Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Good Corporate Governance (GCG)
Disusun oleh :
JURUSAN AKUNTANSI
2020
Kata Pengantar
Assalamuálaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat serta Karunia-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya
mungkin kami tidak akan sanggup menyelesikan dengan baik dan mudah. Makalah ini yang
berjudul “Perbankan Pelaporan Keuangan dan Persaingan Usaha” guna untuk memenuhi salah
satu tugas Mata Kuliah Good Corporate Governance (GCG). Penghargaan yang tulus dan ucapan
terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Nurcahyo,SE.,MSA selaku dosen pembimbing
Mata Kuliah Good Corporate Governance (GCG), yang telah memberikan arahan, petunjuk dan
bimbingan yang berharga selama penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Apabila
dalam penyusunan banyak terjadi kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran penulis harapkan
Wassalamualaikum wr.wb
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini perusahaan perbankan tidak hanya dituntut untuk mendapatkan laba/profit untuk
kelangsungan perusahaan, tapi bank juga harus memperhatikan aspek-aspek lain seperti
aspek sosial. Dilihat dari segi ekonomi, perusahaan perbankan memang diharapkan
mendapatkan keuntungan yang setinggi-tingginya. Tetapi di aspek social perusahaan
perbankan harus memberikan kontribusi secara langsung kapada masyarakat yaitu
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan
giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk
meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERBANKAN
Pada tahun 1998-2000 saat terjadinya krisis moneter banyak sekali bank yang mengalami
kebangkrutan (likuidasi) karena kelangsungan hidupnya tidak dapat dipertahankan.
Penyebab dari hal tersebut dikarenakan belum diterapkannya prinsip-prinsip GCG di
lingkungan perbankan secara konsisten. Oleh karena itu, banyak sekali upaya pemerintah
termasuk BI dan OJK untuk mendorong terwujudnya GCG di lingkungan perbankan.
1. GCG di Perbankan
Bank Indonesia pada tanggal 30 Januari 2006 mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia
(PBI) No.8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum. Tujuan
dikeluarkannya PBI adalah untuk memperkuat kondisi internal perbankan nasional dalam
menghadapi risiko yang semakin kompleks, berupaya melindungi kepentingan para
pemangku kepentingan, serta menignkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan nilai-nilai etika yang berlaku umum pada industri
perusahaan. Dalam ketentuan yang mulai berlaku sejak diterbitkannya PBI, setiap bank
diwajibkan melakukan penilaian mandiri atas pelaksanaan GCG, menyusun laporan
pelaksanaan GCG tersebut secara berkala dan kemudian akan akan dinilai oleh BI. Agara
emplementasi GCG di perbankan dapat berjalan lancar, maka pihak perbankan perlu
menyusun suatu program tentang GCG yang dilengkapi dengan petunjuk operasional
sehingga lebih mudah untuk dipahami dan dilaksanakan oleh para staf atau karyawan
maupun manajemen maupun manajemen perbankan.
2. Transparansi di Perbankan
Dalam rangka penerapan prinsip transparansi , BI telah mengeluarkan surat edaran
kepada semua Bank Umum konvensional di Indonesia N0.15/15/DPNP tanggal 29 April
2013 mengenai Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum, yaitu bank wajib menyampaikan
laporan pelaksanaan GCG dan bagi bank yang telah memiliki homepage diwajibkan pula
untuk menginformasikannya pada homepage bank. Selain peraturan diatas ada juga
peraturan yang dikeluarkan oleh OJK terkait dengan Transaparansi dan Publikasi laporan
bank yaitu Peraturan OJK No.6/POJK.03/2015.
3. Pengawasan Perbankan
Untuk menguji apakah pelaksanaan GCG di perbankan sudah berjalan dengan baik, maka
OJK harus melakukan pengawasan secara ketat dan transaparan. Dalam hal ini OJK
haruys bertindak tegas, yaitu dengan melarang orang-orang yang sudah termasuk dalam
black list atau pernah melakukan perbuatan tidak terpuji dalam melakukan suatu
perbankan, termasuk para pengemplang Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI),
menjadi CEO maupun pemilik atau dewan komisaris di suatu perbankan nasional. Selain
itu, hendaknya dihindarkan adanya pengangkatan jabatan bagi para komisaris perbankan
untuk menghindarkan adanya konflik kepentingan (conflict of interest)
B. PELAPORAN KEUANGAN
1. Transparansi Laporan Keuangan
Salah satu prinsip dari GCG adalah masalah transparansi, yaitu keterbukaan dalam
melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan
informasi materiil yang relevan mengenai perusahaan. Informasi penting di perusahaan yang
perlu diketahui publik antara lain laporan keuangan perusahaan. Semakin tinggi tingi tingkat
keterbukaan atas laporan keuangan perusahaan, maka seharusnya semakin rendah pula
kemungkinan terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Penetapan peraturan pemerintah NO. 64 tahun 1999 tentang perubahan atas peraturan
pemerintah No 24 tahun 1998 tentang informasi keuangan tahunan perusahaan,
dimaksudkan agar dapat tercipta transparansi keuangan peusahaan yang pada gilirannya
akan mendorong peningkatan efisiensi perekonomian nasional serta peningkatan dya saing
dunia usaha. Pada dasarnya menurut peraturan pemerintah ini, semua perusahaan wajib
melaporkan laporan keuangan tahunan. Namun, dengan pertimbangan kondisi manajemaen
dan administrasi perusahaan, terutama dalam kondisi dunia usaha saat ini, maka kewajiban
tersebut hanya dikenakan kepada perusahaan-perusahaan dengan bentuk kriteria tertentu.
Pada saat berlakunya peraturan pemerintah ini, kewajiban berlaku bagi perusahaan dengan
bentuk organisasi seperti berikut.
a. Perseroan terbatas yang memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut : merupakan
perseroan terbuka, bidang usaha perseroan berkaitan dengan pengarahan dana
masyarakat, mengeluarkan surat utang, memiliki jumlah aset atau kekayaan paling
sedikit Rp. 50 miliar, dan meruapakan debitur yang laporan keuangan tahunan nya
diwajibkan oleh bank untuk diaudit.
b. Perusahaan asing yang berkedudukan dan menjalankan usahanya di wilayah Negara
Republik Indonesia menurut ketentuan peraturan cabang, kantor pembantu, anak
perusahaan, serta agen dan perwakilan dari perusahaan itu yang mempunyai
wewenang untuk mengadakan perjanjian
c. Persahaan perseroan, perusahaan umum, dan perusahaan daerah. Laporan keuangan
tahunan bagi perusahaan adalah laporan yang telah diaudit oleh akuntan publik.
Perseroan terbatas yang diwajibkan adalah yang bidang usahanya berkaitan dengan
pengerahan dana masyarakat, yaitu perseroan yang mengelola dana masyarakat,
seperti bank, asuransi, dan reksadana.
Pengertian
Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat ikut memberikan andil munculnya
suatu system pelaporan secara elektronik yang biasa disebut dengan e-reporting
system. Penyampaian informasi melalui e-reporting telah membantu percepatan
keterbukaan informasi emiten secara lebih merata dan dapat menjangkau pemakai laporan
yang lebih luas.
Untuk menggunakan SPE, Emiten perlu menyediakan perangkat keras, perangkat lunak,
dan jaringan internet yang memadai dengan spesifikasi komputer dan aplikasi yang
terdapat pada perunjuk pengguna yang diunduh dalam alamat web, https://spe.ojk.go.id.
Adapun tata cara pelaporan secara elektronik oleh emiten sebagai berikut :
C. PERSAINGAN USAHA
Regulasi yang mengatur adalah undang-undang no. 5 tahun 1999 tentang larangan praktik
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. UU berisi mengenai 6 hal:
Praktik- praktik antipersaingan usaha yang marak dijumpai di Indonesia antara lain adalah
praktik persekongkolan perusahaan dalam memenangkan tender di instansi pemerintah,
BUMN, maupun perusahaan swasta. Membudayanya tender arisan dalam sistem
pengadaan barang (procurement). Dilakukannya praktik- praktik ini mengakibatkan
persaingan usaha tidak sehat dan terabaikannya prinsip transparansi dan kewajaran.
Terdapat dua gejala umum yaitu praktik membesarkan biaya investasi (mark up) dan
praktik perkomisian dalam pengadaan barang dan jasa. Inilah penyebab terjadinya
ekonomi biaya tinggi dan terbukanya peluang praktik korupsi, kolusi, nepotisme.
4. Implementasi Prinsip Gcg
Pengadaan barang dan jasa di semua sector memang sangatlah rawan terhadap praktik
KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) hal itu terjadi dimungkinkan karena adanya
kepentigan-kepentingan tersendiri dari pihak-pihak terkait. Untuk mencegah timbulnya
praktik KKN, selain perlu perbaikan system dan prosedur pengadaaan barang dan jasa
akar lebih transparan dan akuntabel. Ada sebuah system yang dapat meminimalisir itu
semua yaitu system (e-procurment)
a) Menunjang system Just In Time (JIT) dalam memenuhi kebutuhan material sehingga
terjadi efisiensi biaya (cost reduction) dalam manajemen material.
b) Meningkatkan efktivitas pengelolaan arus kas (cash flow management)
c) Mereduksi interaksi antar manusia (face-to-face) sehingga dapat meningkatkan
produktivitas
d) Dapat menekan biaya operasi dan administrasi
e) Member nilai tambah (value added) berupa percepatan proses transaksi dan memperluas
cakupan partisipasi penawaran sehingga mampung menghasilkan harga yang terbaik.
f) Meminimalkan interest pihak-pihak yang berkepentingan
g) Meningkatkan transparansi dalam pengaan barang dan jasa sehingga mencegah
timbulnya KKN karena dapat terjamin transparansi bagi peserta tender.
3. Implemenasi e-Procurement
4. Kendala e-Procurment
Kendala yang dihadapi adalah belum dapat menjangkau peserta tender yang luas. System
e-procurmen memang tidak menjamin bahwa pengadaan barang dan jasa jauh dari
praktik KKN, karena sebagus apapun suatu system jika tidak disertai moral serta etika
yang baik dari pelakunya, maka system tersebut tidak akan berguna.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
kelangsungan perusahaan, tapi bank juga harus memperhatikan aspek-aspek lain seperti
aspek social. Dengan adanya hal tersebut fungsional GCG sangat berperan dalam
menyajikan pelaporan keuangan kapan saja dan dapat di akses dimana saja. Serta
memberikan reward kepada bank – bank yang dapat menyajikan pelaporan keuangan
dengan baik, sesuai kriteria yang sudah dipaparkan di atas. Sehingga dapat menghasilkan
sehat dan tidak sehat. Dijelaskan diatas bagaimana agar persaingan usaha yg kita lakukan
baik dan menghindari persaingan yang tidak sehat didalam berusaha. Adanya E-
Proccurment juga dapat mencegah timbulnya praktik KKN (korupsi, kolusi, dan
nepotisme), selain perlu perbaikan system dan prosedur pengadaaan barang dan jasa akar
Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. dengan sebuah pedoman yang bisa dipertanggungjawabkan dari
banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki makalah tersebut . Oleh sebab itu penulis
harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
http://antontriblogaddess.blogspot.com/2018/06/perbankan-pelaporan-keuangan-dan.html