GARUT TA 2019
A. LATAR BELAKANG
2. Kabupaten Garut
Sembilan puluh lima koma dua puluh lima persen (95,25%) wilayah administrasi Garut
adalah Desa. Di Provinsi Jawa Barat sendiri Kabupaten Garut adalah Kabupaten terluas ketiga
setalah Sukabumi dan Cianjur. Garut juga merupakan Kabupaten dengan jumlah Desa
terbanyak urutan kedua belas (12) di Indonesia.
Namun sungguh ironis, keluasaan wilayah dan kekayaan alam yang begitu besar di
Garut ternyata masih menempatkan Garut sebagai Kabupeten termiskin urutan keenam di
Jawa Barat, dengan pendapatan perkapita paling rendah dibandingkan dengan Kabupeten lain
yaitu Rp. 256.779 perbulan.
Kabupaten Garut memiliki luas wilayah 307.407 Ha, terdiri dari 42 Kecamatan dengan
21 Kelurahan dan 421 Desa. Tujuan utama Penetapan Pembangunan Kawasan Perdesaan di
Kabupaten Garut adalah mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan pengembangan
ekonomi dan atau pemberdayaan masyarakat Desa melalui kegiatan partisipasi dengan
mengintegrasikan berbagai kebijakan rencana, program dan kegiatan berbagai pihak. Upaya
pemerintah daerah Kabupaten Garut melalui Pembangunan Kawasan Perdesaan dengan
konsep “Desa Membangun-Membangun Desa” diharapkan mampu meningkatkan keberadaan
sektor unggulan desa agar dapat lebih produktif dengan melibatkan seluruh lapisan
masyarakat. Pemerintah Daerah memiliki kewenangan dan peranan yang strategis dalam
upaya-upaya pelestarian kekayaan alam dengan melibatkan partisipasi masyarakat daerahnya.
Hal ini dikarenakan perencanaan pembangunan daerah perlu dilakukan secara terintegrasi
pada semua sektor, sehingga diperoleh manfaat yang lebih besar dari berbagai potensi
ekonomi daerah. Selain itu, perencanaan yang terintegrasi juga akan mengurangi dampak-
dampak yang tidak diharapkan baik pada saat ini maupun yang akan datang.
Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat memiliki luas wilayah 307.407 Ha, terdiri dari 42
Kecamatan dengan 21 Kelurahan dan 421 Desa. Kawasan perdesaan di Kabupaten Garut yang
B. AGROWISATA BARUDUA
Sedangkan Kawasan Agro-Eduwisata Barudua adalah kawasan wisata yang terdiri dari
dua desa yaitu Barudua dan Karangmulya. Dengan basis wisata adalah hutan pinus, embung
dan taman buah. Yang direncanakan dari kawasan ini adalah sebagai tempat camping ground,
Adapun untuk lokasi Kawasan Ekowisata Seni Budaya Sanding-Girimakmur terdiri dari
bukit sampalan Desa Girimakmur dan wisata seni budaya di Desa Sanding. Pada lokasi ini
dimaksukan sebagai pusat berbagai olahraga seperti tempat finish downhill, area motorcross,
lapang sepakbola, pemandian air panas, outbond, camping ground. Selain itu juga terdapat
pasar kawasan, pusat pengolahan kopi dan kedai kopi, kereta gantung dan lain sebagainya.
Sementara kegiatan seni dan budaya yang akan dikembangkan adalah makam keramat mbah
sakti jati barang, kesinian badeng, kesenian karinding yang akan dibangun padepokan seni.
Selain itu juga terdapat wisata spot selfie sawah berundak. Berikut perencanaan pada Kawasan
Ekowisata Seni Budaya Sanding-Girimakmur
Di Kawasan Selaawi yang terdiri dari Desa Selaawi, Desa Mekarsari, Desa Cirapuhan,
Desa Putrajawa, Desa Cigawir, Desa Samida dan Desa Pelita Asih telah pula ditetapkan sebagai
Kawasan Perdesaan dengan tematik Industri Bambu Kreatif melalui SK BUPATI GARUT NO.
410/Kep.352-Bappeda/2018. Tujuh desa yang berada di Kecamatan Selaawi tersebut
mempunyai kesamaan potensi yaitu pengolahan bambu dalam berbagai kreasi dari mulai
mebeler, cendramata, alat rumah tangga hingga panganan.
Selain bambu, yang menjadi produk unggulan di kawasan Selaawi adalah Jagung,
Peternakan, Kunyit dan Pariwisata.
Selain bambu, yang menjadi produk unggulan di kawasan Selaawi adalah Jagung,
Peternakan, Kunyit dan Pariwisata.
Gambar. Produk Unggulan Kawasan Perdesaan Industri Bambu Kreatif Selaawi Kab.Garut
Kelembagaan lokal Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) telah dibentuk melalui
Musyawarah Antar Desa 25 Februari 2019 kemudian ditetapkan melalui Permakades
(Peraturan Bersama Kepala Desa) yang kemudian bersepakat akan membentuk Bumdes
Bersama melalui tahapan seleksi dan penyempurnaan regulasi terlebih dahulu. BKAD di
Selaawi secara mandiri telah pula melakukan pemetaan fungsi dari 7 Desa nya. Yaitu 2
Desa sebagai Pembibitan, Budidaya & upaya konservasi yaitu Desa Samida dan Desa Putrajawa,
5 Desa sebagai Produksi / pengolahan kerajinan bambu yaitu Desa Cirapuhan, Desa Selaawi,
Desa Mekarsari, Desa Putrajawa, Desa Pelitaasih dan Desa Cigawir dan keseluruhan Desa
sebagai Pengembangan Pariwisata
Bambu yang dikembangkan oleh masyarakat Selaawi banyak menarik perhatian dari
lokal dan internasional. Banyak kunjungan dan ajakan kerjasama yang ditawarkan kepada
Kawasan Selaawi oleh berbagai perusahaan, kementerian, yayasan dan akademisi. Diantaranya
adalah dengan Kementerian Hukum dan Ham untuk Pendampingan One Village One Brand,
Brift-LIPI untuk Pendampingan Penelitian, Kerjasama Pendampingan Pengembangan Kawasan
dengan LPPM ITB juga Telkom University, Kerjasama dengaan Yayasan Bambu Selaawi,
Rencana Pendampingan dari Kementerian Ekonomi, Be-Kraft, BJB dan Telkomsel serta dengan
UNPAR dan KOMPAK melalui kegiatan Universitas Membangun Desa, UNPAR dari Fakultas
Ekonomi dengan Program SEED dan Fakultas Fisip yang menggandeng perusahaan ASTRA.
Mahasiswa dari Korea, Perancis serta rombongan Dosen dan Mahasiswa dari Chiba University
Japan.
Gambar. Kunjungan Dari Berbagai Pihak Ke Kawasan Industri Bambu Kreatif Selaawi
Selaawi dalam rangka menggaungkan bambu, tidak kurang telah membuat berbagai
rekor dunia melalui pembuatan Sangkar Burung Terbesar dan Terpanjang pada tahun 2016,
Target Kawasan Perdesaan Industri Bambu Kreatif Selaawi pada Tahun ini adalah
tersusunnya Dokumen Perencanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan (RPKP) 2020-2024
yang juga diiringi dengan penyusunan Site Plan serta DED Kawasan
D. KESIMPULAN
1. Kawasan Perdesaan Identik dengan pertanian dan pengelolaan sumber daya alam
2. Fungsi kawasan perdesaan adalah sebagai tempat permukiman, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi
3. Pembangunan Kawasan Perdesaan yaitu pembangunan antar desa yang dilaksanakan
dalam upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat desa melalui pendekatan partisipatif yang dilaksanakan pada
kawasan perdesaan tertentu yang ditetapkan oleh Bupati/ Walikota.