ANGGOTA KELOMPOK:
UNIVERSITAS RIAU
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Tata kelola perusahaan telah berkembang sebagai isu sentral dalam regulator dan
perusahaan publik setelah krisis keuangan global 2007-2009. Tata kelola perusahaan
didefinisikan dari perspektif hukum sebagai langkah-langkah dalam mengaktifkan dan
memastikan kepatuhan terkait hukum, peraturan, regulasi yang berlaku, dan standar. Dari
perspektif teori agensi, tata kelola perusahaan didefinisikan sebagai proses menyelaraskan
kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang saham dalam menciptakan nilai
pemegang saham. Dengan demikian, kinerja tata kelola perusahaan harus mencerminkan
seberapa efektif perusahaan mencapai tujuan dari tata kelola tersebut untuk menciptakan
nilai bersama bagi semua pemangku kepentingan, sambil memastikan kepatuhan dengan
semua hukum, peraturan, regulasi yang berlaku, standar, dan praktik terbaik. Semua
peserta tata kelola perusahaan—dari dewan direksi ke eksekutif, regulator, internal dan
eksternal auditor, penasihat hukum dan penasihat keuangan, dan investor — berperan
penting peran dalam efektivitas tata kelola perusahaan. Tata kelola perusahaan yang baik
berkomitmen untuk transparansi, yang harus mengarah pada peningkatan arus masuk
modal dari investor domestik dan asing.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep Corporate Governance ?
2. Bagaimana penerapan Corporate Governance di Indonesia ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep Corporate Governance
2. Untuk mengetahui penerapan Corporate Governance di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi corporate governance oleh World Bank (Tunggal dan Widjaja, 2002) yaitu
kumpulan hukum, peraturan dan kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong
kinerja perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang
yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara
keseluruhan.
1. Transparansi
Prinsip Dasar
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses
dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif
untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan
perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan
oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.
2. Akuntabilitas
Prinsip Dasar
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan
dan
wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan
kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang
saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang
diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
3. Responsibilitas
Prinsip Dasar
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan
tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara
kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai
good corporate citizen.
4. Independensi
Prinsip Dasar
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara
independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi
dan
tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
Peningkatan ini didorong oleh lima emiten yang mendapat skor tertinggi dari
penilaian terhadap 100 emiten berkapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Kelima emiten yang mendapat skor tertinggi ACGS tertinggi adalah PT Bank
Mandiri Tbk dengan skor 109,61. Kemudian, PT Bank CIMB Niaga Tbk (109,38), PT
Bank Tabungan Negara Tbk (105,63), PT Aneka Tambang Tbk (104,27), dan PT Jasa
Marga Tbk (100,29). Dari lima PLC yang memiliki skor 100 ke atas, empat di
antaranya memiliki kapitalisasi pasar di bawah Rp50 triliun.
Hasil penilaian menunjukkan bahwa tingkat praktik tata kelola yang baik dan
pengungkapan lebih dipengaruhi oleh sikap dari manajemen puncak perusahaan
daripada ukuran perusahaan. Selain itu, ketersediaan peraturan yang lebih ketat juga
berperan signifikan dalam penerapan praktik tata kelola yang baik seperti ditunjukkan
oleh pencapaian lebih tinggi skor yang dibukukan emiten perbankan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penerapan tata kelola perusahaan kian menjadi faktor penentu yang strategis bagi
perusahaan agar dapat senantiasa meningkatkan nilai serta memelihara proses
pertumbuhan yang berkelanjutan. Oleh karenanya, setiap perusahaan perlu terus
meningkatkan kerja kerasnya agar dapat mengambil manfaat dari penerapan tata kelola
perusahaan yang baik. Percayalah, kita mampu jika kita memang sungguhsungguh mau
melakukannya. Jika prinsip GCG ini dilaksanakan secara sungguh-sungguh, bisa
dipastikan perusahaan akan memiliki landasan yang kokoh dalam menjalankan bisnisnya.
Secara eksternal, perusahaan akan lebih dipercaya investor, yang berarti nilai pasar
sahamnya akan terus membubung. Mitra kerja pun tak ragu mengembangkan hubungan
bisnis lebih luas lagi. Para pemasok memiliki pegangan yang jelas dan terpercaya serta
yakin akan diperlakukan secara adil sehingga bisa memberikan harga yang terbaik, yang
berarti menciptakan efisiensi bagi perusahaan. Para kreditur pun memiliki kepercayaan
tinggi untuk mengucurkan kreditnya yang mungkin kita perlukan buat perluasan usaha.
Secara internal, suasana kerja juga menjadi lebih kondusif. Karena dengan
menerapkan GCG secara benar dan konsisten, berarti perusahaan sudah menerapkan sistem
pengelolaan perusahaan sesuai dengan pembagian peran masing-masing, di tingkatan
direksi, komisaris, komite-komite, dan lain-lain serta aturan main yang baku berdasarkan
prinsip GCG tadi. Tak kalah pentingnya, terciptanya keseimbangan kekuatan di antara
struktur internal perusahaan (direksi, komisaris, komite audit, dan lain sebagainya).
Sehingga, pengambilan keputusan bisa menjadi lebih dipertanggungjawabkan
(accountable), juga hati-hati dan bijaksana (prudent).
Bukan rahasia lagi, hingga saat ini praktik korupsi, penggelembungan biaya, kolusi
serta nepotisme masih tumbuh subur dan terus dipupuk di banyak perusahaan swasta atau
pemerintah. Penerapan GCG ini sebenarnya merupakan antibiotik yang sangat ampuh
untuk memberantas praktik-praktik yang menciptakan radang yang merongrong
perusahaan tersebut yang pada gilirannya merugikan konsumen karena adanya praktik
biaya ekonomi tinggi. Mengingat manfaatnya itu, para otoritas GCG perlu lebih agresif
lagi mendorong penerapan GCG, terutama di perusahaan publik, lembaga keuangan
nonpublik dan BUMN.
Tidak bisa diingkari, masih banyak penerapan GCG yang sekadar untuk kosmetik
atau mendongkrak citra perusahaan dan tak konsisten untuk jangka panjang. Karena itu,
perlu komitmen yang lebih tinggi lagi terutama dari pimpinan dan pemilik perusahaan.
Begitu pula, survei seperti ini pun selalu mempunyai kelemahan, karena tak bisa sebebas-
bebasnya menguak apa yang tersembunyi di balik tameng rahasia perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Daniri, 2008, ”Saatnya Berubah Dengan GCG”, Bisnis Indonesia, Edisi: 30-MAR2008
Imam Sjahputra Tunggal dan Amin Widjaja Tunggal, “Membangun Good Corporate
Governance (GCG)”, cet. I (Jakarta: Harvarindo, 2002)
http://www.knkg-indonesia.org/download
https://www.wartaekonomi.co.id/read186845/praktik-tata-kelola-perusahaan-di-indonesia-
membaik.html