Anda di halaman 1dari 23

DAFTAR ISI

Daftar Isi 1

1.1. Pendahuluan 2

2.1. Pengertian Good Corporate Governance (GCG) 3

2.1.1. Karakteristik pelaksanaan good governance...................... 5

2.2. Prinsip Prinsip Good Corporate Governance. 8

2.3. Pengertian Dan Prinsip Birokrasi .. 9

2.4. Pencegahan Tindak Pidana Dan Korupsi Di Perusahaan ... 13

2.5. Organisasi Kejahatan .. 14

2.6. Kejahatan Kerah Putih 15

2.7. Peranan Etika Bisnis Dalam Penerapan Good Corporate Governance 18

2.7.1. Code of Corporate and Business Conduct 18

2.7.2. Nilai Etika Perusahaan . 18

2.7.2.1. Informasi rahasia .. 18

2.7.2.2. Conflict of interest 19

2.7.2.3. Sanksi 20

3.1. Penutup 22

4.1. Sumber . 23

1
2
PENDAHULUAN

Pemicu munculnya Good Corporate Govarnance yaitu dari timbulnya


berbagai skandal besar yang menimpa perusahaan perusahaan baik di Inggris
maupun Amerika Serikat pada tahun 1980an berupa berkembangnya budaya
serakah dan pengambil alihan perusahaan secara agresif lebih menyadarkan
orang akan perlunya sistem tata kelola ini. Bagaimanapun juga dalam suatu
perusahaan selalu saja terjadi pertarungan antara kebebasan pribadi dan tanggung
jawab kolektif, dan inilah sentral dari pengaturan yang menjadi obyek corporate
governance. Suatu lembaga itu tidak mempunyai jiwa, sedangkan yang
mempunyai adalah orang orang yang bekerja di dalamnya, yang dipengaruhi
oleh interaksi dalam mengejar kepentingan pribadi dan kepentingan bersama.

Corporate Governance dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia


dengan pengendalian perusahaan atau tata kelola perusahaan, atau ada juga
yang menterjemahkan dengan tata pamong perusahaan. Namun karena padanan
bahasa Indonesia ini belum cukup baku, maka dalam tulisan ini sengaja digunakan
istilah aslinya saja, yaitu Corporate Governance.

Krisis moneter yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah


berkembang menjadi krisis multi dimensi termasuk perekonomian sehingga
menyebabkan banyak perbankan dan perusahaan besar menjadi bangkrut akibat
lemahnya implementasi good corporate governance. Kelemahan kelemahan
tersebut antara lain adalah minimnya keterbukaan perusahaan berupa pelaporan
kinerja keuangan, kewajiban kredit dan pengelolaan perusahaan terutama bagi
perusahaan yang belum go public, kurangnya pemberdayaan komisaris sebagai
organ pengawasan terhadap aktivitas manajemen dan ketidakmampuan akuntan
dan auditor memberi kontribusi atas sistem pengawasan keuangan perusahaan.
Lemahnya implementasi good corporate governance akan menyebabkan
perusahaan tidak dapat mencapai tujuannya berupa profit yang maksimal, tidak
mampu mengembangkan perusahaan dalam persaingan bisnis serta tidak dapat
memenuhi berbagai kepentingan stakeholders.

3
Pengertian Good Corporate Governance (GCG)

Pada awalnya, istilah Corporate Governance pertama kali dikenalkan


oleh Cadbury Committee di Inggris tahun 1922 yang menggunakan istilah
dimaksud dalam laporannya yang dikenal dengan Cadbury Report. Berikut
disajikan beberapa definisi Corporate Governance dari beberapa sumber,
diantaranya:

Menurut Cadbury Committee of United Kingdom

A set of rules that define the relationship between shareholders,


managers, creditors, the goverment, employees, and other internal and external
stakeholders in respect to their right and responsibilities, or the system by which
companies are directed and controlled. (Satu set aturan yang menentukan
hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, pemangku
kepentingan, dan pemangku kepentingan internal dan eksternal lainnya
sehubungan dengan hak dan tanggung jawab mereka, atau sistem dimana
perusahaan diarahkan dan dikendalikan.)

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI-2006)

FCGI tidak membuat definisi sendiri, namun mengadopsi definisi Cadbury


Committee of United Kingdom dan menerjemahkan Seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antar pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan,
kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan
eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau
dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.

Menurut Sukrisno Agoes (2006)

Tata kelola perusahaan yang baik sebagai suatu sistem yang mengatur
hubungan peran dewan komisaris, para direksi, pemegang saham, dan pemangku
kepentingan lainnya. Tata kelola perusahaan yang baik juga disebut sebagai suatu
proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaiannya, dan
penilaian kinerjanya.

4
Menurut Organization for Econimocs Cooperation and Development (OECD)

The structure through which shareholders, directors, managers, set of


the board objectives of the company, the means of attaining thoseobjectives and
monitoring performance. (Suatu struktur yang terdiriatas para pemegang saham,
direktur, manager, seperangkat tujuan yang ingin dicapai perusahaan, dan alat-alat
yang akan digunakandalam mencapai tujuan dan memantau kinerja).

Menurut Wahyudi Prakarsa

Mekanisme adninistratif yang mengatur hubungan-hubungan antara


manajemen perusahaan, komisaris, direksi, pemegang saham, dan kelompok-
kelompok kepentingan (stakeholders) yang lain. Hubungan-hubungan ini
dimanifestasikan dalam bentuk berbagai aturan (prosedur) dan sistem insentif
sebagai kerangka kerja (framework) yang diperlukan untuk mencapai tujuan
perusahaan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut, serta pemantauan atas
kinerja yang dihasilkan.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, pada intinya konsep GCG


mengandung pengertian yang berintikan 4 poin, yaitu:

1. Wadah Organisasi (perusahaan, sosial, pemerintahan)


2. Model Suatu sistem, proses, dan seperangkat peraturan, termasuk prinsip
prinsip, serta nilai nilai yang meladasi praktik bisnis yang sehat.
3. Tujuan:
Meningkatkan kinerja organisasi.
Menciptakan nilai tambah bagi semua pemangku kepentingan.
Mencegah dan mengurangi manipulasi serta kesalahan yang
signifikan dalam pengelolaan organisasi.
Meningkatkan upaya agar para pemangku kepentingan tidak
dirugikan.
4. Mekanisme Mengatur dan mempertegas kembali hubungan, peran,
wewenang, dan tanggung jawab:
Dalam arti sempit: antar pemilik atau pemegang saham, dewan
komisaris dan direksi.
Dalam arti luas: antar seluruh pemangku kepentingan.

Sebagaimana kita tahu bahwa banyak sekali perusahaan perusahaan yang


sudah berkembang pesat tetapi tidak dapat mempertahankan
keberadaan/operasinya. Hal tersebut diakibatkan oleh banyak faktor, antara lain
faktor ekonomi dan industri, serta yang lebih penting lagi oleh sistem tata kelola

5
perusahanan itu sendiri. Terminologi good governance dalarn bahasa dan
pemahaman masyarakat termasuk di sebagian elite politik, sering rancu.
Setidaknya ada tiga terminologi yang sering rancu yaitu good governance (tata
pemerintahan yang baik), good goverment (pemerintahan yang baik), dan clean
governance (pemerintahan yang bersih). Pengertian good governance menurut
Bank Dunia adalah suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid
dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang
efisien. Karakteristik pelaksanaan good governance antara lain:

1. Partisipasi
Dalam partisipasi pembangunan pemerintah mempunyai peran
pentinguntuk melakukan pengaturan. Dimana sumber daya alam dan
infrastruktur yang dikelola oleh pemerintah bersama swasta haruslah
melibatkan masyarakat.

Partisipasi dalam pemerintah dapat diwujudkan melalui:

1. Partisipasi dari keuntungan yang didapat dari proyek dan kelompok


yang terpengaruh serta mempengaruhi aktivitas berjalannya sebuah
proyek.
2. Meningkatkan hubungan antara publik dan sektor swasta, khususnya
hubungan sosial ekonomi yang bersifat menguntungkan semua pihak.
Dimana pemerintah bertindak sebagai fasilitator.
3. Meberdayakan pemerintah lokal dengan kepemilikan proyek daerah
yang dikenal dengan otonomi daerah.
4. Menggunakan lembaga swadaya komunitas sebagai kendaraan alat
untuk meraih keuntungan melalui sebuah proyek dimana lembaga ini
bertindak sebagai pengawas jalannya proyek.

2. Aturan Hukum
Hukum Bertindak sebagai pengatur yang memiliki kekuatan untuk
memaksa orang orang yang terkait dalam pelaksanaan sebuah proses yang
sedang berlangsung.Legalisasi dan regulasi yang dilakukan oleh pemerintah
menjadi faktor penting untuk proses keberlangsungan kehidupan bernegara.

3. Transparansi
Keputusan diambil dan dilakukan melalui aturan yang diikuti secara benar
dan sangat terbuka pada hal hal yang memang seharusnya bersifat terbuka.
Informasi yang ada sangat bebas dan langsung dapatdiakses untuk keseluruhan
anggota komunitas. Transparansi mengacu kepada ketersediaan dari informasi

6
untukkomunitas umum dan penjelasan tentang aturan-aturan pemerintah,
regulasi dan keputusan.

4. Responsif
Dalam kaidah good governance disini, responsif berarti menyediakan
berbagai bentuk layanan kepada setiap komunitas yang tergabung dalam
elemen elemen stakeholder dalam memberikan tanggapan yang cepat
terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi. Tolak ukur dalam segi
pelayanan dapat dilihat melaluiproses birokrasi yang tidak berbelit belit.
Tingkat ukuran pengaturan yang baik dapat dilihat melalui kecepatan tanggap
lembaga dalam menyelesaikan masalah tanpa harus melalui proses yang
panjang. Mempertahankan sifat responsif dapat dipelihara melaluisistem
pengawasan dan pemeriksaan sosial.

5. Berorientasi Konsensus
Pengaturan yang baik, pada dasarnya menggabungkan beberapa
kepentingan dari beberapa kelompok sosial dalam satu sistem yang bersifat
adil dan tidak memihak, kalaupun ada keberpihakan adalah pada etika dari
hubungan sosial antar komunitas atau pihak yang saling berhubungan sosial.
Berkaitan dengan kondisi komunitas Indonesia, makaorientasi konsensus ini
menjadi sangat penting, dalam arti pengaturan harus dapat menjangkau segala
kepentingan dansifat sifat komunitas yang berbeda satu sama lain. Adanya
perbedaan antar kelompok sosial dan komunitas yang menimbulkan konflik
merupakan sebuah usaha bersamauntuk membentuk sesuatu yang dapat
menampung aspirasi serta kebersamaan dalam memahami aturan yang sama.

6. Adil dan bersifat umum


Kategori adil dan bersifat umum harus dilandaskan pada etika yang dianut
secara bersama, hal ini disebabkan karena keberagaman yang ada dalam
komunitas di Indonesia. Dimana dalam hal ini tidak bisa dipaksakan
kepentingan suatukomunitas tertentu terhadap komunitas yang lain, konsep
satukeadilan bagi semua komunitas harus dapat diterapkan secara adil. Konsep
pengaturan yang baik harus didasarkan pada pandangan keadilan yang merata
bagi setiap komunitas. Hal ini berguna agar tidak terjadi konflik di kemudian
harinya. Munculnya sifat pengaturan yang baik harus berdasarkan konsep
yang umum, dimana pengaturan tidak didasarkan padasatu komunitas tertentu.

7
7. Efektif dan efisien
Konsep efektifitas dalam good governance berarti suatuproses dan
kelembagaan yang menghasilkan pertemuan antara kebutuhan di komunitas
dengan menghasilkan sebuah outputyang berguna dan juga output yang tidak
berguna. Efektifitas dalam hal ini bagaimana proses pengaturanyang baik
mampu untuk menekan output yang tidak bergunamenjadi seminimal
mungkin. Hal ini biasanya tampak pada pengelolaan sumber daya alam.
Konsep efisiensi dalam konteks good governance artinya mencakup
keberlanjutan pemanfaatan sumber daya alam dansekaligus melindungi
lingkungan. Dimana pemanfaatan sumberdaya alam harus memberikan
dampak yang positif bagikomunitas yang ada disekitarnya.

8. Pertanggung jawaban
Pertanggung jawaban sebagai kunci dari good governance.Tidak hanya
kelembagaan pemerintah tetapi juga sektor swastadan organisasi masyarakat
sipil harus dipertanggung jawabkan kepada komunitas dan juga kepada
institusi mereka sebagai stakeholder.

Latar belakang munculnya good corporate governance atau dikenal dengan


nama tata kelola perusahaan yang baik (selanjutnya disebut GCG) muncul tidak
semata mata karena adanya kesadaran akan pentingnya konsep GCG namun
dilatarbelakangi oleh maraknya skandal perusahaan yang menimpa perusahaan-
perusahaan besar. Joel Balkan (2002) mengatakan bahwa perusahaan (korporasi)
saat ini telah berkembang dari sesuatu yang relatif tidak jelas menjadi institusi
ekonomi dunia yang amat dominan.

Kekuatan tersebut terkadang mampu mendikte hingga ke dalam pemerintahan


suatu negara, sehingga mejadi tidak berdaya dalam menghadapi penyimpangan
perilaku yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang berpengaruh tersebut.
Sebagai akibat adanya tata kelola perusahaan yang buruk oleh perusahan
perusahaan besar yang mana mengakibatkan terjadinya krisis ekonomi dan krisis
kepercayaan para investor, seperti yang terjadi di Amerika pada awal tahun 2000
dan tahun 2008 yang mengakibatkan runtuhnya beberapa perusahan besar dan
ternama dunia, disamping juga menyebabkan krisis global di beberapa belahan
negara dunia. Sebagai contoh, untuk mengatasi krisis tersebut, pemerintah
Amerika mengeluarkan Sarbanes Oxley Act tahun 2002 yang berisikan penataan
kembali akuntansi perusahaan publik, tata kelola perusahaan dan perlindungan
terhadap investor.

8
Oleh karena itu, undang-undang ini menjadi acuan awal dalam penjabaran dan
penciptaan GCG di berbagai negara. Konsep GCG belakangan ini makin
mendapat perhatian masyarakat dikarenakan GCG memperjelas dan mempertegas
mekanisme hubungan antar para pemangku kepentingan di dalam suatu organisasi
yang mencakup (a) hak hak para pemegang saham (shareholders) dan
perlindungannya, (b) peran para karyawan dan pihak pihak yang berkepentingan
(stakeholders) lainnya, (c) pengungkapan (disclosure) yang akurat dan tepat
waktu, (d) transparansi terkait dengan struktur dan operasi perusahaan, (e)
tanggung jawab dewan komisaris dan direksi terhadap perusahaan itu sendiri,
kepada para pemegang saham dan pihak lain yang berkepentingan.

PRINSIP PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) yang


beranggotakan beberapa negara antara lain, Amerika Serikat, Negara Negara
Eropa (Austria, Belgia, Denmark, Irlandia, Prancis, Jerman, Yunani, Italia,
Luxemburg, Belanda, Norwegia, Polandia, Portugal, Swedia, Swis, Turki, Inggris)
serta Negara Negara Asia Pasific (Australia, Jepang, Korea, Selandia Baru) pada
April 1998 telah mengembangkan The OECD Principles of Corporate
Governance. Prinsip prinsip corporate governance yang dikembangkan oleh
OECD meliputi 5 (lima) hal yaitu :

1. Perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham (The Rights of


shareholders).
2. Perlakuan yang sama terhadap seluruh pemegang saham (The Equitable
Treatment of Shareholders);
3. Peranan Stakeholders yang terkait dengan perusahaan (The Role of
Stakeholders).
4. Keterbukaan dan Transparansi (Disclosure and Transparency).
5. Akuntabilitas Dewan Komisaris / Direksi (The Responsibilities of The
Board).

Prinsip-prinsip GCG sesuai pasal 3 Surat Keputusan Menteri BUMN No.


117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan GCG pada BUMN
sebagai berikut :

1. Transparansi (transparency)
Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan
dan mengemukakan informasi materil yang relevan mengenai perusahaan.

9
2. Pengungkapan (disclosure)
Penyajian informasi kepada stakeholders, baik diminta maupun
tidak diminta, mengenai hal hal yang berkenaan dengan kinerja
operasional, keuangan, dan resiko usaha perusahaan.

3. Kemandirian (independence)
Suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional
tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun
yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan prinsip
prinsip korporasi yang sehat.

4. Akuntabilitas (accountability)
Kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban
Manajemen perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana
secara efektif dan ekonomis.

5. Pertanggungjawaban (responsibility)
Kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan prinsip prinsip korporasi yang
sehat.

6. Kewajaran (fairness)
Keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak hak
stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang
undangan yang berlaku.

PENGERTIAN DAN PRINSIP BIROKRASI

Birokrasi adalah aparatur, lembaga/instansi, organisasi pemerintah, sistim


kerja, dan perangkat kerja. Layanan kepada masyarakat harus berkualitas, bebas
KKN, efektif dan efisien, empati, terjangkau, akuntabel, adil dan tidak
diskriminatif.

Menurut Osborne dan Gaebler (1992) dalam bukunya yang berjudul


Reinventing Government, sepuluh prinsip mewirausahakan birokrasi adalah
sebagai berikut:

1. Prinsip Pertama: Pemerintah yang Katalis (Catalytic Government). Pemerintah


yang memisahkan secata tegas antara fungsi sebagai pengendali (steering)
dengan fungsi pelaksana (rowing). Hal-hal yang bersifat pengendali dilakukan

10
oleh pemerintah, sedangkan yang bersifat pelaksana diserahkan kepada pihak
lain, termasuk kepada masyarakat.
2. Prinsip kedua: Pemerintah Milik Rakyat (Community Government). Guna
menjamin terselenggaranya pelayanan yang efektif dan efisien serta produk
pemerintah mencoba mengalihkan pemilikannnya ke masyarakat. Akhirnya,
pelayanan profesional bergeser ke pemeliharaan masyarakat dari suatu
komunitas. Sebab penyampaian pelayanan dari suatu komunitas memiliki
keunggulan pelayanan profesional.
3. Prinsip ketiga: Pemerintah yang Kompetitif (Competitive Government), yaitu
kompentitif dianggap suatu hal yang sehat. Bedanya dengan monopoli, bila
dibiarkan akan timbul kembali ketergantungan pada satu pemilik. Pemerintah
yang kompetitif disini lebih diartikan pemerintah wirausaha yang mampu
bersaing dengan organisasi bisnis.
4. Prinsip keempat: Pemerintah yang Digerakkan Misi (Mission Driven
Government), yaitu apabila peraturan dan anggaran lebih dilihat dari aspek
masukan, maka pemerintah yang digerakkan misi lebih memfokuskan pada
hasil (Outcome).

Keunggulan pemerintah yang digerakkan misi antara lain:

a. Lebih efisien dan lebih efektif;


b. Lebih fleksibel dan inovatif;
c. Memiliki semangat tinggi.
5. Prinsip kelima: Pemerintah yang Berorientasi Hasil (Result Oriented
Government). Belajar dari pengalaman, pemerintah berfokus membiayai pada
anggaran sehingga lebih meletakkan ukuran pada akuntabilitas, kinerja, dan
hasil. Artinya, meninggalkan pemerintah yang memfokuskan pada masukan
tanpa memperhatikan hasil, yang cenderung pemborosan.
6. Prinsip keenam: Pemerintah yang Berorientasi Pelanggan (Customer Driven
Government), yaitu pemerintah yang meletakkan pelanggan sebagai hal paling
depan. Oleh karena itu, kepuasan pelanggan ditempatkan sebagai sasaran
penyampaian tujuan, dengan mendengarkan suara pelanggan. Dengan
memperhatikan kebutuhan dasar pelanggan dan memperhatikan hukum
pelanggan, pemerintah lebih responsif dan inovatif.
7. Prinsip ketujuh: Pemerintah Wirausaha (Enterprising Government), yaitu
pemerintah yang menghindari sistim anggaran yang lebih difokuskan untuk
membelanjakan. Pemerintah yang menjamin setiap pendapatan yang diterima
dengan senantiasa mencoba menciptakan sumber-sumber pendapatan
pemerintah, sehingga tidak terlalu menggantungkan pada penerimaan pajak.
Pajak yang tinggi pada suatu keadaan tertentu akan ditentang masyarakatnya.

11
8. Prinsip kedelapan: Pemerintah yang Antisipasi (Anticipatory Government),
yaitu pemerintah yang lebih berfokus pada upaya mencegah terhadap masalah
yang timbul ketimbang memusatkan penyediaan jasa demi mengurangi
masalah (mengobati). Pencegahan lebih didasarkan pada :
a. Pencegahan lebih baik ketimbang mengobati;
b. Pencegahan dapat membangun pasangan kedepan dalam setiap pengambil
keputusan.
c. Pencegahan lebih memecahkan masalah dari sekedar memberikan
penyampaian data pelayanan.
9. Prinsip Kesembilan: Pemerintah yang Desentralis (Decentralized
Government), yaitu pemerintah yang pemerintah yang meninggalkan
paradigma hierarki yang meninggalkan paradigma hierarkhi dan menerapkan
paradigma pemberdayaan dengan membangkitkan partisipasi dan etos kerja.
Artinya, peranan rantai komando dan hierarkhi ditinggal. Sebab, pemerintah
yang desentralis memiliki keunggulan, antara lain:
a. Lebih fleksibel dalam memberikan respon;
b. Lebih cepat mengikuti perubahan lingkungan dan kebutuhan pelanggan;
c. Lebih efektif, lebih inovatif, dan
d. Lebih komitmen dan lebih produktif.
10. Prinsip kesepuluh: Pemerintah yang Berorientasi Pasar (Market Oriented
Government), yaitu pemerintah yang mendongkrak perubahan melalui pasar.
Mekanisme pasar memiliki banyak keunggulan ketimbang mekanisme
administrasi. Keunggulan mekanisme pasar, antara lain :
a. Pasar pada dasarnya adalah desentralis;
b. Lebih kompetitif;
c. Memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk menentukan pilihannya;
d. Respon terhadap perubahan, respon terhadap tuntutan, dan respon terhadap
kebutuhan lebih cepat.

Pengertian Korporasi Menurut Blacks Law Dictionary:

Sebuah badan buatan orang atau badan hukum yang telah dibuat oleh atau
di bawah suatu otoritas hukum negara atau otoritas bangsa,tersusun, dalam
beberapa instansi, dari satu orang dan penerusnya, memiliki tujuan meraih
keuntungan, biasanya terdiri dari sebuah asosiasi dari banyak individu, yang
bertahan hidup sebagai badan politik di bawah denominasi khusus, yang dianggap
dalam hukum sebagai memiliki kepribadian dan eksistensi berbeda dari yang
beberapa anggotanya, dan yang, oleh otoritas yang sama, diberikan dengan
kapasitas meraih keuntungan secara terus menerus, terlepas dari perubahan dalam
keanggotaannya, baik selamanya atau untuk jangka waktu yang terbatas tahun,

12
dan bertindak sebagai kelompok atau individu di dalam perihal yang berkaitan
dengan tujuan umum dari asosiasi , di bawah lingkup kekuasaan dan otoritas yang
disamakan seperti badan hukum.

Pengertian Korporasi Menurut Para Ahli Hukum Terkemuka:

a. Utrecht, Korporasi itu ialah badan yang bedasarkan hukum yang memiliki
wewenang sebagai pendukung hak, atau semua pendukung hak yang tak
berjiwa.
b. Rachmat Soemitro, Korporasi itu ialah sebagai badan yang dapat memiliki
harta, hak, serta juga kewajiban seperti seorang pribadi (subjek hukum).
c. Wirjono Prodjodikoro, Korporasi itu ialah badan yang di samping manusia
perorangan, juga dianggap dapat bertindak dalam hukum dan mempunyai hak-
hak , kewajiban, dan berhubungan hukum terhadap orang lain atau badan lain.
d. Andi Zainal Abidin Farid Korporasi itu ialah suatu badanyang dipandang
sebagai realita sekumpulan manusia yang diberikan hak oleh hukum, yang
diberikan hukum secara pribadi untuk suatu tujuan tertentu.
e. Menurut Satjipto Raharjo, korporasi itu ialah suatu badan hasil ciptaan hukum.
Yang Kemudian Badan yang diciptakan itu terdiri atas corpus(struktur
fisiknya) dan kedalamnnya hukum mengandung unsur animus yaitu yang
membuat badan hukum mempunyai kepribadian. Oleh bebab itu badan hukum
tersebut merupakan ciptaan hukum maka terkecuali penciptanya, kematian
badan hukum tersebutpun dapat ditentukan oleh hukum.

Pengertian Korporasi Secara Umum

Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik pengertian:

Korporasi itu ialah suatu kumpulan terorganisasi dari individu atau


kelompok yang berasal dari kekayaan-kekayaan, berupa badan hukum yang
memiliki hak dan kewajiban, dan didirikan bedasarkan tujuan tertentu, dan
berlakunya suatu korporasi(hidup dan matinya) ditentukan oleh hukum.

Korporat atau korporasi (bahasa Inggris: Corporate) adalah sekelompok


orang yang bersatu mendirikan sebuah entitas berbadan hukum. Kata corporate
berasal dari bahasa latin yaitu corporationem yang artinya mendirikan badan.

Secara legal, korporat ini sama halnya dengan perusahaan biasa hanya saja kata
korporat sudah terbiasa digunakan untuk menggambarkan perusahaan yang sudah
well established.

13
PENCEGAHAN TINDAK PIDANA DAN KORUPSI DI PERUSAHAAN

Prof Surya Jaya mengatakan, sasaran penerapan PERMA adalah untuk


menindak korporasi dengan tata kelola yang buruk atau bad corporate
governance.(Sasaran lainnya) Membangun sistem dalam penanganan tindak
pidana korporasi dan (agar) korporasi membuat SOP (Standard Operating
Procedure), sehingga terhindar dari perilaku koruptif,

Dia menjelaskan, tujuan penerapan pertanggungjawaban pidana korporasi,


antara lain untuk menciptakan kepastian hukum dan keadilan bagi korporasi
dalam penegakan hukum, serta mewujudkan tata kelola korporasi yang baik atau
good corporate governance. Ada lima indikator korporasi yang menjalankan good
corporate governance.

Dua diantaranya adalah korporasi yang menerapkan perilaku berintegritas


dan beretika (integrity and ethical behaviour), serta korporasi yang menerapkan
keterbukaan informasi dan transparansi (disclosure and transparancy). Jadi, jika
korporasi ingin terhindar dari pertanggungjawaban pidana, kuncinya good
corporate governance.

Adapun keenam prinsip kepatuhan atau compliance plan yang dapat


dijadikan acuan SOP bagi korporasi-korporasi agar terhindar dari perilaku
koruptif sebagaimana diungkapkan Prof Surya terdiri dari :

1. Prosedur yang proporsional


Pembuatan kebijakan korporasi atas penentuan risiko yang meliputi, kontrol
keuangan dan komersil, auditing, pengeluaran, transparansi transaksi
keuangan, keterbukaan informasi, serta penegakan disiplin dan sanksi.
2. Komitmen pimpinan
Perlu komitmen dari pimpinan korporasi atas zero tolerance terhadap adanya
kesalahan dalam bentuk apapun.
3. Pengelolaan risiko secara periodik
Pengelolaan risiko secara periodik yang didasarkan adanya komitmen negara
dalam mencegah korupsi secara efektif, risiko keuangan yang meliputi bidang
industri dan sektor infrastruktur, risiko di bidang transaksi keuangan, risiko
bisnis, serta risiko hubungan bisnis.
4. Uji kelayakan
Korporasi melakukan uji kelayakan secara ketat terhadap setiap personil yang
diterima maupun yang akan menduduki suatu jabatan.

14
5. Keterbukaan
Korporasi harus yakin bahwa korporasi tersebut sudah melakukan tindakan
pencegahan atas tindak pidana yang bisa dilakukan oleh korporasi.
6. Monitoring
Korporasi melakukan studi terhadap kinerja dan melakukan penindakan secara
tegas atas setiap pelanggaran.

Di lain pihak, pakar hukum yang juga mantan Kepala Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Yunus Husein memberikan pandangannya
mengenai langkah-langkah pencegahan seperti apa saja yang dapat dilakukan
perusahaan guna menghindarkan diri dari penilaian kesalahan korporasi.

Langkah-langkan pencegahan tersebut dikenal dengan nama 3 lines of


defense.

1. Adanya good corporate governance yang efektif, meliputi komitmen,


corporate structure, governance process, dan good corporate governance
outcome.
2. Adanya risk management yang baik (identifikasi, menilai, mitigasi, dan me-
review risiko), misalnya pedoman third party payment.
3. Adanya kepatuhan yang efektif, seperti pakta integritas dan whistle blowing
system yang efektif.

Organisasi Kejahatan

Organisasi kejahatan Adalah istilah yang berarti dimana kejahatan tersebut


dipimpin oleh seseorang / kelompok mempunyai rancangan terlebih dahulu
berbeda dari kejahatan spontan.Dan mempunyai tujuan-tujuan tertentu dimana
kejahatan terorganisir mempunyai spesialisasi sendiri dalam melaksanakan
tugasnya. Namun dalam benak kita belum lengkap seperti apa cerita organisasi
kejahatan itu.Mungkin inilah organisasi kejahatan yang paling terkenal di seluruh
dunia dan sudah sangat sering diangkat dalam kisah novel, film, ataupun cerita
lainnya dalam berbagai bentuk. Mafia adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan jenis sindikat kejahatan terorganisir yang utamanya melakukan
tindak kriminal pemerasan, penggunaan intimidasi dengan kekerasan untuk
memanipulasi kegiatan ekonomi lokal, terutama perdagangan gelap. Kegiatan
lainnya yang dipraktekkan seperti perdagangan narkoba, lintah darat dan
penipuan. Mereka terikat bersama dalam aturan-aturan yang berupa kode etik
kehormatan Mafia (Omerta) di Italia selatan, dan anggotanya bersatu untuk
melindungi Mafia dari gangguan luar dan penegak hukum.

15
Kejahatan Kerah Putih

Kejahatan kerah putih (white collar crime) adalah istilah temuan Hazel
Croal untuk menyebut berbagai tindak kejahatan di lembaga pemerintahan yang
terjadi, baik secara struktural yang melibatkan sekelompok orang maupun secara
individu. Hazel Croal mendefinisikan kejahatan kerah putih sebagai
penyalahgunaan jabatan yang legitim sebagaimana telah ditetapkan oleh hukum.

Umumnya, skandal kejahatan kerah putih sulit dilacak karena dilakukan


pejabat yang punya kuasa untuk memproduksi hukum dan membuat berbagai
keputusan vital. Kejahatan kerah putih terjadi dalam lingkungan tertutup, yang
memungkinkan terjadinya sistem patronase. Kejahatan kerah putih sungguh
memasung dan membodohi rakyat. Rakyat yang tidak melek politik akhirnya
pasrah, tetapi kepasrahan ini justru kian membuat para pejabat menggagahinya.

White collar crime dibedakan dari blue collar crime. Jika istilah white
collar crime ditujukan bagi aparat dan petinggi negara, blue collar crime dipakai
untuk menyebut semua skandal kejahatan yang terjadi di tingkat bawah dengan
kualitas dan kuantitas rendah. Namun, kita juga harus tahu, kejahatan di tingkat
bawah juga sebuah trickle down effect. Maka, jika kita mau memberantas berbagai
kejahatan yang terjadi di instansi pemerintahan, kita harus mulai dari white collar
crime, bukan dari blue collar crime.

White collar crimeterdiri dari :

1. Kejahatan Okupasi : memperoleh keuntungan dalam melakukan kejahatan


korporasi. Misalnya, seorang pegawai negeri melakukan manipulasi / mark up
data anggaran untuk kepentingan pribadi.
2. Kejahatan Korporasi : kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan nama
korporasi tersebut.

Sebagai konsekuensi berbagai istilah dan fokus perhatiannya, Joan


Miller membagi white collar crime kedalam empat kategori :

1. Organizational of occupational crime yaitu kejahatan yang dilakukan para


eksekutif demi keuntungan perusahaan berakibat kerugian pada masyarakat.
Dimanapun mereka berada.Misalnya ; manipulasi pajak, penipuan iklan.
2. Govermental occupational crime yatu kejahatan yang dilakukan oleh pejabat
atau birokrat misalnya perbuatan sewenang wenang yang merugikan
masyarakat yang terkait dengan kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki dan
sangat sulit terdeteksi karenadilakuakn berdasarkan keahlian dan berbarengan
dengan kejabatanya.

16
3. Profesional occupational crime yaitu pelaku kajahatan ini mencakup berbagai
pekerjaan atau profesi. Disamping kerugian yang bersifat ekonomis juga
mengancxam keselamatan jiwa seseorang. ( tidak menutup kemungkinan
timbulnya kriminogen / kejahatan dalam bentuk lain.Misalnya ; dokter,
pengacara, akuntan.Contoh ; aborsi, eutasia / suntik mati, tindakan dokter
diluar profesi.
4. Individual occupational crime yaitu kejahatan yang dilakukan oleh individu
artinya pekerjaan yang dilakukan dengan menyimpang yang menimbulkan
kerugian perusahaan.

Dari ke empat defininisi tersebut white collar crime dilakukan tanpa


kekerasan melainkan dengan kecurangan, rekayasa. Dan lain - lain.Berbagai
karkteristik white collar crimeantara lain :

1. Low visibility ; kejahatan tersebut sulit dilihat karena biasanya tertutup oleh
kegiatan pekerjaan yang normal yang rutin dan melibatkan keahlianya serta
sangat komplexs.
2. Complexcity ; kejahatan tersebut sangat kompleks karena berkaitan dengan
kebohongan, penipuan, pengingkaran, serta berkaitan dengan sesuatu yang
ilmiah, teknologi, terorganisasi, melibatkan banyak orang dan berjalan
bertahun tahun.
3. Defussion of responsibility ; terjadinya penyebaran tanggung jawab yang
semakin luas akibat kekomplekan organisasi, artinya setiap kebijakan yang
merupakan bagian kejahatan yang ditimbulkan oleh perusahaan biasanya
tanggung perusahaan bertanggung jawab terhadap hal tersebut meskipun hal
etrsebut dilakukan oleh satu pihak saja namun disini tanggung jawab tidak
bias di bebankan oleh satu pihak tersebut. Misalnya, seseorang pegawai
melakukan kejahatan atau kecurangan terhadap perusahaan sehingga
menyebabkan pencemaran lingkungan, nah disini secara otomatis perusahaan
juga ikut bertanggung jawab.
4. Defusion of victimization ; penyebaran korban melalui pencemaran
lingkungan. Misalnya, sebuah pabrik yang menghasilkan limbah berbahaya
dan limbah tersebut mencemari sungai maka secara otomatis sepanjang sungai
tersebut akan tercemar sehingga banyak sekali korban.
5. Detection and proccution ; hambatan dalam penuntutan akibat profesi
dualisme yang tidak seimbang antara penegak hokum dan pelaku. Misalnya ;
seorang penyidik kepolisian hanya lulus SMU yang sedang menangani kasusu
sedangkan tersangkanya seorang intelektual yang berpendidikan tinggi.
6. ambiguitas hukum ; peraturan yang tidak jelas yang sering menimbulkan
kerugian pada penegak hukum.

17
PERANAN ETIKA BISNIS DALAM PENERAPAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCE

1. Code of Corporate and Business Conduct


Kode Etik dalam tingkah laku berbisnis di perusahaan (Code of Corporate
and Business Conduct) merupakan implementasi salah satu prinsip Good
Corporate Governance (GCG). Kode etik tersebut menuntut karyawan dan
pimpinan perusahaan untuk melakukan praktek praktek etik bisnis yang
terbaik di dalam semua hal yang dilaksanakan atas nama perusahaan. Apabila
prinsip tersebut telah mengakar di dalam budaya perusahaan (corporate
culture), maka seluruh karyawan dan pimpinan perusahaan akan berusaha
memahami dan berusaha mematuhi mana yang boleh dan mana yang tidak
boleh dilakukan dalam aktivitas bisnis perusahaan. Pelanggaran atas Kode
Etik merupakan hal yang serius, bahkan dapat termasuk kategori pelanggaran
hukum.

2. Nilai Etika Perusahaan


Kepatuhan pada Kode Etik ini merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan dan memajukan reputasi perusahaan sebagai karyawan dan
pimpinan perusahaan yang bertanggung jawab, dimana pada akhirnya akan
memaksimalkan nilai pemegang saham (shareholder value). Beberapa nilai
nilai etika perusahaan yang sesuai dengan prinsip prinsip GCG, yaitu
kejujuran, tanggung jawab, saling percaya, keterbukaan dan kerjasama. Kode
Etik yang efektif seharusnya bukan sekedar buku atau dokumen yang
tersimpan saja. Namun Kode Etik tersebut hendaknya dapat dimengerti oleh
seluruh karyawan & pimpinan perusahaan dan akhirnya dapat dilaksanakan
dalam bentuk tindakan (action). Beberapa contoh pelaksanaan kode etik yang
harus dipatuhi oleh seluruh karyawan dan pimpinan perusahaan, antara lain
masalah informasi rahasia dan benturan kepentingan (conflict of interest).

a. Informasi rahasia
Seluruh karyawan harus dapat menjaga informasi rahasia mengenai
perusahaan dan dilarang untuk menyebarkan informasi rahasia kepada
pihak lain yang tidak berhak. Informasi rahasia dapat dilindungi oleh
hukum apabila informasi tersebut berharga untuk pihak lain dan
pemiliknya melakukan tindakan yang diperlukan untuk melindunginya.
Beberapa kode etik yang perlu dilakukan oleh karyawan yaitu harus selalu
melindungi informasi rahasia perusahaan dan termasuk Hak Atas
Kekayaan Intelektual (HAKI) serta harus memberi respek terhadap hak
yang sama dari pihak lain. Selain itu karyawan juga harus melakukan
perlindungan dengan seksama atas kerahasiaan informasi rahasia yang

18
diterima dari pihak lain. Adanya kode etik tersebut diharapkan dapat
terjaga hubungan yang baik dengan pemegang saham (share holder), atas
dasar integritas(kejujuran)dantransparansi(keterbukaan),dan menjauhkan
diri dari memaparkan informasi rahasia. Selain itu dapat terjaga
keseimbangan dari kepentingan perusahaan dan pemegang sahamnya
dengan kepentingan yang layak dari karyawan, pelanggan, pemasok
maupun pemerintah dan masyarakat pada umumnya.

b. Conflict of interest
Seluruh karyawan dan pimpinan perusahaan harus dapat menjaga
kondisi yang bebas dari suatu benturan kepentingan (conflict of interest)
dengan perusahaan. Suatu benturan kepentingan dapat timbul bila
karyawan dan pimpinan perusahaan memiliki, secara langsung maupun
tidak langsung kepentingan pribadi didalam mengambil suatu keputusan,
dimana keputusan tersebut seharusnya diambil secara obyektif, bebas dari
keragu raguan dan demi kepentingan terbaik dari perusahaan. Beberapa
kode etik yang perlu dipatuhi oleh seluruh karyawan dan pimpinan
perusahaan, antara lain menghindarkan diri dari situasi (kondisi) yang
dapat mengakibatkan suatu benturan kepentingan. Selain itu setiap
karyawan dan pimpinan perusahaan yang merasa bahwa dirinya mungkin
terlibat dalam benturan kepentingan harus segera melaporkan semua hal
yang bersangkutan secara detail kepada pimpinannya (atasannya) yang
lebih tinggi. Terdapat 8 (delapan) hal yang termasuk kategori situasi
benturan kepentingan (conflict of interest) tertentu, sebagai berikut :

1. Segala konsultasi atau hubungan lain yang signifikan dengan, atau


berkeinginan mengambil andil di dalam aktivitas pemasok, pelanggan
atau pesaing (competitor).
2. Segala kepentingan pribadi yang berhubungan dengan kepentingan
perusahaan.
3. Segala hubungan bisnis atas nama perusahaan dengan personal yang
masih ada hubungan keluarga (family), atau dengan perusahaan yang
dikontrol oleh personal tersebut.
4. Segala posisi dimana karyawan dan pimpinan perusahaan mempunyai
pengaruh atau kontrol terhadap evaluasi hasil pekerjaan atau
kompensasi dari personal yang masih ada hubungan keluarga .
5. Segala penggunaan pribadi maupun berbagi atas informasi rahasia
perusahaan demi suatu keuntungan pribadi, seperti anjuran untuk
membeli atau menjual barang milik perusahaan atau produk, yang
didasarkan atas informasi rahasia tersebut.

19
6. Segala penjualan pada atau pembelian dari perusahaan yang
menguntungkan pribadi.
7. Segala penerimaan dari keuntungan, dari seseorang / organisasi / pihak
ketiga yang berhubungan dengan perusahaan.
8. Segala aktivitas yang terkait dengan insider trading atas perusahaan
yang telah go public, yang merugikan pihak lain.

c. Sanksi
Setiap karyawan dan pimpinan perusahaan yang melanggar
ketentuan dalam Kode Etik tersebut perlu dikenakan sanksi yang tegas
sesuai dengan ketentuan / peraturan yang berlaku di perusahaan, misalnya
tindakan disipliner termasuk sanksi pemecatan (Pemutusan Hubungan
Kerja). Beberapa tindakan karyawan dan pimpinan perusahaan yang
termasuk kategori pelanggaran terhadap kode etik, antara lain
mendapatkan, memakai atau menyalahgunakan aset milik perusahaan
untuk kepentingan / keuntungan pribadi, secara fisik mengubah atau
merusak aset milik perusahaan tanpa izin yang sesuai dan menghilangkan
aset milik perusahaan.Untuk melakukan pengujian atas Kepatuhan
terhadap Kode Etik tersebut perlu dilakukan semacam audit kepatuhan
(compliance audit) oleh pihak yang independent, misalnya Internal
Auditor, sehingga dapat diketahui adanya pelanggaran berikut sanksi yang
akan dikenakan terhadap karyawan dan pimpinan perusahaan yang
melanggar kode etik.Akhirnya diharapkan para karyawan maupun
pimpinan perusahaan mematuhi Code of Corporate & Business Conduct
yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebagai penerapan GCG.

Jadi, sistem tata kelola perusahaan tidak hanya mengurusi desain


mekanisme kontrol, pemecahan konflik pemodal agen, dan pengawasan
terhadap agen oportunis. Sistem tata kelola perusahaan juga bisa
digunakan untuk membangun kepercayaan, menjalin kerja sama, dan
menciptakan visi bersama antara semua pihak yang terlibat dalam
perusahaan sehingga masalah keagenan dapat diatasi. Hasilnya akan
tampak jika Governance Structure dapat membangun kesamaan nilai,
keyakinan, konsep, tradisi, dan moral yang mengikat semua pihak dalam
organisasi.

Maksud dan tujuan penerapan Good Corporate Governance di


Perusahaan adalah sebagai berikut:

20
1. Memaksimalkan nilai Perusahaan dengan cara meningkatkan prinsip
keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil
agar Perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional
maupun internasional.
2. Mendorong pengelolaan Perusahaan secara profesional, transparan dan
efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian.
3. Mendorong agar manajemen Perusahaan dalam membuat keputusan dan
menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran
akan adanya tanggung jawab sosial Perusahaan terhadap stakeholders
maupun kelestarian lingkungan di sekitar Perusahaan.
4. Meningkatkan kontribusi Perusahaan dalam perekonomian nasional.
5. Meningkatkan nilai investasi dan kekayaan Perusahaan.

Kasus kebangkrutan perusahaan di Amerika Serikat yang menghebohkan


kalangan dunia usaha yaitu kasus Enron, Worldcom & Tycogate. Hal tersebut
terjadi karena terdapat pelanggaran etika dalam berbisnis (unethical business
practices), padahal Amerika termasuk negara yang sangat mengagungkan prinsip
GCG dan etika bisnis.

Penyebab kebangkrutan beberapa perusahaan tersebut, karena diabaikannya


etika bisnis serta prinsip GCG, terutama prinsip keterbukaan, pengungkapan dan
prinsip akuntabilitas dalam pengelolaan perusahaan. Implementasi GCG memang
tidakbisa hanya mengandalkan kepercayaan terhadap manusia sebagai pelaku
bisnis dengan mengesampingkan etika. Seperti kita ketahui, sebagus apapun
sistem yang berlaku diperusahaan, apabila manusia sebagai pelaksana sistem
berperilaku menyimpang dan melanggar etika bisnis maka dapat menimbulkan
fraud yang sangat merugikan perusahaan.Beberapa saat setelah krisis ekonomi
melanda negeri kita sekitar tahun 1997 yang lalu,banyak terdapat bank bank
yang berguguran alias ditutup usahanya, sehingga termasuk kategori Bank Beku
Operasi, Bank Belu Kegiatan Usaha dan Bank dalam Likuidasi. Salah satu
penyebab kebangkrutan bank bank tersebut karena perbankan Indonesia pada
saat itu belum menerapkan prinsip prinsip GCG serta etika bisnis secara
konsisten. Semoga kasus kebangkrutan perusahaan di Amerika serikat serta
perbankan di Indonesia tersebut, dapat menjadi pelajaran bagi kita untuk diambil
hikmahnya, sehingga dalam pengelolaanperusahaan tetap berpedoman pada etika
bisnis yang baik serta menerapkan prinsip.

21
PENUTUP

Pada intinya etika bisnis bukan lagi merupakan suatu kewajiban yang
harus dilakukan oleh pelaku bisnis tetapi menjadi suatu kebutuhan yang harus
terpenuhi. Etika bisnis adalah salah satu yang terpenting dalam upaya penerapan
GCG tersebut. Menerapkan etika bisnis secara konsisten hingga dapat
mewujudkan iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan merupakan salah satu
sumbangsih besar yang dapat diberikan oleh dunia usaha untuk mendorong
terciptanya pasar yang efisien, transparan dan mampu memberikan manfaat yang
besar bagi seluruh stakeholder-nya. Belakangan banyak muncul pertanyaan
mengenai apakah etika bisnis merupakan suatu hal yang penting bagi perusahaan
dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Seandainya tidak dilaksanakan, suatu
entitas tetap dapat berjalan dengan baik dan memberikan keuntungan.

Jika etika bisnis yang sehat adalah yang dicapai oleh perusahaan, maka
menerapkan suatu prinsip Good Corporate Governance oleh suatu perusahaan
dapat sebagai salah satu satu alat untuk mencapai etika bisnis yang baik tersebut.
Pentingnya tata kelola perusahaan yang sehat untuk stabilitas pasar dan
kepercayaan pasar penerapan GCG sebagai bagian dari etika bisnis ini pada
gilirannya dapat mempengaruhi pasar dan menjadi bahan pertimbangan yang
penting dalam proses pengambilan keputusan. Contoh, pemegang saham
menanamkan modalnya untuk membiayai perusahaan, dan tentu saja mereka
mengharapkan agar perusahaan dikelola dengan baik untuk memastikan bahwa
investasinya aman dan dapat memberikan tingkat pengembalian yang tinggi.

Perusahaan tidak dapat memberikan pengembalian terhadap investasi


pemegang saham, jika produk yangdihasilkannya tidak dibeli oleh konsumen.
Maka penting bagi perusahaan untuk memastikan bahwa kebutuhan konsumen
dipenuhi dengan barang dan jasa yang kompetitif.

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan Good


Corporate Governance sangat penting bagi perusahaan baik dari pihak internal
maupun pihak eksternal untuk meningkatkan etika dalam suatu perusahaan
tersebut. Perusahaan harus lebih meningkatkan disiplin kerja bagi para
pegawainya agar perusahaan tersebut dapat berkembang maju kedepan apabila
menggunakan prinsip GCG dan lebih meningkatkan etika etika yang baik agar
tidak melalaikan suatu pekerjaan bahkan melanggar peraturan yang tidak sesuai
dengan GCG. Secara moral perusahaan yang menyimpang dari Good Corporate
Governance tidak mencerminkan tanggung jawab kepada para pemegang saham
dan akan merugikan pihak pihak terkait, dan citra perusahaan akan di kenal
buruk oleh berbagai kalangan.

22
Sumber :

http://www.posindonesia.co.id/index.php/profil-perusahaan/good-corporate-
governance

http://www.referensimakalah.com/2013/04/pengertian-good-corporate-
governance-gcg.html

http://www.slideshare.net/a57adee/etika-bisnis-10th-week

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/11/pengertian-gcg/

23

Anda mungkin juga menyukai