Disusun Oleh :
Dewantara Sebayang
217011104
MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Masa Kuasa, karena atas perkenan-Nya Saya
dapat menyelesaikan Makalah ini dengan lancar.
Penanaman modal atau investasi merupakan modal awal dalam pembangunan ekonomi
suatu negara. Pembangunan nasional dapat terlaksana dengan baik apabila stabilitas nasional
dalam keadaan normal. Semakin baik stabilitas nasional, maka semakin lancar pula
pembangunan nasional yang dapat dilakukan dalam suatu negara. Pembangunan yang baik
hendaknya berlandaskan pada trilogi pembangunan, yaitu : pemerataan pembangunan guna
menciptakan keadilan bagi seluruh masyarakat, peningkatan pertumbuhan ekonomi yang
semakin baik, serta berlandaskan pada stabilitas nasional yang sehat dan berkembang.
Para investor atau pemilik modal selalu menggutamakan untuk melakukan investasi di
Negara yang dapat memberikan kepastian hukum dan kepastian berusaha. Hukum merupakan
faktor yang sangat penting dalam kaitannya dengan perlindungan hukum yang diberikan suatu
sutau Negara bagi kegiatan penanaman modal. Melalui sistem hukum dan peraturan hukum
yang dapat memberikan perlindungan, akan tercipta kepastian (predictability), keadilan
(fairness) dan efisiensi (efficiency) bagi pihak penanaman modal.
Saat ini, Sektor penanaman modal memiliki undang-undang baru yang memiliki 40
Pasal, yaitu Undang Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang diundangkan
pada tanggal 26 April 2007. Dengan diberlakukannya Undang Undang Penanaman Modal yang
baru tersebut, diharapkan terjadi peningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi
ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal dari dalam
negeri maupun dari luar negeri. Selanjutnya dalam menghadapi perubahan perekonomian
global dan keikutsertaan Indonesia dalam Page | ii berbagai kerjasama internasional, perlu
diciptakan iklim penanaman modal yang kondusif, promotif, memberikan kepastian hukum,
keadilan dan efesien dengan tetap memerhatikan kepentingan ekonomi nasional berdasarkan
ketentuan hukum yang berlaku.
DAFTAR ISI
Sampul Depan…………………………………………………………………………….. ……………1
Bab II : Isi
1. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ……………………………………………………….5
a. Pengertian …………………………………………………………………………………………….5
b. Latar Belakang PMDN ……………………………………………………………………………….5
c. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi PMDN ………………………………………………………5
d. Syarat – Syarat PMDN ………………………………………………………………………………6
e. Tata Cara PMDN ……………………………………………………………………………………..6
f. PMDN Meningkat ……………………………………………………………………………………..7
BAB I
PENDAHULUAN
Investasi atau penanaman modal adalah suatu penanaman modal yang diberikan oleh
perseorangan atau perusahaan atau organisasi baik dalam negeri maupun luar negeri.
Faktor yang dapat mempengaruhi investasi yang dijadikan bahan pertimbangan investor dalam
menanamkan modalnya, antara lain : Pertama faktor Sumber Daya Alam, Kedua faktor Sumber
Daya Manusia, Ketiga faktor stabilitas politik dan perekonomian, guna menjamin kepastian
dalam berusaha, Keempat faktor kebijakan pemerintah, Kelima faktor kemudahan dalam
peizinan.
Dari segi Penanaman Modal Asing, banyak faktor yang menyebabkan timbulnya keengganan
masuk investasi ke Indonesia pada saat ini. Faktor-faktor yang dapat menjadi pendukung
masuknya arus investasi ke suatu negara, seperti jaminan keamanan, stabilitas politik, dan
kepastian hukum, tampaknya menjadi suatu permasalahan tersendiri bagi Indonesia. Bahkan
otonomi daerah yang sekarang diterapkan di Indonesia dianggap menjadi permasalahan baru
dalam kegiatan investasi di beberapa daerah.
Maka dari itu, Pemerintah mengeluarkan UU Penanaman Modal Asing (UU No. 1/1967) untuk
menarik investasi asing guna membangun ekonomi nasional. Di Indonesia adalah wewenang
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk memberikan persetujuan dan ijin atas
investasi langsung luar negeri.
Penanam Modal Dalam Negeri dapat dilakukan oleh perseorangan Warga Negara Indonesia,
badan usaha Negeri, dan/atau pemerintah Negeri yang melakukan penanaman modal di
wilayah negara Republik Indonesia. Kegiatan usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan
penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan
terbuka dengan persyaratan dan batasan kepemilikan modal Negeri atas bidang usaha
perusahaan diatur didalam Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010 Tentang Perubahan Daftar
Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang
Penanaman Modal.
BAB II
ISI
1. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
a. Pengertian
Penanaman Modal Dalam Negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di
wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan
menggunakan modal dalam negeri.
Ketentuan mengenai Penanaman Modal diatur didalam Undang-undang No. 25 Tahun 2005
tentang Penanaman Modal. Penanam modal Dalam Negeri dapat dilakukan oleh perseorangan
WNI, badan usaha Negeri, dan/atau pemerintah Negeri yang melakukan penanaman modal di
wilayah negara Republik Indonesia. Kegiatan usaha usaha atau jenis usaha terbuka bagi
kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup
dan terbuka dengan persyaratan dan batasan kepemilikan modal Negeri atas bidang usaha
perusahaan diatur didalam Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010 Tentang Perubahan Daftar
Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang
Penanaman Modal.
Pasal 1 angka 2 UUPM meneyebutkan bahwa PMDN adalah kegiatan menanam modal
untuk melakukan usaha di wilayah Negara RI yang dilakukan oleh penanam modal dalam
negeri dengan menggunakan modal dalam negeri, Sedangkan yang dimaksud dengan
penanam modal dalam negeri adalah perseorangan WNI, badan usaha Indonesia, Negara RI,
atau daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara RI (Pasal 1 angka 5 UUPM)
Bidang usaha yang dapat menjadi garapan PMDN adalah semua bidang usaha yang ada di
Indonesia, Namun ada bidang-bidang yang perlu dipelopori oleh pemerintah dan wajib
dilaksanakan oleh pemerintah . midal: yang berkaitan dengan rahasia dan pertahanan Negara.
PMDN di luar bidang-bidang tersebut dapat diselenggarakan oleh swasta nasional. Midsal :
perikanan,perkebunan, pertanian, telekomunikasi, jasa umum, perdagangan umum.
PMDN dapat merupakan sinergi bisnis antara modal Negara dan modal swasta
nasional. Misal :
- di bidang telekomunikasi,perkebunan.
- Potensi dan karakteristik suatu daerah
- Budaya masyarakat
- Pemanfaatan era otonomi daerah secara proposional
- Peta politik daerah dan nasional
- Kecermatan pemerintah daerah dalam menentukan kebijakan local dan peraturan daerah
yang menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia bisnis dan investasi
d. Syarat-syarat PMDN
Permodalan: menggunakan modal yang merupakan kekayaan masyarakat Indonesia (Ps 1:1
UU No. 6/1968) baik langsung maupun tidak langsung.
Pelaku Investasi : Negara dan swasta. Pihak swasta dapat terdiri dari orang dan atau badan
hukum yang didirikan berdasarkan hukum di Indonesia.
Bidang usaha : semua bidang yang terbuka bagi swasta, yang dibina, dipelopori atau dirintis
oleh pemerintah.
Perizinan dan perpajakan : memenuhi perizinan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.
Antara lain : izin usaha, lokasi, pertanahan, perairan, eksplorasi, hak-hak khusus, dll.
Batas waktu berusaha : merujuk kepada peraturan dan kebijakan masing-masing daerah.
Tenaga kerja: wajib menggunakan tenaga ahli bangsa Indonesia, kecuali apabila jabatan-
jabatan tertentu belum dapat diisi dengan tenaga bangsa Indonesia. Mematuhi ketentuan UU
ketenagakerjaan (merupakan hak dari karyawan)
Keppres No. 29/2004 ttg penyelenggaraan penanam modal dalam rangka PMA dan
PMDN melalui system pelayanan satu atap.
f. PMDN Meningkat
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi penanaman modal
dalam negeri selama Januari-September 2010 mencapai Rp38,5 triliun, naik Rp10,3 triliun
dibanding periode yang sama tahun 2009. Wakil Kepala BKPM Yus’an di Jakarta, Minggu
(31/10), mengatakan, nilai realisasi investasi dalam negeri selama periode Januari-September
2010 juga lebih tinggi dibanding total realisasi penanaman modal dalam negeri selama tahun
2008 dan 2007. Menurut dia, nilai investasi dalam negeri selama tahun 2008 sekitar Rp20 triliun
dan pada 2007 sebanyak Rp34,8 triliun.
Menurut data BKPM, investasi dalam negeri pada sektor tanaman pangan dan perkebunan
merupakan yang paling besar, mencakup 76 proyek dengan nilai total Rp4,5 triliun, kemudian
disusul investasi bidang transportasi, gudang dan telekomunikasi yang terdiri atas 13 proyek
dengan nilai total Rp3,1 triliun. Sementara investasi dalam negeri pada sektor industri makanan
terdiri atas 34 proyek dengan nilai Rp2,8 triliun; industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi
meliputi 20 proyek bernilai total Rp1,4 triliun; dan investasi pada sektor jasa lain berjumlah 33
proyek bernilai total Rp1,1 triliun.
Lokasi penanaman modal dalam negeri paling banyak berada di Kalimantan Tengah
(Rp2,8 triliun dengan 23 proyek); DKI Jakarta (Rp2,5 triliun, 27 proyek); Jawa Barat (Rp1,9
triliun, 41 proyek); Kalimantan Timur (Rp1,8 triliun, 20 proyek) dan Jawa Timur (Rp1,8 triliun, 30
proyek).
● Pihak penerima investasi harus sadar bahwa kondisi sosial, politik, ekonomi
negaranya menjadi pusat perhatian investor.
● Dicegah tindakan yang merugikan negara penerima investasi dalam segi ekonomis
jangka panjang dan pendek.
● Transfer teknologi dari para investor.
● Pelaksanaan investasi langsung atau investasi tidak langsung betul-betul dilakukan
dengan prinsip saling menguntungkan (mutual benefit) dan terutama pembangunan
bagi negara/ daerah penerima.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat hingga Januari-Juni 2010 minat
investasi atau pendaftaran investasi penanaman modal asing (PMA) mencapai US$ 3,450 miliar
dengan jumlah proyek 885 proyek. BKPM juga mencatat investor yang sudah mengantongi izin
prinsip untuk PMA sebanyak 142 proyek senilai US$ 5,176 miliar dengan 125 proyek.Hingga
Maret 2010 realisasi investasi di Indonesia mencapai 42 trilyun rupiah terdiri dari 574 proyek.
Dari angka tersebut, PMA mencapai 36 trilyun rupiah dan investasi lokal mencapai 6 trilyun
rupiah.
BAB III
KESIMPULAN
BAB IV
4.1 SARAN
● Indonesia harus bisa membenahi terlebih dahulu sistem politik dan hukum agar para
investor akan lebih banyak yang tertarik untuk menginvestasi di Indonesia.
● Tidak mempersulit para investor dengan peraturan – peraturan yang menyebabkan
mereka tidak mau berinvestasi.
● Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusianya dengan memberikan pelatihan –
pelatihan tentang industrilialisasi.
● Jangan selalu menjadi pekerjanya saja tapi cobalah untuk menjadi seseorang yang
mengendalikan para pekerja dari luar.
● Memperbaiki infrastruktur yang dapat dimanfaatkan bagi para investor maupun para
pekerjanya.
● Perusahaan memberikan asuransi jiwa pada para pekerjanya. Sehingga mereka
terlindungi dalam pekerjaannya.
4.2 OPINI
BAB V
DAFTAR PUSTAKA