Anda di halaman 1dari 4

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakattuh

Selamat siang bu dosen


Selamat siang semuanya
Perkenalkan,saya;
Nama: Rizqiana Fadilla
Prodi: S1-Manajemen
NIM: 050927032
UPBJJ: Jepang

Kondisi perbankan Indonesia


A. Kondisi Perbankan Indonesia Tahun 1998
Pada tahun 1998 Indonesia sedang mengalami periode krisis moneter. Krisis moneter
yang terjadi ini adalah dampak dari krisis moneter yang melanda Asia pada tahun
1997. Krisis perekonomian Indonesia yang telah mencapai puncaknya tahun 1997-
1998, telah melahirkan perdebatan politik, khususnya dalam kebijakan (policy
recponse) yang diambil Pemerintah pada waktu itu. Penyaluran Bantuan Likuiditas
Bank Indonesia (BLBI) merupakan kebijakan yang paling banyak disorot karena
menyangkut aliran dana sangat besar dan sangat berpengaruh terhadap keuangan
negara saat itu.
Krisis moneter ini berdampak luas dan lama terhadap perekonomian Indonesia
khususnya perbankan Indonesia. Dampak terbesarnya adalah menurunnya
kepercayaan masyarakat terhadap bank. Dilikuidasinya 16 bank pada tahun tersebut
adalah bukti rapuhnya perbankan Indonesia. Dan menyebabkan lumpuhnya kegiatan
ekonomi masyarakat terutama yang menggunakan fasilitas bank.
Beberapa dampak dari krisis ekonomi tahun 1998 pada perbankan Indonesia, antara
lain:
 Banyak bank yang terpaksa diambil alih atau ditutup oleh pemerintah. Akibat
dari kebijakan pemerintah untuk menyehatkan ekonomi Indonesia.
 Nilai tukar rupiah anjlok secara drastic, sehingga memicu kenaikan utang luah
negeri bank-bank Indonesia yang berdenominasi dalam mata uang asing
 Banyak bank yang mengalami kebangkrutan atau kesulitan likuidasi sehingga
terjadi penarikan massal dana oleh nasabah.
Oleh karena itu, Indonesia menyusun strategi untuk menyehatkan kembali perbankan
Indonesia dengan beberapa langkah, antara lain:
1. Likuidasi Bank
Kebijakan pemerintah untuk melikuidasi 16 bank pada bulan November 1997
menimbulkan biaya sosial yang cukup besar, yaitu anjloknya kepercayaan
masyarakat terhadap perbankan. Tidak berjalannya mekanisme intermediasi bank
berdampak buruk bagi perekonomian. Adanya konstraksi penawaran agregat dan
sisi lain terjadi pula ekspansi permintaan agregat mengakibatkan inflansi yang
tinggi.
2. Penggabungan Bank (Merger)
Salah satu cara menyehatkan bank adalah dengan menggabungkan beberapa bank
yang dinilai efektif untuk menghailkan bank yang kuat dan tahan terhadap
goncangan ekonomi. Merger juga meningkatkan efisiensi yang berasal dari
penghematan biaya operasional bank. Melalui Peraturan Pemerintah No.40 Tahun
1997 dapat memberikan kewenangan kepada Bank Indonesia untuk
melaksanakan segala kewenangan pemegang saham untuk melakuakn
penggabungan, peleburan, atau pengambilan bank tanpa melalui Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). Namun, kekurangan merger ini adalah biaya yang
diperlukan cukup besar dan banyak karyawan bank yang diPHK. Oleh karena itu,
marger ini lebih sesuai jika dilakukan pada bank yang jenis usahanya sama.
3. Restrukturisasi Perbankan
Restruktutasi perbankan jangka pendek ditujukan untuk; memulihkan
kepercayaan pasar terhadap sistem keuangan, penggunaan sumber daya secara
efisien, dan memiliki investor dan pengelola yang professional. Untuk tujuan
jangka panjangnya adalah untuk menciptakan stabilitas sistem keuangan jangka
pnjang dan menciptakan pelaku ekonomi dan keuangan yang handal.
Restrukturasi pada level makro, pemerintah berperan membuat kebijakan
khususnya rekapitalisasi perbankan. Sedagkan pada level mikro dengan upaya
bank-bank menata dan melakukan perbaikan pada perusahaanya. Kekurangana
dari langkah ini adalah biaya yang diperlukan cukup besar dan membutuhkan
waktu yang tidak cepat dalam pemulihannya.
4. Rekapilitasi Perbankan
Untuk melakukan langkah ini bank diwajibkan dapat mecapai CAR tidak kurang
dari 25%. Tujuan langkah ini adalah menjadikan bank domestic mencapai CAR
4% pada saat setelah krisis. Modal pemerintah untuk melkukan rekapilitasi bank
sangatlah besar. Sampai September 1998 besarnya dana dari pemerintah adalah
Rp 233,3 triliun berdasarkan hasil due diligence. Rekapilitasi ini menyebabkan
beban yang berat bagi pemerintah.

B. Kondisi Perbankan Indonesia Tahun 2024

Penyelenggaraan Pemilihan Umum 2024 bukan hanya berpengaruh dari aspek


teknikal, tetapi juga dari aspek fundamental. Pemilu 2024 menjadi momentum krusial
yang dapat mempengaruhi keputusan investasi, terutama oleh investor asing yang
cenderung lebih berhati-hati. Hal ini dijelaskan oleh guru besar ekonomi Universitas
Airlangga, Prof Dr Sri Herianingrum SE MSi. Pola perilaku pasar keuangan selama
periode pemilu cenderung “wait and see”. Investor menunggu hasil pemilu untuk
menilai kebijakan yang diambil oleh pemenang. Jika kebijakan tersebut mendukung
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas.
Namun, pasca pemilu berlangsung, Presiden Joko Widodo dalam pidatonya dalam
Pertemuan Tahunan Jasa Keuangan pada Februari 2024. Beliau menyampaikan untuk
mendorong industri jasa keuangan bisa bergerak lebih cepat. Alasannya karena
selama pemilu sikap “wait and see” terus membayangi pengusaha terkait kondisi
politik yang memanas. Jokowi juga menyoroti industri keuangan yang makin kokoh
untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Beliau
menjelaskan bahwa tingkat permodalan perbankan Indonesia yang mencapai 27,69%
atau di atas negara-negara di kawasan. Tak hanya itu, beliau juga melihat kredit
perbankan masih bisa tumbuh di 10,38% dimana menunjukkan kondisi yang lebih
baik dibandingkan era pra pandemi. Hanya saja, beliau mengingatkan agar tetap
waspada pada ekonomi global yang berubah sangat cepat dan disrupsi teknologi yang
masif terus terjadi.
Namun, karena adanya pemilu 2024 ini dimana para pengusaha hanya menunggu dan melihat
atau “wait and see”. Hal ini menyebabkan kondisi kredit melemah atau tertahan. CEO Citi
Indonesia, Batara Sianturi mengatakan pada masa Pemilu 2024, ada delay di segmen
korporasi atau bisnis. Karena masa ini adalah masa transisi, mungkin akan ada beberapa
transisi policy atau aturan yang akan ditentukan oleh presiden baru. Senior Faculty Lembaga
Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin juga mengatakan bahwa sektor –
sektor usaha tertentu yang berhubungan dengan agenda Pemilu 2024, seperti Industri
makanan minuman, dan tekstil, memang masih ada permintaan kredit. Akan tetapi industri
besar seperti konstruksi lebih banyak yang memilih wait and see. Kemudian mengacu pada
Survei Permintaan dan Penawaran Pembiayaan Perbankan yang dirilis oleh Bank Indonesia,
gairah korporasi juga cenderung melemah dan terbatas dalam pembiayaan. Proyeksi kondisi
Saldo Bersih Tertimbang (SBT) atas kebutuhan pembiayaan korporasi Januari-Maret 2024
sebesar 22,1%, lebih rendah daripada gariah periode Desember-Februari di 27,3%.
Permintaan kredit dari sejumlah segmen bidang Industri pun lesu. Responden di sektor
perdagangan dan jasa keuangan yang tertarik mengakses pembiayaan tercatat turun tipis.
Sementara sektor pertanian, pertambangan, konstruksi, dan transportasi & pergudangan turun
dalam.
Namun, beberapa bank di Indonesia tetap optimis dan memiki strategi untuk membangkitkan
kembali perkreditan perbankan ditengah masa Pemilu 2024. PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Misalnya mengandalkan kredit korporasi guna menopang kinerja kreditnya yang ditargetkan
tumbuh 13%-15% pada 2024. Salah satu trateginya adalah memanfaatkan skema sindikasi
dan sasarannya adalah sektor sejalan dengan kebijakan hilirisasi oleh pemerintah. PT Bank
Danamon Indonesia Tbk juga optimis permintaan pelaku usaha tetap bergairah ditemgah
tahun politik, karena proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional masih cerah. PT Dinamon
menargetkan pertumbuhan kredit sejalan dengan proyeksi regulator yang berkisar 10%-12%.
PT Bank Central Asia Tbk. Juga mengatakan optimis kredit korporasi akan tetap tumbuh
tahun ini. Selain itu, menurut PT Bank CIMB Niaga Tbk menargetkan pertumbuhan normatif
sepanjang tahun politik sebesar 7%.
Namun, dalam penyaluran kredit pada usaha UMKM atau usaha Mikro pada Maret 2024
tergolong meningkat. Di perbankan, salah satu bank yang telah melaporkan kinerja
keuangannya yakni PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) juga membukukan pertumbuhan
kredit signifikan pada awal tahun ini. Tercatat, BCA telah menyalurkan kredit Rp835,7 triliun
pada kuartal I/2024, tumbuh 17,1%.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sikap Investor yang wait and see menyebabkan sektor
perkreditan perbankan sedikit macet. Namun, perbankan di Indonesia sudah menyiapkan
beberapa strateri untuk mengatasinya. Yaitu dengan menggandeng sektor industri ataupun
sektor UMKM yang berhubungan dengan proses Pemilu 2024 ini.

C. Perbandingan Kondisi Perbankan tahun 1998 dengan 2024


 Stabilitas Perbankan
Pada tahun 1998 saat terjadi krisis tentu saja stabilitasnya sangat rendah dimana 16
bank dilikuiditas oleh pemerintah. Sedangkan, pada tahun 2024 pasca pemilu ini
stabilitasnya lebih baik. Walaupun agak sedikit seret kondisi kreditnya.
 Regulasi
Regulasi bank pada tahun 1998 kurang ketat, sehingga dalam pelaksanannya kurang
stabil dan penjamin keuangannya kurang ketat. Olehkarena itu, pada saat terjadi krisis
moneter 1998 perbankan Indonesia tidak dapat stabil. Sehingga kepercayaan
masyarakat akan perbankan juga kurang. Sedangkan pada saat ini telah diatur dalam
Undang-Undang dan regulasinya telah diawasi ketat oleh Bank Indonesia (BI),
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Sumber Referensi:
BMP ESPA4314 Perekonomian Indonesia Modul 3: Keuangan dan Perbankan Indonesia,
Kegiatan Belajar 1: Keuangan dan Perbankan, halaman 3.11 sd 3.16
Burhan A F. 2024 Artikel "Korporasi Wait and See pada Masa Pemilu 2024, Ini Siasat Bank
Dongkrak Kredit", https://finansial.bisnis.com/read/20240211/90/1739806/korporasi-wait-
and-see-pada-masa-pemilu-2024-ini-siasat-bank-dongkrak-kredit.
https://keuangan.kontan.co.id/news/pasca-pemilu-jokowi-dorong-industri-jasa-keuangan-
bisa-ngebut-lagi
Burhan A F 2024 Artikel "Kredit Bank Tumbuh Moncer pada Maret 2024, Ada Efek
Pemilu?" https://finansial.bisnis.com/read/20240425/90/1760476/kredit-bank-tumbuh-
moncer-pada-maret-2024-ada-efek-pemilu
Sekian jawaban dari saya mengenai topik diskusi 3 ini, mohon koreksi dari bu dosen.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai