SISTEM
PENGENDALIAN
MANAJEMEN
KOMPENSASI MANAJEMEN
12
Ekonomi & Bisnis Akuntansi 32006 DRS.SUHARMADI, AK.MM.M.Si, CA
MARSYAF SE Ak., M. Ak.,
Abstract Kompetensi
Sesi 12 ini akan membahas Mahasiswa diharapkan mampu
kompensasi jenisnya dan tata cara memahami pentengnya pemebrian
pemebrian kompensasi. kompensasi sesuai dengan kinerja yang
telah dilakukan.l
MODUL 12
KOMPENSASI MANAJEMEN
Materi Pembahasan:
Individu-individu cenderung untuk lebih termotivasi oleh penghargaan pendapatan potensial daripada oleh
rasa takut akan hukuman, yang rnenyarankan agar sistem pengendalian manajemen sebaiknya berorientasi
pada penghargaan.
Penghargaan pribadi bersifat relatif atau situasional. Kompensasi moneter adalah suatu cita penting untuk
memenuhi kebutuhan. Tetapi, di luar tingkat kepuasan tertentu, jumlah kompensasi tidak selalu sama
pentingnya seperti penghargaan non moneter.
Jika manajemen senior memberikan tanda-tanda melalui tindakannya bahwa mereka menganggap sistem
pengendalian manajemen adalah penting, maka manajer operasi juga akan menganggapnya penting. Jika
manajemen senior tidak terlalu memerhatikan sistem tersebut, manajemen operasi juga akan melakukan hal
yang sama.
Individu-individu sangat termotivasi ketika mereka memperoleh laporan, atau umpan balik, mengenai kinerja
mereka. Tanpa umpan balik semacam itu, orang. orang tidak akan merasakan suatu perasaan akan
pencapaian atau realisasi did atau untuk menemukan bagaimana mereka dapat mengubah perilaku mereka
untuk memenuhi tujuannya.
Insentif menjadi kurang efektif ketika periode antara tindakan dan umpan balik atas tindakan tersebut
semakin panjang. Di tingkat yang lebih rendah dalam organisasi tersebut, frekuensi yang optimal mungkin
hanya dalam hitungan jam; untuk manajemen senior, mungkin dalam hitungan bulan.
Motivasi adalah paling lemah ketika orang tersebut merasa yakin bahwa suatu insentif tidak dapat dicapai
atau terlalu mudah untuk dicapai. Motivasi adalah kuat ketika diperlukan suatu us aha untuk rnencapai
tujuan tersebut dan ketika individu menganggap pencapaian ini penting dalam hubungan dengan kebu
tuhannya.
Insentif yang disediakan oleh suatu anggaran atau pernyataan tujuan lainnya adalah paling kuat ketika
manajer bekerja sama dengan atasannya untuk memperoleh angka-angka anggaran.
Jumlah total dari bonus yang dapat dibayarkan ke sekelompok karyawan yang
memiliki kualifikasi dalam suatu tahun tertentu disebut dengan "kantong bonus." Rumus ini
biasanya berkaitan dengan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan di tahun berjalan.
Salah satu metode adalah untuk mendasarkan bonus tersebut pada suatu
persentase dari laba per saham setelah tingkat laba per saham yang telah ditentukan
sebelumnya telah dicapai. Menggunakan contoh sebelumnya, asumsi-kan situasi berikut ini:
Kompensasi Ditunda
Manajer dapat mengestimasikan, dengan akurasi yang cukup besar, pendapatan tunai mereka untuk tahun
mendatang.
Pembayaran yang ditunda meratakan penerimaan kas manajer, karena dampak dari pergeseran musiman
dalam laba akan dirata-ratakan dalam pembayaran tunai.
Seorang manajer yang pensiun akan terus menerima pembayaran untuk sejumlah tahun; ini tidak hanya
meningkatkan penghasilan pensiun tetapi juga memberikan keuntungan pajak, karena tarif pajak
penghasilan setelah pensiun mungkin lebih rendah daripada tarif pajak selama masa kerja.
Kerangka waktu penundaan mendorong para pengambil keputusan untuk berpikir secara jangka panjang.
Kerugian dari rencana bonus ditunda adalah bahwa rencana tersebut tidak membuat
jumlah yang ditunda menjadi tersedia bagi eksekutif di tahun bonus tersebut diperoleh.
Karena pembayaran bonus dalam suatu tahun tidak berkaitan dengan kinerja di tahun
tersebut, maka para eksekutif mungkin akan bertindak tanpa terlalu dipengaruhi oleh
insentif.
Suatu asumsi mendasar dari banyak rencana insentif jangka panjang adalah bahwa
pertumbuhan dalam nilai dan saham perusahaan mencerminkan kinerja jangka panjang
perusahaan tersebut. Ada beberapa jenis rencana semacam itu. Popularitas dari rencana-
rencana tersebut dipengaruhi oleh perubahan dalam hukum pajak penghasilan, perubahan
dalam perlakuan akuntansi, kondisi pasar saham, dan berbagai faktor lainnya.
Konsekuensinya, rencana yang berbeda populer pada waktu yang berbeda.
Opsi Saham
Suatu opsi saham adalah hak untuk membeli sejumlah lembar saham pada, atau
setelah, tanggal tertentu di masa depan (tanggal pelaksanaan), pada harga yang telah
disetujui pada tanggal pemberian opsi (biasanya harga pasar sekarang atau 95 persen dari
harga pasar sekarang). Manfaat motivasional utama dan rencana opsi saham adalah bahwa
rencana tersebut mengarahkan energi manajer ke ayah kinerja jangka panjang maupun
jangka pendek dan perusahaan tersebut.
Saham Fantom
Suatu rencana Saham fantom memberikan kepada manajer sejumlah Saham untuk
tujuan pembukuan Baja. Di akhir periode yang telah ditentukan (katakanlah, lima tahun)
eksekutif tersebut berhak untuk menerima suatu penghargaan yang setara dengan apresiasi
di nilai pasar dari Saham tersebut sejak tanggal penghargaan. Penghargaan tersebut dapat
berbentuk uang tunai, lembar Saham, atau keduanya. Tidak seperti opsi Saham, suatu
rencana Saham fantom tidak memiliki biaya transaksi.
Suatu hak apresiasi Saham adalah suatu hak untuk menerima pembayaran uang
tunai berdasarkan peningkatan dalam nilai Saham dari saat pemberian penghargaansampai
Saham Kinerja
Unit Kinerja
Dalam suatu rencana unit kinerja, suatu bonus tunai dibayarkan ketika target jangka
panjang tertentu telah tercapai. Rencana ini dengan demikian rnenggabungkan aspekaspek
dari hak apresiasi saham dan saham kinerja. Rencana ini terutama berguna di perusahaan-
perusahaan yang hanya memiliki sedikit atau tidak sama sekali saharn yang
diperdagangka:n secara publik. Target jangka panjang harus ditetapkan secara hati-hati
agar rencana ini dapat berhasil.
Setiap pejabat korporat, kecuali CEO, bertanggung jawab sebagian atas kinerja
keseluruhan perusahaan. Para pejabat korporat ini dimotivasi oleh, dan berhak untuk
menerima, suatu bonus untuk kinerja yang baik. Tetapi, sebagian kinerja yang dihasilkan
oleh masing-masing dari rnereka tidak dapat diukur. Misalnya, bagairnana sese orang dapat
mengukur kontribusi terhadap laba yang dibuat oleh CFO atau wakil presiden sumber clara
manusia atau kepala penasihat perusahaan?
Kompensasi CEO
Beraneka ragam opsi ada dalam mengembangkan suatu paket kompensasi insentif
bagi manajer unit bisnis (lihat Tampilan 12.1).
Jenis Insentif
TAMPILAN 12.1 Opsi Desain Kompensasi Insentif untuk Manajer Unit Bisnis
A. Jenis Insentif
1. Penghargaan Keuangan
a. Kenaikan gaji
b. Bonus
c. Manfaat
d. Fasilitas
a. Kemungkinan promosi
c. Peningkatan otonomi
e. Pengakuan
1. Batas Atas
2. Batas Bawah
2. Laba Perusahaan
3. Gabungan Keduanya
D. Kriteria Kinerja
1. Kriteria Keuangan
a. Margin kontribusi
e. Laba bersih
2. Periode Waktu
3. Kriteria Nonkeuangan
a. Pertumbuhanpenjualan
b. Pangsa pasar
c. Kepuasan pelanggan
f. Pengembangan karyawan'
a. Anggaran laba
c. Kinerja pesaing
1. Berdasarkan Rumus
2. Subjektif
3. Gabungan Keduanya
2. Saham
3. Opsi Saham
4. Saham Fantom
5. Saham Kinerja
Ada dua paham pemikiran mengenai cara untuk membaurkan penghargaan tetap
(gaji dan tunjangan) dengan penghargaan variabel (bonus insentif) dalam total kompensasi
manajer. Paham yang satu menyatakan bahwa perusahaan merekrut orang-orang yang
baik, membayarnya dengan baik, dan kemudian mengharapkan kinerja yang baik.
Perusahaan yang menganut paham ini' menekankan pada gaji, dan bukan bonus insentif.
Hal ini disebut dengan sistem pembayaran tetap.
Tingkat Batas
Dasar Bonus
Bonus insentif seorang rnanajer unit bisnis dapat didasarkan hanya pada totallaba
korporat atau Pada laba unit bisnis atau carnpuran keduanya. Salah satu argurnen untuk
rnengaitkan bonus ke kinerja unit adalah bahwa keputusan dan tindakan rnanajer tersebut
lebih berdarnpak secara langsung pada unitnya sendiri dan bukan Pada unit bisnis yang
lain. Tetapi, pendekatan sernacarn itu dapat sangat rnengharnbat kerja sama antarunit.
Dalam suatu perusahaan industri tunggal yang unit bisnisnya sangat tergantung satu
sama lain, bonus rnanajer terutarna dikaitkan dengan kinerja korporat karena kerja sama
antarunit adalah penting. Dalarn suatu konglornerasi, di pihak lain, unit bisnis biasanya
bersifat otonorn. Dalarn konteks sernacarn itu, akan menjadi kontraproduktif jika mend as
ark an bonus rnanajer unit bisnis terutarna pada laba perusahaan. Hal ini akan rnelernahkan
kaitan antara kinerja dan penghargaan. Sistem semacam itu rnenciptakan masalah free-
rider. Beberapa rnanajer akan bersikap santai dan tetap rnasih rnernperoleh bonus
berdasarkan us aha orang lain, yaitu rnanajer yang lebih rajin.
Kriteria Kinerja
Masalah yang sulit dalam rencana bonus insentif untuk manajer unit bisnis adalah
untuk memutuskan kriteria mana yang sebaiknya digunakan untuk menentukan bonus.
Jika unit bisnis tersebut adalah suatu pusat laba, memilih kriteria keuangan dapat
mencakup margin kontribusi, laba langsung unit bisnis, laba unit bisnis yang dapat
dikendalikan, laba sebelum pajak, dan laba bersih. Jika unit tersebut adalah pusat investasi,
aka keputusan perlu dibuat di tiga area: (1) definisi laba, (2) definisi investasi, dan (3) pilihan
antara tingkat pengembalian atas investasi dan EVA.
Penyesuaian yang lain menghilangkan dampak dari kerugian yang diakibatkan oleh
"kejadian alam" (kebakaran, gempa bumi, banjir) dan kecelakaan yang tidak disebabkan
oleh kelalaian manajer tersebut.
Adalah gagasan yang bagus untuk mengaitkan bonus manajer unit bisnis ke
pencapaian target keuangan tahunan (setelah membuat penyisihan untuk kejadian yang
tidak dapat dikendalikan). Hal itu mendorong manajer untuk mencari cara-cara baru guna
melaksanakan operasi saat ini dan menciptakan aktivitas baru guna memenuhi target
keuangan.
Mekanisme lain untuk mengoreksi bias jangka pendek adalah untuk mendasarkan
sebagian dan bonus manajer unit bisnis pada rencana insentif jangka panjang, seperti opsi
saham, saham fantom, dan saham kinerja. Rencana ini me.mfokuskan manajer unit bisnis
pada (1) kinerja tingkat perusahaan dan (2) kinerja jangka panjang. Keuntungan dan
keterbatasan dan rencana-rencana ini telah dibahas sebelumnya.
Kinerja seorang manajer unit bisnis dapat dinilai dengan membandingkan hasH
aktual dengan anggaran laba, kinerja masa lalli, atau kinerja pesaing. Praktik yang umum
adalah mengevaluasi manajer unit bisnis terhadap anggaran laba. Sebagaimana yang
didiskusikan di Bab 9, pertimbangan berikut ini adalah penting ketika rnenggunakan
anggaran laba sebagai alat motivasional: (1) Manajer unit bisnis berpartisipasi dalam
pengembangan anggaran laba dan (2) anggaran tersebut menantang tetapi dapat dicapai.
Hanya mengandalkan cara rumus yang objektif memiliki beberapa keuntungan yang
jelas. Sistem penghargaan dapat dispesifikasikan dengan tepat, ada sedikit ketidakpastian
atau ambiguitas mengenai standar kinerja, dan atasan tidak dapa! menggunakan bias atau
favoritisme dalam menilai kinerja manajer bawahan.Tetapi, salah satu kerugian utama
adalah bahwa rumus yang objektif kemungkinan besar akan mendorong manajer untuk
kurang memerhatikan kinerja dan unit bisnis mereka di dimensi-dimensi yang penting tetapi
sulit dikuantifikasi. Oleh karena itu, sebagian subjektivitas dalam menentukan bonus lebih
dipilih di hampir semua unit, terutama ketika kendali pribadi seorang manajer alas kinerja
suatu unit adalah rendah. Dalam situasi semacam itu, indikator numerik dari kinerja unit
bisnis itu menjadi ukuran yang kurang valid atas kinerja manajer itu. Jenis situasiini
kemungkinan besar terjadi dalam kondisi-kondisi berikut ini:
Ketika manajer unit bisnis mewarisi masalah yang diciptakan oleh pendahulunya,
Ketika unit bisnis sangat bergantung satu sama lain dengan unit lain, dan oleh karena itu, kinerjanya
dipengaruhi oleh keputusan dan tindakan individuindividu di luar:
Ketika strategi tersebut memerlukan perhatian yang lebih besarpada keprihatinan jangka panjang
(seperti dalam kasus di mana suatu unit bisnis secara agresif membangun pangsa pasar atau unit
bisnis dalam industri yang berubah dengan pesat).
Teori Agensi
Teori agensi mengeksplorasi bagaimana kontrak dan insentif dapat ditulis untuk
memotivasi individu-individu untuk mencapai keselarasan tujuan. Teori ini berusaha untuk
menggambarkan faktor-faktor utamayang sebaiknya dipertim-bangkan dalam merancang
kontrak insentif. Suatu kontrak insentif, sebagaimana yang digunakan dalam teori agensi,
adalah sama dengan pengaturan kompensasi insentif yang didiskusikan dalam bab ini. Teori
agensi berusaha untuk menyatakan hubunganhubungan ini dalam model matematis.
Konsep
Hubungan agensi ada ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak lain (agen)
untuk melaksanakan suatu jasa dan, dalam melakukan hal itu, mendelegasikan wewenang
untuk membuat keputusan kepada agen tersebut. Dalam suatu korporasi, pemegang saham
merupakan prinsipal dan CEO adalah agen mereka. Pemegang saham menyewa CEO dan
mengharapkan ia untuk bertindak bagi kepentingan mereka. Di tingkat yang lebih rendah,
CEO adalah prinsipal dan manajer unit bisnis adalah agennya. Tantangannya menjadi
bagaimana cara untuk memotivasi agen sedemikian rupa sehingga mereka akan menjadi
sama produktifnya seperti jika mereka adalah pemilik.
Salah satu elemen kunci dari teori agensi adalah bahwa prinsipal dan agen memiliki
preferensi atau tujuan yang berbeda. Kontrak insentif akan mengurangi perbedaan
preferensi ini.
Prinsipal (yaitu, pemegang saham), di pihak lain, diasumsikan hanya tertarik pada
pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka di perusahaan tersebut.
Agen dan prinsipal juga berbeda dalam hal preferensi risiko. Teori agensi
mengasumsikan bahwamanajer memilih lebih banyak daripada lebih sedikit kekayaan, tetapi
bahwa utilitas marginal, atau kepuasan, menu run dengan semakin banyaknya kekayaan
yang diakumulasikan. Agen biasanya memiliki sebagian besar dari kekayaan mereka terikat
dengan kekayaan perusahaan. Kekayaan ini terdiri baik dari kekayaan keuangan mereka
Di pihak lain, saham perusahaan dipegang oleh banyak pemilik, yang rnenguran
risiko mereka dengan mendiversifikasi kekayaan mereka dan memiliki saharn di banyak
perusahaan. Oleh karena itu, pemilik tertarik dengan perkiraan nilai dan investasi mereka
dan bersifat netral terhadap risiko (risk neutral). Manajer tidak sernudah itu mendiversifikasi
risiko ini, yang menyebabkan mengapa mereka enggan rnenghadapi risiko.
Karena prinsipal tidak memiliki informasi yang mencukupi mengenai kineqa agen,
prinsipal tidak pernah dapat merasa pasti bagaimana usaha agen rnernberikan kontribusi
pada hasil aktual perusahaan. Situasi ini disebut sebagai asimetri informasi. Asimetri ini
dapat mengambil berbagai bentuk. Tanpa memantau, hanya agen yang mengetahui apakah
ia bekerja untuk kepentingan prinsipal. Lebih lanjut lagi, agen tersebut mungkin tahu lebih
banyak mengenai tugas tersebut dibandingkan dengan prinsipal. Tambahan informasi yang
mungkin dimiliki oleh agen disebut dengan informasi pribadi.
Perbedaan preferensi antara prinsipal dan agen, dan informasi pribadi agen, dapat
menyebabkan agen tersebut salah menyajikan informasi kepada prinsipal. Salah penyajian
ini adalah sedemikian rupa sifatnya sehingga istilah bahaya moral telah diberikan atas
situasi di mana seorang agen yang dikendalikan termotivasi untuk salah menyajikan
informasi karena sifat sistem pengendalian.
Mekanisme Pengendalian
Pemantauan
Teori agensi telah mencoba untuk menjelaskan mengapa hubungan agensi yang
berbeda melibatkan tingkat pemantauan yang berbeda. Misalnya saja, pemantauan adalah
lebih efektif jika tugas agen tersebut terdefinisi dengan biak atau mudah dipantau, sehingga
kontrak insentif menjadi lebih menarik sebagai alat pengendalian. Pemantauan dan
insentifbukanlah merupakan altematif yang berdiri sendiri-sendiri. Di
kebanyakanperusahaan, CEO memiliki kontrak insentifbeserta laporan keuangan diaudit
yang bertindak sebagai alat pemantauan.
Kontrak lnsentif
Suatu perusahaan yang membayarkan suatu bonus kepada CEO-nya dalam bentuk
opsi saham merupakan suatu contoh dari biaya agensi yang ada dalam kompensasi insentif.
Salah satu biayanya adalah perbedaan preferensi risiko antara pemilikdan CEO. Agen itu,
sudah siap untuk menghindari risiko, menghadapi tambahan risiko jika gajinya didasarkan
pada kinerja harga saham. Untuk mengompensasi CEO tersebut karena engambilrisiko ini,
kontrak itu harus menaikkim jumlah perkiraan gaji. Selain itu, untuk meminimalkan potensi
penurunan yang mungkin, agen tersebut mungkin tidak mengambil proyek yang berisiko
tinggi/ tingkat pengembalian tinggi yang mungkin diinginkan oleh prinsipal.
Meskipun ada d ua masalah ini, kontrak insentif kepemilikan saham lebih disukai
dibandingkan dengan kontrak yang tidak memiliki fitur insentif. Sebagaimana ditunjukkan
sebelumnya, gaji yang tetap diasosiasikan dengan biaya agensi yang lebih besar.
Hubungan antara usaha manajer unit bisnis dan harga saham lebih jauh
dibandingkan dengan hubungan antara usaha CEO dan harga saham. Adalah sulit untuk
mengisolasi kontribusi yang diberikan oleh unit bisnis individual terhadap peningkatan dalam
harga saham perusahaan. Karena alasan ini, suatu perusahaan mungkin mendasarkan
bonus manajer unit bisnis berdasarkan laba bersih unit bisn tersebut. Tetapi, kontrak
insentif ini masih memiliki biaya agensi yang serupa dengan yang dibahas dalam rencana
kepemilikan saha:ri1 CEO. Misalnya gaia, permintaan pasar untuk suatu produk bisa turun
karena adanya produk substitusi baru, tetapi manajer tersebut tetap berkinerja baik di dalam
pasar barn yang lebih ked!. Tetapi, jika bonus tersebut didasarkan hanya pada laba bersih
melalui manipulasi akuntansi yang tidak memengaruhi nilai perusahaan. Salah satu contoh
dari hal ini adalah penjualan aktiva tetap yang memiliki nilai pasar melebihi nilai buku.
Sementara kontrak yang didasarkan pada laba bersih unit bisnis mungkin memiliki biaya
agensi yang lebih rendah dibandingkan dengan gaji tetap, biaya ini tidak menjadi nol.
Teori agensi ditemukan pada tahun 1960-an dan sejak saat ini telah ditulis secara
ekstensif dalam jumal-jumal akademik. Tetapi teori tersebut tidak memiliki pengaruh praktis
yang terlihat pada proses pengendalian manajemen. Tidak ada pengembalian dalam dunia
nyata. Yang dimaksud dengan "pengembalian" adalah bahwa seorang manajer
menggunakan hasil dari teori agensi untuk membuat keputusan kompensasi yang lebih baik.
Banyak manajer bahkan tidak mengetahui teori agensi.
Beberapa orang yang telah mempelajari teori agensi menyatakan bahwa model
tersebut tidak lebih dari sekadar pemyataan atas fakta yang terlihat jelas yang dinyatakan
dalam simbol matematis. Yang lainnya menyatakan bahwa elemen-elemen dalam model
tersebut tidak dapat dikuantifikasi (berapa besamya "biaya dari asimetri informasi"?), dan
banwa model tersebut sangat menyederhanakan hubungan yang sebenamya antara atasan
dan bawahan. Model tersebut memasukkan hanya beberapa elemen. Model tersebut
mengabaikan faktor-faktor lain yang memengaruhi hubungan ini, seperti kepribadian
partisipan, agen yang tidak enggan menghadapi risiko, motif nonkeuangan, kepercayaan
prinsipal terhadap agen, kemampuan agen pada penugasan saat ini dan potensi untuk
penugasan masa depan, dan seterusnya.