Anda di halaman 1dari 14

Lampiran II.

STRATEGI BISNIS DAN KEBIJAKAN

Nama BPR : PT. BPR Rizky Barokah


Alamat : Jl. Bintaro Utama 9, Blok HB 19 No. 3A, Bintaro Utama sector 9
Kota/Kabupaten : Tangerang Selatan

1. Visi dan Misi BPR


Visi :

MENJADI BPR YANG TANGGUH, TERPERCAYA, KOMPETITIF DAN


BERKONTRIBUSI BAGI PEREKONOMIAN DAERAH DAN MASYARAKAT
SEKITAR

Misi :

a. Memperkuat modal dan struktur kepemilikan BPR;


b. Membangun reputasi BPR yang baik;
c. Membentuk SDM yang terampil dan profesional;
d. Mengembangkan sistem IT yang handal;
e. Menawarkan produk dan layanan yang bervariasi dengan berorientasi
kepada kebutuhan nasabah;
f. Meningkatkan jangkauan pelayanan BPR dan mengedukasi masyarakat
dalam hal pemahaman terhadap BPR.

2. Arah Kebijakan BPR


a. Arah kebijakan jangka pendek periode 1 (satu) tahun :
1) Konsolidasi internal
Memperhatikan kinerja keuangan BPR yang kurang baik karena tekanan
NPL yang cukup tinggi. Maka dalam jangka pendek BPR akan fokus
untuk memperbaiki kualitas aktiva produktif melalui penyelesaian kredit
bermasalah, penyelesaian AYDA jatuh tempo dan efisiensi.

2) Meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM)


SDM memegang peranan yang penting dalam perkembangan BPR
sehingga kebutuhan akan SDM yang profesional sesuai standar industri
BPR sangat diperlukan sehingga pemanfaatan SDM dapat maksimal.
3) Meningkatkan fungsi intermediasi dan focus terhadap pembiayaan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM);
Fungsi intermediasi yang optimal dengan struktur pendanaan yang baik
dan pengelolaan operasional yang efisien dapat mempengaruhi penetapan
tingkat suku bunga kredit yang kompetitif. BPR sebagai rural bank
memiliki segmen pasar dengan karakteristik tersendiri yaitu UMK, yang
merupakan segmen usaha terbesar di Indonesia.

4) Penyempurnaan proses internal dan Penguatan infrastruktur pendukung


Untuk keperluan pengembangan bisnis dan meningkatkan kualitas
pelayanan perlu dukungan infrastruktur pendukung yang memadai.
Penyempurnaan ketentuan intern yang berlandaskan prinsip Good
Corporate Governance (GCG) dan meningkatkan kapasitas Teknologi
Informasi yang handal dan sesuai kebutuhan yang diharapkan dapat
meningkatkan daya saing BPR dalam mencapai tujuan.

b. Arah kebijakan jangka menengah periode 3 (tiga) tahun :

1) Penguatan penerapan tata kelola yang baik dan manajemen risiko yang
kuat;
Untuk mencapai tujuan menjadi BPR yang sehat, kuat dan berkinerja
baik diperlukan penerapan budaya tata kelola yang baik dan penerapan
manajemen risiko yang kuat serta internal control dengan memperhatikan
prinsip kehati-hatian.

2) Pengembangan perangkat dan sistem teknologi informasi.


Untuk meningkatkan daya saing BPR diperlukan dukungan perangkat
dan sistem teknologi informasi BPR yang memadai serta handal. Sehingga
dapat meningkatkan kualitas dan inovasi produk serta layanan BPR.

c. Rencana strategis jangka panjang periode 5 (lima) tahun :


1) Pengembangan produk dan layanan yang berbasis jasa dan teknologi
informasi;
Untuk meningkatkan market share BPR dan menghadapi tingkat
persaingan yang semakin ketat, BPR akan mengembangkan produk dan
layanan yang dapat digunakan oleh masyarakat. Pengembangan produk
dana dengan pendekatan life cycle dan generic model skim kredit dapat
meningkatkan daya saing industri BPR dan mendorong image positif
terhadap BPR serta meningkatkan peran BPR dalam inklusi keuangan.
2) Meningkatkan jangkauan pasar dan jaringan pelayanan
Dalam mengantisipasi meningkatnya volume usaha dan peningkatan
jumlah nasabah untuk tetap menjaga kedekatan dengan nasabah dan
kemudahan bertransaksi, maka BPR akan meningkatkan jangkauan
pasar dan jaringan pelayanan baik melalui pembukaan kantor cabang
maupun kantor kas.

(meliputi informasi umum kebijakan BPR yang ditetapkan oleh manajemen dalam
pengembangan usaha BPR di waktu yang akan datang)

3. Kebijakan Tata Kelola dan Manajemen Risiko BPR


a. Kebijakan Tata Kelola
Dalam mewujudkan tata kelola BPR yang sehat serta memperhatikan
seluruh pemangku kepentingan, BPR menetapkan kebijakan menyangkut
prinsip-prinsip dasar tata kelola yang baik dan wajib dilaksanakan oleh
seluruh jajaran dalam organisasi. Prinsip-prinsip dasar tata kelola yaitu
Keterbukaan (Transparency), Akuntabilitas (Accountability),
Pertanggungjawaban (Responsibility), Independensi (Independency) dan
Kewajaran (Fairness). Pelaksanaan tata kelola BPR diwujudkan dalam
bentuk :
1) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi;
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi meliputi pemenuhan
jumlah dan komposisi Direksi serta tindak lanjut rekomendasi dari
Dewan Komisaris.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi dituangkan dalam
Pedoman Tata Tertib Kerja Direksi, sehingga pelaksanaannya dapat
terarah dan dapat digunakan sebagai alat penilaian kinerja.

2) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris;


Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris meliputi
pemenuhan jumlah dan komposisi Dewan Komisaris serta rekomendasi
Dewan Komisaris kepada Direksi.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dituangkan
dalam Pedoman Tata Tertib Kerja Dewan Komisaris, sehingga
pelaksanaannya dapat terarah dan dapat digunakan sebagai alat
penilaian kinerja.

3) Penanganan benturan kepentingan;


BPR akan menerapkan akan kebijakan intern, sistem dan prosedur
penyelesaian benturan kepentingan yang meliputi :
a) Penanganan benturan kepentingan yang mengikat setiap anggota
Direksi, Dewan Komisaris dan pegawai BPR antara lain tata cara
pengambilan keputusan;
b) Mengadministrasikan pencatatan, dokumentasi dan pengungkapan
benturan kepentingan dalam risalah rapat
c) Mekanisme dan prosedur penyelesaian benturan kepentingan
d) Pengungkapan benturan kepentingan pada setiap keputusan

4) Penerapan fungsi kepatuhan, audit intern dan audit ekstern;


BPR akan menetapkan Direksi yang membawahkan Fungsi Kepatuhan
dan telah menunjuk Pejabat Eksekutif Fungsi Kepatuhan. Pejabat
Eksekutif telah menyusun pedoman kerja, sistem dan prosedur
kepatuhan. Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan wajib
menyampaikan laporan kepada Otoritas Jasa Keuangan berupa :
a) Laporan pokok-pokok pelaksanaan tugas anggota Direksi yang
membawahkan fungsi kepatuhan.
b) Laporan khusus mengenai kebijakan dan/atau keputusan Direksi
yang menurut pendapat anggota Direksi yang membawahkan fungsi
kepatuhan telah menyimpang dari peraturan OJK dan/atau peraturan
perundang-undangan lain.
c) Laporan penggantian sementara jabatan direksi yang membawahkan
fungsi kepatuhan.

Kebijakan dan penerapan Fungsi Audit Intern diantaranya meliputi


petugas pelaksana, keahlian, dan independensi Audit Intern serta
program kerja dan realisasinya. BPR telah menunjuk Pejabat Eksekutif
Audit Intern dan telah memiliki pedoman mengenai wewenang, tugas dan
tanggung jawab Pejabat Eksekutif Audit Intern.

5) Penerapan manajemen risiko termasuk pengendalian internal;


BPR wajib menerapkan manajemen risiko secara efektif, yang disesuaikan
dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran dan kompleksitas usaha serta
kemampuan BPR dengan berpedoman pada persyaratan dan tata cara
sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan Otoritas Jasa Keuangan
tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank.
Pengendalian intern dibentuk untuk memastikan bahwa BPR memiliki
proses atau pengukuran yang bisa mengendalikan atau mengawasi
risiko-risiko utama serta memastikan proses atau pengukuran tersebut
telah berjalan dengan baik. Pengendalian intern juga memeriksa
penyimpangan yang dilakukan meskipun penyimpangan tersebut telah
mendapatkan persetujuan. Selain itu pengendalian intern memastikan
pemenuhan kepatuhan terhadap ketentuan internal.
6) Batas Maksimum Pemberian Kredit;
Dalam rangka menghindari kegagalan usaha BPR sebagai akibat
terkonsentrasinya penyediaan dana kepada nasabah tertentu serta dalam
rangka meningkatkan independensi pengurus BPR maupun adanya
intervensi dari pihak terkait dalam proses pemberian kredit atau
penempatan dana, maka pihak Manajemen telah menerapkan prinsip
kehati-hatian dalam penyediaan dana kepada masyarakat dengan
menerapkan langkah-langkah antisipasi sebagai berikut :
a) Bank dilarang memberikan kredit atau penyediaan dana kepada
masyarakat/nasabah yang tidak sesuai dengan Batas Maksimum
Pemberian Kredit (BMPK) atau melanggar BMPK.
b) Bank wajib mengungkapkan pelanggaran terkait dengan Batas
Maksimum Pemberian Kredit.
c) Seluruh pemberian kredit atau penyediaan dana kepada nasabah
harus dipastikan telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan
BPR dan pemberian persetujuannnya harus sesuai kewenangannya.
d) Pemberian kredit atau penyediaan dana kepada masyarakat telah
ditetapkan sesuai ketentuan OJK yaitu :
- Maksimal 20% x modal BPR untuk nasabah individual yang tidak
terkait.
- Maksimal 10% x modal BPR untuk nasabah individual yang terkait
dengan Bank
- Maksimal 30% x modal BPR untuk nasabah kelompok/group tidak
terkait dengan BPR
e) Dalam pengelolaan kredit BPR akan memperhatikan pemerataan
risikonya (spreading risk) sehingga penyediaan dananya tidak
tertumpu pada satu sektor atau jenis usaha tertentu saja tetapi harus
dilakukan secara seimbang dan merata dengan sektor-sektor atau
jenis usaha lainnya.
f) BPR akan menjaga agar 25 (dua puluh lima) besar debitur inti sesuai
dengan limit yang ditetapkan dalam penerapan Manajemen Risiko
dengan tujuan agar terjadi pemerataan risiko kredit.
g) BPR akan berhati-hati dalam memberikan kredit atau penyediaan
dana kepada sektor usaha yang berisiko tinggi atau yang bersifat
spekulatif maupun sektor usaha yang sudah jenuh atau tidak
berkembang.

7) Rencana Bisnis
Rencana Bisnis Bank perlu disusun secara matang dan realisitis
berdasarkan prinsip kehati-hatian dan penerapan Manajemen Risiko
dengan cakupan yang disesuikan dengan kegiatan usaha dan
kompleksitas usaha Bank. Penyusunan Rencana Bisnis BPR berpedoman
kepada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Rencana Bisnis Bank.
8) Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan.
Kebijakan terkait transparansi dan pengungkapan tertuang dalam :
a) Panduan transparansi dan pengungkapan (transparency and
disclosure guidelines);
b) Kebijakan Rahasia Bank; dan
c) Kebijakan tentang pelaporan baik laporan internal maupun eksternal
termasuk laporan kepada otoritas pengatur dan pengawas Bank, yang
dituangkan dalam kebijakan tersendiri menurut jenis laporan.
Evaluasi dan penyempurnaan kebijakan internal BPR dilakukan
secara berkala oleh unit kerja pembuat kebijakan (policy owner) sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan BPR.

Transparansi penerapan tata kelola meliputi :


a) Pengungkapan penerapan tata kelola
b) Kepemilikan saham Pengurus;
c) Hubungan keuangan dan/atau hubungan keluarga antar pengurus
dan pemegang saham;
d) Kebijakan remunerasi dan fasilitas lain bagi Direksi dan Dewan
Komisaris yang ditetapkan berdasarkan RUPS.
e) Rasio gaji tertinggi dan terendah
Sistem remunerasi berhubungan erat dengan asas akuntabilitas serta
kewajaran dan kesetaraan dalam pemberian gaji, bunus, tantiem,
fasilitas natura, representasi dan remunerasi lainnya yang berkaitan
dengan itu, harus ditetapkan berdasarkan kebijakan yang adil dan
setara. Penetapan remunerasi yang tidak berkeadilan dapat
mempengaruhi kinerja pegawai secara keseluruhan terutama dalam
pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance (GCG). Oleh karena
itu pengaturan remunerasi harus memperhatikan prinsip-prinsip
dasar sebagai berikut :
 Besaran remunerasi akan disesuaikan dengan tingkat kemampuan
BPR serta memperhatikan dampaknya terhadap BPR ke depan.
 Sistem remunerasi yang ditetapkan harus memperhitungkan risiko
terhadap kelangsungan usaha BPR karena sekali disetujui maka
sulit untuk dikoreksi.
 Sistem remunerasi yang ditetapkan harus mampu merefleksikan
kinerja pegawai secara individu maupun kinerja perusahaan
secara keseluruhan.
 Sistem remunerasi harus mampu meningkatkan kualitas Sumber
Daya Manusia sebagai asset BPR yang memiliki integritas dan
kompetensi tinggi.
 Rentang remunerasi antara jenjang dalam struktur organisasi BPR
harus ditetapkan secara wajar dan berkeadilan.
 Besaran remunerasi yang ditetapkan BPR harus merefleksikan
kewajaran dengan peer BPR sejenis dan tidak diperbandingkan
dengan instansi lainnya di luar BPR.
f) Frekuensi Rapat Dewan Komisaris
g) Jumlah penyimpangan intern
h) Permasalahan hukum
i) Penanganan benturan kepentingan

Tahapan implementasi tata kelola BPR meliputi :


a) Pemenuhan struktur tata kelola
b) Sosialisasi tata kelola
c) Self assessment secara komprehensif terhadap kecukupan penerapan
tata kelola
d) Pelaporan transparansi penerapan tata kelola
e) Pengembangan tata kelola

b. Kebijakan Manajemen Risiko


Kebijakan Manajemen Risiko,
1) Penetapan risiko yang terkait dengan kegiatan usaha, produk dan
layanan BPR;
2) Penetapan sistem informasi manajemen risiko;
3) Penentuan limit dan dan penetapan toleransi risiko;
4) Penetapan penilaian peringkat risiko;
5) Penyusunan rencana darurat (contegency plan);
6) Penetapan sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen
risiko.
Tahapan penerapan manajemen risiko,
1) Mengidentifikasi aspek-aspek dalam penilaian kualitas penerapan
manajemen risiko kredit, risiko operasional dan risiko kepatuhan;
2) Menetapkan batas toleransi atau limit risiko kredit, resiko operasional
dan risiko kepatuhan;
3) Menyusun strategi dan kebijakan serta prosedur dalam rangka
mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko kredit,
risiko operasional dan risiko kepatuhan;
4) Menetapkan struktur organisasi termasuk wewenang dan tanggung jawab
pada setiap jenjang jabatan dalam rangka penilaian risiko kredit, risiko
operasional dan risiko kepatuhan;
5) Mengembangkan sistem informasi manajemen dalam rangka penilaian
risiko kredit, resiko operasional dan risiko kepatuhan.
4. Analisis Posisi BPR dalam Persaingan Usaha Berdasarkan Aset dan/atau Lokasi

ANALISA SWOT
PT. BPR RIZKY BAROKAH
Faktor Internal : Kekuatan

Nilai Nilai x
No Indikator Bobot
(1`-5) Bobot

1 Loyalitas dan Integritas SDM 20% 4 0,8

2 Gedung kantor sudah memadai 15% 3 0,45

Pemegang saham memiliki komitmen untuk


3 25% 4 1
pengembangan BPR

4 Pelayanan cukup baik 25% 3 1

5 Lokasi BPR terletak di wilayah yang cukup strategis 15% 4 0,6

100% 3,85
Faktor Internal : Kelemahan

Nilai Nilai x
No Indikator Bobot
(1`-5) Bobot

1 Kompetensi SDM kurang memadai 20% 3 0,6

4 Sistem kepegawaian belum ada 10% 2 0,2

5 Komposisi sumber dana sebagian besar berbiaya mahal 15% 2 0,3

6 Sumber dana masih terkonsentrasi pada nasabah inti 5% 2 0,1

7 Rasio BOPO sebesar 99,63% 10% 1 0,1

8 Rasio NPL 25,17% (posisi Oktober 2020) 20% 3 0,6

10 Struktur organisasi belum maksimal 5% 1 0,05

11 Produk kurang bervariasi 10% 2 0,2

12 Kebijakan dan prosedur masih kurang 5% 3 0,15

100% 2,3
Faktor Eksternal : Peluang

Nilai Nilai x
No Indikator Bobot
(1`-5) Bobot

Masih terbukanya pasar terutama UMKM untuk


1 30% 4 1,2
perkembangan usaha BPR

2 Transformasi dengan keadaan 35% 3 1,05

3 Sinergi dengan lembaga lain 35% 3 1,05

100% 3,3

Faktor Eksternal : Ancaman

Nilai Nilai x
No Indikator Bobot
(1`-5) Bobot

1 Perkembangan layanan fintech 15% 2 0,3

2 Tingkat permintaan kredit cenderung menurun 20% 2 0,4

3 Tingkat persaingan yang cukup tinggi 20% 3 0,6

4 Kondisi dampak Covid 19 45% 4 1,8

100% 3,1
MATRIK TOWS

STRATEGI PELUANG-KEKUATAN STRATEGI PELUANG-KELEMAHAN

1 Memaksimalkan penyaluran dana 1 Meningkatkan kompetensi SDM


dengan ketersediaan dana yang ada
2 Menjaga dan meningkatkan pangsa 2 Menyempurnakan kebijakan dan
pasar penghimpunan tabungan prosedur
3 Meningkatkan kompetensi SDM 3 Meningkatkan penghimpunan dana
deposito untuk deposan dalam jumlah
kecil
4 Meningkatkan efisiensi biaya
5 Menyelesaikan NPL

STRATEGI ANCAMAN-KEKUATAN STRATEGI ANCAMAN-KELEMAHAN

1 Mengembangkan IT untuk mendukung 1


peningkatan pelayanan terhadap Penyebaran risiko kredit ke sektor-sektor
nasabah lain selain konstruksi
2 Meningkatkan promosi dalam rangka 2 Perbaikan Struktur Organisasi,
pengenalan BPR Kebijakan, dan Prosedur
3 Meningkatkan pemasaran produk 3 Merencanakan pengembangan produk
kredit untuk memperluas pangsa pasar baru sesuai dengan kebutuhan pasar
4 Meningkatkan pelayanan untuk
memperkuat BPR dalam menghadapi
persaingan
PELUANG

STRATEGI STRATEGI
BERTAHAN PERTUMBUHAN
AGRESIF STABIL

STRATEGI STRATEGI
BERTAHAN PERTUMBUHAN
SELEKTIF CEPAT

0,2

KELEMAHAN KEKUATAN

1,55

TURN
ARROUND STRATEGI
STRATEGI KONGLOMERASI

STRATEGI
STRATEGI DIVERSIFIKASI
GERILYA KONSENTRIK

ANCAMAN
Berdasarkan analisa SWOT BPR Rizky Barokah berada pada kuadran I Pertumbuhan dengan
strategi pertumbuhan cepat

5. Strategi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Usaha


a. Strategi penyaluran kredit kepada usaha mikro;
1) Proses Sederhana, Cepat dan Ringkas
2) Jangka waktu pinjaman maksimal 2 tahun.
3) Monitoring & Pembinaan
4) Peningkatan kualitas SDM
5) Asuransi kredit mikro
b. Strategi penyaluran kredit kepada usaha kecil;
1) Kecepatan dan kemudahan layanan
2) Suku bunga bersaing
3) Menjalin kerja sama dengan kelompok usaha kecil
4) Mengembangkan generic model skim kredit per sektor ekonomi yang
berkembang.
c. Strategi penyaluran kredit kepada usaha menengah;
1) Kecepatan dan kemudahan layanan
2) Membuka pasar baru

5. Strategi Pengembangan Bisnis

a. Penghimpunan Dana
1) Membangun profesionalisme dalam upaya meningkatkan penghimpunan dana
masyarakat khususnya tabungan
2) Membangun dan memperluas jaringan kepada sumber-sumber yang memiliki
potensi dapat menempatkan dana ke BPR dalam jumlah besar
3) Melakukan pendekatan kepada komunitas-komunitas dalam masyarakat, agar
dapat menempatkan dananya di BPR
4) Mempertahankan dan memelihara sumber-sumber dana, baik internal maupun
eksternal untuk menjaga likuiditas darurat
5) Memberikan insentif berupa hadiah kepada nasabah inti BPR dengan
mempertimbangkan Cost of Fund BPR
b. Kredit
1) Memperbaiki kualitas dan produktivitas perkreditan BPR
2) Meningkatkan pangsa pasar usaha baik melalui produk maupun memperluas
wilayah pasar BPR
3) Membangun nilai tambah BPR dalam persaingan melalui pelayanan dan
instrumen SBDK (suku bunga dasar kredit)
c. Marketing
1) Meningkatkan kemampuan mengembangkan produk inovatif yang mampu
meningkatkan daya saing BPR
2) Mengembangkan SDM di bidang marketing yang handal
3) Mengembangkan market share yang dikuasai BPR
4) Meningkatkan kegiatan promosi dan menciptakan loyalitas nasabah
5) Meningkatkan pelayanan yang berorientasi kebutuhan nasabah
d. IT
1)
Mengembangkan IT yang mendukung operasional BPR
2)
Meningkatkan kemampuan SDM dalam penggunaan IT
3)
Penyempurnaan IT sesuai tata kelola BPR
4)
Mengembangkan perangkat teknologi berbasis mobile maupun berbasis web
dalam rangka keuangan inklusif
e. Kelembagaan
1) Penyempurnaan struktur organisasi BPR
2) Penyempurnaan kebijakan dan prosedur BPR sesuai tata kelola BPR SDM
f. SDM
1) Membangun Program pengembangan SDM sesuai tata kelola
2) Meningkatkan produktivitas SDM BPR
g. Manajemen Risiko
Mensosialisasikan dan meningkatkan penerapan Manajemen Risiko BPR

Anda mungkin juga menyukai