Anda di halaman 1dari 23

Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Terhadap Investasi

pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau

Oleh

Rezah Kurniandra, Gracia Gloria Bennef, Anas Suryo Pidekso, 


dan Erlyger Romeo Nabel Pasaribu
Fakultas Ekonomi dan Bisnis “UPN” Veteran Jakarta

ABSTRAK

Infrastruktur adalah salah satu faktor penunjang utama dalam proses pembangunan di
suatu daerah. Infrastruktur memiliki peran penting dalam pertumbuhan investasi karena
keberadaannya sangat mempengaruhi kelancaran dalam mendistribusikan barang kepada
konsumen.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh antara
pembangunan infrastruktur jalan, infrastruktur listrik, dan infrastruktur air terhadap pertumbuhan
investasi di Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang bersumber dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS) khususnya data
tahun 2017 sampai dengan tahun 2019. Data yang diteliti meliputi data panjang jalan, pelanggan
energi listrik, rumah tangga yang memiliki akses sumber air layak minum, dan realisasi investasi
yang terdiri dari PMDN dan PMA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan metode analisis regresi linier berganda. Uji hipotesis menggunakan uji
signifikan parsial (Uji-t), uji signifikan simultan (Uji-F) dengan taraf signifikan 5%, dan
koefisien determinasi (R²).
Hasil analisis data dengan metode analisis linier berganda menunjukkan bahwa variabel
infrastruktur listrik (X2) secara parsial mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap investasi di wilayah Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau. Variabel infrastruktur jalan
(X1) mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap investasi di wilayah Kabupaten
dan Kota di Provinsi Riau. Sedangkan variabel infrastruktur air (X3) memiliki pengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap investasi di wilayah Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau.

Kata kunci: infrastruktur jalan, infrastruktur listrik, infrastruktur air, investasi

[Type here]
ABSTRACT

Infrastructure is one of the main supporting factors in the development process in an


area. Infrastructure has an important role in investment growth because its existence greatly
affects the smooth distribution of goods to consumers.
This study aims to analyze whether there is an influence between the development of road
infrastructure, electricity infrastructure, and water infrastructure on investment growth in
districts and cities in Riau Province. The data used in this study is secondary data sourced from
reports from the Badan Pusat Statistik (BPS), especially data from 2017 to 2019. The data
studied include data on road length, electricity customers, households that have access to
drinking water sources, and investment realization consisting of PMDN and PMA. The method
used in this research is a descriptive method with multiple linear regression analysis methods.
Hypothesis testing using a partial significant test (t-test), simultaneous significant test (F-Test)
with a significant level of 5%, and the coefficient of determination (R²).
The results of data analysis using the multiple linear analysis method show that the
electrical infrastructure variable (X2) partially has a positive and insignificant effect on
investment in districts and cities in Riau Province. The road infrastructure variable (X1) has a
negative and insignificant effect on investment in the Regency and City areas in Riau Province.
While the water infrastructure variable (X3) has a negative and insignificant effect on
investment in the Regency and City areas in Riau Province.

Keywords: road infrastructure, electricity infrastructure, water infrastructure, investment

[Type here]
PENDAHULUAN

Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan menciptakan keadilan


pada semua lapisan masyarakat. Untuk itu, pembangunan memerlukan pendekatan yang tepat
untuk menghasilkan pertumbuhan yang berkeadilan. Infrastruktur memainkan peran penting
dalam meningkatkan investasi dan pemerataan hasil pembangunan. Kajian teori ekonomi
pembangunan menjelaskan bahwa menciptakan dan meningkatkan kegiatan ekonomi Diperlukan
infrastruktur yang memadai. Infrastruktur merupakan salah satu penunjang utama dalam
pembangunan suatu daerah.
Tujuan utama pembangunan ekonomi adalah untuk menciptakan tingkat pertumbuhan
ekonomi tertinggi, diikuti oleh pengentasan kemiskinan, pengendalian ketimpangan pendapatan,
penciptaan lapangan kerja, pendidikan yang lebih baik, peningkatan kesehatan dan kualitas gizi,
perbaikan kondisi lingkungan, pemerataan kesempatan, dan penyegaran kehidupan kebudayaan
(Amalia, 2007)
Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting untuk mempercepat
proses pembangunan nasional dan daerah. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai
salah satu penggerak pertumbuhan ekonomi. Kecepatan pertumbuhan ekonomi dan investasi di
suatu negara atau wilayah tidak lepas dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi,
telekomunikasi, kesehatan dan energi. Posumah (2015) mengungkapkan bahwa penanaman
modal asing yang masuk ke suatu daerah akan sangat mempengaruhi pendapatan nasional,
karena akan menciptakan lapangan kerja dan menyerap tenaga kerja khususnya tenaga kerja
lokal. Hal inilah yang menjadikan pembangunan infrastruktur sebagai landasan pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan. Peningkatan infrastruktur dan perbaikan pemerintah diharapkan
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi (Suratno, 2010).
Investasi merupakan faktor penting yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Permintaan
investasi suatu negara atau daerah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu
pertimbangan penting adalah faktor infrastruktur yang mempengaruhi kelancaran distribusi
barang ke konsumen. Pekerja lebih produktif jika mereka memiliki alat untuk bekerja. Seperti
halnya infrastruktur yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa disebut sebagai modal
fisik (Mankiw, 2004: 57) untuk menghasilkan percepatan pertumbuhan ekonomi. Todaro (2000:
143) menjelaskan bahwa tingkat ketersediaan infrastruktur suatu negara merupakan penentu
penting dari laju pembangunan dan ekspansi ekonomi. Hal ini juga didukung oleh penelitian
Permana dan Alla (2010:16) yang menunjukkan bahwa variabel infrastruktur, termasuk panjang
jalan beraspal berpengaruh terhadap investasi. Dengan baiknya infrastruktur, yang dilihat dari
panjang jalan yang dalam keadaan baik, maka proses produksi sampai distribusi kepada
konsumen akan lebih singkat sehingga kegiatannya menjadi efisien.
Salah satu provinsi yang melaksanakan otonomi daerah adalah Provinsi Riau. Riau
adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tengah pantai timur pulau Sumatera.
Wilayah pesisirnya berbatasan dengan Selat Malaka. Provinsi Riau terdiri dari daerah daratan
dan perairan, dengan luas lebih kurang 8.915.016 Ha (89.150 Km2), Keberadaannya
[Type here]
membentang dari lereng Bukit Barisan sampai dengan Selat Malaka terletak antara 01° 05' 00”
Lintang Selatan - 02° 25' 00” Lintang Utara atau antara 100° 00' 00” - 105° 05' 00” Bujur Timur.
Hingga saat ini Riau memiliki 12 kota dan kabupaten, yaitu Kota Pekanbaru (ibu kota provinsi),
Kabupaten Kampar, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Pelalawan,
Kabupaten Siak, Kota Dumai, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Kuantan Singingi, Kabupaten
Indragiri Hulu, Kabupaten Indragiri Hilir, dan Kabupaten Kepulauan Meranti. Riau memiliki
berbagai potensi sumber daya, namun potensi ini belum berbanding lurus dengan kesejahteraan
rakyat. Hal ini bisa dilihat dari jumlah penduduk miskin di Riau pada tahun 2019 sebesar 480,72
ribu orang. Angka ini jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Riau, maka jumlah penduduk
miskin mencapai 7,08 persen (data Badan Pusat Statistik Riau). Jika dilihat dari pertumbuhan
ekonomi, Riau termasuk provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi tinggi di wilayah
regional Sumatera. Provinsi Riau memiliki pertumbuhan ekonomi tinggi di wilayah regional
Sumatera dengan kontribusi sebesar 22,08 %. Perekonomian Riau triwulan I-2020 tumbuh
sebesar 2,24%, melambat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,89 %.
Perekonomian Riau triwulan I-2020 yang diukur berdasarkan produk domestik regional bruto
(PDRB) atas harga konstan mencapai Rp 190,96 triliun dan atas dasar harga konstan 2020
mencapai 123,09 triliun. Ekonomi Riau triwulan I-2020 tumbuh sebesar 2,24 persen ( y-on-y).
Adapun permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang diduga memiliki pengaruh terhadap
pertumbuhan nilai investasi baik PMDN ataupun PMA di setiap Kabupaten dan Kota di Provinsi
Riau. Maka berdasarkan data dan uraian yang telah dipaparkan di atas peneliti ingin melakukan
penelitian dengan judul "Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Terhadap PMA dan PMDN
di Kabupaten dan Kota Provinsi Riau".

LANDASAN TEORI

Teori Infrastruktur
Menurut Setyaningrum (1997), infrastruktur adalah biaya sosial tetap yang secara
langsung mendukung produksi. Definisi lain dari infrastruktur mengacu pada fasilitas fisik,
termasuk kerangka organisasi, pengetahuan, dan teknologi yang penting untuk organisasi
masyarakat dan pembangunan ekonomi. Familioni (2004) menjelaskan bahwa infrastruktur 
dibedakan menjadi infrastruktur ekonomi dan infrastruktur sosial. Infrastruktur ekonomi di
antaranya utilitas publik seperti listrik, telekomunikasi, suplai air bersih, sanitasi, dan saluran
pembuangan dan gas. Termasuk pekerjaan umum seperti jalan kereta api, angkutan kota, dan
bandara. Sedangkan infrastruktur sosial dibedakan menjadi infrastruktur pendidikan dan 
kesehatan. Infrastruktur merupakan infrastruktur yang sangat strategis karena pergerakan
manusia menghubungkan satu wilayah dengan wilayah lainnya dan berperan penting dalam
memperlancar distribusi barang dan faktor produksi antar wilayah untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, yang pada gilirannya akan mempercepat peningkatan dalam kegiatan ekonomi.
Peran infrastruktur penting dan menjadi variabel dalam penelitian ini, antara lain jalan, air dan

[Type here]
listrik. Mengingat ketiga jenis infrastruktur tersebut berperan vital sebagai modal dalam
menjalankan perekonomian suatu negara untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Ketiga jenis infrastruktur tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

Infrastruktur Jalan
Sebagai salah satu infrastruktur transportasi, infrastruktur jalan berperan penting dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi karena ketersediaan jalan akan meminimalkan modal
pelengkap sehingga proses produksi dan distribusi menjadi lebih efisien. Infrastruktur jalan yang
lemah dan rusak menghambat alokasi sumber daya, pengembangan industri, distribusi faktor-
faktor produksi, barang dan jasa, dan mempengaruhi pendapatan. Dalam pembangunan pertanian
dan perekonomian pedesaan, kelancaran arus faktor produksi dan pemasaran hasil produksi
memerlukan jalan.

Infrastruktur Air
Air merupakan kebutuhan yang diperlukan dalam kehidupan manusia sehingga pengadaan
sumber daya ini termasuk dalam prioritas pembangunan. Penggunaan air terbesar berdasarkan
sektor kegiatan dapat dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu kebutuhan domestik, irigasi pertanian,
dan industri (Krismanti;2009).

Infrastruktur Listrik
Dengan semakin majunya suatu wilayah, kebutuhan akan listrik menjadi tuntutan primer yang
harus dipenuhi, tidak hanya untuk rumah tangga namun juga untuk kegiatan ekonomi terutama
industri. Dalam kehidupan masyarakat yang semakin modern, semakin banyak peralatan rumah 
tangga, peralatan kantor serta aktivitas-aktivitas masyarakat yang mengandalkan sumber energi
dari listrik (Krismanti;2009).

Teori Investasi
Menurut Mankiw (2000), investasi terdiri dari barang-barang yang dibeli untuk penggunaan
masa depan. Investasi juga dibagi menjadi tiga sub kelompok yaitu investasi tetap bisnis,
investasi tetap rumah tangga, dan investasi persediaan.

Penanaman Modal Dalam Negeri


Penanaman Modal Dalam Negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di
wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan
menggunakan modal dalam negeri.
Penanam modal Dalam Negeri dapat dilakukan oleh perseorangan WNI, badan usaha Negeri,
dan/atau pemerintah Negeri yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik
Indonesia.

Penanaman Modal Asing


[Type here]
Penanaman Modal Asing (PMA) merupakan aliran arus modal yang berasal dari luar negeri yang
mengalir ke sektor swasta baik yang melalui investasi langsung (direct investment) maupun
investasi tidak langsung berbentuk portofolio. Investasi langsung (direct investment) merupakan
investasi yang melibatkan pihak investor secara langsung dalam operasional usaha 
yang dilaksanakan, sehingga dinamika usaha yang menyangkut kebijakan perusahaan yang
ditetapkan, tujuan yang hendak dicapai, tidak lepas dari pihak yang berkepentingan (investor
asing). Sedangkan, investasi tidak langsung (portofolio) merupakan investasi keuangan yang 
dilakukan di luar negeri. (Ambarsari,Didit,Indah : 2005).

METODE PENELITIAN
Penelitian yang berjudul Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Terhadap PMA dan
PMDN di Kabupaten dan Kota Provinsi Riau ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Mudrajat
Kuncoro (2009) menyatakan bahwa penelitian deskriptif meliputi kumpulan-kumpulan data yang
diuji secara hipotesis. Pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan cara pengumpulan data
sekunder, yang di mana kami menganalisis data yang sudah ada tanpa melakukan sejumlah
kegiatan berupa wawancara, observasi, survei, maupun teknik pengumpulan data lainnya. Data
yang diperoleh tersebut selanjutnya kami olah dan dianalisis secara kuantitatif. 
Adapun untuk definisi operasional dan pengukuran variabel yang diambil, dijabarkan
sebagai berikut:
1. Infrastruktur Jalan (X1) merupakan panjang jalan suatu Negara, Provinsi, dan Kabupaten
yang ada pada wilayah kabupaten Riau. Variabel ini mengindikasikan telah terjadinya suatu
pembangunan infrastruktur atas setiap pertambahan panjang jalan dalam wilayah yang
bersangkutan dan biasanya diukur dalam satuan kilometer (km).
2. Infrastruktur Listrik (X2) merupakan sejumlah perkembangan atas jumlah pelanggan yang
telah menggunakan energi listrik menurut jenis pelanggan pada kabupaten Riau yang
mengindikasikan peningkatan pembangunan energi listrik per tahunnya dari setiap
pertambahan pelanggan yang ada pada wilayah kabupaten Riau yang biasanya diukur dalam
satuan pelanggan.
3. Infrastruktur Air (X3) merupakan sejumlah air bersih yang telah disalurkan sesuai jenis
konsumen di wilayah kabupaten Riau yang mengindikasikan peningkatan pembangunan
infrastruktur air bersih yang telah disalurkan pada wilayah kabupaten Riau, biasanya diukur
dalam satuan pelanggan.
4. Investasi (Y) merupakan sejumlah nilai atas realisasi PMDN (Penanaman Modal Dalam
Negeri) dan PMA (Penanaman Modal Asing) yang telah ada pada wilayah kabupaten Riau.
Biasanya variabel investasi ini diukur dalam satuan Rupiah maupun USD.
Untuk teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini, kami mengambil analisis
regresi. Analisis regresi merupakan salah satu metode yang keberadaannya sudah popular dalam
rangka mencari hubungan antar 2 variabel atau lebih. Analisis regresi juga didefinisikan sebagai
kajian terhadap hubungan satu variabel yang dijelaskan dengan satu atau dua variabel yang
menerangkan. Untuk variabel pertama, biasanya disebut dengan variabel terikat atau yang lebih

[Type here]
dikenal sebagai variabel dependen, sedangkan variabel berikutnya disebut sebagai variabel bebas
atau yang lebih dikenal sebagai variabel independen. Jika variabel bebas ada lebih dari satu,
maka analisis regresi kemudian disebut dengan regresi linear berganda, hal ini disebabkan karena
adanya pengaruh variabel bebas akan dikenakan kepada variabel terikat. Adapun fungsi
persamaan yang akan diamati dalam penelitian kami adalah:
Y = α + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β3 X 3 + e
Di mana:
α = konstanta
β1, β2 , β3 = koefisien regresi variabel bebas
X1 = infrastruktur jalan
X2 = infrastruktur listrik
X3 = infrastruktur air
Y = investasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

Penelitian ini membahas mengenai analisis data yang kita peroleh dari data sekunder. Data pada
penelitian ini diperoleh dari BPS pada tahun 2017 - 2019.  Provinsi Riau adalah sebuah provinsi
yang ada di Indonesia yang berada pada bagian tengah pulau Sumatera. Posisi Provinsi Riau ini
berbatasan dengan Selat Malaka. Dengan posisinya yang seperti ini, Provinsi Riau memiliki
sumber daya alam dan tenaga kerja yang menjadi unggulan. Belum lagi infrastruktur yang
Provinsi Riau miliki seperti infrastruktur jalan, infrastruktur listrik, dan Infrastruktur air sehingga
dapat menarik investor untuk mengembangkan usahanya di daerah ini. 

4.2 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian 


4.2.1 Infrastruktur Jalan (X1)

Jalan merupakan salah satu sarana yang sangat berpengaruh dalam kelancaran kegiatan
perekonomian. Hal ini dikarenakan jalan sangat membantu dalam mobilitas penduduk dan lalu
lintas barang antara satu tempat ke tempat lain. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang
Jalan, maka sesuai dengan kewenangan, maka jalan dikelompokkan menjadi 5 (Kulonprogo,
n.d.), yaitu Jalan Nasional, Jalan Provinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kota, dan Jalan Desa.

Jalan Nasional sendiri terdiri dari Jalan Arteri Primer, Jalan Kolektor Primer, Jalan Tol,
dan Jalan Strategis Nasional. Lalu Jalan Provinsi yang terdiri dari Jalan Kolektor Primer yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten atau antar kota. Selanjutnya Jalan
Kabupaten terdiri dari Jalan Lokal Primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan

[Type here]
ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan desa, antar ibukota kecamatan ibukota kecamatan
dengan desa, dan antar desa. Jalan kota sendiri adalah jalan umum  pada jaringan jalan sekunder
di dalam kota. Yang terakhir Jalan desa adalah jalan lingkungan primer dan jalan lokal primer
yang tidak termasuk jalan kabupaten di dalam kawasan pedesaan, dan merupakan jalan umum
yang menghubungkan kawasan atau antar permukiman di dalam desa.

Infrastruktur jalan merupakan salah satu prasarana transportasi darat yang sangat
berpengaruh dalam mendukung kegiatan ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan.
Panjang Jalan Provinsi pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau tahun 2019 1.187,00 km.
Berikut data Panjang Jalan Provinsi pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau pada tahun 2017-
2019: 

Tabel
Panjang Jalan Provinsi pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau Tahun 2017-2019 (km)

Kabupaten/Kota Panjang Jalan Provinsi (km)

2017 2018 2019

Kuantan Singingi 189.70 189.70 189,70

Indragiri Hulu 339.38 339.38 339,38

Indragiri Hilir 280.15 280.15 280,15

Pelalawan 233.59 233.59 233,59

Siak 155.00 155.00 155,00

Kampar 398.96 398.96 398,96

Rokan Hulu 503.58 503.58 503,58

Bengkalis 82.60 82.60 82,60

[Type here]
Rokan Hilir 217.98 217.98 217,98

Kepulauan 131,24
Meranti 131.24 131.24

Pekanbaru 127.51 127.51 127,51

Dumai 140.12 140.12 140,12

RIAU 1187.00 1187.00 1 187,00

Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa selama 3 tahun, mulai dari tahun 2017-
2019 Panjang Jalan Provinsi pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau tidak memiliki
perkembangan atau peningkatan panjang jalan. Prasarana infrastruktur jalan sangat berpengaruh
pada peningkatan kegiatan perekonomian pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau atau
meningkatkan pergerakan mobilitas sosial.

4.2.2 Infrastruktur Listrik (X2)

Memang tidak bisa kita ungkiri bahwa Infrastruktur Listrik telah menjadi kebutuhan
primer atau pokok dalam kehidupan manusia. Tanpa adanya listrik segala kegiatan baik itu
sosial, kesehatan, perkantoran akan lumpuh atau mati total. Oleh karena itu, pemerintah
menyediakan pasokan listrik yang sangat besar supaya ketersediaan listrik di masyarakat
terjangkau. PT. PLN (persero) menyediakan listrik bagi masyarakat terus meningkat seiring
tingginya pertumbuhan permintaan listrik di Indonesia khususnya pada Kabupaten dan Kota di
Provinsi Riau. Berikut ini merupakan tabel Perkembangan Pelanggan Energi Listrik pada
Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau dari tahun 2017-2019:

Tabel

Perkembangan Pelanggan Energi Listrik pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau
(Pelanggan)

Kabupaten/Kota Jumlah Pelanggan Listrik

[Type here]
2017 2018 2019

Kuantan Singingi 76 714 82488 81967

Indragiri Hulu 100 820 109880 114240

Indragiri Hilir 87 534 105451 137817

Pelalawan 61 650 67427 72653

Siak 91 153 102007 110682

Kampar 220 577 238919 257168

Rokan Hulu 103 443 113140 123777

Bengkalis 160 874 172727 166562

Rokan Hilir 114 753 129818 142777

Kepulauan Meranti 33 970 36763 40084

Pekanbaru 333 777 353582 369429

Dumai 94 761 101245 91810

RIAU 1 480 026 1613447 1708966

Pada tabel di atas dapat kita ketahui bahwa peningkatan pelanggan terjadi setiap tahunnya
pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau. Hal ini terlihat kalau di Tahun 2017, Kabupaten atau
Kota di Provinsi Riau memiliki 1.480.026 Pelanggan. Lalu terjadi peningkatan pada Tahun 2019
sebanyak 1.708,966 pelanggan. Hal ini menunjukkan bahwa listrik sangat dibutuhkan di setiap

[Type here]
sektor, terutama sektor industri yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan perekonomian
wilayah tersebut.

4.2.3 Infrastruktur Air (X3)

Air bersih juga merupakan kebutuhan primer dalam hidup kita. Air dapat digunakan
dalam mencuci, memasak, minum, hingga mandi membutuhkan air bersih. Dalam suatu rumah
pasti memiliki air bersih yang bisa didapat dalam dua cara, yaitu melalui mata air yang disedot
melalui pompa dan menggunakan jasa layanan air bersih yang disediakan oleh Perusahaan Air
Minum atau PAM. Layanan air bersih PAM ini disalurkan ke rumah pelanggan atau rumah
tangga melalui pipa dengan jaringan yang tersebar ke beberapa tempat. Berikut merupakan data
persentase rumah tangga yang memiliki akses pada Sumber Air Minum Layak:

Tabel

Jumlah Persentase Rumah Tangga yang memiliki Akses Terhadap Sumber Air Minum
Layak pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau (%)

Kabupaten/Kota Persentase RT yang Memiliki Akses Terhadap Sumber Air Minum


Layak (Persen)

2017 2018 2019

Kuantan Singingi 77.09 85.14 79.33

Indragiri Hulu 61.17 66.63 65.5

Indragiri Hilir 92.03 95.65 93.16

Pelalawan 65.55 75.53 75.68

Siak 82.36 86.97 94.18

Kampar 82.03 87.08 88.49

[Type here]
Rokan Hulu 79.59 91.25 82.49

Bengkalis 88.74 86.88 91.19

Rokan Hilir 77.93 80.75 83.91

Kepulauan 84.62 89.56 84.18


Meranti

Pekanbaru 98 98.34 98.3

Dumai 90.76 89.54 89.76

RIAU 83.54 87.65 87.42

Berdasarkan pada tabel di atas dapat dilihat bahwa persentase pelanggan yang
menggunakan air bersih tidak konstan atau mengalami perubahan baik itu naik maupun turun.
Hal ini juga dikarenakan beberapa pelanggan PAM beralih pada sumur karena dianggap lebih
murah dan hemat dibandingkan dengan PAM. Menurut data dari BPS berdasarkan dari sumber
air minum yang digunakan pada rumah tangga berasal dari ledeng, air terlindungi pada pompa
atau sumur bor, mata air terlindungi, dan sumur yang terlindungi dengan jarak >10 meter dari
penampungan kotoran / limbah dan air hujan yang dikombinasikan pada penggunaan air mandi
atau cuci berasal dari ledeng eceran atau meteran, sumur, mata air, dan air hujan. Sumber air
minum utama yang menggunakan air dari kemasan ataupun isi ulang dan tidak terlindungi perlu
dilihat dari jarak <10 meter dari lokasi pembuangan tinja.

4.2.4 Investasi (Y)

Investasi adalah bentuk penanaman aset atau dana  perusahaan atau individu untuk jangka
waktu tertentu untuk mencapai pengembalian yang lebih tinggi di masa depan (Kurniasih, n.d.).
Dari investasi ini diharapkan akan memberikan keuntungan di masa yang akan datang. Investasi
ini sendiri terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing
(PMA).

PMA (Penanaman Modal Asing)  merupakan pembentukan modal bisnis di Republik


Indonesia yang ditujukan untuk investor asing, dengan sepenuhnya menggunakan modal asing

[Type here]
atau sebagian dengan investor domestik (Trias, izin.co.id, 2020). Sedangkan PMDN atau yang
biasa disebut dengan PT merupakan bentuk entitas bisnis terpopuler dan paling banyak
digunakan untuk berbagai macam aktivitas bisnis di Indonesia Bentuk ini dianggap memiliki
dasar hukum yang paling jelas dan dianggap sebagai salah satu pilihan utama untuk para investor
asing yang ingin mengembangkan bisnis tertutup terhadap kepemilikan asing (Trias, izincoid,
2020). Berikut adalah tabel realisasi investasi pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau dari
Tahun 2017-2019:

Tabel

Realisasi Investasi pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau dari Tahun 2017–2019 (Juta
Rupiah)

Investasi dalam (PMA & PMDN)

Kabupaten Tahun

  2017 2018 2019

Kuantan Singingi 33912.99 822129.9 126931.3

Indragiri Hulu 783628.98 1561591.48 2592070.8

Indragiri Hilir 1189790.85 9534581.8 414062.6

Pelalawan 8649249.96 1816353.6 19045070.3

Siak 1997481.35 1827886.38 2043245.6

Kampar 1078122.71 795525.58 1983495.8

Rokan Hulu 1111344.87 1736232.98 968448.7

Bengkalis 4622922.59 1941742.32 6693783.7

[Type here]
Rokan Hilir 8764.28 166438.82 371435.5

Kepulauan
Meranti 1097218.21 657649.34 1609190.7

Pekanbaru 4398108.78 2006313.4 5937390.8

Dumai 47987.7 29585.2 17630.7

4.3 Analisis Data

4.3.1 Uji Asumsi Klasik

4.3.1.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk menilai sebaran
data pada sebuah kelompok data atau variabel, apakah sebaran data tersebut berdistribusi normal
ataukah tidak (Hidayat, n.d.). Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas
residual adalah uji statistik Kolmogrov-Smirnov atau biasa disingkat K-S. Uji K-S di buat
dengan membuat hipotesis: 
Ho : Data residual berdistribusi normal 
Ha : Data residual tidak berdistribusi normal 
Bila sig > 0,05 dengan α = 5% berarti distribusi data normal (Ho diterima), sebaliknya bila sig <
0,05 dengan α = 5% berarti distribusi data tidak normal (Ha diterima). 

Tabel

Hasil Pengujian Normalitas Menggunakan SPSS 26

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 36
Normal Parametersa,b Mean .0000000

[Type here]
Std. Deviation .77666963
Most Extreme Differences Absolute .178
Positive .100
Negative -.178
Test Statistic .178
Asymp. Sig. (2-tailed) .005c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Berdasarkan data pada table signifikansi ≥ 0.05 yang artinya data terdistribusi dengan normal 

 4.3.1.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas adalah uji yang menilai apakah ada ketidaksamaan varian dari
residual untuk semua pengamatan pada model regresi linear. Uji ini merupakan salah satu dari
uji asumsi klasik yang harus dilakukan pada regresi linear. Apabila asumsi heteroskedastisitas
tidak terpenuhi, maka model regresi dinyatakan tidak valid sebagai alat peramalan (Hidayat,
statistikian, n.d.). 

Tabel

Keterangan Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 5.517 3.922 1.407 .169
X1 -.671 .419 -.296 -1.602 .119
X2 -.317 .376 -.155 -.844 .405
X3 -.926 1.972 -.093 -.470 .642
a. Dependent Variable: Abs_RES

Nilai signifikansi dari setiap variabel adalah ≥ 0,05 artinya dalam data tidak terdapat gejala
heteroskedastisitas.

4.3.1.3 Uji Multikolineritas

[Type here]
Uji Multikolineritas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel independen atau variable bebas. Efek dari multikolinearitas ini adalah
menyebabkan tingginya variabel pada sampel. Hal tersebut berarti standar error besar, akibatnya
ketika koefisien diuji, t-hitung akan bernilai kecil dari t-tabel. Hal ini menunjukkan tidak adanya
hubungan linear antara variabel independen yang dipengaruhi dengan variabel dependen
(Mulyono, 2019). Uji ini dilakukan dengan dilakukan dengan melihat nilai toleransi dan
variance inflation factor (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS. Apabila nilai
tolerance value > 0,10 atau VIF <10 maka disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas. 

Tabel

Hasil Pengujian Multikolinearitas Menggunakan SPSS 26

 
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 5.517 3.922 1.407 .169
X1 -.671 .419 -.296 -1.602 .119 .809 1.236
X2 -.317 .376 -.155 -.844 .405 .827 1.210
X3 -.926 1.972 -.093 -.470 .642 .701 1.426
a. Dependent Variable: Abs_RES

Data dianggap tidak memiliki multikolinearitas karena nilai VIF-nya lebih kecil dari 10,00.

4.3.1.4 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi adalah sebuah analisis statistik yang dilakukan untuk mengetahui
adakah korelasi variabel yang ada di dalam model prediksi dengan perubahan waktu. Oleh
karena itu, apabila asumsi autokorelasi terjadi pada sebuah model prediksi, maka nilai
disturbance tidak lagi berpasangan secara bebas, melainkan berpasangan secara autokorelasi.
Dalam kesempatan ini, kita hanya akan fokus pada tutorial uji autokorelasi dengan SPSS. Namun
prinsip penting lainnya tetap akan kami bahas secara singkat dan padat serta mudah dipahami
(Hidayat, statistikian, n.d.)

[Type here]
Tabel

Hasil Pengujian Autokorelasi Menggunakan SPSS 22

Model Summaryb

Change Statistics
Std. Error of
Mode R Adjusted R the R Square F Sig. F Durbin-
l R Square Square Estimate Change Change df1 df2 Change Watson

1
.175a .031 -.060 .81226 .031 .338 3 32 .798 1.231

a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1

b. Dependent Variable: Y

Nilai DL pada K = 4 dan t = 36 berdasarkan tabel Durbin Watson adalah sebesar: 1,2953
sedangkan nilai DU sebesar 1,6539. Berdasarkan kriteria pengujian di atas, maka nilai DW 1,231
< DU 1,6539 sehingga ada masalah autokorelasi. Karena itu, dilanjutkan melalui uji run test,
yang di mana menghasilkan data sebagai berikut:

Runs Test

Unstandardized
Residual

Test Valuea .17802


Cases < Test Value 18
Cases >= Test Value 18
Total Cases 36
Number of Runs 15
Z -1.184
Asymp. Sig. (2-tailed) .237

a. Median

Berdasarkan output di atas, diketahui nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,237 lebih besar > dari
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah autokorelasi dan analisis dapat
dilanjutkan.

[Type here]
4.3.2 Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Analisis regresi berganda ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
dari variabel bebas terhadap variabel terikat, lalu ada juga hasil estimasi yang dilakukan sebagai
berikut: 

Tabel

Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda Menggunakan SPSS 22

Berdasarkan Tabel di atas, diketahui hasil regresi sebagai berikut:

Y = 4,564 -0,045X1 + 0,604X2 - 0,812X3

Berdasarkan Persamaan di atas, dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Konstanta (a) = 4,563 ini menunjukkan harga konstanta, di mana jika variabel
infrastruktur jalan (X1), infrastruktur Listrik (X2), Infrastruktur Air (X3) = 0, maka
Investasi bernilai positif atau mengalami kenaikan sebesar 4,564.
b. Koefisien X1 (b1) = -0,045, ini berarti bahwa variabel Infrastruktur Jalan(X1)
berpengaruh negatif terhadap Investasi , atau dengan kata lain jika Infrastruktur Jalan
(X1) ditingkatkan sebesar satu-satuan, maka Investasi akan berkurang sebesar 0,045.
Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif dan searah antara variabel
Infrastruktur Jalan dengan Investasi, semakin menurun Infrastruktur Jalan akan
mengurangi nilai Investasi pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau.
c. Koefisien X2 (b2) = 0,604, ini berarti bahwa variabel Infrastruktur Listrik (X2 )
berpengaruh positif terhadap Investasi, atau dengan kata lain jika Infrastruktur Listrik
(X2) meningkat sebesar satu-satuan, maka Investasi akan meningkat sebesar 0,604.
Koefesien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif dan berbanding terbalik antara
variabel Infratruktur Listrik dengan Investasi, semakin meningkat Infrastruktur Listrik
maka akan semakin meningkat pula nilai Investasi pada Kabupaten dan Kota di Provinsi
Riau.

[Type here]
d. Koefisien X3 (b3) = -0,812, ini berarti bahwa variabel Infratruktur Air (X3 ) berpengaruh
Negatif terhadap Investasi, atau dengan kata lain jika Infrastruktur Air (X3 ) meningkat
sebesar satu-satuan, maka Investasi akan berkurang sebesar 0,812. Koefisien bernilai
negatif artinya terjadi hubungan negatif antara variabel Infrastruktur Air dengan
Investasi, semakin meningkat Infrastruktur Air maka akan semakin berkurang nilai
Investasi pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau.

Hasil analisis regresi di atas menunjukkan bahwa jika variabel Infrastruktur jalan (X1)
memiliki hubungan yang negatif terhadap Investasi, sedangkan variabel Infrastruktur Listrik
(X2) dan Infrastruktur Air (X3) memiliki hubungan yang positif terhadap Investasi pada
Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau.

4.3.2.1 Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing atau secara parsial variabel
independen yaitu Infrastruktur Jalan, Infrastruktur Listrik dan Infrastruktur Air terhadap variabel
dependen yaitu Investasi. Untuk Menentukan hipotesis digunakan kriteria sebagai berikut : 
Ho : Secara parsial tidak ada pengaruh antara variabel X1, X2, X3 dan X4
terhadap variabel Y1dan Y2.
Ha : Secara parsial ada pengaruh antara variabel X1, X2 , X3 dan X4 terhadap
variabel Y1dan Y2.

a) Ho ditolak jika thitung > ttabel berarti bahwa secara individual ada pengaruh antara variabel
bebas (variabel independen)dengan variabel terikat (variabel
dependen)
b) Ho diterima jika thitung < ttabel berarti secara individual tidak ada pengaruh antara variabel
bebas dengan variabel terikat. 

Hasil analisis Uji T dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel

Hasil Pengujian Signifikan Parsial (Uji-t) Menggunakan SPSS 22

[Type here]
a.   Berdasarkan output di atas nilai Sig. X1 adalah sebesar 0,948 > 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa variabel X1 (infrastruktur jalan) tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel Y (investasi).

b.   Berdasarkan output di atas nilai Sig. X2 adalah sebesar 0,330 > 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa variabel X2 (infrastruktur listrik) tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel Y (investasi).

c.   Berdasarkan output di atas nilai Sig. X3 adalah sebesar 0,802 > 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa variabel X3 (infrastruktur air) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
Y (investasi).

4.3.2.2 Uji Signifikan Simultan (Uji-F)

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah semua variabel bebas yang dimasukkan
dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. 
Kriteria pengujiannya adalah : 
Ho : b1=0, artinya secara serentak tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari
variabel bebas terhadap variabel terikat. 
Ho : b1 ≠ 0, artinya secara serentak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel
bebas terhadap variabel terikat. 

Tabel

Hasil Pengujian Signifikan Simultan (Uji-F) Menggunakan SPSS 22

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .669 3 .223 .338 .798b

Residual 21.113 32 .660

Total 21.782 35

a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X3, X2, X1

Berdasarkan output di atas nilai Sig. adalah sebesar 0,798. Karena nilai Sig. 0,798 > 0,05,
maka sesuai dengan dasar pengambilan keputusan dalam uji F dapat disimpulkan bahwa variabel

[Type here]
X1 (infrastruktur jalan), X2 (infrastruktur listrik), dan X3 (infrastruktur air) tidak berpengaruh
secara simultan terhadap variabel Y (investasi).

4.3.2.3 Hasil Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase
kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Koefisien determinasi berkisar antara
nol sampai satu (0 ≤ R² ≤ 1). Jika R² semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan
bahwa pengaruh variabel bebas (X) adalah besar terhadap variabel terikat (Y). Hal ini berarti
model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat dan demikian sebaliknya.

Tabel

Hasil Koefisien Determinasi Menggunakan SPSS 22

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .175a
.031 -.060 .81226

a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1

Berdasarkan tabel output “Model Summary” di atas, diketahui nilai koefisien determinasi atau R
Square adalah sebesar 0,031 atau sama dengan 3,1%. Angka tersebut mengandung arti bahwa
variabel X1 (infrastruktur jalan), X2 (infrastruktur listrik), dan X3 (infrastruktur air) secara
simultan (bersama-sama) berpengaruh terhadap variabel Y (investasi) sebesar 3,1%. Sedangkan
sisanya sebesar 96,9% dipengaruhi oleh variabel lainnya.

4.4 Pembahasan

4.4.1 Pengaruh Infrastruktur Jalan Terhadap Investasi pada Kabupaten dan Kota di
Provinsi Riau.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel infrastruktur jalan memiliki pengaruh yang
negatif dan tidak signifikan terhadap investasi pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau. Hal
ini dibuktikan dengan nilai koefisien regresi yang bernilai -0,045 dan nilai t hitung (-0,06)

[Type here]
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel infrastruktur jalan tidak berpengaruh signifikan
(0,948>0,05) secara parsial terhadap investasi pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau.

4.4.2 Pengaruh Infrastruktur Listrik Terhadap Investasi pada Kabupaten dan Kota di
Provinsi Riau.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel infrastruktur listrik berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap investasi pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau. Hal ini dibuktikan
dengan nilai koefisien regresi yang bernilai positif 0,604 dan nilai t hitung (0,988) sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel infrastruktur listrik tidak berpengaruh signifikan (0,330 >
0,05) secara parsial terhadap investasi pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau.

4.4.3 Pengaruh Infrastruktur Air Terhadap Investasi pada Kabupaten dan Kota di
Provinsi Riau.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel infrastruktur air berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap investasi  pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau. Hal ini
dibuktikan dengan nilai koefisien regresi yang bernilai -0,812 dan nilai t hitung (-0,253)
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel infrastruktur air tidak berpengaruh signifikan
(0,802> 0,05) secara parsial terhadap investasi Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau.

KESIMPULAN
Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Infrastruktur Jalan (X1), mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
Investasi di wilayah Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau.
2. Infrastruktur Listrik (X2), mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
Investasi di wilayah Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau.
3. Infrastruktur Air (X3), mempunyai pengaruh negatif dan tidak berpengaruh signifikan
terhadap Investasi di wilayah Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau.

SARAN
1. Ada baiknya bagi Pemerintah setempat agar lebih memperhatikan dan mengevaluasi
infrastruktur jalan dengan baik.
2. Diharapkan Pemerintah setempat juga dapat memberikan perhatian lebih pada pasokan listrik
yang berada di wilayah Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau, agar nantinya bisa lebih
berpengaruh terhadap nilai investasi di wilayah Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau.

[Type here]
3. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa infrastruktur air tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai investasi. Maka, sebaiknya pemerintah juga harus tetap
mengevaluasi, mengawasi, dan memperhatikan ketersediaan air setempat, agar tidak
menghambat kegiatan usaha yang sedang berlangsung di wilayah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Landes, A.G (2018). Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Terhadap PMA dan PMDN di
Kabupaten Deli Serdang.
Ningsih, DS., Haryadi., Hodijah, S. (2020). Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN), Penanaman Modal Asing (PMA), Ekspor dan Impor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Provinsi Jambi. Jurnal Paradigma Ekonomika, Vol.15, No.2.
Sholawati Ritonga, F. (2020). Pembangunan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Provinsi Riau. Tansiq, Vol. 3, No. 1.
Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman Kulonprogo. (n.d).
KLASIFIKASI JALAN BERDASARKAN STATUS DAN KELAS JALAN.
kulonprogokab.go.id. DPUPKP - KLASIFIKASI JALAN BERDASARKAN STATUS DAN
KELAS JALAN (kulonprogokab.go.id)
Kurniasih, W. (n.d). Pengertian Investasi: Jenis, Manfaat, dan Risikonya. Gramedia.com.
Pengertian Investasi: Jenis, Manfaat, Dan Risikonya - Gramedia Literasi
Trias. (2020, Desember 28). Perbedaan PMA, PMDN, dengan KPPA. Izin.co.id. Inilah
Penjelasan Lengkap Mengenai PMA, PMDN, dan KPPA (izin.co.id)
Hidayat, A. (n.d). Uji Normalitas dan Metode Perhitungan (Penjelasan Lengkap).
Statistikian.com. Uji Normalitas dan Metode Perhitungan (Penjelasan Lengkap)
(statistikian.com)
Hidayat, A. (n.d). Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser. Statistikian.com. Uji
Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser (statistikian.com)
Mulyono. (2019, Desember 2). Analisis Uji Asumsi Klasik. Binus.ac.id. Analisis Uji Asumsi
Klasik – Management (binus.ac.id)
Hidayat, A. (n.d). Pengertian dan Penjelasan Uji Autokorelasi Durbin Watson. Statistikian.com.
Pengertian dan Penjelasan Uji Autokorelasi Durbin Watson (statistikian.com)

[Type here]

Anda mungkin juga menyukai