ABSTRAK
Kesenjangan infrastruktur antar daerah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan disparitas ekonomi
antar daerah. penelitian ini bertujuan untuk mengkaji Pembangunan Infrastruktur Terhadap Pembangunan
Ekonomi Masyarakat Pesisir Sumatera Utara. Kajian ini memanfaakan pendekatan penelitian kualitatif
deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui studi literature. Hasil kajian menunjukkan bahwa di
Sumatera Utara, banyak infrastruktur yang telah dibangun oleh pemerintah yang pada gilirannya telah
membawa banyak manfaat yaitu meningkatnya produktivitas dan daya saing dalam bidang ketahanan
pangan nasional dan pariwisata. Tentunya infrastruktur yang memadai di wilayah pesisir juga berdampak
pada produktivitas ekonomi masyarakat sekitar yang juga mengalami peningkatan.
Kata kunci: Pembangunan, Infrastruktur, Masyarakat Pesisir, Sumatera Utara
ABSTRACT
The disparity in infrastructure among regions is regarded as one of the factors causing economic
disparities between regions. This research aims to analyse the impact of infrastructure development on the
economic development of North Sumatra's coastal communities. This study employs a descriptive
qualitative research design. The data is gathered through a literature review. According to the study's
findings, the government has constructed a significant amount of infrastructure in North Sumatra, which
has resulted in numerous benefits, including increased productivity and competitiveness in the fields of
national food security and tourism. Of course, adequate infrastructure in coastal areas affected the
surrounding community's economic productivity, which has also increased.
Keywords: Development, Infrastructure, Coastal Communities, North Sumatra
merupakan faktor penting untuk keberhasilan pemerintahan dalam pemasokan air, listrik,
perhatian yang serius agar kawasan pesisir pembuangan limbah, transportasi dan layanan
tidak rusak, seperti yang disebabkan oleh serupa untuk memfasilitasi tujuan sosial dan
pembukaan lahan intensif untuk budidaya ekonomi. Dengan demikian infrastruktur
udang di tambak dengan mengosongkan hutan adalah konsep fisik yang diperlukan guna
bakau, seperti di pantai utara Jawa. (Ekosafitri mencukupi kebutuhan primer masyarakat di
et al., 2017). bidang sosial dan ekonomi. Secara umum,
Panjang jalan di Sumatera Utara pada infrastruktur dapat dikatakan meliputi fasilitas
tahun 2019 mencapai 40.256,31 km. umum yang dibangun oleh pemerintah pusat
Berdasarkan kewenangan pemeliharaan jalan dan daerah sebagai pelayan masyarakat dalam
dibagi menjadi 4.444 jalan nasional sepanjang mengatasi pengaruh mekanisme pasar yang
2.632,22 km, jalan provinsi 3.005,65 km dan tidak berfungsi serta untuk mendukung dan
jalan kabupaten/kota 34.618,44 km. (BPS mendorong kegiatan ekonomi dan sosial
Provinsi Sumatera, 2020) Kondisi jalan di masyarakat. sebuah komunitas.
Sumatera Utara masih perlu mendapat Sementara itu, (Ekosafitri et al., 2017)
perhatian dari pemerintah. Khusus untuk jalan dalam arikelnya yang bertemakan
Provinsi, kondisi rusak, rusak berat dan tidak “Pengembangan Wilayah Pesisir Pantai Utara
terperinci ada sepanjang 530,25 km atau 17,64 Jawa Tengah Berdasarkan Infrastruktur
persen dari total panjang jalan Provinsi di Daerah: Studi Kasus Kabupaten Jepara”,
Sumatera Utara. menunjukkan hasil Rencana pengembangan
Dalam rangka membangun infrastruktur wilayah pesisir dilaksanakan dengan
di wilayah pesisir, pemerintah perlu menetapkan prioritas wilayah dan
menyusun strategi adaptasi untuk menghadapi menumbuhkembangkan wilayah potensial
kenaikan muka air laut (sea level rise/SLR). sesuai dengan potensi sumber daya yang
Menurut (Woodruff et al., 2018) strategi dimiliki daerah, seperti tercukupinya
adaptasi dapat dilakukan melalui langkah- kebutuhan sarana dan prasarana wilayah.
langkah adaptasi (misalnya, beach Rencana pembangunan pesisir harus
nourishment). Artinya bahwa perlu proses melibatkan pemangku kepentingan dan
menambahkan sedimen ke pantai atau daerah mempertimbangkan masalah lingkungan
dekat pantai. Pantai yang lebih luas dan lebih pesisir dan penipisan sumber daya alam untuk
tinggi dapat melindungi struktur pantai dari memprioritaskan pembangunan pesisir
badai, menciptakan habitat baru, dan sebagai dasar arah pembangunan.
meningkatkan peluang rekreasi. Begitu juga di Sumatera Utara, banyak
infrastruktur yang telah didirikan oleh
Pembangunan Infrastruktur dalam Kementerian Pekerjaan Umum dan Pekerjaan
Meningkatkan Ekonomi bagi para Umum (PUPR) di wilayah Sumatera Utara.
Masyarakat Pesisir Percepatan perluasan infrastruktur terus
Dalam riset yang dilakukan oleh (Latuni, digalakkan sebagai bagian program prioritas
2019) Infrastruktur merupakan fasilitas riil pemerintah untuk mendorong produktivitas
yang mendapatkan perhatian untuk dan persaingan ekonomi negara. Misalnya,
dikembangkan atau dibutuhkan oleh instansi food estate di Kabupaten Humbang
pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi Hasundutan (Humbahas) sedang
dikembangkan untuk menambah kekuatan PUPR juga telah menetapkan Desa Uros Futa
ketahanan pangan nasional. Terdapat 3 tempat Raja di Desa Lumbang Shishhi Truan Provinsi
penyimpanan pangan dengan luas total 785 Samosir. Di Desa Huta Raja, terdapat sekitar
hektar. Yakni, desa Hutajulu dengan luas 50 alat tenun ulos yang masih menggunakan
120,5 hektar, desa Ria ria dengan luas 411,5 alat tenun tradisional Gedogan (alat tenun
hektar, dan desa Parsingguran dengan luas lembaran). Selain menjadi sentra tenun Ulos,
253 hektar. Dalam rangka pemberian bantuan, juga terdapat rumpun tradisional Batak
perluasan infrastruktur akan senantiasa samosir dan Gorga. (PUPR, 2021).
dibiayai, berawal dari pembangunan jaringan Terkait dengan peningkatan ekonomi
pipa irigasi seluas 1.000 hektar sampai akses masyarakat pesisir, mengacu pada penelitian
jalan menuju area lumbung pangan. (Bahfein, yang dilakukan oleh (AS, 2019) bahwa
2021) permasalahan utama pengembangan coastal
community adalah Kemiskinan, kesenjangan
sosial, dan tekanan ekonomi adalah konstan.
Selain itu, mereka masih memiliki akses
terbatas pada teknologi dan modal pasar, yang
berdampak pada dinamika perusahaan
mereka. Tidak berhenti sampai di situ, dengan
melemahnya informasi untuk meningkatkan
fungsi kelembagaan dan kualitas sumber daya
manusia yang buruk akibat terbatasnya akses
pendidikan kesehatan dan pelayanan publik.
Gambar 1. Food estate di Kabupaten Kemudian terjadi degradasi sumber daya
Humbang Hasundutan lingkungan di wilayah pesisir dan pulau-pulau
Sumber: (Kemenkomarves, 2021) kecil, serta lemahnya kebijakan kelautan
sebagai salah satu prinsip utama
Di bidang pariwisata, Kementerian PUPR pembangunan nasional. (AS, 2019)
terus melengkapi infrastruktur pendukung Selanjutnya, pembangunan infrastruktur
Destinasi Wisata Super Prioritas (DPSP) menurut kajian (Bakri & Prihartanto, 2020)
Danau Toba. Untuk mendukung koneksi diumpamakan sebagai input yang mampu
dengan DPSP Danau Toba, Kementerian mempengaruhi output agregat dan dapat
PUPR telah menyelesaikan pembangunan menjadi sumber peningkatan batas kemajuan
Jembatan Aek Ponggol yang dijadwalkan teknologi. Hal ini dkarenakan munculnya
selesai pada 2022. Saat ini jembatan alternatif eksternalitas dalam pembangunan
Tano pongol memiliki panjang 294 meter dan infrastruktur. Eksternalitas infrastruktur
memiliki akses darat menuju Pulau Samosir di berdampak pada kegiatan produksi karena
tengah Danau Toba. Kementerian PUPR juga memberikan aksesibilitas, kenyamanan, dan
telah memperluas Terusan Tanopongol di kemungkinan kegiatan produksi yang lebih
Danau Toba. Perluasan terusan ini efektif. Ini disebut sebagai eksternalitas
dimaksudkan untuk memberi kesempatan positif. Akibatnya, kesulitan eksternalitas
wisatawan menjelajahi Pulau Samosir dengan positif yang dimasukkan ke dalam fungsi
kapal pesiar besar. Selain itu, Kementerian produksi melalui infrastruktur menjadi lebih
Ekosafitri, K. H., Rustiadi, E., & Yulianda, F. Ramadhani, R., & Setiawan, M. A. (2019).
(2017). Pengembangan Wilayah Pesisir Pengaruh Regulasi, Politik Anggaran,
Pantai Utara Jawa Tengah Berdasarkan Perencanaan Anggaran, Sumber Daya
Infrastruktur Daerah: Studi Kasus Manusia Dan Pengadaan Barang/ Jasa
Kabupaten Jepara. Journal of Regional Terhadap Penyerapan Anggaran Belanja
and Rural Development Planning, 1(2), Pada OPD Provinsi Sumatera Barat.
145. Jurnal Eksplorasi Akuntansi, 1(2), 710–
https://doi.org/10.29244/jp2wd.2017.1.2. 726.
145-157 https://doi.org/10.24036/jea.v1i2.104
Haigh, R., Amaratunga, D., & Hemachandra, Sukwika, T. (2018). Peran Pembangunan
K. (2018). A capacity analysis framework Infrastruktur terhadap Ketimpangan
for multi-hazard early warning in coastal Ekonomi Antarwilayah di Indonesia.
communities. Procedia Engineering, Jurnal Wilayah Dan Lingkungan, 6(2),
212(2017), 1139–1146. 115.
https://doi.org/10.1016/j.proeng.2018.01. https://doi.org/10.14710/jwl.6.2.115-130
147 Woodruff, S., BenDor, T. K., & Strong, A. L.
Kemenkomarves. (2021). Panen Perdana di (2018). Fighting the inevitable:
Food Estate Humbang Hasundutan, infrastructure investment and coastal
Menko Luhut: Hasilnya Sangat Baik. community adaptation to sea level rise.
Kementerian Koordinator Bidang System Dynamics Review, 34(1–2), 48–
Kemaritiman Dan Investasi. 77. https://doi.org/10.1002/sdr.1597
https://maritim.go.id/panen-perdana-
food-estate-humbang-hasundutan-
menko-luhut/
Latuni, F. (2019). Development of Road and
Bridge Infrastructure to Enhance
Economic Growth in the Coastal
Communities of Tuminting District in
Manado City. International Journal of
Multicultural and Multireligious
Understanding, 6(5), 780.
https://doi.org/10.18415/ijmmu.v6i5.114
3
PUPR. (2021). Kementerian PUPR Bangun
Sejumlah Infrastruktur Pendukung
Produktivitas Perekonomian di Sumatera
Utara. Kementerian PUPR.
https://pu.go.id/berita/kementerian-pupr-
bangun-sejumlah-infrastruktur-
pendukung-produktivitas-perekonomian-
di-sumatera-utara