Anda di halaman 1dari 11

EKONOMI INDUSTRI

PERANAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DALAM


PEREKONOMIAN DI INDONESIA

DOSEN PENGAMPU :
Dr. KUSWANTO, S.Pd., M.Si.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK C
AFIKA WULANDARI A1A119010

MEGA YANTI A1A119065

FIJAR ABRORI AMIN A1A119101

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOCIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS JAMBI

2022
TEORI – TEORI

Sektor industri merupakan salah satu sektor andalan perekonomian


nasional, bahkan sektor industri pengolahan merupakan lapangan usaha terbesar
dalam tenaga kerja, dilihat dari distribusi (PDB) Produk domestik bruto Indonesia
sektor industri lebih besar dari pada sektor lainnya. Peranan sektor ekonomi dalam
pembentukan (PDB) Produk Domestik Bruto menggambarkan potensi
perekonomian yang ada di Indonesia. Tingginya peranan sektor perekonomian ,
akan memberikan gambaran suatu sektor andalan yang setiap tahunnya
berkembang dan menjadi pendorong perekonomian agar semakin berkembang
(Rahmah,Sugeng: 2019).
Sektor industri pengolahan provinsi kepulauan Bangka Belitung tahun
2010 – 2020 mengalami peningkatan yang cukup signifikan, ditandai dengan
angka PDRB dari sektor industri pengolahan atas dasar harga konstan yang
tercipta terus meningkat sebesar Rp 9.174.668 juta pada tahun 2010 menjadi Rp
11.256.597 juta pada tahun 2020. Meskipun peningkatanya menunjukan tren yang
positif nmaun pada tahun 2020, sektor industri pengolahan mengalami penuruna
pada tahun 2020 yang disebabkan oleh beberapa hal namun utamanya adalah
adanya pandemic covid 19 di kepulauan Bangka Belitung . pemerintah provinsi
kepulau Bangka Belitung perlu mengidentifikasi darri subsektor – subsektor
indstri pengolahan yang beragam akan muncul komoditas – komoditas unggulan.
Meningkatkan produktifitas seerta mengembangkan komoditas unggulan yang
dimilki daerah seperti hasil industri pengolahan yang diantaranya adalah logam
timah, crude palm oil, pembekuan hasil laut/ fillet hasil laut, lada ubuk baik hitam
maupun putih , batik khas cual dan lain-lain (Indrawati, 2021)
Sektor industri pengolahan merupakan sektor yang baik dalam memberi
daya tarik bagi industri – industri pendukungnya berdasarkan perhitungan nilai
tambah bruto sektor industri pengolahan mampu menarik invests yang tinggi pula
sehingga dapat menambah kontribusinya terhadap perekonomian di jawa timur.
Sektor industri pengolhan dapat dijadikan sebagai leading sektor karena sektor
industri pengolahan mampu menjadi pendorong bagi sektor- ektor lainnya. Hal ini
terbukti bahwa sektor industri pengolahan merupakan sektor sebagai penyedia
input terbesar ketiga bagi sektor – sektor lainnya Sektor industri pengolahan
dilihat berdasarkan kajian ekonomi regional jawa timur triwulan II dilihat dari sisi
penawaran merupakan salah satu dari tiga sektor utama di jawa timur yang terdiri
dari sektor pertanian, insutri pengolahan dam perdagangan, hotel dam restoran
(Margalita, Badjuri, Komariah: 2015).
INDIKATOR

(Sukimo Sadono 200:442) pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu


indikator keberhasilan pembangunan di Indonesia dapat dilihat melalui PDB serta
pendapatan perkapita. Kontribusi nilai yang berkaitan setiap sektor terhadap
pertumbuhan PDB diindonesia mengalami perbedaan setiap tahunya adanya
pengaruh positif antar sektor satu dengan sektor lainnya akan memperbaiki
perekonomian di Indonesia. Sehingga kontribusi tiap sektor terhadap PDB
Indonesia akan seimbang yang baik dalam pengolahan maupun ouput yang
dihasilkan pada tiap sektor, sehingga pertumbuhan ekonomi indonesia akan lebih
baik secara keseluruhan (Hariani, 2018).
Hasil penelitian yang dilakukan ahmad shodiqin (2018) yang menunjukan
bahwa sektor industri pengolahan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
bandang lampung dan begitu pula dengan kepulauan Bangka Belitung yaitu
dengan mengoptimalkan sektor industri pengolahan maka akan meningkatkan
PDRB provinsi kepulauan Bangka Belitung. Sesuai dengan teori Hirschman,
sektor industri pengolahan dianggap sebagai sektor pemimpin (the leading sektor),
pertumbuhan yang cepat dari satu atau beberapa industri pengolahan akan
mendorong perluasan industri-industri lainnya yang terkait. Ataupun
kemungkinan dengan banyaknya sumber daya alam yang melimpah bisa
mendorong pertumbuhan industri pengolahan (sebagai bahan mentah). Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa sektor industri pengolahan memegang suatu
peranan yang cukup penting dalam pembangunan ekonomi suatu daerah karena
melalui pembangunan industri maka akan memacu dan memajukan pembangunan
sektor- sektor lainnya. Dan diharapkan dapat menciptakan peluang kerja untuk
dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak dan pada gilirannya nanti akan
meningkatkan pendapatan masyarakat secara keseluruhan, karena pertumbuhan
ekonomi ditandai dengan meningkatnya pendapatan per kapita
Produk domestic regional bruto (PDRB) Merupakan salah satu indicator
pertumbuhan ekonomi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
infrastruktur ekonomi. PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan
dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu
atau merupakan jumlah nilai dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit
ekonomi. Dengan nilai PDRB yang cenderung meningkat setiap tahunnya, sektor
industri pengolahan merupakan salah satu faktor sekunder yang memberikan
kontribusi terhadap PDRB di Sulawesi utara, pertumbuhan sektor industri
pengolahan selama tiga tahun terakhir tumbuh lambat atau mengalami penurunan
(Amin, 2015)
FAKTOR-FAKTOR SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi industri pengolahan menurut
Soekartawi (2003, 207) dalam Wibowo (2018) adalah modal produksi, bahan
baku produksi, tenaga kerja produksi, upah per tenaga kerja produksi dan
aglomerasi industri.
a. Modal produksi
Modal produksi adalah suatu barang atau uang yang dapat
digunakan untuk menghasilkan barang produksi. Modal digunakan untuk
membiayai proses produksi.
b. Bahan baku produksi,
Bahan baku produksi adalah bahan baku yang diolah dalam
kegiatan produksi industri. Proses produksi penggunaan bahan baku akan
berdampak pada penjualan dalam kenaikan harga dan akan berhenti
berproduksi jika tidak tersedia.
c. Tenaga kerja produksi
Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam kegiatan produksi
dalam menjalankan kegiatan produksi usaha.
d. Upah per tenaga kerja produksi
Upah adalah imbalan yang diterimapekerja yang diberikan pemilik
usaha dalam proses produksi barang atau jasa di industri
e. Aglomerasi industri
Aglomerasi industri memiliki keuntungan tertentu yaitu dalam
skala ekonomis yaitu produksi dalam skala besar, dan keuntungan biaya.
Munculnya aglomerasi disuatu wilayah akan mendorong pertumbuhan
ekonomi di wilayah tersebut karena terciptanya efisiensi produksi.
Dalam hasil penelitian Wibowo menyatakan bahwa faktor-faktor tersebut
berpengaruh terhadap industri pengelolaan. Wibowo menjelaskan dalam hasil
jurnalnya yaitu 1) peningkatan penggunaan modal produksi dapat memberikan
peluang kepada industri pengolahan untuk meningkatkan produksi karena
semakin banyak hasil produksi maka proses produksi akan semakin besar, 2) jika
terjadi peningkatan penggunaan bahan baku produksi industri akan terjadi
peningkatan dalam proses produksi industri pengolahan, 3) apabila terjadi
peningkatan tenaga kerja dalam proses produksi maka akan menaikkan output
produksi industri, 4) semakin bertambah upah per tenaga kerja produksi akan
menaikkan produksi industri pengolahan. Namun dalam jurnalnya menyebutkan
bahwa faktor-faktor produksi industri pengolahan tidak efisien secara teknis,
harga, ekonomi, dan return to scale.
Dalam jurnal penelitian Maringka, Kindangen, dan Rotinsulu (2021, 41-
42) juga menjelaskan faktor-faktor yang sama dengan jurnal peneltian Wibowo
(2018), 3 diantaranya adalah Modal, Tenaga Kerja, dan Bahan Baku. Dalam hasil
penelitiannya modal, tenaga kerja dan bahan baku berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan rumah tangga industri pengolahan ikan di kabupaten
Minahasa Tenggara.
Sedangkan dalam jurnal penelitian Cahyati dan Anjaningrum (2017, 74-
75) ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi industri pengolahan yaitu sebagai
berikut:
a. Kualitas sumber daya manusia, yaitu potensi, kekuatan, atau
kemampuan yang ada dalam diri manusia untuk dapat berprestasi dan
menjadikan organisasinya tetap hidup dan berjalan (Joerson, 2005)
b. Sistem produksi, adalah kumpulan dari sub sistem yang saling
berinteraksi dengan tujuan mentransformasi input produksi menjadi output
produksi.
c. Sistem pengelolaan keuangan, yaitu suatu kerangka dari prosedur-
prosedur yang saling berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu
skema yang menyeluruh, untuk melaksanakan kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan
pengawasan keuangan (Baridwan, 2008)
d. Strategi Pemasaran. Strategi pemasaran penting untuk membantu
meningkatkan daya saing perusahaan dalam menghadapi era globalisasi
dan liberalisasi. Strategi pemasaran merupakan alat fundamental yang
direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan
keunggulan bersaing yang berkesinambungan.
e. Sistem kemitraan, merupakan jalinan kerjasama usaha yang saling
menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha
besar/menengah disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh
pengusaha besar sehingga saling memerlukan, menguntungkan dan
memperkuat (Liptan, 2000).
f. Kualitas Inftrastuktur dan Regulasi. Regulasi merupakan seperangkat
aturan yang dimaksudkan untuk memberikan perlindungan dan manfaat
untuk masyarakat pada umumnya atau pada sekelompok masyarakat.
Selainregulasi, pemerintah dapat mendukung perkembangan usaha kecil
melalui perbaikan infrastruktur.
Dalam penelitiannya faktor-faktor tersebut mempengaruhi perkembangan
usaha kecil sektor industri pengolahan di Kota Malang. Faktor yang berpengaruh
positif dan signifikan terhadap perkebangan usaha kecil adalah sistem kemitraan.
BEBERAPA FAKTOR PERANAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN
DALAM PEREKONOMIAN DI INDONESIA
Pengolahan Ekonomi suatu bangsa merupakan pilar penting bagi
terselenggaranya proses pembangunan di segala bidang. Karena jika pengolahan
ekonomi suatu bangsa berhasil, maka bidang-bidang lain seperti bidang hukum,
politik, pertanian, dan lain-lain akan sangat terbantu.
Suatu masyarakat yang pengolahan ekonominya berhasil ditandai dengan
tingginya pendapatan perkapita masyarakat negara tersebut. Dengan tingginya
pendapatan perkapita masyarakat, maka negara dan masyarakat akan dapat lebih
leluasa dalam menjalankan berbagai aktivitas pada berbagai bidang yang lain.
Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam
pengolahan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pengolahan nasional dari
tahun ke tahun menunjukkan kontribusi yang signifikan.
Peranan Sektor Industri dalam Pengolahan Ekonomi Nasional dapat
ditelusuri dari kontribusi masing-masing subsektor terhadap Laju Pertumbuhan
Ekonomi Nasional atau terhadap produk domestik bruto.
Pada beberapa negara yang tergolong maju, peranan sektor industri lebih
dominan dibandingkan dengan sektor pertanian. Sektor industri memegang peran
kunci sebagai mesin pembangunan karena sektor industri memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan sektor lain karena nilai kapitalisasi modal yang
tertanam sangat besar, kemampuan menyerap tenaga kerja yang besar, juga
kemampuan menciptakan nilai tambah (value added creation) dari setiap input
atau bahan dasar yang diolah. Pada negara-negara berkembang, peranan sektor
industri juga menunjukkan kontribusi yang semakin tinggi.
Analisis keterkaitan biasanya digunakan sebagai dasar perumusan strategi
pengolahan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam sistem
perekonomian. Keterkaitan ini yang biasa dirumuskan meliputi keterkaitan ke
belakang (backward linkge) yang berhubungan dengan keterkaitan antar sektor
dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses
produksi, dan keterkaitan ke depan (forward linkage) yang menunjukkan
hubungan antar sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang
dihasilkan. Menurut Widyawati (2017), keterkaitan ke depan adalah menghitung
total output yang tercipta akibat meningkatnya output suatu sektor industri melalui
mekanisme distribusi output dalam perekonomian. Jika terjadi peningkatan output
produksi sektor i, maka tambahan output tersebut akan didistribusikan ke sektor-
sektor produksi di perekonomian tersebut, termasuk sektor i itu sendiri.
Sedangkan keterkaitan ke belakang (Backward Linkages) adalah menghitung
peningkatan output sektor tertentu yang akan mendorong peningkatan output
sektor-sektor lainnya.
Sektor industri pengolahan memiliki peran utama untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi setiap tahunnya, dimana memperluas
lapangan usaha, memperluas kesempatan kerja dan sebagainya. Pembangu-
nan ekonomi itu sendiri untuk merubah dalam struktur produksi, dan sumber
daya. Transaksi antar sektor ekonomi yang dinyatakan dalam satuan moneter
diukur dalam dua cara, yaitu atas dasar harga produsen dan atas dasar harga
pembeli. Perbedaan antara kedua tersebut adalah karena adanya margin distribusi
yang terdiri dari berbagai unsur mergin perdagangan dan biaya pengangkutan.
Dalam transaksi yang dinyatakan atas dasar pembeli, unsur margin perdagangan
dan biaya pengangkutan tergabung dalam nilai input sektor yang membeli.
Sebaliknya dinyatakan atas dasar harga produsen, semua unsur margin
perdagangan dan biaya pengangkutan dipisahkan dari nilai inputnya dan
diperlukan sebagai input dari sektor perdagangan dan pengankutan bagi masing –
masing sektor yang membeli.
Analisis keterkaitan biasanya digunakan sebagai dasar perumusan strategi
pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam sistem
perekonomian. Keterkaitan ini yang biasa dirumuskan meliputi keterkaitan ke
belakang (backward linkge) yang berhubungan dengan keterkaitan antar sektor
dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses
produksi, dan keterkaitan ke depan (forward linkage) yang menunjukkan
hubungan antar sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang
dihasilkan. Menurut Widyawati (2017), keterkaitan ke depan adalah menghitung
total output yang tercipta akibat meningkatnya output suatu sektor industri melalui
mekanisme distribusi output dalam perekonomian. Jika terjadi peningkatan output
produksi sektor i, maka tambahan output tersebut akan didistribusikan ke sektor-
sektor produksi di perekonomian tersebut, termasuk sektor itu sendiri. Sedangkan
keterkaitan ke belakang (Backward Linkages) adalah menghitung peningkatan
output sektor tertentu yang akan mendorong peningkatan output sektor-sektor
lainnya. Urutan berikutnya kelompok Industri Logam Dasar Besi dan Baja yang
tumbuh sebesar 5,70%, dan kelompok Industri Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki
sebesar 3,64%. Hasil-hasil yang dicapai tidak terlepas dari kebijakan dan upaya
yang telah dilakukan oleh Pemerintah serta didukung oleh para pelaku usaha dan
masyarakat dalam rangka pengembangan dan peningkatan daya saing industri
nasional.
Program dan upaya yang dilakukan pemerintah dalam pengembangan
industri yang menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi nasional menjadi program
prioritas yaitu: 1) Program Hilirisasi Industri Berbasis Agro, Migas, dan Bahan
Tambang Mineral. 2) Program Peningkatan Daya Saing Industri Berbasis SDM,
Pasar Domestik, dan Ekspor. 3) Program Pengembangan Industri Kecil Tantangan
dan peluang industri tahun 2013 masih sangat tergantung pada kondisi
perekonomian Amerika Serikat dan Uni Eropa yang masih diwarnai
ketidakpastian. Hal ini tentu menimbulkan kekhawatiran banyak kalangan. Akan
tetapi, dengan terus membaiknya kinerja sektor industri non migas dan pesatnya
peningkatan investasi di sektor ini, maka pada tahun 2013 pertumbuhan indutri
Bahkan jika upaya-upaya maksimal bisa dilakukan, industri non migas
diperkirakan bisa tumbuh sekitar 7,1%, dimana dalam hal ini Industri Pupuk,
Kimia dam Barang dari karet, Industri Semen & Barang Galian bukan logam;
Industri Makanan & Minuman, dan Industri Otomotif diharapkan bisa Apabila
berbagai permasalahan yang menghambat pertumbuhan sektor industri seperti
penyediaan infrastuktur, ketersediaan gas, listrik dan iklim investasi yang
kondusif dapat ditemukan solusinya, maka sektor industri di yakini dapat berperan
lebih besar dalam mendorong Dengan pertumbuhan industri non migas tersebut,
maka pertumbuhan sektor industri pengolahan secara keseluruhan diperkirakan
bisa mencapai 6,2 - 6,5% pada tahun 2013 dan pertumbuhan ekonomi Indonesia
diperkirakan bisa mencapai 6,2 - 6,7%.

INDIKATOR DALAM PERANAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN


DALAM PEREKONOMIAN DI INDONESIA
Analisis terhadap sektor industri pengolahan di Provinsi Jambi menemukan
bahwa:
1) Industri pengolahan yang memiliki nilai keterkaitan langsung ke depan
terbesar adalah industri pupuk, sedangkan yang memiliki nilai
keterkaitan langsung dan tidak langsung kedepan terbesar adalah sektor
industri CPO;
2) Industri pengolahan yang memiliki nilai keterkaitan ke belakang terbesar
adalah industri pupuk, sedangkan yang memiliki nilai keterkaitan
langsung dan tidak langsung kebelakang terbesar adalah industri CPO;
3) Hasil simulasi injeksi belanja tidak langsung secara keseluruhan
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang kecil, sedangkan simulasi
injeksi belanja langsung secara keseluruhan mampu menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang relatif besar dibandingkan injeksi belanja
tidak langsung.
Sektor industri pengolahan meliputi semua kegiatan produksi yang
bertujuan meningkatkan mutu barang dan jasa. Proses produksi dapat dilakukan
secara mekanis, kimiawi ataupun proses lainnya dengan menggunakan alat-alat
sederhana dan mesin- mesin. Proses tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan
industri, perusahaan pertanian, pertambangan atau perusahaan lainnya
(Daryanto, 2010).
Pertumbuhan ekonomi nasional di tahun 2001 tercatat sebesar 3,64 %,
dengan kontribusi sektor industri pengolahan sebesar 27,65 % terhadap PDB.
Kemudian di tahun 2007 pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,35 %,
dengan kontribusi sektor industri pengolahan sebesar 27,39 %. Selanjutnya di
tahun 2013 pertumbuhan ekonomi nasional tercatat sebesar 5,73 % dengan
kontribusi industri pengolahan sebesar 25,55 %. Walaupun terjadi penurunan
kontribusi, secara nilai sektor ini terus mengalami kenaikan nilai setiap
tahunnya, secara rata-rata nasional selama 2001-2013 sektor industri
pengolahan merupakan sektor dengan kontribusi terbesar di Indonesia.
Sedangkan pada sisi penyerapan tenaga kerja, secara nasional sektor industri
pengolahan menempati posisi ketiga. Tercatat pada tahun 2001 sektor industri
pengolahan menyerap tenaga kerja sebesar 13,31 %, kemudian di tahun 2007
mengalami penurunan kontribusi yaitu menjadi 12,38 %, selanjutnya di tahun
2013 kontribusi tenaga kerja sektor industri pengolahan mengalami
peningkatan menjadi sebesar 13,27 % (BPS, Data Diolah 2014).

1. Industri pengolahan sebagai sektor antara memiliki peran yang strategis


memiliki keterkaitan yang erat baik ke depan maupun kebelakang
terhadap sektor ekonomi lain. Untuk itu pengembangan sektor industri
yang berbasis pada sektor pertanian perlu dilakukan guna
mengoptimalkan potensi perekoomian yang ada saat ini, selain itu
sinergitas antar sektor perlu diperhatikan melalui strategi
pembangunan yang berkelanjutan, baik dengan menambah kapasitas
investasi baik berupa sarana dan prasarana, peningkatan sumber daya
manusia, serta menyiapkan infrastruktur guna menunjang kemudahan
akses pembangunan perekonomian, baik berupa jalan, jembatan dan
infrastruktur lainnya, di harapakan peran dan fungsi industri pengolahan
tercapai secara maksimal dan mampu memberikan daya dukung yang
besar terhadap perekonomian.
2. Dalam mempercepat proses pembangunan ekonomi, perlu adanya
perhatian serius dari pemerintah dalam mengalokasikan dan
mendistribusikan anggaran belanja, dengan proporsi yang tepat, efektif
dan efisien serta pengawasan yang baik. Proporsi belanja yang tepat,
efektif dan efisien tentunya harus memperhatikan keseimbangan
proporsi yang benar antara belanja tidak langsung dan belanja langsung.
Jangan sampai ketimpangan antara proporsi belanja tidak langsung jauh
semakin membesar dari pada belanja langsung. Kedua Proporsi belanja
tersebut sangat penting dalam menunjang proses percepatan
pembangunan ekonomi, proporsi alokasi dan distribusi belanja langsung
dibutuhkan untuk penyediaan berbagai fasilitas, seperti infrastruktur
jalan, jembatan, irigasi, jaringan, serta fasilitas lain yang bertujuan untuk
mempercepat proses pembangunan ekonomi.
3. Dengan tersedianya berbagai fasilitas yang dibutuhkan investor akan
mampu mendatangkan arus investasi yang lebih besar karena pihak
pemilik langsung atau investor akan mau menginvestasikan langsungnya
apabila wilayah tersebut telah memiliki infrastruktur yang cukup
memadai. Hal ini disebabkan, dalam melakukan kegiatan produksi dan
pemasarannya di perlukan kemudahan dan kelancaran dalam kegiatan
produksi serta akses perdagangan yang luas. Iklim investasi yang baik,
akan mampu meningkatkan pendapatan, menyerap tenaga kerja,
mengurangi kemiskinan dan pada akhirnya akan mampu mempercepat
proses pembangunan ekonomi. Selain itu, perlu adanya pengembangan
sumberdaya manusia yang berkualitas, berdaya saing dan kompetitif,
sesuai dengan kebutuhan pasar yaitu melalui peningkatan pelayanan
pendidikan masyarakat melalui pembuatan sarana pendidikan tinggi
yang berbasis potensi daerah, dengan demikian diharapkan putra-putri
daerah memiliki kemampuan dan keahlian yang baik serta dapat
mengikuti arus perkembangan perekonomian khususnya kemajuan di
sektor industri yang pada akhirnya dapat menciptakan nilai tambah
terhadap produk sektor ekonomi.

Sumber:
Ahmad Shodiqin. 2018. Pengaruh Industri Pengolahan Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandar Lampung Dalam Perpektif Ekonomi Islam
Periode 2010- 2016. Skripsi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas
Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Amin, Ayu Azhari. 2015. Peranan Sektor Industri Pengolahan Terhadap
Perekonomian Dan Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal
social ekonomi
Cahyanti, Mega M, dan W.D Anjaningrum. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan Usaha Kecil Sektor Industri Pengolahan Di Kota Malang.
JIBEKA. Volume 11 Nomor 2, hal 73-79. Diakses pada website
https://jurnal.stie.asia.ac.id/index.php/jibeka/article/view/50/36
Hariani, E. (2018). Peran Sektor Industri Pengolahan Dalam
Perekonomian Jawa Timur (Pendekatan Analisis Input-Output 2015). LPPM
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Indrawati, tituk 2021. ‘’pengaruh sektor industri pengolahan terhadap
pertumbuhan ekonomi provinsi kepulauan Bangka Belitung’’ jurnal ekonomi ,
volume 12 nomor 1
Margalita W, Badjuri, Siti komariah. (2015). Peranan Sektor Pengolahan
Terhadap Perekonomian Jawa Timur Tahun 2007 -2011(Pendekatan Input-Output
Analsysis).
Maringka, Marko L.F, Paulus Kindangen, Debby Ch. Rotinsulu. (2021). Analisis
Pengaruh Faktor-Faktor Produksi Pengolahan Ikan Terhadap Pendapatan
Rumah Tangga Di Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal Pembangunan
Ekonomi dan Keuangan Daerah. Vol.22 No.1. hal 37-51. Diakses pada
website https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jpekd/article/view/34244

Rahmah, Amaliya Nur dan widodo sugeng. (2019). “Peranan sektor


industri terhadap perekonomian Indonesia dengan pendekatan input-output tahun
2010 – 2016”. jurnal: Economie, Volume 01, No.1.
Wibowo, Setyo Adi. (2018). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Produksi Industri Pengolahan Dan Efisiensi Produksi Pada Kabupaten/Kota
Di Jawa Tengah Tahun 2010-2015. Media Ekonomi dan Manajemen. Vol.
33 No. 2. Hal. 205-213. Diakses pada website
https://core.ac.uk/download/pdf/249338462.pdf.

Anda mungkin juga menyukai