Anda di halaman 1dari 17

PERBANKAN PELAPORAN KEUANGAN

DAN PERSAINGAN USAHA

Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Good Corporate Governance (GCG)

Disusun oleh :

AUDI GHEA NABILA E2B017108

DINA HANIFA AL FIRDAUS E2B017136

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2020
Kata Pengantar

Assalamuálaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat serta Karunia-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya
mungkin kami tidak akan sanggup menyelesikan dengan baik dan mudah. Makalah ini yang
berjudul “Perbankan Pelaporan Keuangan dan Persaingan Usaha” guna untuk memenuhi salah
satu tugas Mata Kuliah Good Corporate Governance (GCG). Penghargaan yang tulus dan ucapan
terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Nurcahyo,SE.,MSA selaku dosen pembimbing
Mata Kuliah Good Corporate Governance (GCG), yang telah memberikan arahan, petunjuk dan
bimbingan yang berharga selama penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Apabila

dalam penyusunan banyak terjadi kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran penulis harapkan

demi perbaikan Dengan demikian penulis mengucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum wr.wb
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini perusahaan perbankan tidak hanya dituntut untuk mendapatkan laba/profit untuk
kelangsungan perusahaan, tapi bank juga harus memperhatikan aspek-aspek lain seperti
aspek sosial. Dilihat dari segi ekonomi, perusahaan perbankan memang diharapkan
mendapatkan keuntungan yang setinggi-tingginya. Tetapi di aspek social perusahaan
perbankan harus memberikan kontribusi secara langsung kapada masyarakat yaitu
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan
giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk
meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PERBANKAN

Pada tahun 1998-2000 saat terjadinya krisis moneter banyak sekali bank yang mengalami
kebangkrutan (likuidasi) karena kelangsungan hidupnya tidak dapat dipertahankan.
Penyebab dari hal tersebut dikarenakan belum diterapkannya prinsip-prinsip GCG di
lingkungan perbankan secara konsisten. Oleh karena itu, banyak sekali upaya pemerintah
termasuk BI dan OJK untuk mendorong terwujudnya GCG di lingkungan perbankan.

1. GCG di Perbankan

Bank Indonesia pada tanggal 30 Januari 2006 mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia 
(PBI) No.8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum. Tujuan
dikeluarkannya PBI adalah untuk memperkuat kondisi internal perbankan nasional dalam
menghadapi risiko yang semakin kompleks, berupaya melindungi kepentingan para
pemangku kepentingan, serta menignkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan nilai-nilai etika yang berlaku umum pada industri
perusahaan. Dalam ketentuan yang mulai berlaku sejak diterbitkannya PBI, setiap bank
diwajibkan melakukan penilaian mandiri atas pelaksanaan GCG, menyusun laporan
pelaksanaan GCG tersebut secara berkala dan kemudian akan akan dinilai oleh BI. Agara
emplementasi GCG di perbankan dapat berjalan lancar, maka pihak perbankan perlu
menyusun suatu program tentang GCG yang dilengkapi dengan petunjuk operasional
sehingga lebih mudah untuk dipahami dan dilaksanakan oleh para staf atau karyawan
maupun manajemen maupun manajemen perbankan.

2. Transparansi di Perbankan
Dalam rangka penerapan prinsip transparansi , BI telah mengeluarkan surat edaran
kepada semua Bank Umum konvensional di Indonesia N0.15/15/DPNP tanggal 29 April
2013 mengenai Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum, yaitu bank wajib menyampaikan
laporan pelaksanaan GCG dan bagi bank yang telah memiliki homepage diwajibkan pula
untuk menginformasikannya pada homepage bank. Selain peraturan diatas ada juga
peraturan yang dikeluarkan oleh OJK terkait dengan Transaparansi dan Publikasi laporan
bank yaitu Peraturan OJK No.6/POJK.03/2015.

3. Pengawasan Perbankan
Untuk menguji apakah pelaksanaan GCG di perbankan sudah berjalan dengan baik, maka
OJK harus melakukan pengawasan secara ketat dan transaparan. Dalam hal ini OJK
haruys bertindak tegas, yaitu dengan melarang orang-orang yang sudah termasuk dalam
black list atau pernah melakukan perbuatan tidak terpuji dalam melakukan suatu
perbankan, termasuk para pengemplang Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI),
menjadi CEO maupun pemilik atau dewan komisaris di suatu perbankan nasional. Selain
itu, hendaknya dihindarkan adanya pengangkatan jabatan bagi para komisaris perbankan
untuk menghindarkan adanya konflik kepentingan (conflict of interest)

4. Peringkat GCG di Perbankan


Apabila segala sesuatunya sudah siap, pihak BI akan melakukan peringkat (rating) GCG
terhadap perbankan. Adanya peringkat ini akan mempermudah mekanisme pengawasan
bagi BI terhadap pelaksanaan GCG di perbankan. Menurut pihak BI, dengan dibuatnya
peringkat GCG dapat memperkuat industri perbankan nasional, serta dapat meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas perbankan. Adapun 4 kriteria yang ditetapkan oleh BI
dalam menentukan peringkat, yaitu :
a) Transparansi bank terhadap pihak-pihak terkait
b) Efektivitas direksin dan komisaris perbankan dalam mengemban tugasnya
c) Efektivitas komite-komite yang wajib dibentuk di lingkungan direksi dan komisaris
d) Indepedensi Satuan Kerja Audit Intern (SKAI)

B. PELAPORAN KEUANGAN
1. Transparansi Laporan Keuangan
Salah satu prinsip dari GCG adalah masalah transparansi, yaitu keterbukaan dalam
melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan
informasi materiil yang relevan mengenai perusahaan. Informasi penting di perusahaan yang
perlu diketahui publik antara lain laporan keuangan perusahaan. Semakin tinggi tingi tingkat
keterbukaan atas laporan keuangan perusahaan, maka seharusnya semakin rendah pula
kemungkinan terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Penetapan peraturan pemerintah NO. 64 tahun 1999 tentang perubahan atas peraturan
pemerintah No 24 tahun 1998 tentang informasi keuangan tahunan perusahaan,
dimaksudkan agar dapat tercipta transparansi keuangan peusahaan yang pada gilirannya
akan mendorong peningkatan efisiensi perekonomian nasional serta peningkatan dya saing
dunia usaha. Pada dasarnya menurut peraturan pemerintah ini, semua perusahaan wajib
melaporkan laporan keuangan tahunan. Namun, dengan pertimbangan kondisi manajemaen
dan administrasi perusahaan, terutama dalam kondisi dunia usaha saat ini, maka kewajiban
tersebut hanya dikenakan kepada perusahaan-perusahaan dengan bentuk kriteria tertentu.

Pada saat berlakunya peraturan pemerintah ini, kewajiban berlaku bagi perusahaan dengan
bentuk organisasi seperti berikut.

a. Perseroan terbatas yang memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut : merupakan
perseroan terbuka, bidang usaha perseroan berkaitan dengan pengarahan dana
masyarakat, mengeluarkan surat utang, memiliki jumlah aset atau kekayaan paling
sedikit Rp. 50 miliar, dan meruapakan debitur yang laporan keuangan tahunan nya
diwajibkan oleh bank untuk diaudit.
b. Perusahaan asing yang berkedudukan dan menjalankan usahanya di wilayah Negara
Republik Indonesia menurut ketentuan peraturan cabang, kantor pembantu, anak
perusahaan, serta agen dan perwakilan dari perusahaan itu yang mempunyai
wewenang untuk mengadakan perjanjian
c. Persahaan perseroan, perusahaan umum, dan perusahaan daerah. Laporan keuangan
tahunan bagi perusahaan adalah laporan yang telah diaudit oleh akuntan publik.
Perseroan terbatas yang diwajibkan adalah yang bidang usahanya berkaitan dengan
pengerahan dana masyarakat, yaitu perseroan yang mengelola dana masyarakat,
seperti bank, asuransi, dan reksadana.

Menurut OECD, Prinsip tentang pengungkapan dan transparansi harus memastikan


bahwa pengungkapan yang tepat waktu dan akurat dilakukan terhadap semua hal yang
material berkaitan dengan perusahaan, mencakup kondisi keuangan, kinerja,
kepemilikan , dan tata kelola perusahaan. Informasi yang perlu diungkapkan oleh
perusahaan biasanya dikategorikan atas dua hal yaitu informasi finansial dan non
finansial. Informasi financial yang dipublikasikan oleh perussahaan kepada publik,
meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan
catatan atas laporan keuangan. Sedangkan informasi non financial merupakan bagian tak
terpisahkan dari informasi financial dan bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dari
manfaat laporan kuangan.. informasi nonfinancial difokuskan pada masalah
pengungkapan risiko potensial yang dihadapi perusahaan saat ini, serta alasan mengapa
manajemen mengambil risiko tersebut. Terdapat 4 tujuan utama keterbukaan informasi :

a. Meningkatkan keterbukaan atau transparansi  dalam pemberian informasi


b. Mendukung proses implementasi GCG
c. Mengupayakan kualitas manajemen perusahaan yang lebih profesional
d. Bagi auditor eksternal dituntut lebih memahami analisis strategi dan risiko
perusahaan
2.  E-Reporting System

Pengertian

Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat ikut memberikan andil munculnya
suatu system pelaporan secara elektronik yang biasa disebut dengan e-reporting
system. Penyampaian informasi melalui e-reporting telah membantu percepatan
keterbukaan informasi emiten secara lebih merata dan dapat menjangkau pemakai laporan
yang lebih luas.

Manfaat E-Reporting System

a. Akan mempermudah investor atau publik untuk mendapatkan akses laporan


secara real time dan online tanpa melalui emiten
b. Investor maupun publik dapat mengetahui secara cepat informasi tentang emiten
c. Keterbukaan dan akuntabilitas pelaporan keuangan kepada publik lebih terjamin
d. Dapat menjamin pemerataan informasi dan mereduksi adanya kesenjangan
informasi
e. Dapat meningkatkan efisiensi bagi perusahaan terbuka( go public)
f. Mendorong terwujudnya tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate
governance

Pengkajian E-Reporting Sistem

Implementasi sistem pelaporan elektronik di industri pasar modal indonesia sudah


ditetapkan pada cetak biru ( blue print ) pasar modal indonesia 2005-2009 yang lalu.
Agar penerapan e reporting system dapat berhasil dengan baik, maka saat ini perlu
dilakukan pengkajian scara komprehensif serta kerja sama yang erat antara OJK dengan
BEI, sehingga kendala yang dihadapi dilapangan dapat teratasi dentgan cepat. Hal ini
perlu dilakukan, mengingat laporan yang disampaikan para emiten kepada OJK dan BEI
hampir sama, sehingga perlu disatukan dalam sitem yang terintegrasi.

Implementasi E Reporting System

Masalah transparansi dan akuntabilitas perusahaan kepada publik terkait masalah


pelaporan perusahaan menjadai sorotan. Terdapat beberapa kendala pada pelaporan
keuangan perusahaan kepada publik, seperti laporan keuangan belum dapat diterbitkan
tepat waktu, transparansi laporan keuangan yang belum memadai, dan data laporan
keuangan yang belum up to date. Sesuai surat edaran OJK No. 6/SEOJK.04/2014 tanggal
24 april 2014 tentang tata cara penyampaian Laporan secara elektronik, oleh emiten atau
perusahaan publik, menyatakan bahwa OJK menerapkan dan memberlakukan sistem
penyampaian laporan secara elektronik oleh emiten atau perusahaan publik kepada OJK
melalui sistem pelaporan elektronik oleh emiten atau perusahaan publik yang selanjutnya
disingkat dengan SPE.

Untuk menggunakan SPE, Emiten perlu menyediakan perangkat keras, perangkat lunak,
dan jaringan internet yang memadai dengan spesifikasi komputer dan aplikasi yang
terdapat pada perunjuk pengguna yang diunduh dalam alamat web, https://spe.ojk.go.id.
Adapun tata cara pelaporan secara elektronik oleh emiten sebagai berikut :

a. Emiten dapat menyampaikan laporan secara elektronik kepada OJK  melalui


SPE.
b. Emiten hanya dapat menyampaikan laporan secara elektronik kepada OJK
melalui SPE setelah mendapatkan hak akses berupa user i9d dan password dari
OJK.
c. Emiten harus membaca dan mematuhi prosedur dan tata cara penggunaan SPE
d. Laporan yang disampaikan oleh emiten harus sama antara yang termuat dalam
dokumen dengan hard Copy yang disampaikan kepada OJK
e. Jia terjadi perbedaan maka yang berlaku adalah yang tercetak yang dilaporkan
kepada OJK.
f. Dalam hal terjadi kesal;ahan, maka emiten haru memberikan tambahan perihal
revisi atas laporan melalui SPE.
g. Emiten atau perusahaan publik bertanggung jawab penuh atas penggunaan dan
penyalahgunaan SPE.
h. Laporan tyang disampaikan oleh emiten atau perusahaan publik melalui SPE
besdifat final sepanjang tiadak terjadi perbedaan dengan yang tecetak.
i. Penyampaian laporan secara elektronik oleh emioten atau perusahaan publik
tidak menghapus kewajiban emiten untuk menyampaukan laporan dalam
bentuk asli atau hardcopy.
j. Bukti penyampaian pentyampaian laporan oleh emiten atau perusahaan publik
yang diakui oleh OJK adalah tanda bukti elektronik yang dikeluarkan oleh SPE
melalui Email dan stempel tata usaha persuratan OJK
k. Penghitungan ketepatan dan keterlambatan penyampaian laporan oleh emiten
atau perusahaan pubik yang menyampaikan laporan baik secara elektronik
maupun dalam bentuk asli tercetak sebagaimana dimaksud pada angka 10
didasarkan pada laopran yang lebih dahulu diterima oleh OJK.
l. Laporan secara elektronik yang disampaikan oleh emiten atau perusahaan
publik dianggap diterima OJK apabila emiten telah menerima notifikasi berupa
tanda bukti elektronik yang dikeluarkan oleh SPE.
m. Pada saat surat edaran OJK ini mulai berlaku sampai dengan SPE beroperasi
secara penuh, emiten harus melakukan uji coba penyampaian laporan secara
elektronik melalui SPE, dalam masa pelaksanaan uji coba tersebut, laporan
yang diakui OJK adalah laporan yang dikirimkan dalam bentuk asli.
n. Emiten atau perusahaan publik dapat menyampaikan laporan secara elektronik
melalui SPE secara penuh sejak tanggal 1 juni 2014.

3. Annual Report Award

Ajang penghargaan yang diadakan oleh Kementrian BUMN bekerjasama dengan


Direktorat Jendral Pajak, OJK, serta Bank Indonesia. ARA dapat diikuti oleh semua
perusahaan, publik maupun nonpublik. ARA mempunyai kriteria umum yang dipakai
sebagai dasar penilaian, yaitu:

a. Memberi gambaran jelas mengenai operasional, kinerja, dan orientasi


perusahaan di masa depan
b. Penyajian informasi keuangan yang baik
c. Informasi yang jelas mengenai kepemilikan dan penerapa GCG
d. Kepatuhan terhadap Perundang-undangan

4. Kecurangan Pelaporan Keuangan (fraudulent financial reporting)

Kecurangan pelaporan keuangan kemungkinan dilakukan oleh manajemen


perusahaan. Fraudulent financial reporting adalah perilaku yang disengaja baik dengan
tindakan atau penghapusan yang menghasilkan laporan keuangan yang menyesatkan.

Penyebab kecurangan pelaporan keuangan diantaranya adalah:

Manipulasi, falsifikasi, alterasi catatan akuntansi dan dokumen pendukung laporan


keuangan yang disajikan
Salah penyajian (misrepresentation) atau informasi yang signifikan dalam laporan
keuangan
Salah penerapan (misapplication) prinsip akuntansi yang berhubungan dengan jumlah,
klasifikasi, penyajian, dan pengungkapan
Kolusi antara manajemen dan auditor independen

Auditor independen mempunyai peran penting dalam mendeteksi adanya kecurangan


yang dilakukan dalam perusahaan. Dalam standar auditing seksi 110 paragraf 2
menyatakan bahwa auditor bertanggungjawab untuk merencanakan dan melaksanakan
audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang salah saji material dari laporan
keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau
kecurangan. Salah satu cara mencegah timbulnya kecurangan adalah dengan membangun
sistem yang dilengkapi pengendalian yang memadai sehingga kecurangan sulit
dilakukan. The National Commission On Fraundulent Financial
Reporting  merekomendasikan empat tindakan untuk mengurangi terjadinya kecurangan,
yakni:

a. Membentuk lingkungan organisasi yang memberikan kontribusi terhadap


integritas proses pelaporan keuangan
b. Mengidentifikasi yang memahami faktor- faktor yang mengarah ke kecurangan
c. Menilai resiko fraundulent financial reporting dalam perusahaan
d. Mendesain dan mengimplementasikan internal control yang memadai

C.     PERSAINGAN USAHA

1.     Pengertian Regulasi Usaha

Regulasi yang mengatur adalah undang-undang no. 5 tahun 1999 tentang larangan praktik
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. UU berisi mengenai 6 hal:

a) Pengertian umum monopoli, praktik monopoli, pemusatan kekuatan


ekonomi,posisi dominan pelaku usaha, persaingan tidak sehat,
persengkongkolan pasar, struktur pasar, perilaku dan pangsa pasar, konsumen,
barang dan jasa.
b) Peraturan larangan melakukan oligopoli.
c) Pengaturan larangan penetapan harga (price fixing, price discrimination,
predatory price fixing).
d) Larangan tindakan pemboikotan yang dapat mencegah pesaing baru
memasuki pasar.
e) Pengaturan larangan melakukan perjanjian untuk menciptakan kartel.
f)Pengaturan larangan melakukan tindakatn oligopsoni yang mengakibatkan
praktik monopoli dan persaingan curang.

2.      Persaingan Usaha yang Sehat

Untuk mempertimbangkan hukum antimonopoli dan persaingan sehat, pemerintah perlu


melakukan pendekatan, pendekatan yang dilakukan pemerintah antara lain:

o Pendekatan yang menekankan pencegahan pemusatan sumber-sumber daya ekonomi


pada suatu kelompok tertentu
o Pencegahan terjadinya praktik bisnis yang curang

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) merupakan lembaga independen yang


mengawasi jalannya praktik persaingan usaha yang diharapkan dapat melaksanakan
regulasi persaingan yang ada secara profesional sehingga terbentuk lingkungan usaha
yang sehat. Perusahaan juga dapat membuat aturan dalam bentuk code of conduct untuk
mengatur perilaku karyawan sebagai upaya membangun iklim usaha yang transparan dan
turut serta dalam membangun lingkungan usaha yang sehat.

3.      Persaingan Usaha Tidak Sehat

Praktik- praktik antipersaingan usaha yang marak dijumpai di Indonesia antara lain adalah
praktik persekongkolan perusahaan dalam memenangkan tender di instansi pemerintah,
BUMN, maupun perusahaan swasta. Membudayanya tender arisan dalam sistem
pengadaan barang (procurement). Dilakukannya praktik- praktik ini mengakibatkan
persaingan usaha tidak sehat dan terabaikannya prinsip transparansi dan kewajaran.
Terdapat dua gejala umum yaitu praktik membesarkan biaya investasi (mark up) dan
praktik perkomisian dalam pengadaan barang dan jasa. Inilah penyebab terjadinya
ekonomi biaya tinggi dan terbukanya peluang praktik korupsi, kolusi, nepotisme.
4.      Implementasi Prinsip Gcg

Prinsip kewajaran (fairness), keerbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability),


dan responsibilitas (responsibility) dapat diimplementasiakn sehingga perusahaan dapat
bertumbuh kembang dengan baik dan juga persaingan secara sehat akan terjalin. Prinsi-
prinsip diatas jika diterapkan maka perusahaan akan memperlakukan para pesaingnya
sebagai mitra bisnis yang setara, sehingga dapat tercapai win-win solution. Artinya dalam
menjalankan sebuah bisnis antara perusahaan satu dengan lainya akan saling
menguntungkan. Kesadaran perusahaan akan diterapkanya prinsip tersebut maka dapat
mewujudkan perekonoian di suatu Negara juga akan membaik.

D.      TENDER SECARA ELEKTRONIK (E-PROCURMENT)

Pengadaan barang dan jasa di semua sector memang sangatlah rawan terhadap praktik
KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) hal itu terjadi dimungkinkan karena adanya
kepentigan-kepentingan tersendiri dari pihak-pihak terkait. Untuk mencegah timbulnya
praktik KKN, selain perlu perbaikan system dan prosedur pengadaaan barang dan jasa
akar lebih transparan dan akuntabel. Ada sebuah system yang dapat meminimalisir itu
semua yaitu system (e-procurment)

1.     Pengertian e-Procurment

System e-procurment mulai berkembang seiring berkembangnya teknologi Informasi


yang semakin canggih dan pesat. Salain itu saat ini sudah banyak perusahaan yang
memiliki situs Web, sehingga komunikasi secara real time dan on time melalui internet
sudah cukup maju termasuk dalam system pengadaan barang dan jasa. System e-
procurment dapat berjalan dengan lancar, apabila manajemen material di suatu
perusahaan dikelola dengan baik, mulai dari data base supplier, system cataloging
material, pengelolaan pesanan dari dank e vendor atau supplier, system pembayaran,
termasuk masalah kesiapan tender atau lelang online (e-auction). Perusahaan yang
menggunakan system ERP (Enterprise Resource Planning) akan lebih mudah dalam
menerapkan e-procurment.

2.       Manfaat e-Procurment


            Ada tujuh manfaat bagi perusahaan yang menerapka e-procurment :

a) Menunjang system Just In Time (JIT) dalam memenuhi kebutuhan material sehingga
terjadi efisiensi biaya (cost reduction) dalam manajemen material.
b) Meningkatkan efktivitas pengelolaan arus kas (cash flow management)
c) Mereduksi interaksi antar manusia (face-to-face) sehingga dapat meningkatkan
produktivitas
d) Dapat menekan biaya operasi dan administrasi
e) Member nilai tambah (value added) berupa percepatan proses transaksi dan memperluas
cakupan partisipasi penawaran sehingga mampung menghasilkan harga yang terbaik.
f) Meminimalkan interest pihak-pihak yang berkepentingan
g) Meningkatkan transparansi dalam pengaan barang dan jasa sehingga mencegah
timbulnya KKN karena dapat terjamin transparansi bagi peserta tender.

3.        Implemenasi e-Procurement

Dalam implementasinya tentunya dibutuhkan kesiapan teknologi Informasi secara penuh


dan maksimal dan juga diperlukanya suatu kebijakan (policy) perusahaan berupa system
serta prosedur yang mengatur mekanisme lelang online. Selain itu system e-procurment
memerlukan dukungan proses pengadaan barang dan jasa dengan memanfaatkan
teknologi Informasi (internet) sehingga dapat dibangun interaksiantara buyer dan supplier
secara online. Saatini sedang dikaji secara mendalam rencana penerapan tender secara
online (e-procurment).

4.      Kendala e-Procurment

Kendala yang dihadapi adalah belum dapat menjangkau peserta tender yang luas. System
e-procurmen memang tidak menjamin bahwa pengadaan barang dan jasa jauh dari
praktik KKN, karena sebagus apapun suatu system jika tidak disertai moral serta etika
yang baik dari pelakunya, maka system tersebut tidak akan berguna. 
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perusahaan perbankan tidak hanya dituntut untuk mendapatkan laba/profit untuk

kelangsungan perusahaan, tapi bank juga harus memperhatikan aspek-aspek lain seperti

aspek social. Dengan adanya hal tersebut fungsional GCG sangat berperan dalam

berlangsungnya operasional perbankan hingga dalam pelaporan keuangan perbankan.

Transprasi, E-Reporting system dalam pelaporan lebih memudahkan perbankan dalam

menyajikan pelaporan keuangan kapan saja dan dapat di akses dimana saja. Serta

memberikan reward kepada bank – bank yang dapat menyajikan pelaporan keuangan

dengan baik, sesuai kriteria yang sudah dipaparkan di atas. Sehingga dapat menghasilkan

pelaporan keuangan perbankan yang transparasi, efektif, dan indenpendensi.

Munculnya persaingan – persaingan usaha memunculkan adanya persaingan usaha secara

sehat dan tidak sehat. Dijelaskan diatas bagaimana agar persaingan usaha yg kita lakukan

baik dan menghindari persaingan yang tidak sehat didalam berusaha. Adanya E-

Proccurment juga dapat mencegah timbulnya praktik KKN (korupsi, kolusi, dan

nepotisme), selain perlu perbaikan system dan prosedur pengadaaan barang dan jasa akar

lebih transparan dan akuntabel.


B. Saran

Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan dan

jauh dari kesempurnaan.  dengan sebuah pedoman yang bisa dipertanggungjawabkan dari

banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki makalah tersebut . Oleh sebab itu penulis

harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA

http://antontriblogaddess.blogspot.com/2018/06/perbankan-pelaporan-keuangan-dan.html

Anda mungkin juga menyukai