dimana kurang lebih 0,42 persen dari luas wilayah Provinsi Jawa Timur.
Dalam Negeri pada akhir Oktober 2001 dan mulai aktif dalam kegiatan
kecamatan yaitu:
a. Kecamatan Batu
b. Kecamatan Junrejo
c. Kecamatan Bumiaji
55
Jumlah Desa/Kelurahan: 9 desa
56
56
Lintang Selatan (LS)/. Secara geostrategis Kota Batu memiliki posisi yang
skala wilayah Provinsi Jawa Timur, yaitu sebagai sentra pariwisata Jawa
Timur.
dengan iklim yang sejuk. Kota Batu dalam konteks kemiringan lahan
berada pada kemiringan 0% sampai lebih dari 40%. Selain itu wilayah
Kota Batu merupakan wilayah yang subur untuk pertanian karena jenis
Kota Batu, ada tiga gunung yang berada di wilayah Kota Batu yaitu
musim yang drastis antara musim kemarau dan musim penghujan serta
1) Visi
2) Misi
budaya
profesional.
meliputi:
1) Kepala Dinas
2) Sekretaris
Lingkungan
Dalam konteks ini tujuan konservasi sumber daya air dijelaskan oleh
berikut:
“Tujuan program konservasi air di Kota Batu ini sesuai dengan pasal 3
undang-undang Nomor 37 Tahun 2014 mengenai konservasi tanah
dan air yang tujuanya untuk
1. Melindungi permukaan tanah dari pukulan air hujan yang
jatuh, meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah, dan mencegah
terjadinya konsentrasi aliran permukaan
2. Menjamin fungsi tanah pada lahan agar mendukung
kehidupan masyarakat
3. Mengoptimalkan fungsi tanah pada lahan untuk mewujudkan
manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup secara
seimbang dan lestari
4. Meningkatkan daya dukung DAS
5. Meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas
dan memberdayakan keikutsertaan masyarakat secara
partisipatif
6. Menjamin kemanfaatan konservasi air secara adil dan merata
untuk kepentingan masyarakat.
Jadi karena program ini program dimana dari pemerintah pusat
sudah ada dan untuk daerah-daerah tertentu yang membutuhkan, jadi
sudah jelas untuk tujuan program ini sesuai dengan Undang-Undang
tersebut”. (Bapak Attar, 20 Maret 2020)
Berdasarkan pernyataan narasumber diatas dapat diketahui bahwa tujuan
alam yang besar serta banyaknya mata air yang harus dilindungi.
“Kita ini di daerah hulu jadi konservasi itu harus ada karena kita
mengaliri 14 kota/kabupaten, bukan hanya malang raya tetapi sampai
surabaya kediri jombang itu hulunya disini. Kalau disini tidak ada
konservasi atau konservasi tidak berjalan dan kita kekurangan air ya
apalagi yang dibawah pasti kekurangan terlebih dahulu daripada kita.
Dulu konservasi itu hanya dihutan tetapi setelah itu kami
mengembangkan untuk area permukiman, bipori sumur resapan tapi
belum banyak, ini yang kami upayakan untuk tahun berikutnya
meskipun kecil kalau masyarakat tidak diarahkan masyarakat tidak
kesana” (Ibu Sugihartati, 23 Maret 2020)
Dilihat dari apa yang dikatakan narasumber diatas dapat diketahui bahwa
Batu adalah adanya sumber air yang besar sehingga sumber air ini
63
karena Kota Batu memiliki potensi air yang besar dan sebagai penopang
berikut:
dalam hal ini yaitu Dinas Lingkungan Hidup, pemerintah desa, dan
masyarakat. Selain itu sumber daya yang dibutuhkan yaitu anggaran dan
juga tanaman. Selanjutnya proses input ini juga di konfirmasi oleh Ibu Sri
daya air yang setiap tahunya selalu diupayakan oleh Dinas Lingkungan
VI.2. 3 Proses
baik tata laksana kejadian dan aktivitas, evaluasi proses juga diarahkan
seperti yang saya bilang tidak tentu tergantung usulan dari bawah,
prioritas, dan anggaran yang kita punya” (Bapak Attar, 20 Maret
2020)
Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh narasumber diatas dapat
dengan dua cara yaitu vegetatif dan simpel teknis. Dari sekian banyak cara
dua cara ini dipilih karena paling efektif dan menjadi prioritas bagi Dinas
dengan usulan, prioritas, dan anggaran yang ada. Metode konservasi ini
tanah dan air. Selanjutnya proses pelaksanaan konservasi sumber daya air
“Pelaksanaan itu tidak tentu karena disana setelah menanam kan kita
pulang ndak mungkin setiap hari, mangkanya kita penanaman itu di
masa hujan, setelah itu dimasa mulai kering kita kesana dan
membersihkan area sekitar sambil melihat tanaman. Disini memang
ada kawasan resapan air itu di nggabes dan di ngimbo itu kan daerah
yang dilindungi dan itu memang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
pertanian, tetapi sampai hari ini belum bisa diajukan permohonan hak
milik karena memang itu daerah resapan yang disitu dibawah kita ada
14 kabupaten kota sehingga das brantas itu aliran yang di aliri oleh
mata air yang di arboretrum juga dari gunung yang lain kayak
anjasmoro, gunung biru, dan gunung kecil yang lainya. Ada 14
kabupaten kabupaten kota sehingga kita berada dipaling tinggi
dihulunya sehingga dibawah kita ini membutuhkan dari resapan air
itu”. (Ibu Sugihartati, 23 Maret 2020)
Pendapat narasumber diatas memberikan keterangan bahwa pelaksanaan
resapan, pelaksanaan konservasi sumber daya air tidak pasti dan biasanya
67
“Penanaman pohon memang ada tetapi tidak sering, tiap tahun sekali
itu biasanya penghijauan setiap Januari Februari. Sekarang banyak
wilayah hutan yang sudah beralih sudah jadi sayur semua, sebetulnya
kasihan yang nanem enak tapi beberapa tahun lagi anak cucu bakal
merasakan apalagi sekarang ada tempat wisata diatas, kalau tidak
salah punya orang bali atau siapa gitu 25 hektar, di selatan coban talun
ketas. Itu kan mainya sama orang atas. Sekarang orang bawah
melarang tapi orang atas (pemerintah) member ijin ya kita tidak bisa
berbuat apa-apa. Kalau lubang biopori tidak pernah ada, dulu pernah
digagas embung itu pernah dibahas tetapi kenyataannya sampai
sekarang tidak ada padahal itu jamanya pak edi rumpoko, sekarang
satu desa 3 itu sukur-sukur kalau ada”. (Bapak Surahmat, 23 Juni
2020)
Berdasarkan apa yang disampaikan oleh narasumber diatas terkait dengan
banyak wilayah hutan yang beralih fungsi menjadi sayuran, hal ini
konservasi sumber daya air juga dijelaskan oleh Bapak Armadi selaku
kalau sumur resapan menurut saya ada tapi jarang”. (Bapak Armadi,
25 Juni 2020)
Berdasarkan pernyataan narasumber diatas dapat diketahui bahwa
sekali dan setiap dua tahun sekali dilakukan secara spontanitas oleh
adalah hal yang sangat penting dalam proses konservasi sumber daya air.
sebagai berikut:
ini adalah melalui masyarakat, belum ada penelitian atau kajian dari dinas
Dilihat dari apa yang telah disampaikan oleh narasumber diatas dapat
masih kurang baik dari masyarakat maupun dari pemerintah, hal ini dilihat
daya air juga dijelaskan oleh Bapak Armadi selaku ketua Himpunan
dalam proses pelaksanaan suatu program tentu ada target yang harus
dicapai, evalusi target melihat apakah target ini tercapai dan sesuai dengan
tujuan. Target ini dijelaksan oleh Bapak Attar selaku seksi Seksi
“RPJMD ada lima tahun, target kita dibagi dalam 5 tahun itu.
Misalnya kalau seratus persen kami ditarget untuk mencapai 20 persen
setiap tahunya itu yang ideal. Kalau yang tidak ideal tercapai seratus
persen setelah lima tahun itu, jadi target kami ada yang setahun itu
cuma dua puluh. Kalau ini misal di akumulasikan 5 tahun berarti ini
10 ribu 10 ribu, target saya memang 10 ribu kami membuat targetnya
berdasarkan angan-angan kami, misalkan impian kami ingin
71
setiap seratus persen dilakukan selama lima tahun, tetapi hal ini belum
pasti karena tergantung dari anggaran setiap tahunya. Selanjutnya target ini
“Kalau target dalam hitungan jumlah kita tidak ada itu kita ikut
pemerintah kota saja, tetapi setiap tahunya kita upayakan untuk selalu
kunjungi area konservasi. Ketika itu memang harus perlu ada
penambahan bibit tanaman kita segers mengadakan”. (Ibu Sugihartati,
23 Maret 2020)
Berdasarkan pendapat narasumber diatas dapat diketahui bahwa tidak ada
“Selama ini tidak ada masalah atau kendala yang berarti, Cuma
mungkin pertanggungjawabanya memang sulit, kendalamya disitu
terkait administratif seperti memasukkan buku rekekning dsb. Kalau
ada ya mungkin dari masyarakat yang kurang mentaati peraturan juga
dari anggaran kita yang terbatas karena tidak hanya konservasi saja
yang kita lakukan, ya kita lakukan yang prioritas”. (Bapak Attar, 20
Maret 2020)
Berdasarkan penyataan narasumber diatas dapat diketahui bahwa kendala
pelaksanaan program konservasi sumber daya air juga dijelaskan oleh Ibu
pelaksanaan konservasi sumber daya air adalah dari masyarakat dan okum
terkait yang menjarah daerah sekitar mata air sehingga konservasi yang
sumber daya air juga dijelaskan oleh Bapak Armadi selaku ketua
memiliki air yang cukup. Masyarakat sini juga ikut saling menjaga
kawasan hijau sekitar sumber air agar tidak ada orang yang mau tetel
(menjarah hutan) disitu”. (Bapak Armadi, 25 Juni 2020)
Berdasarkan pendapat narasumber diatas dapat diketahui bahwa kendala
selama proses kegiatan adalah kegiatan ini dilakukan sendiri atas inisiatif
kegiatan, target, dan kendala masih kurang maksimal, hal ini dilihat dari
VI.2. 4 Produk
berikut:
diketahui volumenya berapa. Target kami setiap tahun itu kan dua ribu
bibit, di tahun 2019 kita menanam bibit lebih dari dua ribu di desa
sumber brantas dengan rincian 111 bibit matoa, 260 bibit pulai, 210
bibit sukun, 190 bibit beringin, dan 1996 bibit trembesi. Kita juga
membangun 38 sumur resapan di beberapa wilayah prioritas kami”.
(Bapak Attar, 20 Maret 2020)
tidak salah di daerah tulungrejo itu luas sawah itu sekitar 150 hektar
kalau sekarang paling sekitar 75 hektar”. (Bapak Surahmat, 23 Juni
2020)
Dilihat dari pernyataan narasumber diatas dapat diketahui bahwa dampak
konservasi memberikan dampak yang besar terhadap air minum. Dari hasil
terhadap masyarakat Kota Batu terutama bagi petani dan air minum serta
VI.3 Pembahasan
sebuah sistem. Proses evaluasi dari program konservasi sumber daya air
sumber daya air dalam konteksnya memiliki tujuan yang sesuai dengan
Program konservasi sumber daya air di Kota Batu menjadi sangat penting
karena memiliki faktor pendorong yaitu sumber daya alam terutama air
yang sangat melimpah, adanya sumber mata air yang banyak, serta
posisinya yang berada di bagian hulu DAS brantas menjadikan Kota Batu
dijaga mengingat air sangat dibutuhkan tidak hanya masyarakat Kota Batu
tetapi Jawa Timur. Program konservasi juga sangat penting karena sumber
daya air yang dimanfaatkan sekarang harus tetap bertahan untuk masa
yang akan datang, hal ini sesuai dengan konsep lingkungan yang dikatakan
78
baik, sedangkan untuk unsur ekonomi dan sosial belum terlihat sebagai
Batu tidak terlihat adanya upaya lebih dari hanya menghasilkan produk
akhir yang berupa tertanamnya dua ribu bibit pohon, pembangunan sumur
resapan, dan lubang biopori yang jika dibandingkan dengan konsep SDG’s
masih kurang terintegrasi dengan unsur sosial dan ekonomi sehingga dari
kekurangan air.
lingkungan yang dijadikan lokasi konservasi. Hal ini dapat terwujud jika
yang berkelanjutan dan mutakhir (Faludi dan van der Valk 1994, hlm.
237).
saja tetapi masyarakat terutama yang peduli terhadap lingkungan atau air
air. Dari sini bisa terlihat bagaimana proses input program konservasi
belum memperhatikan unsur sosial dengan baik. Selain itu anggaran juga
merupakan salah satu alat untuk program konservasi sumberdaya air ini
Dinas Lingkungan Hidup kepada Bappeda, anggaran ini akan turun sesuai
dengan pengguna sumber daya air dalam jumlah besar juga belum
air belum menjadi bagian aktif dari input program konservasi yang
seharusnya mereka adalah pihak yang terlibat dalam pelestarian air untuk
SDG’s Indonesia yang ke 6 (air dan sanitasi yang layak) terutama pada
terpadu (0-100), maka dalam tahap input program konservasi sumber daya
air di Kota Batu ini jauh dari rencana aksi SDG’s Indonesia.
tentang Konservasi Tanah dan Air, tetapi Dinas Lingkungan Hidup hanya
memfokuskan pada dua hal yaitu vegetatif dan simple teknis karena dua
Vegetatif yaitu dengan penanaman bibit pohon disekitar mata air dan
bibit pohon di sekitar mata air setiap tahunya. Target ini dikatakan Dinas
hutan yang awalnya berjarak 100 kilo meter dari area konservasi atau
sumber mata air sekarang berubah menjadi 10 meter, banyak wilayah yang
Hal ini menurut ketua HIPPA menyebabkan terjadinya penurunan debit air
kurang sustain atau artinya sangat rentan untuk tidak terlalu peduli dengan
lingkungan atau dalam konteks ini air sehingga tidak ada keterlibatan
karena sangat rentan monitoring yang tidak berjalan dengan baik, bahkan
pemerintah pun tidak hadir dalam sustain. Misalnya tidak adanya jadwal
lahan konservasi, hal itu merupakan contoh dalam lingkup kasus yang
baik sekala kecil maupun sekala besar, karena terlihat dari masyarakat
ini dapar dilihat dari kurang terlibatnya masyarakat dalam tahap konteks
untuk sadar menjaga alam. Hal ini bisa terjadi karena dari awal tidak
kewajiban untuk menjaga air. Selain itu juga dalam fungsi sosial tahap
konservasi sumberdaya air di Kota Batu, maka hal tersebut tidak selaras
Sesuatu yang dapat di apresiasi sampai saat ini adalah terdapat pada
bersih masyarakat kota batu yang dikelola oleh HIPPAM. Namun kecilnya
secara langsung melainkan karena air dilingkungan Kota Batu jauh dari
disetiap RW. Hal ini juga dimungkinkan karena tidak adanya peningkatan
sumber daya air di Kota Batu. Keberhasilan ini dilihat dari pencapaian
akan tujuan awal dan target yang ditetapkan serta manfaat program dengan
sumber daya air di Kota Batu sangat besar terutama untuk Jawa Timur.
Dengan adanya konservasi sumber daya alam terutama air di Kota Batu
menjadikan sumber daya air di Kota Batu masih terjaga dan masih bisa
pohon setiap tahunya, bahkan di tahun 2019 lebih dari dua ribu bibit
kemiringan tanah yang tinggi dan ruang terbuka hijau alami maupun
dengan cara sipil teknis hanya digunakan untuk mengurangi kubangan air
Seperti yang diterangkan diatas pada tahap proses, tahap produk ini
memiliki keuntungan yaitu ketersediaan air yang cukup dan akses air
program konservasi air kota batu yang memiliki dampak besar kepada
akses air dan ketersediaan. Akan tetapi, masyarakat Kota Batu secara
air di Kota Batu dikarenakan sebagian besar wilayah Kota Batu adalah
Indonesia, produk dari program konservasi sumber daya air ini masih
belum selaras dengan tujuan SDG’s ke 6 (air bersih dan sanitasi layak)
terutama pada target 6.1 (mencapai akses universal dan merata terhadap air
minum yang aman dan terjangkau bagi semua) yang seharusnya bisa
87
terjangkau bagi seluruh kawasan aliran DAS Brantas, bukan hanya Kota
Batu saja.
masyarakat dan komunitas yang sampai saat ini belum dilakukan dengan
oleh di Kota Batu, hal ini tidak selaras dengan pedoman rencana aksi
Kota Batu belum terlihat ada pengelolaan yang terintegrasi dengan baik.