Anda di halaman 1dari 16

KEBIJAKAN REFORMASI BANK RAKYAT INDONESIA PADA PROGRAM

RESTRUKTURISASI BUMN DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :

GABRYELA (S022021024)

HASNIATI (S022021020)

MUHAMMAD AGUNG (S022021015)

ALDESKI PALAYUKAN (S022021001)

RADITYA NOER FADIL (S022021006)

ADMINISTRASI BISNIS SEKTOR PUBLIK


POLITEKNIK STIA LAN MAKASSAR 2022/2023

BAB I
PENDAHULUAN

Restrukturisasi Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan upaya perusahaan dalam


memperbaiki kinerja dan daya saingnya di tengah persaingan yang semakin ketat di industri
perbankan. BRI adalah salah satu bank terbesar di Indonesia yang fokus pada pembiayaan
sektor mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Namun, pandemi COVID-19 telah memberikan
dampak signifikan pada perekonomian nasional dan portofolio kredit BRI, sehingga
perusahaan harus melakukan restrukturisasi untuk memperbaiki kualitas aset, meningkatkan
efisiensi, dan memperkuat modal bank.

Bank Rakyat Indonesia (BRI) melakukan restrukturisasi untuk meningkatkan kinerja


dan daya saingnya di industri perbankan. Restrukturisasi dilakukan untuk memperbaiki kualitas
aset, meningkatkan efisiensi, dan memperkuat modal bank. Sebagai bank yang fokus pada
pembiayaan sektor mikro, kecil, dan menengah (UMKM), BRI terdampak oleh pandemi
COVID-19 yang berdampak pada perekonomian nasional. Banyak pelaku UMKM yang
mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban pembayaran kreditnya kepada bank,
sehingga BRI harus menyiapkan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah ini.

Selain itu, BRI juga harus menghadapi persaingan yang semakin ketat di industri
perbankan. Untuk tetap bersaing, BRI harus memperkuat infrastruktur teknologi informasi,
memperbaiki layanan perbankan, dan meningkatkan efisiensi operasional. Oleh karena itu, BRI
melakukan restrukturisasi untuk memperkuat modalnya, memperbaiki manajemen risiko
kredit, meningkatkan efisiensi operasional, dan meningkatkan penggunaan teknologi
informasi. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja BRI dan membantu bank tetap
bersaing di pasar perbankan yang semakin kompetitif.

Berikut ini adalah beberapa data dan fakta dari kegiatan restrukturisasi Bank Rakyat Indonesia
(BRI):

1. Pada tahun 2003, BRI mengalami restrukturisasi akibat terjadinya krisis moneter pada
tahun 1998. Sebagai bagian dari restrukturisasi, BRI diprivatisasi dan sahamnya
ditawarkan kepada publik.

2. Sebelum restrukturisasi, BRI adalah bank pemerintah yang menyediakan layanan


perbankan kepada masyarakat Indonesia, terutama kepada para petani dan nelayan.
Setelah restrukturisasi, BRI menjadi bank swasta yang tetap fokus pada pemberdayaan
ekonomi masyarakat, terutama sektor-sektor ekonomi yang kurang berkembang.

3. Restrukturisasi BRI juga meliputi perubahan struktur organisasi dan peningkatan


kualitas manajemen. BRI membentuk manajemen yang lebih profesional dan
melakukan reformasi sistem pengawasan internal.

4. Dalam beberapa tahun terakhir, BRI juga melakukan restrukturisasi dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Hal ini termasuk penerapan teknologi
informasi dan komunikasi yang lebih canggih, peningkatan kualitas layanan kepada
nasabah, dan pengembangan produk-produk perbankan yang inovatif.

5. Hasil dari restrukturisasi BRI dapat dilihat dari kinerja keuangan bank tersebut. Pada
tahun 2020, laba bersih BRI mencapai Rp 30,6 triliun, naik 3,3% dibandingkan tahun
sebelumnya. BRI juga berhasil mempertahankan posisi sebagai bank terbesar kedua di
Indonesia dari segi aset, dengan total aset mencapai Rp 1.438 triliun pada akhir tahun
2020.

BAB II
STUDI PUSTAKA

A. Konsep restrukturisasi BRI

Restrukturisasi Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah proses perubahan struktur atau
perubahan pada strategi bisnis dan operasi perusahaan guna meningkatkan kinerja dan
memperkuat modal bank. Restrukturisasi ini melibatkan perubahan dalam tata kelola
perusahaan, manajemen risiko, dan pengaturan portofolio kredit. Dalam konteks BRI,
restrukturisasi dilakukan untuk memperbaiki kualitas aset, meningkatkan efisiensi, dan
memperkuat modal bank.

Beberapa konsep yang terkait dengan restrukturisasi BRI antara lain:

• Perbaikan kualitas aset: BRI melakukan evaluasi kredit yang bermasalah secara lebih
intensif dan melakukan restrukturisasi kredit kepada pelanggan yang kesulitan
membayar. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas aset dan menurunkan rasio
Non Performing Loan (NPL).
• Efisiensi operasional: BRI melakukan upaya untuk meningkatkan efisiensi operasional
dan menurunkan biaya dengan memperkuat tata kelola perusahaan, memperbaiki
manajemen risiko, dan menggunakan teknologi informasi yang lebih canggih.
• Penguatan modal: Restrukturisasi BRI juga bertujuan untuk memperkuat modal bank
dengan cara mengoptimalkan penggunaan modal yang ada, melakukan restrukturisasi
utang, dan melakukan pengumpulan dana dari pasar modal.
• Peningkatan daya saing: BRI melakukan restrukturisasi untuk meningkatkan daya saing
perusahaan di tengah persaingan yang semakin ketat di industri perbankan. Hal ini
meliputi peningkatan layanan dan produk, peningkatan kualitas aset, dan
pengembangan pasar.

Dalam restrukturisasi BRI, perusahaan juga berupaya untuk tetap mempertahankan fokus
pada pembiayaan sektor mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang merupakan sektor penting
dalam perekonomian Indonesia. Melalui restrukturisasi, BRI berharap dapat memberikan
kontribusi yang lebih besar dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
B. Berapa teori yang di gunakan bri dalam melakukan restrukturisasi

Beberapa teori yang terkait dengan restrukturisasi Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah
sebagai berikut:

• Teori Manajemen Risiko:

Restrukturisasi BRI juga dilakukan dalam rangka meningkatkan manajemen risiko


perusahaan, yaitu dengan mengurangi risiko kredit yang dapat mempengaruhi kualitas
aset. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan evaluasi yang lebih ketat terhadap kredit
yang bermasalah dan melakukan restrukturisasi kredit kepada pelanggan yang kesulitan
membayar. Dengan mengurangi risiko kredit, maka BRI dapat meningkatkan kinerja
perusahaan dan kepercayaan nasabah.
• Teori Tata Kelola Perusahaan:
Restrukturisasi BRI juga melibatkan perubahan dalam tata kelola perusahaan. BRI
berupaya untuk memperkuat tata kelola perusahaan dengan cara memperbaiki sistem
pengawasan, pengendalian dan pemeriksaan internal. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan akuntabilitas perusahaan, meningkatkan transparansi, serta mengurangi
risiko kecurangan dan pelanggaran hukum.
• Teori Keuangan:

Restrukturisasi BRI juga melibatkan penguatan modal perusahaan. BRI melakukan


restrukturisasi utang dan melakukan pengumpulan dana dari pasar modal untuk
memperkuat modal perusahaan. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan
modal yang ada dan memberikan kepercayaan kepada investor.
• Teori Pemasaran:

Restrukturisasi BRI juga dilakukan dalam rangka meningkatkan daya saing perusahaan
di industri perbankan yang semakin ketat. BRI melakukan peningkatan layanan dan
produk serta pengembangan pasar untuk memenangkan persaingan di industri
perbankan. Hal ini dilakukan untuk memperkuat citra perusahaan dan meningkatkan
kepercayaan nasabah.

Dalam restrukturisasi BRI, teori-teori di atas dapat digunakan sebagai landasan atau
panduan dalam melakukan perubahan pada perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan dapat
memperbaiki manajemen risiko, memperkuat tata kelola perusahaan, mengoptimalkan
penggunaan modal, dan meningkatkan daya saing perusahaan untuk mencapai tujuan
restrukturisasi yang diinginkan.

C. Regulasi kegiatan restrukturisasi Bank BRI

Regulasi terkait kegiatan restrukturisasi Bank Rakyat Indonesia (BRI) meliputi beberapa
peraturan yang dikeluarkan oleh otoritas terkait di Indonesia. Beberapa regulasi tersebut antara
lain:

• Peraturan Bank Indonesia No. 5/10/PBI/2003 tentang Restrukturisasi Kredit Bank


Umum: Peraturan ini mengaturprinsip-prinsip umum, tata cara, dan syarat-syarat
restrukturisasi kredit yang dilakukan oleh bank umum, termasuk BRI. Dalam peraturan
ini diatur bahwa restrukturisasi kredit harus didasarkan pada analisis kelayakan bisnis
nasabah dan harus mengikuti persyaratan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.
• Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No. 11/POJK.03/2016 tentang Perubahan atas
Peraturan OJK No. 28/POJK.03/2014 tentang Konsolidasi Perusahaan Asuransi,
Perusahaan Reasuransi, dan Perusahaan Asuransi Syariah: Peraturan ini mengatur
tentang tata cara restrukturisasi perusahaan asuransi dan perusahaan asuransi syariah.
Meskipun peraturan ini tidak secara khusus mengatur tentang restrukturisasi bank,
namun aturan-aturan yang terkandung dalam peraturan ini dapat dijadikan pedoman
untuk melakukan restrukturisasi pada lembaga keuangan lainnya.
• Peraturan OJK No. 12/POJK.03/2017 tentang Restrukturisasi Kredit: Peraturan ini
mengatur tentang prinsip-prinsip umum, tata cara, dan syarat-syarat restrukturisasi
kredit yang dilakukan oleh lembaga keuangan, termasuk BRI. Dalam peraturan ini
diatur bahwa restrukturisasi kredit harus didasarkan pada analisis kelayakan bisnis
nasabah dan harus memperhatikan aspek-aspek yang berkaitan dengan manajemen
risiko.
• Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah: Undang-Undang ini
mengatur tentang tata cara restrukturisasi kredit yang dilakukan oleh bank syariah,
termasuk BRI Syariah. Dalam undang-undang ini diatur bahwa restrukturisasi kredit
harus didasarkan pada analisis kelayakan bisnis nasabah dan harus memperhatikan
aspek-aspek yang berkaitan dengan manajemen risiko.

Dengan adanya regulasi-regulasi tersebut, diharapkan restrukturisasi BRI dapat dilakukan


dengan tetap memperhatikan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh otoritas terkait dan dapat
memberikan manfaat yang optimal bagi perusahaan dan masyarakat.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Strategi dan Solusi BRI untuk Mengatasi Permasalah BUMN Berdasarkan Hasil
Analisis SWOT

Sebagai salah satu BUMN di Indonesia, Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga mengalami
sejumlah permasalahan yang umumnya dihadapi oleh perusahaan BUMN lainnya. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, BRI melakukan sejumlah strategi dan solusi melalui
program reformasi BUMN yang telah dicanangkan oleh pemerintah.

1) Peningkatan Kinerja Keuangan

BRI melakukan upaya untuk meningkatkan kinerja keuangan dengan cara


memperkuat manajemen risiko dan permodalan. BRI juga melakukan diversifikasi
bisnis dan ekspansi ke sektor bisnis yang potensial, seperti digital banking dan
pembiayaan properti. Selain itu, BRI juga melakukan restrukturisasi kredit dan
pengurangan biaya operasional untuk memperbaiki rasio efisiensi.
2) Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia

BRI melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia


dengan cara memperkuat sistem rekrutmen dan seleksi, meningkatkan pelatihan dan
pengembangan karyawan, serta mendorong inovasi dan kreativitas. BRI juga
memperkuat sistem penghargaan dan pengembangan karir untuk meningkatkan
motivasi karyawan.
3) Peningkatan Tata Kelola Perusahaan

BRI melakukan upaya untuk meningkatkan tata kelola perusahaan dengan cara
memperkuat pengawasan dan pengendalian internal, mendorong transparansi dan
akuntabilitas, serta meningkatkan keterlibatan pemegang saham dan stakeholders
lainnya dalam proses pengambilan keputusan. BRI juga mengembangkan sistem
manajemen risiko dan tata kelola perusahaan yang lebih baik.
4) Peningkatan Inovasi Teknologi

BRI melakukan upaya untuk meningkatkan inovasi teknologi dengan cara


mengembangkan layanan digital banking yang lebih baik dan memperkuat sistem
manajemen keamanan informasi. BRI juga memperkuat sinergi dengan perusahaan
teknologi finansial dan mengembangkan produk dan layanan yang sesuai dengan
kebutuhan pelanggan.
5) Dalam melaksanakan program reformasi BUMN, BRI juga bekerja sama dengan
pemerintah dan lembaga terkait lainnya, seperti Bank Indonesia dan Otoritas Jasa
Keuangan. Selain itu, BRI juga berkomitmen untuk menjalankan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance (GCG) dan berpegang pada nilai-nilai perusahaan, yaitu
integritas, profesionalisme, kebersamaan, dan keunggulan.
Melalui sejumlah strategi dan solusi yang diimplementasikan, BRI berhasil
meningkatkan kinerja keuangan dan reputasi perusahaan di mata publik. Hal ini dapat
dilihat dari sejumlah penghargaan yang berhasil diraih oleh BRI, seperti Bank of The
Year 2020 oleh Majalah Investor, Top 50 Most Valuable Indonesian Brands 2020
oleh Brand Finance Indonesia, dan lain sebagainya.

HASIL ANALISIS SWOT MATRIKS IFAS/EFAS ANALISIS KEKUATAN

No Indikator Bobot Nilai Nilai


Tertimbang

1. Merupakan BUMN atau Bank milik 35 5 175


Pemerintah

2. Memiliki satelit sendiri 25 4 100

3. Sudah dikenal oleh masyarakat luas 20 3 60

4. Mempunyai cabang yang banyak 10 3 30

5. Berstatus badan hukum berupa persero ( PT ) 10 2 20

JUMLAH 100 385

ANALISIS KELEMAHAN
Nilai

No Indikator Bobot Nilai Tertimbang

1. Minimnya sumber daya yang dapat 35 5 175


memperbaiki permasalahan di bidang IT
2. Kurang memperhatikan karyawan 30 3 90

3. Minimnya biaya promosi yang dilakukan BRI 20 2 60

4. Tingkat keterampilan karyawan yang rata – 15 2 30


rata rendah

JUMLAH 100 355

ANALISIS PELUANG

No Indikator Nilai Bobot Nilai


Tertimbang

1. Banyak masyarakat yang mulai menabung 35 5 175


didesa-desa

2. Jaminan keamanan dalam hal perbankan oleh 30 4 120


pemerintah

3. Mulai berkembangnya teknologi terkini untuk 20 3 60


perbankan yang lebih aman dan efesien

4. Masyarakat mulai “Bank Minded” 15 2 30

JUMLAH 100 385

ANALISIS ANCAMAN
Nilai

No Indikator Nilai Bobot Tertimbang

1. Tingkat kepuasan nasabah BRI yang masih 35 5 175


rendah
2. Mulai banyak bermunculan bank-bank swasta 25 3 75
baru

3. Banyak produk yang sama dari kompetitor 30 4 120

4. Promosi besar-besaran yang dilakukan oleh 10 2 20


kompetitor

JUMLAH 100 390


POSISI PERSAINGAN PERUSAHAAN

Kuadran II (Survival) Kuadran I (Growth)

W S

30

T
Kuadran III (Retrechment)

Kuadran IV

( Diversification )

B. KAITAN STRATEGI

Analisis SWOT dan Kuadran Persaingan (Competitive Quadrant) adalah dua kerangka
kerja yang saling terkait dalam konteks strategi bisnis. Analisis SWOT membantu dalam
mengevaluasi kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities), dan
ancaman (Threats) sebuah organisasi, sementara Kuadran Persaingan membantu dalam
mengklasifikasikan organisasi ke dalam salah satu dari empat kuadran berdasarkan posisi
persaingan relatif mereka di pasar. Dalam analisis SWOT, kekuatan dan kelemahan organisasi
akan membantu dalam menentukan faktor-faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan
organisasi, sedangkan peluang dan ancaman akan membantu dalam menentukan faktor-faktor
eksternal yang mempengaruhi organisasi. Kemudian, informasi ini dapat digunakan untuk
merancang strategi yang sesuai untuk memaksimalkan peluang dan mengatasi tantangan.
Sementara itu, Kuadran Persaingan memperhitungkan kedudukan relatif organisasi
terhadap pesaingnya. Kuadran pertama adalah kuadran dominan di mana organisasi memiliki
posisi yang kuat di pasar dan pesaingnya lemah. Kuadran kedua adalah kuadran yang
menantang di mana organisasi memiliki posisi kuat di pasar tetapi pesaingnya kuat. Kuadran
ketiga adalah kuadran yang sama di mana organisasi memiliki posisi yang sama dengan
pesaingnya di pasar. Dan terakhir, kuadran keempat adalah kuadran yang lemah di mana
organisasi memiliki posisi lemah di pasar dan pesaingnya kuat. Kaitannya antara analisis
SWOT dan Kuadran Persaingan adalah bahwa hasil analisis SWOT organisasi dapat membantu
menentukan posisi relatif organisasi dalam pasar, yang kemudian dapat digunakan untuk
menentukan kuadran persaingannya. Sebagai contoh, jika sebuah organisasi memiliki kekuatan
yang kuat dan kelemahan yang minim, serta peluang yang besar tetapi ancaman yang minim,
maka organisasi tersebut mungkin memiliki posisi yang dominan di pasar dan dapat berada di
kuadran pertama. Sebaliknya, jika organisasi memiliki banyak kelemahan dan ancaman yang
besar, maka mereka mungkin berada di kuadran keempat. Dalam rangka merancang strategi
bisnis yang tepat, organisasi harus mempertimbangkan kedua kerangka kerja ini bersama-
sama, sehingga dapat merumuskan strategi yang sesuai berdasarkan posisi persaingannya di
pasar serta faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kesuksesannya.

Restrukturisasi BRI adalah upaya yang dilakukan oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk
memperbaiki kinerja keuangannya yang kurang baik pada tahun 1998-1999. Upaya ini meliputi
perbaikan manajemen risiko, restrukturisasi utang, perbaikan modal, dan efisiensi operasional.
Kuadran persaingan, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, adalah kerangka kerja yang
digunakan untuk menentukan posisi relatif suatu organisasi dalam pasar. Dalam kasus BRI,
restrukturisasi dilakukan untuk membantu bank keluar dari posisi lemahnya di pasar, sehingga
bisa bersaing secara lebih efektif dan memperoleh posisi yang lebih baik di kuadran
persaingannya. Sebelum restrukturisasi, BRI mengalami banyak masalah keuangan, termasuk
kinerja yang buruk, tingkat NPL (non-performing loan) yang tinggi, dan modal yang terkikis.
Namun, melalui restrukturisasi, BRI dapat memperbaiki kinerjanya, mengurangi risiko,
memperkuat modal, dan meningkatkan efisiensi operasionalnya. Dalam konteks kuadran
persaingan, restrukturisasi BRI membantu bank untuk keluar dari kuadran yang lemah (kuadran
keempat) dan menuju ke kuadran yang lebih kuat (kuadran ketiga atau bahkan kedua). Hal ini
dikarenakan restrukturisasi memungkinkan BRI untuk menjadi lebih efisien, efektif, dan
memiliki manajemen risiko yang lebih baik, sehingga dapat bersaing dengan pesaingnya di
pasar. Dalam

Kesimpulannya, hasil kuadran persaingan BRI setelah restrukturisasi menggambarkan


bahwa BRI berhasil memperoleh posisi yang lebih baik di pasar, meskipun tidak dapat secara
spesifik dikaitkan dengan kuadran mana yang berhasil dicapai. Namun demikian,
restrukturisasi BRI membantu untuk meningkatkan kinerja keuangan bank dan membantu BRI
untuk bersaing secara lebih efektif di pasar.
C. DAMPAK STRATEGI

Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Bank Rakyat Indonesia (BRI)
merupakan salah satu bank yang terlibat dalam kegiatan restrukturisasi BUMN yang dilakukan
oleh pemerintah Indonesia. Restrukturisasi BUMN ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi
dan produktivitas BUMN, sehingga mampu bersaing dengan perusahaan swasta dalam skala
nasional maupun global.

Beberapa dampak yang mungkin dialami BRI dalam kegiatan restrukturisasi BUMN
antara lain:

• Penurunan jumlah karyawan – Restrukturisasi BUMN sering kali berarti adanya


penurunan jumlah karyawan, terutama pada divisi yang dianggap tidak efisien atau
tidak menghasilkan profit yang signifikan. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi
finansial dan kinerja BRI.
• Perubahan struktur organisasi – Restrukturisasi BUMN dapat mempengaruhi struktur
organisasi BRI, dengan menggabungkan beberapa divisi atau memisahkan divisi
tertentu. Hal ini dapat memerlukan biaya yang signifikan dan mengubah cara kerja
karyawan BRI.
• Peningkatan efisiensi – Restrukturisasi BUMN bertujuan untuk meningkatkan efisiensi
BUMN, termasuk BRI. Hal ini dapat dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan
sumber daya, memperbaiki proses bisnis, dan meningkatkan kinerja karyawan.
• Peningkatan daya saing – Restrukturisasi BUMN dapat membantu meningkatkan daya
saing BUMN, termasuk BRI. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi,
mengoptimalkan portofolio produk dan layanan, serta meningkatkan kualitas pelayanan
kepada pelanggan.
• Pengaruh kebijakan pemerintah – Restrukturisasi BUMN adalah kebijakan pemerintah,
sehingga BRI dapat dipengaruhi oleh perubahan kebijakan pemerintah terkait
restrukturisasi BUMN. Hal ini dapat mempengaruhi strategi dan rencana bisnis BRI.

Namun, dampak yang dialami BRI dalam kegiatan restrukturisasi BUMN dapat
berbedabeda tergantung dari berbagai faktor, seperti ukuran dan jenis kegiatan bisnis BRI,
kondisi pasar, serta kemampuan BRI untuk beradaptasi dengan perubahan.
Daftar pustaka

Asnawi, M., & Ratnasari, R. (2021).

Reaktualisasi Corporate Social Responsibility (CSR) BRI dalam Menghadapi New


Normal. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 22(1), 95-108.

Kusumawardhani, I. A., & Firdaus, M. F. (2020).

Reaktualisasi Strategi Pemasaran BRI pada Era Digitalisasi. Journal of Applied


Management (JAM), 18(4), 770-777.

Mawardi, A. (2020).

Peran Kepemimpinan dan Budaya Organisasi dalam Reaktualisasi Strategi


Pemasaran BRI. Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa, 13(1), 1-13.

Susanti, D. (2020).

Reaktualisasi Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pada Bank
BRI Syariah Cabang Yogyakarta. Jurnal Ilmu Manajemen dan Bisnis, 11(1), 16-29.

Widiyanto, A., & Zakiyah, N. (2020).

Reaktualisasi Peran Pemerintah dan Lembaga Keuangan terhadap Pengembangan


Pertanian di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 21(2), 177-189.

Anda mungkin juga menyukai