Anda di halaman 1dari 28

ABSTRAK

Untuk menjawab tantangan dan isu-isu global perusahaan dituntut untuk

melakukan pengelolaan perusahaan yang baik dan setiap personil haruslah

mengedepankan etika, agar nantinya misi dan visi perusahaan yang telah

digariskan mampu tercapai. Jika etika bisnis yang sehat merupakan sesuatu yang

ingin dicapai oleh perusahaan, maka menerapkan suatu prinsip Good Corporate

Governance dapat menjadi salah satu satu alat untuk mencapai etika bisnis yang

baik tersebut. Penerapan GCG dan mengedepan etika dibandingkan dengan

kepentingan pemilik memang tidak mudah. Tapi pasti ada manfaat yang diperoleh

oleh perusahaan, dan bukan hanya sesaat tetapi jangka panjang.

Kata Kunci : Perusahaan, Etika, GCG

PENDAHULUAN

Perkembangan ekonomi global yang semakin meningkat dewasa ini menuntut

perusahaan atau organisasi untuk mampu menangkap peluang bisnis baik secara

lokal maupun internasional. Perekonomian global dengan segala pernak-

perniknya banyak menawarkan dampak yang positif terutama terjadinya interaksi

antara negara dengan perekonomian yang telah maju dengan negara-negara

dengan perekonomian yang sedang berkembang. Interaksi tersebut dapat

diwujudkan dalam bentuk kerjasama ekonomi sehingga mampu membawa

manfaat seperti pengenalan teknologi baru, adanya akses ke pasar baru dan

terjadinya penciptaan industri baru (Stiglitz, 2000). Kunci utama untuk


memenangkan persaingan di pasar global dan mempertahankan kelangsungan

hidup perusahaan adalah dengan menciptakankeunggulan kompetitif (competitive

advantage). Selain itu juga dalam era globalisasi suatu perusahaan juga dituntut

untuk mampu melakukan praktek-praktek manajemen yang berorientasi pada

keterbukaan (transparancy), fokus pada perubahan, berinovasi secara terus

menerus dan mampu mengembangkan kepemimpinan yang bersifat kolektif

(Barbey, 2000).

Untuk menjawab tantangan dan isu-isu global tersebut oleh perusahaan maka

diperlukan adanya sistem pengelolaan perusahaan yang baik dan setiap personil

yang mengedepankan etika, agar nantinya misi dan visi perusahaan yang telah

digariskan mampu tercapai. Bahkan GCG telah dijadikan bagian dari keunggulan

bersaing (competitive advantage) perusahaan guna memasuki pasar global dan

meraih kepercayaan dari para stakeholder(supplier, investor, konsumen,

pemerintah, karyawan dan masyarakat) (Chi-Kun Ho, 2005). Isu ini menjadi

penting karena masyarakat internasional saat ini menuntut suatu perusahaan yang

ingin bersaing dipasar internasional harus mampu bersikap terbuka

(transparency), bertanggung jawab (responsibility), berkeadilan (fairness),

mandiri (independency) dan memiliki kredibilitas (accountability). Dengan

demikian diharapkan dengan adanya perubahan dan transformasi peran dan fungsi

sumber daya manusia dari bersifat mendasar dan tradisional menjadi peran dan

fungsi bisnis dan strategis diharapkan akan mampu mewujudkan sistem tata kelola

perusahaan yang baik (good corporate governance) dan mampu bertanggung

jawab secara sosial (corporate social responsibility) sehingga dapat membawa


perusahaan mampu berbicara dan menjawab tantangan pasar global sekaligus

meningkatkan keunggulan bersaingnya (competitive advantage).

Corporate governance adalah seperangkat tata hubungan antara manajemen,

direksi, dewan komisaris, pemegang saham dan para pemangku kepentingan

(stakeholders) lainnya yang mengatur dan mengarahkan kegiatan perusahaan

(OECD, 2004). Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk menjaga

kelangsungan hidup perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas

transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan

kesetaraan.

Etika bisnis adalah salah satu yang terpenting dalam upaya penerapan GCG

tersebut. Menerapkan etika bisnis secara konsisten hingga dapat mewujudkan

iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan merupakan salah satu sumbangsih

besar yang dapat diberikan oleh dunia usaha untuk mendorong terciptanya pasar

yang efisien, transparan dan mampu memberikan manfaat yang besar bagi seluruh

stakeholder-nya. Belakangan banyak muncul pertanyaan mengenai apakah etika

bisnis merupakan suatu hal yang penting bagi perusahaan dalam menjalankan

kegiatan bisnisnya. Seandainya tidak dilaksanakan, suatu entitas tetap dapat

berjalan dengan baik dan mmberikan keuntungan.

Jika etika bisnis yang sehat adalah yang dicapai oleh perusahaan, maka

menerapkan suatu prinsip Good Corporate Governance oleh suatu perusahaan

dapat sebagai salah satu satu alat untuk mencapai etika bisnis yang baik tersebut.

Pentingnya tata kelola perusahaan yang sehat untuk stabilitas pasar dan
kepercayaan pasar penerapan GCG sebagai bagian dari etika bisnis ini pada

gilirannya dapat mempengaruhi pasar dan menjadi bahan pertimbangan yang

penting dalam proses pengambilan keputusan. Contoh, pemegang saham

menanamkan modalnya untuk membiayai perusahaan, dan tentu saja mereka

mengharapkan agar perusahaan dikelola dengan baik untuk memastikan bahwa

investasinya aman dan dapat memberikan tingkat pengembalian yang

tinggi.Perusahaan

tidak dapat memberikan pengembalian terhadap investasi pemegang saham, jika

produk yangdihasilkannya tidak dibeli oleh konsumen. Maka penting bagi

perusahaan untuk memastikan bahwa kebutuhan konsumen dipenuhi dengan

barang dan jasa yang kompetitif.

Penerapan GCG dan mengedepan etika dibandingkan dengan kepentingan pemilik

memang tidak mudah. Tapi pasti ada manfaat yang diperoleh oleh perusahaan,

dan bukan hanya sesaat tetapi jangka panjang. Memang ada biaya tambahan yang

harus dikeluarkan, namun akan sangat membantu memastikan kita untuk terus

dapat mengembangkan bisnis. Jika perusahaan tidak perlu dikelola dengan baik,

siapa yang dapat memastikan bahwa ada perlindungan kepada semua stakeholder?

Kalau sudah hilang kepercayaan pasar, apakah kira-kira masih besar kesempatan

untuk berkembang?

DEFINISI

Pengertian Good Corporate Governance


Berbagai peristiwa dalam dasawarsa terakhir telah menjadikan corporate

governance sebuah isu penting di kalangan para eksekutif, organisasi organisasi

NGO, para konsultan korporasi, akademis, dan regulator (pemerintah) di berbagai

belahan dunia. Isu isu yang terkait dengan corporate governance seperti insider

trading, transparansi, akuntabilitas, independensi, etika bisnis, tanggung jawab

social (corporate social responsibility)dan perlindungan investor telah menjadi

ungkapan ungkapan yang lazim diperbincangkan di kalangan para pelaku usaha.

Corporate governance juga telah menjadi salah satu isu paling penting bagi para

pelaku usaha diberbagai belahan dunia, termasuk pengusaha di Indonesia.

Dengan perkembangan perkembangan di atas isu corporate governanceyang

tadinya hanya bersifat marginal kini telah menjadi isu sentral. Oleh sebab itu,

dibutuhkan pemahaman yang memadai tentang corporate governance. Merupakan

hal yang sia sia bahkan berbahaya bila kita sekedar mengikuti trend atau

kepatuhan terhadap regulasi tanpa memahami makna dan manfaatnya.

Prinsip Good Governancemerupakan kaidah, norma ataupun pedoman harus

digunakan oleh pimpinan perusahaan dan para pegawai agar segala tindakan

maupun keputusan yang dilakukannya adalah dalam rangka mendukung

kepentingan perusahaan dan pemegang saham. Kaidah, norma ataupun pedoman

yang digunakan harus mengikuti kaidah yang telah ditetapkan oleh Pemerintah

maupun ketentuan pengelolaan perusahaan yang telah ditetapkan pada perusahan

publik. Agar praktek-praktek good governancemenjadi tindakan yang nyata dari


pimpinan dan para pegawainya, maka diperlukan suatu pedoman Good Corporate

Governance (GCG).

Banyak difinisi yang berkaitan dengan corporate governance, diantaranya adalah

sebagai berikut :

Kata governance berasal dari bahasa Perancis gubernance yang berarti

pengendalian. Selanjutnya kata tersebut dipergunakan dalam konteks

kegiatan perusahaan atau jenis organisasi yang lain, menjadicoporate

governance. Dalam bahasa Indonesia corporate governance diterjemahkan

sebagai tata kelola atau tata pemerintahan perusahaan. Good Corporate

Governance sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu pola hubungan,

sistem, dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan (Direksi, Dewan

Komisaris, RUPS) guna memberikan nilai tambah kepada pemegang

saham secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap

memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan

perundangan dan norma yang berlaku. (Sutojo dan Aldridge, 2008).

Istilah Good Corporate Governance pertama kali diperkenalkan oleh

Cadbury Istilah Good Corporate Governance pertama kali diperkenalkan

oleh Cadbury Committee di tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut

dalam laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report.

Laporan ini dipandang sebagai titik balik (turning point) yang sangat

menentukan bagi praktik Good Corporate Governance di seluruh dunia.

Komite Cadbury, Tjager (2003) mendefinisikan Good Corporate


Governance, sebagai sistem yang mengarahkan dan mengendalikan

perusahaan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan

kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin

kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders.

Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer,

pemegang saham dan sebagainya.

Menurut FCGI (2001) pengertian Good Corporate Governance adalah

seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,

pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan

serta para pemegang kepentingan intern dan esktern lainnya yang

berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain

suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.

Menurut OCED ( Organization for economic co-operation and

development) Mendefenisikan corporate governancesebagai sekumpulan

hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board dan pemegang

saham dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan.

Good corporate governancejuga mensyaratkan adanya struktur, perangkat

untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja.

Menurut Bank Dunia (World Bank) Good corporate governanceadalah

kumpulan hukum, peraturan peraturan dan kaidah kaidah yang wajib

dipenuhi yang dapat mendorong kinerja sumber sumber perusahaan

secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang


berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar

secara keseluruhan.

Menurut Prakarsa dari Universitas Indonesia (kalangan akademis) Good

corporate governaceadalah mekanisme administratif yang mengatur

hubungan hubungan antara menejemen perusahaan, komisaris,

direksi, pemegang saham dan kelompok kelompok kepentingan

(stakeholder) yang lain. Hubungan hubungan ini dimanifiestasikan

dalam bentuk berbagai aturan permainan dan sistem intensif sebagai

framework yang diperlukan untuk menentukan tujuan tujuan serta

pemantauan kinerja yang dihasilkan.

Corporate governance adalah seperangkat tata hubungan diantara manajemen,

direksi,dewan komisaris, pemegang saham dan para pemangku kepentingan

(stakeholders) lainnya yang mengatur dan mengarahkan kegiatan perusahaan

Pengertian Etika

Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata etika yaitu

ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti

yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat,

akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat

kebiasaan. Maryani & Ludigdo (2001) Etika adalah Seperangkat aturan atau

norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan

maupun yang harus ditinggalkan yang di anut oleh sekelompok atau segolongan

masyarakat atau profesi.


Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika

yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara

etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang

biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000).

Etika merupakan suatu ilmu yang membahas perbuatan baik dan buruk manusia

sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Dan etika profesi terdapat suatu

kesadaran yang kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin

memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukan.

Etika adalah Seperangkat prinsip moral yang membedakan yang baik dan yang

buruk, merupakan bidang ilmu yang bersifat normatif berperan menentukan mana

yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Dalam Al Quran disebut

dengan khuluk (etika), Khayr (kebaikan), Birr (kebenaran), Qist (persamaan), adl

(kesetaraan dan keadilan), haqq (kebenaran dan kebaikan) dan maruf

(mengetahui dan menyetujui).

Sedangkan etika bisnis adalah acuan bagi perusahaan dalam melaksanakan

kegiatan usaha termasuk dalam berinteraksi dengan pemangku kepentingan.

Penerapan nilai-nilai perusahaan dan etika bisnis secara berkesinambungan

mendukung terciptanya budaya perusahaan. Setiap perusahaan harus memiliki

rumusan etika bisnis yaitu yang mencangkup panduan tentang benturan

kepentingan, pemberian dan penerimaan hadiah dan donasi, kepatuhan terhadap

peraturan, kerahasiaan informasi, dan pelaporan terhadap perilaku yang tidak etis.
TUJUAN

Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk menjaga kelangsungan

hidup perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi,

akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan. Di

Indonesia, penerapan Good Corporate Governance telah dibuatkan pedomannya

oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) melalui bukunya yang

baru dirilis tahun 2006 lalu berjudul Pedoman Umum Good Corporate

Governance Indonesia.

GCG bagi suatu perusahaan dimaksudkan sebagai pedoman manajemen dan

pegawai dalam menjalankan praktek bisnis yang memenuhi persyaratan Good

Governance.Sedangkan tujuannya adalah :

Memaksimalkan value Perusahaan dengan cara meningkatkan prinsip

keterbukaan, akuntabilitas, dipercaya dan dapat dipertanggung jawabkan.

Memastikan pengelolaan Perusahaan dilakukan secara profesional,

transparan,dan efisien.

Mewujudkan kemandirian dalam membuat keputusan sesuai dengan peran

dan tanggung jawab masing-masing pimpinan dalam Perusahaan tersebut.

Memastikan setiap pegawai dalam perusahaan berperan sesuai wewenang

dan tanggung jawab yang telah ditetapkan.

Mewujudkan praktek bisnis yang sejalan dengan prinsip-prinsip Good

Corporate Governancesecara konsisten.


Menurut Ahmad Daniri (2005;14) jika perusahaan menerapkan mekanisme

penerapan Good Corporate Governance (GCG) secara konsisten dan efektif maka

akan dapat memberikan manfaat antara lain:

Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung oleh

pemegang saham akibat pendelegasian wewenang kepada pihak

manajemen.

Mengurangi biaya modal (Cost of Capital).

Meningkatkan nilai saham perusahaan di mata publik dalam jangka

panjang.

Menciptakan dukungan para stakeholder dalam lingkungan perusahaan

terhadap keberadaan perusahaan dan berbagai strategi dan kebijakan yang

ditempuh perusahaan.

Setiap perusahaan harus membuat pernyataan tentang kesesuaian penerapan GCG

dengan Pedoman GCG ini dalam laporan tahunannya. Pernyataan tersebut harus

disertai laporan tentang struktur dan mekanisme kerja organ perusahaan serta

informasi penting lain yang berkaitan dengan penerapan GCG. Dengan demikian,

pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya, termasuk regulator, dapat

menilai sejauh mana Pedoman GCG pada perusahaan tersebut telah diterapkan.

Penerapan GCG memiliki dua faktor yang memegang peranan yang menentukan

keberhasilannya sebagai berikut, seperti dikutip dari Ristifani (2009) :

Faktor Internal
Faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktek GCG yang

berasal dari dalam perusahaan. Beberapa factor yang dimaksud antara lain:

Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung

penerapan GCG dalam mekanisme serta sistem kerja manajemen di

perusahaan.

Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu

pada penerapan nilai-nilai GCG.

Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada kaidah-

kaidah standar GCG.

Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan

untuk menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi.

Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami

setiap gerak dan langkah manajemen dalam perusahaan sehingga kalangan

publik dapat memahami dan mengikuti setiap derap langkah

perkembangan dan dinamika perusahaan dari waktu ke waktu.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah beberapa faktor yang berasal dari luar perusahaan yang

sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan GCG. Di antaranya:

Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin

berlakunya supremasi hukum yang konsisten dan efektif.


Dukungan pelaksanaan GCG dari sektor publik/ lembaga pemerintahaan

yang diharapkan dapat pula melaksanakan Good Governance dan Clean

Government menuju Good Government Governance yang sebenarnya.

Terdapatnya contoh pelaksanaan GCG yang tepat (best practices) yang

dapat menjadi standard pelaksanaan GCG yang efektif dan profesional.

Dengan kata lain, semacam benchmark (acuan).

Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan GCG di

masyarakat. Ini penting karena lewat sistem ini diharapkan timbul

partisipasi aktif berbagai kalangan masyarakat untuk mendukung aplikasi

serta sosialisasi GCG secara sukarela.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya sebagai prasyarat keberhasilan

implementasi GCG terutama di Indonesia adalah adanya semangat anti

korupsi yang berkembang di lingkungan publik di mana perusahaan

beroperasi disertai perbaikan masalah kualitas pendidikan dan perluasan

peluang kerja. Bahkan dapat dikatakan bahwa perbaikan lingkungan

publik sangat mempengaruhi kualitas dan skor perusahaan dalam

implementasi GCG.

RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup Good Corporate Governance

Good Corporate Governance tercipta apabila terjadi keseimbangan

kepentingan antara semua pihak yang berkepentingan dengan bisnis kita.

Identifikasi keseimbangan dalam keberadaannya memerlukan sebuah sistem


pengukuran yang dapat menyerap setiap dimensi strategis dan operasional bisnis

serta berbasis informasi. Pengukuran kinerja konsep GCG berdasarkan kepada

lima dasar, yaitu:

Perlindungan hak pemegang saham,

Persamaan perlakuan pemegang saham,

Peranan stakeholdersterkait dengan bisnis,

Keterbukaan dan transparansi,

Akuntabilitas dewan komisaris

Dalam konteks tumbuhnya kesadaran dan arti penting Corporate Governanceini,

Organization for Economic Corporation and Development(OECD) telah

mengembangkan sperangkat prinsip prinsip Good Corporate Governancedan

dapat diterapkan secara fleksibel sesuai dengan keadaan, budaya, dan tradisi,

dimasing masing Negara. Prinsip prinsip diharapkan menjadi titik rujuk bagi

para regulator (pemerintah) dalam membangun framework bagi penerapan

corporate governance. Bagi para pelaku usaha dan pasar modal prinsip prinsip

ini dapat menjadi guidanceatau pedoman dalam mengelaborasi best practice bagi

peningkatan nilai (valuation) dan keberlangsungan (sustainability) perusahaan.

Prinsip prinsip OECD mencakup lima bidang utama yaitu :

Pertanggungjawaban (Responsibility).

Yaitu kesesuaian di dalam pengelolahan perusahaan terhadap peraturan

perundang - undangan yang berlaku dan prinsip - prinsip korporasi.


Tanggung jawab perusahaan tidak hanya diberikan kepada pemegang

saham juga kepada stakeholdertetapi juga kepada pihak pihak yang

berkepntingan lainnya.

Transparansi (Transparency)

Yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan

dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan

relevan mengenai perusahan. Perusahaan harus menyediakan informasi

yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami

oleh pemangku kepentingan mengenai struktur dan operasi korporasi.

Akuntabilitas (Accountability)

Yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan tanggung jawab organ sehingga

pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Perusahaan harus dapat

mempertanggung jawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar.

Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness)

Yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak hak stakeholder

yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang undang

yang berlaku. Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus

senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan

pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kesetaraan dan

kewajaran.

Independensi (Independency)

Yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara professional tanpa

benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang


tidak sesuai dengan peraturan perundang undang yang berlaku dan

prinsip prinsip korporasi yang sehat. Untuk melancarkan pelaksanaan

asas Good Corporate Governance, perusahaan harus dikelola secara

independen sehingga masing-masing organ.

Prinsip ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa tangung jawab merupakan

konsekuensi logis dari adanya wewenang; menyadari akan adanya tangung jawab

social; menghindari penyalahgunaan kekuasaan; menjadi profesional dan

menjunjung etika; memelihara lingkungan bisnis yang sehat.

Pelaksanaan Pedoman Umum Good Corporate Governanceoleh

perusahaanperusahaan di Indonesia baik perusahaan terbuka (Emiten/Perusahaan

Publik) maupun perusahaan tertutup pada dasarnya bersifat comply and explain.

Di mana perusahaan diharapkan menerapkan seluruh aspek Pedoman Good

Corporate Governanceini. Apabila belum seluruh aspek pedoman ini

dilaksanakan maka perusahaan harus mengungkapkan aspek yang belum

dilaksanakan tersebut beserta alasannya dalam laporan tahunan.

Ruang Lingkup Etika

Etika adalah cabang filosofi yang menyatakan tentang perilaku apa yang benar

atau yang seharusnya dilakukan (Brooks & Paul, 2012:130). Etika dapat pula

diartikan sebagai pandangan hidup untuk berperilaku sesuai norma yang berlaku.

Ada empat teori etika yang biasanya digunakan yaitu utilitarianism, deontology,

justice dan fairness, dan virtue ethics.


Menurut teori utilitarianism, perilaku etis akan menghasilkan kesenangan yang

maksimal atau setidaknya meminimalkan perasaan sakit. Yang perlu

dipertimbangkan oleh pengambil keputusan yang menggunakan teori

utilitarianism adalah kesenangan yang didapatkan juga harus menjadi kesenangan

di dalam level masyarakat, tidak hanya level individu. Misalnya pemberian bonus

kepada CEO juga harus mempertimbangkan kepuasan tenaga kerja yang dimiliki

oleh perusahaan tersebut. Karena bisa saja dengan pemberian bonus tersebut akan

mengurangi jatah upah tenaga kerja. Jika ini dilakukan maka kesenangan yang

diperoleh hanya ada pada level CEO. Dengan utilitarianism, pengambil keputusan

tersebut harus mempertimbangkan kesenangan yang diperoleh tenaga kerja.

Kemudian deontology menyatakan perilaku yang etis dipertimbangkan melalui

motivasi pengambil keputusan. Deontologysaling melengkapi dengan

utilitarianism dalam mewujudkan perilaku etis. Sedangkan teori justice dan

fairness membahas tentang keadilan merupakan kebutuhan yang lahir karena sifat

serakah manusia. Misalnya dua orang manusia memiliki keinginan yang sama,

dua orang tersebut akan memperebutkan keinginan tersebut.

Kemudian teori virtue ethics menyatakan bahwa kebahagiaan dalam hidup

diperoleh dengan cara menjalani hidup dengan kebaikan. Sehingga virtue ethics

lebih berfokus pada moralitas pengambil keputusan bukan seperti utilitarianism

yang membahas dari sisi konsekuensi dari perbuatan atau seperti deontology yang

membahas dari sisi motivasi pengambil keputusan.


Kemudian KNKG (2006) menyatakan prinsip dasar yang harus dimiliki

perusahaan. Perusahaan harus memiliki nilai yang menggambarkan sikap moral

dalam menjalankan usahanya, melaksanakan etika bisnis secara

berkesinambungan sehingga membentuk budaya perusahaan, dan rumusan etika

bisnis dituangkan dalam pedoman perilaku agar dapat diterapkan.

HUBUNGANNYA DENGAN BIDANG LAIN

Hubungan Etika dan Ilmu Akuntansi

Dalam beberapa tahun belakangan ini, kita mendengar dan menyaksikan

banyaknya skandal dan kasus-kasus kecurangan yang terjadi di perusahaan besar

yang melibatkan akuntan. Kita juga dapat menyaksikan betapa besarnya dampak

kerugian masyarakat yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan keahlian dalam

membuat informasi akuntansi yang menyesatkan. Sampai saat ini kita masih

dihadapi oleh berita-berita yang

mengabarkan makin maraknya skandal bisnis dalam berbagai bentuk manipulasi

laporan keuangan yang melibatkan para akuntan dan eksekutif puncak

perusahaan-perusahaan besar berskala global yang merugikan banyakpihak yang

berkepentingan.

Tahun 2009, Bernard L. Madoff, mantan CEO NASDAG (Bursa Saham untuk

bidang Teknologi Informasi terbesar di dunia) di Amerika Serikat melakukan

manipulasi informasi yang merugikan para investor sejumlah US 150 milard


(Wilopo, 2010). Dan di Indonesia sendiri, kita sekarang lagi dihebohkan oleh

sejumlah kasus korupsi, kolusi, manipulasi dan penyuapan baik yang terjadi di

kalangan pemerintahan, perbankan maupun di legislatif, baik yang dilakukan oleh

para pejabat dan petinggi maupun yang dilakukan oleh pegawai atau karyawan.

Hal ini semua menunjukkan kepada kita betapa umat manusia sekarang ini sedang

mengalami krisis moral.

Keserakahan manusia terhadap harta kekayaan dan keuntungan material membuat

manusia menjadi lupa terhadap aturan dan norma-norma (etika) sehingga

merugikan kepentingan umum yang pada akhirnya juga merugikan dirinya

sendiri. Graffikin (2008- hal 167), menyatakan bahwa ketika menguji isu etika ada

beberapa pertimbangan moral

yang berpengaruh pada pengertian etika yaitu : agama (teori perintah Tuhan ),

kata hati, egoisme, respek, hak, utilitariansme, keadilan dan kebaikan.

Etika dalam profesi akuntan sendiri sudah terdapat etika profesi, akan tetapi etika

ini dibangun atas rasionalisme sekuler dan ternyata tidak mampu menghindari

nafsu keserakahan manusia terhadap keuntungan material itu. Setiap profesi yang

menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan kepercayaan dari

masyarakat yang dilayaninya. Kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa

akuntan publik akan menjadi lebih tinggi, jika profesi tersebut menerapkan

standar mutu tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan profesional yang dilakukan

oleh anggota profesinya.


Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa etika sangat diperlukan dalam

akuntansi, terutama kesadaran diri dari pada para akuntan untuk bersikap etis.

Kesadaran diri ini dapat diperoleh dari pemahaman dan pengalaman spiritual

seseorang.

Hubungan Good Corporate Governance (GCG) dengan Etika Profesi

Akuntansi

Profesi akuntansi merupakan sebuah profesi yang menyediakan jasa atestasi

maupun non-atestasi kepada masyarakat dengan dibatasi kode etik yang ada.

Akuntansi sebagai profesi memiliki kewajiban untuk mengabaikan kepentingan

pribadi dan mengikuti etika profesi yang telah ditetapkan. Kewajiban akuntan

sebagai profesional mempunyai tiga kewajiban yaitu; kompetensi, objektif dan

mengutamakan integritas. Peran akuntan dalam perusahaan tidak bisa terlepas dari

penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam perusahaan.

Meliputi prinsip kewajaran (fairness), akuntabilitas (accountability), transparansi

(transparency), dan responsibilitas (responsibility). Dalam hubungannya dengan

prinsip GCG, peran akuntan secara signifikan di antaranya :

Prinsip Kewajaran.

Laporan keuangan dikatakan wajar bila memperoleh opini atau pendapat wajar

tanpa pengecualian dari akuntan publik. Laporan keuangan yang wajar berarti

tidak mengandung salah saji material, disajikan secara wajar sesuai prinsip

akuntansi berterima umum di Indonesia (dalam hal ini Standar Akuntansi


Keuangan). Adanya kewajaran laporan keuangan dapat mempengaruhi investor

membeli atau menarik sahamya pada sebuah perusahaan. Jelaslah bahwa

kegunaan informasi akuntansi dalam laporan keuangan akan dipengaruhi adanya

kewajaran penyajian.

Prinsip Akuntabilitas.

Merupakan tanggung jawab manajemen melalui pengawasan yang efektif, dengan

dibentuknya komite audit. Bapepam mensyaratkan, dalam keanggotaan komite

audit, minimum sebanyak 3 orang dan salah satu anggotanya harus akuntan.

Komite audit mempunyai tugas utama melindungi kepentingan pemegang saham

ataupun pihak lain yang berkepentingan dengan melakukan tinjauan atas

reliabilitas dan integritas informasi dalam laporan keuangan, laporan operasional

serta parameter yang digunakan untuk mengukur, melakukan klasifikasi dan

penyajian dari laporan tersebut.

Prinsip Transparansi.

Prinsip dasar transparansi berhubungan dengan kualitas informasi yang

disampaikan perusahaan. Kepercayaan investor akan sangat tergantung pada

kualitas penyajian informasi yang disampaikan perusahaan. Oleh karena itu

akuntan manajemen dituntut menyediakan informasi jelas, akurat, tepat waktu dan

dapat dibandingkan dengan indikator yang sama.

Prinsip Responsibilitas.
Prinsip ini berhubungan dengan tanggungjawab perusahaan sebagai anggota

masyarakat. Prinsip ini juga berkaitan dengan kewajiban perusahaan untuk

mematuhi semua peraturan dan hukum yang berlaku. Seiring perubahan sosial

masyarakat yang menuntut adanya tanggungjawab sosial perusahaan, profesi

akuntan pun mengalami perubahan peran. Pandangan pemegang saham dan

stakeholderlain saat ini tidak hanya memfokuskan pada perolehan laba

perusahaan, tetapi juga memperhatikan tanggungjawab sosial dan lingkungan

perusahaan.

PENERAPAN ETIKA DAN GOOG CORPORATE GOVERNANCE

Mengacu pada teori egoism bahwa setiap manusia memiliki egoism di dalam

dirinya masing-masing, maka akan ada benturan kepentingan antara kepentingan

manajemen, kepentingan pemegang saham, dan kepentingan stakeholder lainnya.

Setiap entitas tersebut memiliki kepentingan masing-masing dalam meningkatkan

keuntungan untuk dirinya sendiri.

Permasalahan muncul ketika pemenuhan kepentingan dalam mendapatkan

keuntungan tersebut merugikan hak entitas lain. Manejemen memiliki

kepentingan untuk mendapatkan laba sebesar-besarnya dari bisnis yang

dijalankan. Pemegang saham dan kreditur memiliki kepentingan untuk

mendapatkan pengembalian yang maksimal dari dana yang ditanamkan atau

dipinjamkan kepada perusahaan. Begitu juga dengan stakeholder lainnya memiliki

kepentingan masing-masing.
Selanjutnya lahirnya konsep good corporate governance untuk mengatasi

permasalahan di atas. Terutama pada sistem ekonomi pasar bebas, pihak yang

berkepentingan sangat banyak dan masing-masing menuntut haknya dalam

memperoleh keuntungan. Good corporate governance sebagai sebuah struktur dan

proses akan mengendalikan perusahaan tentang bagaimana seharusnya perusahaan

beroperasi. Good corporate governance akan menemukan benang merah atau titik

temu antara kepentingan masing-masing entitas yang menginginkan keuntungan

seperti yang dijelaskan di atas.

Sementara itu, good corporate governance akan terlaksana jika setiap perusahaan

memiliki integritas yang tinggi dalam menjalankan usahanya. Dengan integritas

yang tinggi, perusahaan akan memperoleh kepercayaan dari para stakeholder

sehingga dapat terus menjalankan usahanya untuk jangka panjang. Misalnya

dengan memberikan pengembalian yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh

kreditur atau pemegang saham, perusahaan akan mendapatkan kepercayaan dalam

mengelola dana sehingga mendapatkan pinjaman atau modal secara berkelanjutan.

Maka perusahaan harus juga menyediakan informasi yang akurat dan relevan.

Artinya perusahaan dituntut untuk memiliki akuntabilitas dan transparansi yang

tinggi.

Untuk dapat mewujudkan integritas yang tinggi tersebut, perusahaan harus

menerapkan asas-asas etika. Apabila perusahaan menerapkan perilaku-perilaku

etis dalam setiap keputusan yang dibuatnya, integritas tinggi tersebut akan muncul

secara otomatis. Ulitarianism dan deontology dapat digunakan untuk melahirkan


perilaku etis dalam pengambilan keputusan yang tidak hanya memperhatikan

kepentingan pribadi atau kepentingan kelompok, melainkan kepentingan

masyarakat secara keseluruhan mencakup kepentingan perusahaan dan

stakeholder.

Penerapan perilaku-perilaku etis pada perusahaan pada akhirnya akan

mewujudkan good corporate governance. Perusahaan akan mempertimbangkan

kepentingan para stakeholder sehingga perusahaan memiliki tanggung jawab yang

tinggi. Dengan begitu perusahaan mendapatkan kepercayaan dari kreditur,

pemegang saham, tenaga kerja, dan stakeholder lainnya. Penerapan perilaku etis

ini akan mewujudkan integritas dan good corporate govenance secara

berkesinambungan.

PENUTUP

Good corporate governance dan etika merupakan konsep yang berkesinambungan

dan tidak dapat dipisahkan. Perusahaan harus menerapkan perilaku-perilaku etis

untuk dapat melaksanakan good corporate governance. Dengan begitu, dapat

ditentukan titik temu antara kepentingan perusahaan (manajemen) dan

kepentingan para stakeholder.

Pada akhirnya, dengan terlaksananya good corporate governance, perusahaan

akan menjalankan usaha secara berkelanjutan. Sehingga dalam sistem ekonomi

pasar bebas seperti era sekarang, perusahaan memiliki kepercayaan dari


masyarakat dan daya saing tinggi dalam beroperasi demi mewujudkan keuntungan

yang maksimal baik bagi perusahaan maupun bagi semua pihak stakeholder.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Daniri. 2005. Good Corporate Governance Konsep Dan Penerapannya.

Jakarta. Ray Indonesia

Aldridge, John.E Siswanto Sutojo.2008. Good Corporate Governance.Jakarta:

PT.Damar Mulia Pustaka.

Barbey, K. B (2000), Interview : Leadership, Global Management, and Future

Chalenges, Thunderbird International Business Review, Vol. 42(5), pp.495-506.

Chi-Kun Ho (2005), Corporate Governance and Corporate Competitiveness :

anInternational Analysis, Oxford : Blackwell Publishing Ltd.

Daniri Achmad dan Indirawati Angela Simatupang,2012, Meningkatkan Daya

Saing Perusahaan Melalui Good Governance

Faisal Badroen, dkk., 2007. Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta: Kencana.

Forum For Corporate Governance In Indonesia (Fcgi). 2001. Tata

Kelolaperusahaan (Corporate Governance). Jakarta Http://WWW.Cic-Fcgi.Org Di

Akses Tanggal 13 September 2016.

Gabriela Cyntia & Fidelis Arastyo, Pengaruh Penerapan Corporate Governance

Terhadap Kinerka Keuangan Perusahaan Hasil Survei The Indonesian Institute


Perception Governance [Iicg] Periode 2008 2011, Jurnal Ilmiah Mahasiswa

Universitas Surabaya Vo. 2 No. 1 [2013]

https://www.ecgi.org/codes/documents/indonesia_cg_2006_id.pdf.

https://www.worldbank.org/ifa/rosc_cg_idn_2010.pd

I Nyoman Tjager,S.H,M.A, Drs.F.Antonius Alijoyo,M.M,M.B.A, Humphrey R.

Djemat,S.H,L.L.M, Mayjen TNI (Purn) Dr.Bambang Soembodo,M.M,M.B.A

serta didukung oleh FCGI, Corporate Governace - Tantangan dan Kesempatan

bagi Komunitas Bisnis Indonesia, 2003, PT.Prenhallindo, Jakarta, hal.18

Kajian Tentang Pedoman Good Corporate Governance Di Negara Negara

Anggota Acmf, Kementrian Keuangan Ri Badan Pengawasan Pasar Modal Dan

Lembaga Keuangan, 2010

Komite Nasional Kebijakan Governance (2006). Pedoman Umum Good

Corporate Governance Indonesia.

Leonard J. Brooks and Paul Dunn (2012). Business & Professional Ethics for

Directors, Executives and Accountants.South-Western College Publishing, 6th

edition.

Muhammad Djafar, 2012.Etika Bisnis Menangkap Spirit Ajaran Langit dan Pesan

Moral Ajaran Bumi. Jakarta: Penebar Plus.


Organization For Economic Coperation And Development (OECD). 2004. The

OecdPrinciples Of Corporate Governance. (Online), (Http://Www.Oecd.Org),

Diakses Tanggal 14 September 2016.

Pedoman Umum Good Governance Indonesia, Komite Nasional Kebijakan

Governance (KNKG), 2006

Periode 2007-2010),Jurnal Nominal / Volume I Nomor I / Tahun 2012

Reny Dyah Retno M. Dan Denies Priantinah M.Si., Ak Pengaruh Good

CorporateGovernanceDan Pengungkapan Corporate Social

ResponsibilityTerhadap Nilai Perusahaan(Studi Empiris Pada Perusahaan Yang

TerdaftarDi Bursa Efek Indonesia

Rezaee, Zabihollah (2009) Corporate Governance and Ethics, John Wiley.

Ristifani 2009, Analisis Implementsi Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance

(GCG) Dan Hubungannya Terhadap Kinerja PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Ronald F. Duska, B.S. Duska, J. Ragatz (2011). Accounting Ethics. Blackwell

Publishing, 2nd edition.

Siswanto Sutojo dan Aldridge, E. John., 2005. Good Corporate Governance: Tata

Kelola Perusahaan Yang Sehat.Jakarta : PT.Damar Mulia Rahayu.

Stiglitz. J. E, (2002), Globalization and Its Discontent, New York : W.W Norton

& Company.
Studi Implementasi Good Corporate Governance Di Sektor Swasta, BUMN Dan

BUMD, Direktorat Penelitian Dan Pengembangan, Kpk 2007

Sustanability Report 2012 PT. Astra International Tbk

Tjager, Nyoman, Dkk.. 2003. Corporate Governance: Tantangan Dan Kesempatan

Bagi Komunitas Bisnis Indonesia. Jakarta: Prenhallindo

Wajdi Ben Rejeb, The Impact Of Good Corporate Governance Practices On

Stakeholders Satisfaction In Tunisian Listed Companies, International Journal Of

Business And Management Studies Vol 4, No 2, 2012

Wd Kearney, Ha Kruger, 2012 A Framework For Good Corporate Governance

And Organizational Learning An Empirical Study, International Journal Of

Cyber-Security And Digital Forensics (Ijcsdf) 2(1): 36-47, South Africa

Anda mungkin juga menyukai