Daftar Isi 1
1.1. Pendahuluan 2
2.7.2.3. Sanksi 20
3.1. Penutup 22
4.1. Sumber . 23
1
2
PENDAHULUAN
3
Pengertian Good Corporate Governance (GCG)
Tata kelola perusahaan yang baik sebagai suatu sistem yang mengatur
hubungan peran dewan komisaris, para direksi, pemegang saham, dan pemangku
kepentingan lainnya. Tata kelola perusahaan yang baik juga disebut sebagai suatu
proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaiannya, dan
penilaian kinerjanya.
4
Menurut Organization for Econimocs Cooperation and Development (OECD)
5
perusahanan itu sendiri. Terminologi good governance dalarn bahasa dan
pemahaman masyarakat termasuk di sebagian elite politik, sering rancu.
Setidaknya ada tiga terminologi yang sering rancu yaitu good governance (tata
pemerintahan yang baik), good goverment (pemerintahan yang baik), dan clean
governance (pemerintahan yang bersih). Pengertian good governance menurut
Bank Dunia adalah suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid
dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang
efisien. Karakteristik pelaksanaan good governance antara lain:
1. Partisipasi
Dalam partisipasi pembangunan pemerintah mempunyai peran
pentinguntuk melakukan pengaturan. Dimana sumber daya alam dan
infrastruktur yang dikelola oleh pemerintah bersama swasta haruslah
melibatkan masyarakat.
2. Aturan Hukum
Hukum Bertindak sebagai pengatur yang memiliki kekuatan untuk
memaksa orang orang yang terkait dalam pelaksanaan sebuah proses yang
sedang berlangsung.Legalisasi dan regulasi yang dilakukan oleh pemerintah
menjadi faktor penting untuk proses keberlangsungan kehidupan bernegara.
3. Transparansi
Keputusan diambil dan dilakukan melalui aturan yang diikuti secara benar
dan sangat terbuka pada hal hal yang memang seharusnya bersifat terbuka.
Informasi yang ada sangat bebas dan langsung dapatdiakses untuk keseluruhan
anggota komunitas. Transparansi mengacu kepada ketersediaan dari informasi
6
untukkomunitas umum dan penjelasan tentang aturan-aturan pemerintah,
regulasi dan keputusan.
4. Responsif
Dalam kaidah good governance disini, responsif berarti menyediakan
berbagai bentuk layanan kepada setiap komunitas yang tergabung dalam
elemen elemen stakeholder dalam memberikan tanggapan yang cepat
terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi. Tolak ukur dalam segi
pelayanan dapat dilihat melaluiproses birokrasi yang tidak berbelit belit.
Tingkat ukuran pengaturan yang baik dapat dilihat melalui kecepatan tanggap
lembaga dalam menyelesaikan masalah tanpa harus melalui proses yang
panjang. Mempertahankan sifat responsif dapat dipelihara melaluisistem
pengawasan dan pemeriksaan sosial.
5. Berorientasi Konsensus
Pengaturan yang baik, pada dasarnya menggabungkan beberapa
kepentingan dari beberapa kelompok sosial dalam satu sistem yang bersifat
adil dan tidak memihak, kalaupun ada keberpihakan adalah pada etika dari
hubungan sosial antar komunitas atau pihak yang saling berhubungan sosial.
Berkaitan dengan kondisi komunitas Indonesia, makaorientasi konsensus ini
menjadi sangat penting, dalam arti pengaturan harus dapat menjangkau segala
kepentingan dansifat sifat komunitas yang berbeda satu sama lain. Adanya
perbedaan antar kelompok sosial dan komunitas yang menimbulkan konflik
merupakan sebuah usaha bersamauntuk membentuk sesuatu yang dapat
menampung aspirasi serta kebersamaan dalam memahami aturan yang sama.
7
7. Efektif dan efisien
Konsep efektifitas dalam good governance berarti suatuproses dan
kelembagaan yang menghasilkan pertemuan antara kebutuhan di komunitas
dengan menghasilkan sebuah outputyang berguna dan juga output yang tidak
berguna. Efektifitas dalam hal ini bagaimana proses pengaturanyang baik
mampu untuk menekan output yang tidak bergunamenjadi seminimal
mungkin. Hal ini biasanya tampak pada pengelolaan sumber daya alam.
Konsep efisiensi dalam konteks good governance artinya mencakup
keberlanjutan pemanfaatan sumber daya alam dansekaligus melindungi
lingkungan. Dimana pemanfaatan sumberdaya alam harus memberikan
dampak yang positif bagikomunitas yang ada disekitarnya.
8. Pertanggung jawaban
Pertanggung jawaban sebagai kunci dari good governance.Tidak hanya
kelembagaan pemerintah tetapi juga sektor swastadan organisasi masyarakat
sipil harus dipertanggung jawabkan kepada komunitas dan juga kepada
institusi mereka sebagai stakeholder.
8
Oleh karena itu, undang-undang ini menjadi acuan awal dalam penjabaran dan
penciptaan GCG di berbagai negara. Konsep GCG belakangan ini makin
mendapat perhatian masyarakat dikarenakan GCG memperjelas dan mempertegas
mekanisme hubungan antar para pemangku kepentingan di dalam suatu organisasi
yang mencakup (a) hak hak para pemegang saham (shareholders) dan
perlindungannya, (b) peran para karyawan dan pihak pihak yang berkepentingan
(stakeholders) lainnya, (c) pengungkapan (disclosure) yang akurat dan tepat
waktu, (d) transparansi terkait dengan struktur dan operasi perusahaan, (e)
tanggung jawab dewan komisaris dan direksi terhadap perusahaan itu sendiri,
kepada para pemegang saham dan pihak lain yang berkepentingan.
1. Transparansi (transparency)
Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan
dan mengemukakan informasi materil yang relevan mengenai perusahaan.
9
2. Pengungkapan (disclosure)
Penyajian informasi kepada stakeholders, baik diminta maupun
tidak diminta, mengenai hal hal yang berkenaan dengan kinerja
operasional, keuangan, dan resiko usaha perusahaan.
3. Kemandirian (independence)
Suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional
tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun
yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan prinsip
prinsip korporasi yang sehat.
4. Akuntabilitas (accountability)
Kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban
Manajemen perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana
secara efektif dan ekonomis.
5. Pertanggungjawaban (responsibility)
Kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan prinsip prinsip korporasi yang
sehat.
6. Kewajaran (fairness)
Keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak hak
stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang
undangan yang berlaku.
10
oleh pemerintah, sedangkan yang bersifat pelaksana diserahkan kepada pihak
lain, termasuk kepada masyarakat.
2. Prinsip kedua: Pemerintah Milik Rakyat (Community Government). Guna
menjamin terselenggaranya pelayanan yang efektif dan efisien serta produk
pemerintah mencoba mengalihkan pemilikannnya ke masyarakat. Akhirnya,
pelayanan profesional bergeser ke pemeliharaan masyarakat dari suatu
komunitas. Sebab penyampaian pelayanan dari suatu komunitas memiliki
keunggulan pelayanan profesional.
3. Prinsip ketiga: Pemerintah yang Kompetitif (Competitive Government), yaitu
kompentitif dianggap suatu hal yang sehat. Bedanya dengan monopoli, bila
dibiarkan akan timbul kembali ketergantungan pada satu pemilik. Pemerintah
yang kompetitif disini lebih diartikan pemerintah wirausaha yang mampu
bersaing dengan organisasi bisnis.
4. Prinsip keempat: Pemerintah yang Digerakkan Misi (Mission Driven
Government), yaitu apabila peraturan dan anggaran lebih dilihat dari aspek
masukan, maka pemerintah yang digerakkan misi lebih memfokuskan pada
hasil (Outcome).
11
8. Prinsip kedelapan: Pemerintah yang Antisipasi (Anticipatory Government),
yaitu pemerintah yang lebih berfokus pada upaya mencegah terhadap masalah
yang timbul ketimbang memusatkan penyediaan jasa demi mengurangi
masalah (mengobati). Pencegahan lebih didasarkan pada :
a. Pencegahan lebih baik ketimbang mengobati;
b. Pencegahan dapat membangun pasangan kedepan dalam setiap pengambil
keputusan.
c. Pencegahan lebih memecahkan masalah dari sekedar memberikan
penyampaian data pelayanan.
9. Prinsip Kesembilan: Pemerintah yang Desentralis (Decentralized
Government), yaitu pemerintah yang pemerintah yang meninggalkan
paradigma hierarki yang meninggalkan paradigma hierarkhi dan menerapkan
paradigma pemberdayaan dengan membangkitkan partisipasi dan etos kerja.
Artinya, peranan rantai komando dan hierarkhi ditinggal. Sebab, pemerintah
yang desentralis memiliki keunggulan, antara lain:
a. Lebih fleksibel dalam memberikan respon;
b. Lebih cepat mengikuti perubahan lingkungan dan kebutuhan pelanggan;
c. Lebih efektif, lebih inovatif, dan
d. Lebih komitmen dan lebih produktif.
10. Prinsip kesepuluh: Pemerintah yang Berorientasi Pasar (Market Oriented
Government), yaitu pemerintah yang mendongkrak perubahan melalui pasar.
Mekanisme pasar memiliki banyak keunggulan ketimbang mekanisme
administrasi. Keunggulan mekanisme pasar, antara lain :
a. Pasar pada dasarnya adalah desentralis;
b. Lebih kompetitif;
c. Memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk menentukan pilihannya;
d. Respon terhadap perubahan, respon terhadap tuntutan, dan respon terhadap
kebutuhan lebih cepat.
Sebuah badan buatan orang atau badan hukum yang telah dibuat oleh atau
di bawah suatu otoritas hukum negara atau otoritas bangsa,tersusun, dalam
beberapa instansi, dari satu orang dan penerusnya, memiliki tujuan meraih
keuntungan, biasanya terdiri dari sebuah asosiasi dari banyak individu, yang
bertahan hidup sebagai badan politik di bawah denominasi khusus, yang dianggap
dalam hukum sebagai memiliki kepribadian dan eksistensi berbeda dari yang
beberapa anggotanya, dan yang, oleh otoritas yang sama, diberikan dengan
kapasitas meraih keuntungan secara terus menerus, terlepas dari perubahan dalam
keanggotaannya, baik selamanya atau untuk jangka waktu yang terbatas tahun,
12
dan bertindak sebagai kelompok atau individu di dalam perihal yang berkaitan
dengan tujuan umum dari asosiasi , di bawah lingkup kekuasaan dan otoritas yang
disamakan seperti badan hukum.
a. Utrecht, Korporasi itu ialah badan yang bedasarkan hukum yang memiliki
wewenang sebagai pendukung hak, atau semua pendukung hak yang tak
berjiwa.
b. Rachmat Soemitro, Korporasi itu ialah sebagai badan yang dapat memiliki
harta, hak, serta juga kewajiban seperti seorang pribadi (subjek hukum).
c. Wirjono Prodjodikoro, Korporasi itu ialah badan yang di samping manusia
perorangan, juga dianggap dapat bertindak dalam hukum dan mempunyai hak-
hak , kewajiban, dan berhubungan hukum terhadap orang lain atau badan lain.
d. Andi Zainal Abidin Farid Korporasi itu ialah suatu badanyang dipandang
sebagai realita sekumpulan manusia yang diberikan hak oleh hukum, yang
diberikan hukum secara pribadi untuk suatu tujuan tertentu.
e. Menurut Satjipto Raharjo, korporasi itu ialah suatu badan hasil ciptaan hukum.
Yang Kemudian Badan yang diciptakan itu terdiri atas corpus(struktur
fisiknya) dan kedalamnnya hukum mengandung unsur animus yaitu yang
membuat badan hukum mempunyai kepribadian. Oleh bebab itu badan hukum
tersebut merupakan ciptaan hukum maka terkecuali penciptanya, kematian
badan hukum tersebutpun dapat ditentukan oleh hukum.
Secara legal, korporat ini sama halnya dengan perusahaan biasa hanya saja kata
korporat sudah terbiasa digunakan untuk menggambarkan perusahaan yang sudah
well established.
13
PENCEGAHAN TINDAK PIDANA DAN KORUPSI DI PERUSAHAAN
14
5. Keterbukaan
Korporasi harus yakin bahwa korporasi tersebut sudah melakukan tindakan
pencegahan atas tindak pidana yang bisa dilakukan oleh korporasi.
6. Monitoring
Korporasi melakukan studi terhadap kinerja dan melakukan penindakan secara
tegas atas setiap pelanggaran.
Di lain pihak, pakar hukum yang juga mantan Kepala Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Yunus Husein memberikan pandangannya
mengenai langkah-langkah pencegahan seperti apa saja yang dapat dilakukan
perusahaan guna menghindarkan diri dari penilaian kesalahan korporasi.
Organisasi Kejahatan
15
Kejahatan Kerah Putih
Kejahatan kerah putih (white collar crime) adalah istilah temuan Hazel
Croal untuk menyebut berbagai tindak kejahatan di lembaga pemerintahan yang
terjadi, baik secara struktural yang melibatkan sekelompok orang maupun secara
individu. Hazel Croal mendefinisikan kejahatan kerah putih sebagai
penyalahgunaan jabatan yang legitim sebagaimana telah ditetapkan oleh hukum.
White collar crime dibedakan dari blue collar crime. Jika istilah white
collar crime ditujukan bagi aparat dan petinggi negara, blue collar crime dipakai
untuk menyebut semua skandal kejahatan yang terjadi di tingkat bawah dengan
kualitas dan kuantitas rendah. Namun, kita juga harus tahu, kejahatan di tingkat
bawah juga sebuah trickle down effect. Maka, jika kita mau memberantas berbagai
kejahatan yang terjadi di instansi pemerintahan, kita harus mulai dari white collar
crime, bukan dari blue collar crime.
16
3. Profesional occupational crime yaitu pelaku kajahatan ini mencakup berbagai
pekerjaan atau profesi. Disamping kerugian yang bersifat ekonomis juga
mengancxam keselamatan jiwa seseorang. ( tidak menutup kemungkinan
timbulnya kriminogen / kejahatan dalam bentuk lain.Misalnya ; dokter,
pengacara, akuntan.Contoh ; aborsi, eutasia / suntik mati, tindakan dokter
diluar profesi.
4. Individual occupational crime yaitu kejahatan yang dilakukan oleh individu
artinya pekerjaan yang dilakukan dengan menyimpang yang menimbulkan
kerugian perusahaan.
1. Low visibility ; kejahatan tersebut sulit dilihat karena biasanya tertutup oleh
kegiatan pekerjaan yang normal yang rutin dan melibatkan keahlianya serta
sangat komplexs.
2. Complexcity ; kejahatan tersebut sangat kompleks karena berkaitan dengan
kebohongan, penipuan, pengingkaran, serta berkaitan dengan sesuatu yang
ilmiah, teknologi, terorganisasi, melibatkan banyak orang dan berjalan
bertahun tahun.
3. Defussion of responsibility ; terjadinya penyebaran tanggung jawab yang
semakin luas akibat kekomplekan organisasi, artinya setiap kebijakan yang
merupakan bagian kejahatan yang ditimbulkan oleh perusahaan biasanya
tanggung perusahaan bertanggung jawab terhadap hal tersebut meskipun hal
etrsebut dilakukan oleh satu pihak saja namun disini tanggung jawab tidak
bias di bebankan oleh satu pihak tersebut. Misalnya, seseorang pegawai
melakukan kejahatan atau kecurangan terhadap perusahaan sehingga
menyebabkan pencemaran lingkungan, nah disini secara otomatis perusahaan
juga ikut bertanggung jawab.
4. Defusion of victimization ; penyebaran korban melalui pencemaran
lingkungan. Misalnya, sebuah pabrik yang menghasilkan limbah berbahaya
dan limbah tersebut mencemari sungai maka secara otomatis sepanjang sungai
tersebut akan tercemar sehingga banyak sekali korban.
5. Detection and proccution ; hambatan dalam penuntutan akibat profesi
dualisme yang tidak seimbang antara penegak hokum dan pelaku. Misalnya ;
seorang penyidik kepolisian hanya lulus SMU yang sedang menangani kasusu
sedangkan tersangkanya seorang intelektual yang berpendidikan tinggi.
6. ambiguitas hukum ; peraturan yang tidak jelas yang sering menimbulkan
kerugian pada penegak hukum.
17
PERANAN ETIKA BISNIS DALAM PENERAPAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCE
a. Informasi rahasia
Seluruh karyawan harus dapat menjaga informasi rahasia mengenai
perusahaan dan dilarang untuk menyebarkan informasi rahasia kepada
pihak lain yang tidak berhak. Informasi rahasia dapat dilindungi oleh
hukum apabila informasi tersebut berharga untuk pihak lain dan
pemiliknya melakukan tindakan yang diperlukan untuk melindunginya.
Beberapa kode etik yang perlu dilakukan oleh karyawan yaitu harus selalu
melindungi informasi rahasia perusahaan dan termasuk Hak Atas
Kekayaan Intelektual (HAKI) serta harus memberi respek terhadap hak
yang sama dari pihak lain. Selain itu karyawan juga harus melakukan
perlindungan dengan seksama atas kerahasiaan informasi rahasia yang
18
diterima dari pihak lain. Adanya kode etik tersebut diharapkan dapat
terjaga hubungan yang baik dengan pemegang saham (share holder), atas
dasar integritas(kejujuran)dantransparansi(keterbukaan),dan menjauhkan
diri dari memaparkan informasi rahasia. Selain itu dapat terjaga
keseimbangan dari kepentingan perusahaan dan pemegang sahamnya
dengan kepentingan yang layak dari karyawan, pelanggan, pemasok
maupun pemerintah dan masyarakat pada umumnya.
b. Conflict of interest
Seluruh karyawan dan pimpinan perusahaan harus dapat menjaga
kondisi yang bebas dari suatu benturan kepentingan (conflict of interest)
dengan perusahaan. Suatu benturan kepentingan dapat timbul bila
karyawan dan pimpinan perusahaan memiliki, secara langsung maupun
tidak langsung kepentingan pribadi didalam mengambil suatu keputusan,
dimana keputusan tersebut seharusnya diambil secara obyektif, bebas dari
keragu raguan dan demi kepentingan terbaik dari perusahaan. Beberapa
kode etik yang perlu dipatuhi oleh seluruh karyawan dan pimpinan
perusahaan, antara lain menghindarkan diri dari situasi (kondisi) yang
dapat mengakibatkan suatu benturan kepentingan. Selain itu setiap
karyawan dan pimpinan perusahaan yang merasa bahwa dirinya mungkin
terlibat dalam benturan kepentingan harus segera melaporkan semua hal
yang bersangkutan secara detail kepada pimpinannya (atasannya) yang
lebih tinggi. Terdapat 8 (delapan) hal yang termasuk kategori situasi
benturan kepentingan (conflict of interest) tertentu, sebagai berikut :
19
6. Segala penjualan pada atau pembelian dari perusahaan yang
menguntungkan pribadi.
7. Segala penerimaan dari keuntungan, dari seseorang / organisasi / pihak
ketiga yang berhubungan dengan perusahaan.
8. Segala aktivitas yang terkait dengan insider trading atas perusahaan
yang telah go public, yang merugikan pihak lain.
c. Sanksi
Setiap karyawan dan pimpinan perusahaan yang melanggar
ketentuan dalam Kode Etik tersebut perlu dikenakan sanksi yang tegas
sesuai dengan ketentuan / peraturan yang berlaku di perusahaan, misalnya
tindakan disipliner termasuk sanksi pemecatan (Pemutusan Hubungan
Kerja). Beberapa tindakan karyawan dan pimpinan perusahaan yang
termasuk kategori pelanggaran terhadap kode etik, antara lain
mendapatkan, memakai atau menyalahgunakan aset milik perusahaan
untuk kepentingan / keuntungan pribadi, secara fisik mengubah atau
merusak aset milik perusahaan tanpa izin yang sesuai dan menghilangkan
aset milik perusahaan.Untuk melakukan pengujian atas Kepatuhan
terhadap Kode Etik tersebut perlu dilakukan semacam audit kepatuhan
(compliance audit) oleh pihak yang independent, misalnya Internal
Auditor, sehingga dapat diketahui adanya pelanggaran berikut sanksi yang
akan dikenakan terhadap karyawan dan pimpinan perusahaan yang
melanggar kode etik.Akhirnya diharapkan para karyawan maupun
pimpinan perusahaan mematuhi Code of Corporate & Business Conduct
yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebagai penerapan GCG.
20
1. Memaksimalkan nilai Perusahaan dengan cara meningkatkan prinsip
keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil
agar Perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional
maupun internasional.
2. Mendorong pengelolaan Perusahaan secara profesional, transparan dan
efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian.
3. Mendorong agar manajemen Perusahaan dalam membuat keputusan dan
menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran
akan adanya tanggung jawab sosial Perusahaan terhadap stakeholders
maupun kelestarian lingkungan di sekitar Perusahaan.
4. Meningkatkan kontribusi Perusahaan dalam perekonomian nasional.
5. Meningkatkan nilai investasi dan kekayaan Perusahaan.
21
PENUTUP
Pada intinya etika bisnis bukan lagi merupakan suatu kewajiban yang
harus dilakukan oleh pelaku bisnis tetapi menjadi suatu kebutuhan yang harus
terpenuhi. Etika bisnis adalah salah satu yang terpenting dalam upaya penerapan
GCG tersebut. Menerapkan etika bisnis secara konsisten hingga dapat
mewujudkan iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan merupakan salah satu
sumbangsih besar yang dapat diberikan oleh dunia usaha untuk mendorong
terciptanya pasar yang efisien, transparan dan mampu memberikan manfaat yang
besar bagi seluruh stakeholder-nya. Belakangan banyak muncul pertanyaan
mengenai apakah etika bisnis merupakan suatu hal yang penting bagi perusahaan
dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Seandainya tidak dilaksanakan, suatu
entitas tetap dapat berjalan dengan baik dan memberikan keuntungan.
Jika etika bisnis yang sehat adalah yang dicapai oleh perusahaan, maka
menerapkan suatu prinsip Good Corporate Governance oleh suatu perusahaan
dapat sebagai salah satu satu alat untuk mencapai etika bisnis yang baik tersebut.
Pentingnya tata kelola perusahaan yang sehat untuk stabilitas pasar dan
kepercayaan pasar penerapan GCG sebagai bagian dari etika bisnis ini pada
gilirannya dapat mempengaruhi pasar dan menjadi bahan pertimbangan yang
penting dalam proses pengambilan keputusan. Contoh, pemegang saham
menanamkan modalnya untuk membiayai perusahaan, dan tentu saja mereka
mengharapkan agar perusahaan dikelola dengan baik untuk memastikan bahwa
investasinya aman dan dapat memberikan tingkat pengembalian yang tinggi.
22
Sumber :
http://www.posindonesia.co.id/index.php/profil-perusahaan/good-corporate-
governance
http://www.referensimakalah.com/2013/04/pengertian-good-corporate-
governance-gcg.html
http://www.slideshare.net/a57adee/etika-bisnis-10th-week
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/11/pengertian-gcg/
23