DISUSUN OLEH
PRODI S1 AKUNTANSI
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah- Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “ Good Corporate
Governance & Kasus GCG dalam Perusahaan PT Ajinomoto ” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Etika Bisnis.
Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang studi kasus
Good Corporate Governance dalam satu perusahaan kerja bagi para pembaca dan
juga bagi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Elmirah
Febridarmayanti, M.Ab. sebagai dosen mata kuliah Etika Bisnis. Ucapan terimakasih
kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .........................................................................................................14
B. Saran ...................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Good Corporate Governance (GCG) atau tata kelola perusahaan yang baik
merupakan paradigma yang berkembang di Indonesia saat ini. Karena jika kita
ingin meningkatkan kualitas perusahaan maka kita juga perlu
mengimplementasikan Good Corporate Governance. Dengan begitu maka
perusahaan akan sukses dan bisa tetap bertahan dalam jangka yang lama.
Sekaligus bisa memenangkan bisnis secara international. Namun, di tengah era
revolusi industri 4.0 yang sedang berkembang seperti sekarang ini tata kelola
pada industri perbankan di`pandang mulai menurun. Oleh karena itu analisis
tentang Good Corporate Governance berkembang secara pesat seiring dengan
tereksposnya skandal keuangan berskala besar seperti scandal Enron, Tyco,
Worldcom, Maxwell, Polypec dan lain- lain. Kemunduran perusahaan-
perusahaan go public banyak disebabkan oleh strategi, prosedur, maupun
praktik curang (fraud) lantaran lemahnya pengendalian dan pengawasan dari
manajemen puncak yang independen oleh corporate boards (Ferdyant et al.,
2014). Good Corporate Governance yaitu suatu sistem untuk merencanakan dan
mengendalikan suatu perusahaan untuk menciptakan nilai tambah bagi
pemegang sahamnya. Dengan bertambahnya berbagai jenis kegiatan usaha
yang secara tidak langsung mengupayakan praktik tata kelola perusahaan yang
sehat, kondisi ekstrnal dan internal perusahaan semakin rumit, selain
meningkatkan daya saing, 2 penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang baik
juga memberikan perlindungan bagi masyarakat. (Ratnaningsih dan Cholis,
2012)
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Tata kelola perusahaan yang baik sebagai suatu sistem yang mengatur
hubungan peran dewan komisaris, para direksi, pemegang saham, dan
pemangku kepentingan lainnya. Tata kelola perusahaan yang baik juga
disebut sebagai suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan
perusahaan, pencapaiannya, dan penilaian kinerjanya.
3
4. Organization for Economics Cooperation and Development (OECD) (dalam
Tjager dkk, 2004)
1) Wadah
2) Model
3) Tujuan
4
c. Mencegah dan mengurangi manipulasi serta kesalahan yang signifikan
organisasi.
1. Vision
2. Participation
3. Equality
Suatu badan usaha atau organisasi yang baik selalu akan member dan
menyediakan peluang yang sama bagi semua anggota atau pihak terkait
5
bagi peningkatan kesejahteraan melalui usaha bersama di dalam etika usaha
yang baik
4. Professional
5. Supervision
Effective berarti “do the things right”, lebih berorientasi pada hasil, sedangkan
efficient berarti “do the right things”, lebih berorientasi pada proses. Apapun
yang direncanakan dan dijalankan oleh suatu organisasi atau badan usaha
harus bersifat efektif dan efisien.
7. Transparent
8. Accountability/Accountable
6
9. Fairness
10. Honest
Institusi dan proses pelayanan bagi kepentingan semua pihak terkait harus
dijalankan dalam kerangka waktu yang jelas dan sistematis. Sebagai warga
suatu organisasi, badan usaha dan/atau masyarakat, semua pihak terkait
mempunyai tanggungjawab masing-masing dalam menjalankan tugasnya
dan juga harus memberi pertanggungjawaban kepada publik,sehingga di
dalam suatu tatanan atau komunitas dapat terjadi saling mempercayai,
membantu, membangun dan mengingatkan agar terjalin hubungan yang
harmonis dan sinergis.
7
2) Berdasarkanberbagaianalisisternyataadaindikasiketerkaitanantaraterjadinyak
risis finansial dan krisis berkepanjangan di Asia denngan lemahnya tata
kelola perusahaan.
3) Internasionalisasi pasar – termasuk liberalisasi pasar financial dan pasar
modal menuntut perusahaan untuk menerapkan GCG.
4) Kalau GCG bukan obat mujarab untuk keluar dari krisis system ini dapat
menjadi dasar bagi beberkembangnya system nilai baru yang lebih sesuai
dengan lanskap bisnis yang kini telah banyak berubah.
5) Secara teoris, praktik GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan.
6) Menurut Mas Ahmad Daniri (2005;14) jika perusahaan menerapkan
mekanisme penerapan Good Corporate Governance (GCG) secara
konsisten dan efektif maka akan dapat memberikan manfaat antara lain:
7) Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung oleh
pemegang saham akibat pendelegasian wewenang kepada pihak
manajemen.
8) Mengurangi biaya modal (Cost of Capital).
9) Meningkatkan nilai saham perusahaan di mata publik dalam jangka panjang.
10) Menciptakan dukungan para stakeholder dalam lingkungan perusahaan
terhadap
11) keberadaan perusahaan dan berbagai strategi dan kebijakan yang ditempuh
perusahaan.
D. Studi Kasus
PT. Ajinomoto mengingat kejadian tahun 2001 yang merugikan perusahaan
sangat besar. Kali ini berita tersebut membawa produk-produk PT. Ajinomoto
Indonesia seperti vetsin ajinomoto dan masako yang disinyalir mengandung
babi, sedangkan produk Ajinomoto lainnya yang juga disertakan dalam pesan
whatsapp tersebut yaitu tepung bumbu sajiku tidak mengandung babi. Kabar
tersebut akan mempengaruhi trust (kepercayaan) masyarakat terhadap produk
dari PT. Ajinomoto Indonesia yang sempat terkena isu serupa. Hal ini beresiko
pada reputasi perusahaan sebagai produsen bumbu masak yang tidak
mengutamakan kepentingan konsumen. Sebab di Indonesia mayoritas
8
beragama muslim yang menghindari konsumsi bahan pangan yang mengandung
babi.
Alasan peneliti tidak berfokus pada manajemen krisis padahal ini
merupakan suatu permasalahan atau krisis pada perusahaan, karena kasus
produk Ajinomoto Indonesia telah berlangsung sangat lama sampai saat ini dan
perusahaan baru benar-benar melakukan tindakan setelah isu bahaya MSG ini
muncul. Pada manajemen krisis penyelesaian hanya pada satu masalah yang
sedang berlangsung, sedangkan manajemen reputasi merupakan usaha
mengembalikan kepercayaan yang hilang dari publik akibat permasalahan yang
telah berlangsung dan masalah yang mungkin akan terjadi. Perhatian
perusahaan dimulai saat produknya kurang digemari masyarakat sebagai bumbu
masak andalan. Hal ini dibuktikan gencarnya Ajinomoto Indonesia dalam
membuat program yang membahas efek samping MSG tidak berbahaya bagi
tubuh dan sebagainya. Artinya PT. Ajinomoto Indonesia merasakan perusahaan
sedang mengalami krisis kepercayaan, sedangkan krisis kepercayaan tersebut
berhubungan dengan reputasi perusahaan.
9
spesifikasi dalam penentuan mutu dan kualitas produk makanan yang baik
dikonsumsi oleh tubuh, sesuai dengan yang dijanjikan.
Selanjutnya, PT. Ajinomoto Indonesia juga melakukan serangkaian
upaya dalam mengembalikan kepercayaan masyarakat dengan open factory
(pabrik terbuka). PT Ajinomoto Indonesia membuka kunjungan pabrik dan
dapur pembuatan produk untuk umum. Para pengunjung akan disajikan
pengetahuan tentang proses produksi, profile Ajinomoto, teknologi ramah
lingkungan, dan penjelasan keamanan kandungan MSG untuk dikonsumsi.
Bahkan pengunjung dapat menyaksikan langsung proses produksi MSG
dengan general safety (keamanan umum) yang sebelumnya disampaikan
selama berada dilingkungan pabrik (Dewie.2017, Hiquds.2018, dan
Fatkhani.2018) .
Reputasi diartikan sebagai track record (rekam jejak), artinya penilaian
reputasi juga diperoleh dari adanya peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi
dalam lingkup perusahaan, dengan jangka waktu yang lama dan melalui proses
yang panjang. Menurut pengertian tersebut, reputasi sangat bergantung pada
masyarakat (K. Bhavani dalam Ardianto, 2011). Sebuah reputasi bukan sekedar
membangun citra ―image”, namun perusahaan berupaya melakukan banyak
hal yang bernilai penting bagi terbentuknya persepsi positif tentang perusahaan
di benak publik (Husni, 2017). Ketika perusahaan memiliki reputasi yang baik,
artinya publik memiliki trust (kepercayaan) pada produk yang sajikan, dan
loyalitas pelanggan akan tumbuh sehingga perusahaan berhasil mencapai
tujuannya. Maka cara yang dilakukan oleh PR ialah membuat program yang
berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan reputasi, supaya perusahaan
selalu dalam posisi yang menguntungkan dengan cara melakukan manajemen
reputasi (Ruslan, 2005).
10
E. Teknik Pengumpulan Data
Pada teknik pengumpulan data, peneliti membutuhkan data primer dan data
sekunder. Data primer sebagai data utama yang menjadi landasan dalam
pembahasan penelitian. Sedangkan data sekunder berfungsi untuk mendukung
hasil penelitian yang menguatkan hasil wawancara. Adapun teknik pengumpulan
data pada penelitian ini, sebagai berikut :
11
b. Observasi
c. Dokumentasi
12
F. Teknik Analisis Data
a. Reduksi Data
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Untuk dapat memperoleh tata kelola perusahaan yang baik, kita perlu
memahami lebihdalam tentang Good Corporate Governance yang mana dapat
membantu kita membentuk perusahaan yang baik sesuai dengan tujuan yang
ditentukan oleh perusahaan sebelumnya. Oleh sebab itu, pembahasan ini dapat
membantu para pembaca untuk dapat dijadikan referensi yang mengacu pada
tata kelola perusahaan yang baik.
14
DAFTAR PUSTAKA
Wilson, Mohamad Fajri MP, Smart Strategy for 360 degree GCG (Good Corporate
Governance) (October 2009). Skyrocketing Publisher. ISBN 978-979-18098-1-8
2002; updated August 2004). ECGI - Finance Working Paper No. 02/2002. Bunga
Prabandini. Kasus_Dalam_Penyimpangan_Etika_Bisnis_Dan_GCG
https://repository.unair.ac.id/98258/4/4.Bab%201%20Pendahuluan.pdf
15