Anda di halaman 1dari 25

No Subjek Konflik Objek Konflik Aktor yang Terlibat Deskripsi Konflik Status Konflik Keterangan

1 Kelompok Tani 1500 Ha Kelompok Tani Berdasarkan kronologis, keberadaan, fakta-fakta dan sejarah Belum ada penyelesaian berikut pelanggaran yang dilakukan PT.
Sakato Jaya, Desa Sakato Jaya, Desa Desa Lubuk Mandarsatı yang telah di garap secara turun Wira Karya Sakti dengan berdasarkan
Lubuk Mandarsyah 99 KK Lubuk Mandarsyah temurun dari nenek moyang oleh masyarakat Desa lubuk Konflik sektor undang-undang. Pada UUD 1945
Kecamatan Tengah Kecamatan Tengah Mandarsah yang digusur oleh perusahaan PT. Wira karya kehutanan
Ilir Kabupaten Tebo Ilir Kabupaten Sakti, awalnya minta izin untuk merbuat jalan. Penggusuran pasal 28H dinyatakan bahwa : setiap orang
Dengan PT Wirakarya Tebo berawal dilokasi Bukit Bakar sampai Bukit Rinting yang berhak mempunyai hak milik pribadi dan
Sakti (WKS) dimana telah ada masyarakat , menggarap kebun-kebun dan milik tersebut tidak boleh diambil secara
PT. WKS tanaman pertanian ( karet, durian, duku, petai, padi, jagung, sewenang-wenang oleh siapapun. dengan
barbu, sawit, rambutan, rambe, kopi, kemiri dan lain-lain), demikian hak kepemilikan tanah
masyarakat dijamin oleh hukum dan diakui
Kebun-kebun dan pertanian masyarakat yang tergusur oleh masyarakat setempat.
membuat gerakan sepontan masyarakat bersatu. Pada tanggal
28 desember 2007 masyarakat melakukan aksi di bukit rinting pada pasal 33 ayat (3) bahwa "bumi ,air ,
yang mengakibatkan terjadinya 12 alat berat dan 1 mobil milik dan kekayaan alam yang terkandug
PT WKS terbakar deri untuk mengambil kembali lahan didalamnya dikuasai oleh Negara dan
tergusur. Tapi bukan mendapatkan lahan kembali, melainkan 9 dipergunakan untuk sebesar-besarnya
orang ditangngkapi Tateng, Rohmadon, Iwan, Dedy, Abdul kemakmuran rakyat". Hal ini diakui oleh
Rojak, yusep, Thamrin, Atang, cecep ) dengan dijatuhkan masyarakat bahwa Negara yg mengatur
tuntutan oleh pengadilan negeri tebo 15 bulan penjara. Dengan dan menentukan bumi dan kekayaan alam
peristiwa penggusuran yang mengakibatkan pembakaran di Indonesia dipergunakan untuk
lokasi Bukit Rinting, dapat perhatian serius dari Menteri kemakmuran rakyat.
Kehutanan MS.Kaban dan Komisi III DPR RI turun langsung
1
ke Desa Lubuk mandarsah, "Menhut berjanji akan segera
menyelesaikan konflik antara masyarakat desa lubuk pada UUPA pasal 3 bahwa "dengan
mandarsah dengan PT.WKS. Akan tetapi janji tinggallah janji mengingat ketentuan dalam pasal 1 dan 2
karena sampai saat ini tidak ada penyelesaian yang berarti bagi pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak yang
masyarakat Desa lubuk Mandarsah. serupa itu dari masyarakat masyarakat
hukum adat, sepanjang menurut
Dari tahun 2007 sampai 2013 masyarakat Desa Lubuk kenyataannya masih ada, sehingga sesuai
Mandarsah terus-menerus meminta agar lahan-lahan milik dengan kepentingan nasional dan Negara
masyarakat yang telah digusur oleh perusahaan untuk segera yang berdasarkan undang-undang dasar
dapat kembalikan kepada masyarakat Desa Lubuk Mandarsah. dan peraturan yg lebih tinggi dengan
Berulang kali masyarakat dan Pemerintahan melakukan demikian menurut ketentuan adat,dalam
Verifikasi bersama perusahaan terkait penyelesaian Konflik, pengelolaan dan pemanfaatan
yang sampai saat ini juga tidak membawakan hasil apa-apa diperbolehkan bagi setiap warga,baik
bagi masyarakat. warga asli maupun pendatang dengan hak
yang sama. .
Awal tahun 2013 masyarakat 5 kabupaten melakukan
pertemuan dengan pihak Sinar mas Forestry ( Edy Mahmud ) Pada Pasal 4 ayat 1 bahwa "atas dasar hak
yang difasilitasi oleh TFT di hotel Novita jambi, dalam rangka menguasai dari Negara yang dimaksud
melakukan Perundingan untuk penyelesaian konflik sosial dalam pasal 2 ditentukan adanya macam-
antara masyarakat dengan PT.WKS. dalam pertemuan, pihak macam hak atas tanah yang dapat di
perusahaan berjanji akan melakukan penyelesaian melalui berikan kepada dan dipunyai oleh orang-
pendekatan Sosial dan tidak ada proses Kriminalisasi dan orang, baik sendiri maupun bersama-sama
intimidasi. Tetapi perusahaan telah melanggar kesepakatan dengan orang lain serta badan hukum.
dengan adanya penangkapan petani yang bernama karyono
setio. Hampir satu tahun tidak ada hasil yang signifikan (jelas) Sebagai tambahan dalam UUPA no.5
2
dirasakan masyarakat terkait penyelesaian konflik sosial yang tahun 1960 pasal 9 ayat 2 tiap-tiap warga
dilakukan perusahaan melalui tim yang di tunjuknya yaitu Negara Indonesia, baik laki-laki maupun
TFT, wanita mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh suatu hak atas tanah serta
Pada bulan September 2013 masyarakat memutuskan untuk untuk mendapatkan manfaat dari hasilnya,
mengarap areal yang menjadi hak masyarakat, yang dimana baik bagi diri sendiri maupun keluarganya.
dahulunya lahan-lahan tersebut digusur oleh perusahaan, Maka dengan ini PT. Wira Karya Sakti
dengan tujuan agar perusahaan segera mengembalikan lahan telah mengambil tanah adat dan hak untuk
masyarakat yang telah dirampas. Tetapi perusahaan bukan mendapat manfaat dari tanah milik
menyelesaikan konflik sosial, melainkan menciptakan konflik masyarakat.
horizontal dengan membuat kelompok tani baru untuk
melakukan tumpang sari dilokasi konflik dengan alasan ini • masyarakat memiliki bukti surat legalitas
program pemerintahan. tanah/lahan berupa SKT /supradik,
pembayaran pajak, peta areal penggunaan
Berdasarkan dengan adanya hak milik masyarakat yg lain dari BPN, Kronologis Sejarah
dibuktikan dengan SKT tahun 1991, Areal penggunaan Lain
yang lain yang dikeluarkan oleh kepala BPN Bungo Tebo. Ir. keputusan menteri pada pasal
Untung Suryanto pada 22 Februari tahun 2000 juga diambil 744/KPTS/menhut/1996 apa bila
oleh PT.WKS dan sejarah adat secara turun-temurun telah ditemukan tegalan persawahan pemukiman
digarap masyarakat, maka secara otomatis lahan-lahan dan perkebunan yang di huni pihak ke 3
menjadi hak masyarakat maka harus di keluarkan dari kawasan
HP.HTI.

CSR Progam Perusahaan /dana bantuan


yang seharusnya menjadi kewajiban dari
3
PT. wira karya sakti selama ini tidak
pernah dirasakan masyarakat dalam
memajukan kampung

2 Sungai Paur Kec. - Kelompok Tani Kelompok Tani Semantung Bersama berdiri pada tanggal Belum ada penyelesaian Sumber Data WALHI. Kasus ini
Renah Mendalu Kab. 390 KK Semantung 10-32018. Anggota Kelompok Semantung Bersama terdiri Sektor Kehutanan didampingi oleh WALHI.
Tanjung Jabung Barat 211 Ha Bersama dari dua desa, yaitu Desa Lubuk Kambing dan Desa Sungai
dengan PT. Wirakarya - PT. Paur. Masyarakat menggabungkan diri dari dua Desa ini
Sakti (WKS) APP Wirakarya terjadi karena secara historis wilayah yang diduduki saat ini
Sinarmas Group Sakti APP merupakan wilayah Lubuk Kambing yang masyarakat adalah

Sinarmas tunasan tanaman pohon karet yang hanya tersisa satu

Group tanaman yang masih hidup hingga saat ini.

- WALHI
Pengambilan lahan ini dilakukan secara sepihak tanpa
melakukan perundingan dengan masyarakat, Bukan hanya
itu perusahaan PT. WKS juga menggunakan meliter dalam
peroses penguasaan ini, hal ini dilakukan untuk menakuti
masyarakat yang melawan dan tidak mau memberikan lahan
nya kepada perusaan deangan cara mendatangi lokasih
konsesi, dengan berat hati masyarakat memberikan lahannya
yang di sekolala secara turun temurun kepada PT. WKS.
Pihak PT. WKS sendiri mengganti tanaman masyarakat yang
sudah di gusur dengan tanaman perkembunan Calitus dan
Akasia yang merupakan jenis tanaman sebagai bahan dasar
4
pembuatan kertas.

Setelah peristiwa sebelumnya yang sangat memilukan,


penggarapan wilayah konsesi perusaahn PT.WKS yang
dilakukan secara paksa dan itimidasi yang dilakukan
Perusaan kepada masyarakat ploletar setempat secara tidak
langsung perlakuan ini memiskinkan dan menghilangkan hak
atas hidup dan hak atas lahan yang seutuhnya merupakan hak
milik mereka secara berpuluh-puluh tahun.

Atas dasar inilah masyarakat membangun kekuatan untuk


merebut kembalin apa yang menjadi hak mereka dan juga
himpitan ekonomi yang kian semakin sulit membuat mereka
terpaksa menjulurkan pedang perlawan meskipun harus mati
di tanah sendiri melawan feodalis oligarki dengan alasan
penanaman modal asing guna kemajuan Bangsa.

Pada tahun 2018 masyarakat ploletar setempat


memberanikan diri untuk menduduki lahan konsesi yang di
rebut perusaan sebelumnya. Perebutan dan pendudukan
masyarakat dilakukan setelah paska panen perkebunan
PT.WKS yang telah dilakukan pada dua priode sebelumnya.

Ketika pasca panen selesai dilakukan, lahan kembali di


bersihkan guna melakukan penanaman kembali di area
5
perebutan seluas + 211 Ha.
saat ini sudah memekarkan diri menjadi wilyah baru yaitu
Desa Sungai Paur.

Meskipun demikian saat ini masyarakat berangsur pindah ke


wilayah Desa Sungai Paur secara admistrasi dengan harapan
mereka diakui oleh Negara dan perusaan sebagai wilayah
kelolah masyarakat secara permanen baik untuk hak untuk
hidup layak dan hak untuk mengeloh tanah secara kolektif
yang dibuktikan dengan pengeluaran surat kepemilikkan atas
lahan resmi oleh Pemerintah, agar mereka bisa hidup tenang
dan mewariskan lahan yang sejengkal ini untuk anak cucu
mereka setelah mereka menghadap Tuhan.

Mayoritas masyarkat bercocok tanam dan mengambil hasil


hutan seperti padi, jengkol, durian, duku, rambai, karet,
jernang, rotan dan madu.

Kelompok Tani Semantung Bersama diketuai oleh Dafrijal


yang pada awal beranggotkan £ 40 orang. Menggarap lahan
secara kolektif diwilayah yang digusur dahulu. Dari 40 an
anggota tersebut sebagian sudah bermukim diluar desa
sungai paur dan desa Lubuk kambing kecamatan renah
mendaluh, karena beberapa orang anggota dari Kelompok
Tani Semantung Bersama sudah mempunyai keluarga, akan
6
tetapi hak pengelolaan terhadap tanah tidak hilang, karena
diwariskan secara turun temurun.

Anggota Semantung Bersama semakin hari semakin


bertambah hingga saat ini anggota tetap mencapai 99 orang
anggota dengan luasan kawasan mencapai + 211 Ha.
Penambahan ini terjadi karena masyarakat lain mulai berani
melawan, dahulu nenek moyang mereka tumbuh dan besar
serta bertani diwilayah ini. Dengan Ketua kelompok Tani
Semantung Dafrizal atau yang di kenal dengan nama Pak
Itam, Datuk Lembaga Adat masa itu Datuk Suhari dan
elemen masyarakat lain mulai berani untuk melawan
Perusaan yang telah merenggut hak mereka atas lahan yang
merupakan warisan dari nenek moyang mereka secara
turuntemurun.

Pada awal tahun 2019 terjadi sebuh peristiwa penghadangan


alat berat oleh masyarakat, penghadangan ini dilakukan
sebagai akibat tindakan perusahan yang ingin mengambil
alih wilayah yang saat itu sudah di duduki oleh masyarakat.
Alat berat yang masuk pada saat itu berjumlah 6 buah dan
yang menghadang saat itu adalah para ibu-ibu Semantung
bersama yang ikut berjuang bersama suami, anak dan cucu
mereka atas lahan yang menjadi sengketa.

7
namun Pada Februari 2019 masyarakat semakin keras
menolak dan mengusir alat berat agar tidak lagi masuk ke
wilayah yang sudah di reklaiming, perjuangan terus
berlangsung hingga perusaa muali mengendurkan tekanan
dengan berunding dengan masyarakat serta berniat
melakukan kerjasama plasma dengan perusaan, masyarakat
menolak.

Hal ini terjadi karena masyarakat menganggap plasma


dengan menanan tanaman perkebunan WKS cenderung
merugikan masyarakat, maka dari itu masyarakat lebih
memilih dengan tanaman yang lebih menguntungkan seperti
jengkol, sayuran, rempah, buahan dan perkebunan sawit
yang di nilai lebih ekonomis serta juga masyarakat sedari
awal mengharapkan pengakuan atas tanah kelola mereka
bukan kerjasama plasma.

Tentunya didalam sebuah revolusioner perjuangan atas


lahan. Masyarakat harus membayar dengan mahal dengan
hidup dilahan yang masih berkonflik serta intimidasi dari
borjuasi korporasi perusahaan WKS.

Intimidasi yang pernah dialami masyarakat misalnya adalah


didatangi oleh meliter berseragam lengkap dengan senjata,
8
dengan ini masyarakat meskipun data dilapangan tidak ada
terjadi pemukulan oleh meliter namun masyarakat merasa di
takut-takuti dan tidak tenang untuk bertani. Mereka merasa
bukan kaum atau golongan kelompok teroris ataupun
pembelot pemberontak Negara yang harus di perangi,
mereka adalah masyarakat biasa yang hanya ingin hidup
sederhana sesuai dengan pancasila keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

Pada tanggal 27 november 2020, masyarakat melakukan


pertemuan dan bermusyawarah dengan Perusahaan WKS
serta didampingi oleh walhi. Adapun hasil dari keputusan
musyawarah tersebut, kegiatan inditifikasi bersama terlebih
dahulu terhadap para penggarap yang ada di areal klaim,
perusaan menawarkan opsi agar lahan yang saat ini belum di
garap oleh kelompok Semantung Bersama untuk dapat di
kelola Perusaan kembali, Kelompok Semantung Bersama
tetap ingin lahan yang berada di areal luasan 211 Ha, untuk
tetap dikelola Kelompok Semantung serta selama proses
perundingan kembali tidak ada aktivitas yang dilakukan
Perusaan di area wilayah pertanian kelompok serta kelompok
tidak boleh melakukan perluasan wilayah. Dengan keputusan
ini masyarakat serta pihak Perusaan WKS diharapkan saling
menjaga dan menghormati keputusan ini hingga menunggu

9
perundingan kembali.
3. Masyarakat Desa 900 Ha - Masyara Pada tanggal 14 Mei tahun 1997 (sebelum Desa Sungsang Belum ada penyelesaian Sumber Data WALHI. Kasus ini
Sungsang, Kecamatan kat Desa memekarkan diri dari Desa Sungai Rambai pada tahun 2008) Sektor Kehutanan didampingi oleh WALHI.
Kelompok tani
Senyerang Kabupaten Sungsan Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan pihak
dan masyarakat
Tanjung Jabung Barat g perusahaan PT. WKS mengundang masyarakat di 5
Desa Sungsang
dengan PT. Wirakarya Kecamatan yang terdiri dari 16 Desa untuk melakukan
yang berjumlah
Sakti (WKS) APP - PT. sosialisasi terhadapap rencana pihak perusahaan untuk
± 300 kk
Sinarmas Wirakarya melakukan kerja sama dengan pola kemitraan seluas
Group Sakti APP 53.500,66 Ha.

Sinarmas Dalam hitungan kurang lebih 3 tahun berikutnnya atau

Group tepatnya pada tahun 2011, Pihak perusahaan PT. WKS tanpa
sepengetahuan masyarakat Desa Sungai Rambai telah
melakukan perintisan di wilayah Desa Sungai Rambai.
- WALHI

Selain melakukan perintisan perusahaan juga melakukan


penyerobotan tanah masyarakat yang terletak di Parit Pinang
(Dusun Suko Sari), yang lahan tersebut sudah dibuat parit-
parit oleh masyarakat, sebagai contoh di parit Pinang
masyarakat sudah menggarap lahan seluas 200 hektar.

Setelah selesai melakukan perintisan lahan, kemudian pihak


perusahaan PT. WKS segera melakukan pembuatan kanal-
kanal di wilayah Desa Sungai Rambai.

Melihat kejadian tersebut, masyarakat Desa Sungai Rambai


10
mendatangi areal yang sedang digarap PT. WKS sebanyak
600 orang, karena kanal-kanal yang dibuat oleh perusahaan
WKS termasuk ke dalam lahan masyarakat Desa Sungai
Rambai. Dan dari penyetopan tersebut perusahaan
memberhentikan aktivitasnya selama satu minggu.

Setelah kegiatan perusahaan berhenti, beberapa anggota


badan perwakilan Desa Sungai Rambai (BPD) memantau ke
lokasi areal masyarakat yang dibuat kanal-kanal oleh PT.
WKS.

Di dalam peristiwa tersebut terjadi penangkapan masyarakat


yang dilakukan oleh keamanan (BKO) PT. WKS, karena
dianggap membakar lahan perusahaan. Setelah ditangkap di
lokasi masyarakat tersebut di penjara selama 6 bulan.

Salah satu tokoh masyarakat yang tetap memperjuangkan


haknya adalah bapak Nurhadi dan bapak Arifin. Merekalah
yang selalu berupaya memperjuangkan hak mayarakat dari
Dusun Mekarsari. (setelah dimekarkan dari Desa Sungai
Rambai Dusun Mekarsari termasuk di dalam wilayah
administrasi Desa Sungsang).
Dari proses perjuangan yang dilakukan oleh bapak Nurhadi
dan Arifin maka diadakan perjanjian kerjasama antara
masyarakat yang tergabung di dalam koperasi Usaha Mulya
11
Sungai Rambai dan PT. WKS seluas 922 ha dengan pola
kemitraan.

Sampai saat ini, koperasi Usaha mulya mengajukan surat


kepada pihak perusahaan PT.WKS yang meminta
perusahaaan agar merealisasikan kemitraan dengan luasan
922 hektar yang saat ini baru terealisasi seluas 300 hektar.
Selanjutnya koperasi meminta kepada perusahan agar
menaikan FE per ton sebesar 30 ribu rupiah dan juga
memintah kepada perusahan merealisasikan CSR kepada
masyarakat desa.
4. Masyarakat Sumber Jaya 322 Hektare PT. FPIL KRONOLOGIS KEPEMILIKAN LAHAN Belum ada penyelesaian Lahan Masih diduduki oleh masyarakat
dengan PT Fajar Sektor Perkebunan sewaktu-waktu potensi bentrok antara
Pematang Indah Lestari Masyarakat Sumber Jaya Pada Tahun 1998 kami Pemerintah Desa, Tokoh Masyarakat masyarakat perusahaan bias saja terjadi.
(FPIL), Kab. Muaro Turun ke lahan Desa untuk menentukan batas dengan Desa
Jambi Teluk Raya Dusun Pematang Pedaro, yang mana batas Alam
tersebut : Puting Lopak Besak/Teras Bko menuju Buluran
Lopak Bujuk menuju Buluran Bubur tetumpah menuju
Buluran Air Hidup menuju Pematang Cengal.

Pada tahun 1999 kami Pemerintah desa dan Tokoh-tokoh


Masyarakat turun lagl ke lokasi Lahan Desa Sumber Jaya yang
mana kami menemukan ada Alat berat sedang bekerja, jadi
kami menghampiri Alat berat tersebut dan kamipun bertanya
kepada Operator Alat berat tersebut, siapa yag menyuruh
12
menggarap lokasi tersebut, jawab operator...PT. Purnama
Tusau Putra membangun lahan Teluk Raya Dusun Pematang
Bedaro, mendengar keterangan Operator tersebut kamipun
langsung mendatangin Pihak PT. Purnama Tusau Putra ( Pak
WAHONO), kamipun memberitahukan Alat berat tersebut
bekerja dilokasi lahan Desa Sumber Jaya, dari hari ke hari,
minggu ke minggu sampai bulan ke bulan, namun PT.
Purnama Tusau Putra terus membangun dan tidak
menghiraukan teguran kami, maka timbullah Demo Besar-
besaran yang dilakukan Masyarakat Desa Sumber Jaya
terhadap PT. Purnama Tusau Putra, maka Pemerintah Desa
Sumber jaya beserta Tokoh-tokoh Masyarakat Sumber Jaya
beserta Pemerintah Desa Teluk Raya Dusun pematang Bedaro
turun ke lokasi Batas Desa untuk menentukan Batas Desa
kami, setelah ada kata Sepakat maka dibuatlah Surat
pernyataan kesepakatan Batas Desa tersebut yang ditanda
tangani oleh Pejabat Pemerintah Desa maupun Tokoh-Tokoh
Masyarakat yang memahami Batas-batas Desa tersebut,
tepatnya pada tanggal 27 Januari 2001.

Pada tahun 2001 Pemerintah Desa Sumber Jaya Bermitra


dengan PT. Jasuma Kumpeh Indah untuk Pembangunan
Perkebunan Kelapa Sawit, sehingga terbitlah Izin Prinsip PT.
Jasuma Kumpeh Indah nomor 452 Tahun 2002, kemudian
selanjutnya PT. Jasuma Kumpeh Indah melaksanakan
13
Pekerjaan diantaranya Pembuatan Sarana Jalan dan
Pembibitan, dimana PT. Jasuma Kumpeh Indah akan
menggarapkan Lahan Desa Sumber Jaya, pada saat akan
mengerjakan lahan tersebut ditemukan sudah digarap Oleh
Perusahaan, maka PT. Jasuma Kumpeh Indah terpaksa mundur
dari Pekerjaan lahan Desa Sumber Jaya.

Waktu berlalu Masyarakat Desa Sumber jaya Melakukan


Pencengahan Pengolahan Kayu dilahan Desa Sumber jaya
yang mengunakan Mesin Serkel, selanjutnya pada Tahun 2017
ada Program dari MCAI tentang Penetapan Tapal Batas Desa
melalui TIM WARSI di wilayah Kabupaten Muaro Jambi,
pada 2017 di dapat kesepakatan dengan desa yang berbatasan
dengan Arang-arang, Sipin Teluk Duren, tetapi Desa Teluk
Raya tidak mengesahkan Batas Desa kami tersebut, padahal
Tahun 2001 sudah ada kesepakatan, kami Tim yang diutus
oleh Desa) Turun kelapangan untuk mengambil/menentukan
Titik awal perbatasan Antara Tiga Desa, pada saat awal turun
kelapangan kami tiga desa sepakat memasang Patok kayu di
berbatasan Tiga Desa ( Desa Sumber Jaya, Desa Sipin Teluk
Raya dan Desa Teluk Raya ), seterusnya yang terjadi sekarang
dilapangan, Patok Kayu yang kami pasang kemarin di ganti
dengan Patok Cor tanpa Pengetahuan Desa Sumber Jaya dan
juga Posisinya pun berpindak dari Titik Awal 70 M ke arah

14
Barat.

Bertahun-tahun Masyarakat Menunggu agar pemerintah desa


mengambil sikap untuk Penyelesaian lahan yang di kuasai PT.
E PIL, namun pemerintah terdahulu tidak selesai juga
mengurus lahan tersebut, pada akhirnya Pemerintah Desa yang
sekarang dan Masyarakat mengambil kebijakan untuk
membentuk Tim Pengurus lahan Desa Sumber Jaya yang
beranggotakan sebanyak 30 Orang.
Untuk menjalankan Amanat tersebut maka Tim Pengurus
Lahan Menyurati PT. F PIL pada tanggal 12 April 2021 untuk
meminta Klarifikasi Dasar apa dan latar belakang apa PT. E
PIL menduduki lahan Desa Sumber Jaya, maka terimalah surat
tersebut Oleh Menejer PT. F PIL yang bernama M.Samin,
bahwa PT. F PIL akan memberikan Klarifikasi Mengenai
Lahan tersebut 10 Hari terhitung dari masuknya surat tersebut
sebagimana Daftar Hadir yang dibuat di Kantor PT. F PIL.
Namun PT. F PIL sampai 1 6 Bulan tidak memberikan
Klarifikasi Tersebut.

Untuk menindaklanjuti Sikap PT. F PIL yang tidak merespon


Surat pada tanggal 12 April 2021 tersebut, maka kami tim
mengundang Pemerintah Desa dan Seluruh Masyarakat Desa
Sumber jaya pada Tanggal 04 Oktober 2021 untuk
melaksanakan Musyawarah tindaklanjut kedepanya.didalam
15
Musyawarah tersebut didapatlah 2 poin yaitu :

1. Menyurati PT. F PIL tanggal 20 Oktober 2021 Masyarakat


akan menduduki Fisik Lahan Desa Sumber Jaya yang dikuasai
Oleh PT. F PIL.

2. Surat tersebut di tembuskan sebanyak 16 Instansi terkait.

Pada tanggal 12 Oktober 2021 kami Anggota Tim Penggurus


dan Aparat Pemerintah Desa di undang oleh Bapak Camat
Kumpeh ulu untuk mencari jalan keluar atas Permasalahan
tersebut, namun kami Tim Penggurus beserta Aparat
Pemerintah Desa memaparkan panjang lebar serta menunjukan
Bukti bahwa Lahan tersebut memang lahan Desa Sumber Jaya
dan pihak PT.F PIL hanya menyampaikan secara lisan bahwa
lahan tersebut sudah ada HGU, yang mana HGU pertama terbit
Tahun 2008 dan HGU kedua Tahun 2020 sebatas Propinsi
Jambi.

Pada tanggal 15 Oktober 2021 Aparat Pemerintah Desa di


undang Oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Muaro Jambi
tentang Permasalahan lahan tersebut yang di pasilitasi oleh
TIM Terpadu Kabupaten Muaro jambi, yang mana hasil rapat
tersebut tidak ada menghasilakan keputusan Apapun, hanya
TIM Terpadu Kabupaten Muaro jambi meminta Berkas kepada
16
Pemerintah Desa Sumber Jaya dan PT.F PIL selambat-
lambatnya sudah di serahkan Pada tanggal 20 Oktober 2021.
5. Kelompok tani 81 Ha Kelompok tani KRONOLOGI KEPEMILIKAN TANAH WARGA Ada Bukti kepemilikan sertifikat Hak
Belum ada
Linggur indah dengan 2 Blok Linggur indah KELOMPOK TANI LINGGUR INDAH DESA KANDANG Milik.
Penyelesaian
PT. Satya Kisma KECAMATAN TEBO TENGAH KABUPATEN TEBO
Usaha PT.Satya Timdu Kabupaten
PROVINSI JAMBI
Kisma Usaha Tebo

1. Asal usul tanah milik warga Kelompok Tani Linggur Indah Konflik Sektor
adalah garapan sendiri dari hasil pembukaan hutan pada tahun Perkebunan
2001 . Lokasi tanah terletak di Sungai Selinggur masuk KM
14/16 JI. Lintas Tebo-Jambi (Lebih kurang 6KM kedalam Kiri
arah Jambi) RT 07 Desa Kandang Kecamatan Tebo Tengah
Kabupaten Tebo.

2. Pada tanggal 01 Februari 2002 Kepala Desa Kandang


Kecamatan Tebo Tengah Kabupaten Tebo beserta Nenek
Mamak Pemuka Adat, dan Ketua Pemuda, Mengesahkan
Pembukaan Lahan Kelompok Tani Desa Kandang Yang terdiri
dari 5 (Lima) Kelompok Tani yakni: Kandang Mandir, Penuh
Harapan, Mawar Indah, Karya Maju, dan Linggur Indah,
dengan jumlah anggota Kelompok Tani Desa Kandang
keseluruhan sekitar 210 kepala keluarga (KK), membuka lahan
untuk usaha perkebunan yang berlokasi diwilayah Desa
Kandang Kecamatan Tebo Tengah, Kabupaten Tebo, Provinsi

17
Jambi.

3. Sejak saat itu Masyarakat Kelompok Tani Linggur Indah


mulai aktif menggarap Lahan dengan bercocok tanam dengan
menanam Karet, Lamtoro Gung, Jengkol, Nangka dan tanaman
lainnya.

4. Pada tanggal 30 Mei 2003 Masyarakat Kelompok Tani


Linggur Indah mendapatkan Alas Hak kepemilikan Lahan
berupa surat pernyataan Kepemilikan Tanah yang dikeluarkan
oleh Kepala Desa Kandang, Ketua BPD, Ketua LPM, dan
Ketua KUD Mekar Sari Desa Kandang Kecamatan Tebo
Tengah Kabupaten Tebo. Surat Pernyataan tersebut ditanda
tangani oleh

Kepala Desa Kandang .

HASAN. S :

Ketua BPD Desa Kandang ELI LUKMAN. HS Ketua LPM


Desa Kandang : SYAHRIAL. A .

Ketua KUD Mekar Sari : ILYAS LATIF .

18
5. Tanah tersebut pada poin 1-4 sudah beralih Penguasaan dari
Pemilik Lahan Pertama ke pemilik Lahan yang sekarang,
Pemilik Lahan sekarang memiliki alas hak tanah tersebut
berupa sporadik, sertifikat dan SKT dari pemilik Lahan
pertama.

6. Berdasarkan keterangan pada poin 5 tanah tersebut sudah


memiliki tupik dan berwajib pajak, yang dibayar oleh
masyarakat Kelompok tani Linggur Indah Desa Kandang,
Kecamatan Tebo Tengah.

7. Pada Tanggal 26 Juni 2009 PT Satya Kisma Usaha (SKU)


melakukan penggusuran dan Menyerobotan Lahan kelompok
tani linggur indah Desa Kandang Kecanatan Tebo Tengah
seluas + 34 H. dimana tanah dan menggantikannya menjadi
Tanaman Perkebunan Komoditas Kelapa Sawit.

Proses penggusuran tersebut disaksikan oleh saksi mata yang


masih hidup yaitu: Bapak Abdul Wahab (Ketua Kelompok Tani
Linggur Indah)
Bapak Siajum (Kades Pelayang) Bapak Kusno

Rohiman

19
Aliman (Kades Sungai Keruh) dimana pada saat itu sebagai
karyawan PT SKU 8. Bahwa sejak penggusuran dan
menyerobot lahan yang dilakukan oleh PT SKU ,

Masyarakat kelompok tani linggur indah desa Kandang telah


kehilangan Kebun Karet, Lamtoro Gung, Jengkol dan Nangka
dan tanaman lainnya yang ditanam oleh Ibu Siti Cholifah dan
anggota Kelompok Tani Linggur Indah Desa Kandang
Kecamatan Tebo Tengah.

9. Nama-nama Masyarakat Kelompok Tani yang lahannya


digusur atau diserobot oleh PT SKU adalah sebagai berikut:
Suparmin Siti Cholifah
Sukirno
. Harmoko
Muhammad Alif
Setya Budi Utomo
. Muhammad Agus Budiarto
Heru Sungkono
10. Pada bulan Juni 2009 PT SKU , Mengklaim Tanah
Masyarakat Kelompok Tani Linggur Indah, Desa Kandang,
Merupakan Blok B-01 Divisi 2A milik Anggota Koperasi
Sukma Bersatu, yang dikelola oleh PT SKU dengan nomor
Persil :

20
No. S 418 an. Zulkipli bin Hasan
No. S 208 a.n Dasrizal (wakil Ketua) Pengurus Koperasi Sukma
Bersatu No. S 77 a.n. Jamhori .

11. Masyarakat Kelompok tani Linggur Indah Desa Kandang


telah mengupayakan berbagai cara untuk menyelesaikan
Sengketa lahan yang terjadi dilokasi di Sungai Selinggur masuk
KM 14/16 Jl. Lintas Tebo-Jambi (Lebih kurang 6KM kedalam
kiri arah Jambi) RT 07 Desa Kandang Kecamatan Tebo Tengah
Kabupaten Tebo antara Kelompok Tani Linggur Idah dengan
PT SKU (Satya Kisma Usaha). Langkah-langkah yang diambil
dalam mengupayakan penyeleseaian sengketa dilakukan secara
musyawarah, mediasi, baik tingkat pemerintah Desa,
Kecamatan, DPR Tebo dan Ranah Hukum Perdata di
Pengadilan Negeri Tebo.
6. Kelompok Tani 9077 Ha Kelompok Tani ; Adapun kronologi permasalahan kami dengan PT.DAS Belum ada penyelesaian Terlampir surat penolkan
Sembilan Desa dengan Masyarakat 1. KT. Maju Bersama sebagai berikut : Sampai pada Timdu perpanjangan HGU Dari Sembilan
PT. Dasa Anugrah Sembilan desa desa Penyabungan Kabupaten dan Provinsi Desa.
Sejati 2. KT. Datuk Tarekat Hampir 28 Tahun, Kami masyarakat yang berdomisili di
desa Lubuk Terap Sembilan Desa yang terletak di Kecamatan Tungkal Ulu, kini Konflik sektor
3. KT. Tiang Layar berubah menjadi kecamatan merlung, kecamatan Tungkal ulu, Perkebunan
desa Merlung kecamatan Batang Asam.yakni desa Penyabungan, Desa
4. KT. Imam Hasan Lubuk Terap, Desa Merlung, Desa Badang, Desa Pematang
desa Badang Pauh, Kel. Pelabuhan Dagang, Desa Taman Raja, Desa
5. KT. Sako Sakti Kampung Baru dam Desa Lubuk Bernai Kabupaten Tanjung
21
desa Pematang Jabung Barat , Provinsi jambi hidup menderita.
Pauh
6. KT. Mekar Tani Tanah yang menjadi tiang kehidupan nenek moyang kami suku
desa pelabuhan melayu yang sudah ada 300 Tahun yang lalu di kabupaten
dagang Tanjung jabung Barat kini dikuasai dan dikelola oleh PT.DAS
7. KT. Sumber usaha ( Dasa Anugerah Sejati). Tanah yang dikelola oleh leluhur
berkah desa taman kami dalam bentuk perladangan dengan sistem pola humo
Raja berpindah kini berubah menjadi perkebuna sawit milik PT
8. KT. Sungai DAS. Walaupun Izin terdahulunya PT.DAS adalah Karet dan
Rambutan desa Kakao. Pemberian Ijin Lokasi oleh Gubernur Jambi pada
kampong baru Tahun 1988 adalah awal malapetaka besar bagi masyarakat
9. KT. Maju Bersama kami di sembilan Desa pemberian ijin yang seharusnya
desa lubuk bernai memperhatikan analisis lingkungan dan hak kepemilikan
Tanah yang telah lama kami kuasai menjadi hal yang biasa dan
dibiasakan sehingga terus melahirkan konflik sosial kami
masyarakat sembilan desa dengan perusahaan. Intimidasi yang
dilakukan pada saat itu dengan menurunkan militer dan
menakut nakuti rakyat menjadi cara yang dilakukan PT.DAS
untuk mendapatkan Izin. ditambah lagi program tipu - tipu
yang dilakukan perusahaan melalui pergantian Tanaman dan
penyerahan Tanah oleh Oknum Oknum Kepala Desa dan
Camat . Pergantian tanaman tersebut juga tidak manusiawi
karena hanya mengganti tanaman keras dan disinyalir penuh
dengan intrik dan tekanan sehingga pada Tahun 1993 keluarlah
HGU PT.DAS dengan SK BPN nomor 30 Tahun 1993
22
Tentang pemberian Ijin HGU PT.DAS seluas 9077. antara

Namun setelah keluarnya HGU PT.DAS, tetaplah terjadi


pergantian tanaman dengan dasar ijin lokasi yang diberikan
pemerintah provinsi, walaupun pada saat itu pemerintah
tingkat II kabupaten dan DPRD Tingkat 1 Provinsi
mengeluarkan keputusan bahwa PT.DAS harus terlebih dahulu
menyelesaikan permasalahan Tanah masyarakat, tetapi
FaktaNYA dilapangan PT.DAS Tetap melakukan Penanaman
Sawit diwilayah terluar yang bersebelahan dengan Kebun
Masyarakat, hal ini disebabkan karena ketidaktahuan
masyarakat akan Izin HGU PT.DAS yang sebenarnya

Karena terlalu lama berkonflik, pada Tahun 1998 masyarakat


sembilan desa melakukan perlawanan yang besar
mengakibatkan terbakarnya PT.DAS, sehingga pada tahun
yang sama pemerintah memberikan solusi dengan melakukan
pergantian Tanah seluas 4.500 hektare dengan menggunakan 3
Tahap. 3
Namun Pemerintah Daerah Tingkat II dan perusahaan
sepertinya melakukan Negoisasi sehingga didirikanlah
KOTALU ( koperasi Tungkal Ulu) dengan menjanjikan lahan
seluas 4.200 yang berada di Lubuk Kambing dengan status
lahan Hutan Produksi. Seiring Jalan KOTALU menerbitkan
kartu kartu anggota Piktif yang sampai saat ini tidak memiliki
23
kejelasan apapun dan melakukan kerja sama ( Bapak Angkat )
dengan PT. Alam Barajo.

Adapun kebohongan kebohongan lain yang dilakukan PT.DAS


antara lain

66 usaha yang 1. Terjadinya Pergeseran HGU yang dilakukan


PT.DAS dengan mengambil Tanah Desa yang merupakan
milik masyarakat. Hal ini adalah sebuah pembiaran oleh
pemerintah karena praktek tersebut telah dikerjakan selama 28
Tahun. Laporan PT.DAS melalui RSPO pada Tahun 2017
adalah sebuah keniscayaan yang sangat memalukan,
pemerintah seharusnya melakukan Kroscek terhadap usulan
RSPO dimana ada perbedaan letak Izin HGU dan Peta Kerja
Perusahaan yang sangat terlihat jelas. Hal ini menjadi masalah
yang harus diperhatikan pemerintah karena dengan jelas
melanggar undangundang 39 Tahun 2014 seperti yang
tercantum didalam didalam pasal 15 bahwa Perusahaan
perkebunan dilarang memindahkan hak atas Tanah usaha
perkebunan yang mengakibatkan terjadinya satuan kurang dari
luas minimum" yang diatur dalam sanksi pada pasal 18. 2.
Pergeseran HGU dilakukan

yang PT. DAS menyebabkan terjadinya pengambilan Tanah


masyarakat yang ditanam oleh usaha perkebunan perusahaan
24
diluar HGU, Hal ini dengan tegas mengakibatkan kerugian
pada pemerintah dengan laporan Perpajakan Perusahaan
tersebut.

3. Tidak adanya Pelaksanaan Tanaman Rakyat seperti yang


telah diamanatkan didalam undang undang 39 Tahun 2014
menjadi Pekerjaan Rumah bagi pemerintah, karena jelas jelas
merugikan masyarakat yang tinggal dan berdampingan dengan
PT.DAS, padahal dengan tegas didalam pasal 60 undang
undang 39 Tahun 2014 Pemerintah harus melaksanakan sanksi
apabila perusahaan tidak menjalankan Program Tanaman
Rakyat setelah aturan undang- undang 39 Tahun 2014
diberlakukan.

25

Anda mungkin juga menyukai