Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KELOMPOK 5

RMK & REVIEW JURNAL/ARTIKEL:

“ Tata Kelola Etis dan Akuntabilitas”

Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi

Dosen Pengampu :

Dr. Fidiana, S.E., M.S.A.

Disusun Oleh:

1. Ratry Widya Lestari (21105370621)


2. Fitria Marsya Kurniasari (21105370622)
3. Wahyu Nugroho (21105370623)

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA SURABAYA
2022

TATA KELOLA ETIS DAN AKUNTABILITAS

GOOD GOVERNANCE
A. Latar Belakang
Sebagaimana kita tahu bahwa banyak sekali perusahaan-perusahaan yang sudah
berkembang pesat tetapi tidak dapat mempertahankan keberadaan atau operasinya.
Hal tersebut diakibatkan oleh banyak faktor antara lain; factor ekonomi dan industry
serta yang lebih penting lagi system tata kelola perusahaan itu sendiri.
Good Governance menurut Bank Dunia adalah cara kekuasaan yang digunakan dalam
mengelola berbagai sumber daya sosial dan ekonomi untuk pengembangan
masyarakat (the way state power is used in managing economic and social resources
for development of society).
Good governance merupakan tata kelola yang baik pada suatu usaha yang
dilandasi oleh etika profesional dalam berusaha/berkarya. Pemahaman good
governance merupakan wujud penerimaan akan pentingnya suatu perangkat peraturan
atau tata kelola yang baik untuk mengatur hubungan, fungsi dan kepentingan berbagai
pihak dalam urusan bisnis maupun pelayanan publik. Pemahaman atas good
governance adalah untuk menciptakan keunggulan manajemen kinerja baik pada
perusahaan bisnis manufaktur (good corporate governance) ataupun perusahaan jasa,
serta lembaga pelayanan publik/pemerintahan (good government governance).
Pemahaman good governance merupakan wujud respek terhadap sistem dan struktur
yang baik untuk mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan produktivitas
usaha.
Latar belakang munculnya Good Corporate Governance (GCG) atau dikenal dengan
nama tata kelola perusahaan yang baik muncul tidak semata-mata karena adanya
kesadaran akan adanya konsep GCG namun dilatar belakangi oleh maraknya skandal
perusahaan yang menimpa perusahaan- perusahaan besar.
Salah satu dampak signifikan yang terjadi adalah krisis ekonomi di suatu Negara dan
timbulnya praktisi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Sebagai akibat tata kelola
perusahaan yang buruk oleh perusahaan besar yang mana mengakibatkan terjadinya
krisis ekonomi dan krisis kepercayaan investor, seperti yang terjadi di amerika awal
tahun 2000 dan tahun 2008 yang mengakibatkan runtuhnya perusahaan besar yang
ternama didunia, disamping juga mengakibatkan krisis global dibeberapa belahan
Negara didunia. Sebagai contoh, untuk mengatasi hal tersebut pemerintah amerika
mengeluarkan Sarbanes-oxley tahun 2002, undang- undang tersebut berisi penataan
kembali akuntasi perusahaan publik tata kelola perusahaan dan perlindungan terhadap
investor. Oleh karena hal itu UU ini menjadi acuan awal dalam penjabarandan
menciptakan GCG diberbagai Negara.

B. Prinsip Dasar Konsep Good Governance


Konsep GCG belakangan ini makin mendapat perhatian masyarakat dikarenakan
GCG memperjelas dan mempertegas mekanisme hubungan antara para pemangku
kepentingan didalam suatu organisasi yang mencakup:
a. Hak-hak para pemegang saham
b. Para karyawan dan pihak yang berkepentingan
c. Pengungkapan yang tepat dan akurat
d. Transparasi terkait dengan struktur dan operasi perusahaan
e. Tanggung jawab dewan komisaris dan direksi terhadap perusahaan

Adapun prinsip dasar konsep good governance pada akuntan publik meliputi:
a. Fairness (keadilan) dimana akuntan publik dalam memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, harus bersikap independen dan
menegakkan keadilan terhadap kepentingan klien, pemakai laporan keuangan,
maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri.
b. Transparency (transparansi) seorang akuntan publik hendaknya berusaha
untuk selalu transparan terhadap informasi laporan keuangan klien yang diaudit.
c. Accountability (akuntabilitas) seorang akuntan publik harus menjelaskan
peran dan tanggung jawabnya dalam melaksakan pemeriksaan dan kedisiplinan dalam
melengkapi pekerjaan, juga pelaporan.
d. Responsibility (pertanggungjawaban) dimana seorang akuntan publik harus
memastikan dipatuhinya prinsip akuntansi yang berlaku umum dan standar
profesional akuntan publik selama menjalankan profesinya.
Dalam mewujudkan terlaksananya prinsip good governance , akuntan diharapkan
mampu melaksanakan seluruh kode etik akuntan publik dalam prinsip dasar konsep
good governance.
C. Struktur Good Governance
Struktur governance dapat diartikan sebagai suatu kerangka dalam organisasi
untuk menerapkan berbagai prinsip governance sehingga prinsip tersebut dapat
dibagi, dijalankan serta dikendalikan. Secara spesifik, struktur governance harus
didesain untuk mendukung jalannya aktivitas organisasi secara bertanggung jawab
dan terkendali. Pada dasarnya struktur governance diatur oleh undang-undang sebagai
dasar legalitas berdirinya sebuah entitas.
1. Model Anglo-saxon (single board system) yaitu struktur Good Governance
yang tidak memisahkan keanggotaan dewan komisaris dan dewan direksi.
Struktrur governance akan terdiri dari RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham), Board
of Directors (representasi dari para pemegang saham) serta Executive Managers
(manajemen yang akan menjalankan aktivitas). Dalam system ini anggota dewan
komisaris juga merangkap anggota dewan direksi dan kedua dewan ini disebut dengan
board of directors.
2. Model Continental Europe (Two Board System), yaitu struktur Good
Governance yang dengan tegas memisahkan keanggotaan dewan, yakni antara
keanggotaan dewan komisaris sebagai pengawas dan dewan direksi sebagai eksekutif
perusahaan.
Struktur governance terdiri dari RUPS, Dewan Komisaris, Dewan Direktur, dan
Manajemen Eksekutif. Dalam model two board system, RUPS merupakan struktur
tertinggi yang mengangkat dan memberhentikan dewan komisaris yang mewakili para
pemegang saham untuk melakukan kontrol terhadap manajemen. Dewan komisaris
membawahi langsung dewan direksi dalam menjalankan perusahaan.

D. Mekanisme Good Governance


Mekanisme good governance merupakan suatu aturan main, prosedur dan
hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang
melakukan pengawasan. Mekanisme governance diarahkan untuk menjamin dan
mengawasi berjalannya system governance dalam sebuah organisasi.
Terdapat 2 mekanisme untuk membantu menyamakan perbedaan kepentingan
antara pemegang saham dan manajer dalam rangka penerapan Good Governance,
yaitu :
1. Mekanisme Pengendalian Internal, adalah pengendalian perusahaan yang
dilakukan dengan membuat seprangkat aturan yang mengatur tentang mekanisme bagi
hasil, baik yang berupa keuntungan, return maupun resiko-resiko yang disetujui oleh
principal dan agen.
2. Mekanisme Pengendalian Eksternal, adalah pengendalian perusahaan yang
dilakukan oelh pasar. Menurut teori pasar, untuk melakukan pengendalian
perusahaan, pada saat manajer berperilaku menguntungkan dirinya sendiri, kinerja
perusahaan akan menurun yang direfleksikan oleh nilai saham perusahaan. Pada
kondisi ini, manajer kelompok lain akan menggantikan manajer yang sedang
memegang jabatan. Dengan demikian, bekerjanya market for corporate control bisa
menghambat tindakan menguntungkan diri sendiri oleh manajer.
3. Mekanisme penggendalian lain yang secara luas digunakan dan diharapkan
dapat menyelaraskan tujuan principal dan agen adalah mekanisme melalui pelaporan
keuangan. Melalui laporan keuangan yang merupakan tanggung jawab manajer,
pemilik dapat mengukur, menilai, sekaligus dapat mengawasi kinerja manajer untuk
mengetahui sejauh mana manajer telah bertindak untuk meningkatkan kesejahteraan
pemilik. Laporan keuangan yang dibuat dengan berdasarkan angka-angka akuntansi
diharapkan berperan besar dalam meminimalkan konflik antara berbagai pihak yang
berkepentingan dalam perusahaan.

E. Relevansi Penerapan Kode Etik Akuntan Publik Dalam Praktik


Mewujudkan Good Governance
Banyaknya kasus-kasus yang melibatkan peran akuntan serta adanya statement
yang mengatakan bahwa salah satu penyebabkan terjadinya krisis ekonomi Indonesia
adalah profesi akuntan. Akuntan publik bahkan dituduh sebagai pihak yang paling
besar tanggungjawabnya atas kemerosotan perekonomian Indonesia. Statement ini
muncul karena begitu besarnya peran akuntan dalam masyarakat bisnis. Oleh karena
itu, akuntan (khususnya akuntan publik) diharapkan mampu mengawasi pelaksanaan
Good Governance. Untuk mewujudkan terlaksananya good governance, akuntan
publik diharapkan menerapkan sepenuhnya kode etik akuntan publik.
Good governance sebagai proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan
dan mengelola bisnis dan kegiatan perusahaan ke arah peningkatan pertumbuhan
bisnis dan akuntabilitas perusahaan.
Penerapan good governance dalam KAP berarti membangun kultur, nilai-nilai
serta etika bisnis yang melandasi pengembangan perilaku profesional akuntan.
Diterapkannya good governance pada KAP, diharapkan akan memberi arahan yang
jelas pada perilaku kinerja auditor serta etika profesi pada organisasi KAP. Upaya ini
dimaksudkan agar kiprah maupun produk jasa yang dihasilkannya akan lebih aktual
dan terpercaya, untuk mewujudkan kinerja yang lebih baik dan optimal.
Independensi akuntan publik merupakan salah satu karakter sangat penting
untuk profesi akuntan publik di dalam melaksanakan pemeriksaan akuntansi
(auditing) terhadap kliennya. Pada saat melaksanakan pemeriksaan akuntan, akuntan
publik memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk
membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien.
Klien dapat mempunyai kepentingan yang berbeda, bahkan mungkin bertentangan
dengan kepentingan para pemakai laporan keuangan. Kepentingan pemakai laporan
keuangan yang satu mungkin berbeda dengan pemakai lainnya. Oleh karena itu dalam
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, akuntan
publik harus bersikap independen terhadap kepentingan klien, para pemakai laporan
keuangan, maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri.

PENGEMBANGAN PROGRAM ETIKA

A. Code of Conduct Perusahaan


Kebutuhan tata kelola etis tidak hanya baik bagi bisnis perusahaan. Perubahan-
perubahan terkini pada regulasi pemerintahan merubah ekspektasi secara signifikan.
Dalam era meningkatkan pengawasan, dimana perilaku tidak etis dapat
mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan, sangat dibutuhkan
sistem tata kelola perusahaan yang menyediakan aturan serta akuntabilitas yang tepat
untuk kepentingan shareholders, direktur, dan eksekutif.
Direktur harus cermat dalam mengatur risiko bisnis dan etika perusahaannya. Mereka
harus memastikan bahwa budaya etis telah berjalan dengan efektif dalam perusahaan.
Hal ini membutuhkan pengembangan code of conduct, dan cara yang paling
fundamental dalam menciptakan pemahaman mengenai perilaku yang tepat,
memperkuat perilaku tersebut, dan meyakinkan bahwa nilai yang mendasarinya
dilekatkan pada strategi dan operasi perusahaan. Konflik kepentingan dalam
perusahaan, kekerasan seksual, dan topik–topik serupa perlu diatasi segera dengan
pengawasan yang memadai untuk menjaga agar budaya perusahaan sejalan dengan
ekspektasi saat ini.

B. Pendedikasian Kembali Peran Akuntan Profesional


Peristiwa Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom mengubah fokus akuntan
profesional terhadap perannya sebagai orang yang dipercaya oleh publik. Reputasi
dan eksistensi profesi akuntan di masa depan telah menurun di mata publik, sehingga
perbaikan serta kesuksesannya kembali tergantung pada perubahan yang akan
dilakukan. Profesi akuntan harus mengembangkan pertimbangan, nilai, dan sifat
karakter yang mencakup kepentingan publik, dimana pertimbangan tersebut inheren
dengan munculnya akuntabilitas berorientasi stakeholder dan kerangka tata kelola
(governance framework).
Standar code of conduct yang baru muncul untuk menuntun profesi akuntan serta
memastikan bahwa self-interest, bias, dan kesalahpahaman tidak menutupi
independensinya. Globalisasi mulai mempengaruhi perkembangan aturan dan
harmonisasi standar akuntan profesional, dan hal ini akan terus berkelanjutan. Sama
seperti mekanisme tata kelola untuk korporasi yang menghasilkan batasan dan
yurisdiksi domestik, stakeholder di seluruh dunia akan lebih mengutamakan dalam
menentukan standar kinerja bagi profesi akuntan. Pekerjaan mereka akan melayani
pasar modal dan korporasi global, dan kesuksesannya membutuhkan respek dari
karyawan dan partner yang lebih banyak dibandingkan dahulu. Dengan kemampuan
dan pengetahuan yang dimiliki, akan menarik apabila akuntan profesional dapat
menggunakan kesempatan yang menunjukkan perannya yang lebih luas. Mereka
secara khusus harus menempatkan diri untuk membantu perkembangan mekanisme ke
depan yang menyediakan dan memastikan panduan etika yang lebih baik bagi
organisasi.

Ekspektasi Publik pada Semua Profesional


Seorang profesional bekerja dengan sesuatu yang bernilai, akibat kepercayaan dan
kompetensinya mereka bekerja serta bertanggungjawab. Jika sebuah profesi
kehilangan kredibilitas di mata publik, maka konsekuensinya cukup parah. Dalam
analisis terakhir menyebutkan bahwa sebuah profesi merupakan kombinasi dari
keistimewaan, tugas, dan hak yang semuanya terbingkai dalam sekumpulan nilai
profesional yang umum, nilai yang menentukan bagaimana keputusan dibuat dan
tindakan diambil.

Ekspektasi Publik pada Akuntan Profesional


Akuntan profesional diharapkan mempunyai keahlian khusus berhubungan dengan
akuntansi dan pemahaman yang lebih baik dari orang awam mengenai hal-hal terkait
seperti kontrol manajemen, perpajakan, atau sistem informasi. Sebagai tambahan,
mereka juga diharapkan untuk menganut nilai dan tugas profesional umum serta
menganut standar spesifik yang dikeluarkan oleh badan profesional dimana mereka
bernaung.

Yang Dominan antara Nilai Etis dan Teknik Audit atau Akuntansi
Nilai etis harus dipertimbangkan agar sejajar dengan kemampuan teknik. Namun
demikian, yang dominan mungkin ditujukan pada nilai etis, ketika seorang profesional
menemukan masalah yang melebihi kemampuan yang dimilikinya saat itu, nilai
etislah yang akan mendorongnya untuk mengenali dan mengungkapkan fakta tersebut.
Tanpa nilai etis, kepercayaan yang diperlukan dalam hubungan fidusial tidak dapat
dipertahankan, dan hak-hak yang dimiliki oleh profesi akuntansi akan dibatasi,
sehingga mengurangi efektivitas yang dapat diberikan oleh profesi independen pada
masyarakat.

Prioritas Kewajiban, Loyalitas, dan Kepercayaan pada Fidusial


Salah satu peran utama dari akuntan profesional adalah menawarkan jasa fidusial
untuk masyarakat, maka kinerja dari jasa-jasa tersebut seringkali melibatkan pilihan
yang dapat memihak kepentingan salah satu pihak dari orang yang membayar fee,
pemilik perusahaan/pemegang saham saat ini, pemegang saham potensial di masa
depan, dan stakeholder lainnya termasuk pekerja, pemerintah dan kreditur. Oleh
karena itu, sebagai auditor, loyalitas pada publik tidak boleh lebih kecil dari loyalitas
pada pemegang saham/pemilik perusahaan saat ini, dan tidak boleh mengutamakan
manajemen perusahaan.

Aturan Independensi SEC Baru


Komite khusus tidak mengantisipasi ketidakmampuan anggotanya dalam mengelola
konflik bawaan dari situasi berkepentingan yang muncul saat audit dan jasa lainnya
ditawarkan pada klien yang sama. Pembatasan diperkenalkan oleh SOX dan dibentuk
oleh SEC yang membatasi auditor dari perusahaan yang terdaftar di SEC untuk
mengaudit pekerjaanya sendiri, atau bertindak sebagai pembela untuk klien.

Nilai Tambah Kritis oleh Akuntan Profesional


Kredibilitas adalah nilai tambah dari akuntan profesional dalam jasa assurance yang
lebih baru. Kredibilitas untuk klien/pekerja dan pada masyarakat luas, bergantung
pada reputasi dari seluruh profesi. Reputasi berasal dari nilai profesional yang dianut
dan ekspektasi yang dibentuk dari pihak-pihak yang dilayani. Secara khusus, nilai
tambah kritis oleh akuntan profesional berada pada ekspektasi bahwa apapun jasa
yang ditawarkan akan didasarkan pada integritas dan objektivitas, dan nilai-nilai ini
sebagai tambahan untuk menjamin standar minimum kompetensi, kredibilitas atau
keyakinan pada laporan atau aktivitas.

Standar yang Diharapkan untuk Perilaku


Publik, khususnya klien mengharapkan bahwa akuntan profesional akan melakukan
jasa fidusial dengan kompetensi, integritas, dan objektivitas. Integritas, kejujuran dan
objektivitas sangat penting dalam pelaksanaan yang tepat dari tugas fidusial.

Kesimpulan

Penerapan good governance pada akuntan publik membawa konsekuensi


berbagai hubungan antara good governance dengan kinerja auditor internalnya. Nilai-
nilai dan etika profesi menjadi dasar penerapan good governance sebagai motivasi
perilaku profesional yang efektif, jika dibentuk melalui pembiasaan-pembiasaan yang
terkandung pada suatu budaya organisasi. Keberhasilan implementasi good
governance banyak ditentukan oleh itikad baik ataupun komitmen anggota organisasi
untuk sungguh-sungguh mengimplementasikannya.
Pemahaman good governance bagi akuntan publik merupakan landasan
moral/etika profesi yang harus diinternalisasikan dalam dirinya. Seorang akuntan
publik yang memahami good governance secara benar dan didukung independensi
yang tinggi, maka akan mempengaruhi perilaku profesional akuntan dalam berkarya
dengan orientasi pada kinerja yang tinggi untuk mencapai tujuan akhir sebagaimana
diharapkan oleh berbagai pihak.

Anda mungkin juga menyukai