Anda di halaman 1dari 13

KELOMPOK 4

ANGGOTA :

MUHAMMAD RIZKY DIPUTRA (0219101216)


ANDYKA FAJAR NUGRAHA (0219101223)
ALYA IZDIHAR AYUNINGTYAS (0219101186)
SYARIFAH NADIRA (0219101091)
SEJARAH GCG (GOOD CORPORATE GOVERNANCE)
• Good Corporate Governance atau dikenal dengan nama Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (selanjutnya disebut “GCG”)
muncul tidak semata-mata karena adanya kesadaran akan pentingnya konsep GCG namun dilatar belakangi oleh maraknya
skandal perusahaan yang menimpa perusahaan-perusahaan besar. Joel Balkan (2002) mengatakan bahwa perusahaan
(korporasi) saat ini telah berkembang dari sesuatu yang relative tidak jelas menjadi institusi ekonomi dunia yang amat
dominan. Kekuatan tersebut terkadang mampu mendikte hingga ke dalam pemerintahan suatu negara, sehingga mejadi tidak
berdaya dalam menghadapi penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang berpengaruh tersebut.
Semua itu terjadi karena perilaku tidak etis dan bahkan cenderung kriminal-yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang
memang dimungkinkan karena kekuatan mereka yang sangat besar disatu sisi, dan ketidakberdayaan aparat pemerintah dalam
menegakkan hukum dan pengawasan atas perilaku para pelaku bisnis tersebut; disamping berbagai praktik tata kelola
perusahaan dan pemerintahan yang buruk.Salah satu dampak signifikan yang terjadi adalah krisis ekonomi di suatu negara, dan
timbulnya praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Sebagai akibat adanya tata kelola perusahaan yang buruk oleh
perusahan-perusahaan besar yangmana mengakibatkan terjadinya krisis ekonomi dan krisis kepercayaan para investor, seperti
yang terjadi di Amerika pada awal tahun 2000 dan tahun 2008 yang mengakibatkan runtuhnya beberapa perusahan besar dan
ternama dunia; disamping juga menyebabkan krisis global dibeberapa belahan negara dunia. Sebagai contoh, untuk mengatasi
krisis tersebut, pemerintah amerika mengeluarkan Sarbanes-Oxley Act tahun 2002; undang-undang dimaksud berisikan
penataan kembali akuntansi perusahaan publik, tata kelola perusahaan dan perlindungan terhadap investor. Oleh karena itu,
undang-undang ini menjadi acuan awal dalam penjabaran dan penciptaan GCG di berbagai negara.Konsep GCG belakangan
ini makin mendapat perhatian masyarakat dikarenakan GCG memperjelas dan mempertegas mekanisme hubungan antar para
pemangku kepentingan di dalam suatu organisasi yang mencakup :hak-hak para pemegang saham (shareholders) dan
perlindungannya,peran para karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) lainnya,pengungkapan (disclosure)
yang akurat dan tepat waktu,transparansi terkait dengan struktur dan operasi perusahaan,tanggungjawab dewan komisaris dan
direksi terhadap perusahaan itu sendiri, kepada para pemegang saham dan pihak lain yang berkepentingan.
LATAR BELAKANG LAHIRNYA GCG
• Munculnya corporate governance dapat dikatakan dilatarbelakangi dari berbagai
skandal besar yang terjadi pada perusahaan-perusahaan baik di Inggris maupun
Amerika Serikat pada tahun 1980an dikarenakan tindakan yang cenderung serakah dan
mementingkan tujuan pihak-pihak tertentu saja. Hal ini tidak terlepas dari pertentangan
kepentingan antara kebebasan pribadi dan tanggung jawab kolektif atau kepentingan
bersama dari organisasi dimana hal ini menjadikannya sebagai pemicu dari kebutuhan
akan corporate governance.Secara lebih luas pertentangan kepentingan di suatu
organisasi itu terjadi antara pemilik saham dan pimpinan perusahaan, antara pemilik
saham majoritas dan minoritas, antara pekerja dan pimpinan perusahaan, ada potensi
mengenai pelanggaran lindungan lingkungan, potensi kerawanan dalam hubungan
antara perusahaan dan masyarakat setempat, antara perusahaan dan pelanggan
ataupun pemasok, dan sebagainya. Bahkan besarnya gaji para eksekutif dapat
merupakan bahan kritikan.Pada awalnya corporate governance hanya berkembang di
Inggris dan Amerika, tetapi seiring berkembangnya kompleksitas bisnis di berbagai
negara di dunia maka segara berkembang pula di negara-negara lain.
• Dalam corporate governance selalu ada dua hal yang perlu diperhatikan. Apakah
aturan atau sistem tata-kelola sudah ada secara jelas, lengkap, dan tertulis ? Apakah
aturan dan sistem yang sudah jelas tersebut dilaksanakan dengan konsisten atau
tidak ? Kedua hal tersebutlah yang menentukan apakah sudah ada good corporate
governance dalam suatu perusahaan
• Jika dilihat dari perspektif Agency Theory bahwa latar belakang lahirnya GCGadanya
perilaku dari manajer/ agen untuk bertindak hanya untuk menguntungkan dirinya
sendiri dengan mengorbankan kepentingan pihak lain/pemilik, dapat terjadi karena
manajer mempunyai informasi yang lengkap mengenai perusahaan, sedangkan
informasi tersebut tidak dimiliki oleh pemilik perusahaan (dalam hal ini timbul
Asymmetric Information atauAI)
PENGERTIAN GCG (GOOD CORPORATE GOVERNANCE)
• Pengertian dari GCG (Good Corporate Governance) menurut Cadburry Comitte sebagai
pencetus dari GCG ini sendiri yang memiliki defenisi yaitu bahwa GCG adalah
Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,pengurus
perusahaan,pihak kreditur, pemerintah,karyawan,serta para pemegang kepentingan
internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka;
atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.
Organization for Economic Coorperation and Development – OECD (dalam tjager
dkk.,2004) – mendefinsikan GCG sebagai: “The structure through which
shareholders,directors,managers,set of the board objectives of the company,the means of
attaining those objectives and monitoring performance.” (“Suatu struktur yang terdiri
atas para pemegang saham,direktur,manajer,seperangkat tujuan yang ingin dicapai
perusahaan,dan alat-alat yang digunakan dalam mencapai tujuan dan memantau
kinerja.”)
TUJUAN GCG (GOOD CORPORATE GOVERNANCE)
• Meningkatkan kinerja organisasi
• Menciptakan nilai tambah bagi semua pemangku kepentingan
• Mencegah dan mengurangi manipulasi serta kesalahan yang signifikan dalam
pengelolaan organisasi
• Meningkatkan upaya agar para pemangku kepentingan tidak dirugikan
MANFAAT GCG (GOOD CORPORATE GOVERNANCE)
• Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan
keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta
lebih meningkatkan pelayanan kepada Stakeholder yang dapat mempermudah
diperolehnya dana pembiayaan yang lebihmurah sehingga dapat lebih
meningkatkan corporatevalue.
• Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya diIndonesia.
• Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus
akan meningkatkan shareholders value dan dividen.
PRINSIP-PRINSIP GCG (GOOD CORPORATE GOVERNANCE)

1. Transparansi (Transparency)
2. Akuntabilitas (Accountability)
3. Responsibilitas (Responsibility)
4. Independensi (Independency)
5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
CONTOH KASUS
• Dugaan Korupsi VLCCMantan komisaris Pertamina yang saat ini menjabat Deputi Menteri
Negara BUMN, Roes Aryawijaya kembali diperiksa penyidik bagian Tindak Pidana Khusus
kejaksaan agung sebagai saksi dugaan korupsi dalam penjualan kapal tanker raksasa atau
very large crude carrier (VLCC) Pertamina.Seusai pemeriksaan, Roes yang ditanya wartawan
soal keputusan penjualan dua kapal tanker raksasa Pertamina tahun 2004 itu menjawab,
“Penjualan tersebut sebenarnya ususlan Direksi Pertamina. Oleh Komisaris dikaji dan dilihat.
“kan kalau tidak dijual perusahaannya bangkrut”, kata Roes. Keputusan menjual VLCC itu
melibatkan seluruh direksi dan komisaris Pertamina. Dalam siaran pers yang dikeluarkan
Pusat Penerbangan Hukum Kejaksaan Agung, disebutkan bahwa direksi Pertamina bersama
Komisaris Utama Pertamina, tanpa persetujuan Menteri Keuangan pada 11 Juni 2004 telah
melakukan divestasi dua tanker VLCC milik Pertamina nomor Hull 1540 dan 1541 kepada
Frontline dengan harga US$184 juta.Hal tersebut bertentangan dengan keputusan Menteri
Keuangan Nomor 89 Tahun 1991 Pasal 12 ayat 1 karena persetujuan Menteri Keuangan baru
terbit 7 Juli 2004. Secara terpisah, Jaksa Agung Henarman Supandji menyatakan bahwa
tersangka kasusu dugaan korupsi penjualan VLCC itu ternyata banyak dari yang semula
disebutkan.
PEMBAHASAN
• pt pertamina kembali diperiksa penyelidik sebagai kasus penjualan dua kapal
tanker yang terjadilah korupsi. Menurut kelompok kami Direksi seharusnya
bertanggung jawab menyusun strategi bisnis, anggaran dan rencana kerja sesuai
dengan visi, dan misi perusahaan. Direksi juga bertanggung jawab terhadap struktur
pengendalian internal dan penerapan manajemen risiko dan praktek-praktek tata
kelola perusahaan yang baik. Direksi memastikan praktek akuntansi dan
pembukuan perusahaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, memberikan
perhatian pada pelaksanaan audit internal, melakukan tindak lanjut yang
diperlukan sesuai arahan Dewan Komisaris dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku
KESIMPULAN
• Sudah banyak terjadi kejahatan ekonomi dan kecurangan bisnis yang dilakukan oleh
banyak korporasi atau pelaku bisnis dan ekonomi yang telah merugikan warga
negara, masyarakat bahkan merugikan Negara, setidaknya dalam segi finansial
(pajak) dan kepercayaan public terhadap peranan Negara (pemerintah) dalam
mengawasi dinamika ekonomi, khususnya proses produksi, eksplorasi, dan
eksploitasi sumber-sumber kekayaan alam dan pelestarian lingkungan hidup.
Fenomena ini terjadi karena banyak korporasi, terutama para pimpinanya tidak
memiliki komitmen yang kuat untuk memberantas kejahatan bisnis.
Penyelewengan, penyalahgunaan otoritas, korupsi, dan kolusi juga sulit diatasi.
Penipuan sistematis terhadap masyarakat yang dilakukan beberapa pebisnis juga
sering terjadi.
SARAN
• Untuk mengatasi kejahatan bisnis/ ekonomi yang terjadi seiring dengan
perkembangan ilmu dan teknologi yang telah melahirkan revolusi industry
perdagangan, perbankan dan khusunya korporasi, dalam skala global, sebaiknya
semua Negara memperkuat komitmen politiknya untuk lebih memartabatkan
kegiatan ekonomi dan bisnis. Dengan begitu, kemakmuran dan kesejahteraan dapat
terwujud. Selain itu perlu juga diperkuat komitmen moralnya untuk tetap konsisten
menjalankan sebuah misi penting, yaitu mewujudkan keadilan, kebenaran,
kejujuran, penegak hokum, penegak etika dan peningkatan ras kompetensi secara
fair rasional dan berkemanusiaan.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai