Anda di halaman 1dari 14

TUGAS BESAR 2

BUSINESS ETHICS AND GOOD GOVERNANCE

Corporate Governance And Business Ethical Values

Oleh Kelompok 11

1. Gusti Ray Hardiyanti 55119120164


2. Daniel Patrick Martahan 55119120170
3. Sitti Sylvina 55119120173

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2020
I. PERMASALAHAN
Sebagai masalah praktis, etika bisnis dibatasi oleh outline yang agak kaku dan
terorganisir oleh serangkaian praktek-praktek organisasi. Investasi dalam etika
bisnis merupakan persyaratan untuk entitas keterlibatan terus-menerus sebuah
organaisasi. Etika bisnis dan corporate governance adalah suatu aspek dalam
program yang sangat khusus dan pelatihan perusahaan untuk mencapai tujuan
organisasi. Ketika etika beroperasi sebagian diperlukan dari praktek bisnis
(Drumea, 2011), itu menjadi ciri untuk pemahaman peristiwa dari awal dan memiliki
peran penting dalam penciptaan suatu inovasi baru.
Upaya untuk mengartikulasikan jelas perspektif pedoman untuk penanganan
bisnis bisa mempengaruhi kita mengabaikan fitur perilaku manusia yang legalitas
dan moralitas bertujuan untuk mempertahankan. Etika dalam bisnis mencakup
kekuatan untuk bereaksi terhadap tuntutan yang saling bersaing dan mendorong
manusia disepanjang keterlibatan mereka dalam suatu organisasi dan bisnis yang
sudah terkoneksi. (Pelukis-Morland, 2008).
II. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskripsi yang
hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau
menjelaskan, hubungan tidak menguji hipótesis atau membuat prediksi.
Penelitian deskripsi oleh banyak peneliti disebut juga penelitian survei. Tujuan
penelitian dekriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat serta fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antara fenomena yang diselidiki.
III. HASIL PENELITIAN
Dalam Implementasi etika bisnis pada CORPORATE GOVERNANCE dan
tata kelola perusahaan dapat dirasakan peningkatan kinerja perusahan yaitu
keuntungan, pertumbuhan, image corporate atau nama baik dan kepercayaan
shareholder, stakeholder, suplier. Penerapan Good Corporate Governance dapat
didorong dari dua sisi, yaitu etika dan peraturan. Dorongan dari etika (ethical
driven) datang dari kesadaran individu- individu pelaku bisnis untuk menjalankan
praktik bisnis yang mengutamakan kelangsungan hidup perusahaan, kepentingan
stakeholders, dan menghindari cara-cara menciptakan keuntungan sesaat.
Inti dari Good Corporate Governance adalah moral dan etika yang dibarengi
dengan perangkat hukum. Apabila digambarkan Good Corporate Governance
dalam perspektif etika bisnis adalah seperti kaitan antara nilai, norma dan moral.
Nilai merupakan suatu yang abstrak. Tidak dapat dilihat, dan diraba. Tetapi nilai
ini hidup dan diakui oleh masyarakat. Nilai ini sama seperti etika dalam bisnis.
Tidak terlihat dan tidak dapat disentuh, tetapi setiap pelaku bisnis mengetahui
mengenai apa yang termasuk ke dalam etika dalam pelaksanaan bisnis.
Etika ini pun dilaksanakan oleh para pelaku bisnis. Walaupun tidak terlihat tetapi
dengan menerapkan etika bisnis ini para pelaku bisnis dapat merasakan manfaat
dan pengaruhnya terhadap bisnis mereka. Selanjutnya adalah norma. Norma ini
level selanjutnya di atas nilai. Karena norma ini dapat dilihat dan di rasakan
keberadaannya. Norma dibuat dalam rangka usaha mewujudkan nilai. Norma
disini dapat di samakan dengan Good Corporate Governance. Etika bisnis yang
abstrak itu mulai di usahakan untuk di konkritkan dengan dibuatnya konsep Good
Corporate Governance. Kalau etika bisnis mengatur mengenai perbuatan apa
saja yang boleh dan tidak boleh, salah dan benar, baik dan buruk, Good Corporate
Governance lebih kepada pengaturan mengenai apa yang harus dilakukan
perusahaan secara konkrit yang didalamnya sudah terkandung etika bisnis tadi.

Pengelolaan Good Corporate Governance (GCG) organisasi dapat membentuk


struktur dan fungsinya yang bertugas untuk mengelola pelaksanaan GCG
tersebut di perusahaan. Pembentukan struktur pengelolaan ini dimaksudkan agar
pengelolaan GCG dapat dilakukan secara sistematis, terarah dan berkelanjutan.
Struktur pengelolaan disesuaikan dengan skala organisasi dan kompleksitas
usaha yang ada di perusahaan serta fungsi pengelolaannya adalah untuk
membantu dewan komisaris selaku penanggung jawab pelaksana GCG yang
sesuai dengan ketentuan penerapan GCG pada organisasi tersebut. Organisasi
wajib melaksanakan prinsip-prinsip GCG dalam setiap kegiatan usahanya pada
seluruh tingkatan atau jenjang organisasi termasuk pada saat penyusunan visi,
misi, rencana starategis, pelaksanaan kebijakan dan langka-langka pengawasan
internal.
Moral ini seperti kode etik ataupun aturan mengenai prinsip Good Corporate
Governance secara tertulis atau yang lebih dikenal dengan Pedoman Prinsip
Good Corporate Governance. Etika bisnis dan Good Corporate Governance tadi
yang bentuknya abstrak dan semi nyata, harus diwujudkan dengan satu alat yang
punya kekuatan lebih powerfull agar para pelaku bisnis dapat mematuhinya tanpa
rasa kebingungan. Kode etik berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan etika
bisnis dan prinsip Good Corporate Governance yang baik dan sesuai dengan
peraturan, baik peraturan negara ataupun peraturan perusahaan. Jadi etika bisnis
dan Good Corporate Governance memiliki keterkaitan yang sangat erat. Dimana
apabila Good Corporate Governance ingin diterapkan maka dibutukan
pengetahuan mengenai etika bisnis yang baik. Dalam prinsip Good Corporate
Governance pun sudah terkandung etika bisnis yang diperlukan dalam
meningkatkan kualitas perusahaan. Jadi keduanya merupakan hal yang sangat
penting dalam upaya meningkatkan nilai dari suatu perusahaan. Tetapi
pelaksanaan baik etika bisnis maupun prinsip Good Corporate Governance
memerlukan suatu instrumen berupa pedoman yang mengatur secara tertulis
mengenai etika bisnis yang harus dilaksanakan dan prinsip Good Corporate
Governance tersebut.

Pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance (GCG) dimaksud paling kurang


harus diwujudkan dalam :
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris dan direksi
2. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja yang
menjalankan fungsi pengendalian intern
3. Penerapan fungsi kepatuhan, auditor internal, dan auditor eksternal
4. Penerapan manajemen resiko, termasuk system pengendalian intern
5. Penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar
6. Rencana strategis
7. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan

Dalam prinsip Good Corporate Governance pun sudah terkandung etika bisnis
yang diperlukan dalam meningkatkan kualitas perusahaan. Jadi keduanya
merupakan hal yang sangat penting dalam upaya meningkatkan nilai dari suatu
perusahaan. Tetapi pelaksanaan baik etika bisnis maupun prinsip Good
Corporate Governance memerlukan suatu instrumen berupa pedoman yang
mengatur secara tertulis mengenai etika bisnis yang harus dilaksanakan dan
prinsip Good Corporate Governance tersebut.
Jika etika bisnis yang sehat adalah yang dicapai oleh perusahaan, maka
menerapkan suatu prinsip Good Corporate Governance oleh suatu perusahaan
dapat sebagai salah satu satu alat untuk mencapai etika bisnis yang baik tersebut.
Pentingnya tata kelola perusahaan yang sehat untuk stabilitas pasar dan
kepercayaan pasar penerapan GCG sebagai bagian dari etika bisnis ini pada
gilirannya dapat mempengaruhi pasar dan menjadi bahan pertimbangan yang
penting dalam proses pengambilan keputusan. Perusahaan tidak dapat
memberikan pengembalian terhadap investasi pemegang saham, jika produk
yangdihasilkannya tidak dibeli oleh konsumen. Maka penting bagi perusahaan
untuk memastikan bahwa kebutuhan konsumen dipenuhi dengan barang dan jasa
yang kompetitif.

IV. ANALISIS DENGAN KONDISI DI INDONESIA


Tata kelola perusahaan atau corporate governance adalah rangkaian proses,
kebiasaan, kebijakan, aturan, dan institusi yang mempengaruhi pengarahan,
pengelolaan, serta pengontrolan suatu perusahaan atau korporasi Tata kelola
perusahaan juga mencakup hubungan antara para pemangku kepentingan
(stakeholder) yang terlibat serta tujuan pengelolaan perusahaan. Dan dimana
dalam pengelolanya. DImana Good corporate governance (GCG) secara definitif
merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang
menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder (Monks,2003).
Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak
pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada
waktunya dan, kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan
(disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi
kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder.

Good Corporate Governance menurut difinisi yang diberikan Bank Dunia (World
Bank) adalah kumpulan hukum, peraturan dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi
yang dapat mendorong kinerja sumbersumber perusahaan bekerja secara efisien,
menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang, yang berkesinambungan bagi para
pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.
Dalam lingkungan pemerintahan dan dunia usaha terutama dalam dekade terakhir
ini, berkembang istilah dan konsep good governance. Istilah dan konsep tersebut
berkembang terutama sejak Indonesia dilanda krisis multi dimensi pada tahun
1997. Krisis multi dimensi tersebut membuka kesadaran semua pihak bahwa
terjadi ketidakberesan dalam pengelolaan pemerintahan dan dunia usaha, yang
ditandai maraknya praktik kolusi, korupsi, nepotisme, persaingan usaha secara
curang, praktik monopoli, dan lain-lain, serta membuka mata seluruh elemen
bangsa akan pentingnya pengelolaan pemerintahan dan dunia usaha secara baik
(good governance). sebagian besar nilai pasar perusahaan-perusahaan Indonesia
yang tercatat di pasar modal (sebelum krisis) ternyata overvalued.

Dikemukakan bahwa sekitar 90% nilai pasar perusahaan publik ditentukan oleh
growth expectation dan sisanya 10% baru ditentukan oleh current earning stream.
Sebagai pembanding, nilai dari perusahaan publik yang sehat di negara maju
ditentukan dengan komposisi 30% dari growth expectation dan 70% dari current
earning stream, yang merupakan kinerja sebenarnya dari korporasi. Jadi,
sebenarnya terdapat ”ketidakjujuran” dalam permainan di pasar modal yang
kemungkinan dilakukan atau diatur oleh pihak yang sangat diuntungkan oleh
kondisi tersebut.

GCG di Indonesia dikeluarkan pertama kali oleh KNKCG pada tahun 1999,
Pemerintah bersama stakeholder terkait berkesinambungan membahas pedoman
umum GCG sektor perbankan dan sektor perasuransian. Seiring dengan itu, telah
terjadi perubahan-perubahan yang mendasar, baik di dalam negeri maupun di luar
negeri.

Tak dipungkiri, perubahan yang dimaksud adalah krisis ekonomi dan moneter
pada tahun 1997-1999 di Indonesia. Krisis ini berkembang menjadi krisis
multidimensi yang berkepanjangan. Krisis berkepanjangan ini merupakan dampak
lanjutan akibat dari banyaknya perusahaan yang belum menerapkan GCG secara
konsisten, khususnya belum diterapkannya etika bisnis.

Pada bulan November 2004, KNKCG diganti menjadi Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG) berdasarkan Keputusan Menko Bidang Perekonomian
Nomor: KEP/49/M.EKON/11/2004 yang terdiri atas Sub-Komite Publik dan Sub-
Komite Korporasi.

Dua tahun berselang, KNKG menetapkan Pedoman Umum GCG Indonesia yang
menjadi acuan bagi perusahaan umum untuk melaksanakan GCG. KNKG
menegaskan bahwa Pedoman GCG dikeluarkan bagi semua perusahaan di
Indonesia. Tak terkecuali bagi perusahaan yang beroperasi atas dasar prinsip
syariah.

Pedoman umum GCG di Indonesia memuat prinsip dasar dan pedoman pokok
pelaksanaan GCG dan merupakan standar minimal. Standar minimal ini akan
ditindaklanjuti dan dirinci dalam Pedoman Sektoral yang dikeluarkan oleh KNKG.
Berdasarkan pedoman tersebut, tiap perusahaan perlu membuat manual yang
lebih bersifat operasional.

Pedoman GCG juga memberikan acuan penciptaan situasi kondusif untuk


melaksanakan GCG. Terkait hal ini, pedoman GCG memuat tiga pilar yang saling
berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator; dunia usaha
sebagai pelaku pasar; dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia
usaha.

Di Indonesia sendiri, pemerintah berupaya untuk menerapkan Konsep good


corporate governance di seluruh perusahaan yang ada diindonesia dengan
memasukan ke dalam regulasi, diman konsep good corporate governance sebagai
model pengelolaan perusahaan yang bersifat modern diyakini mampu membawa
perubahan pengelolaan bank menjadi lebih baik dalam menghadapi tantangan
masa kini dan masa depan yang diwarnai ketatnya persaingan antarbank dalam
merebut kepercayaan nasabah dan pengembangan usaha bank. Meskipun tidak
menyebut tentang tata kelola atau good corporate governance, pentingnya
pengelolaan perbankan secara baik agar bank menjadi industri yang sehat telah
diingatkan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan Undan-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Dalam Penjelasan Umumnya
dinyatakan bahwa “…terhadap lembaga perbankan perlu senantiasa terdapat
pembinaan dan pengawasan yang efektif dengan didasari oleh landasan gerak
yang kokoh agar lembaga perbankan mampu berfungsi dengan efisien, sehat,
wajar dan mampu menghadapi persaingan yang semakin bersifat global, mampu
melindungi secara baik dana yang dititipkan masyarakat kepadanya serta mampu
menyalurkan dana tersebut ke bidangbidang yang produksti bagi pencapaian
sasaran pembangunan.
Perusahaan menerapkan Tata Kelola Perusahaan yang baik dengan
meningkatkan semangat kerja, akuntabilitas, keadilan, transparansi dan tanggung
jawab. Memperbaiki pengelolaan dan control Perseroan untuk memastikan bahwa
standar-standar di bidang hukum dan keuangan berjalan dalam kerangka tata
kelola yang diatur berdasarkan hukum dan perundang-undangan serta Anggaran
Dasar Perseroan. Good corporate governance meliputi:
• Laporan Keuangan
Perseroan mengumumkan Laporan Keuangan Triwulanan, Tengah Tahunan dan
Tahunan ke masyarakat secara tepat waktu.Laporan Keuangan dan catatannya
dipersiapkan berdasarkan prinsip-prinsip Akuntansi yang diterapkan secara
konsisten.
• Rapat Umum Pemegang Saham
Setiap tahun Perseroan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham untuk
melaporkan kinerja dan tata laksana keuangan Perseroan untuk tahun buku yang
telah berjalan untuk mendapatkan persetujuan dari Para Pemegang Saham serta
penunjukan Akuntan Publik.
• Dewan Komisaris
Dewan Komisaris Perseroan bertugas untuk melaksanakan fungsi pengawasan
terhadap Direksi Perseroan.
• Direksi
Direksi diharuskan menjalankan tugas nya secara professional dan memenuhi
sistim serta prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan Anggaran Dasar
Perseroan
• Komisaris Independen
Dalam kerangka tata kelola Perusahaan, Dewan Komisaris dalam tugasnya
melaksanakan fungsi penawasan terhadap Direksi, haruslah independen.
Komisaris Independen diharuskan tidak mempunyai hubungan dengan Direksi
maupun Para Pemegang Saham.
• Komite Audit
Komite Audit bertugas untuk memastikan kepatuhan (compliance) perusahaan
terhadap Hukum dan Peraturan Perundang-undangan, memastikan kelayakan dan
ketelitian dari Laporan Keuangan yang mencakup Laporan Keuangan dari Auditor
Independen, mengamati effektifitas sistim pengwasan internal perusahaan yang
dibuat oleh Dewan Komisaris dan Direksi.

5 Asas Dalam Pedoman GCG Indonesia


Dalam Pedoman GCG Indonesia yang diterbitkan pada tahun 2006 tersebut,
terdapat lima Asas GCG untuk korporasi umum, yaitu:

• Transparansi atau Keterbukaan (Transparency)


• Akuntabilitas (Accountability)
• Tanggung jawab (Responsibility)
• Kemandirian (Independency)
• Kewajaran (Fairness)

Secara lebih khusus, KNKG juga menerbitkan pedoman tahun 2008 untuk
korporasi publik dengan Asas GCG yang berbeda, yaitu

• Demokrasi
• Transparansi
• Akuntabilitas
• Budaya Hukum
• Kewajaran

Pedoman GCG Indonesia menjadi acuan bagi perusahaan dalam


mengimplementasikan GCG. Penerapan GCG di sini dimaksudkan dalam rangka:

• Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan


berdasarkan asas transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, kemandirian
serta kewajaran.
• Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ
perusahaan. Organ yang dimaksud ialah dewan komisaris, direksi, dan
Rapat Umum Pemegang Saham.
• Mendorong pemegang saham, anggota dewan komisaris dan anggota
direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya
dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan.
• Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan
terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan, terutama di sekitar
perusahaan.
• Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap
memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.
• Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun
internasional sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat
mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang
berkesinambungan.

Selain itu, visi KNKG juga telah diperbaharui menjadi sebuah lembaga resmi
pemerintah yang berperan dalam mendorong dan meningkatkan efektivitas
penerapan good governance di Indonesia dalam rangka membangun kultur yang
berwawasan good governance, baik di sektor publik maupun korporasi.
Pelaksanaan Pedoman Umum Good Corporate Governanceoleh
perusahaanperusahaan di Indonesia baik perusahaan terbuka
(Emiten/Perusahaan Publik) maupun perusahaan tertutup pada dasarnya
bersifat comply and explain. Di mana perusahaan diharapkan menerapkan seluruh
aspek Pedoman Good Corporate Governanceini. Apabila belum seluruh aspek
pedoman ini dilaksanakan maka perusahaan harus mengungkapkan aspek yang
belum dilaksanakan tersebut beserta alasannya dalam laporan tahunan.

Namun, pada penerapannya, Proses penerapan Good Corporate Governance tidak


berdampak secara langsung kepada kinerja perusahaan dalam jangka pendek.
Manfaat penerapan Good Corporate Governance bersifat longterm atau jangka
panjang. Penerapan Good Corporate Governance ini seharusnya menjadi kultur
bagi perusahaan, tetapi penerapannya sekarang sebagian besar hanya karena
dorongan regulasi. Kurangnya keseriusan perusahaan – perusahaan di Indonesia
dalam penerapan Good Corporate Governance ini disebabkan oleh buruknya
sistem birokrasi dan penegakan hukum di Indonesia (Purwani, 2010). Penyebab
kurang baiknya penerapan Good Corporate Governance di Indonesia disebabkan
adanya benturan kepentingan ( conflict of interest). Dimana Seluruh karyawan &
pimpinan perusahaan harus dapat menjaga kondisi yang bebas dari suatu benturan
kepentingan (conflict of interest) dengan perusahaan. Suatu benturan kepentingan
dapat timbul bila karyawan & pimpinan perusahaan memiliki, secara langsung
maupun tidak langsung kepentingan pribadi didalam mengambil suatu keputusan,
dimana keputusan tersebut seharusnya diambil secara obyektif, bebas dari keragu-
raguan dan demi kepentingan terbaik dari perusahaan. Beberapa kode etik yang
perlu dipatuhi oleh seluruh karyawan & pimpinan perusahaan, antara lain
menghindarkan diri dari situasi (kondisi) yang dapat mengakibatkan suatu benturan
kepentingan.

Selain itu setiap karyawan & pimpinan perusahaan yang merasa bahwa dirinya
mungkin terlibat dalam benturan kepentingan harus segera melaporkan semua hal
yang bersangkutan secara detail kepada pimpinannya (atasannya) yang lebih
tinggi. Setiap karyawan & pimpinan perusahaan yang melanggar ketentuan dalam
Kode Etik tersebut perlu dikenakan sanksi yang tegas sesuai dengan
ketentuan/peraturan yang berlaku di perusahaan, misalnya tindakan disipliner
termasuk sanksi pemecatan (Pemutusan Hubungan Kerja). Untuk melakukan
pengujian atas Kepatuhan terhadap Kode Etik tersebut perlu dilakukan semacam
audit kepatuhan (compliance audit) oleh pihak yang independent, misalnya Internal
Auditor, sehingga dapat diketahui adanya pelanggaran berikut sanksi yang akan
dikenakan terhadap karyawan & pimpinan perusahaan yang melanggar kode etik.
Akhirnya diharpkan para karyawan maupun pimpinan perusahaan mematuhi Code
of Corporate & Business Conduct yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebagai
penerapan GCG.

Melemahnya penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance mereka,


dikarenakan makin terpisahnya hubungan pemegang saham dengan manajemen
perusahaan. Kelemahan prinsip Good Corporate Governance itu antara lain
ditandai oleh empat macam hal, yaitu:
1. Lemahnya peranan the Board of directors dalam mengendalikan
pengelolaan perusahaan; Board of directors kurang aktif dalam
menganalisis strategis bisnis perusahaan,
2. Semakin bebasnya manajemen perusahaan mengelola harta dan utang
perusahaan dan mengambil keputusan-keputusan penting yang
bersangkutan dengan kelangsungan hidup perusahaan,
3. Tidak transparan, akurat dan tepat waktunya pengungkapan laporan
perkembangan bisnis dan keuangan oleh Board of directors kepada
pemegang saham dan kreditur,
4. Dalam banyak kasus auditor yang mengaudit laporan keuangan
perusahaan tidak bekerja dibawah pengawas langsung komite audit dan
tidak bebas dari pengaruh manajemen senior perusahaan.

Disadari atau tidak, penerapan Good Corporate Governancedalam implementasi


etika dalam bisnis memiliki peran yang sangat besar. Pada intinya etika bisnis
bukan lagi merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh pelaku bisnis
tetapi menjadi suatu kebutuhan yang harus terpenuhi. Salah satu contohnya pada
prinsip-prinsip GCG mencerminkan etika bisnis yang dapat memenuhi keinginan
seluruh stakeholdernya. Etika bisnis yang baik dan sehat menjadi kunci bagi suatu
perusahaan untuk membuatnya tetap berdiri kokoh dan tahan terhadap segala
macam serangan ketidakstabilan ekonomi.

Uraian di atas menunjukkan bahwa pengelolaan perusahaan secara baik dengan


penerapan konsep Good Corporate Governance diyakini akan mampu membawa
perusahaan lebih maju dan berkembang. Namun, penerapan konsep Good
Corporate Governance secara tidak tepat dapat saja menjadi bumerang yang
meruntuhkan usaha dan menghancurkan perusahaan. Dengan demikian,
diperlukan suatu pemahaman yang benar mengenai konsep Good Corporate
Governance sehingga dalam penerapannya dapat menjadi sarana bagi
pengembangan usaha dan perusahaan
Untuk mewujudkan GCG secara konsisten, diperlukan sikap integritas dari seluruh
karyawan dan perusahaan. integritas terwujud bila adanya pedoman perilaku dan
etika usaha yang disusun berlandaskan nilai-nilai perusahaan dalam
melaksanakan misi dan mewujudkan visi Perusahaan. Pedoman Perilaku dan
Etika Usaha ada agar tersedianya petunjuk praktis bagi Perusahaan dan seluruh
insannya dalam menjalankan aktivitas bisnis yang memenuhi prinsip-prinsip GCG,
tersedianya panduan untuk mewujudkan nilai-nilai Perusahaan, dan tersedianya
acuan bagi insan perusahaan untuk menghindari benturan kepentingan dalam
melaksanakan peran dan tanggung jawab di lingkungan kerja.

Pedoman Perilaku merupakan bagian dari pelaksanaan GCG berisi tentang


kewajiban yang harus dilaksanakan dan larangan yang harus dihindari sebagai
oleh seluruh karyawan Perusahaan sebagai penjabaran pelaksanaan prinsip-
prinsip GCG, yang terdiri dari; Transaparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas,
Independensi, dan Fairness (Keadilan). Mengingat lingkungan bisnis yang sangat
dinamis, maka perlu dikaji Pedoman Perilaku secara berkesinambungan dalam
rangka mendapatkan standar kerja yang terbaik bagi Perusahaan.

Etika Usaha merupakan standar perilaku yang diharapkan dari Perusahaan dalam
berinteraksi dan berhubungan dengan pemangku kepentingan, seperti karyawan,
pelanggan, pemasok, kreditur, pemerintah, pemegang saham, media, pesaing,
dan masyarakat sekitar. Untuk menjamin kelangsungan usaha dan keberhasilan
sebagai sebuah Perusahaan yang kompetitif, Perusahaan seyognyanya
bertanggung jawab untuk; menjalankan kegiatan usaha dengan cara yang etis dan
mematuhi peraturan perundangan yang berlaku, berkomitmen penuh terhadap
standar etika dan pelaksanaan peraturan perundangan yang berlaku, memahami
dan mendukung pengembangan masyarakat setempat dengan menerapkan
prinsip-prinsip saling menghargai dan saling mengembangkan, dan mendukung
pelestarian lingkungan di wilayah operasi Perusahaan.

Yang mana pada point utamanya etika bisnis bukan lagi merupakan suatu
kewajiban yang harus dilakukan oleh pelaku bisnis tetapi menjadi suatu kebutuhan
yang harus terpenuhi. Etika bisnis adalah salah satu yang terpenting dalam upaya
penerapan GCG tersebut. Menerapkan etika bisnis secara konsisten hingga dapat
mewujudkan iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan merupakan salah satu
sumbangsih besar yang dapat diberikan oleh dunia usaha untuk mendorong
terciptanya pasar yang efisien, transparan dan mampu memberikan manfaat yang
besar bagi seluruh stakeholder-nya. Belakangan banyak muncul pertanyaan
mengenai apakah etika bisnis merupakan suatu hal yang penting bagi perusahaan
dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Seandainya tidak dilaksanakan, suatu
entitas tetap dapat berjalan dengan baik dan memberikan keuntungan.
Jika etika bisnis yang sehat adalah yang dicapai oleh perusahaan, maka
menerapkan suatu prinsip Good Corporate Governance oleh suatu perusahaan
dapat sebagai salah satu satu alat untuk mencapai etika bisnis yang baik tersebut.
Pentingnya tata kelola perusahaan yang sehat untuk stabilitas pasar dan
kepercayaan pasar penerapan GCG sebagai bagian dari etika bisnis ini pada
gilirannya dapat mempengaruhi pasar dan menjadi bahan pertimbangan yang
penting dalam proses pengambilan keputusan.

Anda mungkin juga menyukai