Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)

KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2012-2032

TUGAS
Untuk memenuhi tugas matakuliah Geografi Pengembangan Wilayah
Yang diampu oleh Ibu Nailul Insani, S.Pd, M.Sc

Disusun oleh:

KUSUMA DEWI
170721636583
Offering K/2017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
NOVEMBER 2019
ANALISIS RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2012 - 2032

A. Asas, Visi, Misi, dan Tujuan RTRW


Asas dari RTRW Kabupaten Banyuwangi terdapat sembilan (RTRW
Kabupaten Banyuwangi 2012-2032) yaitu Keterpaduan; Keserasian, keselarasan
dan keseimbangan; Keberlajutan; Keberdayagunaan dan keberhasilan;
Keterbukaan; Kebersamaan dan kemitraan; Perlindungan kepentingan umum;
Kepastian hukum dan keadilan; Serta Akuntabilitas. Visi penataan ruang
Kabupaten adalah terwujudnya pengembangan wilayah dan pertumbuhan
ekonomi kabupaten berbasis pada potensi sumber daya alam daerah yang
didukung oleh pembangunan sarana dan prasarana yang memadai dengan
memperhatikan harmonisasi antara pengelolaan kawasan budidaya, kawasan
lindung, dan pengendalian kawasan rawan bencana.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuwangi 2012-
2032 juga memiliki beberapa visi. Adapun visi penataan ruang Kabupaten
Banyuwangi sebagai berikut (RTRW Kabupaten Banyuwangi 2012-2032):
1) Mewujudkan pengelolaan kawasan lindung, kawasan budidaya, dan
pengendalian kawasan rawan bencana secara harmonis dan berkelanjutan;
2) Mengembangkan sarana dan prasarana wilayah perkotaan dan perdesaan
untuk mendukung pengembangan wilayah dan untuk mengurangi disparitas
antar wilayah;
3) Mewujudkan pengembangan kawasan ekonomi unggulan yang berbasis
sumber daya lokal berupa pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan,
peternakan, perikanan, dan pariwisata untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat;
4) Mewujudkan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa, industri kecil
dan menengah serta industri besar untuk memacu pertumbuhan ekonomi;
5) Mewujudkan pengembangan pendidikan yang berbasis sumber daya lokal
dalam rangka mendukung peningkatan sumber daya manusia;
6) Meningkatkan kerjasama investasi antara pemerintah, pelaku usaha dan
masyarakat untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat; dan
7) Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam secara optimal untuk mendorong
kemandirian ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Visi pertama (1) dalam RTRW Kabupaten Banguwangi 2012-2032 telah
berjalan dan diupayakan oleh pemerintah. Dalam hal ini kawasan lindung yang
dimaksudkan telah diupayakan oleh pemerintah, hal tersebut diantaranya yaitu
Taman Nasional Meru Betiri, Taman Nasional Alas Purwo, Taman Nasional
Baluran, dan kawasan Gunung Ijen. kawasan budidaya sendiri menjadi salah satu
upaya pemerntah untuk mempertahankan warisan nenek moyang. Dalam hal ini
salah satunya adalah kawasan masyarakat Oseng, tepatnya ada di Kampung
Oseng Kemiren. Kampung ini dijadikan daerah wisata oleh masyarakat dan
didukung oleh pemerintah. Bahkan beberapa penelitian telah dilakukan di
Kampung Oseng ini dan menjadi sebuah warisan budaya yang perlu dijaga.
Selanjutnya daerah ujung tenggara Kabupaten Banyuwangi juga masih memiliki
kekentalan budaya yang tinggi sehingga perlu dijaga yaitu daerah kawasan Taman
Nasional Alas Purwo. Selain itu daerah pesisir sepanjang pantai di Kabupaten
Banyuwangi juga memiliki budaya salah satunya yaitu tradisi Petik Laut. Hal ini
merupakan tradisi yang perlu dijaga agar tetap lestari dan dikenal oleh generasi
selanjunya dan dikenal oleh masyarakat luar. Selain itu pengendalian kawasan
rawan bencana di Banyuwangi juga mulai dan telah diupayakan secara
berkelanjutan.
Visi yang kedua (2) dan tujuh (7) juga telah diupayakan oleh pemerintah
yang mana wilayah pedesaan terus didorong agar daerahnya menjadi daerah yang
mandiri menghasilkan perekonomian yang maju. Diantaranya dengan
didorongnya sektor pariwisata sesuai dengan potensi masing-masing desa. Dalam
hal ini sebagaimana telah banyak desa agrowisata di Banyuwangi diantaranya
yaitu di kompleks wisata Kampung Primitif, Banyuwangi. Wisata ini menawarkan
beberapa hal terkait agriwisata petik buah naga, jeruk, danjambu kristal. Selain itu
juga menawarkan paket perahu kurang lebih dengan jarak 1 km. Hal ini sesuai
juga dengan visi yang ketiga (3) terkait pengembangan kawasan sesuai sumber
daya daerahnya. Begitupun yang telah diterapkan di daerah pesisir yang telah
gencar-gencarnya menawarkan wisata pantai di Kabupaten Banyuwangi. Wisata
pantai yang dimaksudkan diantaranya yaitu Pantai Bama, Pantai Pulau Merah,
Pantai Plengkung, Pantai Boom, Pantai Pancer, dan lain sebagainya.
Selanjutnya pada visi yang keempat (4), pemerintah juga mengupayakan
hal tersebut dimana dukungan pembuatan industri-industri kecil mulai
ditingkatkan mengingat potensi pariwisata yang ada di Banyuwangi. Industri ini
mulai dari makanan sampai pada barang ataupun pakaian. Pada daerah
pegunungan ataupun daerah dataran rendah cenderung pada industri makanan
sedangkan daerah yang lebih dekat dengan pesisir cenderung pada industri barang
dan pakaian. Namun distribusi keduanya juga dapat sampai keluar daerah meliputi
Kabupaten Jember, Situbondo, Bondowoso, Provinsi Bali, dan/atau daerah
lainnya. Pada point visi kelima (5) juga telah diupayakan pemerintah. Dalam hal
ini telah diketahui bahwa terdapat banyak event pemerintah Banyuwangi untuk
melastarikan budaya. Pelestarian ini sebagai maksud mengoptimalkan dan
menggali potensi sumber daya di Banyuwangi. Diantaranya yaitu event BEC yang
mana selalu digencarkan setiap tahun sekali, didalam event ini terdapat ikut
campur peran serta dari peserta didik dalam mengeluarkan kreatifnya dalam event
budaya tersebut.
Serangkaian upaya yang dilakukan oleh pemerintah juga merupakan
penerapan dari visi keenam (6) sehingga kerjasama baik dalam skala kecil
maupun luas dapat memaksimalkan pencapaian pembangunan yang
menguntungkan segenap masyarakat. hal ini sesuai dengan tujuan utama
pembangunan yaitu untuk mensejahterakan masyarakat.
Tujuan dari penataan ruang Kabupaten Banyuwangi adalah mewujudkan
ruang Kabupaten berbasis pertanian bersinergi dengan pengembangan perikanan,
pariwisata, industri, perdagangan dan jasa yang berdaya saing dan berkelanjutan
(RTRW Kabupaten Banyuwangi 2012-2032). Tujuan keberlanjutan ini terus
diupayan oleh pemerintah yang mana hal ini untuk memberikan peningkatan
perekonomian daerah secara mandiri dan untuk generasi berikutnya. Dalam
pendidikan sendiri telah banyak event pameran dan kreatifitas peserta didik
sebagai upaya penguatan dan membuka peluang dalam peningkatan
perekonomian masyarakat nantinya. Dalam segi pertanian, yang mencakup
perkebunan, perladangan, ataupun bidang lainnya menjadi pasokan utama dalam
ekonomi pedesaan Kabupaten Banyuwangi.
B. Rencana Struktur Ruang Wilayah
a. Sistem Pusat Kegiatan
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten terdiri dari sistem pusat
kegiatan dan sistem jaringan prasarana wilayah. Dimana sistem pusat kegiatan
dibagi menjadi dua yaitu sistem perkotaan dan perdesaan. Adapun sistem
perkotaan yang dimaksud dibagi menjadi tiga (RTRW Kabupaten Banyuwangi
2012-2032) yaitu 1) Wilayah Pengembangan (WP). WP dibagi menjadi 4 wilayah
yaitu WP Banyuwangi Utara, WP Banyuwangi Tengah Timur, WP Banyuwangi
Tengah Barat, dan WP Banyuwangi Selatan; 2) hierarki atau besaran kota yaitu
PKW, PKL, PKLp, dan PPK; dan 3) Fungsi atau peranan kota yaitu PKW (Kota
Banyuwangi dengan fungsi menjadi pusat pertumbuhan dan pelayanan wilayah di
Kabupaten); PKL dengan fungsi pengembangan pusat pelayanan wilayah
belakang (hinterland service) dan pusat pertumbuhan antar wilayah; PKLp; dan
PPK disetiap wilayah kecamatan yang berfungsi melayani wilayahnya sendiri.
Selanjutnya sistem perdesaan, terdapat pengembangan sistem agropolitan dan
agroindustri yang mana dibagi menjadi tiga pelayanan yaitu baik secara antar
desa, setiap desa, dan pelayanan setiap dusun atau kelompok pemukiman.
Kecamatan Banyuwangi yang menjadi pusat kegiatan telah diperhitungkan
bagaimana tata ruang dan pengelolaanya. Sehingga menindaklanjuti ini juga
berpengaruh pada daerah penyangga kota Banyuwangi. Bupati Banyuwangi
Abdullah Azwar Anas meminta tiga kecamatan Kabat, Rogojampi dan
Blimbingsari yang berada di sekitar kota, harus menjaga tata ruang di desanya
masing-masing. Hal ini dilakukan agar proyeksi pengembangan Kota Banyuwangi
ke depan bisa tertata rapi. Sehingga setiap desa didorong agar segera membuat
Peraturan Desa (Perdes) untuk menindaklanjuti program pemerintah tersebut
(Merdeka.com, 2017).
b. Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
Paragraf pertama tentang Sistem Prasarana Utama pasal 8, 10, dan 11,
menyebutkan tiga jaringan transportasi yaitu darat, laut, dan udara (RTRW
Kabupaten Banyuwangi 2012-2032). Hal ini oleh pemerintah telah diterapkan dan
dalam tahap pembangunan. Sebagaimana telah digalakkan perbaikan jalan
(nasional, provinsi, kabupaten), terminal, stasiun, pelabuhan, dan bandara di
Kabupaten Banyuwangi. Salah satu upaya tersebut disebutkan dalam Bisnis.com
(2017) yaitu terlihat bahwa Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur
berencana menjadikan Bandara Blimbingsari menjadi bandara bertaraf
internasional. Hal tersebut dikarenakan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar
Anas mengatakan saat ini jumlah wisatawan di Banyuwangj meningkat drastis
dalam tiga tahun terakhir. Dari wisatawan domestik yang awalnya hanya 7000
orang per tahun, kini menyentuh angka 4,3 juta pada 2016 lalu.
Selanjutnya melihat pembangunan jaringan prasarana ini yaitu pemerintah
menata kawasan sekitar proyek jalan tol Probolinggo-Banyuwangi (Tempo.co,
2010). Dalam hal ini Kepala Bidang Fisik Sarana dan Prasarana Badan
Perencanaan Pembangunan Kabupaten Banyuwangi A. Haris Harsono
mengingatkan warga Jalan Gatot Subroto untuk memperhatikan jarak bangunan
yang akan didirikan minimal 24 meter dari daerah milik jalan (damija).
Kementrian Pekerjaan Umum merencanakan pembangunan jalan tol sepanjang
156 kilometer yang dimulai dari Probolinggo hingga Banyuwangi. Jalan tol yang
dibangun di Banyuwangi sepanjang 27 kilometer melalui jalur pantai utara dan
berakhir di depan Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi.
Peningkatan pembangunan jaringan transportasi untuk menunjang
aksebilitas kegiatan ekonomi seperti pariwisata ataupun dalam pemasaran barang
produksi. Namun terdapat pada pasal 9 bahwasanya telah disebutkan terdapat
jaringan angkut danau, hal ini masih belum terdapat pembangunan yang
digencarkan mengingat Banyuwangi sendiri hanya memiliki sedikit danau. Hal ini
juga mengingat danau di Kabupaten Banyuwangi tidak dijadikan jalur
transportasi. Danau dijadikan sebagai destinasi wisata semata oleh masyarakat.
Sebagaimana Danau di Desa Pekel, Kecamatan Licin.
Selanjutnya terdapat sistem jaringan prasarana sekunder yang mana
meliputi jaringan telekomunikasi (jaringan kabel, nirkabel, dan satelit), energi,
sumberdaya air, dan prasarana lingkungan (RTRW Kabupaten Banyuwangi 2012-
2032). Pengembangan energi alternatif di Kabupaten Banyuwangi terdapat energi
tenaga hidro, tenaga surya, dan biomassa. Adapun pengembangan energi di
Banyuwangi dari masih perencanaan maupun dalam tahapan pengembangan
sudah mulai diupayakan.
Kabupaten The Sunrise of Java serius membangun sumber-sumber energi
terbarukan. Hal ini terlihat bahwasanya terdapat investor dari Perancis akan
membangun kawasan pusat energi yang dihasilkan dari kincir angin yakni di
wilayah Banyuwangi bagian utara yaitu di Kecamatan Wongsorejo. Kontrak
menyewa lahan masyarakat setempat seluas 300 hektar sudah ditekan untuk lokasi
pembangunan kincir angin tersebut. Perencanaan ini diperkirakan dimulai pada
tahun 2016 (GoodNewsfromIndonesia.id, 2016). Selanjutnya KBR.id (2014)
Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur,
mulai melakukan pengembangan bahan bakar minyak (BBM) alternatif yang
terbuat dari sampah plastik.
Selanjutnya sistem jaringan sumber daya air terbagi menjadi sistem
wilayah sungai, jaringan irigasi, jaringan air baku, jaringan air bersih, dan
pengendalian daya rusak air. Adapun sistem jaringan prasarana lingkungan yang
terdiri dari enam hal yaitu sistem pengelolaan persampahan, jaringan air minum,
jaringan sanitasi, pengelolaan limbah industri, jaringan drainase, dan jalur serta
ruang evakuasi bencana.
Pengembangan sistem prasarana ruang evakuasi bencana ini sesuai dengan
kondisi Kabupaten Banyuwangi yang memiliki risiko kebencanaan yang beragam.
Dalam hal ini diantaranya yaitu bencana banjir, gempa, tanah longsor, gelombang
pasang dan tsunami, kebakaran hutan, dan gunung meletus. Ruang evakuasi yang
telah dicanangkan diantaranya yaitu lapangan, stadion, taman publik, bangunan
kantor pemerintah, bangunan fasilitas sosial, dan bangunan fasilitas umum. Dalam
hal ini, langkah awal pemerintah yaitu dengan pembuatan peta jalur evakuasi
bencana Kabupaten Banyuwangi. Bencana yang rawan di Kabupaten Banyuwangi
salah satunya yaitu bencana Tsunami. Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten
Banyuwangi mengadakan diskusi publik, penyusunan peta jalur evakuasi bencana
tsunami, di aula Hotel Ikhtiar Surya (banyuwangikab.go.id, 2013).

C. Rencana Pola Ruang Wilayah


Rencana pola ruang Kabupaten Banyuwangi terdiri dari dual hal yaitu
kawasan lindung dan budidaya (RTRW Kabupaten Banyuwangi 2012-2032).
Kawasan lindung yang dimaksudkan yaitu terdiri dari kawasan hutan lindung;
kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya; kawasan
perlindungan setempat; kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;
kawasan rawan bencana alam; kawasan lindung geologi; dan kawasan lindung
konservasi sumberdaya perikanan dan kelautan. Selanjutnya kawasan budidaya
yang dimaksudkan meliputi kawasan peruntukan hutan produksi; kawasan
peruntukan hutan rakyat; kawasan peruntukan pertanian; kawasan peruntukan
perikanan; kawasan peruntukan pertambangan; kawasan peruntukan industri;
kawasan peruntukan pariwisata; kawasan peruntukan permukiman; kawasan
andalan; kawasan peruntukkan sektor informal; kawasan peruntukkan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil; dan kawasan peruntukkan kawasan pertahanan dan
keamanan.
Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2)
huruf a dengan luas 57.079 (lima puluh tujuh ribu tujuh puluh sembilan) hektar
meliputi: Kecamatan Wongsorejo; Kecamatan Kalipuro; Kecamatan Licin;
Kecamatan Songgon; Kecamatan Sempu; Kecamatan Glenmore; Kecamatan
Kalibaru; Kecamatan Pesanggaran; Kecamatan Siliragung; Kecamatan Bangorejo;
Kecamatan Purwoharjo; dan Kecamatan Tegaldlimo. Dalam hal ini juga terdapat
perencanaan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya seluas kurang lebih 150.653 hektar berupa kawasan resapan air yang
meliputi kawasan hutan lindung, taman nasional, cagar alam, hutan produksi, dan
perkebunan. Kecamatan yang termasuk dalam hal ini yaitu sebanyak 9 kecamatan
(RTRW Kabupaten Banyuwangi 2012-2032).
Perencanaan kawasan yang memberikan perlindungan setempat juga
direncanakan dimana meliputi sempadan pantai, sempadan sungai, sempadan
jaringan irigasi, kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan rawa, kawasan
sekitar mata air, dan kawasan ruang terbuka hijau perkotaan. Adapun sempadan
pantai yang dimaksudkan pada kawasan yang memiliki fungsi lindung atau
konservasi ditetapkan batas minimal 100 (seratus) meter dari titik pasang air laut
tertinggi. Namun juga di daerah budidaya dan kawasan khusus seperti kegiatan
usaha juga terdapat sempadan pantai ini.
Adapun perencanaan Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar
Budaya yang terdapat pada paragraf keempat pasal 11 yang mana hal tersebut
meliputi kawasan cagar alam, suaka alam laut, suaka alam darat, pantai
perhutanan bakau, taman nasional, dan taman wisata alam, serta kawasan cagar
budaya dan ilmu pengetahuan. Kawasan cagar alam yang dimaksudkan yaitu
Kawah Ijen Merapi Ungup-Ungup dan Cagar Aam Janggangan Rogojampi.
Selanjutnya untuk kawasan suaka alam laut yaitu pada Pulau Tabuhan dan Pulau
Merah. Untuk kawasan taman nasional dan taman wisata alam meliputi Taman
Nasional Alas Purwo, Taman Nasional Meru Betiri, dan Taman Nasional Wisata
Alam Kawah Ijen.
Perencanaan selanjutnya yaitu terdapat kawasan lindung geologi. Hal ini
meliputi kawasan cagar alam geologi, kawasan rawan bencana alam geologi,
kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah, dan kawasan abrasi.
Kawasan cagar alam geologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa
situs geologi Teluk Grajagan berada di Kecamatan Purwoharjo. Selanjutnya juga
disebutkan perencanaan Kawasan Lindung Konservasi Sumberdaya Perikanan
dan Kelautan, hal ini mengingat wilayah sepanjang pantai timur dan selatan
Kabupaten Banyuwangi dikelilingi oleh lautan. Terdapat pula Kawasan
peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (3) huruf
a, dengan luas 56.890 hektar. Adapun perencanaan Kawasan Peruntukan Hutan
Rakyat yang mana memiliki luas kurang lebih 18.375 hektar. Selanjutnya
kawasan peruntukan pertanian (pertanian tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, dan pertenakan), kawasan peruntukan perikanan, kawasan
peruntukan pertambangan (mineral logam, mineral bukan logam, batuan, dan
panas bumi), kawasan peruntukan industri (industri besar, kecil, dan menengah
serta sentra industri), kawasan peruntukan pariwisata (budaya, alam, dan buatan),
kawasan peruntukan pemukiman (perkotaan dan perdesaan), kawasan andalan
(perikanan dan pertanian), kawasan peruntukan sektor informal, kawsan pesisir
dan pulau-pulau kecil, kawasan pertanhanan dan keamanan.
Perencanaan kawasan tersebut juga disesuaikan dengan visi misi ataupun
tujuan RTRW Kabupaten Banyuwangi yang mana juga tertuang dalam kawasan
andalan kabupaten ini yang meliputi kawasan perikanan dan pertanian yang mana
juga tidak meninggalkan perhitungan pembangunan di bidang lainnya seperti
pariwisata dan lain sebagainya.

D. Penetapan Kawasan Strategis


Kawasan strategis Kabupaten Banyuwangi terdiri atas: kawasan strategis
kepentingan pertumbuhan ekonomi; kawasan strategis kepentingan sosial budaya;
kawasan strategis kepentingan pendayagunaan sumber daya alam; dan kawasan
strategis kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Adapun kawasan
strategis kepentingan pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
73 huruf a terdiri atas: PKLp; kawasan agropolitan; kawasan minapolitan;
kawasan industri; kawasan pelabuhan; kawasan bandar udara; dan kawasan
pariwisata.
Mencapai peningkatan ekonomi Kabupaten Banyuwangi, lebih lanjut telah
diupayakan oleh pemerintah dibeberapa bidang. Hal ini telah disebutkan
bahwasannya ekonomi di Kabupaten Banyuwangi semakin menunjukkan trend
positif, hal ini dikarenakan Kabupaten Banyuwangi melakukan banyak inovasi
dibidang ekonomi, terutama ekonomi kreatif. Peningkatan pertumbuhan ekonomi
ini, selain dampak dari banyaknya pelaku ekonomi kreatif juga pemerintah mulai
gencar melakukan inovasi dibidang pariwisata yang mengangkat kearifan lokal.
Pariwisata ini lah yang meningkatkan pendapatan penduduk di Kabupaten
Banyuwangi (Banyuwangikab.go.id., 2019). Peningkatan ini dapat dilihat dari
angka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi yang diukur dengan
perbandingan pertumbuhan ekonomi pada skla nasional dan provinsi. Menurut
Banyuwangikab.go.id (2019) menyebutkan angka Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten Banyuwangi melebihi Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan
Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur, pada tahun 2018 Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten Banyuwangi sebesar 5.84 lebih tinggi dari pada Pertumbuhan
Ekonomi Nasional yang hanya mencapai angka 5.17 dan Pertumbuhan Ekonomi
Jawa Timur sebesar 5.65.
Pencapaian pertumbuhan ekonomi ini salah satunya dari sektor pariwisata,
bahkan sektor ini menjadikan penggangguran di Banyuwangi menurun. Hal ini
dinyatakan oleh Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas semakin kuatnya
sektor pariwisata, berdampak pada pengangguran terbuka adalah salah satu
contohnya. Jumlah pengangguran terbuka turun 50 persen. Tingkat pengangguran
berada di angka 3,07 persen. Hal ini dikatakan menurun sangat baik, direntang
2010-an, angka pengangguran terbuka masih ada di angka 6 persen. Selain itu
kemiskinan ada di angka 8,64 persen, hal ini dibandingkan dengan 8 tahun lalu
20,09 persen (Prokabar.com, 2018).
Perencanaan kawasan strategis kepentingan sosial budaya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 73 huruf b meliputi: kawasan Taman Sritanjung, Taman
Blambangan, Pendopo Kabupaten, Masjid Agung Baiturrahman, komplek Makam
Bupati Banyuwangi Pertama sampai dengan Kelima, Bangunan Inggrisan, Kantor
Pos, Gedung Juang, Gedung Loji (SD Negeri Kepatihan), Markas Kodim 0825,
Rumah Dinas Kodim 0825, dan Rumah Dinas Polres Banyuwangi berada di
Kecamatan Banyuwangi; kawasan makam Datuk Ibrahim berada di Kecamatan
Banyuwangi; kawasan Desa Wisata Osing berada di Kecamatan Glagah; kawasan
situs Ompak Songo, situs Siti Hinggil, situs Gumuk Jadah, situs Gumuk Klinting,
situs Gumuk Putri berada di Kecamatan Muncar; kawasan situs Tawang Alun
berada di Kecamatan Kabat; dan kawasan situs Rowo Bayu berada di Kecamatan
Songgon.
Perencanaan kawasan strategis kepentingan pendayagunaan sumber daya
alam. Kawasan ini meliputi kawasan pertanian, perikanan, dan pertambangan.
Perencanaan ini disesuaikan dengan potensi ekonomi lokal masyarakat. Subsektor
Hortikultura dan Palawija banyak ditemui di Kecamatan Wongsorejo. Menurut
STATDA (2019) potensi ekonomi lokal yang berupa perikanan hanya ada di
Kecamatan Muncar. Dalam perkembangannya Kecamatan Muncar ini sudah
banyak berdiri industri pengolahan dengan produk utamanya yang berupa
pengalengan ikan dan pakan ternak. Selanjutnya sektor perkebunan yang ada di
Kecamatan Kalibaru dan Glenmore. Selanjutnya perencanaan kawasan strategis
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Dimana kawasan ini
meliputi kawasan hutan konservasi, hutan lindung, hutan produksi, dan
perkebunan.

E. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten


a. Kebijakan Strategis Operasionalisasi RTRW
Arahan Penataan ruang wilayah dalam arahan RTRW kabupaten
merupakan matra ruang kebijakan pembangunan sektoral yang disusun sinergis
dengan arahan Rencana Pembangunan Jangkan Panjang Daerah (RPJPD) dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Penataan ruang
dilaksanakan secara berkelanjutan dan sinergis antara aspek perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Untuk
mendukung perwujudan RTRW dan kinerja pembangunan daerah dilakukan
optimalisasi pemanfaatan pengelolaan aset-aset pemerintah dan daerah, serta
pencadangan lahan pada lokasi strategis. Arahan pemanfaatan ruang wilayah
Kabupaten merupakan indikasi program utama penataan ruang wilayah dalam
rangka : perwujudan rencana struktur ruang wilayah kabupaten; perwujudan
rencana pola ruang wilayah kabupaten; dan perwujudan kawasan strategis
kabupaten.
b. Program Prioritas dan Tahapan Pembangunan
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten meliputi: perwujudan
rencana struktur ruang wilayah kabupaten; perwujudan rencana pola ruang
wilayah kabupaten; dan perwujudan kawasan strategis kabupaten. Pelaksanaan
RTRW Kabupaten terbagi dalam 4 (empat) tahapan meliputi: Tahap I (Tahun
2011 - 2015); Tahap II (Tahun 2016 - 2020); Tahap III (Tahun 2021 - 2025); dan
Tahap IV (Tahun 2026 – 2031). Dalam setiap tahapan pemanfaatan ruang wilayah
dilaksanakan penyelenggarakan penataan ruang secara berkesinambungan terdiri
atas: aspek sosialisasi RTRW; aspek perencanaan rinci; aspek pemanfaatan ruang;
aspek pengawasan dan pengendalian; dan aspek evaluasi dan peninjauan kembali.
c. Perwujudan Pemanfaatan Ruang Wilayah
Perencanaa dalam Perwujudan Pemanfaatan Ruang Wilayah terdiri dari
beberapa hal yang mana meliputi Perwujudan Rencana Struktur Ruang Wilayah
(sistem pusat kegiatan dan jaringan prasarana wilayah). Perwujudan sistem pusat
kegiatan telah disebutkan sebagaimana sebelumnya yaitu dibagi menjadi wilayah
perkotaan dan perdesaan. Selanjutnya juga perwujudan prasarana wilayah
Kabupaten Banyuwangi.
d. Perwujudan Rencana Pola Ruang Wilayah
Perencanaan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Banyuwangi juga
dicanangkan dalam upaya perwujudannya sebagaimana perwujudan perencanaan
lainnya. Dimana perwujudan pola ruang ini dibagi menjadi dua hal yaitu kawasan
lindung dan budidaya.
e. Perwujudan Kawasan Strategis Kabupaten
Perwujudan kawasan strategis kabupaten sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 79 ayat (4) huruf c terdiri atas: perwujudan kawasan strategis sesuai
kepentingan pertumbuhan ekonomi; perwujudan kawasan strategis kepentingan
sosial budaya; perwujudan kawasan strategis kepentingan pendayagunaan sumber
daya alam; dan perwujudan kawasan strategis sesuai kepentingan fungsi dan daya
dukung lingkungan. Adapun perwujudan kawasan strategis sesuai kepentingan
pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
pengembangan kegiatan ekonomi skala besar; penyediaan sarana penunjang
agropolitan, minapolitan, industri, dan pariwisata; dan peningkatan sarana
prasarana kawasan bandara dan pelabuhan. Selanjutnya perwujudan kawasan
strategis kepentingan sosial budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terdiri atas: pengembangan kawasan wisata; dan penyediaan sarana prasarana
penunjang. Adapun selanjutnya perwujudan kawasan strategis kepentingan
pendayagunaan sumber daya alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
terdiri atas: pengembangan kawasan pertanian, perikanan dan pertambangan; dan
penyediaan sarana penunjang pengelolaan sumber daya alam. Selanjutnya
perwujudan kawasan strategis sesuai kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri atas:
pengembangan kawasan hutan produksi dan perkebunan; melarang alih fungsi
pada hutan konservasi dan kawasan hutan lindung; dan pemanfaatan kawasan
untuk pendidikan dan penelitian berbasis lingkungan hidup.

F. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah


Arahan pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui:
ketentuan umum peraturan zonasi; ketentuan perizinan; ketentuan pemberian
insentif dan disinsentif; dan arahan pengenaan sanksi. Ketentuan umum peraturan
zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 huruf a disusun sebagai arahan
dalam penyusunan peraturan zonasi. Peraturan zonasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disusun sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang dan
disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zonasi pemanfaatan
ruang. Ketentuan umum peraturan zonasi terdiri atas: ketentuan umum peraturan
zonasi struktur ruang; ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang; dan
ketentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis. Ketentuan umum peraturan
zonasi struktur ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a terdiri atas:
ketentuan umum peraturan zonasi sistem pusat kegiatan; dan ketentuan umum
peraturan zonasi sistem jaringan prasarana wilayah. Ketentuan umum peraturan
zonasi pola ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b terdiri atas:
ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung; dan ketentuan umum
peraturan zonasi kawasan budidaya.

G. Hak, Kewajiban, dan Peran serta Masyarakat dalam Penataan Ruang


Hak masyarakat dalam hal ini diantaranya yaitu dalam kegiatan
mewujudkan pemanfaatan ruang wilayah meliputi berhak mengetahui rencana tata
ruang, menikmati pertambahan nilai ruang yang telah dibangun, memperoleh
penggantian yang layak atas kerugian, mengajukan keberatan kepada pejabat jika
tidak sesuai dengan rencana tat ruang, menuntut, dan menggugat ganti rugi
kerugian. Selanjutnya masyarakat memiliki kewajiban sebagai berikut: dalam
menjalankan kewajiban ini masyarakat yang dimaksud yaitu baik stakeholder baik
pemerintah maupun masyarakat yaitu menaati rencana tata ruang, memanfaatkan
ruang sesuai izinnya, mematuhi ketentuan yang ditetapkan, dan memberikan akses
kawasan dengan peraturan perundangan yang ditetapkan. Peran serta masyarakat
dalam hal ini meliputi pelibatan masyarakat dalam penataan ruang bertujuan agar
masyarakat ikut memahami, berpatisipasi aktif (dalam penyusunan rencana tata
ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang) dan
bertanggung jawab untuk meningkatkan kualitas ruang.
Adanya hak, kewajiban, dan peran ini secara langsung pemerintah telah
mengupayakan terdapatnya ikut campur tangan masyarakat dalam tahap awal
perencanaan sampai tahap pembangunan suatu perencanaan yang dibuat oleh
pemerintah. Dengan keikutsertaan demikian maka pembangunan akan dapat
berjalanan sesuai yang diinginkan oleh pembuat kebijakan dan masyarakat
sebagai subjek yang merasakan adanya pembangunan.

DAFTAR RUJUKAN
Banyuwangikab.go.id. 2013. Rawan Bencana Tsunami, Susun Peta Jalur
Evakuasi, (Online), (https://www.banyuwangikab.go.id/berita-
daerah/rawan-bencana-tsunami-susun-peta-jalur-evakuasi.html) diakses
pada 24 November 2019.
Banyuwangikab.go.id. 2019. Profil Ekonomi Kabupaten Banyuwangi, (Online),
(https://www.banyuwangikab.go.id/profil/ekonomi.html) diakses pada 24
November 2019.
Bisnis.com. 2017. Blimbingsari Banyuwangi Ingin Jadi Bandara Internasional,
(Online),
(https://ekonomi.bisnis.com/read/20170910/98/688622/blimbingsari-
banyuwangi-ingin-jadi-bandara-internasional) diakses pada 24 November
2019.
GoodNewsfromIndonesia.id. 2016. Pusat Energi Angin di Ujung Timur Jawa,
(Online), (https://www.goodnewsfromindonesia.id/2016/06/08/pusat-
energi-angin-di-ujung-timur-jawa) diakses pada 24 November 2019.
Merdeka.com. 2017. Jadi penyangga kota, 3 Kecamatan di Banyuwangi diminta
Jaga Tata Ruang Desa, (Online), (https://banyuwangi.merdeka.com/info-
banyuwangi/jadi-penyangga-kota-3-kecamatan-di-banyuwangi-diminta-
jaga-tata-ruang-desa-171123b.html) diakses pada 24 November 2019.
KBR.id. 2014. Banyuwangi Kembangkan BBM Alternatif dari Sampah Plastik,
(Online), (https://kbr.id/nusantara/06-
2014/banyuwangi_kembangkan_bbm_alternatif_dari_sampah_plastik/57
760.html) diakses pada 24 November 2019.
Prokabar.com. 2018. Perekonomian Banyuwangi Melesat, Ternyata Ini
Penyebabnya, (Online), (https://prokabar.com/perekonomian-
banyuwangi-melesat-ternyata-ini-penyebabnya/) diakses pada 24
November 2019.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012 –
2032.
STATDA, 2019. Statistika Daerah (STATDA) Kabupaten Banyuwangi 2019.
Badan Pusat Statistika Kabupaten Banyuwangi.
Tempo.co. 2010. Pemerintah Banyuwangi Tata Kawasan Sekitar Proyek Jalan
Tol, (Online), (https://nasional.tempo.co/read/237341/pemerintah-
banyuwangi-tata-kawasan-sekitar-proyek-jalan-tol/full&view=ok)
diakses pada 23 November 2019.

Anda mungkin juga menyukai