Anda di halaman 1dari 19

INFRASTRUKTUR JALAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI

PROVINSI RIAU
Ahmad Lutfi Aziz

(15.8475)

Khilya Magviral Virdaus

(15.8692)

Rifki Maulana

(15.8853)

Abstract
Riau is one of the richest provinces in Indonesia. The main commodities Riau
dominated by natural resources such as petroleum, natural gas, rubber, and palm oil.
It has a big impact to the GRDP of Riau. However, in 2011-2015 the percentage of
increasing GRDP or economic growth tends to declining. In 2011, the economic
growth of Riau is 5.57%, but in 2015 only 0.29%.
Inadequate road length and a high number of damaged roads in Riau be some
of the causes. Whereas 82% of the GDP is influenced by the length of the road. The
high number of damaged roads in Riau caused by various factors including a large
number of heavy vehicles, road capacity is not appropriate with the required, and the
soil structure that consists of clay and peat. Government should build roads, increase
budget allocation and plan the road construction carefully to spur the economic
growth.
Keywords: GRDP, economic growth, length of road, road construction
Abstrak
Riau merupakan salah satu provinsi terkaya di Indonesia. Komoditas utama
Riau didominasi oleh sumber daya alam seperti minyak bumi, gas alam, karet, dan
kelapa sawit. Hal itu berpengaruh besar terhadap tingginya PDRB Provinsi Riau.
Namun, pada 2011-2015 persentase pertambahan PDRB atau pertumbuhan
ekonominya cenderung menurun. Pada 2011, pertumbuhan ekonomi Riau sebesar
5,57%, sedangkan pada 2015 sebesar 0,29%.
Panjang jalan yang kurang memadai dan tingginya angka jalan yang rusak di
Provinsi Riau menjadi beberapa penyebabnya. Padahal, 82% PDRB dipengaruhi
panjang jalan. Tingginya angka jalan yang rusak di Provinsi Riau disebabkan
berbagai macam faktor diantaranya banyaknya jumlah kendaraan berat, kapasitas
jalan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan, dan struktur tanah yang terdiri atas tanah
liat dan gambut. Pemerintah Provinsi Riau sebaiknya membangun jalan, menambah
alokasi dana dan merencanakan dengan matang pembangunan jalan untuk memacu
pertumbuhan ekonomi.
Kata kunci: PDRB, pertumbuhan ekonomi, panjang jalan, pembangunan jalan
I.
PENDAHULUAN

Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup


suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil
perkapita (Irawan dan M. Suparmoko, 2002). Pembangunan ekonomi tidak terlepas
dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator
keberhasilan

pembangunan

ekonomi.

Pembangunan

ekonomi

mendorong

pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi akan memperlancar


proses pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan proses peningkatan produksi barang dan jasa
dalam kegiatan ekonomi masyarakat (Djoyohadikusumo, 1994). Pertumbuhan
ekonomi yang positif menunjukkan adanya peningkatan aktivitas perekonomian,
sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang negatif menunjukkan adanya penurunan
dalam aktivitas perekonomian. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan
merupakan kondisi utama atau keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi
dan peningkatan kesejahteraan.
Salah satu tolok ukur pertumbuhan ekonomi yaitu Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB). PDRB pada dasarnya merupakan nilai yang dihasilkan oleh seluruh
unit usaha baik berupa barang maupun jasa dalam suatu daerah tertentu.
Penghitungan PDRB ada dua jenis yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga
konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan
jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sedangkan PDRB atas
dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun
dasar. PDRB menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui kemampuan
sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu daerah. Sementara itu,
PDRB konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari
tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga
atau inflasi.
Riau merupakan salah satu provinsi terkaya di Indonesia yang sumber dayanya
didominasi oleh sumber alam, terutama minyak bumi, gas alam, karet, dan kelapa
sawit. Kelapa sawit sebagai salah satu komoditi yang potensial memiliki luas lahan

mencapai 2,42 juta hektar dengan produksi mencapai 7,84 ton pada tahun 2015.
Selain itu terdapat sekitar 172 pabrik kelapa sawit (PKS) sebagai penunjang
pengolahan produk ekspor utama Provinsi Riau berupa Crude Palm Oil (CPO) atau
minyak kelapa sawit.
Provinsi Riau secara geoekonomi terletak pada jalur yang sangat strategis baik
pada masa kini maupun masa yang akan datang karena terletak pada jalur
perdagangan Regional dan Internasional di kawasan ASEAN melalui kerja sama The
Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) dan The IndonesiaMalaysia-Singapore Growth Triangle (IMS-GT).
6.00%

5.57%

5.00%
4.21%

3.76%

4.00%
3.00%

2.48%

2.62%

2.00%
1.00%
0.00%
2010

0.29%
2011

2012

2013

2014

2015

Tahun

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Riau, data diolah


Gambar 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Riau Tahun 2010-2015
Berdasarkan Gambar 1.1. dapat dilihat bahwa pada tahun 2011-2015 terjadi trend
pertumbuhan ekonomi yang menurun atau melambat dengan pertumbuhan 0,29%
pada tahun 2015. Hal ini bisa menjadi masalah karena pada tahun berikutnya
kemungkinan pertumbuhan ekonomi dapat menurun bahkan bisa saja menyentuh
pertumbuhan ekonomi yang negatif.
Sedangkan untuk nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 Provinsi Riau
dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga


Konstan Tahun 2010 Provinsi Riau berserta Laju
Pertumbuhannya Tahun 2010-2015
Tahun

Produk Domestik Regional Bruto

Laju

(Jutaan Rupiah)
Pertumbuhan
2010
388.578.226,96
4,21%
2011
410.215.840,21
5,57%
2012
425.625.998,51
3,76%
2013
436.206.000,16
2,49%
2014
447.616.231,74
2,62%
2015
448.936.595,38
0,29%
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Riau, data diolah
Dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi, peran infrastruktur sangatlah
banyak. Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Secara
ekonomi makro ketersediaan dari jasa pelayanan infrastruktur mempengaruhi
marginal productivity of private capital, sedangkan dalam konteks ekonomi mikro,
ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan biaya
produksi (Gie, 2002). Berdasarkan publikasi World Development Report:
Infrastructure for Development (World Bank, 1994), infrastruktur memiliki peran
penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dimana pertumbuhan ekonomi
yang lebih tinggi yang ditemukan di daerah dengan infrastruktur yang memadai.
Selanjutnya World Bank membagi infrastruktur menjadi tiga golongan yaitu:
1. Infrastruktur ekonomi yang merupakan aset fisik dalam menyediakkan jasa dan
digunakan dalam produksi dan konsumsi final meliputi public utility
(telekomunikasi, air minum, sanitasi, dan gas), public works (jalan, bendungan,
saluran irigasi, dan lapangan terbang).
2. Infrastruktur sosial yang merupakan aset yang mendukung kesehatan dan keahlian
masyarakat meliputi pendidikan (sekolah dan perpustakan), kesehatan (rumah
sakit, pusat kesehatan), serta untuk rekreasi (taman, museum, dan lain-lain).
3. Infrastruktur administrasi/institusi yang meliputi penegakan hukum, kontrol
administrasi dan kordinasi, serta kebudayaan.

Berdasarkan pengelompokkan infrastruktur di atas, dalam infrastruktur


ekonomi terdapat infrastruktur yang vital yaitu jalan. Dalam kaitannya dengan
perekonomian, infrastruktur jalan memiliki peran yang strategis dalam pengangkutan
barang dan jasa sehingga disebut driving force for economic growth. Banyak
keuntungan ekonomi diperoleh dari sistem prasarana jalan terkait dengan pendapatan,
aksesbilitas, lapangan kerja, reduksi biaya transportasi, penghematan biaya, waktu
dan meningkatkan produktivitas industri (Weiss dan Figura, 2003).
Menurut Kelejian dan Robinson (2006) reduksi biaya transportasi yang
disebabkan oleh prasarana jalan memiliki banyak dampak terhadap perekonomian.

Pembangunan / Perbaikan Jalan

Efisiensi / Reduksi Biaya Transportasi

Harga Barang EksporHarga


LebihBarang
RendahIntermediateHarga
Lebih Barang
Rendah Impor Lebih Rendah

Peningkatan
Income
Peningkatan
Demand Barang Impor

Peningkatan Demand
Peningkatan
Barang Ekspor
Demand Barang
Intermediate
Peningkatan
Demand Barang Intermediate

Penurunan
Produksi
Lokal & Lapangan Kerja di Wilayah Cakupan
Peningkatan Produksi
& Lapangan
Kerja

Pembangunan & Pertumbuhan Ekonomi

Sumber: Kelejian dan Robinson (2006)


Gambar 1.2. Keterkaitan Pembangunan Jalan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi

Meskipun Riau dikenal sebagai salah satu provinsi kaya di Indonesia, permasalahan
infrastruktur masih banyak dijumpai terutama infrastruktur jalan. Buruknya

infrastruktur jalan di Riau dapat menghambat perekonomian terutama dalam hal


pengangkutan barang dan jasa. Akibatnya, banyak warga yang mengeluh akan
kondisi infrastruktur jalan yang ada.
Berdasarkan uraian di atas penelitian ini dilakukan untuk:
1. Mengetahui seberapa besar pengaruh infrastruktur jalan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Riau.
2. Mengetahui penyebab buruknya kondisi infrastruktur jalan yang ada di Provinsi
Riau.
II.

METODOLOGI

Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder dengan
teknik pengumpulan data melalui kegiatan penelitian kepustakaan.
Data tersebut diperoleh dengan rincian sebagai berikut:
1. Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan Tahun
2010 Provinsi Riau Tahun 2000-2014, diperoleh dari Badan Pusat Statistik
Provinsi Riau dengan pengolahan.
2. Data Panjang Jalan di Provinsi Riau Tahun 2000-2014, diperoleh dari Badan
Pusat Statistik Provinsi Riau dengan pengolahan.
Penelitian ini menggunakan Metode Regresi Linier Sederhana untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh infrastruktur jalan terhadap pertumbuhan
ekonomi serta Metode Deskriptif untuk mengetahui penyebab buruknya kondisi
infrastruktur jalan di Provinsi Riau. Dalam penilitian dengan Metode Regresi Linier
Sederhana digunakan dua variabel penelitian, yaitu variabel pertumbuhan ekonomi
berupa PDRB sebagai variabel dependen/tak bebas dan variabel infrastruktur jalan
berupa panjang jalan sebagai variabel independen/bebas. Setelah melakukan proses
regresi linier sederhana, selanjutnya menggunakan analisis varian untuk melihat
seberapa signifikan variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen
serta penghitungan koefisien korelasi dan koefisien determinasi untuk mengetahui
seberapa kuat hubungan antara variabel-variabel
tersebut.
Infrastruktur
Jalan

Analisis Regresi Sederhana

Pertumbuhan Ekonomi

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Peneliti


Adapun persamaan fungsi regresi yang digunakan sebagai berikut:

Y bo b1 X
dimana,
Y
X

b0
b1

= PDRB (Jutaan Rupiah)


= Panjang Jalan (Km)
= Intersep
= Koefisien Regresi
III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun hasil yang diperoleh terhadap metode yang digunakan sebagai berikut:
Tabel 3.1. Regression Model
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1

B
(Constant)
X

Std. Error

-36625279.686

50870402.442

105201.791

13693.383

a. Dependent Variable: Y

Model regresi:
Y = -366.252.279,686 + 105.201,791 X

Coefficients
Beta

.905

Sig.

-.720

.484

7.683

.000

Interpretasi terhadap model regresi di atas yaitu apabila panjang jalan bertambah 1
km, maka PDRB akan bertambah 105.201,791 juta rupiah. Pengaruh panjang jalan
terhadap PDRB signifikan pada tingkat kesalahan 5%.

Tabel 3.2. Analysis of Variance


ANOVAa
Model
1

Sum of Squares

df

Mean Square

Regression

4.215E+16

4.215E+16

Residual

9.283E+16

13

7.141E+16

Total

5.143E+16

14

F
59.023

Sig.
.000b

a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X

Nilai signifikasi uji F sebesar 0,000 artinya panjang jalan signifikan terhadap PDRB
pada tingkat kesalahan 5%.
Tabel 3.3. Koefisien Determinasi
Model Summaryb

Model
1

R Square

.905a

.820

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate
.806

Durbin-Watson

26722578.15760

.793

a. Predictors: (Constant), X
b. Dependent Variable: Y

Nilai R (korelasi) sebesar 0,905 menunjukkan hubungan antara variabel panjang jalan
terhadap variabel PDRB sangat kuat. Nilai R-Square (koefisien determinasi) sebesar
0,820 menunjukkan bahwa PDRB mampu dijelaskan oleh panjang jalan sebesar 82%,
sedangkan 18% merupakan pengaruh dari faktor lain yang tidak diteliti.
Hasil regresi menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 105.201,791 artinya
bahwa infrastruktur jalan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Riau. Pengaruh yang signifikan membuat sangat

pentingnya variabel infrastruktur jalan dalam memacu pertumbuhan ekonomi di


Provinsi Riau.
Kondisi infrastruktur jalan dapat menentukan kelancaran kegiatan ekonomi di
suatu tempat. Infrastruktur jalan yang baik dan memadai akan memacu pertumbuhan
ekonomi kearah yang lebih baik. Predikat Provinsi Riau sebagai salah satu Provinsi
kaya di Indonesia tidak tercemin infrastruktur jalan yang ada.
Tabel 3.4. Panjang Jalan (km) Menurut Kondisi di Provinsi
Riau Tahun 2000-2014
Tahun
Baik
Sedang
Rusak
Jumlah
2000
1.116,22
1.122,22
762,96
3.001,40
2001
1.069,86
1.088,74
1.042,77
3.201,37
2002
934,95
990,77
1.075,68
3.001,40
2003
1.248,22
802,75
950,43
3.001,40
2004
1.111,87
997,98
1.179,08
3.288,93
2005
983,77
1.097,28
1.207,88
3.288,93
2006
1.050,90
1.108,13
1.129,90
3.288,93
2007
1.064,11
1.276,64
1.638,68
3.979,43
2008
1.298,60
1.177,45
1.683,38
4.159,43
2009
1.581,96
1.029,35
1.548,05
4.159,36
2010
805,76
1.699,66
1.662,36
4.167,78
2011
1.102,06
1.547,24
1.518,48
4.167,78
2012
932,05
1.741,60
1.494,14
4.167,79
2013
1.759,75
1.145,37
1.262,66
4.167,78
2014
1.759,75
1.145,37
1.262,66
4.167,78
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Provinsi Riau, data diolah
Berdasarkan Tabel 3.4. dapat dilihat bahwa total panjang jalan di Provinsi Riau
pada tahun 2010-2014 tidak terjadi perubahan. Hal ini menjadi penyebab
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Riau pada tahun tersebut mengalami perlambatan
atau menurun. Dengan tidak bertambahnya panjang jalan yang ada dapat
meningkatkan kepadatan lalu lintas yang ada. Hal ini dapat menyebabkan
keterlambatan distribusi barang karena waktu yang dihabiskan di jalan semakin
bertambah akibat kepadatan lalu lintas tersebut.

Tabel 3.5.

Persentase Panjang Jalan Menurut


Kondisi di Provinsi Riau Tahun 2000-2014

Tahun
2000
2001
Sumber:
2002
2003
Departemen
2004
Pekerjaan
2005
Umum
2006
2007
Provinsi
2008
Riau,
2009
2010
data diolah
2011
2012
2013
n Tabel 3.5.
2014
bahwa
Rata-Rata
infrastruktur di Provinsi Riau

Baik
Sedang
37,19%
37,39%
33,42%
34,01%
31,15%
33,01%
41,59%
26,75%
33,81%
30,34%
29,91%
33,36%
31,95%
33,69%
26,74%
32,08%
31,22%
28,31%
38,03%
24,75%
19,33%
40,78%
26,44%
37,12%
22,36%
41,79%
42,22%
27,48%
42,22%
27,48%
32,51%
32,56%
jelas menjadi pertanyaan.

Rusak
25,42%
32,57%
35,84%
31,67%
35,85%
36,73%
34,35%
41,18%
40,47%
37,22%
39,89%
36,43%
Berdasarka
35,85%
30,30%
dapat dilihat
30,30%
kondisi
34,94%
Dengan status salah satu

provinsi terkaya di Indonesia, persentase jalan rusak yang ada tidak sesuai dengan
status provinsinya. Dengan hampir setiap tahunnya terdapat sekitar 30% lebih jalan
dalam kondisi rusak, hal tersebut dapat mengganggu perekonomian yang ada di
Provinsi Riau. Kondisi jalan yang rusak dapat memperlambat transportasi sehingga
akan meningkatkan biaya transportasi barang dan jasa. Pada akhirnya, harga barang
dan jasa di pasar tidak kompetitif dan dapat menurunkan permintaan.
Tingginya angka jalan yang rusak di Provinsi Riau pasti disebabkan berbagai
macam faktor. Adapun penyebab kondisi jalan yang rusak di Provinsi Riau sebagai
berikut:
1. Banyaknya jumlah kendaraan berat seperti truk. Provinsi Riau yang terkenal akan
komoditi kelapa sawitnya tentu saja memerlukan banyak kendaraan berat seperti
truk guna mengangkatnya ke pabrik pengolahan kemudian membawanya ke
pelabuhan untuk diekspor. Berdasarkan data dari Dispenda Riau (2012)
diperkirakan perhari ada sekitar 5.000 truk CPO yang melintas mengangkut
Crude Palm Oil (CPO) ke Pelabuhan Dumai. Truk-truk CPO ini berasal dari

berbagai daerah di Riau baik dari Rokan Hulu, Kuantan Singingi, Pangkalan
Kerinci, Siak, Duri, Kampar, dan lain-lain.
2. Kapasitas jalan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan. Kapasitas yang dibutuhkan
lebih dari 10 ton, tetapi kapasitas jalan yang dibuat hanya 8 ton. Sebuah truk CPO
pada dasarnya dapat mengangkut hingga 30 ton sekali jalan. Demikian pula truktruk pengangkat kayu, sembako, dan lain-lain. Akibatnya tidak sesuainya
kapasitas jalan membuat jalanan cepat rusak karena tidak sanggup menahan
beban yang melintas.
3. Struktur tanah yang terdiri atas tanah liat dan gambut, sehingga diperlukan
perencanaan yang baik. Berdasarkan data Badan Pertanahan Nasional Provinsi
Riau terdapat 3.865.360,23 Ha (43,36%) luas tanah Provinsi Riau berupa jenis
tanah histosols atau gambut serta 1.280.165,69 Ha (14,36%) berupa jenis tanah
alluvium atau tanah liat. Tanah gambut memiliki kadar air yang tinggi. Kadar air
yang tinggi menyebabkan berat isi menjadi rendah, gambut menjadi lembek dan
daya penahan bebannya rendah (Nugroho et al, 1997). Sifat tanah liat dan gambut
yang lembek serta mudah ditekan tersebut menyebabkan mudahnya jalanan
mengalami kerusakan.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh berdasarkan hasil dan pembahasan
sebagai berikut:
1. Infrastruktur jalan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Riau. Pengaruh yang signifikan membuat
sangat pentingnya variabel infrastruktur jalan dalam memacu pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Riau.
2. Buruknya kondisi infrastruktur jalan di Provinsi Riau disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu banyaknya jumlah kendaraan berat , kapasitas jalan yang dibutuhkan
tidak sesuai, dan struktur tanah yang terdiri atas tanah liat dan gambut. Dengan
demikian perlu dilakukan perencanaan yang matang dalam permasalahan
infrastruktur jalan di Provinsi Riau.

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka dapat diajukan saran sebagai


berikut:
1. Perencanaan yang matang untuk infrastruktur jalan yang lebih baik. Struktur
tanah yang terdiri atas gambut dan tanah liat diperlukan adanya perlakuan khusus
jika ingin mendirikan jalan di atas tanah tersebut. Perlakuan yang dilakukan yaitu
dengan mengganti komposisi tanah tersebut. Dengan cara dikupas atau digali,
kemudian galian tersebut diisi dengan lapisan tanah atau pasir yang lebih baik.
Dimana tanah yang telah diganti tersebut dimampatkan dengan diberi beban di
atasnya selama jangka waktu yang lama.
2. Membangun jalan untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Karena infrastruktur
jalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, maka
pembangunan jalan salah satu cara yang tepat. Perbanyak jalan dengan jumlah
yang sesuai serta dapat menjangkau tempat-tempat yang kurang akan
infrastruktur jalan. Infrastruktur jalan yang memadai akan memacu pertumbuhan
ekonomi yang lebih baik.
3. Menambah alokasi dana pembangunan jalan. Untuk mendukung dua poin di atas
diperlukan dana pembangunan jalan yang lebih. Pembangunan jalan dengan
mengubah struktur komposisi tanah jelaslah membutuhkan dana yang lebih
daripada mendirikan jalan di atas struktur tanah yang tidak memerlukan
perubahan komposisi.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Provinsi Riau. (2000-2015). Provinsi Riau dalam Angka 20002015. Pekanbaru: Badan Pusat Statistik Provinsi Riau
Djoyohadikusumo, Sumitro. (1994). Perkembangan Pemikiran Ekonomi: Dasar
Teori. Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Gramedia
Irawan dan M. Suparmoko. (2002). Ekonomika Pembangunan (Edisi 6). Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta.
Kelejian, H.H. dan Robinson D.P. (2006). The importance of transportation
infrastructure to factor and factors prices. Transportation Research Board

Conference on Transportation and Economic Development. Washington,


DC: TRB.
Nugroho, K., G. Gianinazzi and IPG. Widjaja-Adhi. (1997). Soil hidraulic properties
of Indonesian peat. In: Rieley and Page (Eds.). pp. 147-156 In Biodiversity
and sustainability of tropical peat and peatland. Samara Publishing Ltd.
Cardigan. UK.
Persada,

Arya.

(2009).

Konstruksi

Jalan

di

Tanah

Gambut

(2).

http://aryapersada.com/konstruksi-jalan-di-tanah-gambut-2.html
Weiss, Martin H. dan Figura Roger. (2003). A Provinsional Typology of Highway
Economic Development Project. Virginia: Federal Highway Administration.
World Bank. (1994). World Development Report: Infrastructure for Development.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai