ABSHORIL FITHRY
Fakultas Hukum, Universitas Wiraraja Sumenep
abshorilfithry@rocketmail.com
SJAIFURRACHMAN
Fakultas Hukum, Universitas Wiraraja Sumenep
sjafurrachman@yahoo.com
ABSTRAK
Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi
pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa,
negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.
Pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum berbeda dengan mekanisme
yang di atur dalam KUH Perdata, di mana dalam KUH Perdata mekanisme dapat dilakukan
jika sebelumnya terdapat hubungan hukum antara para pihak. Sedangkan mekanisme yang
diterapkan disaat kesepakatan antara para pihak tidak tercapai, tidak ada hubungan hukum
sama sekali diantara para pihak tersebut. Dari uraian latar belakang diatas maka
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini Bagaimana prosedur pelepasan hak milik
atas tanah yang dilakukan oleh Pemerintah untuk kepentingan umum dan Bagaimana
penyelesaian hukum yang dapat dilakukan oleh Pemerintah jika terjadi sengketa dalam
pelepasan hak milik atas tanah untuk kepentingan umum. Tujuan yang hendak dicapai untuk
mengetahui dan menganalisa prosedur pelepasan hak milik atas tanah yang dilakukan oleh
Pemerintah untuk kepentingan umum dan untuk mengetahui dan menganalisa upaya
penyelesaian hukum yang dapat dilakukan oleh Pemerintah jika terjadi sengketa dalam
pelepasan hak milik atas tanah untuk kepentingan umum.
Kata kunci: Pengadaan Tanah, Kepentingan Umum.
Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume 3 Nomor 2 September 2016
65
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
sebagian besar tergantung pada tanah, tersedianya tanah yang luas. Hal ini
baik untuk tempat pemukiman dan berati bahwa tanah mempunyai hubungan
sumber mata pencaharian, bahkan bukan yang erat dengan kehidupan manusia
hanya dalam kehidupan disaat matipun baik kepentingan ekonomi, sosial
manusia masih memerlukan sebidang maupun politik.
tanah. Kebutuhan tanah akan semakin Setelah kemerdekaan Negara
meningkat, sedangkan persediaan tanah Republik Indonesia tanggal 17 Agustus
sangat terbatas. Keadaan tersebut 1945, landasan politik Hukum Agraria di
mengakibatkan harga tanah melonjak dan Indonesia dirumuskan dalam Undang-
sulit untuk diperoleh. Hal tersebut Undang Dasar Negara Republik
disamping membawa dampak positif Indonesia 1945 yakni yang tercantum
yaitu memberikan peningkatan dalam Pasal 33 ayat (3) yang berbunyi:
kesejahteraan dan keuntungan bagi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang
pemiliknya juga membawa dampak terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negatif yaitu banyak permasalahan di negara dan dipergunakan untuk sebesar-
bidang pertanahan. besar kemakmuran rakyat”.
Melihat pentingnya tanah bagi Sehubungan dengan hal tersebut
kehidupan, maka wajar jika terjadi maka Pemerintah perlu membentuk dan
persaingan dalam memperebutkan hak memberlakukan suatu pengaturan hukum
atas tanah. Masalah tanah dapat pertanahan yang dapat memberikan
menimbulkan persengketaan dan kepastian hukum mengenai hak-hak atas
peperangan yang dahsyat karena tanah bagi seluruh rakyat Indonesia. Oleh
manusia-manusia atau sesuatu bangsa karena itu, kemudian Pemerintah
ingin menguasai tanah orang/bangsa lain membuat Undang-Undang Nomor 5
karena sumber daya alam yang Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
terkandung di dalamnya. Hal tersebut Pokok-Pokok Agraria atau yang lebih
juga dapat terjadi karena luas tanah yang dikenal dengan sebutan Undang-Undang
dapat dikuasai oleh manusia sangat Pokok Agraria (UUPA) yang menjamin
terbatas, sedangkan manusia yang kepastian hukum dan perlindungan
membutuhkan tanah senantiasa hukum mengenai hak atas tanah bagi
bertambah. Selain bertambahnya manusia seluruh rakyat Indonesia.
yang memerlukan tanah untuk tempat Undang-Undang Pokok Agraria
perumahan, juga kemajuan dan yang mulai berlaku pada tanggal 24
perkembangan ekonomi, sosial budaya, September 1960 ini meminta perhatian
dan teknologi menghendaki pula setiap golongan masyarakat di negara
Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume 3 Nomor 2 September 2016
66
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
kita bukan hanya karena UUPA tersebut dibenarkan bahwa tanah itu akan
merupakan suatu peraturan yang baru, dipergunakan atau tidak dipergunakan
tetapi dikarenakan undang-undang ini semata-mata untuk kepentingan
benar-benar memuat hal-hal yang pribadinya, apalagi kalau hal itu
merupakan perubahan yang revolusioner menimbulkan kerugian bagi masyarakat.
dan dramatis terhadap stelsel hukum Penggunaan tanah harus disesuaikan
agraria yang berlaku hingga kini. Dengan dengan keadaan dan sifat daripada
adanya UUPA ini maka peraturan- haknya, sehingga bermanfaat baik bagi
peraturan lain di bidang hukum agraria kesejahteraan dan kebahagiaan yang
tidak berlaku lagi, yaitu diantaranya yang mempunyainya, selain itu bermanfaat pula
diatur dalam Buku II KUHPerdata pasal bagi masyarakat dan negara.
499 hingga pasal 829. Berdasarkan hak menguasai dari
Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang negara tersebut, maka ditentukan adanya
Pokok Agraria menyebutkan bahwa: macam-macam hak atas tanah yang
“atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat semuanya tertuang dalam Pasal 16
(3) Undang-Undang Dasar 1945 dan hal- UUPA. Hak-hak atas tanah tersebut yaitu
hal sebagai yang dimaksud dalam pasal 1 : Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna
bumi, air dan ruang angkasa, termasuk Bangunan, Hak Pakai, Hak sewa, Hak
kekayaan alam yang terkandung Membuka Tanah, Hak Memungut Hasil
didalamnya itu pada tingkatan tertinggi Hutan, Hak Gadai, Hak Usaha Bagi
dikuasai oleh negara sebagai organisasi Hasil, Hak Menumpang dan Hak Sewa
kekuasaan seluruh rakyat”. Tanah Pertanian.
Negara (dalam hal ini Pemerintah) Permasalahan yang sering terjadi di
dapat memberikan hak atas tanah kepada dalam masyarakat dan dijadikan pokok
seseorang, beberapa orang secara bahasan dalam penelitian ini adalah
bersama-sama, ataupun suatu badan Bagaimana penyelesaian hukum yang
hukum. Hal tersebut berarti memberikan dapat dilakukan oleh Pemerintah jika
wewenang kepada pemegang hak untuk terjadi sengketa dalam pelepasan hak
menggunakan tanah tersebut sesuai milik atas tanah untuk kepentingan
dengan hak yang dipegangnya sepanjang umum.
dalam batas-batas yang diatur oleh Di dalam konsep UUPA, tanah di
peraturan perundang-undangan. Hak-hak seluruh wilayah Indonesia bukanlah
atas tanah mempunyai fungsi sosial, milik Negara Republik Indonesia,
artinya bahwa hak atas tanah apapun yang melainkan adalah milik seluruh Bangsa
ada pada seseorang tidak dapat Indonesia dan pada tingkatan yang paling
Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume 3 Nomor 2 September 2016
67
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume 3 Nomor 2 September 2016
68
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume 3 Nomor 2 September 2016
69
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume 3 Nomor 2 September 2016
70
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume 3 Nomor 2 September 2016
71
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
guna kepentingan umum, pihak Kantor Sedangkan masalah penitipan uang ganti
Pertanahan Nasional menggunakan rugi kepada pengadilan negeri yang
upaya-upaya yang bersifat umum. wilayah hukumnya meliputi lokasi tanah
Dengan upaya-upaya yang dilakukan yang bersangkutan setelah jangka waktu
oleh Kantor Pertanahan Nasional, musyawarah berakhir, yaitu 120 hari, dan
diharapkan mampu mengatasi kendala- lokasi pembangunan tidak bisa
kendala yang ada baik secara dipindahkan, menurut penulis bahwa
administratif maupun kendala-kendala berdasarkan asas-asas pengadaan tanah
yang ditemui di lapangan pada saat yang diatur dalam Hukum Tanah
dilakukan proses pelaksanaan Nasional, dalam perolehan tanah tidak
pelepasan/pelepasan hak milik atas tanah. dibenarkan adanya paksaan dalam bentuk
Apabila tidak terjadi kesepakatan apapun dan oleh siapapun kepada
antara pemerintah dengan pihak pemilik pemegang haknya.
tanah mengenai bentuk dan besarnya Berkaitan dengan lembaga
ganti rugi, maka menurut ketentuan penawaran pembayaran yang diikuti
lokasinya dipindahkan ketempat lain. konsinyasi ke pengadilan negeri seperti
Dalam pengadaan tanah yang perlu yang diatur dalam Pasal 1404
dipikirkan adalah pihak yang terkena KUHPerdata, yang menyatakan bahwa :
pengadaan tanah, dalam hal ini yang (1) Jika siberpiutang menolak
terkena pengadaan tanah diharapkan pembayaran, maka si berutang dapat
tidak mengalami kemunduran baik secara melakukan penawaran pembayaran tunai
sosial maupun ekonomi. apa yang diutangnya, dan jika
Pengadaan tanah ini dilakukan oleh siberpiutang menolaknya, menitipkan
Panitia Pengadaan Tanah (P2T) yang uang atau barangnya kepada pengadilan.
dibentuk sesuai dengan peraturan (2) Penawaran yang demikian, diikuti
perundang-undang yang berlaku dan dengan penitipan, membebaskan si
ditetapkan sebagai bagian dari berutang, dan berlaku baginya sebagai
kepentingan umum. Pelaksanaan pembayaran,asal penawaran itu telah
musyawarah dalam pengadaan tanah dilakukan dengan cara menurut Undang-
untuk pembangunan Jalan sesuai dengan Undang sedangkan apa apa yang
peraturan pelaksanaannya yaitu Peraturan dititipkan setara tetap atau tanggungan si
Kepala BPN nomor 3 tahun 2007 tentang berpiutang Secara garis besar Konsinyasi
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan adalah penawaran pembayaran tunai
Presiden nomor 36 tahun 2005 junto diikuti dengan penyimpanan,
Peraturan Presiden nomor 65 tahun 2006. sebagaimana diatur dalam Pasal 1404-
Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume 3 Nomor 2 September 2016
72
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume 3 Nomor 2 September 2016
73
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume 3 Nomor 2 September 2016
74
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
DAFTAR PUSTAKA
Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2012
tentang Pengadaan Tanah bagi
Buku: pembangunan untuk kepentingan
umum.
Badan Pertanahan Nasional. 2001. Buku
Pegangan Petugas Ukur (Materi
Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012
Pengukuran dan Pemetaan
Penyelenggaraan tentang Pengadaan
kadastral). Jakarta : BPN.
Tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum
Kartasapoetra, G. Masalah Pertanahan di
Indonesia. Jakarta : PT Rineka Cipta,
Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan
2002.
Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun
1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Muhammad Nazir, Metode Penelitian.
Peraturan Pemerintah Nomor 24
Bandung: Remaja Rosdakarya. 1996.
Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah.
Muljadi, Kartini & Gunawan Widjaja. Hak-
Hak atas Tanah : Seri Hukum Harta
Kekayaan. Jakarta : Kencana. 2004.
Perundang-undangan:
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume 3 Nomor 2 September 2016
75