Anda di halaman 1dari 4

Ananda Dylan Tandiseru

24-2019-026

EVALUASI DUKUNGAN INFRASTRUKTUR KAWASAN AGROPOLITAN


KABUPATEN BANTAENG

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia disebut Negara Agraris, karena kurang lebih 75% penduduknya hidup di
pedesaan dan sebagian besar (54%) menggantungkan hidup dari sektor pertanian. Sektor
pertanian telah menggerakkan perekonomian nasional, dan pada periode tahun 1980-1990 telah
memberikan kontribusi utama dalam penurunan tingkat kemiskinan. Pada saat terjadi krisis
ekonomi akhir tahun 1997 sektor pertanian mampu menyediakan lapangan kerja bagi tenaga kerja
non pertanian yang kehilangan pekerjaan. Peranan sektor pertanian semakin kokoh dengan
ditetapkannya revitalisasi pertanian sebagai prioritas pembangunan nasional.
Kabupaten Bantaeng merupakan wilayah administratif provinsi sulawesi selatan,
berdasarkan RTRW Kabupaten Bantaeng dengan ditetapkannya Kabupaten Bantaeng sebagai
kawasan yang mengedepankan konsep pengembangan di bidang agropolitan sebagaimana yang
tertulis dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bantaeng Tahun 2012-2032.
Kawasan Agropolitan yang dimaksud yaitu Kecamatan Uluere dan Kecamatan Sinoa, tentunya
hal ini menjadi potensi tersendiri sekaligus menjadi tantangan bagi semua pihak yang terkait
untuk terus mengembangkan wilayah ini, agar sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan
seoptimal mungkin sehingga tujuan dari pengembangan kawasan agropolitan dapat tercapai.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti mencoba melakukan Evaluasi dukungan kawasan
agropolitan di Kecamatan Uluere dan Kecamatan Sinoa, melalui evaluasi ini di harapkan di
ke-dua kecamatan tersebut didapatkan informasi terkait infrastruktur yang belum memadai
berdasarkan SPM Kementrian Pertanian tentang prasarana dan sarana pertanian. Untuk
mendapatkan informasi dukungan infrastruktur kawasan agropolitan maka penulis menganalisis
ketersediaan Infrastruktur agropolitan dengan metode pembobotan berdasarkan standar
pembobotan dinas pekerjaan Umum. Berdasarkan hasil analisis pembobotan ketersediaan
infrastruktur di Kecamatan Sinoa dan Kecamatan Uluere secara eksisting sebagai bentuk
dukungan terhadap kawasan agropolitan di Kabupaten Bantaeng berada pada kategori 5 (baik)
dengan nilai 90% untuk Kecamatan Sinoa sedangkan 81,6 % untuk Kecamatan Uluere
Kawasan agroplitan itu sendiri tidak terlepas dari adanya dukungan infrastruktur yang
memadai. Pengertian infrastruktur sendiri sangatlah beragam, dalam konteks ini diartikan sebagai
sistem fisik yang menyediakan sarana, drainase, pengairan, bangunan gedung serta fasilitas
publik lainnya, yang mana sarana ini dibutuhkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasar
manusia baik kebutuhan ekonomi maupun kebutuhan sosial (Grigg : 1998). Sedangkan menurut
(Kodoatie : 2005) sistem yang menopang sistem sosial dan sistem ekonomi yang sekaligus
menjadi penghubung dengan sistem lingkungan, di mana sistem ini dapat dipakai sebagai dasar di
dalam mengambil kebijakan.

Ada banyak versi mengenai pengertian infrastruktur, akan tetapi benang merahnya adalah
dapat dikatakan bahwa infrastruktur adalah seluruh fasilitas baik fisik maupun non fisik yang
sengaja dibangun oleh pemerintah atau perorangan untuk mendukung terlaksananya suatu
kegiatan. Begitu pula pada infrastruktur pertanian yang sengaja dibangun untuk mendukung
pengembangan kawasan agropolitan.

Konsep “Agropolitan” merupakan konsep yang dikembangkan sebagai siasat dalam


pengembangan pedesaan. Konsep ini pada dasarnya memberikan pelayanan perkotaan di kawasan
pedesaan atau dikenal dengan istilah “kota di ladang”. Pusat pelayanan diberikan baik dalam
bentuk pelayanan teknik budidaya pertanian, kredit modal kerja dan informasi pasar sehingga
dapat menekan biaya produksi dan biaya pemasaran. Pemerintah Kabupaten Bantaeng dalam
pembangunan daerahnya, telah menetapkan Visi RPJMD Periode 2008-2013, yaitu “Wilayah
Terkemuka Berbasis Desa Mandiri “. Visi ini sekaligus menunjukkan strategi dasar pembangunan
yang dianut, yaitu mengedepankan upaya-upaya pembangunan untuk mendorong
tumbuhkembangnya desa-desa di Bantaeng menjadi Desa Mandiri, sebagai perwujudan dari
upaya untuk pemenuhan hak dasar masyarakat yang merupakan strategis dasar pembangunan
daerah pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng, 2012).

Konsep ini berupaya dalam pembentukan masyarakat pedesaan yang mandiri dengan
kemampuan mencukupi kehidupannya sehari-hari. Menurut Rahardjo A. (2008), fasilitas
pelayanan difokuskan dalam memberikan kemudahan produksi dan pemasaran antara lain berupa
input sarana produksi (pupuk, bibit, obat-obatan, dan peralatan), sarana penunjang produksi
(lembaga perbankan, koperasi, listrik) dan sarana pemasaran (pasar, terminal angkutan, dan
sarana transportasi).

Pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Bantaeng berbasis komoditi unggulan


hortikultura di Kecamatan Uluere akan berdampak pada sektor agribisnis yang diharapkan dapat
berkembang dalam kesatuan yang integratif dari hulu sampai hilir dengan didukung oleh peran
serta pihak swasta, pemerintah dan masyarakat sehingga secara khusus dapat memberikan
keuntungan bagi para petani dalam peningkatan taraf hidupnya dan mendukung pengembangan
perekonomian Kabupaten Bantaeng secara luas (Divisi Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah
Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis
infrastuktur wilayah berbasis komoditi unggulan hortikultura untuk pengembangan kawasan
agropolitan di Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng dan merumuskan usulan strategi
pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng berbasis
komoditi unggulan hortikultura.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat ditarik rumusan masalah yaitu :
1. Bagaimana ketersediaan infrastruktur kawasan Agropolitan yang ada di
Kecamatan Uluere dan Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng?
 Masalah ini harus diselesaikan karena infrastruktur adalah akses menuju
desa dan pasar fasilitas pengolahan hasil pertanian untuk meningkatkan
nilai tambah, untuk mencapai sebuah kesuksesan infrastruktur yang
kokoh dan kuat.
2. Evaluasi ketersediaan infrastruktur pertanian yang ada Kecamatan Uluere dan
Kecamatan Sinoa sebagai bentuk dukungan terhadap kawasan agropolitan di
Kabupaten Bantaeng?
 Jadi masalah ini juga perlu diselesaikan untuk mengetahui apakah
infrastruktur di kawasan Agropolitan Kabupaten Bantaeng sudah
mendukung dan memprediksi kemungkinan yang akan terjadi dimasa
yang akan datang.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis ketersedian infrastuktur wilayah berbasis komoditi unggulan
hortikultura untuk pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Uluere
Kabupaten Bantaeng.
2. Melihat bagaimana pengaruh pengembangan kawasan agropolitan pada
kesejahteraan petani
D. Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan ketersediaan infrastruktur kawasan Agropolitan yang ada di
Kabupaten Bantaeng khususnya pada Kecamatan Uluere dan Sinoa.
2. Sebagai bahan analisis dan bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah
Kabupaten Bantaeng dalam rangka peningkatan kebijakan infrastruktur untuk
Kawasan Agropolitan di Kabupaten Bantaeng.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam studi penelitian ini, ruang lingkup yang digunakan meliputi ruang lingkup wilayah
dan ruang lingkup materi. Ruang lingkup wilayah bertujuan untuk membatasi lingkup wilayah
kajian, sedangkan ruang lingkup materi bertujuan untuk membatasi materi pembahasan.
1. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah atau lokasi studi yang dijadikan objek penelitian terletak
di Kabupaten Bantaeng.

2. Ruang Lingkup Materi


Ruang lingkup materi dari penelitian ini yaitu membahas dukungan infrastruktur
kawasan agropolitan didua kecamatan di Kabupaten Bantaeng yaitu Kecamatan
Uluere dan Kecamatan Sinoa.

Anda mungkin juga menyukai