Pada bulan Maret 2005, Tim Audit BPK di BI menemukan adanya asset/tanah
BI yang digunakan oleh YLPPI. Berdasarkan pemeriksaan lebih lanjut oleh Kantor
Akuntan Publik Muhammad Thoha atas perbandingan kekayaan YLPPI per 31
Desember 2003 dengan posisi keuangannya per Juni 2003, diketahui adanya
penurunan nilai asset sebesar Rp 93 miliar.
b. Kronologis
1) Pada bulan Maret 2005, Tim Audit BPK menemukan bahwa terdapat aset/
tanah yang digunakan oleh YLPPI. BI juga menyediakan modal awal YLPPI,
memberikan bantuan biaya operasionalnya serta mengawasi manajemennya.
2) Berkaitan dengan dibuatnya peraturan tahun 1993 tentang penggunana
asset/tanah oleh YLPPI serta hubungan terafiliasi antara YLPPI dengan BI,
maka Tim Audit BPK meminta laporan keuangannya agar dapat diungkapkan
dalam Laporan Keuangan BI
3) Dari perbandingan kekayaan YLPPI per 31 Desember 2003 dengan posisi
keuangannya per Juni 2003, diketahui adanya penurunan nilai aset sebesar Rp
93 miliar (Informasi mengenai kekayaan YPPI per 31 Desember 2003 ini
diperoleh dari Laporan Keuangannya yang diaudit oleh Kantor Akuntan
Publik Mohammad Toha)
4) Juni 2005-Oktober 2006: Tim Audit BPK melakukan pendalaman dengan
kasus dengan menetapkan sendiri metode, teknik, objek pengungkapan kasus,
analisis, serta penetapan opini pemeriksaan.
5) Mei 2005: Tim Audit BPK melaporkan kasus Aliran Dana YPPI kepada Ketua
BPK, Anwar Nasution.
c. Temuan Penyimpangan
1) Manipulasi pembukuan, baik buku YPPI maupun buku Bank Indonesia. Pada
saat perubahan status YPPI dari UU Yayasan Lama ke UU No 16 Tahun 2001
tentang Yayasan, kekayaan dalam pembukuan YPPI berkurang Rp 100 miliar.
Jumlah Rp 100 miliar ini lebih besar dari penurunan nilai aset YPPI yang
diduga semula sebesar Rp 93 miliar. Sebaliknya, pengeluaran dana YPPI
sebesar Rp 100 miliar tersebut tidak tercatat pada pembukuan BI sebagai
penerimaan atau utang.
2) Menghindari Peraturan Pengenalan Nasabah Bank serta UU tentang Tindak
Pidana Pencucian Uang. Dimana dana tersebut dipindahkan dulu dari
rekening YPPI di berbagai bank komersil, ke rekening yang terdapat BI, baru
kemudian ditarik keseluruhan secara tunai.
3) Penarikan dan penggunaan dana YPPI untuk tujuan berbeda dengan tujuan
pendirian yayasan semula. Ini bertentangan dengan UU Yayasan, dan putusan
RDG tanggal 22 Juli 2003 yang menyebutkan bahwa dana YPPI digunakan
untuk pembiayaan kegiatan sosial kemsyarakatan.
4) Penggunaan dana Rp 31,5 miliar yang diduga untuk menyuap oknum anggota
DPR. Sisanya, Rp 68,5 miliar disalurkan langsung kepada individu mantan
pejabat BI, atau melalui perantaranya. Diduga, dana ini digunakan untuk
menyuap oknum penegak hukum untuk menangani masalah hukum atas lima
orang mantan Anggota Dewan Direksi/ Dewan Gubernur BI. Padahal,
kelimanya sudah mendapat bantuan hukum dari sumber resmi anggaran BI
sendiri sebesar Rp 27,7 miliar. Bantuan hukum secara resmi itu disalurkan
kepada para pengacara masing-masing. Dan dana Rp 68,5 miliar