kamar
1. Hotel Marina Non Bintang 58 68
2. Penginapan Kita Non Bintang 16 16
3. Hotel A3 Non Bintang 24 38
4. Hotel Ariatama Non Bintang 17 34
Sumber: Bangka Selatan Dalam Angka, 2017

Berdasarkan kondisi jumlah hotel di Kabupaten Bangka Selatan masih sangat minim sekali,
bahkan belum terdapat satupun hotel berbintang. Hal ini sangat menyulitkan wisatawan ketika akan
melakukan perjalanan dengan menginap di Bangka Selatan. Perlua adanya upaya keras dari
pemerintah daerah setempat untuk mendatang investor dalam membangun hotel berbintang di
Kabupaten Bangka Selatan.
Ancillary yaitu lembaga atau organisasi yang mengelola kepariwisataan dengan
mengembangkan pariwisata, mengatur industri pariwisata serta mempromosikan daerah tujuan wisata
kepada masyarakat agar dikenal banyak orang.
Activity merupakan berbagai aktivitas di daerah tujuan objek wisata yang membuat wisatawan
bisa berinteraksi dengan masyarakat sekitar.
Hasil analisi LQ ketika dilakukan antar sektor lapangan usaha PDRB dengan nilai LQ sektor
pariwisata lebih kecil dari 1. Hasil tersebut dimaknai bahwa sektor pariwisata belum menjadi sektor
basis di Kabupaten Bangka Selatan namun sangat mempunyai peluang untuk dikembangkan
mengingat potensi pendukung lainnya sudah tersedia. Peta lokasi wisata Kabupaten Bangka Selatan
tampak pada Gambar berikut (Gambar 5.15):

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 143
Sumber: Hasil Analisis
Gambar 5.40
Peta Lokasi Wisata Kabupaten Bangka Selatan

Peta daya tarik objek wisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ditampilkan pada Gambar
5.41. Pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan memiliki perencanaan pengembangan sektor
pariwisata seperti tampak pada peta berikut (Gambar 5.42).

Sumber: Hasil Analisis


Gambar 5.41
Peta Daya Tarik Wisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 144
Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Bangka Selatan, 2018
Gambar 5.42
Peta Rencana Pengembangan Pariwisata Kabupaten Bangka Selatan

Berdasarkan Gambar 5.42., rencana pengembangan yang akan dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Bangka Selatan adalah menetapkan kawasan Tanjung Kerasak, Pulau Lepar dan Pulau
Pongok sebagai kawasan wisata utama sedangkan Pantai Kumbung dan Pantai Sadai sebagai
kawasan pendukung.

5.3.2 Analisis SWOT Sektor Pariwisata


Analisis kekuatan (S), kelemahan (W), peluang (O), dan Ancaman (T) sektor pariwisata
ditampilkan pada Tabel 5.60.

Tabel 5.59
Identifikasi SWOT Sektor Pariwisata Kabupaten Bangka Selatan
No. Kekuatan (S) No. Kelemahan (W)
1. Terdapat beragam potensi wisata di Kabupaten 1. Penggunaan lahan wisata masih sangat rendah
Bangka Selatan seperti wisata budaya, alam, (hanya 1.540,2 Ha)
bahari, sejarah dan perkebunan
2. Adanya potensi Wisata bahari diantaranya wisata 2. Keterbatasan biaya anggaran pengembangan objek
rekreasi, snorkling, diving dengan kondisi indeks wisata
kesesuaian wisata (IKW) yang baik.
3. Terdapat sumberdaya manusia yang berkualitas 4. Keterbatasan Akomodasi, seperti hotel
dan memiliki kelompok-kelompok pemuda sadar
wisata yang bersertifikasi selam
4. Dukungan pemerintah yang optimal dengan 4. Tidak terdapat lokalisasi penjualan oleh-oleh dan
menyelenggarakan event berskala nasional souvenir khas Bangka Selatan untuk para
seperti Toboali City on Fire wisatawan
No. Peluang (O) No. Ancaman (T)
1. Adanya investor yang siap berinvestasi di 1. Dengan meningkatnya jumlah wisatawan akan
kawasan industri pelabuhan terpadu Sadai menyebabkan timbulan sampah
2. Dengan dijadikannya KIPT Sadai merbukanya 2. Rusaknya lingkungan akibat pertambangan liar

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 145
lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar
3. Dukungan dari Provinsi dan berbagai lembaga 3. Minat masyarakat untuk berwisata dan berekreasi ke
dalam rencana pengembangan kawasan geopark Bangka Selatan masih rendah
dan marine park di Kabupaten Bangka Selatan
Sumber: Hasil Analisis

Penetapan strategi pengembangan kawasan industri pariwisata di Kabupaten Bangka Selatan di


tetapkan berdasarkan potensi serta permasalahan yang terdapat pada wilayah Kabupaten Bangka
Selatan. Hasil analisis, menampilkan tabel matrik IFAS dan EFAS analisis (kekuatan, kelemahan) dan
(peluang, ancaman) dapat dilihat pada Tabel 5.61. dan Tabel 5.62.

Tabel 5.60
Matriks Analisis IFAS Kawasan Industri Pariwisata Kabupaten Bangka Selatan
No. Kekuatan Bobot Relatif Rating Score
1. Terdapat beragam potensi wisata di Kabupaten Bangka 5,00 0,172 4 0,69
Selatan seperti wisata budaya, alam, bahari, sejarah dan
perkebunan
2. Terdapat potensi Wisata bahari diantaranya wisata 4,00 0,138 2 0,28
rekreasi, snorkling, diving dengan kondisi indeks
kesesuaian wisata (IKW) yang baik.
3. Terdapat sumberdaya manusia yang berkualitas dan 4,00 0,138 4 0,55
memiliki kelompok-kelompok pemuda sadar wisata yang
bersertifikasi selam
4. Dukungan pemerintah yang optimal dengan 3,00 0,103 2 0,21
menyelenggarakan event berskala nasional seperti Toboali
City on Fire
Total 16,0 0,552 1,72
No. Kelemahan Bobot Relatif Rating Score
1. Penggunaan lahan wisata masih sangat rendah (hanya 3,00 0,103 -4 -0,41
1.540,2 Ha)
2. Keterbatasan biaya anggaran pengembangan objek wisata 3,00 0,103 -3 -0,31
3. Akomodasi seperti perhotelan yang belum terlalu 3,00 0,103 -3 -0,31
mendukung
4. Belum terdapat lokalisasi penjualan oleh-oleh khas 4,00 0,138 -1 -0,14
Bangka Selatan untuk para wisatawan
Total 13,0 0,448 -1,17
Total Bobot 29,0 1
Sumber: Hasil Analisis

Tabel 5.61
Matriks Analisis EFAS Kawasan Industri Pariwisata Kabupaten Bangka Selatan
No. Peluang Bobot Relatif Rating Score
1. Adanya investor yang siap berinvestasi di kawasan industri 5 0,217 4 0,87
pelabuhana terpatu Tukak Sadai
2. Dengan dijadikannya KIPT Sadai merbukanya lapangan 4 0,174 3 0,52
pekerjaan bagi masyarakat sekitar
3. Dukungan dari Provinsi dan berbagai lembaga dalam 3 0,130 4 0,52
rencana pengembangan kawasan geopark dan marine
park di Kabupaten Bangka Selatan
Total 12 0,522 1,91
No. Ancaman Bobot Relatif Rating Score
1. Adanya wisatawan yang tidak bertanggung jawab dengan 4 0,174 -4 -0,70
merusak keindahan serta sarana penunjang objek wisata
2. Rusaknya lingkungan akibat pertambangan liar 4 0,174 -4 -0,70

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 146
3. Minat masyarakat untuk berwisata dan berkreasi ke 3 0,130 -2 -0,26
Bangka Selatan masih rendah
Total 11 0,478 -1,65
Total Bobot 23 1
Sumber: Hasil Analisis

Dari hasil pembobotan pada Tabel 5.61 dan Tabel 5.62 diatas, maka dapat dilihat posisi dalam
kuadran stategi analisis IFAS-EFAS sektor parawisata yang dapat dihitung berdasarkan perhitungan
dibawah ini di tampilkan pada Tabel 5.63.

Tabel 5.62
Perhitungaan Koordinat Matriks SWOT
Perhitungan Koordinat Matriks SWOT
x Nilai Total S + W
y Nilai Total O + T
Jadi
x 0,55
y 0,26
koordinat (0,55 : 0,26)
Sumber: Hasil Analisis

Berdasarkan hasil pemetaan terhadap kuadran strategi analisis IFAS-EFAS sektor parawisata
dapat diketahui bahwa strategi pengembangannya berada pada Kuadran I yaitu Growth Strategi.
Artinya, pengembangan pada sektor parawisata, perikanan dan pertanian perlu dilakukan dengan
pendekatan pertumbuhan memanfaatkan potensi dan peluang yang ada. Diagram matriks SWOT
sektor parawisata Kabupaten Bangka Selatan dapat dilihat pada Gambar 5.43.

3O

Kuadran III 2
Kuadran I

1
Pariwisata
0
W -3 -2 -1 0 1 2 3 S
-1

-2

Kuadran IV -3 Kuadran II
T
Sumber: Hasil Analisis
Gambar 5.43
Diagram Matriks SWOT Sektor Pariwisata Kabupaten Bangka Selatan

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 147
Strategi yang bisa dikembangkan terkait dengan pengembangan pada sektor-sektor pariwisata,
antara lain:
1. Mengoptimalkan beragam potensi wisata dengam memanfaatkan investor di KIPT Sadai.
2. Memaksimalkan potensi sumberdaya manusia dalam pengembangan sektor pariwisata dengan
memanfaatkan kerjasama yang ada.
3. Dukungan pemerintah yang optimal lebih ditingkatkan dengan memanfaakan dukungan dari
berbagai pihak dalam perencanaan geopark dan marine park di Kabupaten Bangka Selatan.

5.4 Analısıs Keunggulan Daerah dan Analısıs Swot Sektor Industrı

5.4.1 Perkembangan Sektor Industri


Perekonomian suatu daerah salah satunya harus memperhatikan sektor industri terutama
industri pengolahan. Industri Besar, sedang dan kecil diharapkan mampu mengatasi permasalahan
pengangguran dengan menyediakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan dengan pemerataan
dalam distribusi pendapatan. Industri-industri tersebut menjadi sumber pendapatan primer maupun
sekunder bagi banyak rumah tangga di Indonesia, dan khusunya bagi daerah-daerah. Selain itu
industri harus mampu mendorong pertumbuhan ekspor sektor nonmigas dan menjadi industri
pendukung bagi industri lainnya.
Berdasarkan data tahun 2017 industri di Kabupaten Bangka Selatan terkelompok menjadi
industri besar, sedang dan kecil, dengan rincian sebagai berikut (Tabel 5.63):

Tabel 5.63
Jumlah Industri dan Tenaga Kerja Berdasarkan Jenisnya di Kabupaten Bangka Selatan Tahun
2018
Industri Besar Industri Sedang Industri Kecil
Kecamatan Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Perusahaan Tenaga Kerja Perusahaan Tenaga Kerja Perusahaan Tenaga Kerja
Payung 126 254
Pulau Besar 153 275
Simpang Rimba 1 97 237 628
Toboali 2 50 523 1340
Tukak Sadai 131 269
Air Gegas 233 411
Lepar Pongok 133 310
Kepulaaun Lepar 158 327
Total 1 97 2 50 1694 3814
Sumber: Dinas Perindustrian Perdagangan dan UKMK Kabupaten Bangka Selatan, 2018

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa industri kecil sangat dominan di Kabupaten
Bangka Selatan baik dari sisi jumlahnya dan penyerapan tenaga kerjanya yang hampir tersedia di
setiap kecamatan. Kondisi yang terlihat untuk industri besar hanya terdapat 1 (satu) di Kabupaten
Bangka Selatan, dengan penyerapan jumlah tenaga kerja lebih sedikit dibandingkan industri kecil.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 148
Jumlah dan penyerapan tenaga kerja terbanyak pada industri kecil adalah di Kecamatan Toboali, hal ini
dimungkinkan karena Kecamatan Toboali merupakan ibukota Kabupaten Bangka Selatan.
Pertumbuhan sektor industri di Kabupaten Bangka Selatan sangat fluktuatif, dan sampai dengan
Tahun 2017 kecendrungan mengalami penurunan, hal tersebut harus menjadi fokus bagi Pemerintah
Kabupaten Bangka Selatan untuk mendukung pertumbuhan sektor industri paada daerah tersebut
(Gambar 5.44).

Sumber: Bangka Selatan Dalam Angka diolah, 2018


Gambar 5.44
Pertumbuhan industri di Kabupaten Bangka Selatan

Sedangkan pertumbuhan industri jika dilihat dari sisi jumlahnya sebagai berikut (Tabel 5.64):

Tabel 5.64
Perkembangan Jumlah Industri di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2008-2017
Tahun Pertumbuhan
2008 304
2009 560
2010 595
2011 627
2012 1045
2013 1318
2014 1388
2015 1503
2016 1613
2017 1747
Sumber: Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM, Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2018

Berdasarkan data pada Tabel 5.64, diketahui bahwa setiap tahun terjadi peningkatan jumlah
industri di Kabupaten Bangka Selatan. Peningkatan tertinggi terjadi antara Tahun 2011 ke Tahun 2012,
hal ini membuktikan dampak dari pemekaran kabupaten tersebut telah tampak pada sektor industri.
Gambaran secara grafis perkembangan tersebut sebagai berikut:

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 149
Sumber: Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM, Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2018

Gambar 5.45
Perkembangan Jumlah Industri di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2000- 2017

Sektor industri tidak terlepas dari kebutuhan tenaga kerja yang menjadi penopang aktifitasnya,
demikian halnya di Kabupaten Bangka Selatan, jumlah tenaga kerja yang terserap atau yang dapat di
tamping pada industri kecil, sedang dan besar adalah sebagai berikut (Gambar 5.46):

Sumber: Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM, Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2018

Gambar 5.46
Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja İndustri (Besar, Sedang, dan Kecil) di Kabupaten Bangka
Selatan Dari 2008-2017

Trend penyerapan tenaga kerja mengalami peningkatan setiap tahunnya, hal tersebut harus
terus didorong agar mampu mengurangi pengangguran dan kemiskinan yang pada akhirnya
berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi daerah.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 150
5.4.2 Analisis SWOT Sektor Industri
Analisis kekuatan (S), kelemahan (W), peluang (O), dan Ancaman (T) sektor pariwisata
ditampilkan pada Tabel 5.65.

Tabel 5.65.
Identifikasi SWOT Sektor Industri Kabupaten Bangka Selatan
No. Kekuatan (S) No. Kelemahan (W)
1. Terdapat industri berskala besar, sedang 1. Adanya pengaruh terhadap ketersediaan air
dan kecil di Kabupaten Bangka Selatan bersih dan penurunan kualitas
2. Terdapat berbagai potensi sebagai bahan 2. Adanya alih fungsi lahan untuk kegiatan
baku industri baik di sektor perkebunan dan industri
perikanan
3. Setiap sektor memiliki produk khas dan 3. Kualitas sumberdaya manusia yang masih
unggul di Kabupaten Bangka Selatan minim dan terbatas
No. Peluang (O) No. Ancaman (T)
1. Terbukanya kerjasama dengan perusahaan 1. Beberapa bahan baku industri yang bersifat
lokal maupun luar negeri musiman
2. Perencaanaan Kawasan Industri Strategis 2. Kerusakan ekosistem di wilayah sekitar
(KIS) akan meningkatkan permintaan industri akibat kegiatan penambangan
3. Kabupaten Bangka Selatan dilewati alur 3. Persaingan dengan produk-produk lainnya dan
pelayaran Internasional dan titik terdekat yang lebih kreatif
dari Pulau Bangka menuju Jakarta
Sumber: Hasil Analisis

Penetapan strategi pengembangan kawasan industri di Kabupaten Bangka Selatan di tetapkan


berdasarkan potensi serta permasalahan yang terdapat pada wilayah Kabupaten Bangka Selatan.
Hasil analisis, menampilkan tabel matrik IFAS dan EFAS analisis (kekuatan, kelemahan) dan (peluang,
ancaman) dapat dilihat pada Tabel 5.66. dan Tabel 5.67.

Tabel 5.66
Matriks Analisis IFAS Kawasan Industri Kabupaten Bangka Selatan
No. Kekuatan Bobot Relatif Rating Score
1 Terdapat industri berskala besar, sedang dan kecil di 5 0,179 4 0,714
Kabupaten Bangka Selatan
2 Serapan tenaga kerja dari sektor industri cukup tinggi 5 0,179 4 0,714
3 Setiap sektor memiliki produk khas dan unggul di Kabupaten 5 0,179 4 0,714
Bangka Selatan
Total 15 0,536 2,143
No. Kelemahan Bobot Relatif Rating Score
1 Adanya pengaruh terhadap ketersediaan air bersih dan 5 0,179 -1 -0,179
penurunan kualitas lingkungan
2 Adanya alih fungsi lahan untuk kegiatan industri 4 0,143 -2 -0,286
3 Kualitas sumberdaya manusia yang masih minim dan terbatas 4 0,143 -3 -0,429
Total 13 0,464 -0,893
Total Bobot 28 1
Sumber: Hasil Analisis

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 151
Tabel 5.67
Matriks Analisis EFAS Kawasan Industri Kabupaten Bangka Selatan
No. Peluang Bobot Relatif Rating Score
1 Terbukanya kerjasama dengan perusahaan lokal maupun luar 5 0,179 4 0,714
2 Perencanaan kawasan industri strategis (KIS) akan 5 0,179 4 0,714
meningkatkan permintaan pasar dan daya saing setiap sektor
3 Kabupaten Bangka Selatan dilewati alur pelayaran Internasional 5 0,179 4 0,714
dan titik terdekat dari Pulau Bangka menuju Jakarta
Total 15 0,536 2,143
No. Ancaman Bobot Relatif Rating Score
1 Beberapa bahan baku industri yang bersifat musiman 4 0,143 -2 -0,286
2 Kerusakan ekosistem di wilayah sekitar industri 5 0,179 -2 -0,357
3 Persaingan dengan produk-produk lainnya dan yang lebih kreatif 4 0,143 -3 -0,429
Total 13 0,464 -1,071
Total Bobot 28 1
Sumber: Hasil Analisis

Dari hasil pembobotan pada Tabel 5.66. dan Tabel 5.67. diatas, maka dapat dilihat posisi dalam
kuadran stategi analisis IFAS-EFAS sektor pertanian yang dapat dihitung berdasarkan perhitungan
dibawah ini di tampilkan pada Tabel 5.68.

Tabel 5.68
Perhitungaan Koordinat Matriks SWOT
Perhitungan Koordinat Matriks SWOT
x Nilai Total S + W
y Nilai Total O + T
jadi
X 1,25
Y 1,07
Koordinat (1,25 : 1,07)
Sumber: Hasil Analisis

Berdasarkan hasil pemetaan terhadap kuadran strategi analisis IFAS-EFAS sektor indutri diatas,
dapat diketahui bahwa strategi pengembangannya berada pada Kuadran I yaitu Growth Strategi.
Artinya, pengembangan pada sektor industri perlu dilakukan dengan pendekatan pertumbuhan
memanfaatkan potensi dan peluang yang ada. Strategi yang bisa dikembangkan terkait dengan
pengembangan pada sektor-sektor tersebut, antara lain: Diagram matriks SWOT sektor industri
Kabupaten Bangka Selatan dapat dilihat pada Gambar 5.47.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 152
3O

Kuadran III 2 Kuadran I

Industri
1

0
W -3 -2 -1 0 1 2 3 S
-1

-2

Kuadran IV -3 Kuadran II
T
Sumber: Hasil Analisis
Gambar 5.47
Diagram Matriks SWOT Sektor Industri Kabupaten Bangka Selatan

Strategi yang bisa dikembangkan terkait dengan pengembangan pada sektor industri tersebut,
antara lain:
1. Meningkatkan produksi industri berskala besar, sedang dan kecil dengan memanfaatkan
kerjasama perusahaan lokal maupun luar (S1-O1).
2. Produk khas dan unggul di kabupaten Bangka Selatan lebih ditonjolkan dengan memanfaatkan
kerjasama yang sudah ada (S3-O1).
3. Mengoptimalkan berbagai potensi sebagai bahan baku industri di sektor perkebunan dan perikanan
(S2-O1,2,3).

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 153
BAB VI
KEBIJAKAN DAN STRATEGI

6.1 Perbaikan Iklim Penanaman Modal

6.1.1 Kebijakan Perbaikan Iklim Penanaman Modal


Iklim penanaman modal dapat diwujudkan dalam bentuk kebijakan yang diputuskan lembaga
dengan pertimbangan kondisi saat ini maupun kondisi yang diharapkan, yang dinilai akan banyak
berpengaruh pada tingkat resiko maupun tingkat pengembalian penanaman modal. Iklim penanaman
modal ini sangat mempengaruhi minat penanam modal (investor) untuk melakukan kegiatan
penanaman modal, baik berupa penanaman modal baru maupun perluasan penanaman modal yang
telah berjalan. Iklim penanaman modal bersifat dinamis, artinya setiap elemen yang terkandung
didalamnya akan mengalami perubahan seiring perubahan dinamika bisnis dan waktu.
Selain itu, iklim penanaman modal juga bersifat lokasional, artinya meskipun iklim penanaman
modal akan sangat diwarnai oleh situasi dan kondisi perekonomian nasional, namun perbedaan
karakteristik masing-masing perekonomian regional dan daerah akan memberi arah penekanan
yang berbeda dalam upaya perbaikan iklim penanaman modal di Kabupaten Bangka Selatan.
Mengingat besarnya manfaat (benefit) investasi terhadap dinamika sosial dan ekonomi
masyarakat di daerah, maka keberadaan investasi mutlak harus di pertahankan sekaligus
dikembangkan. Dengan demikian perbaikan iklim penanaman modal, mutlak harus terus dilakukan
secara dinamis, hal ini ini sebabkan persaingan untuk meningkatkan pananaman modal di setiap
daerah terus berlangsung. Iklim penanaman modal yang berdaya saing merupakan kebijakan agregat
yang diputuskan dengan pertimbangan berbagai macam indikator dan kriteria di setiap
kabupaten/kotanya.

6.1.2 Strategi Perbaikan Iklim Penanaman Modal


Kebijakan perbaikan iklim penanaman modal ini, akan diakutualisasikan dalam beberapa
bentuk strategi dibawah ini:
Tabel 6.1
Strategi Perbaikan Iklim Penanaman Modal
No Strategi
1 Penguatan kelembagaan badan pelayanan perizinan investasi dan penanaman modal
2 Pengaturan arah kebijakan prioritas pembangunan yang dapat menjamin meningkatnya
produktifitas dan inovasi secara berkelanjutan
3 Pengaturan perizinan dan Non Perizinan yang mempertimbangkan klassifikasi wilayah dalam
rangka mendorong persebaran dan pemerataan investasi dan penanaman modal
4 Pengaturan persaingan usaha dan jaringan mitra strategis investasi dan penanaman modal

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 154
No Strategi
5 Pengaturan kegiatan investasi dan penanaman modal yang strategis dan berkualitas, dengan
menekankan pada peningkatan nilai tambah, peningkatan penanaman modal di sektor prioritas
(Pertanian, Perikanan, Industri dan Pariwisata) dan pengembangan wilayah
Sumber: Hasil Analisis

6.2 Persebaran Penanaman Modal

6.2.1 Kebijakan Persebaran Penanaman Modal


Selain pengembangan penanaman modal yang fokus menurut bidang atau sektor
unggulan/prioritas daerah, Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan perlu merumuskan strategi dan
kebijakan dalam upaya mendorong pemerataan pembangunan ekonomi di masing-masing daerah,
melalui penyebaran kegiatan usaha penanaman modal berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) daerah masing-masing. Kebijakan persebaran penanaman modal merupakan respon dari
aktivitas penanaman modal yang selama ini terpusat di wilayah/kawasan tertentu yang sudah memiliki
kelengkapan fasilitas dan utilitas. Hal ini tentu berdampak pada semakin senjangnya suatu
daerah/wilayah/kawasan.
Untuk itu, pemetaan sebaran kawasan potensi investasi dan kawasan kurang potensi investasi,
mutlak diperlukan, sehingga pemerintah Kabupaten Bangka Selatan dapat meningkatkan daya saing
daerah/wilayah/kawasan yang tidak memiliki atau kurang memiliki daya tarik invetasi, melalui paket
pemberian kemudahan, dan atau insentif.
Tabel 6.2
Strategi Persebaran Penanaman Modal
No Strategi
1 Pengembangan pusat-pusat ekonomi, klaster-klaster industri dan pembangunan infrastruktur di
seluruh wilayah Kabupaten Bangka Selatan
2 Pengembangan Pusat-pusat pertumbuhan strategis berdasarkan pertimbangan nilai LQ
tertinggi
3 Memperluas pengembangan prasarana energi listrik (PLTD/PLTS/PLTN/SUTET) dan jaringan
komunikasi yang dibutuhkan oleh sektor jasa, usaha perdagangan dan industri di Kabupaten
Bangka Selatan
4 Pembangunan sektor industri berada di luar wilayah yang memproduksi sektor unggulan
5 Percepatan pembangunan infrastruktur dengan mengembangkan pola kerjasama pemerintah
swasta (KPS) dan non KPS yang diintegrasikan dengan rencana penanaman modal untuk
sektor unggulan
Sumber: Hasil Analisis

6.3 Fokus Pengembangan Pangan, Pertanian, Pariwisata, Perikanan, Infrastruktur, dan Energi

6.3.1 Kebijakan Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur, dan Energi


Pada dasarnya kebijakan pengembangan pangan Fokus Pengembangan Pangan, Pertanian,
Pariwisata, Perikanan, Infrastruktur, dan Energi tidak sepenuhnya didasarkan kepada pendekatan

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 155
bisnis yang layak semata, melainkan juga didasarkan kepada kepentingan lokal, regional, maupun
nasional. Hal ini disebabkan komoditas pangan dan energi merupakan komoditas primer, yang
permintaannya selalu meningkat, dan ketersediaanya semakin terbatas. Artinya, upaya (investasi)
untuk menjaga ketersediaanya merupakan aktivitas yang patut diapresiasi oleh pemerintah Kabupaten
Bangka Selatan. Untuk itu patut kiranya investasi di bidang ini difasilitasi kemudahan, insentif, fasilitas
lainnya meskipun perlu didukung dengan kebijakan bersyarat lainnya, seperti kebijakan tata niaga,
distribusi, dan peruntukkan konsumennya.
Sedangkan kebijakan pengembangan infrastruktur, juga tidak sepenuhnya didasarkan kepada
pendekatan bisnis yang layak semata, melainkan juga didasarkan kepada kepentingan lokal, regional,
maupun nasional. Hal ini disebabkan penyediaan infrastruktur (kuantitas dan kualitas cakupan) pada
dasarnya menjadi tanggung jawab pemerintah, yang selama ini sulit direalisasikan disebabkan
keterbatasannya anggaran pembangunan. Dengan demikian, melihat tingkat kepentingan akan ke tiga
kebijakan tersebut, maka patut kiranya pemerintah Kabupaten Bangka Selatan memberikan
kemudahan, dan atau insentif dengan beberapa syarat dan kriteria lainnya.
Tabel 6.3
Strategi Fokus Pengembangan Pangan, Pertanian, Pariwisata, Perikanan, Infrastruktur, dan
Energi
No. Strategi
1 Mengoptimalkan beragam potensi wisata terutama wisata bahari, wisata alam, wisata budaya
dan wisata minat khusus
2 Mengoptimalkan beragam potensi pertanian terutama sektor perkebunan untuk komoditas
sawit, lada dan karet
3 Mengoptimalkan beragam potensi industri pengolahan terutama sektor mikro dan kecil
dengan bahan baku dasar dari pertanian dan perikanan
4 Mengoptimalkan beragam potensi perikanan laut terutama di Kecamatan Pongok, Lepong,
Toboali dan Tukak Sadai untuk perikanan
5 Memaksimalkan potensi sumberdaya manusia dalam pengembangan sektor pertanian,
pariwisata, perikanan dan industri dengan memanfaatkan kerjasama yang ada
Sumber: Hasil Analisis

6.4 Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan

Kebijakan penanaman modal yang berwawasan lingkungan didasarkan kepada beberapa isu
strategis seperti dampak pembangunan/investasi terhadap daya dukung dan daya tampung
lingkungan, sehingga mengakibatkan degradasi lingkungan dan mengancam pada keseimbangan
lingkungan dari aspek dimensi waktu, ruang, dan subyek.
Selain itu isu strategis terhadap lingkungan, justru menjadi menjadi salah satu komponen
bargaining di pasar global. Artinya, secara tidak langsung harus ada yang menanggung biaya ekonomi

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 156
atas terganggunya daya dukung dan daya tampung lingkungan akibat aktivitas investasi, tanpa ada
kejelasan siapa yang menanggung biaya pemulihannya.
Dalam arah kebijakan RUPM Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 ini, upaya penjaringan
penanaman modal yang berwawasan lingkungan akan diarahkan pada 2 fokus pendekatan utama yaitu
pendekatan preventif dan pendekatan apresiatif. Pendekatan Preventif, yaitu; pendekatan yang
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan (dalam hal ini adalah melalui BLH dan PTSP)
terkait kebijakan lingkungan yang didasarkan pada data dan informasi yang terangkum dalam dokumen
RPPLH, KLHS, AMDAL, UKL-UPL, dan SLHD. Pendekatan ini diawali dengan upaya untuk
menginventarisasi dan memetakan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk dilindungi
dan dikelola. Upaya ini dilakukan agar, aktivitas penanaman modal tidak diarahkan ke lokasi yang
secara regulatif merupakan wilayah atau kawasan yang memiliki daya dukung dan daya tampung
rentan terhadap presure, (bencana alam, tekanan demografi, aktivitas sosial dan ekonomi).
Pendekatan Apresiatif, yaitu; pendekatan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bangka
Selatan (dalam hal ini adalah melalui BLH dan PTSP) terkait kebijakan lingkungan yang didasarkan
pada data dan informasi yang terangkum dalam dokumen RPPLH, KLHS, AMDAL, UKL-UPL, dan
SLHD. Pendekatan ini diawali dengan upaya untuk mengapresiasi investasi yang mampu mendukung
kualitas dan kuantitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup (pengendalian dan pemulihan
pencemaran/perusakan lingkungan hidup), dengan mempertimbangkan pemberian kemudahan dan
atau insentif bagi penanaman modal yang mampu meningkatkan daya dukung dan daya tampung
lingkungan. Kerusakan dan pencemaran pada lingkungan hidup Pendekatan dan arah kebijakan
diatas, kemudian diterjemahkan dalam bentuk strategi operasionalnya sebagai berikut:
Tabel 6.4
Strategi Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan
No Strategi
1 Investasi yang dilakukan merupakan green ekonomi yang bersinergi dengan kebijakan dan program
pembangunan pelestarian lingkungan hidup berbasis pembangunan berkelanjutan.
2 Menetapkan bidang pertanian, perikanan, pariwisata dan industri sebagai isu strategis dalam
penyediaan dan pengembangan kualitas dan kuantitas investasi dan penanaman modal di Kabupaten
Bangka Selatan.
3 Pengembangan sektor-sektor prioritas (Pertanian, perikanan, pariwisata, industri) dengan teknologi yang
ramah lingkungan serta pemanfaatan potensi sumber energi baru dan terbarukan.
4 Peningkatan penggunaan teknologi dan proses produksi yang ramah lingkungan yang lebih terintegrasi,
dari aspek hulu hingga aspek hilir.
5 Pengembangan wilayah yang memperhatikan tata ruang, daya dukung lingkungan dan jasa ekosistem.
6 Menentukan wilayah yang dikembangkan dengan mempertimbangkan isu strategis sebagai fokus
pembangunan wilayah Kabupaten Bangka Selatan yang sejalan dengan RUTR Provinsi Kep. Bangka
Belitung dan RTRW Kabupaten Bangka Selatan.
Sumber: Hasil Analisis

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 157
6.5 Pemberdayaan UMKM dan Koperasi

6.5.1. Kebijakan Pemberdayaan UMKM dan Koperasi


Kebijakan Pemberdayaan UMKMK didasarkan kepada pada isu strategis yang menjelaskan
bahwa kurangnya karakteristik kewirausahaan UMKMK, banyaknya UMKMK yang tumbuh namun tidak
beraktivitas ekonomi produktif, lemahnya UMKMK dalam melihat dan memanfaatkan peluang ekonomi
produktif yang ada. Namun demikian, kebijakan pemberdayaan UMKMK pada RUPM Kabupaten
Bangka Selatan 2018-2025 ini, tidak untuk membebani investasi yang akan dilakukan, namun
kebijakan ini bertujuan untuk membantu UMKMK untuk melihat dan memanfaatkan peluang usaha
ekonomi produktif yang ada dan membantu investor untuk memenuhi kebutuhan produksinya baik di
hulu maupun hilir produksi secara efektif, efisien, dan berkelanjutan.

Tabel 6.5
Strategi Pemberdayaan UMKM dan Koperasi
No Strategi
1 Kebijakan dasar investasi dan penanaman modal diarahkan pada pemberdayaan dan
perlindungan usaha mikro kecil menengah dan koperasi (UMKMK)
2 Pemberdayaan UMKMK harus ditunjang oleh pembangunan pada sektor primer, sekunder dan
tersier menuju pengembangan ekonomi hijau (green ekonomi)
3 Memperkuat kewirausahaan dan peningkatan produktifitas yang responsif dan adaptif terhadap
kebutuhan pasar, pemanfaatan hasil inovasi dan penerapan teknologi
4 Mendorong peningkatan UMKMK menjadi usaha dengan skala yang lebih besar
5 Memperkuat keterkaitan UMKMK dengan mitra strategis dengan berbagai bidang usaha
Sumber: Hasil Analisis

6.6 Pemberian Kemudahan dan Insentif Penanaman Modal

6.6.1 Kebijakan Pemberian kemudahan dan insentif penanaman modal


Kemudahan dan/atau insentif penanaman modal merupakan suatu keuntungan/manfaat
apapun (sosial, budaya, lingkungan, dsb) yang dapat dikonversikan kedalam manfaat ekonomi yang
diberikan kepada penanam modal jika melakukan investasinya sesuai dengan kelembagaan yang ada
dan sudah ditetapkan di Kabupaten Bangka Selatan.
Isu strategis dalam kebijakan ini adalah, materi, kemudahan, dan insentif yang belum
terlembagakan secara komprehensif, memunculkan potensi iklim investasi yang tidak kondusif, tidak
transparan, tidak akuntable, dan tidak efektif/tidak efisien. Oleh sebab itu, Pemerintah Kabupaten
Bangka Selatan menyusun kebijakan pemberian kemudahan dan insentif penanaman modal secara
detail, lengkap, akuntable dengan memperhatikan prinsip-prinsip kepastian hukum, keterbukaan,
akuntabilitas, perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara, kebersamaan, efisiensi

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 158
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional.

Tabel 6.6
Strategi Pemberian Kemudahan dan Insentif Penanaman Modal
No Strategi
1 Pemberian insentif dan sanksi untuk mendorong daya saing dan iklim yang kondusif untuk
berinvestasi
2 pemberian kemudahan, dan atau insentif investasi dan penanaman modal diberikan untuk
sektor unggulan dan wilayah kecamatan unggulan
3 Pemberian kemudahan dan atau insentif investasi dan penanaman modal yang mendorong
upaya upaya pelestarian lingkungan hidup
4 Pemerintah daerah dapat memberikan insentif berupa pajak daerah dan kemudahan lainnya
5 Insentif dan kemudahan dari daerah (PP 45 tahun 2008) : PTSP dibidang penanaman modal;
sistem pelayanan informasi dan perizinan investasi secara elektronik; pengurangan,
keringanan, atau pembebasan pajak daerah dan retribusi daerah; pemberian dana stimulan;
pemberian bantuan modal; penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal;
penyediaan sarana dan prasarana; penyediaan lahan/lokasi; pemberian bantuan teknis;
percepatan pemberian izin
Sumber: Hasil Analisis

6.7 Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal

6.7.1. Kebijakan Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal


Kebijakan promosi dan kerjasama penanaman modal didasarkan pada upaya
mengkomunikasikan nilai tambah dan daya saing daerah ke pihak calon penanam modal, melalui
berbagai media promosi, sehingga efektif atau tidaknya proses promosi sangat dipengaruhi oleh
berbagai aspek seperti, lembaga penyelenggara promosi, contain promosi, media promosi, momentum
promosi, dan manajemen pengelolaan respon promosi atas feedback yang timbul pasca promosi.
Dengan demikian rangkaian promosi harus bersifat agregat, mengingat promosi merupakan sebuah
rangkaian proses yang terintegrasi.

Tabel 6.7
Strategi Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal
No Strategi
1 Promosi penanaman modal melalui penyebaran informasi potensi dan peluang penanaman
modal secara terfokus, terintegrasi dan berkelanjutan
2 Penguatan image building sebagai daerah tujuan penanaman modal
3 Pengembangan strategi promosi yang lebih fokus terarah dan inovatif berbasis digital dan cetak
4 Mengiatkan kegiatan promosi dilaksanakan untuk pencapaian target investasi yang ditetapkan
5 Peningkatan peran koordinasi promosi penanaman modal
6 Penguatan peran fasilitasi hasil kegiatan promosi secara proaktif
Sumber: Hasil Analisis

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 159
6.8 Matrik Peta Panduan (Roadmap) Implementasi Rencana Umum Penanaman Modal
Kabupaten (RUPMK) Bangka Selatan

Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan untuk menjangkau keberhasilan dalam melaksanakan


tugas dan fungsinya dalam rangka pelaksanaan pembangunan bidang penanaman modal daerah
menentukan visi dan misi sebagai berikut:

Visi: Terwujudnya Kabupaten Bangka Selatan Sebagai Pusat Investasi yang Sehat dan Berdaya
Saing Berbasis Pertanian dan Pariwisata.

Misi: 1. Melayani Penanaman Modal dengan Prima.


2. Mewujudkan Penanaman Modal yang Inklusif dan Berkelanjutan.

Fase I Fase II Fase III


Arah Kebijakan
2018-2019 2020-2022 2023-2025

KEBIJAKAN PERBAIKAN  Penguatan kelembagaan  Pengaturan kegiatan  Pengaturan persaingan


IKLIM PENANAMAN MODAL badan pelayanan investasi dan penanaman usaha dan jaringan mitra
perizinan investasi dan modal yang strategis dan strategis investasi dan
penanaman modal di berkualitas, dengan penanaman modal
Kabupaten Bangka menekankan pada
Selatan peningkatan nilai tambah,
peningkatan penanaman
 Pengaturan arah modal di sektor prioritas
kebijakan prioritas (Pertanian, Perikanan,
pembangunan yang dapat Industri dan Pariwisata)
menjamin meningkatnya dan pengembangan
produktifitas dan inovasi wilayah.
secara berkelanjutan
berbasis komoditas  Pengaturan perizinan dan
unggulan daerah Non Perizinan yang
mempertimbangkan
klassifikasi wilayah dalam
rangka mendorong
persebaran dan
pemerataan investasi dan
penanaman modal di
Kabupaten Bangka
Selatan

FOKUS PENGEMBANGAN  Mengoptimalkan beragam  Memaksimalkan potensi  Mengoptimalkan beragam


PANGAN, PERTANIAN, potensi wisata terutama sumberdaya manusia potensi industri
PARIWISATA, PERIKANAN, wisata bahari, wisata alam, dalam pengembangan pengolahan terutama
INFRASTRUKTUR, DAN wisata budaya dan wisata sektor pertanian, sektor mikro dan kecil
ENERGI minat khusus. pariwisata, perikanan dan dengan bahan baku dasar
industri dengan dari pertanian dan
 Mengoptimalkan beragam memanfaatkan kerjasama perikanan
potensi pertanian yang ada
terutama sektor
perkebunan untuk
komoditas sawit, lada dan
karet.

 Mengoptimalkan beragam
potensi perikanan laut
terutama di Kecamatan
Pongok, Lepong, Toboali
dan Tukak Sadai untuk

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 160
Fase I Fase II Fase III
Arah Kebijakan
2018-2019 2020-2022 2023-2025
perikanan.

PENANAMAN MODAL YANG  Menetapkan bidang  Investasi yang dilakukan  Peningkatan penggunaan
BERWAWASAN pertanian, perikanan, merupakan green teknologi dan proses
LINGKUNGAN pariwisata dan industri ekonomi yang bersinergi produksi yang ramah
sebagai isu strategis dengan kebijakan dan lingkungan yang lebih
dalam penyediaan dan program pembangunan terintegrasi, dari aspek
pengembangan kualitas pelestarian lingkungan hulu hingga aspek hilir.
dan kuantitas investasi hidup dengan
dan penanaman modal di mengedepankan prisnsip
Kabupaten Bangka pembangunan
Selatan. berkelanjutan.

 Menentukan wilayah yang  Pengembangan sektor-


dikembangkan dengan sektor prioritas (Pertanian,
mempertimbangkan isu perikanan, pariwisata,
strategis sebagai fokus industri) dengan teknologi
pembangunan wilayah yang ramah lingkungan
Kabupaten Bangka serta pemanfaatan
Selatan yang sejalan potensi sumber energi
dengan RUTR. baru dan terbarukan.

PEMBERDAYAAN UMKM  Pemberian insentif dan  Pemberian kemudahan  Pemerintah daerah dapat
DAN KOPERASI sanksi untuk mendorong dan atau insentif investasi memberikan insentif
daya saing dan iklim yang dan penanaman modal berupa pajak daerah dan
kondusif untuk yang mendorong upaya kemudahan lainnya
berinvestasi upaya pelestarian
lingkungan hidup
 Pemberian kemudahan,
dan atau insentif investasi
dan penanaman modal
diberikan untuk sektor dan
komoditas unggulan di
wilayah kecamatan
unggulan

PEMBERIAN KEMUDAHAN  Pemberian insentif dan  Pemberian kemudahan  Pemerintah daerah dapat
& INSENTIF PENANAMAN sanksi untuk mendorong dan atau insentif investasi memberikan insentif
MODAL daya saing dan iklim yang dan penanaman modal berupa pajak daerah dan
kondusif untuk yang mendorong upaya kemudahan lainnya
berinvestasi upaya pelestarian
lingkungan hidup
 Pemberian kemudahan,
dan atau insentif investasi
dan penanaman modal
diberikan untuk sektor dan
komoditas unggulan di
wilayah kecamatan
unggulan

PROMOSI DAN  Promosi penanaman  Pengembangan strategi  Penguatan peran kegiatan


KERJASAMA PENANAMAN modal melalui penyebaran promosi yang lebih fokus promosi secara proaktif
MODAL informasi potensi dan terarah dan inovatif
peluang penanaman berbasis digital dan cetak
modal secara terfokus,
terintegrasi dan  Menggiatkan kegiatan
berkelanjutan promosi dilaksanakan
untuk pencapaian target
 Penguatan image building investasi yang ditetapkan
sebagai daerah tujuan

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 161
Fase I Fase II Fase III
Arah Kebijakan
2018-2019 2020-2022 2023-2025
penanaman modal

 Peningkatan peran
koordinasi promosi
penanaman modal

Sumber: Hasil Analisis

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 162
BAB VII
KONTRIBUSI MANFAAT EKONOMI SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG
PENANAMAN MODAL

Penanaman Modal adalah kegiatan pengusaha dalam menanamkan modalnya untuk


melakukan aktivitas ekonomi produktif di Kabupaten Bangka Selatan yang dapat dilakukan oleh
pengusaha,baik yang berasal dari luar negeri (PMA), dalam negeri (PMDN, UMKMK) dan lainnya. Motif
utama penanam modal adalah profit seeking, sedangkan motif pemerintah Kabupaten Bangka Selatan
mengizinkan penanaman modal beraktivitas ekonomi produktif adalah benefit seeking. Upaya untuk
mempertemukan kedua motif ini diwaktu dan tempat yang sama secara bersamaan tentunya bukan
merupakan hal yang mudah, sebab ukuran dari profit seeking dapat diukur dengan cepat dan mudah,
secara matematis, sedangkan ukuran benefit seeking hanya bisa diukur dari impact/dampak dari
berlangsungnya investasi. Artinya, manfaat investasi hanya bisa diukur dari dampak berlangsungnya
aktivitas investasi dalam jangka waktu yang lama.
Pada dasarnya manfaat investasi dapat di mitigasi jauh sebelum investor datang jika
pemerintah Kabupaten Bangka Selatan melakukan valuasi ekonomi, sosial, dan lingkungan dari
berbagai potensi investasi, bahkan materi valuasi tersebut dapat dijadikan Pemerintah Kabupaten
Bangka Selatan sebagai materi negosiasi atau bargaining.

Gambar 7.1
Siklus Ekonomi (Investasi)

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 163
Berdasarkan gambar 7.1 dapat diketahui bahwa aktivitas yang berhubungan dengan aktivitas
investasi adalah;
1) Penanaman Modal – Perusahaan
yaitu aktivitas penanaman modal oleh pengusaha dengan merealisasikan modalnya dalam bentuk
aktivitas ekonomi produktif.
2) Penanaman Modal – Lembaga Keuangan
yaitu aktivitas penanaman modal oleh pengusaha dengan meminjam modal dari perbankan atau
lembaga keuangan
3) Penanaman Modal - Perusahaan – Rumah Tangga
yaitu aktivitas perusahaan menjual produksi barang dan jasanya kepada pihak rumah tangga dan
aktivitas perusahaan membalas jasa atas faktor-faktor produksi yang bersumber dari rumah tangga
dalam bentuk sewa, gaji, upah, bunga, dll
4) Rumah Tangga - Perusahaan
yaitu aktivitas rumah tangga menawarkan sumberdaya yang dimilikinya untuk dijadikan faktor
produksi oleh perusahaan dan aktivitas rumah tangga menawarkan barang dan jasa hasil produksi
rumah tangga untuk dikonsumsi oleh perusahaan.
5) Perusahaan – Pemerintah
yaitu aktivitas perusahaan menunaikan kewajibannya membayar pajak sesuai dengan regulasi yang
ada
6) Pemerintah – Perusahaan
yaitu kebijakan dan aktivitas pemerintah dalam menyediakan layanan dasar umum yang layak bagi
semua pihak khususnya pengusaha.

7.1 Manfaat Investasi Terhadap Ekonomi

Secara umum manfaat investasi terhadap dinamika perekonomian lokal dapat asumsikan yaitu
berkontribusinya investasi terhadap perputaran uang produktif perbankan, untuk membantu perbankan
menunaikan kewajibannya membayar bunga bank terhadap nasabah, manfaat lainnya adalah
meningkatnya Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) regional, hal ini disebabkan adanya aktivitas produksi
regional. Aktivitas produksi regional dapat mempengaruhi pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto
(PDB) Kabupaten Bangka Selatan dimana sektor-sektor unggulan dapat menjadi pemicu kesejahteraan
masyarakat yang berkelanjutan. Dampak rasional lainnya adalah, adanya aktivitas transaski
pembayaran pajak oleh perusahaan/investor kepada pemerintah Kabupaten Bangka Selatan sebagai
bentuk kewajiban regulatif investor, selain itu dampak positif lainnya adalah adanya aktivitas transkasi

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 164
penjualan hasil produksi industri yang berpotensi melibatkan banyak lembaga dan kelembagaan yang
berpotensi menimbulkan economic multiplier effect.
Manfaat ekonomi seperti perputaran uang produktif perbankan, Laju Pertumbuhan Ekonomi,
pembayaran jasa rumah tangga sebagai sarana produksi yang bersumber dari rumah tangga, transaksi
pembayaran pajak, multiplier effect economic dari transaksi penjualan produk investasi sangat mungkin
terealisasi terhadap jika investasi yang ada di Kabupaten Bangka Selatan adalah investasi yang sehat,
yaitu investasi yang tidak bersifat economic backwash effect.

7.2 Manfaat Investasi Terhadap Dinamika Sosial

Secara umum, manfaat sosial dari aktivitas penanaman modal akan dapat dirasakan dalam
jangka waktu yang tidak singkat. Manfaat yang dapat dirasakan antara lain, jumlah serapan tenaga
kerja (berkurangnya pengangguran), multiplier effect ekonomi disekitar lokasi produksi (peningkatan
pendapatan). Manfaat sosial dari aktivitas penanaman modal yang diharapkan adalah meningkatnya
mobilitas barang, jasa, dan manusia yang mungkin lintas sektor, lintas wilayah, sehingga menimbulkan
kehidupan sosial masyarakat Kabupaten Bangka Selatan yang terlibat akan menjadi lebih dinamis.

7.3 Manfaat Investasi Terhadap Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan

Secara umum, kesadaran terhadap pentingnya daya dukung dan daya tampung lingkungan di
Indonesia, Kepulauan Bangka Belitung dan Kabupaten Bangka Selatan, masih relatif rendah jika di
bandingkan dengan negara maju. Dimana di negara maju, daya dukung dan daya tampung lingkungan
dinilai dari aspek ekologisnya, sedangkan di negara berkembang, daya dukung dan daya tampung
lingkungan ditempatkan sebagai sumber daya ekonomi (economic resources), sehingga akan sulit
dalam proses pemanfaatan dan pengendaliannya. Hal ini berdampak kepada cara memperlakukan
daya tampung dan daya dukung lingkungan itu sendiri. Daya dukung dan daya tampung lingkungan
akan mulai dirasakan bermanfaat oleh masyarakat Kabupaten Bangka Selatan jika preasure terhadap
kondisi daya dukung dan daya tampung tersebut sudah mengganggu dinamika ekonomi masyarakat
Kabupaten Bangka Selatan.
Saat ini, isu terkait lingkungan sudah menjadi isu global yang akan mempengaruhi cara
bagaimana perusahaan berproduksi, bahkan isu lingkungan sudah menjadi isu strategis dan menjadi
prasyarat memasuki pasar global. Upaya yang harus dilakukan dalam kondisi seperti ini adalah,
meningkatnya kepedulian masyarakat Kabupaten Bangka Selatan dan para pelaku usaha dalam
melakukan proses produksi yang ramah lingkungan, meningkatnya partisipasi media yang transparan
yang dapat mengadvokasi publik dalam mendukung daya dukung dan daya tambung lingkungan, serta
meningkatnya aktivitas baik bermotif ekonomi produktif atau tidak, namun bertujuan mendukung

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 165
keberadaan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Secara khusus, manfaat yang
diharapkan dari 7 (tujuh) arah Kebijakan Penanaman Modal Kabupaten Bangka Selatan tahun 2018-
2025 adalah sebagai berikut:

A. Perbaikan Iklim Penanaman Modal


Iklim penanaman modal merupakan suatu lingkungan kebijakan, institusional dan perilaku,
baik kondisi yang ada saat ini maupun kondisi yang diharapkan, yang mempengaruhi tingkat resiko
pengembalian penanaman modal. Kondisi iklim penanaman modal Kabupaten Banga selatan saat ini
belum berkembang dengan baik, hal tersebut tercermin dari Pendapatan Asli Daerah yang masih
minim. Iklim penanaman modal tersebut sangat mempengaruhi keinginan penanam modal (investor)
untuk melakukan kegiatan penanaman modal, baik berupa penanaman modal baru maupun perluasan
penanaman modal yang telah berjalan jika Kabupaten Bangka Selatan mampu untuk
mengimplementasikan lingkungan investasi internal yang sehat. Iklim penanaman modal bersifat
dinamis, artinya setiap elemen yang terkandung didalamnya akan mengalami perubahan seiring
perubahan dinamika bisnis dan waktu. Selain itu, iklim penanaman modal juga bersifat lokasional,
artinya iklim penanaman modal akan sangat diwarnai oleh situasi dan kondisi perekonomian global,
nasional, regional, dan lokal, namun perbedaan karakteristik di masing-masing perekonomian regional
dan lokal akan memberi arah penekanan yang berbeda dalam upaya perbaikan iklim penanaman
modal di Kabupaten Bangka Selatan. Arah kebijakan perbaikan iklim penanaman modal memiliki
potensi manfaat sebagai berikut:

Tabel 7.1
Tabel Kontribusi Arah Kebijakan Penanaman Modal Kebijakan Perbaikan Iklim Penanaman
Modal
POTENSI KONDISI YANG DIHINDARI POTENSI MANFAAT YANG DIHARAPKAN
 Investasi belum menjadi isu strategis yang  Seluruh jajaran di lingkungan Pemerintah
menjadi komponen bagi keberlangsungan Kabupaten Bangka Selatan memahami
ekonomi Kabupaten Bangka Selatan, manfaat pentingya “investasi yang sehat”
sehingga dinamika investasi belum direspon terhadap aspek sosial dan ekonomi
secara sungguh-sungguh oleh Pemerintah masyarakat Kabupaten Bangka Selatan,
Kabupaten Bangka Selatan. sehingga naik turunnya investasi menjadi isu
 Investasi yang saat ini berlangsung belum strategis, yang perlu ditindaklanjuti dengan
dapat diketahui sehat atau tidaknya, secara kebijakan yang komprehensif.
umum investasi yang masuk belum tentu  Meningkatnya “investasi yang sehat”
terkorelasi dengan potensi dan keunggulan dilandaskan pada azas manfaat untuk
daerah, investasi yang beroperasi umumnya Kabupaten Bangka Selatan. Artinya investasi
didasarkan pada pertimbangan ekonomis yang diminati adalah investasi yang memiliki
saja. benefit dan profit yang tinggi.
Sumber : Hasil Analisis

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 166
B. Persebaran Penanaman Modal
Selain pengembangan penanaman modal yang fokus menurut bidang atau sektor
unggulan/prioritas daerah, Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan perlu merumuskan strategi dan
kebijakan dalam upaya mendorong pemerataan pembangunan ekonomi di masing-masing daerah,
melalui penyebaran kegiatan usaha penanaman modal berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) daerah masing-masing. Arah kebijakan persebaran penanaman modal memiliki potensi
manfaat sebagai berikut:
Tabel 7.2
Tabel Kontribusi Arah Kebijakan Penanaman Modal Kebijakan Persebaran Penanaman Modal
POTENSI KONDISI YANG DIHINDARI POTENSI MANFAAT YANG DIHARAPKAN
 Investasi terkonsentari hanya di kawasan  Investasi menyebar di seluruh kawasan di
yang cenderung strategis dan dilengkapi Kabupaten Bangka Selatan secara
dengan fasilitas sarana prasarana sistem proporsional sesuai dengan keunggulan dan
perkotaannya yang layak. potensi daerah
 Investasi belum berdampak pada  Investasi berdampak pada pengembangan
pengembangan kawasan yang selama ini kawasan yang selama ini tertinggal dari aspek
relative tertinggal dari berbagai aspek seperti sosial dan ekonomi, yang sebenarnya dapat
manfaat sosial & ekonomi yang seharusnya dijadikan materi pemberian insentif dan
dijadikan materi pemberian insentif dan kemudahan.
kemudahan secara integratif..
Sumber: Hasil Analisis

C. Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur, dan Energi


Sasaran penanaman modal bidang pangan pada masing-masing komoditi dilakukan untuk:
1) Mendukung pemenuhan kebutuhan pangan (beras) berkelanjutan;
2) Memproduksi kelapa sawit, karet, dan lada yang berdaya saing kuat;
3) Mengurangi ketergantungan terhadap impor pangan;
4) Mengembangkan industri turunan kelapa sawit, karet, dan lada melalui klaster industri dan
peningkatan produktifitasnya; dan
5) Mengubah produk primer menjadi produk olahan untuk ekspor.

Selain itu, ketersediaan infrastruktur, juga merupakan faktor kunci dalam rangka menstimulasi
pertumbuhan ekonomi, baik dalam jangka pendek melalui penciptaan lapangan pekerjaan sektor
konstruksi, serta jangka menengah dan jangka panjang dalam mendukung peningkatan efisiensi dan
produktifitas kegiatan usaha penanaman modal. Pengembangan infrastruktur dilakukan dengan
menjaga kesinambungan penanaman modal pada sektor tersebut serta memprioritaskan
pembangunannya dalam rencana penanaman modal daerah baik yang dilakukan oleh Pemerintah,
Kerjasama Pemerintah-Swasta, maupun oleh Swasta.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 167
Arah kebijakan Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur, dan Energi memiliki potensi
manfaat sebagai berikut;
Tabel 7.3
Tabel Kontribusi Arah Kebijakan Penanaman Modal Kebijakan Fokus Pengembangan Pangan,
Infrastruktur, dan Energi
POTENSI KONDISI YANG DIHINDARI POTENSI MANFAAT YANG DIHARAPKAN
 Investasi pada komoditas pangan, umumnya  Investasi pada komoditas pangan, sebaiknya
berupa investasi consumer good (PMA) yang tidak bersifat clonning teknologi produsen,
merupakan clonning produsen negara asal setidaknya Kabupaten Bangka Selatan
dan bersifat backwash effect. terlibat dalam sistem jalur produksi, distribusi,
 Komoditas pangan yang dimaksud dalam dan industri pengolahan komoditas pangan
RUPMK Bangka Selatan belum diminati sehingga dapat meminimalisasi potensi
investor, akibat masih banyak masalah backwash effect.
teknis/non-teknis dalam proses  Adanya penanam modal yang berinisiasi
kelembagaannya. berinvestasi pada komoditas pangan
 Komoditas energi yang dimaksud dalam meskipun melalui berbagai paket kebijakan,
RUPMK Bangka Selatan belum sehingga mampu memenuhi kebutuhan
teridentifikasi, hal ini disebabkan potensi pangan lokal, regional, nasional dan global,
energi yang tidak tersedia. yang bernilai ekonomis.
 Sektor infrastruktur yang dimaksud dalam  Adanya penanam modal yang berinisiasi
RUPMK Bangka Selatan belum diminati berinvestasi pada komoditas energi
investor akibat investasi infrastruktur yang terbarukan dengan dukungan teknologi
ada, belum dapat dikatagorikan meskipun melalui berbagai paket kebijakan,
menguntungkan jangka waktu pendek. sehingga mampu memenuhi kebutuhan
energi lokal, regional, nasional, dan global
yang bernilai ekonomis.
 Adanya penanam modal yang berinisiasi
berinvestasi pada sektor infrastruktur dengan
dukungan berbagai paket kebijakan, sehingga
mampu memenuhi kebutuhan infrastruktur
lokal dan regional
Sumber : Hasil Analisis

D. Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan (Green Investment)


Kebijakan penanaman modal yang berwawasan lingkungan didasarkan pada pendekatan
pembangunan yang berkelanjutan, yang artinya pembangunan harus mempertimbangkan keadilan dan
keseimbangan dayadukung dan dayatampung lingkungan dari aspek lintas waktu dan lintas generasi.
Selama ini keberhasilan pembangunan sering dinilai dari aspek ekonomi, infrastruktur, dan
sosialnya saja, sedangkan aspek lingkungan hidup masih belum menjadi prioritas tolak ukur kinerja
pemerintahan. Sementara itu, disaat yang bersamaan, isu strategis terhadap lingkungan, justru menjadi
salah satu komponen bargaining di pasar global. Artinya, secara tidak langsung harus ada yang
menanggung biaya ekonomi atas terganggunya daya dukung dan daya tampung lingkungan akibat
aktivitas investasi. Untuk itu, RUMP Kabupaten Bangka Selatan mengarahkan agar dokumen

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 168
perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian lingkungan hidup seperti KLHS, RTRW, Baku Mutu,
Kriteria Baku Kerusakan, AMDAL, UKPL, UPL, SKPPLH, Perizinan Lingkungan, instrumen ekonomi
lingkungan) dijadikan rujukan untuk memitigasi investasi dalam bentuk KRP (Kebijakan Rencana dan
Program). Arah kebijakan Penanaman Modal Berwawasan Lingkungan (Green Investment) memiliki
potensi manfaat sebagai berikut:
Tabel 7.4
Tabel Kontribusi Arah Kebijakan Penanaman Modal Kebijakan Penanaman Modal Berwawasan
Lingkungan (Green Investment)
POTENSI KONDISI YANG DIHINDARI POTENSI MANFAAT YANG DIHARAPKAN
 Lingkungan dinilai sebagai sumber daya  Investasi berhasil mengendalikan kualitas
ekonomi yang menjadi beban ekonomis dan daya dukung dan daya tampung lingkungan
diperlakukan dengan pertimbangan nilai se- hidup.
efisien mungkin.  Investasi berhasil meningkatkan kualitas daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup
 Daya dukung dan daya tampung lingkungan
menjadi komoditas ekonomis baru yang
memiliki daya saing tinggi.
Sumber: Hasil Analisis

E. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi (UMKMK)


Sebagaimana tercantum dalam sasaran pembangunan ekonomi bahwa kegiatan penanaman
modal disamping sebagai instrumen untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi, juga digunakan
sebagai pendorong upaya Pemerintah dalam rangka meningkatkan daya saing industri perekonomian
nasional, regional, lokal, yaitu antara lain melalui pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan
Koperasi (UMKMK). Arah kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi
(UMKMK) memiliki potensi manfaat sebagai berikut;
Tabel 7.5
Tabel Kontribusi Arah Kebijakan Penanaman Modal Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro,
Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK)
POTENSI KONDISI YANG DIHINDARI POTENSI MANFAAT YANG DIHARAPKAN
 Investasi belum berhasil mengakomodasi  Investasi berhasil menempatkan UMKMK ke
UMKMK ke dalam sistem produksinya secara dalam sistem Produksi investasi baik di hulu
sistematis. maupun di hilirnya.
 Investasi yang berhasil mengakomodasi  Dengan berkembangnya UMKMK akan
UMKMK ke dalam sistem produksi, namun menumbuhkan sikap kompetitif, kreatif dan
tidak bersifat sistematis komprehensif daya saing.
sehingga UMKMK tidak dalam posisi tawar
yang baik
Sumber : Hasil Analisis

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 169
F. Pemberian Kemudahan, dan Insentif Penanaman Modal
Kemudahan dan/atau insentif penanaman modal merupakan suatu keuntungan ekonomi yang
diberikan kepada sebuah perusahaan atau kelompok perusahaan sejenis untuk mendorong agar
perusahaan tersebut berperilaku/melakukan kegiatan yang sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan
Pemerintah. Arah kebijakan Pemberian Kemudahan dan insentif penanaman modal memiliki potensi
manfaat sebagai berikut:
Tabel 7.6
Tabel Kontribusi Arah Kebijakan Penanaman Modal Kebijakan Pemberian Kemudahan, dan
Insentif Penanaman Modal
POTENSI KONDISI YANG DIHINDARI POTENSI MANFAAT YANG DIHARAPKAN
 Pemberian kemudahan dan insentif  Pemberian kemudahan, dan insentif
penanaman modal selama ini belum penanaman modal diharapkan proporsinal
proporsional dan sistematis terhadap azas dengan manfaat sosial dan ekonomi yang
manfaat jangka panjang. ditimbulkan dalam jangka waktu, pendek,
menegah dan panjang.
 Pemberian kemudahan, dan insentif
penanaman modal akan berfungsi sebagai
paket pemawaran investasi.
Sumber : Hasil Analisis

G. Promosi Penanaman Modal


Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan akan menginisiasi melakukan langkah-langkah
strategis dalam rangka meningkatkan koordinasi terkait penguatan citra (image building) daerah
sebagai daerah tujuan penanaman modal yang kondusif dan khususnya untuk melakukan kegiatan
penanaman modal di sektor unggulan/prioritas daerah. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara,
antara lain: market sounding, promosi penanaman modal melalui media cetak dan elektronik, talk-show
penanaman modal, promosi sektor-sektor potensial dan siap ditawarkan, dan lain-lain. Arah kebijakan
promosi penanaman modal memiliki potensi manfaat sebagai berikut;
Tabel 7.6
Tabel Kontribusi Arah Kebijakan Penanaman Modal Kebijakan Promosi Penanaman Modal
POTENSI KONDISI YANG DIHINDARI POTENSI MANFAAT YANG DIHARAPKAN
 Saat ini upaya menumbuhkan minat  Memberdayakan investor dan UMKMK
mematangkan rencana investasi yang melalui data dan informasi yang detail, akurat,
sedang digagas, serta mengembangkan komunikatif, dan update, sehingga investor
investasi yang sudah berlangsung, tanpa dan UMKMK memiliki materi untuk
didukung materi promosi yang rinci dan memberikan perhatian, ketertarikan,
update, semuanya masih bersifat sangat peminatan, penentuan keputusan, dan
umum. eksekusi.
 Menyusun materi promosi yang sangat detail,
akurat, update, sesuai dengan segmentasi
dan target yang jelas.
Sumber: Hasil Analisis

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 170
BAB VIII

PENUTUP

Penanaman Modal adalah kegiatan pengusaha dalam menanamkan modalnya untuk


melakukan aktivitas ekonomi produktif di Kabupaten Bangka Selatan yang dapat dilakukan oleh
pengusaha baik yang berasal dari luar negeri (PMA), dalam negeri (PMDN, UMKMK) dan lainnya. Motif
utama penanam modal adalah profit seeking, sedangkan motif pemerintah kabupaten Bangka Selatan
mengizinkan penanaman modal beraktivitas ekonomi produktif adalah benefit seeking. Upaya untuk
mempertemukan kedua motif ini diwaktu dan tempat yang sama secara bersamaan tentunya bukan
merupakan hal yang mudah, sebab ukuran dari profit seeking dapat diukur dengan cepat dan mudah,
secara matematis, sedangkan ukuran benefit seeking hanya bisa diukur dari impact/dampak dari
berlangsungnya investasi. Artinya, manfaat investasi hanya bisa diukur dari dampak berlangsungnya
aktivitas investasi dalam jangka waktu yang lama.
Pada dasarnya manfaat investasi dapat di mitigasi jauh sebelum investor datang jika
pemerintah Kabupaten Bangka Selatan melakukan valuasi ekonomi, sosial, dan lingkungan dari
berbagai potensi investasi, bahkan materi valuasi tersebut dapat dijadikan Pemerintah Kabupaten
Bangka Selatan sebagai materi negosiasi atau bargaining.

Manfaat Investasi terhadap Ekonomi


Secara umum manfaat investasi terhadap dinamika perekonomian lokal dapat asumsikan yaitu
berkontribusinya investasi terhadap perputaran uang produktif perbankan, untuk membantu perbankan
menunaikan kewajibannya membayar bunga bank terhadap nasabah, manfaat lainnya adalah
meningkatnya Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) regional, hal ini disebabkan adanya aktivitas produksi
regional (PDRB). Selain itu adanya aktivitas membayar jasa rumah tangga atas sarana produksi yang
digunakan investor sebagai bahan baku atau sarana produksi dalam pola sewa, gaji, upah, bunga,
laba, deviden, dll.
Dampak rasional lainnya adalah, adanya aktivitas transaski pembayaran pajak oleh
perusahaan/investor kepada pemerintah sebagai bentuk kewajiban regulatif investior, selain itu dampak
positif lainnya adalah adanya aktivitas transkasi penjualan hasil produksi industri yang berpotensi
melibatkan banyak lembaga dan kelembagaan yang berpotensi menimbulkan economic multiplier
effect. Manfaat ekonomi seperti perputaran uang produktif perbankan, Laju Pertumbuhan Ekonomi,
pembayaran jasa rumah tangga sebagai sarana produksi yang bersumber dari rumah tangga, transaksi
pembayaran pajak, multiplier effect economic dari transkasi penjualan produk investasi sangat mungkin

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 171
terealisasi terhadap jika investasi yang dilakukan adalah investasi yang sehat, yaitu investasi yang
tidak bersifat economic backwash effect, tidak memproduksi barang dan jasa yang menyerap tenaga
kerja banyak.

Manfaat Investasi terhadap Dinamika Sosial


Secara umum, manfaat sosial dari aktivitas penanaman modal akan dapat dirasakan dalam
jangka waktu yang tidak singkat. Manfaat yang dapat dirasakan antara lain, jumlah serapan tenaga
kerja (berkurangnya pengangguran), multiplier effect ekonomi disekitar lokasi produksi (peningkatan
pendapatan). Manfaat sosial dari aktivitas penanaman modal yang diharapkan adalah meningkatnya
mobilitas barang, jasa, dan manusia yang mungkin lintas sektor, lintas wilayah, sehingga menimbulkan
kehidupan sosial masyarakat yang terlibat akan menjadi lebih dinamis.

Manfaat Investasi terhadap Daya dukung dan Daya tampung Lingkungan


Secara umum, kesadaran terhadap pentingnya daya dukung dan daya tampung lingkungan di
Indonesia, Kepulauan Bangka Belitung dan Kabupaten Bangka Selatan, masih relatif rendah jika di
bandingkan dengan negara maju. Dimana di negara maju, daya dukung dan daya tampung lingkungan
dinilai dari aspek ekologisnya, sedangkan di negara berkembang, daya dukung dan daya tampung
lingkungan ditempatkan sebagai sebagai sumberdaya ekonomi (economic resources), sehingga akan
sulit dalam proses pemanfaatan dan pengendaliannya. Hal ini berdampak kepada cara memperlakuan
daya tampung dan daya dukung lingkungan itu sendiri.
Daya dukung dan daya tampung lingkungan akan mulai dirasakan bermanfaat oleh
masyarakat jika preasure terhadap kondisi daya dukung dan daya tampung tersebut sudah
mengganggu dinamika ekonomi masyarakat. Saat ini, isu terkait lingkungan sudah menjadi isu global
yang akan mempengaruhi cara bagaimana perusahaan berproduksi, bahkan isu lingkungan sudah
menjadi isu strategis dan menjadi prasyarat memasuki pasar global.
Manfaat dari kondisi seperti ini adalah, meningkatnya kepedulian masyarakat dan para pelaku
usaha dalam melakukan proses produksi yang ramah lingkungan, meningkatnya partisipasi media yang
transparan yang dapat mengadvokasi publik dalam mendukung daya dukung dan daya tambung
lingkungan, serta meningkatnya aktivitas baik bermotif ekonomi produktif atau tidak, namun bertujuan
mendukung keberdaan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
Secara umum, Kabupaten Bangka Selatan memiliki 3 (tiga) alternatif pendekatan untuk
meningkatkan aktivitas penanaman modalnya, ketiga alternatif tersebut adalah:

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 172
 Pendekatan Demand (Permintaan)
Dalam hal ini Kabupaten Bangka Selatan akan dilihat dari kekuatan sumberdaya yang
dimilikinya, yaitu sumberdaya ekonomi, atau dapat dikatagorikan sebagai sumberdaya alam, pola
ruang, sumberdaya sektoral (primer dan sekunder). Sumberdaya ini merupakan tujuan utama investor
menanamkan modalnya dengan pola “mengelola”. Sumberdaya ini akan sangat bernilai jika memiliki
potensi pengelolaan jangka panjang. Namun, keberadaan sumberdaya ekonomi ini, akan menuntut
ketersediaan sarana dan prasarana (infrsatruktur) yang layak dan memadai.

Berdasarkan aspek demand, dapat diketahui bahwa ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan oleh pemerintah Kabupaten Bangka Selatan, yaitu;
a) Kabupaten Bangka Selatan memiliki sumberdaya ekonomi yang menarik untuk investasi yang
bersifat jangka panjang hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor primer yang cukup tinggi terhadap
struktur perekonomian Kabupaten Bangka Selatan secara umum.
b) Status dan kewenangan sarana dan prasarana infrastruktur Kabupaten Bangka Selatan yang
banyak dimiliki oleh pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten, menimbulkan potensi
ketergantungan yang tinggi proses penyediannya.

Untuk meningkatkan investasi dari pendekatan demand, maka yang harus dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan adalah berusaha keras untuk menata potensi sumber daya
alamnya terutama sektor primernya. Hal ini membutuhkan effort yang besar, mengingat potensi
sumberdaya alam belum teridentifikasi cukup dan layak dari aspek kualitas saja, namun juga harus
layak dari aspek kuantitas yang tidak bisa disiapkan begitu saja oleh pemerintah Kabupaten Bangka
Selatan.

Pendekatan Aspek Supply (Penawaran)


Dalam hal ini Kabupaten Bangka Selatan akan dilihat dari kekuatan sosial yang dimilikinya,
yaitu sumberdaya manusia yang didalamnya termasuk dinamika sosial dan ekonomi. Sumberdaya ini
merupakan tujuan investasi bagi investor yang akan melakukan usahanya dengan pola “membangun”.
Dimana umumnya pola seperti ini akan membutuhkan ruang yang cukup luas (proporsional), untuk
mengimport paket produksi dari luar Kabupaten Bangka Selatan. Investasi dengan pendekatan seperti
ini berpotensi tidak akan bermanfaat signifikan bagi Kabupaten Bangka Selatan sebab memiliki potensi
enclave dan backwash effect.
Sehingga jika Kabupaten Bangka Selatan ingin melakukan investasi dengan pendekatan
seperti ini, maka harus melalukan beberapa strategi seperti penyiapan sumberdaya manusia berikut

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 173
dengan teknologinya. Berdasarkan aspek supply, dapat diketahui bahwa ada beberapa hal penting
yang harus diperhatikan oleh pemerintah Kabupaten Bangka Selatan, yaitu;
a) Ketersediaan lahan untuk investasi yang cukup luas, artinya regulasi (penertiban pemanfaatan
ruang) dan mekanisme pasarlah yang akan menentukan pemanfaatnya.
b) Supply sumber daya manusia dapat memicu terjadinya enclave sosial dan berpotensi menimbulkan
konflik sosial dengan masyarakat sekitar aktivitas investasi.
c) Clonning teknologi dapat memicu terjadinya backwash effect dan ekonomi biaya tinggi, yang pada
akhirnya akan membuat nilai produk industri Kabupaten Bangka Selatan tidak kompetitif di pasar
lokal, regional, nasional, maupun global.

Pendekatan Aspek Service Area


Dalam hal ini Kabupaten Bangka Selatan akan dilihat dari aspek geo-strategis yang dimilikinya,
yaitu sumberdaya alam (fixed resources) yang dimilikinya. Sumberdaya alam seperti ini dapat berupa
DAS, Gunung, Air dan lokasi. Sumberdaya ini merupakan tujuan investasi bagi investor yang akan
melakukan usahanya dengan pola “memanfaatkan” peluang dan potensi yang belum terfasilitasi.
Umumnya pola investasi seperti ini tidak membutuhkan ruang yang cukup luas (proporsional) dan
bahkan tidak membutuhkan sumberdaya alam yang eksploratif. Investasi dengan pendekatan seperti
cukup bermanfaat bagi Kabupaten Bangka Selatan yang berupaya untuk melindungi dan
mengoptimalkan nilai tambah basis sumberdaya alamnya.
Sehingga jika Kabupaten Bangka Selatan ingin melakukan investasi dengan pendekatan
seperti ini, maka harus melalukan beberapa strategi seperti penyiapan sumberdaya manusia berikut
dengan teknologinya. Berdasarkan aspek service area, dapat diketahui bahwa ada beberapa hal
penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah Kabupaten Bangka Selatan, yaitu;
a) Investasi seperti ini sangat potensial ditempat di Kabupaten Bangka Selatan, mengingat tidak
membutuhkan ruang yang besar dan tidak membutuhkan sumberdaya eksploratif.
b) Investasi seperti ini cenderung tidak mega investasi namun memiliki potensi kapasitas transaksi
yang cukup besar, sehingga perlu di mitigasi dengan kebijakan yang aplikatif.
c) Investasi seperti ini sangat potensial untuk menimbulkan backwash effect, sehingga perlu didukung
regulasi untuk meminimalisasi dampaknya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dipertimbangkan pilihan model investasi yang
terbaik untuk dinamika perekonomian Kabupaten Bangka Selatan secara komprehensif. Kemudian
pilihan model investasi tersebut, di korelasikan dengan 7 (tujuh) arah kebijakan penanaman modal
nasional, provinsi, dan Kabupaten Bangka Selatan. Berikut adalah mitigasi faktor eksternal (peluang

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 174
dan ancaman) dan internal (kekuatan dan kelemahan) di setiap arah kebijakan penanaman modal
RUPM Kabupaten Bangka Selatan tahun 2018-2025.
Dalam rangka terbangunnya keterpaduan dan konsistensi arah perencanaan penanaman
modal, maka RUPM Kabupaten Bangka Selatan ini sudah mensinergikan antara arah kebijakan RUPM
Nasional dan RUPM Provinsi, dalam bentuk 7 (tujuh) arah kebijakan penanaman modal sebagaimana
tertuang dalam Perpres Nomor 16 Tahun 2012 tentang Rencana Umum Penanaman Modal, yaitu:
1. Perbaikan Iklim Penanaman Modal,
2. Persebaran Penanaman Modal,
3. Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur, dan Energi,
4. Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan (Green Investment),
5. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK),
6. Pemberian Fasilitas, Kemudahan dan/atau Insentif Penanaman Modal, dan
7. Promosi Penanaman Modal.

Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Bangka Selatan 2018-2025 175
RUPM
KABUPATEN
BANGKA SELATAN
2018-2025

JUNJUNG BESAOH

Anda mungkin juga menyukai