Anda di halaman 1dari 3

Prakondisi Penerapan Good Corporate Governance (GCG) dalam Budaya Indonesia

Perubahan era yang terjadi pada abad 21 dewasa ini, penerapan Good Corporate Governance (GCG)
telah menjadi hal yang mendesak untuk semua organisasi, baik dalam skala besar maupun menengah.
Dalam hal ini, tidak dapat dibedakan antara perusahaan besar atau menengah sekalipun memiliki
sebuah konsep GCG, meskipun dalam pelaksanaanya akan berbeda-beda. Penerapan GCG ini sendiri
berkaitan dengan penyaluran atau distribusi dari kekuatan dan tanggung jawab, serta konsekuensi dan
akuntabilitas pada performance atau pencapaian organisasi.

Steger dan Amann membedakan antara governance dari beberapa tipe organisasi yang berbeda, seperti
keanggotaan dengan organisasi yang terpusat, dan perusahaan publik dengan. pribadi. Good Corporate
Governance (GCG) berkaitan dengan perusahaan-perusahaan yang telah menerapkan sistem ekonomi
modern, dengan karakteristik dan speseifikasi tertentu, sebagai berikut:

1. Memiliki izin untuk beroperasi sebagai dasar dari sistem ekonomi modern: bertujuan untuk dapat
bersaing dalam menyediakan barang dan jasa kepada pelanggan yang bersedia untuk membayar. Dalam
hal ini, bukan berarti organisasi dapat menghindari dampak sosial dan lingkungan sebagai efek samping
dari aktivitas yang organisasi lakukan. Hal ini disesuaikan dengan aturan-aturan dari masyarakat sekitar
dimana perusahaan itu berada.

2. Keuntungan (profit) adalah tolak ukur dari kesuksesan dan ketahanan hidup dari organisasi modern:
Nilai tambah keuangan organisasi terdiri dari perebedaan antara biaya yang dikeluarkan dan pencapaian
pendapatan organisasi.

3. Korporasi sebagai hirarki organisasi yang mungkin berbeda pada tingkatannya (seperti jumlah
pegawai, wewenang, dan lainnya), tetapi selalu memiliki posisi puncak yang dapat teridentifikasi atau
jelas.

4. Para pakar mengatakan bahwa dalam sebuah perusahaan didasarkan pada hak-hak atas kekayaannya,
bukan pada asas demokrasi, seperti “one vote for one person”. (Steger, Urich & Wolfgang Amann,
2008:3)

Namun untuk saat ini penerapan GCG di Indonesia saat ini realif tertinggal dibandingkan negara-negara
di kawasan ASEAN.penerapan GCG yang baik adalah aspek utama untuk membangun fundamental
perusahaan yang kokoh. keuangan perusahaan tidak akan berkelanjutan bila tidak dilandasi oleh praktik-
praktik tata kelola yang baik.

Selain itu laporan tahunan yang didukung GCG akan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas publik,
yang pada gilirannya akan meningkatkan kepercayaan investor.

Meningkatnya kepercayaan investor, pada akhirnya bisa mendongkrak investasi baik dari investor dalam
negeri maupun investor asing melalui beragam produk pasar modal di Indonesia maupun melalui
investasi langsung.

Oleh karenanya Pemerintah memberikan dorongan yang sangat kuat terhadap implementasi GCG di
Indonesia. Bukti dari kepedulian pemerintah dapat dilihat dari dibuatnya berbagai regulasi yang
mengatur tentang GCG. Berawal dari Dibentuknya Komite Nasional tentang Kebijakan Corporate
Governance (KNKCG) melalui Keputusan Menko Ekuin Nomor: KEP/31/M.EKUIN/08/1999 tentang
pembentukan KNKCG . Menerbitkan Pedoman GCG Indonesia. Kemudian dilanjutkan dengan
dibentuknya Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) sebagai pengganti KNKCG melalui Surat
Keputusan Menko Bidang Perekonomian Nomor: KEP/49/M.EKON/11/2004. Terdiri dari Sub-Komite
Publik dan Sub-Komite Korporasi. Kemudian juga dikeluarkan SE Ketua Bapepam Nomor Se-03/PM/2000
tentang Komite Audit yang berisi himbauan perlunya Komite Audit dimiliki oleh setiap Emiten, dan
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 8/4/PBI/2006 tentang GCG yang dirubah dengan PBI No.
8/14/GCG/2006.

Implementasi GCG di BUMN dapat dilihat dengan adanya peraturan-peraturan yang mendukungnya
seperti :

Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN Nomor Kep-133/M-PBUMN/1999 tentang


Pembentukan Komite Audit bagi BUMN.

Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-05/MBU/2008 Tentang Pedoman umum pelaksanaan Pengadaan
Barang dan Jasa BUMN.

Keputusan Menteri BUMN No. 09A/MBU/2005 Tentang Proses Penilaian Fit & Proper Test Calon Anggota
Direksi BUMN
SE Menteri BUMN No. 106 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri BUMN No. 23 Tahun 2000 – mengatur
dan merumuskan pengembangan praktik good corporate governance dalam perusahaan perseroan.

Disempurnakan dengan KEP-117/M-MBU/2002 tentang Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117/M-


MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada BUMN.

Komitmen GCG juga diberlakukan pada sector swasta non-BUMN. Pada tahun 2000, Bursa Efek Jakarta
(sekarang Bursa Efek Indonesia) memberlakukan Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-
315/BEJ/062000 perihal Peraturan Pencatatan Efek Nomor I-A yang antara lain mengatur tentang
kewajiban mempunyai Komisaris Independen, Komite Audit, memberikan peran aktif Sekretaris
Perusahaan di dalam memenuhi kewajiban keterbukaan informasi serta mewajibkan perusahaan tercatat
untuk menyampaikan informasi yang material dan relevan. Selain itu juga dibentuknya berbagai
organisasi dan perkumpulan yang mendukung pelaksanaan dari GCG itu sendiri seperti. Lahirnya Forum
for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG),
Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD), Indonesia Corporate Secretary Association (ICSA),
Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI), Asosiasi Auditor Internal (AAI), Klinik GCG Kadin, dan lahirnya
Lembaga Komisaris dan Direksi Indonesia (LKDI) yang kegiatannya antara lain mengadakan Forum LKDI
untuk membahas berbagai hal seperti tanggung jawab hukum bagi Komisaris dan Direksi, undang-
undang pencucian uang dsb.

Masih banyak yang harus dibenahi dan terus dikembangkan pelaksaanaan GCG di Indonesia. Karena KKN
yang merajalela mengartikan GCG masih belum dapat terlaksana dengan baik. Pelaksanaan GCG di
Indonesia tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri. Tapi memerlukan Integrasi dari seluruh komponen bisnis.
Agar dapat dicapai suatu perusahaan bersih yang dapat disebut Good Corporate Governance.

Driskill, Gerald W. & Angela Laird Brenton. 2010. “Organizational Culture in Action: A Cultural Analysis
Workbook”. SAGE Publication Inc. Second Edition.

Schein, Edgar.H. 2010. “Organizational Culture and Leadership: Edition 4”. John Wiley & Sons, Ltd. Edition
4.

Steger, Urich & Wolfgang Amann. 2008. “Corporate Governance: How to Add Value”. John Wiley & Sons,
Ltd.

https://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20170920070153-78-242846/ojk-praktik-gcg-perusahaan-
indonesia-masih-tertinggal

Anda mungkin juga menyukai