Anda di halaman 1dari 15

ETIKA BISNIS DAN KONSEP

GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)

DOSEN PENGAMPUH : MERTA KUSUMA, MM


DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3 ( 2c) : SYAH RANI A.S
RES INDRIANI
AFFIFA HUDA
ANDREAS RAHENDRA
FEBRI DWI PUTRA
DIO SYAPUTRA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
MANAJEMEN
2022/2023
1
DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang.
Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta
inayah-NyA kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami
dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.

Bengkulu, 21April, 2022

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perubahan lingkungan yang begitu cepat menuntut organisasi untuk mengambil
langkah strategis agar organisasi dapat terus berkembang dengan baik sesuai dengan
perubahan yang terjadi. Perubahan untuk menjadi lebih baik, tidak akan terlepas dari
sejumlah tantangan yang akan terus menghadang, apalagi di era yang penuh dengan
persaingan dan ketidakpastian. Berdasarkan konsep persaingan berbasis waktu maka siapa
yang cepat dia yang menang, baik lebih cepat dalam menawarkan produk baru dari
pesaingnya maupun kecepatan merespon permintaan pelanggan terhadap produk yang telah
ada.
Oleh karena itu organisasi yang ingin terus berkembang harus merespon dengan cepat
tantangan-tantangan yang ada. Tingkat persaingan yang tinggi harus dihadapi perusahaan
dengan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang dapat membedakan dengan pesaingnya.
Dengan adanya perbedaan tersebut berarti perusahaan telah memiliki keunggulan kompetitif.
Namun, tujuan dari organisasi seharusnya tidak hanya sampai pada keunggulan kompetitif
saja tetapi keunggulan kompetitif tersebut sifatnya berkelanjutan atau tidak hanya sementara
sehingga dikatakan perusahaan memiliki keunggulaan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk
membentuk keunggulan yang kompetitif, maka semua komponen dalam perusahaan harus
melakukan kerja keras dan kreatifitas ekstra agar mampu menjawab tantangan usaha ini,
yaitu dengan salah satu cara membentuk dan melakukan proses internalisasi budaya
perusahaan yang kuat dan sehat kepada seluruh insan perusahaan.
Good Corporate Governance (GCG) adalah prinsip yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan
perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para shareholder khususnya,
dan stakeholders pada umumnya. Tentu saja hal ini dimaksudkan untuk mengatur
kewenangan Direktur, manajer, pemegang saham dan pihak lain yang berhubungan dengan
perkembangan perusahaan di lingkungan tertentu.
Secara sederhana yang dimaksud dengan Etika Bisnis adalah cara-cara untuk
melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu,
perusahaan, industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita
menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku tidak tergantung pada
kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat.

4
Disadari atau tidak, penerapan Good Corporate Governance dalam implementasi etika
dalam bisnis memiliki peran yang sangat besar. Pada intinya etika bisnis bukan lagi
merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh pelaku bisnis tetapi menjadi suatu
kebutuhan yang harus terpenuhi. Salah satu contohnya pada prinsip-prinsip GCG
mencerminkan etika bisnis yang dapat memenuhi keinginan seluruh stakeholdernya. Etika
bisnis yang baik dan sehat menjadi kunci bagi suatu perusahaan untuk membuatnya tetap
berdiri kokoh dan tahan terhadap segala macam serangan ketidakstabilan ekonomi
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud Good Corporate Governance?
2. Apa yang di maksud Etika Bisnis?
3. Bagaimana Etika Bisnis dengan konsep Good Corporate Governance?
4. Apa hubungan Etika Bisnis dengan Good Corporate Governance?
5. Bagaimana kasus yang terjadi dalam hubungan Etika Bisnis dan Good Corporate
Governance?
1.3 Tujuan Makalah
1. Dapat menjelaskan dan mengerti pengertian dari Good Corporate Governance
2. Dapat mengerti dan memahami pengertia Etika Bisnis
3. Mengetahui Etika Bisnis dengan Konsep Good Corporate Governance
4. Mengerti dan dapat menjelaskan hubungan Etika Bisnis dengan Good Corporate
Governance
5. Dapat menjelaskan kasus yang terjadi dalam hubungan Etika Bisnis dan Good
Corporate Governance

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Good Corporate Governance


Pada awalnya, istilah “Corporate Governance” pertama kali dikenalkan oleh
Cadbury Committee di Inggris tahun 1922 yang menggunakan istilah dimaksud
dalam laporannya yang dikenal dengan Cadbury Report (dalam sukrisno Agoes,
2006). Good Corporate Governance pada dasarnya merupakan suatu sistem (input,
Proses, output) dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai
pihak yang kepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara
pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan
perusahaan.
Berikut disajikan beberapa definisi “Corporate Governance” dari beberapa
sumber, diantaranya:
1. Cadbury Committee of United Kingdom
“A set of rules that define the relationship between shareholders, managers,
creditors, the government, employees, and other internal and external
stakeholders in respect to their right and responsibilities,or the system by which
companies are directed and controlled.”
2. Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI-2006)
FCGI tidak membuat definisi sendiri, namun mengadopsi definisi Cadbury
Committee of United Kingdom dan menerjemahkan “Seperangkat peraturan
yang mengatur hubungan antar pemegang saham, pengurus (pengelola)
perusahaan, kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan
internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban
mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan”.
3. Sukrisno Agoes (2006)
Tata kelola perusahaan yang baik sebagai suatu sistem yang mengatur
hubungan peran dewan komisaris, para direksi, pemegang saham, dan
pemangku kepentingan lainnya. Tata kelola perusahaan yang baik juga disebut
sebagai suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan,
pencapaiannya, dan penilaian kinerjanya.
4. Organization for Economics Cooperation and Development (OECD)
6
(dalam Tjager dkk, 2004)
The structure through which shareholders, directors, managers, set of the
board objectives of the company, the means of attaining those objectives and
monitoring performance. [Suatu struktur yang terdiri atas para pemegang
saham, direktur, manager, seperangkat tujuan yang ingin dicapai perusahaan,
dan alat-alat yang akan digunakan dalam mencapai tujuan dan memantau
kinerja.
5. Wahyudi Prakarsa (dalam Sukrisno Agoes, 2006)
Mekanisme administratif yang mengatur hubungan-hubungan antara
manajemen perusahaan, komisaris, direksi, pemegang saham, dan kelompok-
kelompok kepentingan (stakeholders) yang lain. Hubungan-hubungan ini
dimanifestasikan dalam bentuk berbagai aturan (prosedur) dan sistem insentif
sebagai kerangka kerja (framework) yang diperlukan untuk mencapai tujuan
perusahaan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut, serta pemantauan
atas kinerja yang dihasilkan.
Jadi Good governance dapat diartikan sebagai kepemerintahan yang baik atau
penyelenggaraan pemerintahaan yang bersih dan efektif, sesuai dengan peraturan dan
ketentuan yang berlaku. Pemerintahan mencakup ruang lingkup yang luas, termasuk
bidang politik, ekonomi dan sosial mulai dari proses perumusan kebijakan dan
pengmbilan keputusan hingga pelaksanaan dan pengawasan
2.2 Konsep Good Corporate Governance
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, pada intinya konsep GCG mengandung
pengertian yang berintikan 4 point, yaitu:
1. Wadah Organisasi (perusahaan, social, pemerintah)

Suatu system, proses dan seperangkart peraturan, termasuk prinsip-


2.  Model
prinsip, serta nilai-nilai yang melandasi praktik bisnis yang sehat

 Meningkatkan kinerja organisasi


 Menciptakan nilai tambah bagi semua pemangku kepentingan
 Mencegah dan mengurangi manipulasi serta kesalahan yang
3.  Tujuan
signifikan dalam mengelola organisasi
 Meningkatkan upaya agar para pemangku kepentingan tidak
dirugikan

7
 Mengatur dan mempertegas kembali hubungan peran, wewenang
dan tanggung jawab.
4.  Mekanisme  Dalam arti sempit: antar pemilik/pemegang saham, dewan
komisaris, dan dewan direksi.
 Dalam arti luas: antar seluruh pemangku kepentingan

                                       
2.3 Tujuan – tujuan Good Corporate Governance
Berdasarkan berbagai definisi GCG yang disampai di atas dapat diketahui ada lima
macam tujuan utama Good Corporate Governance yaitu : 
a. Untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan nilai perusahaan.
b. Untuk dapat mengelola sumber daya dan resiko secara lebih efektif dan efisien.
c. Untuk dapat meningkatkan disiplin dan tanggung jawab dari organ perusahaan demi
menjaga kepentingan para shareholder dan stakeholder perusahaan.
d. Untuk meningkatkan kontribusi perusahaan (khusunya perusahaan-perusahaan
pemerintah) terhadap perekonomian nasional.
e. Meningkatkan investasi nasional; dan
f. Mensukseskan program privat-isasi perusahaan-perusahaan pemerintah.
2.4 Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance
Terdapat lima prinsip GCG yang dapat dijadikan pedoman bagi para pelaku bisnis,
yaitu Transparency, Accountability, Responsibility, Indepandency dan Fairness yang
biasanya diakronimkan menjadi TARIF. Penjabarannya sebagai berikut:
a. Transparency (keterbukaan informasi)
Secara sederhana bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi. Dalam
mewujudkan prinsip ini, perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang
cukup, akurat, tepat waktu kepada segenap stakeholders-nya.
b. Accountability (akuntabilitas)
Yang dimaksud dengan akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, system
dan pertanggungjawaban elemen perusahaan. Apabila prinsip ini diterapkan secara
efektif, maka akan ada kejelasan akan fungsi, hak, kewajiban dan wewenang serta
tanggung jawab antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi.
c. Responsibility (pertanggung jawaban)
Bentuk pertanggung jawaban perusahaan adalah kepatuhan perusahaan terhadap
peraturan yang berlaku, diantaranya; masalah pajak, hubungan industrial, kesehatan

8
dan keselamatan kerja, perlindungan lingkungan hidup, memelihara lingkungan bisnis
yang kondusif bersama masyarakat dan sebagainya. Dengan menerapkan prinsip ini,
diharapkan akan menyadarkan perusahaan bahwa dalam kegiatan operasionalnya,
perusahaan juga mempunyai peran untuk bertanggung jawab kepada shareholder juga
kepada stakeholders-lainnya.
d. Indepandency (kemandirian)
Intinya, prinsip ini mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara profesional
tanpa ada benturan kepentingan dan tanpa tekanan atau intervensi dari pihak manapun
yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku.
e. Fairness(kesetaraan dan kewajaran)
Prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak stakeholder
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Diharapkan fairness dapat
menjadi faktor pendorong yang dapat memonitor dan memberikan jaminan perlakuan
yang adil di antara beragam kepentingan dalam perusahaan.
2.5 Manfaat Good Corporate Governance
Penerapan konsep GCG merupakan salah satu upaya untuk memulihkan kepercayaan
terhadap investor dan institusi terkait di pasar modal. Menurut Tjager dkk (2003)
mengatakan bahwa paling tidak ada lima alasan mengapa mengapa penerapan GCG itu
bermanfaat, yaitu:
a. Berdasarkan survey yang telah dilakukan oleh McKinsey & Company menunjukkan
bahwa para investor institusional lebih menaruh kepercayaan terhadap perusahaan-
perusahaan di Asia yang telah menerapkan GCG.
b. Berdasarkan berbagai analisis ternyata ada indikasi keterkaitan antara terjadinya
krisis financial dan krisis berkepanjangan di Asia denngan lemahnya tata kelola
perusahaan.
c. Internasionalisasi pasar – termasuk liberalisasi pasar financial dan pasar modal
menuntut perusahaan untuk menerapkan GCG.
d. Kalau GCG bukan obat mujarab untuk keluar dari krisis system ini dapat menjadi
dasar bagi beberkembangnya system nilai baru yang lebih sesuai dengan lanskap
bisnis yang kini telah banyak berubah.
e. Secara teoris, praktik GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan.
2.6 Penerapan Good Corporate Governance Dalam Perusahaan
Maksud dan tujuan penerapan GCG di dalam perusahaan adalah sebagai berikut:

9
a. Memaksimalkan nilai perusahaan dengan cara mengingkatkan prinsip keterbukaan,
akuntabilitas, dapat dipercara, bertanggung jawab dan adil agar perusahaan memiliki
daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional.
b. Mendorong pengelola perusahaan secara professional, transaparan dan efisien, serta
memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian.
c. Mendorong agar manajemen perusahaan dalam membuat keputusan dan menjalankan
tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab
sosial perusahaan terhadap stakeholdersmaupaun kelestarian lingkungan di sekitar
perusahaan.
d. Meningkatkan kontribusi perusahaan dalam perekonomian nasional.
e. Meningkatkan nilai investasi dan kekayaan perusahaan.
2.7 Hubungan Etika Bisnis dan Good Corporate Governance
Disadari atau tidak, penerapan Good Corporate Governance dalam implementasi etika
dalam bisnis memiliki peran yang sangat besar. Pada intinya etika bisnis bukan lagi
merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh pelaku bisnis tetapi menjadi suatu
kebutuhan yang harus terpenuhi. Salah satu contohnya pada prinsip-prinsip GCG
mencerminkan etika bisnis yang dapat memenuhi keinginan seluruh stakeholdernya.
Etika bisnis yang baik dan sehat menjadi kunci bagi suatu perusahaan untuk membuatnya
tetap berdiri kokoh dan tahan terhadap segala macam serangan ketidakstabilan ekonomi.
Etika bisnis dan konsep good corporate governance merupakan hubungan yang
berkesinambungan antar keduanya. Kode etik (komponen etika bisnis) harus ada dalam
penerapan good corporate govenance. Kode etik dalam tingkah laku berbisnis di
perusahaan (Code of Corporate and Business Conduct) merupakan implementasi salah
satu prinsip Good Corporate Governance (GCG). Kode etik tersebut menuntut karyawan
dan pimpinan perusahaan untuk melakukan praktek-praktek etika bisnis yang terbaik di
dalam semua hal yang dilaksanakan atas nama perusahaan.
2.8 Kasus terhadap hubungan Etika Bisnis dan Good Corporate Governace
Kasus Pelanggaran Good Corporate Governance oleh PT. Katarina Utama Tbk.
Berkaitan dengan pasar modal di Indonesia
PT Katarina Utama Tbk (RINA) merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang jasa pemasangan, pengujian dan uji kelayakan produk dan peralatan
telekomunikasi. Direktur Utama RINA adalah Fazli bin Zainal Abidin. RINA tercatat di
BEI sejak 14 Juli 2009. Belum lama ini RINA menggelar penawaran saham perdana
10
kepada publik dengan melepas 210 juta saham atau 25,93% dari total saham, dengan
harga penawaran Rp 160,- per lembar saham. Dari hasil IPO, didapatkan dana segar
sebesar Rp 33,66 miliar. Rencananya seperti terungkap dalam prospectus perseroan,
54,05% dana hasil IPO akan digunakan untuk kebutuhan modal kerja dan 36,04% dana
IPO akan direalisasikan untuk membeli berbagai peralatan proyek.
Pada Agustus 2010 lalu, salah satu pemegang saham Katarina, PT Media Intertel
Graha (MIG), dan Forum komunikasi Pekerja Katarina (FKPK) melaporkan telah terjadi
penyimpangan dana hasil IPO yang dilakukan oleh manajemen RINA. Dana yang
sedianya akan digunakan untuk membeli peralatan, modal kerja, serta menambah
kantorcabang, tidak digunakan sebagaimana mestinya. Hingga saat ini manajemen
perseroan belum melakukan realisasi sebagaimana mestinya. Dari dana hasil IPO
sebesar Rp 33,66 miliar, yang direalisasikan oleh manajemen ke dalam rencana kerja
perseroan hanya sebesar Rp 4,62 miliar, sehingga kemungkinan terbesar adalah terjadi
penyelewengan dana publik sebesar Rp 29,04 miliar untuk kepentingan pribadi. Selain
itu, Katarina diduga telah memanipulasi laporan keuangan audit tahun 2009 dengan
memasukkan sejumlah piutang fiktif guna memperbesar nilai aset perseroan. Bahkan
Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah memutus aliran listrik ke kantor cabang RINA di
Medan, Sumatera Utara, karena tidak mampu membayar tunggakan listrik sebesar Rp 9
juta untuk tagihan selama 3 bulan berjalan. Akhirnya Cabang Di Medan ditutup secara
sepihak tanpa meyelesaikan hak hak karyawannya. Bahkan selama ini manajemen tidak
menyampaikan secara utuh dana jamsostek yang dipotong dari gaji karyawan, ada juga
karyawan yang tidak mengikuti jamsostek tetapi gajinya juga ikut dipotong. Bursa
menghentikan perdagangan saham RINA sejak awal September 2010. BEI
kemudian melimpahkan kasus ini kepada Bapepam-LK untuk ditindaklanjuti.

2.9 Pelanggaran terhadap prinsip-prinsip Good Corporate Governance


a. Keadilan/Kewajaran (Fairness)
PT Katarina Utama tidak memperlakukan secara adil para pemangku
kepentingan baik primer maupun sekunder, investor tidak diperlakukan secara adil
dan tidak ada keadilan pula bagi karyawan salah satu contoh yang sangat jelas yaitu
pada pemotongan gaji untuk asuransi jamsostek para karyawan, para karyawan
yang tidak mengikuti asuransi jamsostek gajinya tetap ikut dipotong tanpa alasan
yang jelas. Selain itu cabang RINA di Medan telah melakukan penutupan secara
sepihak tanpa menyelesaikan hak hak para karyawan dengan tidak membayar gaji
11
sesuai dengan pengorbanan yang telah mereka berikan kepada PT Katarina Utama,
terbukti bahwa manajemen RINA melanggar prinsip Keadilan.
b. Prinsip Transparansi (Keterbukaan)
PT Katarina Utama tidak menyampaikan informasi dengan benar, seperti yang
telah disampaikan diatas Manajemen RINA telah memasukkan sejumlah piutang fiktif
guna memperbesar nilai aset perseroan, sehingga informasi yang diterima oleh para
pemangku kepentingan menjadi tidak akurat yang mengakibatkan para
pemangku kepentingan seperti investor menjadi salah mengambil keputusan. Hal ini
menunjukkan bahwa PT Katarina Utama telah melanggar prinsip Transparansi
(Keterbukaan) dalam penyampaian informasi.
c. Prinsip Akuntabilitas
Telah terbukti bahwa Katarina Utama tidak merealisasikan dana hasil IPO sesuai
dengan prospektus perseroan dan melakukan penyelewengan dana untuk kepentingan
pribadi direktur, sehingga terjadi ketidak efektifan kinerja perseroan. Laporan
Keuangan yang dihasilkannya pun menjadi tidak akurat dan tidak dapat dipercaya.
Hal ini jelas menjadi bukti bahwa PT Katarina Utama gagal dalam menerapkan
prinsip akuntabilitas.
d. Prinsip Responsibilitas (Tanggung Jawab)
PT Katarina Utama Jelas sangat melanggar prinsip Responsibilitas dengan
melakukan penyelewengan dana milik investor publik hasil IPO sebesar Rp 29,04
miliar, Manajemen RINA juga tidak meyelesaikan kewajibannya kepada karyawan
dengan membayar gaji mereka, selain itu RINA tidak membayar tunggakan listrik
sebesar Rp 9 juta untuk tagihan selama 3 bulan berjalan. Berdasarkan informasi yang
dihimpun Seputar Indonesia (SI), sebagian besar direksi dan pemangku
kepentingan perseroan dikabarkan telah melarikan diri ke luar negeri. Hal ini jelas
menggambarkan bahwa RINA melanggar Prinsip Responsibilitas.
e. Prinsip Kemandirian
Dengan adanya penyelewengan dana hasil IPO membuat perseroan menjadi tidak
efektif dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, tidak mampu membayar gaji
karyawan, dan tidak mampu membayar tunggakan listrik PLN sehingga
menyebabkan ditutupnya cabang PT Katarina Utama di Medan. Hal ini lah yang
menyebabkan PT Katarina Utama tidak dapat melaksanakan prinsip kemandirian.

12
2.10 Dampak terhadap Pelanggaran Good Corporate Governance
a. Ketidakpercayaan para pemegang saham
b. Ketidakpercayaan karyawan, munculnya berbagai demo karyawan di berbagai
cabang PT Katarina Utama
c. Ketidakpercayaan Mitra Kerja, penggelembungan nilai aset dengan
memasukkan sejumlah piutang fiktif yang dituduhkan kepada satu pemegang saham
Katarina, PT Media Intertel Graha (MIG), membuat mitra kerja tersebut
berbalik melaporkan Manajemen RINA dan menimbulkan ketidakpercayaan
kepada Manajemen RINA
d. Ketidak percayaan Pemerintah, PLN memutus aliran listrik ke kantor cabang RINA
di Medan, Sumatera Utara, karena tidak mampu membayar tunggakan listrik sebesar
Rp 9juta untuk tagihan selama 3 bulan berjalan
e. Bursa menghentikan perdagangan saham RINA sejak awal September 2010
f. Tidak berjalannya kegiatan operasional perusahaan karena perusahaan tidak
mampu membiayai kegiatan operasional sehingga tidak ada pemasukan bagi
perusahaan, bahkan kantor cabang RINA di Medan akhirnya ditutup.
2.11 Analisa dari kasus diatas Good Corporate Governamce dapat
a. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang
didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi
serta kesetaraan dan kewajaran.
b. Mendorong pemberdayaan fungsi dan menadirian masing-masing organ
perusahaan, yaitu Dewan Komosaris, Direksi dan Rapat Umum Pemegang Saham.
c. Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi
agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai
moral yang tinggi dan kepatuahn terhadap peraturan perundang-undangan.
d. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab social perusahaan
terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan.
e. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap
memperjatikan pemangku kepentingan lainnya.
f. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun inetrnasional,
sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi
dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Good corporate governance (GCG) merupakan sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan guna menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua
stakeholder. Konsep ini menekankan pada dua hal yakni, pertama, pentingnya hak
pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya
dan, kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara
akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua
informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder.
Terdapat empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep Good Corporate
Governance, yaitu fairness, transparency, accountability, dan responsibility. Keempat
komponen tersebut penting karena penerapan prinsip Good Corporate Governance secara
konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga dapat menjadi
penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak
menggambarkan nilai fundamental perusahaan.
Dari berbagai hasil penelitian lembaga independen menunjukkan bahwa pelaksanan
Corporate Governance di Indonesia masih sangat rendah, hal ini terutama disebabkan
oleh kenyataan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia belum sepenuhnya memiliki
Corporate Culture sebagai inti dari Corporate Governance. Pemahaman tersebut
membuka wawasan bahwa korporat kita belum dikelola secara benar, atau dengan kata
lain, korporat kita belum menjalankan governansi.
3.2 Saran
Untuk dapat memperoleh tata kelola perusahaan yang baik, kita perlu memahami
lebih dalam tentang Good Corporate Governance yang mana dapat membantu kita
membentuk perusahaan yang baik sesuai dengan tujuan yang ditentukan oleh perusahaan
sebelumnya. Oleh sebab itu, pembahasan ini dapat membantu para pembaca untuk dapat
dijadikan referensi yang mengacu pada tata kelola perusahaan yang baik.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://breaktimeug.wordpress.com/2016/01/04/artikel-etika-bisnis/
http://dokumen.tips/documents/pengertian-etika-bisnis-menurut-para-ahli.html
http://dokumen.tips/documents/kasus-pelanggaran-good-corporate-governance-oleh-pt-
katarina.html
http://danisapujiati94.blogspot.co.id/2015/12/hubungan-etika-bisnis-dan-good.html
https://exaudian.wordpress.com/2016/01/04/peran-good-corporate-governance-dalam-etika-
bisnis/
https://id.wikipedia.org/wiki/Etika
http://lilawatyy95.blogspot.co.id/2015/12/hubungan-etika-bisnis-dan-good.html
http://septian-triadi.blogspot.co.id/2013/01/artikel-etika-bisnis-tulisan.html
http://www.pengertianpakar.com/2015/01/pengertian-manfaat-dan-tujuan-bisnis.html
http://irmaawahyuni.blogspot.co.id/2014/11/makalah-good-corporate-governance.html
http://nyarimakalah.blogspot.co.id/2015/06/makalah-good-corporate-governance-dan.html
http://nadyarachmanita.blogspot.co.id/2015/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://nurisnayni.blogspot.co.id/2015/08/contoh-makalah-good-corporate_4.html
http://lilawatyy95.blogspot.co.id/2015/12/hubungan-etika-bisnis-dan-good.html

15

Anda mungkin juga menyukai