Anda di halaman 1dari 3

1. Apa yang dimaksud dalam pengakuan laba/rugi dalam akuntansi mudharabah?

Jawab :
Adalah suatu jangka waktu yang telah ditetapkan kerugiannya akan diakui setelah
lewat dari jangka waktu/tahun buku yang telah ditetapkan
2. Apa saja syarat keuntungan mudharaba dalam modal?
Jawab :
1) Harus diperuntukkan bagi kedua pihak
2) Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan
dinyatakan pada waktu kontrak disepakati
3) Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan
3. Apa yang dimaskud dengan Mudharabah Musytarakah? Dan berdasarkan PSAK 105
dapat dilakukan dengan dua pendekatan, sebutkan apa saja?
Jawab :
Mudharabah Musytarakah adalah bentuk mudharabah di mana pengelola dana
menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi.

Ketentuan bagi hasil untuk akad ini berdasarkan PSAK 105 dapat dilakukan dengan
dua pendekatan, yaitu:
a) Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai mudharib) dan pemilik
dana sesuai dengan nisbah yang disepakati, selanjutnya bagian hasil investasi
setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai mudharib) tersebut dibagi
antara pengelola dana (sebagai musytarik) dengan pemilik dana sesuai dengan
porsi modal masing-masing; atau
b) Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan pemilik
dana sesuai dengan porsi modal masing-masing, selanjutnya bagian hasil
investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai musytarik) tersebut
dibagi antara pengelola dana (sebagai mudharib) dengan pemilik dana sesuai
dengan nisbah yang disepakati.

4. BAGAIMANA JIKA SEORANG INVESTOR MENUNTUT UNTUK MEMBAGI


HASIL PADAHAL MODAL DARI PEMODAL ITU RUGI ?

JAWAB : Pengusaha tidak mengambil keuntungan dalam bentuk apapun sampai modal
investor kembali 100 %. Jika modalnya telah kembali, barulah dibagi keuntungannya sesuai
prosentase yang disepakati.

Di dalam Al-Mudharabah kedua belah pihak selain berpotensi untuk untung, maka kedua
belah pihak berpotensi untuk rugi. Jika terjadi kerugian, maka investor kehilangan/berkurang
modalnya, dan untuk pengusaha tidak mendapatkan apa-apa.

Apabila terjadi kerugian, maka investor tidak boleh menuntut pengusaha apabila pengusaha
telah benar-benar bekerja sesuai kesepakatan dan aturan, jujur dan amanah.
5. DALAM KONDISI APA INVESTOR BISA MENUNTUT PENGUSAHA UNTUK
MEMBAGI HASIL:

JAWA : Investor bisa menuntut pengusaha apabila ternyata pengusaha:

Tafrith (menyepelekan bisnisnya dan tidak bekerja semestinya), seperti: bermalas-malasan,


menggunakan modal tidak sesuai yang disepakati bersama.

Ta’addi (menggunakan harta di luar kebutuhan usaha), seperti: modal usaha dipakai untuk
membangun rumah, untuk menikah dll.

6. DI DALAM AKAD MUDHARABAH APAKAH ADA BATASAN DALAM


MELAKUKAN JENIS USAHA ?

JAWAB : Tidak ada pembatasan jenis usaha di dalam Al-Mudharabah. Al-Mudharabah bisa
terjadi pada perdagangan, eksploitasi hasil bumi, properti, jasa dan lain-lain. Yang paling
penting usaha tersebut adalah usaha yang halal menurut syariat Islam.

7. MISALNYA KITA SEBAGAI PELAKU USAHA NIH TERUS DI KASIH MODAL


SAMA PEMODAL TERUS USAHANYA BERJALAN TUH TAPI MISALNYA SI
PELAKU USAHA INI MENCARI PEMODAL LAIN LAGI. BAGAIMANA MENURUT
KELOMPOK KALIAN?

Jawab : menurut kelompok kami tidak masalah, asalkan akad hasil bagi kedua tidak
mengganggu jalannya usaha pertama, akan tetapi bila akad bagi hasil kedua mengganggu
jalan usaha yang pertama maka tidak dibenarkan menjalanin bagi hasi dengan pihak ke 2

8. DALAM KONDISI APA INVESTOR BISA MENUNTUT PENGUSAHA UNTUK MEMBAGI HASIL:

JAWA : Investor bisa menuntut pengusaha apabila ternyata pengusaha:

Tafrith (menyepelekan bisnisnya dan tidak bekerja semestinya), seperti: bermalas-


malasan, menggunakan modal tidak sesuai yang disepakati bersama.

Ta’addi (menggunakan harta di luar kebutuhan usaha), seperti: modal usaha dipakai
untuk membangun rumah, untuk menikah dll.

9. DI DALAM AKAD MUDHARABAH APAKAH ADA BATASAN DALAM MELAKUKAN JENIS


USAHA ?
JAWAB : Tidak ada pembatasan jenis usaha di dalam Al-Mudharabah. Al-Mudharabah bisa
terjadi pada perdagangan, eksploitasi hasil bumi, properti, jasa dan lain-lain. Yang paling
penting usaha tersebut adalah usaha yang halal menurut syariat Islam.

10. DI DALAM AKAD MUDHARABAH MISALNYA SAYA MELAKUKAN USAHA DENGAN TEMAN
SAYA, APAKAH TEMAN SAYA MENDAPATKAN KEUNTUNGAN JUGA ATAU TIDAK?

JAWAB : Keuntungan hanya untuk kedua belah pihak

Tidak boleh mengikut sertakan orang yang tidak terlibat dalam usaha dengan prosentase
tertentu. Misal A adalah investor dan B adalah pengusaha. Si B mengatakan, “Istri saya si C
harus mendapatkan 10 % dari keuntungan.” Padahal istrinya tidak terlibat sama sekali
dalam usaha. Apabila ada orang lain yang dipekerjakan maka diperbolehkan untuk
memasukkan bagian orang tersebut dalam prosentase keuntungan.

Anda mungkin juga menyukai