Oleh:
Universitas Jember
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Mulai populernya istilah “tata kelola perusahaan yang baik” atau yang lebih dikenal
dengan istilah asing good corporate governance (GCG) tidak dapat dilepaskan dari
maraknya skandal perusahaan yang menimpa perusahaan perusahaan besar, baik yang
di Indonesia maupun yang ada di Amerika Serikat. Awal terjadinya skandal skandal
perusahaan adalah diterapkannya sistem ekonomi kapitalis, yang mana kegiatan bisnis
dan kepemilikan perusahaan dikuasai oleh individu-individu/sektor swasta. Para pemilik
dan pengelola kelompok perusahaan-perusahaan ini bahkan mampu memengaruhi dan
mengarahkan berbagai kebijakan yang diambil oleh para pemimpin politik suatu Negara
untuk kepentingan kelompok perusahaan mereka dengan kekuatan uangnya.
Salah satu contoh akibat dari praktik bisnis yang tidak etis adalah krisis ekonomi
yang menimpa Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya, seperti: Thailand, Korea
Selatan, Hongkong, Filipina, dan Malaysia serta mega skandal yang menimpa
perusahaan-perusahaan raksasa di Amerika Serikat. Tidak sulit untuk mencari penyebab
utama krisis dan mega skandal tersebut. Semua itu terjadi karena perilaku tidak etis,
bahkan cenderung kriminal yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang memang
dimungkinkan karena kekuatan mereka yang sangat besar di satu sisi, dan tidak
berdayanya aparat pemerintah dalam menegakkan hukum dan pengawasan atas perilaku
bisnis ini.
Tujuan utama dari Good Corporate Governance adalah untuk menciptakan sistem
pengendalian dan keseimbangan (check and balance) utuk mencegah penyalahgunaan
dari sumber daya dan tetap mendorong terjadinya pertumbuhan perusahaan (Nur ainy dan
Nurcahyo, 2013). Good Corporate Governance yang baik harus memberikan insentif yang
tepat bagi dewan dan manajemen untuk mengejar tujuan-tujuan bagi kepentingan
perusahaan dan pemegang sahamnya serta memfasilitasi pengawasan yang efektif
(OECD,2004).
BAB II
PEMBAHASAN
Populernya Good Corporate Governance (GCG) tidak lepas dari maraknya skandal
perusahaan-perusahaan besar, baik dari Indonesia maupun luar negeri. Runtuhnya sistem
ekonomi komunis, menjadikan sistem ekonomi kapitalis menjadi dominan di seluruh dunia.
Ciri utama sistem ekonomi kapitalis adalah kegiatan bisnis dan kepemilikan perusahaan
dikuasai oleh individu atau sektor swasta. Pemilik dan pengelola perusahaan-perusahaan
raksasa bahkan mampu memengaruhi dan mengarahkan berbagai kebijakan yang diambil
oleh para pemimpin politik suatu negara untuk kepentingan kelompok perusahaan mereka
dengan kekuatan uangnya. Kakuatan dan pengaruh perusahaan ini bisa jadi sangat besar
sehingga menjadi “monster raksasa” yang mendikte hampir seluruh hidup kita. Sering kali
terjadi pemerintah suatu negara yang menjadi kekuatan terakhir sebagai pengawas,
penegak hukum, dan pengendali perusahaan-perusahaan tidak berdaya menghadapi
penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang berpengaruh
tersebut.
Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya adalah
salah satu contoh akibat dari praktik bisnis yang tidak etis. Hal itu bisa terjadi karena
perilaku tidak etis dan bahkan bisa dikatakan cenderung kriminal yang dilakukan oleh para
pelaku bisnis yang mungkin karena kekuatan mereka yang terlalu besar, serta tidak
berdayanya pemerintah dalam menegakkan hukum dan pengawasan atas pelaku bisnis
ini.
Timbulnya krisis ekonomi di Indonesia disebabkan oleh tata kelola perusahaan yang
buruk dan tata kelola pemerintah yang buruk pula sehingga memberi peluang besar
timbulnya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Hal ini ditunjukkan pada beberapa fakta
berikut:
a. Mudahnya para spekulen mata uang untuk mempermainkan pasar valuta asing
karena tidak adanya alat kendali yang efektif.
b. Mudahnya para konglomerat memperoleh dana pinjaman.
c. Banyak direksi di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) termasuk di bank-bank
pemerintah juga tidak independen. Dalam mengambil kebijakan selalu ada campur
tangan dari oknum pejabat pemerintah.
d. Para komisaris di BUMN sering kali bukan orang yang profesional, melainkan
oknum-oknum birokrasi yang telah memasuki usia pensiun.
e. Banyak profesi yang berkaitan dengan kegiatan bisnis, seperti akuntan publik,
perusahaan penilai, konsultan keuangan, dan sebagainya yang mudah diajak
bekerja sama merekayasa laporan audit, laporan keuangan, dan laporan penilaian
harta perusahaan untuk berbagai keperluan seperti, tender, aplikasi kredit bank,
penerbitan saham di bursa, dan sebagainya.
f. Penyalahgunaan dana bantuan likuidasi Bank Indonesia (BLBI) oleh pemilik bank
dengan memindahkan dana ini ke rekening pribadi dan membiarkan bank mereka
tetap ambruk.
Untuk mengatasi hal-hal tersebut, terdapat undang-undang yang berisi mengenai tata
kelola perusahaan. Undang-undang dapat dijadikan acuan awal untuk menegakkan dan
menjabarkan tata kelola perusahaan yang baik. Salah satunya undang-undang yang
terkenal dengan nama Sarbanes-Oxley Act of 2002, yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Amerika Serikat untuk mengatasi krisis ekonomi gelombang pertama pada awal tahun
2000-an. Undang-Undang ini berisi penataan kembali Akuntansi Perusahaan Publik, tata
kelola perusahaan, dan perlindungan terhadap investor. Oleh karena itu, Undang-Undang
ini menjadi acuan awal dalam menjabarkan dan menegakkan GCG, baik di AS maupun di
Indonesia.
Pengertian GCG
Prinsip-Prinsip GCG
Manfaat GCG
Indra Surya dan Ivan Yustiavandana (2007) mengatakan bahwa tujuan dan
manfaat dari penerapan GCG adalah:
1. Komisaris Independen
2. Direktur Independen
3. Komite Audit
4. Sekretaris Perusahaan (Corporate Secretary)
Indra Surya dan Ivan Yustiavandana (2006) mengungkapkan ada dua pengertian
independen terkait dengan konsep komisaris dan direktur independen tersebut. Pertama,
komisaris dan direktur independen adalah seseorang yang ditunjuk untuk mewakili
pemegang saham independent. Kedua, komisaris dan direktur independen adalah pihak
yang ditunjuk tidak dalam kapasitas mewakili pihak manapun dan semata-mata ditunjuk
berdasarkan latar belakang pengetahuan, pengalaman, dan keahlian profesional yang
dimilikinya untuk sepenuhnya menjalankan tugas demi kepentingan perusahaan.
Selain kedua pengertian tersebut, sebenarnya masih ada pengertian ketiga yang
biasa dipakai dalam kode etik akuntan public, yang dalam konteks ini sering dikenal
dengan istilah independent in fact dan independent in appearance. Independent in fact
menekankan sikap mental dalam mempengaruhi keputusan dan tindakan yang semata-
mata didasarkan atas pertimbangan profesionalisme dari dalam diri yang bersangkutan
tanpa campur tangan pengaruh atau tekanan dari pihak luar. Sementara itu, independent
in appearance dilihat dari sudut pandang pihak luar yang mengharapkan calon yang
bersangkutan secara fisik tidak mempunyai hubungan darah dengan perusahaan dan/atau
dengan para pemangku kepentingan lainnya yang dapat menimbulkan keraguan bagi
pihak luar tentang kenetralan yang bersangkutan.
Komite Audit
Jabatan sekretaris perusahaan menempati posisi yang sangat tinggi dan strategis
karena orang yang dalam jabatan ini berfungsi sebagai pejabat penghubung (liason
officer) atau semacam public relations/investor relations antara perusahaan dengan pihak
di luar perusahaan, khususnya bagi perusahaan-perusahaan besar yang telah
mendaftarkan sahamnya di bursa.
Menyadari masih rendahnya kinerja BUMN serta mengingat modal yang telah
disetor dan harta yang telah tertanam pada BUMN sangat besar, maka pemerintah melalui
Kementerian Negara BUMN mewajibkan semua BUMN menerapkan tata kelola
perusahaan yang sehat (good corporate governance). Adapun tujuan GCG menurut
Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor Kep-117/M-MBU/2002 adalah sebagai berikut:
Pasar modal adalah tempat dimana berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas)
jangka panjang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri, baik
yang diterbitkan pemerintah, public authirities, maupun perusahaan swasta (Suad Husnan,
1996). Jika dibandingkan dengan pasar keuangan, jangkauan pasar modal lebih sempit
karena hanya memperjualbelikan instrumen keuangan jangka panjang, seperti obligasi,
saham, dan instrumen derivatif. Keberadaan pasar modal dipengaruhi oleh lembaga-
lembaga dan unsur-unsur penunjang pasar modal, yaitu antara lain: Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK), Bursa Efek, Lembaga Kliring,
Emiten, Underwriter, investor/calon investor, akuntan publik, notaris, konsultan hukum,
dan konsultan keuangan.
Krisis ekonomi di Indonesia yang terjadi pada tahun 1998 diawali oleh krisis
moneter yang menimpa dunia perbankan Indonesia, dari peristiwa tersebut menunjukan
bahwa tata kelola perbankan Indonesia masih sangat lemah. Menyadari hal itu Bank
Indonesia dalam upayanya menata kembali manajemen dan kegiatan perbankan di
Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 Tanggal 30
Januari 2006 tentang Implementasi GCG oleh Bank-Bank Komersial. Secara garis besar,
peraturan ini mengatur tentang:
KESIMPULAN
1. Kewajaran (fairness)
2. Tranparansi
3. Akuntabilitas
4. Pertanggungjawaban
5. Kemandirian
Banyak sudah terjadi kejahatan ekonomi dan kecurangan bisnis yang dilakukan oleh
banyak korporasi atau pelaku bisnis dan ekonomi yang telah merugikan warga negara,
masyarakat bahkan merugikan Negara, setidaknya dalam segi finansial (pajak) dan
kepercayaan publik terhadap peranan Negara (pemerintah) dalam mengawasi dinamika
ekonomi, khususnya proses produksi, eksplorasi, dan eksploitasi sumber-sumber
kekayaan alam dan pelestarian lingkungan hidup.
REFERENSI
Agoes, Sukrisno. (2014). Etika Bisnis dan Profesi Tantangan Membangun Manusia.
Jakarta: Salemba Empat.