Anda di halaman 1dari 31

PEMBANGUNAN INDUSTRI

Erni Achmad,SE.Msi/EIN 2
PERAN SEKTOR INDUSTRI
DALAM PEMBANGUNAN
EKONOMI
 Proses industrialisasi dan pembangunan
industri merupakan satu jalur kegiatan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti
tingkat hidup yang lebih maju maupun taraf
hidup yang lebih bermutu.
 Peranan industri dalam perkembangan
struktural pada suatu perekonomian
indikatornya adalah sumbangan sektor industri
pengolahan (manufacturing) terhadap PDB,
tenaga kerja yang terserap, serta sumbangan
komoditi industri terhadap ekspor barang dan
Jasa mengalami perbaikan atau sebaliknya
(Arsyad, 2004:354)
JENIS / MACAM-MACAM
INDUSTRI BERDASARKAN
TEMPAT BAHAN BAKU
1. Industri ekstraktif
Industri ekstraktif adalah industri yang bahan baku diambil langsung dari
alam sekitar.
Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, peternakan,
pertambangan, dan lain lain.

2. Industri nonekstaktif
Industri nonekstaktif adalah industri yang bahan baku didapat dari tempat
lain selain alam sekitar.

3. Industri fasilitatif
Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah berbentuk
jasa yang dijual kepada para konsumennya.
Contoh : Asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi, dan lain sebagainya.
GOLONGAN / MACAM
INDUSTRI BERDASARKAN
BESAR KECIL MODAL

1. Industri padat modal


adalah industri yang dibangun dengan modal yang
jumlahnya besar untuk kegiatan operasional
maupun pembangunannya

2. Industri padat karya


adalah industri yang lebih dititik beratkan pada
sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja dalam
pembangunan serta pengoperasiannya.
Jenis-jenis industri berdasarkan klasifikasi atau
penjenisannya
(Berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986)

1. Industri kimia dasar


contoh: seperti industri semen, obat-obatan, kertas,
pupuk, dsb.
2. Industri mesin dan logam dasar
misalnya seperti industri pesawat terbang, kendaraan
bermotor, tekstil.
3. Industri kecil
Contoh seperti industri roti, kompor minyak, makanan
ringan, es, minyak goreng curah
4. Aneka industri
misalkan: seperti industri pakaian, industri makanan dan
minuman, dan lain-lain.
JENIS-JENIS INDUSTRI
BERDASARKAN JUMLAH
TENAGA KERJA

1. Industri rumah tangga, Adalah industri yang jumlah


karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang.

2. Industri kecil, Adalah industri yang jumlah karyawan/ tenaga


kerja berjumlah antara 5-19 orang.

3. Industri sedang atau industri menengah, Adalah industri


yang jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah antara 20-99
orang.

4. Industri besar, Adalah industri yang jumlah karyawan/


tenaga kerja berjumlah antara 100 orang atau lebih.
PENGGOLONGAN INDUSTRI BERDASAKAN PEMILIHAN
LOKASI
1. Industri yang berorientasi pada pasar (market oriented
industry)
Adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen.
2. Industri yang berorientasi pada tenaga kerja (man power
oriented industry)
Adalah industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk
karena bisanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak
pekerja/pegawai untuk lebih efektif dan efisien.
3. Industri yang berorientasi pada bahan baku (supply oriented
industry)
Adalah jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan baku berada
untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar.
4. Industri yang tidak terkait oleh persyaratan yang lain
Yaitu industri yang dapat didirikan dimana saja, karena bahan baku, tenaga
kerja, dan pasarnya sangat luas serta dapat ditemukan dimana saja.
FASE PEMBANGUNAN INDUSTRI INDONESIA

1 Orde Lama 2 Orde Baru 3 Krisis dan


Pemulihan
- Fokus utama pada BUMN - Replita I Industri terfokus - Pendalaman struktur
yang bergerak dalam sektor pada sektor pertanian; industri sejauh mungkin
manufaktur - Replita II Pengembangan terkait dengan sektor
- Adanya privatisasi Industri bahan mentah ekonomi lainnya.
perusahaan domestik dan domestik terkait pertanian - Pengembangan industri
nasionalisasi perusahaan - Replita III Melindungi permesinan dan
asing (De Javasche Bank, pengusaha lemah secara elektronika
Garuda Indonesia Airways, ekonomi, promosi ekspor - Pengembangan indutri
- Lahirnya RUE (Rencana padat karya dan industri kecil
Urgensi Ekonomi) yang broad based - Pengembangan ekspor
kemudian diganti dengan - Replita IV penyetaraan hasil industri
REPLITA sektor indsutri dengan - Pengembangan Litbang
- Lahirnya Program Benteng sektor pertanian, terapan, rancang bangun
untuk wiraswasta pribumi pengembangan industri dan perekayasaan, serta
dengan memberikan lisensi substitusi impor, perangkat lunak
impor penguasaan teknologi, - Pengembangan
pengembangan orientasi kewiraswastaan dan
ekspor tenaga profesi
- Replita V swasembada,
mengahsilkan barang ekspor
STRUKTUR INDUSTRI

Menurut kriteria UNIDO (United Nations for Industrial Development


Organization) negara-negara dikelompokkan sebagai berikut:
 Kelompok negara non-industri apabila sumbangan sektor
industri terhadap PDB kurang dari 10%
 Kelompok negara dalam proses industrialisasi apabila
sumbangan tersebut antara 10%-20%
 Kelompok negara semi industri jika sumbangan tersebut
antara 20%-30%
 Kelompok negara industri jika sumbangan tersebut lebih dari
30%
STRUKTUR INDUSTRI
Struktur industri di Indonesia masih dangkal (shallow) dan tidak
seimbang (unbalanced). Berbagai studi menunjukkan bahwa kaitan
ekonomis antara industri skala besar, menengah, dan kecil masih
sangat minim. Selain itu, struktur industri di Indonesia juga masih
kuasi-monopolistik dan oligopolistik. Rasio konsentrasi untuk
melihat struktur industri sebagai berikut:
1. Rata-rata tingkat konsentrasi sektor manufaktur sebesar 47%,
lebih tinggi dibanding konsentrasi industri di negara maju
(Inggris 22% dan AS 36%)
2. Berdasarkan standart internasional, industri berstruktur
oligopoli bila 4 perusahan terbesar dalam industri yang sama
memiliki konsentrasi di atas 40%. Sehingga dapat dikatakan
struktur pasar industri manufaktur Indonesia berciri oligopolis
(Mudrajat, 234:2010).
RASIO KONSENTRASI
DALAM SEKTOR
MANUFAKTUR
(Pangsa 4 Perusahaan terbesar, dalam %)

Sumber: diolah dari BPS; Mudrajat, 2010: 258


STRUKTUR INDUSTRI

Industry structure in Indonesia

Sumber: Mudrajat, 2010


LAJU PERTUMBUHAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
DI INDONESIA

* Angka Sementara Sumber: BPS, 2013


** Angka Sangat Sementara
REFORMASI KEBIJAKAN
INDUSTRI

 Struktur industri yang umumnya oligopolistik dan terkonsentrasi


akan rentan terhadap gejolak eksternal yang tercermin dari
rendahnya kandungan teknologi, ketergantungan yang tinggi pada
barang modal dan input antara dari luar negeri, serta lemahnya
keterkaitan antar industri (Kuncoro, 2010:276).
 Kebijakan industri tradisional yaitu penentuan target sektor dan
industri dengan mengabaikan dimana letak lokasi industri
(Aspasial).
 Perspektif spasial pembangunan industri dengan berbasis kluster
(Industrial cluster) merupakan strategi pembangunan nasional
yang telah diatur dalam Perpres No. 28 tahun 2008 tentang
kebijakan industri nasional.
INDUSTRI SUBSTITUSI
IMPOR

Alasan Penting.
 Utk mengurangi atau menghemat devisa
 Melakukan proteksi impor
 Memenuhi kebutuhan sendiri akan berbagai barang
industri.
 Semangat kemerdekaan di bidang ekonomi di nsb
mengembangkan kegiatan ekonomi di dalam negeri
Masalah ISI:
 Kualitas barang yang dihasilkan di Dalam Negeri sebagai
barang substitusi import sering lebih rendah daripada
hasil produksi Luar Negeri, sehingga sulit untuk di ekspor.
 BIAYA PRODUKSI, biaya (modal) awal industrialisasi
sangat besar sementara modal terbatas, sehingga
terpaksa mendatangkan modal dari luar negeri.
INDUSTRI PROMOSI
EKSPOR

Menurut Anne Krueger (1978) wakil presiden bank


dunia, menerangkan bahwa Industri Promosi Ekspor ini
dapat mendorong pertumbuhan disebabkan karena:
 Kaitan sektor pertanian dan sektor industri
 Skala ekonomis (economies of scale)
 Meningkatnya Persaingan
 Dampak Kekurangan divisa
Masalah IPE:
 Elastisitas pasar internasional sangat rendah
 Adanya kebijakan proteksi oleh negara-negara
maju terhadap produk yang berteknologi
sederhana
Kebijakan Industri Nasional (Top Down Policy) sesuai amanat
Perpres No. 28 tahun 2008 Tentang Kebijakan Industri Nasional

1. lunak dan
Indust 1. Perangkat
ri
petrok material da ltimedia
2. I im sa r konten mu
ndustr ia, keramik) (baja, seme 2. Fashion g
i perm n, dan baran
3. I
perlata
n
esinan
(mesin 3. Kerajinan
ndustr listrik, mesi
i manu
l
n pera istrik, dan
Industri seni
dan pr faktur latan u
o du k t
ekstil,
padat
k
mum) Penunjang
alas ka arya (teksti
ki l Industri Kreatif
Elektronika 1. Elektronik
Basis Industri 2. Telekomunikasi
dan
Manufaktur 3. Komputer dan
Telematika peralatannya

FOKUS
1.
2.
Batu mulia dan p
Garam
erhiasan IKM 1. Kendaraan
bermotor
Ter

Ang t
kut
3. Gerabah dakeram ten 2. Perkapalan

Ala
ik hias
4. Minyak atsiri tu 3. Kerdirgantaraan
5. Makanan ringan 4. perkeretaapian

Agro

1. Pengolahan kelapa sawit 5. Pengolahan kopi 9. Furniture


2. Karet dan barang karet 6. Gula 10. Pengolahan ikan
3. Kakao 7. Hasil Tembakau 11. Kertas
4. Pengolahan kelapa 8. Pengolahan buah 12. Pengolahan
Sumber: Kuncoro, 2010:278 susu
TINGKAT PERTUMBUHAN
EKONOMI ASEAN

Sumber: IMF, World Economic Outlook Database, April 2014


DAYA SAING INDUSTRI
DALAM NEGERI DI ASEAN

Sumber: Kementerian Perindustrian, 2012


DAYA SAING INDUSTRI
INDONESIA DI DUNIA
Global Competitiveness Index (GCI)

Berdasarkan data WEF


2013 menunjukkan
posisi Indonesia berada
di peringkat 50 (dari
144 negara), dan posisi
ini relatif memburuk
dibandingkan posisinya
pada periode
sebelumnya (2011-2012)
yakni di peringkat 46
(dari 142 negara), atau
untuk periode 20102011
di peringkat 44 (dari 139
negara)
Sumber: World Economic Forum, 2012-2013
STRATEGI INDUSTRI
INDONESIA MENGHADAPI
ME-ASEAN (AEC)
Dalam menghadapi pasar tunggal di ASEAN yang akan dimulai pada
Desember 2015 mendatang, orientasi kebijakan industri yang
berorientasi pada daya saing dengan atau tanpa investor asing.
Beberapa kebijakan yang berorientasi pada daya saing yaitu:
 Pengembangan kawasan industri
 Peningkatan kemampuan teknologi dan inovasi
 Hilirisasi industri
 Peningkatan standarisasi produk industri
 Modernisasi pabrik-pabrik
 Mendorong ekspor produk unggulan
URGENSI PENGUTAMAAN
EKSPOR
 Depresi yang sangat tajam tidak serta-merta meningkatkan
ekspor sehingga, sisi supply juga mengalami ganguan karena
ketergantungan yang tinggi terhadap impor barang modal dan
bahan baku.
 Guncangan ekonomi global yang terjadi berdampak pada
penurunan produksi karena keterbatasan barang modal dan
tidak adanya pengeluaran investasi.
 Peluang penigkatan produksi terbuka lebar seiring dengan
membaiknya perekonomian regional dan global.
DAYA SAING INDUSTRI
EKSPOR DALAM NEGERI
DI ASEAN

Sumber: IMF, World Economic Outlook Database, April 2014


DAYA SAING INDUSTRI
IMPOR DALAM NEGERI DI
ASEAN

Sumber: IMF, World Economic Outlook Database, April 2014


TINGKAT CURRENT
ACCOUNT INDONESIA
DI ASEAN

Sumber: IMF, World Economic Outlook Database, April 2014


TINGKAT KINERJA EKSPOR-
IMPOR INDONESIA
DI DUNIA
 Indonesia meraih daya saing industri manufaktur pada sumber
daya alam sejak tahun yaitu dengan RCA lebih dari 1.
 Revealed Comparative Advantage (RCA) adalah indeks yang
mengukur kinerja ekspor suatu komoditas dengan mengevaluasi
peranan ekspor suatu komoditas dalam ekspor total suatu negara
yang menunjukkan daya saing ekspor komoditi tersebut di pasar
dunia.
 Nilai indeks yang lebih dari satu menunjukkan pangsa pasar
komoditas yang diekspor didalam total ekspor suatu negara lebih
besar daripada pangsa rata-rata dari komoditas yang
besangkutan dengan ekspor dunia.
TINGKAT KINERJA EKSPOR
INDONESIA
DI DUNIA
Industri Revealed Comparative Advantage (RCA) tahun 2010
POTENSI PENINGKATAN EKSPOR
PRODUK INDUSTRI: KASUS TPT
(TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL(

 Peran industri TPT dapat dilihat dengan menggunakan indikator


seberapa besar dampak lanjutan dari perkembangan industri
terserbut.
 Indikator yang dapat digunakan adalah Multiplier (angka
pengganda). Multiplier adalah angka yang menunjukkan dampak
perubahan satu unit permintaan akhir terhadap output (output
multiplier), pendapatan (income multiplier) dan nilai tambah
(Value- added multiplier).
 Semakin tinggi angka multiplier tersebut, maka semakin besar
pula kontribusi suatu industri dalam menciptakan output,
pendapatan, ataupun value-added
PENTINGNYA INFRASTRUKTUR
DALAM PEMBANGUNAN
INDUSTRI

 Infrastruktur merupakan instrumen untuk memperlancar


berputarnya roda perekonomian sebagai akselerasi
pembangunan. Semakin tersedianya infratsruktur, akan
merangsang pembangunan disuatu daerah. Sehingga
pembangunan yang berjalan cepat akan menuntut tersedianya
infrastruktur agar pembangunan tidak tersendat.
 Perbaikan infrastruktur pada umunya akan dapat meningkatkan
mobilitas penduduk, menciptakan stabilisasi dan mengurangi
disparitas harga antar daerah, terciptanya efisiensi harga, serta
dapat menimbulkan spesialisasi daerah.
BEBAN PENGADAAN
INFRASTRUKTUR

 Infrastruktur dapat dikategorikan private goods atau quasi


public goods yang dapat disediakan atau diproduksi oleh
swasta.
 Investasi yang diperlukan memerlukan dana yang besar dan
merupakan investasi jangka panjang sehingga sedikit sekali
investor yang mau masuk ke sektor ini.
 Terdapat dua sifat barang dan jasa yang mengakibatkan suatu
barang/jasa dikategorikan publiic goods atau private goods.
 Rivalry adalah jika suatu barang/jasa tidak dapat dinikmati
secara bersamaan oleh dua orang atau lebih.
 nonrivalry adalah jika suatu barang/jasa bisa dinikmati oleh
dua orang atau lebih tanpa mengganggu satu sama lain.

Anda mungkin juga menyukai