Anda di halaman 1dari 8

PEMBANGUNAN SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA

Pertumbuhan ekonomi nasional sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan industri. Apabila


dikorelasikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sejalan dengan pertumbuhan sektor industri
manufaktur. Jika pertumbuhan industri melambat, maka berdampak terhadap perlambatan
pertumbuhan ekonomi, begitupula sebaliknya. Hal ini dapat dipahami karena sektor industri
merupakan kontributor paling besar terhadap perekonomian.

Ada beberapa faktor yang dapat membangkitkan perindustrian di Indonesia, diantaranya:

1. Struktur organisasi: Dilakukan inovasi dalam jaringan institusi pemerintah dan swasta
yang melakukan impor. Sebagai pihak yang membawa,mengubah, mengembangkan
dan menyebarluaskan teknologi.
2. Ideologi: Perlu sikap dalam menentukan pilihan untuk mengembangkan suatu
teknologi apakah menganut tecno-nasionalism,techno-globalism, atau techno-hybrids.
3. Kepemimpinan: Pemimpin dan elit politik Indonesia harus tegas dan cermat dalam
mengambil keputusan untuk mengembalikan kepercayaan pasar dalam negeri maupun
luar negeri.

Faktor-Faktor yang dapat menghambat perkembangan perindustrian:

1. Keterbatasan teknologi: Kurangnya perluasan dan penelitian dalam bidang teknologi


menghambat efektifitas dan kemampuan produksi.
2. Kualitas SDM: Terbatasnya tenaga profesional di Indonesia menjadi penghambat
untuk mendapatkan dan mengoperasikan alat alat dengan teknologi terbaru.
3. Keterbatasan dana pemerintah: Terbatasnya dana pengembangan teknologi oleh
pemerintah untuk mengembangkan infrastruktur dalam bidang riset dan teknologi.

Permasalahan Pembangunan Sektor Industri di Indonesia berasal dari internal dan eksternal

Permasalahan internal:

 Lemahnya sarana dan prasarana


 Kesenjangan pembangunan daerah
 Ketergantungan impor
 Rendahnya kualitas SDM
 Lemahnya penguasaan teknologi
 Lingkungan usaha yang belum kondusif kepastian hukum

Permasalahan eksternal:
 Isu globalisasi dan liberalisasi ekonomi
 Kesepakatan internasional
 Munculnya raksasa ekonomi baru
 Arah perkembangan pasar dunia

STRATEGI PEMBANGUNAN SEKTOR INDUSTRI

1. Strategi substitusi impor (Inward Looking). Mengembangkan industri berorientasi


domestic yang dapat menggantikan produk impor, membangun industri barang-barang
konsumsi, dan mengembangkan industri hulu (upstream industries)
Pertimbangan jika menggunakan strategi ini:
 Sumber daya alam & Faktor produksi cukup tersedia.
 Potensi permintaan dalam negeri memadai
 Sebagai pendorong perkembangan industri manufaktur dalam negeri
 Kesempatan kerja menjadi luas
 Pengurangan ketergantungan impor, shg defisit berkurang

2. Strategi promosi ekspor (Outward Looking). Beorientasi ke pasar internasional dalam


usaha pengembangan industri dalam negeri yang memiliki keunggulan bersaing.
Rekomendasi agar strategi ini dapat berhasil:
 Pasar harus menciptakan sinyal harga yang benar yang merefleksikan kelangkaan
barang yang bisa baik pasar input maupun output.
 Tingkat proteksi impor harus rendah.
 Nilai tukar harus realistis.
 Ada insentif untuk peningkatan ekspor.

PERAN TEKNOLOGI DAN DAMPAK INDUSTRI TERHADAP


PENGANGGGURAN

Perkembangan teknologi yang sedemikian pesat akan memengaruhi keterserapan tenaga kerja
dalam industri dan berdampak terhadap peningkatan angka pengangguran. Perkembangan
teknologi dapat ditunjukkan dengan diciptakannya robot yang semakin mirip dengan manusia
yang nantinya dapat menggantikan peran manusia dalam melakukan berbagai pekerjaan.

(kelanjutannya pake slide foto aja keterangan di bawah buat suara aja)
Contohnya seperti dalam industri tekstil yang dapat mengantikan pekerjaan buruh dengan
robot buatan supaya lebih efektif dan efisien. Namun, hal tersebut dapat menyebabkan
tingginya angka pengangguran sebab para pekerja sudah tergantikan dengan teknologi.

DATA MENGENAI SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA

(nanti disini ditampilin gambar sama animasi aja gausah pake kata kata. Kata kata
yang dibawahnya cuma buat suara aja)

Berdasarkan laporan IHS Markit, Purchasing Managers Index Manufacture Indonesia pada
bulan Agustus berada di 50,8 yang menandakan industri dalam negeri sedang ekspansif dan
kepercayaan pelaku bisnis terhadap Indonesia masih bertumbuh.
Meningkatnya level PMI Manufaktur Indonesia dalam beberapa bulan terakhir disokong oleh
implementasi adaptasi kebiasaan baru yang secara bertahap meningkatkan kegiatan
opersional sektor industri. Capaian positif PMI menunjukkan bahwa langkah pemerintah
dalam melakukan mitigasi di sektor industri manufaktur saat pandemi covid-19 sudah sesuai.

Dari data ini, dapat dilihat terjadi perbaikan pada kinerja sektor industri pengolahan di
Triwulan III 2020 menjadi 44,91% dibandingkan dengan Triwulan II sebesar 28,55%, serta
diproyeksikan semakin membaik pada Triwulan IV meskipun masih berada pada fase
kontraksi. Perbaikan ini terjadi pada seluruh komponen pembentuk PMIBI seiring dengan
diberlakukannya AKB yang mendorong aktivitas masyarakat, kegiatan produksi, dan
kelancaran distribusi.
Sedangkan, berdasarkan subsektor industri pada Triwulan III tahun 2020, indeks tertinggi
tercatat pada subsektor Semen dan Barang Galian Non Logam sebesar 48,49%, kemudian
Makanan, Minuman, dan Tembakau sebesar 48%, dan Kertas dan Barang Cetakan sebesar
46,37%.

Kementerian Perindustrian mendorong industri otomotif nasional agar mengembangkan


kendaraan listrik seiring dengan tren dunia yang terus bergerak ke penggunaan kendaraan
dengan konsep yang hemat energi dan ramah lingkungan.
Kebijakan penurunan harga gas untuk 7 sektor industri di level 6 dollar AS per juta MMBTU
ini dapat meningkatkan efisiensi proses produksi, yang berdampak juga pada kemampuan
pelaku industri untuk hasilkan produk berdaya saing.

Pada tahun 2020 kementerian perindustrian melaksanakan program revitalisasi industri pupuk
yang meliputi penggantian pabrik usia tua, pembangunan pabrik pupuk baru, maupun
pengamanan operasi pabrik pupuk yang sudah ada. Hal ini dilakukan untuk mendukung
program ketahanan pangan nasional.

Kementerian perinustrian terus berupaya mendorong pemulihan sektor industri di dalam


negeri yang terdampak pandemi covid-19. Program restrukturisasi merupakan potongan
harga pembelian mesin dan peralatan kepada pelaku IKM. Besaran potongan yang diberikan
30% untuk mesin buatan dalam negeri dan 25% untuk mesin impor dengan nilai potongan
paling sedikit 5 juta dan paling besar 300 juta per IKM.
Berdasarkan data BPS Statistik secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-September
2020 sebesar 117,19 miliar USD dimana ekspor nonmigas dari industri pengolahan sebesar
94,36 miliar USD.

Data terakhir yang kami dapat yaitu pada tanggal 30 Oktober 2020, pemerintah AS
memperpanjang fasilitas GSP bagi Indonesia. GSP merupakan fasilitas pembebasan bea
masuk bagi beberapa jenis produk sesuai ketentuan Pemerintah AS dalam rangka
meningkatkan akses pasar bagi negara negara berkembang. Hal ini sangan menguntungkan
bagi Indonesia yang termasuk dalam negara berkembang.

Anda mungkin juga menyukai