Dosen Pengampu :
Disusun Oleh:
GOOD GOVERNANCE
A. Latar Belakang
Sebagaimana kita tahu bahwa banyak sekali perusahaan-perusahaan yang sudah
berkembang pesat tetapi tidak dapat mempertahankan keberadaan atau operasinya.
Hal tersebut diakibatkan oleh banyak faktor antara lain; factor ekonomi dan industry
serta yang lebih penting lagi system tata kelola perusahaan itu sendiri.
Good Governance menurut Bank Dunia adalah cara kekuasaan yang digunakan dalam
mengelola berbagai sumber daya sosial dan ekonomi untuk pengembangan
masyarakat (the way state power is used in managing economic and social resources
for development of society).
Good governance merupakan tata kelola yang baik pada suatu usaha yang
dilandasi oleh etika profesional dalam berusaha/berkarya. Pemahaman good
governance merupakan wujud penerimaan akan pentingnya suatu perangkat peraturan
atau tata kelola yang baik untuk mengatur hubungan, fungsi dan kepentingan berbagai
pihak dalam urusan bisnis maupun pelayanan publik. Pemahaman atas good
governance adalah untuk menciptakan keunggulan manajemen kinerja baik pada
perusahaan bisnis manufaktur (good corporate governance) ataupun perusahaan jasa,
serta lembaga pelayanan publik/pemerintahan (good government governance).
Pemahaman good governance merupakan wujud respek terhadap sistem dan struktur
yang baik untuk mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan produktivitas
usaha.
Latar belakang munculnya Good Corporate Governance (GCG) atau dikenal dengan
nama tata kelola perusahaan yang baik muncul tidak semata-mata karena adanya
kesadaran akan adanya konsep GCG namun dilatar belakangi oleh maraknya skandal
perusahaan yang menimpa perusahaan- perusahaan besar.
Salah satu dampak signifikan yang terjadi adalah krisis ekonomi di suatu Negara dan
timbulnya praktisi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Sebagai akibat tata kelola
perusahaan yang buruk oleh perusahaan besar yang mana mengakibatkan terjadinya
krisis ekonomi dan krisis kepercayaan investor, seperti yang terjadi di amerika awal
tahun 2000 dan tahun 2008 yang mengakibatkan runtuhnya perusahaan besar yang
ternama didunia, disamping juga mengakibatkan krisis global dibeberapa belahan
Negara didunia. Sebagai contoh, untuk mengatasi hal tersebut pemerintah amerika
mengeluarkan Sarbanes-oxley tahun 2002, undang- undang tersebut berisi penataan
kembali akuntasi perusahaan publik tata kelola perusahaan dan perlindungan terhadap
investor. Oleh karena hal itu UU ini menjadi acuan awal dalam penjabarandan
menciptakan GCG diberbagai Negara.
Adapun prinsip dasar konsep good governance pada akuntan publik meliputi:
a. Fairness (keadilan) dimana akuntan publik dalam memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, harus bersikap independen dan
menegakkan keadilan terhadap kepentingan klien, pemakai laporan keuangan,
maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri.
b. Transparency (transparansi) seorang akuntan publik hendaknya berusaha
untuk selalu transparan terhadap informasi laporan keuangan klien yang diaudit.
c. Accountability (akuntabilitas) seorang akuntan publik harus menjelaskan
peran dan tanggung jawabnya dalam melaksakan pemeriksaan dan kedisiplinan dalam
melengkapi pekerjaan, juga pelaporan.
d. Responsibility (pertanggungjawaban) dimana seorang akuntan publik harus
memastikan dipatuhinya prinsip akuntansi yang berlaku umum dan standar
profesional akuntan publik selama menjalankan profesinya.
Dalam mewujudkan terlaksananya prinsip good governance , akuntan diharapkan
mampu melaksanakan seluruh kode etik akuntan publik dalam prinsip dasar konsep
good governance.
C. Struktur Good Governance
Struktur governance dapat diartikan sebagai suatu kerangka dalam organisasi
untuk menerapkan berbagai prinsip governance sehingga prinsip tersebut dapat
dibagi, dijalankan serta dikendalikan. Secara spesifik, struktur governance harus
didesain untuk mendukung jalannya aktivitas organisasi secara bertanggung jawab
dan terkendali. Pada dasarnya struktur governance diatur oleh undang-undang sebagai
dasar legalitas berdirinya sebuah entitas.
1. Model Anglo-saxon (single board system) yaitu struktur Good Governance
yang tidak memisahkan keanggotaan dewan komisaris dan dewan direksi.
Struktrur governance akan terdiri dari RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham), Board
of Directors (representasi dari para pemegang saham) serta Executive Managers
(manajemen yang akan menjalankan aktivitas). Dalam system ini anggota dewan
komisaris juga merangkap anggota dewan direksi dan kedua dewan ini disebut dengan
board of directors.
2. Model Continental Europe (Two Board System), yaitu struktur Good
Governance yang dengan tegas memisahkan keanggotaan dewan, yakni antara
keanggotaan dewan komisaris sebagai pengawas dan dewan direksi sebagai eksekutif
perusahaan.
Struktur governance terdiri dari RUPS, Dewan Komisaris, Dewan Direktur, dan
Manajemen Eksekutif. Dalam model two board system, RUPS merupakan struktur
tertinggi yang mengangkat dan memberhentikan dewan komisaris yang mewakili para
pemegang saham untuk melakukan kontrol terhadap manajemen. Dewan komisaris
membawahi langsung dewan direksi dalam menjalankan perusahaan.
Yang Dominan antara Nilai Etis dan Teknik Audit atau Akuntansi
Nilai etis harus dipertimbangkan agar sejajar dengan kemampuan teknik. Namun
demikian, yang dominan mungkin ditujukan pada nilai etis, ketika seorang profesional
menemukan masalah yang melebihi kemampuan yang dimilikinya saat itu, nilai
etislah yang akan mendorongnya untuk mengenali dan mengungkapkan fakta tersebut.
Tanpa nilai etis, kepercayaan yang diperlukan dalam hubungan fidusial tidak dapat
dipertahankan, dan hak-hak yang dimiliki oleh profesi akuntansi akan dibatasi,
sehingga mengurangi efektivitas yang dapat diberikan oleh profesi independen pada
masyarakat.
Kesimpulan