Sektor
Keuangan
Tren dan Pengalaman
Indonesia
Nama : Meli Angraini
Nim : C1A020011
DARI REPRESI MENUJU
LIBERALISASI FINANSIAL
Represi finansial bermula dari kondisi di mana
pasar modal tidak efisien atau berada dalam
keseimbangan.
Sistem finansial suatu negara disebut
"ditindas" apabila pasar finansialnya masih
terbelakang dan harga-harga kekayaan
finansialnya mengalami distorsi. Yang terakhir
ini, umumnya, ditandai dengan penetapan pagu
suku bunga oleh pemerintah di bawah tingkat
keseimbangan yang berlaku di pasar
Dalam kondisi sistem finansial yang tertindas tersebut, dua
karakteristik mencuat ke permukaan:
Tabel 20.1 memperlihatkan bahwa aspek kunci dari reformasi finansial di Asia
adalah liberalisasi suku bunga, dikuranginya kontrol kredit, diturunkannya reserve
requirements, ditingkatkannya persaingan dan efisiensi dalam sistem finansial, dan
diperkuatnya pengawasan terhadap industri perbankan. Yang lebih penting lagi,
liberalisasi finansial di negara-negara Asia melalui proses yang perlahan, bertahap
dan kontinu, dan bukan sekaligus dan bukan komprensif seperti di amerika latin.
Dereguasi Finansial Indonesia
Tujuan utama deregulasi adalah mendorong
pertumbuhan dan meningkatkan efisiensi sistem
keuangan Indonesia. Berbagai reformasi tersebut,
sebagaimana terlihat pada Tabel 20. 2, meliputi
reformasi di bidang sistem keuangan dan kebijakan
moneter. Terlihat bahwa aspek kunci reformasi
keuangan Indonesia adalah meliberalisasikan suku
bunga, menurunkan kontrol terhadap kredit
domestik, meningkatkan persaingan dan efisiensi
sistem keuangan, memperkuat pengawasan,
meningkatkan pertumbuhan dan memperluas
pasar keuangan.
Deregulasi finansial sering ditandai dengan DAMPAK DEREGULASI TERHADAP
akselerasi pertumbuhan uang kuasi dan
inovasi berbagai produk baru jasa SEKTOR KEUANGAN
keuangan, yang pada gilirannya
meningkatkan pendalaman finansial. Salah
satu faktor penting yang melatarbelakangi
fenomena tersebut adalah deregulasi suku
bunga.
Ada beberapa faktor yang diduga keras menyebabkan turunnya kualitas investasi di Indonesia. Pertama,
menjamurnya kegiatan pemburu rente (rent-seeking activi- ties). Indonesia sampai detik ini memiliki
sejumlah pemburu rentes, yang sebagian disebabkan oleh kebijakan kredit selektif. Faktor kedua
kemungkinan diakibatkan oleh utang luar negeri. Produktivitas modal dari proyek-proyek yang dibiayai
dengan bantuan luar negeri banyak yang rendah karena mempunyai masa tenggang waktu (grace period)
dan masa pembayaran kembali yang panjang, sehingga IOCR-nya menurun. Faktor ketiga adalah
kurangnya kompetisi dalam sektor keuangan yang ditandai dengan intervensi pemerintah dan tingginya
konsentrasi industri perbankar yang membuat sistem perbankan bekerja kurang efisien dan produktif.
Pangsa Pasar Masing-masing Kelompok Bank (dalam
persentase terhadap total)
Tabel 20.6 menunjukkan dominasi bank pemerintah dan bank swasta nasional dalam penyaluran
kredit di Indonesia.Kualitas kredit ditentukan oleh kolektibilitasnya, yaitu lancar tidaknya
pembayaran bunga dan poakok pinjaman serta kemampuan debitur yang ditinjau dari keadaan
usahanya. Oleh karena itu, kolektibilitas kredit dikategorikan menjadi: lancar, kurang lancar,
diragukan, dan macet
Kredit Bermasalah
Otoritas moneter menggolongkan kredit macet dan diragukan
sebagai kredit bermasalah. Perkembangan kolektibilitas kredit
perbankan dapat dilihat pada Tabel 20.7 Terlihat bahwa secara
absolut terjadi tren kenaikan kredit bermasalah
Penyebab Kredit Maccet
Rendahnya kinerja bank-bank pemerintah masih banyak yang belum memenuhi prinsip Ketiga, porsi KUK (Kredit Usaha
besar kemungkinan karena struktur kehati-hatian Ini terbukti dari Tabel 20.9 yang Kecil) perbankan nasional terhadap
perbankan Indonesia sudah banyak berubah. menunjukkan bahwa masih ada 21 bank yang jumlah kredit yang diluncurkan tidak
Pangsa pasar bank pemerintah dalam menarik belum memenuhi kriteria CAR (Capital pernah mencapai angka 20 persen dan
dan menyalurkan kredit banyak yang beralih Adequacy Ratio), 70 bank melanggar penyaluran KUK masih terpusat di
ke bank bank swasta yang dengan kreatif ketentuan BMPK (Batas Maksimum Pulau Jawa.
menawarkan berbagai hadiah dan fasilitas. Pemberian Kredit atau legal lending limit), dan
18 bank melanggar ketentuan LDR (Loan to
Deposit Ratio).
FINANCE-LED GROWTH ATAU GROWTH-LED FINANCE?
dua kemungkinan hubungan kausalitas antara pembangunan sektor finansial dan pertumbuhan
ekonomi yaitu :
Isu sentral yang pertumbuhan ekonomi (finance-led growth) ataukah pertumbuhan ekonomi
mendukung hipotesis supply leading; sedang yang kedua mendukung hipotesis demand
following.
Dalam hal ini, pertumbuhan ekonomi riil diukur dengan menyimbolkan "mengakibatkan" dengan"
akan di uji hipotesis mengenai kausalitas sebagai berikut:
Sampai dengan tahun 1997 kelompok bank swasta nasional masih memimpin dalam jumlah dan
pangsa pasar kredit yang disalurkan.
Memasuki tahun 1999 volume kredit yang disalurkan perbankan nasional secara keseluruhan
mengalami penurunan drastis menjadi Rp225,1 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp487,4
triliun. Hal ini berarti penyaluran kredit oleh perbankan nasional mengalami pertumbuhan negatif
53,81%. Keadaan ini merupakan akibat dari kebijakan penyaluran kredit oleh sektor perbankan
yang menjadi sangat selektif karena trauma terhadap kredit macet yang menjadi salah satu sumber
kerugian terbesar bagi bank selama krisis ekonomi. Ini juga dapat ditafsirkan bahwa sektor nil
masih mengalami krismon yang berdampak pada lesunya penyaluran kredit oleh perbankan.
Pemulihan Ekonomi dan Rekapitalisasi Perbankan
Dengan kembalinya modal asing dan domestik, nilai kurs akan stabil dan secara bertahap akan
terapresiasi dan pasar modal akan pulih kembali
Pengaruh yang paling terasa dari krisis keuangan adalah kenaikan kredit bermangaruh yang paling
tetaan pembiayaan yang besar, Biaya penyelamatan ball-out), berdasarkan pengalaman krisis
perbankan pada negara lain yang telah lalu tampak Pada Tabel 20.14. Bail-out untuk krisis perbankan
di Cili pada tahun 1985 berjumlah hampir 20% dari GDP, sedangkan krisis di Meksiko pada tahun
1994-1995 mlah hampir 20% ekitar 12% dari GDP
Pemerintah diharapkan hanya menyediakan kerangka kerja bukannya mem Bail-out sektor swasta.
Rekapitalisasi Perbankan dan
Masalahnya
Program rekapitalisasi perbankan mempunyai dua tujuan ganda. Pertama
secara makro, untuk menyehatkan perbankan Indonesia dan mengembalikan
fung: dasar perbankan sebagai lembaga intermediasi yang sehat.
Kedua, memperball tingkat kesehatan bank secara mikro (individual)