Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

GOOD COORPORATE GEOVERMAN & KASUS BCG

DALAM PERUSAHAAN PT. AJINOMOTO

Dosen : Elmirah Febridarmayanti, M.Ab.

Mata Kuliah : Etika Profesi COORP. GOV

DISUSUN OLEH

DARA PUSPA ADINDA 21630009

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PRODI S1 AKUNTANSI

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah- Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “ Good Corporate
Governance & Kasus GCG dalam Perusahaan PT Ajinomoto ” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Etika Bisnis.

Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang studi kasus
Good Corporate Governance dalam satu perusahaan kerja bagi para pembaca dan
juga bagi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Elmirah
Febridarmayanti, M.Ab. sebagai dosen mata kuliah Etika Bisnis. Ucapan terimakasih
kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Metro , 17 Mei 2023

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................i

KATA PENGANTAR ................................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ..............................................................................................2

C. Tujuan Pembahasan ...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi GCG .......................................................................................................3

B. Prinsip – Prinsip GCG..........................................................................................5

C. Manfaat Penerapan GCG ...................................................................................7

D. Studi Kasus GCG PT Ajinomoto .........................................................................8

E. Teknik Pengumpulan data ..................................................................................11

F. Teknik Analisis Data ............................................................................................13

BAB III PENTUTUP

A. Kesimpulan .........................................................................................................14

B. Saran ...................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Good Corporate Governance (GCG) atau tata kelola perusahaan yang baik
merupakan paradigma yang berkembang di Indonesia saat ini. Karena jika kita
ingin meningkatkan kualitas perusahaan maka kita juga perlu
mengimplementasikan Good Corporate Governance. Dengan begitu maka
perusahaan akan sukses dan bisa tetap bertahan dalam jangka yang lama.
Sekaligus bisa memenangkan bisnis secara international. Namun, di tengah era
revolusi industri 4.0 yang sedang berkembang seperti sekarang ini tata kelola
pada industri perbankan di`pandang mulai menurun. Oleh karena itu analisis
tentang Good Corporate Governance berkembang secara pesat seiring dengan
tereksposnya skandal keuangan berskala besar seperti scandal Enron, Tyco,
Worldcom, Maxwell, Polypec dan lain- lain. Kemunduran perusahaan-
perusahaan go public banyak disebabkan oleh strategi, prosedur, maupun
praktik curang (fraud) lantaran lemahnya pengendalian dan pengawasan dari
manajemen puncak yang independen oleh corporate boards (Ferdyant et al.,
2014). Good Corporate Governance yaitu suatu sistem untuk merencanakan dan
mengendalikan suatu perusahaan untuk menciptakan nilai tambah bagi
pemegang sahamnya. Dengan bertambahnya berbagai jenis kegiatan usaha
yang secara tidak langsung mengupayakan praktik tata kelola perusahaan yang
sehat, kondisi ekstrnal dan internal perusahaan semakin rumit, selain
meningkatkan daya saing, 2 penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang baik
juga memberikan perlindungan bagi masyarakat. (Ratnaningsih dan Cholis,
2012)

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa Definisi Good Corporate Governance ?

2. Apa Prinsip – prinsip GCG ?

3. Apa Manfaat Penerapan GCG ?

4. Bagaimana Kasus GCG pada perusahaan PT Ajinomoto

C. Tujuan Pembahasan

1. Memahami definisi Good Corporate Governance

2. Mengetahui Prinsip – prinsip GCG

3. Mengetahui Manfaat penerapan GCG

4. Mengetahui kasus GCG pada perusahaan PT Ajinomoto

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Pada awalnya, istilah "Corporate Governance pertama kali dikenalkan oleh


Cadbury Committee di Inggris tahun 1922 yang menggunakan istilah dimaksud
dalam laporannya yang dikenal dengan Cadbury Report (dalam sukrisno Agoes,
2006). Berikut disajikan beberapa definisi "Corporate Governance" dari beberapa
sumber, diantaranya:

1. Cadbury Committee of United Kingdom

A set of rules that define the relationship between shareholders, managers,


creditors, the goverment, employees, and other internal and external
stakeholders in respect to their right and responsibilities, or the system by
which companies are directed and controlled

2. Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI-2006)

FCGI tidak membuat definisi sendiri, namun mengadopsi definisi Cadbury


Committee of United Kingdom dan menerjemahkan "Seperangkat peraturan
yang mengatur hubungan antar pemegang saham, pengurus (pengelola)
perusahaan, kreditur, pemerintah. karyawan serta para pemegang
kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak
dan kewajiban mereka. atau dengan kata lain suatu sistem yang
mengarahkan dan mengendalikan perusahaan".

3. Sukrisno Agoes (2006)

Tata kelola perusahaan yang baik sebagai suatu sistem yang mengatur
hubungan peran dewan komisaris, para direksi, pemegang saham, dan
pemangku kepentingan lainnya. Tata kelola perusahaan yang baik juga
disebut sebagai suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan
perusahaan, pencapaiannya, dan penilaian kinerjanya.

3
4. Organization for Economics Cooperation and Development (OECD) (dalam
Tjager dkk, 2004)

The structure through which shareholders, directors, managers, set of the


board objectives of the company, the means of attaining those objectives and
monitoring performance. [Suatu struktur yang terdiri atas para pemegang
saham, direktur, manager, seperangkat tujuan yang ingin dicapai
perusahaan, dan alat-alat yang akan digunakan dalam mencapai tujuan dan
memantau kinerja

5. Wahyudi Prakarsa (dalam Sukrisno Agoes, 2006)

Mekanisme administratif yang mengatur hubungan-hubungan antara


manajemen perusahaan, komisaris, direksi, pemegang saham, dan
kelompok-kelompok kepentingan (stakeholders) yang lain. Hubungan-
hubungan ini dimanifestasikan dalam bentuk berbagai aturan (prosedur) dan
sistem insentif sebagai kerangka kerja (framework) yang diperlukan untuk
mencapai tujuan perusahaan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut,
serta pemantauan atas kinerja yang dihasilkan.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, pada intinya konsep GCG


mengandung pengertian yang berintikan 4 point, yaitu:

1) Wadah

Organisasi (perusahaan, sosial, pemerintahan).

2) Model

Suatu sistem, proses, dan seperangkat peraturan, termasuk prinsip-


prinsip, serta nilai- nilai yang meladasi praktik bisnis yang sehat.

3) Tujuan

a. Meningkatkan kinerja organisasi,

b. Menciptakan nilai tambah bagi semua pemangku kepentingan.

4
c. Mencegah dan mengurangi manipulasi serta kesalahan yang signifikan
organisasi.

d. Meningkatkan upaya agar para pemangku kepentingan tidak dirugikan

4) Mekanisme Mengatur dan mempertegas kembali hubungan, peran,


wewenang, dan tanggung jawab:
a. Dalam arti sempit

Antar pemilik atau pemegang saham, dewan komisaris dan direksi.

b. Dalam arti luas

Antar seluruh pemangku kepentingan.

B. Prinsip – Prinsip GCG

Prinsip-prinsip dasar tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Vision

Pengembangan suatu organisasi atau badan usaha harus didasarkan pada


adanya visi & strategi yang jelas dan didukung oleh adanya partisipasi dari
seluruh anggota dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan dan
pengembangan supaya semua pihak akan merasa memiliki dan
tanggungjawab dalam kemajuan organisasi atau usahanya.

2. Participation

Dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan hasil keputusan


suatu organisasi atau badan usaha sedapat-dapatnya melibatkan pihak-
pihak terkait dan relevan melalui sistem yang terbuka dan dengan jaminan
adanya hak berasosiasi dan penyampaian pendapat.

3. Equality

Suatu badan usaha atau organisasi yang baik selalu akan member dan
menyediakan peluang yang sama bagi semua anggota atau pihak terkait

5
bagi peningkatan kesejahteraan melalui usaha bersama di dalam etika usaha
yang baik

4. Professional

Dalam bahasa sehari-hari professional diartikan “One who engaged in


alearned vocation (Seseorang yang terikat dalam suatu lapangan
pekerjaan)”. Dalam konteks ini professional lebih dikaitkan dengan
peningkatan kapasitas kompetensi dan juga moral sehingga pelayanan dapat
dilakukan dengan mudah, cepat dan akurat.

5. Supervision

Meningkatkan usaha-usaha supervisi terhadap semua aktivitas usaha atau


organisasi sehingga tujuan bersama dapat dicapai secara optimal, efektif dan
efisien, serta untuk meminimalkan potensi kesalahan atau penyimpangan
yang mungkin timbul.

6. Effective & Efficient

Effective berarti “do the things right”, lebih berorientasi pada hasil, sedangkan
efficient berarti “do the right things”, lebih berorientasi pada proses. Apapun
yang direncanakan dan dijalankan oleh suatu organisasi atau badan usaha
harus bersifat efektif dan efisien.

7. Transparent

Dalam konteks good governance, transparency lebih diartikan membangun


kepercayaan yang saling menguntungkan antara pemerintah atau pengelola
dengan masyarakat atau anggotanya melalui ketersediaan informasi yang
mudah diakses, lengkap dan up to date.

8. Accountability/Accountable

Dalam konteks pembicaraan ini accountability lebih difokuskan dalam


meningkatkan tanggungjawab dari pembuat keputusan yang lebih diarahkan
dalam menjawab kepentingan publik atau anggota.

6
9. Fairness

Dalam konteks good governance maka fairness lebih diartikan sebagai


aturan hukum harus ditegakan secara adil dan tidak memihak bagi apapun,
untuk siapapun dan oleh pihak manapun.

10. Honest

Policy, strategi, program, aktivitas dan pelaporan suatu organisasi atau


badan usaha harus dapat dijalankan secara jujur. Segala jenis ketidak-
jujuran pada akhirnya akan selalu terbongkar dan merusak tatanan usaha
dan kemitraan yang telah dan sedang dibangun. Tanpa kejujuran mustahil
dapat dibangun trust dan long term partnership.

11. Responsibility & Social Responsibility

Institusi dan proses pelayanan bagi kepentingan semua pihak terkait harus
dijalankan dalam kerangka waktu yang jelas dan sistematis. Sebagai warga
suatu organisasi, badan usaha dan/atau masyarakat, semua pihak terkait
mempunyai tanggungjawab masing-masing dalam menjalankan tugasnya
dan juga harus memberi pertanggungjawaban kepada publik,sehingga di
dalam suatu tatanan atau komunitas dapat terjadi saling mempercayai,
membantu, membangun dan mengingatkan agar terjalin hubungan yang
harmonis dan sinergis.

C. Manfaat Penerapan GCG

Penerapan konsep GCG merupakan salah satu upaya untuk memulihkan


kepercayaan terhadap investor dan institusi terkait di pasar modal. Menurut
Tjager dkk (2003) mengatakan bahwa paling tidak ada lima alasan mengapa
mengapa penerapan GCG itu bermanfaat, yaitu:

1) Berdasarkan survey yang telah dilakukan oleh McKinsey & Company


menunjukkan bahwa para investor institusional lebih menaruh kepercayaan
terhadap perusahaan- perusahaan di Asia yang telah menerapkan GCG.

7
2) Berdasarkanberbagaianalisisternyataadaindikasiketerkaitanantaraterjadinyak
risis finansial dan krisis berkepanjangan di Asia denngan lemahnya tata
kelola perusahaan.
3) Internasionalisasi pasar – termasuk liberalisasi pasar financial dan pasar
modal menuntut perusahaan untuk menerapkan GCG.
4) Kalau GCG bukan obat mujarab untuk keluar dari krisis system ini dapat
menjadi dasar bagi beberkembangnya system nilai baru yang lebih sesuai
dengan lanskap bisnis yang kini telah banyak berubah.
5) Secara teoris, praktik GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan.
6) Menurut Mas Ahmad Daniri (2005;14) jika perusahaan menerapkan
mekanisme penerapan Good Corporate Governance (GCG) secara
konsisten dan efektif maka akan dapat memberikan manfaat antara lain:
7) Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung oleh
pemegang saham akibat pendelegasian wewenang kepada pihak
manajemen.
8) Mengurangi biaya modal (Cost of Capital).
9) Meningkatkan nilai saham perusahaan di mata publik dalam jangka panjang.
10) Menciptakan dukungan para stakeholder dalam lingkungan perusahaan
terhadap
11) keberadaan perusahaan dan berbagai strategi dan kebijakan yang ditempuh
perusahaan.

D. Studi Kasus
PT. Ajinomoto mengingat kejadian tahun 2001 yang merugikan perusahaan
sangat besar. Kali ini berita tersebut membawa produk-produk PT. Ajinomoto
Indonesia seperti vetsin ajinomoto dan masako yang disinyalir mengandung
babi, sedangkan produk Ajinomoto lainnya yang juga disertakan dalam pesan
whatsapp tersebut yaitu tepung bumbu sajiku tidak mengandung babi. Kabar
tersebut akan mempengaruhi trust (kepercayaan) masyarakat terhadap produk
dari PT. Ajinomoto Indonesia yang sempat terkena isu serupa. Hal ini beresiko
pada reputasi perusahaan sebagai produsen bumbu masak yang tidak
mengutamakan kepentingan konsumen. Sebab di Indonesia mayoritas

8
beragama muslim yang menghindari konsumsi bahan pangan yang mengandung
babi.
Alasan peneliti tidak berfokus pada manajemen krisis padahal ini
merupakan suatu permasalahan atau krisis pada perusahaan, karena kasus
produk Ajinomoto Indonesia telah berlangsung sangat lama sampai saat ini dan
perusahaan baru benar-benar melakukan tindakan setelah isu bahaya MSG ini
muncul. Pada manajemen krisis penyelesaian hanya pada satu masalah yang
sedang berlangsung, sedangkan manajemen reputasi merupakan usaha
mengembalikan kepercayaan yang hilang dari publik akibat permasalahan yang
telah berlangsung dan masalah yang mungkin akan terjadi. Perhatian
perusahaan dimulai saat produknya kurang digemari masyarakat sebagai bumbu
masak andalan. Hal ini dibuktikan gencarnya Ajinomoto Indonesia dalam
membuat program yang membahas efek samping MSG tidak berbahaya bagi
tubuh dan sebagainya. Artinya PT. Ajinomoto Indonesia merasakan perusahaan
sedang mengalami krisis kepercayaan, sedangkan krisis kepercayaan tersebut
berhubungan dengan reputasi perusahaan.

PR Ajinomoto memiliki tugas dan peran untuk merubah opini


masyarakat agar lebih mengenal dan menyukai produk Ajinomoto dengan
mengembangkan citra lebih baik lagi. Dalam menjalankan tujuan tersebut
diperlukan strategi yang terstuktur, salah satunya ialah dengan mengerjakan
program yang berhubungan dengan makanan. Salah satunya adalah program
―ASEAN Victory Project®3‖ di awal tahun 2019. Ajinomoto menjadi sponsor
utama dalam persiapan SEA GAMES 2019 di Filipina. Program tersebut
merupakan kegiatan untuk membantu pemenuhan gizi atlet melalui
perencanaan menu bergizi dan pemberian bimbingan gizi yang terkontrol
sesuai kebutuhannya, agar mencapai kondisi kebugaran di level tertinggi yang
disebut ―Winning Meals Project‖. Program tersebut dilakukan untuk atlet
renang nasional gaya punggung pada kejuaraan SEA GAMES di Filipina
(CNN, Kompas.com, Jawapos, Jpnn, Beritasatu 2019). Melalui program diatas
penulis menarik kesimpulan bahwa PT. Ajinomoto Indonesia ingin membuktikan
keahlian perusahaan dalam penerapan gizi seimbang pada tubuh. Upaya
Ajinomoto dalam meyakinkan publik bahwa PT. Ajinomoto Indonesia memiliki

9
spesifikasi dalam penentuan mutu dan kualitas produk makanan yang baik
dikonsumsi oleh tubuh, sesuai dengan yang dijanjikan.
Selanjutnya, PT. Ajinomoto Indonesia juga melakukan serangkaian
upaya dalam mengembalikan kepercayaan masyarakat dengan open factory
(pabrik terbuka). PT Ajinomoto Indonesia membuka kunjungan pabrik dan
dapur pembuatan produk untuk umum. Para pengunjung akan disajikan
pengetahuan tentang proses produksi, profile Ajinomoto, teknologi ramah
lingkungan, dan penjelasan keamanan kandungan MSG untuk dikonsumsi.
Bahkan pengunjung dapat menyaksikan langsung proses produksi MSG
dengan general safety (keamanan umum) yang sebelumnya disampaikan
selama berada dilingkungan pabrik (Dewie.2017, Hiquds.2018, dan
Fatkhani.2018) .
Reputasi diartikan sebagai track record (rekam jejak), artinya penilaian
reputasi juga diperoleh dari adanya peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi
dalam lingkup perusahaan, dengan jangka waktu yang lama dan melalui proses
yang panjang. Menurut pengertian tersebut, reputasi sangat bergantung pada
masyarakat (K. Bhavani dalam Ardianto, 2011). Sebuah reputasi bukan sekedar
membangun citra ―image”, namun perusahaan berupaya melakukan banyak
hal yang bernilai penting bagi terbentuknya persepsi positif tentang perusahaan
di benak publik (Husni, 2017). Ketika perusahaan memiliki reputasi yang baik,
artinya publik memiliki trust (kepercayaan) pada produk yang sajikan, dan
loyalitas pelanggan akan tumbuh sehingga perusahaan berhasil mencapai
tujuannya. Maka cara yang dilakukan oleh PR ialah membuat program yang
berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan reputasi, supaya perusahaan
selalu dalam posisi yang menguntungkan dengan cara melakukan manajemen
reputasi (Ruslan, 2005).

10
E. Teknik Pengumpulan Data

Pada teknik pengumpulan data, peneliti membutuhkan data primer dan data
sekunder. Data primer sebagai data utama yang menjadi landasan dalam
pembahasan penelitian. Sedangkan data sekunder berfungsi untuk mendukung
hasil penelitian yang menguatkan hasil wawancara. Adapun teknik pengumpulan
data pada penelitian ini, sebagai berikut :

a. Wawancara Mendalam (in-depth interview)

Teknik pengumpulan data primer yang dilakukan dalam penelitian ini


menggunakan in-depth interview (wawancara mendalam) untuk
mendapatkan data utama. Kegiatan in-dept interview dilakukan kepada public
relations atau humas PT. Ajinomoto Indonesia dengan menggali informasi
secara mendalam dengan informan yang telah ditetapkan menjadi
narasumber dalam penelitian ini oleh perusahaan. Sasaran yang menjadi
subjek penelitian ini merupakan orang-orang yang terlibat langsung dalam
perumusan atau pembentukan strategi manajemen reputasi perusahaan
terhadap isu bahaya konsumsi MSG. Wawancara mendalam akan memberi
keuntungan bagi peneliti, seperti:

1. Peneliti dapat dengan cepat memperoleh informasi yang diinginkan,


peneliti dapat memastikan bahwa informan yang memberi jawaban
adalah PR dari PT Ajinomoto Indonesia (sumber valid),
2. Peneliti dapat melakukan wawancara yang bersifat fleksibilitas dalam
cara-cara bertanya,
3. Peneliti akan mendapat informasi yang lebih dipercayai kebenarannya
karena salah tafsiran dapat diperbaiki pada saat wawancara dilakukan,
informan lebih bersedia mengungkapkan keterangan dan lebih leluasa
dalam pengungkapannya terutama dalam menjelaskan secara terperinci
dan terstruktur atas strategi menajemen reputasi yang digunakan PT.
Ajinomoto Indonesia dalam membangun reputasi perusahaan.

11
b. Observasi

Selanjutnya peneliti melakukan observasi sebagai data sekunder


untuk menguatkan data hasil wawancara mendalam. Metode observasi
artinya, metode pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengamati dan
mencatat secara terstruktur gejala-gejala atau fenomena yang diselidiki
(Supardi, 2006 : 88). Observasi pada penelitian ini dilakukan sebanyak tiga
kali, observasi pertama dilakukan pada hari Rabu 2 Oktober 2019 peneliti
melakukan pengamatan atau dengan kata lain melihat situasi dan kondisi PT.
Ajinomoto Indonesia baik dari segi pelayanan dan sambutan PR dalam
menerima pihak luar perusahaan. observasi kedua pada hari Rabu 12
Februari 2020 peneliti melakukan survey pada situasi pabrik namun tidak
diperkenankan memotret dan melakukan pendekatan dengan calon informan
agar saat hari wawancara dapat dilakukan dengan akrab dan apa adanya.
Observasi ketiga pada hari Senin10 Maret 2020, setelah melakukan
wawancara mendalam, peneliti ditunjukan ruang kerja PR, dan mendapat
prosedur pemeriksaan yang ketat akibat covid-19.

Alasan peneliti menyertakan observasi dalam pengumpulan data, diharapkan


akan mampu menyajikan data dalam bentuk gambaran realistik perilaku atau
kejadian yang ada di perusahaan terkait.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi juga dilakukan sebagai data pendukung atau


data sekunder. Peneliti mencari data dokumentasi pada website resmi
Ajinomoto Indonesia dan berkas riset marketing Ajinomoto Indonesia.
Pengumpulan data dokumen PT Ajinomoto Indonesia ini dapat mendukung
kredibilitas informasi yang dipaparkan oleh informan, serta menjadi bahan
peneliti menganalisis hasil wawancara apakah sesuai dengan pernytaan
yang telah diberikan informan.

12
F. Teknik Analisis Data

Setelah dilakukan kegiatan pengumpulan data tahap selanjutnya adalah


menganalisis data. Tahap ini mempunyai peran penting dalam riset kualitatif,
yaitu sebagai faktor utama penilaian kualitas tidaknya riset. Analisis data
kualitatif dimulai dari analisis berbagai data yang berhasil dikumpulkan peneliti di
lapangan (Kriyantono, 2006:194). Data yang dianalisis berupa kata-kata dan
narasi yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi. Peneliti melakukan
analisis data sesuai dengan kriteria penelitian kualitatif melalui tiga tahap, yaitu:

Dalam menganalisis data, sesuai dengan kriteria penelitian kualitatif


analisis data dilakukan dengan tiga tahap, yaitu:

a. Reduksi Data

Setelah melakukakan pengumpulan data jumlahnya cukup banyak


yang kompleks dan rumit, peneliti akan melakukan reduksi data. Hal yang
dilakukan peneliti pada reduksi data ialah merangkum data hasil wawancara
dengan memaknai setiap kalimat yang menjadi inti dari jawaban kemudian
dikelompokan sesuai dengan fokus penelitian. Selain itu, juga menelaah data
observasi dan dokumentasi yang mendukung data wawancara untuk
menemukan kesesuaian atau tidak. Kemudian memilih data yang sesuai
dengan signifikasi penelitian dan hal-hal penting dengan dicatat dan diberi
nomor untuk mempermudah mencari pola dan susunan tema yang jelas atau
koding. Setelah data-data tersebut dikelompokan peneliti akan memahami
alur pembahasan dan sktruktur yang tepat untuk mendeskripsikan hasil
penelitian. Hal ini bertujuan agar data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran atau makna yang jelas.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Good corporate governance (GCG) merupakan sistem yang mengatur dan


mengendalikan perusahaan guna menciptakan nilai tambah (value added) untuk
semua stakeholder. Konsep ini menekankan pada dua hal yakni, pertama,
pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar
dan tepat pada waktunya dan, kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan
pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap
semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder. Terdapat
empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep Good Corporate
Governance, yaitu fairness, transparency, accountability, dan responsibility.
Keempat komponen tersebut penting karena penerapan prinsip Good Corporate
Governance secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan
keuangan dan juga dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang
mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental
perusahaan.

Dari berbagai hasil penelitian lembaga independen menunjukkan bahwa


pelaksanan Corporate Governance di Indonesia masih sangat rendah, hal ini
terutama disebabkan oleh kenyataan bahwa perusahaan-perusahaan di
Indonesia belum sepenuhnya memiliki Corporate Culture sebagai inti dari
Corporate Governance. Pemahaman tersebut membuka wawasan bahwa
korporat kita belum dikelola secara benar, atau dengan kata lain, korporat kita
belum menjalankan governansi.

B. Saran

Untuk dapat memperoleh tata kelola perusahaan yang baik, kita perlu
memahami lebihdalam tentang Good Corporate Governance yang mana dapat
membantu kita membentuk perusahaan yang baik sesuai dengan tujuan yang
ditentukan oleh perusahaan sebelumnya. Oleh sebab itu, pembahasan ini dapat
membantu para pembaca untuk dapat dijadikan referensi yang mengacu pada
tata kelola perusahaan yang baik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Wilson, Mohamad Fajri MP, Smart Strategy for 360 degree GCG (Good Corporate
Governance) (October 2009). Skyrocketing Publisher. ISBN 978-979-18098-1-8

Arafat, Wilson, How To Implement GCG Effectively (July 2008). Skyrocketing


Publisher. Becht, Marco, Patrick Bolton, Ailsa Röell, Corporate Governance and
Control (October

2002; updated August 2004). ECGI - Finance Working Paper No. 02/2002. Bunga
Prabandini. Kasus_Dalam_Penyimpangan_Etika_Bisnis_Dan_GCG

https://repository.unair.ac.id/98258/4/4.Bab%201%20Pendahuluan.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai