DISUSUN OLEH :
GABRYELA (S022021024)
HASNIATI (S022021020)
BAB I
PENDAHULUAN
Selain itu, BRI juga harus menghadapi persaingan yang semakin ketat di industri
perbankan. Untuk tetap bersaing, BRI harus memperkuat infrastruktur teknologi informasi,
memperbaiki layanan perbankan, dan meningkatkan efisiensi operasional. Oleh karena itu, BRI
melakukan restrukturisasi untuk memperkuat modalnya, memperbaiki manajemen risiko
kredit, meningkatkan efisiensi operasional, dan meningkatkan penggunaan teknologi
informasi. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja BRI dan membantu bank tetap
bersaing di pasar perbankan yang semakin kompetitif.
Berikut ini adalah beberapa data dan fakta dari kegiatan restrukturisasi Bank Rakyat Indonesia
(BRI):
1. Pada tahun 2003, BRI mengalami restrukturisasi akibat terjadinya krisis moneter pada
tahun 1998. Sebagai bagian dari restrukturisasi, BRI diprivatisasi dan sahamnya
ditawarkan kepada publik.
4. Dalam beberapa tahun terakhir, BRI juga melakukan restrukturisasi dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Hal ini termasuk penerapan teknologi
informasi dan komunikasi yang lebih canggih, peningkatan kualitas layanan kepada
nasabah, dan pengembangan produk-produk perbankan yang inovatif.
5. Hasil dari restrukturisasi BRI dapat dilihat dari kinerja keuangan bank tersebut. Pada
tahun 2020, laba bersih BRI mencapai Rp 30,6 triliun, naik 3,3% dibandingkan tahun
sebelumnya. BRI juga berhasil mempertahankan posisi sebagai bank terbesar kedua di
Indonesia dari segi aset, dengan total aset mencapai Rp 1.438 triliun pada akhir tahun
2020.
BAB II
STUDI PUSTAKA
Restrukturisasi Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah proses perubahan struktur atau
perubahan pada strategi bisnis dan operasi perusahaan guna meningkatkan kinerja dan
memperkuat modal bank. Restrukturisasi ini melibatkan perubahan dalam tata kelola
perusahaan, manajemen risiko, dan pengaturan portofolio kredit. Dalam konteks BRI,
restrukturisasi dilakukan untuk memperbaiki kualitas aset, meningkatkan efisiensi, dan
memperkuat modal bank.
• Perbaikan kualitas aset: BRI melakukan evaluasi kredit yang bermasalah secara lebih
intensif dan melakukan restrukturisasi kredit kepada pelanggan yang kesulitan
membayar. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas aset dan menurunkan rasio
Non Performing Loan (NPL).
• Efisiensi operasional: BRI melakukan upaya untuk meningkatkan efisiensi operasional
dan menurunkan biaya dengan memperkuat tata kelola perusahaan, memperbaiki
manajemen risiko, dan menggunakan teknologi informasi yang lebih canggih.
• Penguatan modal: Restrukturisasi BRI juga bertujuan untuk memperkuat modal bank
dengan cara mengoptimalkan penggunaan modal yang ada, melakukan restrukturisasi
utang, dan melakukan pengumpulan dana dari pasar modal.
• Peningkatan daya saing: BRI melakukan restrukturisasi untuk meningkatkan daya saing
perusahaan di tengah persaingan yang semakin ketat di industri perbankan. Hal ini
meliputi peningkatan layanan dan produk, peningkatan kualitas aset, dan
pengembangan pasar.
Dalam restrukturisasi BRI, perusahaan juga berupaya untuk tetap mempertahankan fokus
pada pembiayaan sektor mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang merupakan sektor penting
dalam perekonomian Indonesia. Melalui restrukturisasi, BRI berharap dapat memberikan
kontribusi yang lebih besar dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
B. Berapa teori yang di gunakan bri dalam melakukan restrukturisasi
Beberapa teori yang terkait dengan restrukturisasi Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah
sebagai berikut:
Restrukturisasi BRI juga dilakukan dalam rangka meningkatkan daya saing perusahaan
di industri perbankan yang semakin ketat. BRI melakukan peningkatan layanan dan
produk serta pengembangan pasar untuk memenangkan persaingan di industri
perbankan. Hal ini dilakukan untuk memperkuat citra perusahaan dan meningkatkan
kepercayaan nasabah.
Dalam restrukturisasi BRI, teori-teori di atas dapat digunakan sebagai landasan atau
panduan dalam melakukan perubahan pada perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan dapat
memperbaiki manajemen risiko, memperkuat tata kelola perusahaan, mengoptimalkan
penggunaan modal, dan meningkatkan daya saing perusahaan untuk mencapai tujuan
restrukturisasi yang diinginkan.
Regulasi terkait kegiatan restrukturisasi Bank Rakyat Indonesia (BRI) meliputi beberapa
peraturan yang dikeluarkan oleh otoritas terkait di Indonesia. Beberapa regulasi tersebut antara
lain:
Sebagai salah satu BUMN di Indonesia, Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga mengalami
sejumlah permasalahan yang umumnya dihadapi oleh perusahaan BUMN lainnya. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, BRI melakukan sejumlah strategi dan solusi melalui
program reformasi BUMN yang telah dicanangkan oleh pemerintah.
BRI melakukan upaya untuk meningkatkan tata kelola perusahaan dengan cara
memperkuat pengawasan dan pengendalian internal, mendorong transparansi dan
akuntabilitas, serta meningkatkan keterlibatan pemegang saham dan stakeholders
lainnya dalam proses pengambilan keputusan. BRI juga mengembangkan sistem
manajemen risiko dan tata kelola perusahaan yang lebih baik.
4) Peningkatan Inovasi Teknologi
ANALISIS KELEMAHAN
Nilai
ANALISIS PELUANG
ANALISIS ANCAMAN
Nilai
W S
30
T
Kuadran III (Retrechment)
Kuadran IV
( Diversification )
B. KAITAN STRATEGI
Analisis SWOT dan Kuadran Persaingan (Competitive Quadrant) adalah dua kerangka
kerja yang saling terkait dalam konteks strategi bisnis. Analisis SWOT membantu dalam
mengevaluasi kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities), dan
ancaman (Threats) sebuah organisasi, sementara Kuadran Persaingan membantu dalam
mengklasifikasikan organisasi ke dalam salah satu dari empat kuadran berdasarkan posisi
persaingan relatif mereka di pasar. Dalam analisis SWOT, kekuatan dan kelemahan organisasi
akan membantu dalam menentukan faktor-faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan
organisasi, sedangkan peluang dan ancaman akan membantu dalam menentukan faktor-faktor
eksternal yang mempengaruhi organisasi. Kemudian, informasi ini dapat digunakan untuk
merancang strategi yang sesuai untuk memaksimalkan peluang dan mengatasi tantangan.
Sementara itu, Kuadran Persaingan memperhitungkan kedudukan relatif organisasi
terhadap pesaingnya. Kuadran pertama adalah kuadran dominan di mana organisasi memiliki
posisi yang kuat di pasar dan pesaingnya lemah. Kuadran kedua adalah kuadran yang
menantang di mana organisasi memiliki posisi kuat di pasar tetapi pesaingnya kuat. Kuadran
ketiga adalah kuadran yang sama di mana organisasi memiliki posisi yang sama dengan
pesaingnya di pasar. Dan terakhir, kuadran keempat adalah kuadran yang lemah di mana
organisasi memiliki posisi lemah di pasar dan pesaingnya kuat. Kaitannya antara analisis
SWOT dan Kuadran Persaingan adalah bahwa hasil analisis SWOT organisasi dapat membantu
menentukan posisi relatif organisasi dalam pasar, yang kemudian dapat digunakan untuk
menentukan kuadran persaingannya. Sebagai contoh, jika sebuah organisasi memiliki kekuatan
yang kuat dan kelemahan yang minim, serta peluang yang besar tetapi ancaman yang minim,
maka organisasi tersebut mungkin memiliki posisi yang dominan di pasar dan dapat berada di
kuadran pertama. Sebaliknya, jika organisasi memiliki banyak kelemahan dan ancaman yang
besar, maka mereka mungkin berada di kuadran keempat. Dalam rangka merancang strategi
bisnis yang tepat, organisasi harus mempertimbangkan kedua kerangka kerja ini bersama-
sama, sehingga dapat merumuskan strategi yang sesuai berdasarkan posisi persaingannya di
pasar serta faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kesuksesannya.
Restrukturisasi BRI adalah upaya yang dilakukan oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk
memperbaiki kinerja keuangannya yang kurang baik pada tahun 1998-1999. Upaya ini meliputi
perbaikan manajemen risiko, restrukturisasi utang, perbaikan modal, dan efisiensi operasional.
Kuadran persaingan, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, adalah kerangka kerja yang
digunakan untuk menentukan posisi relatif suatu organisasi dalam pasar. Dalam kasus BRI,
restrukturisasi dilakukan untuk membantu bank keluar dari posisi lemahnya di pasar, sehingga
bisa bersaing secara lebih efektif dan memperoleh posisi yang lebih baik di kuadran
persaingannya. Sebelum restrukturisasi, BRI mengalami banyak masalah keuangan, termasuk
kinerja yang buruk, tingkat NPL (non-performing loan) yang tinggi, dan modal yang terkikis.
Namun, melalui restrukturisasi, BRI dapat memperbaiki kinerjanya, mengurangi risiko,
memperkuat modal, dan meningkatkan efisiensi operasionalnya. Dalam konteks kuadran
persaingan, restrukturisasi BRI membantu bank untuk keluar dari kuadran yang lemah (kuadran
keempat) dan menuju ke kuadran yang lebih kuat (kuadran ketiga atau bahkan kedua). Hal ini
dikarenakan restrukturisasi memungkinkan BRI untuk menjadi lebih efisien, efektif, dan
memiliki manajemen risiko yang lebih baik, sehingga dapat bersaing dengan pesaingnya di
pasar. Dalam
Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Bank Rakyat Indonesia (BRI)
merupakan salah satu bank yang terlibat dalam kegiatan restrukturisasi BUMN yang dilakukan
oleh pemerintah Indonesia. Restrukturisasi BUMN ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi
dan produktivitas BUMN, sehingga mampu bersaing dengan perusahaan swasta dalam skala
nasional maupun global.
Beberapa dampak yang mungkin dialami BRI dalam kegiatan restrukturisasi BUMN
antara lain:
Namun, dampak yang dialami BRI dalam kegiatan restrukturisasi BUMN dapat
berbedabeda tergantung dari berbagai faktor, seperti ukuran dan jenis kegiatan bisnis BRI,
kondisi pasar, serta kemampuan BRI untuk beradaptasi dengan perubahan.
Daftar pustaka
Mawardi, A. (2020).
Susanti, D. (2020).
Reaktualisasi Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pada Bank
BRI Syariah Cabang Yogyakarta. Jurnal Ilmu Manajemen dan Bisnis, 11(1), 16-29.