Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada Tahun 2020 dunia terdampak Pandemi Corona Virus Disease (Covid-
19) yang berdampak pada gawat darurat dalam sektor kesehatan dunia, tak hanya
itu pandemi inipun menjungkirbalikkan sistem ekonomi global. Indeks saham
Bursa Efek Indonesia turun 33% dari awal tahun 2020, yang merupakan
penurunan terbesar sejak tahun 2015. Nilai rupiah terhadap dolar AS anjlok
menjadi 16.273, yang merupakan level terendah sejak krisis keuangan tahun 1998.
Investor pasar uang asing dan pasar modal terus mengeluarkan uangnya dari
dalam pasar Indonesia. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berpendapat bahwa
merebaknya virus Covid-19 ini menyebabkan investor non residen (asing)
hengkang dari pasar Indonesia. Sejak 1 Maret hingga 24 Maret 2020, total arus
modal asing keluar Rp 104,39 triliun (cnnindonesia.com).
Pandemi Covid-19, menurut Dana Moneter Internasional (IMF), berpendapat
bahwasanya sistem ekonomi dan keuangan dunia mengalami krisis. Kurs rupiah
dan dan indeks saham anjlok, begitupun konsumsi domestik dan industri yang
menurun drastis karena adanya himbauan untuk melakukan physical and social
distancing tentunya membuat roda perputaran ekonomi melambat dan nyaris
terhenti. Selain krisis ekonomi global yang terjadi karena adanya pandemi Covid-
19, pada penghujung tahun 2008 terjadi krisis global yang membuat runtuhnya
stabilitas perekonomian dunia. Krisis ini ketika salah satu bank terbesar di AS
Lehman Brothers mengalami kebangkrutan. Krisis ekonomi yang bermula
berdampak pada amerika kemudian mulai berpengaruh terhadap negara-negara
lain termasuk Indonesia, dan pada tahun 2008 sesungguhnya menjadi awal dari
terjadinya krisi ekonomi dunia (bi.go.id).
Tak hanya itu, dampak pandemi terhadap perbankan juga mengakibatkan
pertumbuhan kredit atau pembiayaan yang lebih lambat atau lebih rendah di
sektor perbankan akan menyebabkan profitabilitas industri yang lebih rendah serta
3

peningkatan kredit bermasalah (NPL). Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-


Undang (Perppu) No. 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan
Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid-19 juga dirilis
pemerintah. Pembukaan akun online meningkat dengan Covid-19 juga. Akibat
dampak Covid-19, industri perbankan mengambil kebijakan pengamanan utang
lancar.
Menurut World Bank (1998) salah satu penyebab terjadinya krisis ekonomi
adalah bad governance atau lemahnya tata kelola perusahaan. Dalam rangka
proses pemulihan atau economy recovery, Konsep Good Corporate Governance
dipresentasikan menjadi praktik atau juga implementasi Good Corporate
Governance oleh pemerintah dan organisasi internasional seperti International
Monetary Fund (IMF). (Sulistyanto & Lidyah, 2002). Perusahaan wajib
menerapkan GCG atau Good Corporate Govermance secara konsisten kemudian
menjadikannya landasan untuk tetap menjalankan usahanya, berdasarkan
Keputusan menteri BUMN Nomor: Kep-117/M-MBU/2002 yang berisi tentang
bagaimana penerapan dasar-dasar GCG.
GCG atau Good Corporate Govermance kini menjadi prasyarat yang secara
signifikan mempengaruhi peningkatan nilai bisnis, bukan sekedar sesuatu yang
bersifat opsional atau formalitas. Penerapan konsep ini adalah cara yang efektif
meningkatkan perekonomian di suatu negara atau pihak internal perusahaan dan
tentunya untuk melarikan diri dari ASEAN dan krisis ekonomi di seluruh dunia.
Pada dasarnya kemajuan kinerja perusahaan merupakan Good Corporate
Govermance. Jika prinsip-prinsip ini tidak di implementasikan, akan terlihat pada
kurangnya informasi yang diperlukan untuk melakukan analisis guna
meminimalisir risiko dan atau investasi yang berlebih di bagian sumber daya dan
menjadi boros, lalu akan berdampak terhadap turunnya kepercayaan investor,
karena setiap investor yang berinvestasi pada sekuritas tertentu akan selalu
memiliki harapan untuk memperoleh keuntungan. (Lucia Eirene, 2010).
The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) fokus
mengembangkan, mendidik, dan mensosialisasikan implementasi Good Corporate
Govermance sosialisasi disini berisikan tentang teori, manfaat GCG, dan praktik
4

agar terwujudnya perusahaan yang terpercaya dan bermartabat. dunia. IICG


didirikan pada tanggal 2 Juni sebagai respon atas krisis ekonomi yang terjadi di
Indonesia dan tuntutan penerapan GCG (iicg.org).
The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) memiliki kegiatan
berupa melakukan tinjauan studi penelitian tentang penerapan Good Corporate
Governance dan hasilnya berbentuk Corporate Governance Perception Index
(CGPI) Sejak tahun 2001, telah ada program penelitian CGPI. Melalui CGPI
Awards, ini adalah salah satu upaya mewujudkan perusahaan atau organisasi yang
kopeten dan sesuai dengan dasar-dasar Good Corporate Governance, organisasi
atau perusahaan ini akan diberikan apresiasi setiap akhir tahun dalam
pemeringkatan CGPI ini. Kepatuhan (compliance), kesesuaian dengan etika
(Comformance), dan kinerja (Performance) adalah tiga pilar penilaian CGPI itu
sendiri. Jika perusahaan dapat mengimplementasikan dengan baik, akan membuat
perusahaan berprestasi pada saat ini dan nantinya dapat mengantisipasi masalah
keuangan di masa depan serta dapat meningkatkan kepercayaan pemangku
kepentingan seperti investor. Ada beberapa cara untuk memikat para investor
salah satunya dengan tercerminnya kinerja keuangan yang baik melalui laporan
keuangannya, sehingga dapat dipertimbangkan para calon investor.
Dalam perbankan sendiri karena Good Corporate Governance berdamapak
kepada meningktnya kinerja keuangan yang kemudian juga menurunkan risiko
yang disebabkan oleh keputusan manajemen yang seringkali menguntungkan diri
mereka sendiri, diyakini bahwa penerapannya akan berdampak pada kinerja
perbankan. Dengan menetapkan Good Corporate Governance dengan baik
dengan benar itu akan berdampak pada perusahaan yang beroperasi lebih efektif
dan lebih kompetitif. Good Corporate Governance ini merupakan struktur
manajemen perusahaan yang menentukan alokasi tanggung jawab dan seluruh hak
dari berbagai jenis anggota perusahaan seperti dewan komisaris, karyawan,
pemegang saham dan lainnya, Gagasan bahwa manajemen perusahaan adalah
mandat sejak perusahaan didirikan dan bahwa setiap orang dalam organisasi harus
bekerja dengan dasar kepentingan terbaik bagi perusahaan adalah aspek lain dari
Good Coorporate Governance yang baik.
5

Dititik inilah waktu untuk mengajukan pertanyaan serius tentang


independensi, integritas, dan akuntabilitas kepada semua pelaku bisnis Indonesia,
terutama di industri perbankan, yang selalu bergantung pada kepercayaan publik.
Mengutip dari (Krisna Wijaya 2002) bahwa administrasi industri perbankan tidak
biasa. Alasan mendasarnya adalah karena ada tiga K, yaitu keberhatian,
kepercayaan, dan keterbukaan yang harus diikuti. Tujuan utama bank adalah
menjaga kepercayaan dan menghilangkan potensi bahaya. Banyak orang
menyimpan uang mereka di bank semata-mata dengan harapan akan dilunasi
bersama dengan berbagai keuntungan terkait bunga. Selain itu, dana ini akan
bergantian di antara berbagai jenis investasi termasuk meminjamkan uang dan
membeli aset. Bank dapat menghadapi bahaya dan malapetaka apabila tidak
dikelola secara kompeten, terbuka, dan bertanggung jawab (prudent banking).
Untuk menjadi kerangka dan sumber inspirasi bagi para bankir yang
mengelola industri perbankan, tata kelola perbankan nasional memerlukan sistem
pengelolaan perbankan nasional. Untuk alasan ini, penting juga untuk mengontrol
dan mengawasi bank untuk menjamin bahwa mereka dikelola dengan hati-hati,
jujur, dan tidak mengabaikan moral hazard. Dengan demikian, industri perbankan
dapat berkembang dengan bebas, memberikan kontribusi yang nyata, dan bekerja
sama untuk mencapai hasil yang terbaik dalam mencapai visi dan tujuan sistem
perbankan nasional, yaitu membantu sektor perekonomian nasional dan daerah.
Program Arsitektur Perbankan Indonesia (API) diperkenalkan Bank Indonesia
di tahun 2004 dengan tujuan demi memperkuat industri perbankan dalam rangka
membantu sektor perekonomian nasional dan daerah. Program API diharapkan
dapat dilaksanakan selama selambatnya lima tahun dan selama lamanya sepuluh
tahun kedepan. Tujuan API adalah mewujudkan sistem organisasi perbankan
dengan kokoh dan efektif yang akan mendorong stabilitas sistem keuangan dan
mendorong perekonomian negara.
Selain itu, tujuan API sendiri diwujudkan dalam enam pilar API:
1. Membangun dan atau menciptakan sistem perbankan domestik yang kuat
yang dapat menyebabkan terdorongnya pertumbuhan ekonomi nasional dalam
jangka panjang dan dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat.
6

2. Membangun Sistem pengelolaan dan peninjauan bank yang kuat dengan


menggunakan standar internasional
3. Mewujudkan sektor perbankan yang kokoh, berdaya saing tinggi, dan tahan
risiko.
4. Menyempurnakan Good Coorporate Governance dengan tujuan memperbaiki
lingkungan internal perbankan nasional.
5. Membangun infrastruktur yang kuat demi memfasilitasi pengembangan
sektor perbankan.
6. Memahami bagaimana cara pemberdayaan dan perlindungan kepada
pengguna jasa perbankan.
Dalam rangka memperbaiki kondisi internal perbankan nasional,
sempurnanya dan terwujudnya Good Corporate Governance merupakan program
API dengan rencana berjalan dalam dua sampai lima tahun kedepan. Diharapkan
setelah penerapan Good Corporate Governance yang tepat dan baik untuk
operasional perbankan, kinerja operasional akan lebih kuat dan kapasitas
menghadapi risiko akan meningkat pada saat ini dan jangka panjang. Pada tahun
2006, Bank Indonesia mulai memberlakukan undang-undang yang secara khusus
mengatur tentang persyaratan penerapan Good Corporate Governance yang tepat
dan teratur di bank umum sebagai tanggapan atas tuntutan penerapannya di
industri perbankan.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006
tentang bagaimana pelaksanaan Good Coorporate Governance Bank yang
selanjutnya disempurnakan dengan PBI No.8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober
2006 tentang Perubahan PBI No.8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good
Corporate Governance bagi bank umum. Aturan tersebut menggarisbawahi
bahwa penerapan Good Corporate Governance dalam sektor perbankan
dianjurkan selalu didasarkan kepada lima prinsip dasar: independenssi
(independency), akuntabilitas (accountability), keterbukaan (transparency),
kewajaran (fairness), dan tanggung jawab (responsbility). seluruh komisaris pun
di anjurkan hadir baik independen maupun dependen dalam pelaksanaan Good
Corporate Governance.
7

Dengan adanya pihak indenpen ini, akan dapat mendorong check and
balances, mencegah terjadinya kepentingan yang berbenturan (conflict of interest)
saat melaksanakan tugas. Oleh karena itu, PBI ini mengamanatkan agar kepada
bank selalu menyebarkan laporan good corporate governance di setiap tahunnya
dengan kurun waktu paling lambat lima bulan setelahnya. Sanksi akan diberikan
kepada bank yang melanggar ketentuan PBI ini.
Tahun 2019 Good Corporate Governance BNI mencapai angka 89,74, tahun
2020 90,74, tahun 2021 mencapai angka 97,33. Ketika kinerja perusahaan bagus
dan tata Kelola meningkat tidak menjamin bahwa ROA akan selalu stabil dan
naik. The Indonesian institute for corporate governance di saat desember 2021
memberikan most trusted company kepada BNI karena mengalami kenaikan skor
sebesar 90,74 dibandingkan dengan tahun 2019 yang 89,74. Tapi kinerja
perusahaan yang dinilai dengan ROA mengalami fluktuatif yaitu pada 2019
sebesar 2,4%, kemudian 2020 dengan 0,5% dan pada 2021 1,4%. Dari data
tersebut terdapat GAP antara Good Corporate Governance dengan ROA dimana
Good Corporate Governance mengalami kenaikan terus menerus sementara ROA
fluktuatif.
Tabel 1. 1
Perkembangan Return On Asset (ROA) Perusahaan Perbankan

ROA TAHUN

BNI 1,4% 2021

0,5% 2020

2,4% 2019

2,8% 2018

2,7% 2017

Sumber: data diolah 2023


Namun, terkadang ada beberapa perbankan yang melakukan praktik Bad
Corpotrate Governance sebagai contoh praktik Good Corporate Governance
8

kurang maksimal di Indonesia terlihat pada 18 mei 2019 yang mana terdapat
pegawai Bank Rakyat Indonesia yang diduga melakukan korupsi sebanyak 1
miliar rupiah (Tribunnews.com,2019). Kemudian pada 25 juni 2019 terdapat
dugaan kembali bahwasanya pegawai Bank Rakyat Indonesia terbukti melakukan
penggelapan dana atau korupsi sebesar 12,1 miliar rupiah
(wartaekonomi.com,2019).
Dalam kedua kasus tersebut, terdapat bukti pengawasan yang tidak memadai
atas operasi manajemen oleh auditor dan dewan komisaris, serta pelaporan
keuangan yang tidak memadai yang memungkinkan penemuan kejahatan terkait
korupsi lebih lanjut di tahun-tahun berikutnya. Hal ini terjadi sebagai akibat dari
agency conflict, yang dimana pihak yang menerima kekuasaan dan pihak yang
memberikan wewenang sama-sama memiliki kepentingan yang saling
bertentangan (Jensen& Meckling, 1976).
Tak hanya itu ada salah satu kasus terbesar dari buruknya penerapan Good
Corporate Governance adalah Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) harus
mengambil alih Bank Century dimana sekarang mengganti namanya dengan Bank
Mutiara yang diduga menjadi bank yang gagal di 2008 dengan alasan banyaknya
kasus kredit bermasalah yang dimilikinya. Karena dominasi perbankan dalam
perekonomian, khususnya sebagai mesin pertumbuhan, Good Corporate
Governance yang baik dipandang penting untuk diterapkan pada sektor
perbankan. Sejak 2006, Peraturan Bank Indonesia (PBI) dimana merupakan salah
satu bentuk GCG telah diberlakukan di Indonesia, meskipun penerapannya belum
maksimal. Indonesia secara konsisten mendapat peringkat rendah dalam
penerapan Good Corporate Governance jika membandingkan dengan negara Asia
lainnya dari tahun 2007 hingga 2012, membuktikan bahwa praktik tersebut belum
sepenuhnya diterapkan (Nurcahyani, 2013). Demi memenuhi tanggung jawab
lingkungan dan sosial, organisasi mengembangkan dan atau mempraktikan
konsep yaitu 3P. (People, Planet dan Profit) atau konsep Triple Bottom Line yang
digagaskan (Elkington, 1998). Jika perusahaan mengadopsi 3P maka akan
mengambil langkah menuju pembangunan berkelanjutan, dan dapat dipantau
secara terbuka dan jujur dengan menerbitkan laporan keberlanjutan atau
9

Sustainability Report, dengan fungsi sebagai cara bagi perusahaan untuk


bertanggung jawab kepada Stakeholders. (Simbolon dan Sueb, 2016).
Pengungkapan laporan keberlanjutan atau Sustainability Report dilandasi
oleh teori Stakeholders karena teori ini mengidentifikasi pihak-pihak yang
menjadi tanggung jawab perusahaan (Freeman, 2001). Perusahaan harus tertuju
pada faktor non-finansial seperti mengembangkan dan mengevaluasi aktivitas
dalam hal tanggung jawab lingkungan dan sosial sehingga dapat berpengaruh
terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Sustainability Report dapat diartikan
sebuah laporan atau dokumen yang diterbitkan perusahaan dengan merinci
kinerjanya dalam mengungkapkannya (disclosure). Hal faktor sosial, lingkungan,
dan ekonomi, serta upayanya untuk menjadi korporasi yang bertanggung jawab
kepada semua Stakholders atas kinerjanya dalam arah pembangunan
berkelanjutan (Sustainable Development).
Di Indonesia, pengungkapan laporan keberlanjutan atau Sustainable
Development hanya dilakukan secara sukarela (voluntary), dan itu belum
merupakan bentuk pelaporan yang wajib (mandotary). Walaupun masih bersifat
sukarela, menurut riset statistik tahun 2017 oleh Otoritas Jasa Keuangan di Bursa
Efek Jakarta (BEI), sekitar sembilan persen perusahaan yang tercatat telah
menerbitkan laporan keberlanjutan. Saat ini, sebagian besar laporan keberlanjutan
yang diterbitkan di Indonesia didasarkan pada kriteria pengungkapan yang ada di
Global Reporting Index (GRI) di Indonesia 49 perusahaan telah tercatat dalam
BEI karena telah terbitnya laporan berkelanjutan per tahun 2016 akhir. Jumlah
perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan, laporan sosial, dan laporan
keberlanjutan telah meningkat secara signifikan, menurut pendapat KPMG.
Di Indonesia sendiri mendukung transparansi Sustainability Report dengan
adanya Indonesia Sustainability Report Award (ISRA) yang tercipta dari kerja
sama ikatan akuntansi manajemen indonesia (IAMI) dengan National Center For
Sustainabilty Reporting (NSCR). Tujuan dari acara ini adalah untuk mengenali
perusahaan yang berkomitmen untuk pembangunan berkelanjutan atau
sustainable develpment. Dari tahun ke tahun perusahaan yang menyiapkan
laporan keberlanjutan atau laporan CSR selalu meningkat, dalam hal ini terlihat
10

dari peserta yang selalu bertambah tiap tahunnya. Ini berarti perusahaan-
perusahaan sudah sangat menyadari akan penting adanya Sustainability Report
selain Financial Report, sebab penilaian kinerja keuangan tidak harus dinilai dari
sisi finansial saja tapi juga dapat dinilai berdampingan dengan sisi non-finansial.
Standar perusahaan yang kerap kali dipakai untuk membuat Sustainability
Report yaitu yang telah disempurnakan oleh The Global Reporting Initiative
(GRI) dimana merupakan otoritas terkemuka yang bermarkas di Belanda. GRI
dijadikan standar umum oleh perusahaan di dunia untuk penyusunan laporan
berkelanjutan dan telah disempurnakan dengan pedoman yang terbaru yaitu
generasi keempat atau G4. Selain itu, ISO SR juga dijadikan pedoman oleh
perusahaan baik sektor publik maupun privat di negara berkembang ataupun
negara maju dalam pembuatan kerangka Sustainability Report.
Pengungkapan Sustainability Report berkaitan erat bersama Good Corporate
Governance yang kuat, karena hanya organisasi dengan tata kelola yang tepat
yang akan merilis laporan keberlanjutan. Pengungkapan Sustainability Report
yang bertanggung jawab sangat berkesinambungan dengan prinsip Good
Corporate Governance yang baik, yakni bertanggungjawab. Pengungkapan atas
laporan tersebut diharapkan kinerja keuangan sendiri terlihat baik dimata
pemegang kepentingan atau investor. Ini dapat dilihat dari kurang maksimalnya
implementasi Good Corporate Governance dan pengungkapan Sustainability
Report di organisasi profit/perusahaan di indonesia. Di sisi lain, beberapa
perusahaan beranggapan bahwa implementasi Good Corporate Governance dan
pengungkapan Sustainability Report merupakan hal penting sehingga
menerapkannya secara baik dan benar.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik melakukan
penelitian yang berjudul: “Pengaruh Good Corporate Governance dan
Pengungkapan Sustainability Report terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan Perbankan Milik BUMN di Indonesia pada tahun 2015 - 2021”
11

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, penulis
mengidentifikasi masalah yang akan menjadi pokok pemikiran dan bahasan
adalah:

1. Apakah terdapat hubungan antara penerapan Good Corporate


Governance terhadap kinerja keuangan perusahaan Perbankan Swasta?
2. Apakah terdapat hubungan antara pengungkapan Sustainability Report
terhadap kinerja keuangan perusahaan Perbankan Swasta?
3. Berapa besar pengaruh penerapan Good Corporate Governance
dan pengungkapan Sustainability Report terhadap kinerja keuangan
perusahaan Perbankan Swasta?
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan,
maka timbul beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Apakah Good Corporate Governance memengaruhi kinerja perusahaan
perbankan BUMN?
2. Apakah perusahaan perbankan BUMN dapat membuat sendiri keputusan
untuk memiliki Good Corporate Governance?
3. Apakah Perusahaan perbankan BUMN dapat melakukan pengungkapan
Sustainability Report yang dilandasi stakeholder untuk menunjang
keberhasilan kinerja perusahaan?
4. Apakah Sustainability Report memengaruhi Good Corporate
Governance?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, tujuan penelitian yang
ingin dicapai oleh peneliti yaitu:

1. Untuk mengetahui pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja


perusahaan perbankan BUMN.

2. Untuk mengetahui bagaimana perusahaan perbankan BUMN membuat Good


Corporate Governance yang baik.
12

3. Untuk mengetahui pengungkapan Sustainability Report yang dilandasi


stakeholder dapat menunjang keberhasilan kinerja perusahaan perbankan
BUMN.

4. Untuk mengetahui pengaruh Sustainability Report terhadap Good Corporate


Governance.

D. Manfaat Penelitian
Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat medapatkan hasil yang sesuai
dengan tujuan penelitian ini. teragi menjadi dua manfaat dalam penelitian ini
yaitu.:

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Peneliti

Diharapkan bahwa penelitian ini akan memasok dan


memperluas keahlian dan pengalaman peneliti sebagai aplikasi praktis
dari ilmu yang dipelajari selama kuliah.

b. Bagi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Studi ini dimaksudkan untuk menjadi sumber atau referensi


bagi mahasiswa yang memiliki tujuan untuk melakukan penelitian
sejenis, baik mahasiswa umum maupun mahasiswa di Jurusan
Konsentrasi Manajemen Keuangan.

c. Bagi Perusahaan
Diharapkan bahwa temuan penelitian ini akan dapat
memberikan informasi yang bermanfaat bagi perusahaan dan dapat
digunakan sebagai dasar pertimbangan ketika membuat keputusan
tentang perumusan strategi keuangan. khususnya dalam
pengembangan Good Corporate Governance dalam kinerja keuangan
perusahaan perbankan BUMN dan pengungkapan Sustainability
Report bagi keuangan perusahaan BUMN.
2. Manfaat Praktis
13

a. Bagi Khalayak
Penelitian ini diharapkan untuk menjadi titik awal untuk lebih
banyak penelitian selanjutnya. Untuk pembaca umum, dapat memberi
mereka lebih banyak informasi tentang perusahaan yang terkait.
Untuk memenuhi persyaratan dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi
pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan
Gunung Djati Bandung.
14

Anda mungkin juga menyukai